BAB II URAIAN TEORITIS. judul penelitian Analisa Pemanfaatan Kredit Pemerintah Melalui Lembaga

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II URAIAN TEORITIS. judul penelitian Analisa Pemanfaatan Kredit Pemerintah Melalui Lembaga"

Transkripsi

1 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jefry Maulana, 2005 dengan judul penelitian Analisa Pemanfaatan Kredit Pemerintah Melalui Lembaga Perbankan di Kota Surabaya dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pemanfaatan kredit di kota Surabaya sudah optimal karena penebaran kredit usaha kecil melibatkan 20 bank yang ada di kota Surabaya B. Kredit 1. Defenisi Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti kepercayaan (truth and faith). Dengan demikian, seseorang yang memperoleh kepercayaan di mana kreditur percaya bahwa debitur akan mengembalikan pinjaman tersebut sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati ( Hasibuan 1997 : 92 ). Dalam praktek sehari-hari pengertian ini selanjutnya berkembang lebih luas lagi, antara lain : 1. Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan, ditangguhkan pada jangka waktu yang disepakati.

2 2. Sedangkan pengertian yang lebih mapan untuk kegiatan perbankan di Indonesia, pengertian kredit ini telah dirumuskan dalam bab 1, pasal 1, 2 Undang-Undang Pokok Perbankan No. 14 Tahun 1967 yang merumuskan : Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan antara Bank dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan. 3. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan menyebutkan bahwa: Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman-meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 4. Menurut Mulyono (1994 : 10), pengertian kredit adalah kemempuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan, ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang telah disepakati. Kredit merupakan hal penting untuk mengatasi kekurangan modal yang dapat dijadikan alasan oleh pengusaha kecil dan menengah selain masalah bahan baku dan pemasaran. Dalam rangka membantu perkembangan usaha ini, pemerintah melalui perbankan telah menyediakan fasilitas kredit untuk usaha kecil dengan syarat lunak. Bank dalam memberikan kredit, selain berorientasi untuk memperoleh laba/ keuntungan, dalam arti dengan memberikan kredit bank dapat memperoleh hasil yang setingi-tingginya dari uang yang dipinjamkan tanpa mempersoalkan penggunaan

3 kredit tersebut, tetapi juga bertitik tolak dari segi sosial ekonomi, yaitu penilaian kredit yang dipusatkan kepada faktor-faktor tidak hanya pada penerimaan kredit tetapi juga masyarakat sekitarnya. Bank dalam memberikan kredit tidak hanya bertitik tolak mencari keuntungan, tetapi memperhatikan kepentingan dan kebutuhan masyarakat sehingga menambah kemakmuran masyarakat (Simorangkir, 2000 : 101). 2. Tujuan Kredit Sesuai dengan tujuan pembangunan, dalam memberikan kredit bank tidak semata-mata mencari keuntungan sebesar-besarnya. Tujuan lain yang ingin dicapai dalam pemberian kredit terutama bagi bank pemerintah yang berperan sabagai agent of development adalah : 1. Ikut mensukseskan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan. 2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhnya kebutuhan masyarakat. 3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin, dan dapat memperluas usahanya. Dari tujuan tersebut terlihat adanya kepentingan yang seimbang antara kepentingan masyarakat (rakyat) dan kepentingan pemilik modal. Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain : a. Kredit pada hakekatnya dapat meningkatkan daya guna uang. b. Kredit dapat meningkatkan peredaran lalu lintas uang. c. Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang. d. Kredit merupakan salah satu alat stabilitas ekonomi. e. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha.

4 f. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan. g. Kredit merupakan alat untuk meningkatkan hubungan internasional. 3. Kredit Pemerintah Menurut Nasakti Nasution selaku Konsultan Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil (PUMK) Bank Indonesia menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) disalurkan oleh Departemen Keuangan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) koordinator. BUMN koordinator diberikan kewenangan untuk menunjuk bank pelaksana sebagai penyalur kredit pemerintah serta mengelola angsuran pokok yang diterima dari bank pelaksana. Angsuran pokok tersebut wajib disalurkan melalui skim kredit yang sesuai dengan skim kredit yang menjadi wewenangnya. BUMN koordinator wajib menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia mengenai pengelolaan yang telah dilakukannya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Keuangan (Menkeu) No. 487/KMK.017/1999 tanggal 13 Oktober 1999 tentang penunjukkan BUMN sebagai koordinator penyalur kredit program, pemerintah telah menetapkan yakni (Effendy et al : 188) : 1. BRI sebagai koordinator pengelola kredit program skim Kredit Usaha Tani (KUT), KKOP dan Kredit Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA)-TR. 2. BTN sebagai koordinator pengelola kredit program skim KPRS/RSS. 3. PT. Permodalan Nasional Madani (PT. PNM) sebagai koordinator pengelola kredit program lainnya (skim KKPA Umum, KKPA TR, KKPA PIR-Trans KTI, KKPA TKI, KMK BPR, PPKM BPR Syariah, KPKM Bank Umum, KKPA Bagi

5 Hasil, KKPA Nelayan, KKPA Unggas dan Kredit Usaha Angkutan Umum Bus Perkotaan). Pemerintah memanfaatkan lembaga yang ada dan yang telah berpengalaman di bidang kredit program kecuali PT. PNM (Persero) yang baru dibentuk dan diharapkan dapat menjadi lembaga keuangan yang khusus membiayai usaha kecil diluar sektor perbankan. Menurut Arif Hidayat selaku direktur pengelola CTLC (Community Based Training and Learning Center) Forum Daerah UKM, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) berasal dari pendapatan daerah dan dana perimbangan dari APBN, yaitu Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH). Pemerintah Provinsi menganggarkan APBD untuk kredit yang disalurkan kepada UMKM dalam bentuk dana bergulir modal kerja, Pemerintah Provinsi juga menetapkan dinas-dinas yang merekomendasikan dan menyeleksi kelayakan UMKM untuk menerima kredit dari bank pelaksana yang ditunjuk Pemerintah Provinsi untuk menyalurkan kredit UMKM. Sebelum menyetujui kredit, bank pelaksana akan melakukan survey untuk memenuhi kelengkapan administrasinya. 4. Lembaga Penyalur Kredit Pemerintah Pemerintah telah menempuh berbagai langkah kebijakan yang terpadu di semua sektor ekonomi, meliputi : kebijakan fiskal, moneter, keuangan, sektor riil, termasuk didalamnya revitalisasi kedudukan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral. Dalam implementasinya Undang-Undang No. 13 Tahun 1968 tentang bank sentral yang kemudian disempurnakan dengan Undang-Undang yang baru yaitu

