PENGARUH LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PQ4R TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA KELAS VIII SMPN 1 LINGGO SARI BAGANTI

Transkripsi

1 PILLAR OF PHYSICS EDUCATION, Vol. 2. Oktober 2013, PENGARUH LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PQ4R TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA KELAS VIII SMPN 1 LINGGO SARI BAGANTI Nessa Anugra Rahmi *), Djusmaini Djamas** ), dan Nurhayati** ) *) FMIPA UNP, anugranessa@gmail.com **) Staf Pengajar Jurusan Fisika FMIPA UNP ABSTRACT Learning in school still not involve active participation of students. so that student learning outcomes in the cognitive domain is still low, because many students are simply stunned and did not participate in the study, which is done by applying alternative based LKS PQ4R provide opportunities for students to interact, engage actively in learning activities. This study aimed to investigate the effect of LKS PQ4R Based on the results of science learning physics class VIII SMP N 1 Linggo Sari Baganti. Type of research is quasiexperimental research by design "Randomized Control Group Design Only". The study population was a student of class VIII SMP N 1 Linggo Sari Baganti enrolled in Academic Year 2012/2013 consists of 5 classes. Cluster sampling with random sampling techniques. As a sample drawn 5 class VIII as an experimental class VIII and class 4 as the control class. Research instruments such as achievement test, observation format affective and psychomotor assessment sheet. The data obtained were analyzed using two similarity test average on the real level of Based on the analysis of data, study results obtained on the three domains, namely cognitive, affective, and psychomotor. It can be concluded that there is significant influence between students who use worksheets based PQ4R with the use of existing school worksheets on learning outcomes of students' science Physics. Keywords: Student Worksheet, PQ4R, Science, Learning Outcome PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. Setiap ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang memberikan