6 Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang disahkan pada tanggal 17 Mei 1999 secara yuridis, kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia selanjutnya akan berlandaskan kepada Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 yang menetapkan bahwa Bank Indonesia bertugas : 1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. 2. Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran. 3. Mengatur dan mengawasi bank. Dengan terfokusnya tugas Bank Indonesia pada ketiga hal tersebut, maka tugas yang selama ini dilakukan oleh Bank Indonesia seperti pemberian kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) dalam rangka kredit program dialihkan kepada BUMN yang ditunjuk pemerintah. Pengalihan tugas pemberian kredit program tersebut dijelaskan secara khusus pada pasal 74 Undang-Undang No. 23 Tahun 1999, yakni : 1. KLBI dalam rangka kredit program yang masih berjalan dan belum jatuh tempo seperti yang telah disetujui tetapi belum ditarik, dialihkan berdasarkan suatu perjanjian kepada BUMN yang ditunjuk pemerintah, dalam jangka waktu paling lama 6 bulan sejak berlakunya undang-undang ini. 2. BUMN sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dapat mengelola hasil angsuran dan atau pelunasan pokok dan bunga kredit likuiditas dimaksud sampai dengan jangka waktu kredit likuiditas tersebut berakhir. 3. Subsidi bunga atas kredit likuiditas yang berada dalam pengelolaan BUMN sebagaiman dimaksud pada ayat (2) tetap menjadi beban pemerintah.

7 Dengan kebijakan tersebut, sesuai konsekuensinya pemerintah akan bertanggung jawab atas kelanjutan pembiayaan kredit program kepada usaha kecil, menengah dan koperasi. Adapun sebelum pengalihan KLBI dalam rangka kredit program atau selama masa transisi pengalihan Bank Indonesia masih dapat merealisasikan KLBI tersebut, yaitu atas plafon KLBI dimaksud yang telah disediakan sebelum berlakunya Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia, dengan batas waktu penarikan sampai dengan tanggal dialihkannya KLBI dalam rangka kredit program kepada BUMN atau selambat-lambatnya tanggal 16 November 1999 ( Effendy et. Al., 2001 : ). 5. Kebijaksanaan Perkreditan Bank Indonesia Terhadap UMKM Kebijaksanaan perkreditan adalah suatu rangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan terlebih dahulu baik secara tertulis ataupun tidak tertulis sebelum pelaksanaan perkreditan itu sendiri berlangsung. Karena kebijaksanaan/policy ini akan menjadi pedoman kerja di bidang perkreditan maka kebijaksanaan tersebut harus mengandung keputusan-keputusan politis, keputusan-keputusan yang bersifat teknik operasionil. Bank Indonesia terus meningkatkan perannya dalam turut memberdayakan UMKM, utamanya melalui langkah dan kebijaksanaan yang mendorong perbankan untuk membiayai usaha mikro kecil menengah. Dalam kaitan ini upaya yang ditempuh Bank Indonesia dilakukan melalui 3 pilar strategi, yaitu : 1. Kebijakan kredit perbankan 2. Pemberian bantuan teknis 3. Pengembangan dan penguatan kelembagan

8 Di bidang kebijakan kredit perbankan, Bank Indonesia mendorong bankbank untuk menyalurkan Kredit Usaha Kecil (KUK) dan mencantumkanya dalam bussines plan serta melaporkannya dalam laporan keuangan publikasi sehingga masyarakat dapat menilai bank-bank yang berpihak terhadap pengembangan usaha kecil. Agar lebih meningkatkan realisasi kredit UMKM sesuai dengan bussines plannya. Bank Indonesia juga terus mendorong kerjasama (linkage programe) antara Bank Umum dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam rangka meningkatkan penyaluran kredit kepada usaha mikro, mendukung pembentukan unit layanan khusus mikro, kecil dan menengah (UMKM Center) di kantor-kantor cabang bank dan menyesuaikan ketentuan perbankan guna mendorong penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan perarutan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini,bank Indonesia juga bekerja sama dengan PT. PNM (persero). PT. PNM adalah perusahaan yang sepenuhnya dimiliki pemerintah. Tugas pokoknya adalah menyediakan berbagai layanan keuangan dan bukan keuangan kepada berbagai usaha berskala menengah, kecil, mikro dan koperasi yang didasarkan pada kelayakan usaha dan prinsip-prinsip perekonomian pasar. Pembiayaan PT. PNM diselenggarakan atas dana modal yang disediakan oleh pemerintah dan dana yang berasal dari anggaran pendapatan dan belanja daerah dan nasional serta dana dari para investor asing. 6. Jenis Kredit UMKM Kredit merupakan suatu kontributor utama perbankan. Kredit sebagai produk perbankan bervariasi dan berkembang sesuai dengan kebijakan dan strategi

9 pemasaran perkreditan perbankan masing-masing. Secara umum jenis kredit perbankan dibedakan menjadi 2 (Laporan Hasil Survei Skim Kredit Perbankan untuk UMKM di kota Kabanjahe, Kabupaten Karo), yaitu: a. Kredit Program Kredit Progam adalah jenis produk kredit perbankan yang ditujukan untuk mendukung atau ditujukan untuk program tertentu dan tidak bersifat umum. Kredit jenis ini pada umumnya ditujukan untuk kegiatan usaha produktif, berbunga relatif rendah dan memperoleh dukungan dana dari luar perbankan, misalnya dari pemerintah/ dana bantuan luar negeri/ donor maupun atau lembaga swasta. b. Kredit Non Program Kredit Non Program adalah jenis produk perbankan yang ditujukan untuk masyarakat umum. Produk kredit umum ditawarkan dengan suku bunga pasar dengan sumber dana berasal perbankan sendiri.

10 Table Jumlah Jenis Produk Kredit Program dan Kredit Non Program Bank Umum. No. Nama Bank Kredit Kredit Non Program Program 1. PT. BANK RAKYAT INDONESIA PT. BANK NEGARA INDONESIA PT. BANK PERMATA 8 4. PT. BANK MANDIRI PT. BANK SUMUT PT. BANK DANAMON INDONESIA 2 5 Sumber : Laporan Hasil Survei Skim Kredit Perbankan untuk UMKM di Kota Kabanjahe, Tanah Karo. Berdasarkan skala usaha dan kreditnya, kredit untuk UMKM dikelompokkan menjadi 3 kelompok kredit yaitu kredit mikro, kredit kecil dan kredit menengah. a. Kredit Mikro,adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100juta/tahun. Usaha mikro dapat mengajukan kredit paling banyak Rp 50juta,- b. Kredit Kecil, dalah usaha produktif yang berskala kecil dan memenuhi criteria memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 1 miliar per tahun serta dapat menerima kredit bank maksimal di atas Rp 50 juta sampai dengan Rp 500 juta. c. Kredit Menengah, adalah usaha yang bersifatproduktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari Rp 200 juta sampai dengan paling banyak

11 sebesar Rp 10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta dapat menerima kredit bank sebesar Rp 500 juta-rp 5 miliar. 7. Lembaga Perbankan Penyalur Kredit UMKM Beberapa Bank yang memberikan fasilitas kredit untuk UKM, sebagai berikut: a. Bank Rakyat Indonesia (BRI) BRI memiliki 2 kelompok skim kredit yaitu produk kredit program dan non program/umum.produk-produk kredit tersebut dalah sebagai berikut : 1) Kredit Program, secara umum terdapat 7 produk kredit program yaitu: a) KKP/Kredit Ketahan Pangan (Intensifikasi Padi, Pangan, Ternak Tebu Rakyat (TR),Palawija). b) KPKM/Kredit Pengusah Kecil dan Mikro. c) PUKK/Pengembangan Usaha Kecil dan Koperasi. d) P4K/Proyek Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil e) Taskin/Pengentas Kemiskinan. f) KKOP Pangan/ Kredit Kepada Koperasi, KKT. 2) Kredit non program/umum, secara umum terdapat 8 produk kredit non program, yaitu: a) Kredit Produktif, terdiri dari: 1) Kredit Komersial/retail 2) KKM/ Kredit Kecil Menengah, KKI/ Kredit Kecil Investasi, UKM/Usaha Kecil dan Menengah

12 3) KMK WA/Kredit Modal Kerja Withdraw Approve, MK R/L Co Tetap dan Co Menurun 4) Kupedes/ Kredit Umum Pedesaan b) Kredit Konsumtif, terdiri dari : 1) Tapsun/Kredit Pegawai Tetap dan Pensiunan, Kretap/Kredit Pegawai Tetap, Kresun/Kredit Pensiunan, Golbetap/Golongan Berpenghasilan tetap. 2) Express 3) KPR/Kredit Kepemilikan Rumah 4) Kupedes 5) Beberapa jenis produk kredit tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a) MK R/L Co Tetap adalah kredit modal kerja daengan kewajiban membayar angsuran pokok dan bunga secara tetap setiap bulannya dan dalam pelaksanaanya dapat juga hanya membayar bunga saja pada setiap bulan sampai dengan akhir tahun, baru melunasi pokok pinjaman dan bunga dangan catatan kredit tersebut tdak diperpanjang lagi. b) MK R/L Co Menurun adalah kredit modal kerja dengan persyaratan membayar pokok dan bunga yang menurun secara berkala dengan jadwal yang disepakati bersama dan dalam jangkawaktu tertentu sesuai dengan perjanjian yang dibuat. c) KMK WA adalah kredit modal kerja yang diberikan kepada nasabah sesuai perjanjian, biasanya diberikan kepada nasabah atau

13 kontraktor yang mengajukan kredit ke BRI karena mendapatkan proyek dari instansi, untuk pengajuan cukup dengan SPK (Surat Perintah Kerja) dari instansi pemberi proyek, dan dana akan dicairkan per termin sesuai dengan kesepakatan.. d) Kretap/Kresun adalah kredit yang diberikan kepada pegawai atau pensiunan, kredit ini biasanya digunakan untuk keperluan konsumtif meskipun bias juga untuk modal kerja, tergantung dari penerima kredit tersebut. e) Express adalah kredit yang biasanya diberikan kepada professional, seperti :akuntan, dokter, pengacara dan lain-lain. f) P4K/Proyek Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan kecil adalah kredit yang diberikan kepada kelopok masyarakat, satu kelompok terdiri dari 1-15 orang anggota, dengan besar pinjaman minimal Rp500 ribu per anggota, apabila sudah lunas pinjaman dapat ditingkatkan sampai Rp2 juta per anggota per kelompok, kelompok-kelompok yang sudah dibina diharapkan mandiri dan selanjutnya diarahkan ke Kupedes. Jangka waktu pinjaman adalah 1 tahun, apabila selesai dapat ditingkatkan sesuai dengan kemampuan anggota kelompok. Pola yang digunakan adalah tanggung renteng dan bila terjadi kemacetan/tunggakan maka dilakukan pembinaan dan pemberdayaan kelompok yang menunngak/macet tersebut. Untuk pelaksannan di lapangan, BRI bekerja sama dengan KIPP (Kantor Informasi Petugas Penyuluh)

14 yang secara organisasi KIPP di bawah naungan pemerintah daerah setempat. b Bank Mandiri Terdapat 2 kelompok skim kredit di Bank Mandiri yaitu skim kredit dan program/umum. Adapun produk- produk kredit tersebut adalah sebagai berikut : 1) Kredit Program Secara umum terdapat 4 produk kredit, yaitu: a) PKBL/Program Kemitraan dan Bina Lingkungan b) KKP/Kredit Ketahanan Pangan c) LKM/Kredit untuk Lembaga Keuangan Mikro d) PUKK/Pengembangan Usaha Kecil dan Koperasi 2) Kredit Non Program Beberapa skim/jenis produk kredit tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Small Business Credit,istilah ini merupakan segmentasi kredit yang digunakan Bank Mandiri untuk pemberian kredit kepada sebuah usaha dengan hasil penjualan kotornya <Rp 5 Miliar per tahun yang saat ini pengelolaanya dilakukan oleh Commercial Banking Center (CBC). Namun istilah ini digunakan pada tingkat kantor cabang dengan pengertian/btasan kredit yang berbeda. Di kantor cabang bank, produk kredit yang diberikan kepada nasabah perorangan dan badan usaha, untuk keperluan investasi dan modal kerja, besar kredit yang diberikan berkisar Rp 1juta sampai dengan Rp 2 Miliar. b) Middle commercial, adalah kredit yang diberikan kepada nasabah koperasi dan badan usaha untuk keperluan investasi dan modal kerja, besar kredit Rp 2

15 Miliar sampai dengan Rp 5 Miliar, dengan jangka waktu pengembalian 1 sampai 5 tahun. c) KUK (Kredit Usaha Kecil) adalah kredit yang diberikan dalam rangka pengembangan usaha kecil, terutama usaha produktif dengan nilai kredit usaha produktif dengan nilai kredit antara Rp 10 juta sampai dangan 500 juta sampai dan dengan jangka waktu pengembalian 1 tahun. d) Non KUK adalah kredit yang diberikan kepada nasabah perorangan, koperasi, badan usaha dan non usaha dengan batasan Rp 500 juta sampai dengan Rp 25 juta, dengan jangka waktu pengembalian 1 tahun. e) Kredit Konsumtif adalah kredit yang diberikan kepada perorangan dan non badan usaha, untuk keperluan investasi dengan batasan Rp 5 juta sampai dengan Rp 25 juta, dengan jangka waktu pengembalian 2 tahun. f) PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan) adalah kredit kredit program yang dananya berasal dari penyisihan laba BUMN, untuk keperluan kemitraan dan binaan BUMN di lingkunganya atau di sekitar lokasi usaha,kredit diberikan kepada koperasi dan anggotanya, besar pemberian kredit Rp 50 juta/koperasi,dan jangka waktu sampai dengan 5 tahun. g) Kredit untuk LKM (Lembaga Keuangan Mikro), adalah kredit program yang diberikan kepada kelompok usaha pinjaman, untuk dipinjamkan kepada anggotanya,batas kredit Rp 50 juta dan jangka waktu pengembalian 3 tahun. h) PUKK (Pengembangan Usaha Kecil dan Koperasi), adalah kredit program yang diberikan kepada koperasi untuk anggotanya, besar kredit yang diberikan Rp5 juta sampai dengan Rp 40 juta dengan jangka waktu

16 pengembalian sampai dengan 5 tahun, biasanya kredit tersebut dipergunakan untuk keperluan modal kerja atau investasi. c Bank Danamon Indonesia Terdapat 2 kelompok skim kredit di Bank Danamon yaitu skim kredit program dan non program/umum berikut: 1) Kredit Program, terdapat 2 produk kredit program yaitu KKP dan KPKM. 2) Kredit Non Program, terdapat 5 produk kredit yaitu: a) KB/Kredit Berjangka, KAB/Kredit Angsuran Berjangka b) KRK/Kredit Rekening Koran c) Kredit Mikro d) Kredit kecil e) Kredit Menengah d BNI (Bank Negara Indonesia) Terdapat 2 kelompok skim kredit di BNI yaitu skim kredit program dan non program/umum. Adapun produk-produk kredit tersebut adalah sebagai berikut: 1) Kredit Program, secara umum terdapat 3 produk kredit yaitu: a) KPKM/Kredit Pengusaha Kecil dan Mikro b) KI-TSL, IEPC KFW/Kredit Investasi c) KKP/Kredit Ketahanan Pangan 2) Kredit Non Program,terdapat 8 produk yaitu: a) KMK-Non KUK/Kredit Modal Kerja bagi nasabah perorangan b) KMK-KUK/Kredit Modal Kerja untuk mendukung usaha kecil c) KKU/Kredit Kecil untuk usaha kecil dan menengah

17 d) Kredit Mikro e) Investasi f) Kredit Produktif sampai dengan Rp500 juta g) Kredit Produktif Rp 500 juta sampai dengan Rp2,5 Miliar h) Kredit Produktif Rp 2,5 sampai dengan Rp 5 miliar C. Usaha Kecil Menengah (UKM) 1. Pengertian UMKM a) Berdasarkan Undang-undang No.9 tahun tentang Usaha Kecil: 1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp ,- (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) 2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp ,- 3) Milik warga negara Indonesia 4) Berdiri sendiri dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar. 5) Dapat berbentuk usaha perseorangan badan usaha yang tidak berbadan hukum, badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi. b) Menurut Badan Pusat Statistik, usaha kecil adalah industri yang melibatkan tenaga kerja antara 5-19 orang dan usaha menengah terdiri dari karyawan. c) Menteri Kenegaraan dan Koperasi & PKM : 1) UU No.9/1995 tentang Usaha Kecil: 2) Aset paling banyak Rp ,- di luar tanah dan bangunan

18 3) Omzet tahunan paling banyak Rp ,- 4) Inpres No.10 tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah mendefenisikan usaha menengah adalah unit kegiatan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp ,- sampai maksimal Rp ,- (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha). d) Menurut Bank Indonesia : UU No.9/1995 tentang Usaha Kecil: 1) Aset paling banyak Rp ,- di luar tanah dan bangunan 2) Omzet tahunan paling banyak Rp ,- 3) SK Dir No. 30/ 45/ Dir/UK tanggal 5 januari 1997 mengenai usaha menengah: 4) Untuk sektor industri, memiliki total aset paling banyak Rp ,- 5) Untuk sektor non industri, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp ,- (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) 6) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp ,- e) Menurut Departemen Perindustrian RI UKM adalah kelompok perusahaan yang dimiliki penduduk Indonesia dengan jumlah nilai asset kurang dari Rp ,- di luar tanah dan bangunan yang diguunakan. f) Bank dunia mendefenisikan bahwa usaha kecil melibatkan < 20 orang, sedangkan usaha menengah melibatkan pekerja orang dengan aset paling besar US$ diluar tanah dan bangunan.

19 g) Menurut Megginson dan Byrd (2000:11), usaha kecil adalah usaha yang pemiliknya mempunyai kebebasan untuk mengoperasikan usahanya, tidak dominan di bidangnya, serta tidak terikat pada kebiasaan-kebiasaan baru.hal ini menyebabkan usahanya mungkin tidak berkembang, mereka biasanya lebih santai dan kurang agresif dalam menjalankan usahanya. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa UMKM merupakan bentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum ataupun badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi yang memiliki aset serta tenaga kerja relatif kecil, di mana pemiliknya memiliki kebebasan dalam mengoperasikan usahanya dan mengelola keuangannya. 2. Karakteristik UMKM Usaha kecil yang ada di Indonesia memiliki cirri khas tertentu yang membedakan dengan usaha besar ataupun usaha kecil di negara lain. Ada beberapa karakteristik yang menjadi cirri khas usaha kecil (Paramita, 2001:4) antara lain: a) Mempunyai skala usaha yang kecil baik modal, penggunaan tenaga kerja maupun orientasi pasar. b) Banyak lokasi di pedesaan, kota-kota kecil atau daerah-daerah pinggiran kota besar. c) Status usaha milik pribadi atau keluarga. d) Sumber tenaga kerja berasal dari lingkungan sosial budaya (etnis, geografis). e) Pola kerja seringkali part time atau sebagai usaha sampingan dari kegiatan ekonomi lainnya.

20 f) Memiliki kemampuan terbatas dalam mengadopsi teknologi, pengelolaan usaha dan administrasinya sederhana. g) Struktur permodalan sangat tebatas dan kekurangan modal kerja serta sangat tergantung terhadap sumber modal sendiri dan lingkungan pribadi. h) Izin usaha seringkali tidak dimilik dan persyaratan usaha tidak dipenuhi. i) Strategi perusahaan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang sering berubah secara cepat. 3. Keunggulan dan Kelemahan UMKM a) Keunggulan UMKM Beberapa keunggulan UMKM terhadap usaha besar antara lain adalah sebagai berikut (Partomo dan Soejoedono, 2004: 13) : 1) Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk. 2) Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil. 3) Kemampuan menciptakan lapangan kerja cukup banyak atau penyerapannya terhadap tenaga kerja. 4) Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibandingkan dengan perusahaan skala besar yang pada umumnya birokratis. 5) Terdapatnya dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan. b) Kelemahan UMKM Selain itu ada beberapa karakteristik lain yang sering kali dinilai sebagai kelemahan usaha kecil (Paramita, 2001 : 4), yaitu :

21 1) Intensitas perubahan usaha sering terjadi sehingga sulit untuk membangun spesialisasi atau profesionlisme usaha. 2) Ketidakstabilan mutu produk dan adanya sifat yang cenderung ingin mencari keuntungan jangka pendek sehingga seringkali sangat spekulatif, tiru-meniru, situasi persaingan mengarah pada persaingan tidak sehat dan lain-lain, sifat yang dapat merugikan usaha jangka panjang. 3) Manajemen keuangan belum tercatat dengan baik dan belum ada perbedaan antara konsumsi rumah tangga dengan biaya produksi, usaha serta keterbatasan modal dan keterampilan. 4) Adanya keterkaitan kekerabatan yang tinggi sehingga akumulasi modal tidak dapat tercipta melainkan tersebar di antara sanak saudara. 5) Memiliki rasa kebersamaan yang menyebabkan persaingan menjadi terbatas. 6) Kebanyakan usaha kecil merupakan usaha untuk mempertahankan hidup, bukan usaha yang produktif. 4. Strategi Pengembangan UMKM Dalam mengembangkan dan mengatasi kendala-kendalanya, pengusaha UMKM harus merencanakan strategi bisnis yang tepat. Strategi bisnis yang perlu diambil antara lain adalah sebagai berikut (Paetomo dan Soejoedono, 2004 : 16) : a) Untuk dapat mengembangkan UMKM perlu dipelajari terlebih dahulu tentang cirri-ciri definisi atau pengertian kelemahan-kelemahan serta potensipotensi yang tersedia serta perundang-undangan yang mengatur UMKM. b) Dibadan usaha tersebut diperlukan bantuan manajerial agar tumbuh inovasiinovasi mengelola UMKM berdampingan dengan usaha-usaha besar.

22 c) Secara vertical dalam sistem gugus usaha, UMKM bias menjadikan diri komplemen-komplemen usaha bagi industri perusahaan produsen utama. Maka diperlukan suatu strategi UMKM menjalin kerja komplementer dengan usahausaha besar. d) Kerjasama bias berbentuk koperasi dan secara bersama-sama beroperasi masuk (enter) dalam usaha tertentu. Di Indonesia kemitraan usaha yang berbentuk koperasi merupakan strategi bisnis yang sangat penting, sehingga pemerintah menganggap perlu membentuk departemen khusus untuk menangani UMKM dan koperasi. 5. Permodalan UKM Pengembangan yang khusus memfokuskan pada penyediaan modal perlu menentukan strategi sebagi berikut (Partomo dan Soejoedono, 2004 : 32) : a) Memadukan dan memperkuat tiga aspek, yaitu bantuan keuangan, bantuan teknis, dan program penjaminan. b) Mengoptimalkan penunjukkan bank dan lembaga keuangan mikro untuk usaha mikro kecil-menengah (UMKM). c) Mengoptimalkan realisasi business plan perbankan dalam pemberian KUK (Kredit Usaha Kecil). d) Bantuan teknis yang efektif, bekerja sama dengan asosiasi, konsultan swasta, pergururan tinggi, dan lembaga terkait. e) Meningkatkan lembaga penjamin kredit yang ada. f) Memperkuat lembaga keuangan mikro untuk melayani masyarakat miskin.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/3/PBI/2000 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/3/PBI/2000 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/3/PBI/2000 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Undang-undang

Lebih terperinci

PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL BANK MANDIRI

PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL BANK MANDIRI PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL POKOK BAHASAN I II KONDISI UMKM PERBANKAN KOMITMEN III POLA PEMBIAYAAN UMKM IV KESIMPULAN I KONDISI UMKM PERBANKAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/20/PBI/ 2003 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/20/PBI/ 2003 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/20/PBI/ 2003 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Kredit Likuiditas

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/19/PBI/2012

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/19/PBI/2012 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/19/PBI/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/20/PBI/2003 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM

Lebih terperinci

No. 5/30/BKr Jakarta, 18 November 2003 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO)

No. 5/30/BKr Jakarta, 18 November 2003 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) No. 5/30/BKr Jakarta, 18 November 2003 S U R A T E D A R A N kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) Perihal : Pelaksanaan Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas

Lebih terperinci

No.16/3 /DPTP Jakarta, 3 Maret 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO)

No.16/3 /DPTP Jakarta, 3 Maret 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) No.16/3 /DPTP Jakarta, 3 Maret 2014 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) Perihal : Pelaksanaan Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu

PENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pemberian kredit pada saat ini telah banyak dilakukan oleh berbagai lembaga keuangan yang ada di Indonesia. Jenis kredit yang diberikan pun sudah menyesuaikan dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Ramainya

BAB I PENDAHULUAN. forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Ramainya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia bisnis, merupakan dunia yang ramai dibicarakan di berbagai forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Ramainya pembicaraan masalah ini disebabkan,

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N. Kepada BANK PERKREDITAN RAKYAT / BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARI AH DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO)

S U R A T E D A R A N. Kepada BANK PERKREDITAN RAKYAT / BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARI AH DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) No. 2/ 4 /DKr Jakarta, 11 Februari 2000 S U R A T E D A R A N Kepada BANK PERKREDITAN RAKYAT / BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARI AH DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) Perihal : Pelaksanaan

Lebih terperinci

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011 PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011 1 Peran UMKMK Jumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebanyak 51,3 juta unit usaha UMKM menyerap tenaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kembali dana tersebut kemasyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa peran strategis UMKM menurut Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN UMUM BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi yang strategis serta tanggung jawab terhadap sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank Penyaluran kredit merupakan salah satu jasa perbankan yang utama dalam mendukung perputaran ekonomi. Melalui kredit, sektor usaha akan mendapatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan merupakan lembaga yang bergerak pada jasa keuangan. Lembaga ini selain mengumpulkan uang masyarakat, juga memberikan kredit kepada masyarakat baik untuk kepentingan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2016 KEUANGAN OJK. BPR. Badan Kredit Desa. Transformasi. Status. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5847) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sektor Perbankan 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Negara Republik Indoneisa Nomor 10 tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan yaitu badan usaha yang

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

II. TEVJAUAN PUSTAKA

II. TEVJAUAN PUSTAKA II. TEVJAUAN PUSTAKA Setiap kegiatan usaha yang mengharapkan akan berkembang dan maju, selalu memerlukan dana untuk membiayai keperluan-keperluan operasional dan investasi. Dana tersebut diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Bank 1. Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan pada Bab 1 dan pasal 1 serta

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN PINJAMAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR KEPADA PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR Tbk DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu Negara. Menurut ketentuan Undang-undang

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Kredit Likuiditas Bank Indonesia

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Kredit Likuiditas Bank Indonesia Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset Kredit Likuiditas Bank Indonesia Tim Penyusun Ramlan Ginting Chandra Murniadi Dudy Iskandar Gantiah Wuryandani Siti Astiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini juga sesuai dengan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa batas waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Pasca krisis ekonomi dan moneter di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI Teori digunakan sebagai landasan atau alasan mengapa suatu yang bersangkutan memang bisa mempengaruhi variabel tak bebas atau merupakan salah satu penyebab. Secara umum, teori merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan, baik bank maupun lembaga keuangan bukan bank, mempunyai peran yang penting bagi aktivitas perekonomian. Peran strategis bank dan lembaga keuangan bukan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NOMOR: 011/PER/LPDB/2011 TENTANG

PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NOMOR: 011/PER/LPDB/2011 TENTANG KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH R.I. LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH ( LPDB-KUMKM ) PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI

Lebih terperinci

mempermudah dalam mengidentiflkasi suatu jenis usaha apakah tergolong UMKM atau usaha besar. Ada beberapa karakteristik UMKM, yaitu: 1.

mempermudah dalam mengidentiflkasi suatu jenis usaha apakah tergolong UMKM atau usaha besar. Ada beberapa karakteristik UMKM, yaitu: 1. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 618 TAHUN 2010 T E N T A N G PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DANA INVESTASI DAERAH NON PERMANEN UNTUK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

Peran Bank Indonesia Dalam Perekonomian BANK INDONESIA KREDIT. SIMPANAN : Giro Deposito Tabungan

Peran Bank Indonesia Dalam Perekonomian BANK INDONESIA KREDIT. SIMPANAN : Giro Deposito Tabungan 1 2 Peran Bank Indonesia Dalam Perekonomian UU No.23 Tahun 1999 Sebagaimana diubah dengan UU No. 3 Th 2004 BANK INDONESIA KEBIJAKAN MONETER KEBIJAKAN SISTEM PEMBAYARAN PENGATURAN/PENGAWASAN BANK SURPLUS

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG SALINAN 1 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro kecil dan menengah memiliki peran strategis dalam kegiatan perekonomian masyarakat di Indonesia. Peran strategis usaha kecil bagi perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Micro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Micro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Micro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor yang bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi, peningkatan peran dan kegiatan usaha sektor UMKM

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE SALINAN WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi dapat juga diartikan sebagai perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi dapat juga diartikan sebagai perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator dalam menilai perkembangan ataupun kenaikan tingkat kesejahteraan suatu bangsa atau negara. Dengan kata lain pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia berdasarkan data statistik tahun 2004, dapat dilihat dari

I. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia berdasarkan data statistik tahun 2004, dapat dilihat dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro kecil dan menengah memiliki peran strategis dalam kegiatan perekonomian masyarakat di Indonesia. Peran strategis usaha kecil bagi perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

UKM di Indonesia. Perkembangan UKM di Indonesia

UKM di Indonesia. Perkembangan UKM di Indonesia ICHSAN NAZMI PUTRA 170610080064 UKM di Indonesia Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah antara lain, bertambah atau berkurangnya penduduk, dan penemuanpenemuan

BAB I PENDAHULUAN. adalah antara lain, bertambah atau berkurangnya penduduk, dan penemuanpenemuan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu contoh negara yang berada dalam tahap membangun dan berkembang. Seiring dengan berjalannya pembangunan nasional, maka kehidupan masyarakatpun

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 13 /Per/M.KUKM/VII/2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PROGRAM SEKURITISASI ASET KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem keuangan negara-negara berkembang termasuk Indonesia berbasiskan perbankan (bank based). Hal ini tercermin pada besarnya pembiayaan sektor riil yang bersumber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan kepada debitur atau masyarakat yang menerima kredit Kupedes di Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis. Penentuan lokasi ini didasari

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga financial intermediary yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana serta sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI

PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI di PT.BANK RAKYAT INDONESIA(PERSERO)Tbk. KANTOR CABANG SIDOARJO SKRIPSI Diajukan oleh : Moch. Adam Sudharta 0513315044/FE/EA

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

BUPATI LOMBOK UTARA PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BUPATI LOMBOK UTARA PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/26/PBI/2004 TENTANG SUKU BUNGA DAN NISBAH ATAS PEMBIAYAAN DENGAN PRINSIP BAGI HASIL KREDIT PROGRAM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/26/PBI/2004 TENTANG SUKU BUNGA DAN NISBAH ATAS PEMBIAYAAN DENGAN PRINSIP BAGI HASIL KREDIT PROGRAM PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/26/PBI/2004 TENTANG SUKU BUNGA DAN NISBAH ATAS PEMBIAYAAN DENGAN PRINSIP BAGI HASIL KREDIT PROGRAM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perkembangan kondisi ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan pembangunan ekonomi tujuan utamanya adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera dengan cara mencapai pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia mulai populer setelah ada kewajiban setiap BUMN menyisihkan 1% -3% keuntungan untuk program kredit

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI

LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan mendasar bagi pengembangan usaha pertanian adalah lemahnya

Lebih terperinci

A B S T R A K S I. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Negara Republik Indonesia ditujukan bagi seluruh

A B S T R A K S I. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Negara Republik Indonesia ditujukan bagi seluruh 1 A B S T R A K S I A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Negara Republik Indonesia ditujukan bagi seluruh Bangsa Indonesia dan juga pembangunan harus dapat dirasakan oleh setiap warga negara, maka sebagai

Lebih terperinci

KREDIT TANPA JAMINAN

KREDIT TANPA JAMINAN KREDIT TANPA JAMINAN ( Studi Tentang Pola Pemberian Kredit Tanpa Jaminan Di PT. Bank Rakyat Indonesia ( Persero ) Tbk. ) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Syarat Syarat Guna

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah melalui pengembangan sistem ekonomi kerakyatan, sehingga mampu

I. PENDAHULUAN. daerah melalui pengembangan sistem ekonomi kerakyatan, sehingga mampu 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan dibidang ekonomi kerakyatan sebagai upaya meningkatkan pendapatan masyarakat Bandar lampung, telah ditempuh berbagai terobosan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang diantaranya hukum, ekonomi, dan politik. Perkembangan perekonomian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM merupakan salah satu sektor ekonomi rakyat yang cukup penting dan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 125 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pola kemitraan inti plasma perkebunan kelapa sawit yang memanfaatkan dana KKPA dilakukan oleh masyarakat atau KUD bersama perusahaan perkebunan baik swasta

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran perbankan dalam pembangunan ekonomi adalah mengalirkan dana bagi kegiatan ekonomi yaitu salah satunya dalam bentuk perkreditan bagi masyarakat perseorangan atau

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Peran Bank Jateng Dalam Implementasi Program. Kredit Ketahanan Pangan Dan Energi (KKP-E)

Peran Bank Jateng Dalam Implementasi Program. Kredit Ketahanan Pangan Dan Energi (KKP-E) Peran Bank Jateng Dalam Implementasi Program Kredit Ketahanan Pangan Dan Energi (KKP-E) JURNAL ILMIAH Disusun Oleh: CHEVIENE CHARISMA PUTRIE NIM. 115020200111003 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perbankan sendiri merupakan perantara keuangan dari dua pihak, yakni pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Hal tersebut tercermin pada UU RI no. 10

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 26 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 607 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 26 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 607 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 26 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 607 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DANA PINJAMAN MODAL USAHA KEGIATAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertengahan tahun 1997 terjadi krisis ekonomi yang menyebabkan perekonomian Indonesia terpuruk. Fenomena yang menggambarkan hal ini yaitu tingginya tingkat inflasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH A. Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM di definisikan dengan berbagai cara yang berbeda tergantung pada negara dan aspek-aspek lainnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Kredit Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam latar belakang, kegiatan bank ialah menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan( NPL), Likuiditas dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN PINJAMAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR KEPADA PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR Tbk DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN TENTANG PENGELOLAAN, PENATAUSAHAAN, SERTA PENCATATAN ASET DAN KEWAJIBAN D

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN TENTANG PENGELOLAAN, PENATAUSAHAAN, SERTA PENCATATAN ASET DAN KEWAJIBAN D BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.579, 2017 LPS. Program Restrukturisasi Perbankan. Pengelolaan, Penatausahaan, serta Pencatatan Aset dan Kewajiban. (Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia seperti sektor perdagangan,

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bida

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bida No.1794, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH. KUR. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

V. SEJARAH PENGEMBANGAN KOMUNITAS

V. SEJARAH PENGEMBANGAN KOMUNITAS V. SEJARAH PENGEMBANGAN KOMUNITAS 5.1 Bantuan Modal 5.1.1 Bantuan Modal dari BUMN Bantuan dari pemerintah berupa pinjaman modal dan prasarana produksi pernah dilaksanakan sebelum tahun 2001 (Diperindag

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa pembangunan koperasi merupakan tugas bersama antara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga. yang melancarkan arus uang dari masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga. yang melancarkan arus uang dari masyarakat. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Sebagai lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat,bak merupakan perusahaan yang sangat penting yang dapat menunjang keseluruhan program pembiayaan

Lebih terperinci

No. 3/ 9 /BKr Jakarta, 17 Mei S U R A T E D A R A N kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 3/ 9 /BKr Jakarta, 17 Mei S U R A T E D A R A N kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 3/ 9 /BKr Jakarta, 17 Mei 2001 S U R A T E D A R A N kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Kredit Usaha Kecil ----------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2008:2) Bank merupakan Lembaga Keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa memerlukan pola pengaturan pengelolaan sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan terpadu bagi peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank a) Pengertian Bank Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang banyak dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha Kecil dan Menengah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar).

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sebagian penduduknya bekerja di sektor pertanian. Saat ini keberpihakan pihak-pihak pemodal atau Bank baik pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari dan menyalurkan ke dalam masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari dan menyalurkan ke dalam masyarakat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BANK 1. Pengertian Bank Pengertian Lembaga keuangan menurut Undang-Undang Nomor. 14 Tahun 1967 menurut Martono, 2002:2 menyatakan bahwa Semua badan melalui kegiatan-kegiatannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian bank Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. 5 Berdasarkan kurs per 4 Juni 2003, EUR = 1,17 USD

II TINJAUAN PUSTAKA. 5 Berdasarkan kurs per 4 Juni 2003, EUR = 1,17 USD II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Usaha Mikro Kecil Terdapat penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini. Diantaranya yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil merupakan basis usaha rakyat. Dari perspektif dunia, diakui bahwa usaha kecil

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil merupakan basis usaha rakyat. Dari perspektif dunia, diakui bahwa usaha kecil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha kecil merupakan basis usaha rakyat. Dari perspektif dunia, diakui bahwa usaha kecil memainkan suatu peran yang sangat penting di dalam pembangunan dan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN DANA PENGUATAN MODAL UNTUK USAHA EKONOMI PRODUKTIF MASYARAKAT MISKIN SERTA PENGUSAHA MIKRO DAN KECIL DI PROVINSI BALI GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan. Sedangkan bagi si pemberi kredit artinya memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan. Sedangkan bagi si pemberi kredit artinya memberikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kredit Kredit berasal dari kata credere yang artinya kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit maka berarti memperoleh kepercayaan. Sedangkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH BANTEN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH BANTEN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2013... TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa Koperasi

Lebih terperinci

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH PENGERTIAN Menurut DFID (Department For International Development) sektor keuangan adalah seluruh perusahaan besar atau kecil, lembaga formal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/12/PBI/ 2004 TENTANG KREDIT INVESTASI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DENGAN POLA PERUSAHAAN INTI RAKYAT YANG DIKAITKAN DENGAN PROGRAM TRANSMIGRASI (PIR-TRANS) PRA KONVERSI GUBERNUR

Lebih terperinci

PNM Permodalan Nasional Madani

PNM Permodalan Nasional Madani Mendorong Akselerasi Intermediasi kepada Usaha Mikro dan Kecil melalui Linkage Program Abdul Salam Direktur PT (Persero) Seminar Linkage Program Gema PKM & Bank Indonesia 27 Agustus 2004 PT. (Persero)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Keberadaan lembaga perantara keuangan (financial intermediary institution) sangat penting dalam suatu sistem perekonomian modern. Lembaga

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo. PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk kepentingan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak permasalahan yang terkait dengan hal ekonomi dan pembangunan. Hal ini diakibatkan oleh dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan kesejahteraan masyarakat telah menumbuhkan aspirasi dan tuntutan baru dari masyarakat untuk mewujudkan kualitas kehidupan

Lebih terperinci

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA A. Pengertian Pengalokasian Dana Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk tabungan, simpanan giro dan deposito adalah menyalurkan

Lebih terperinci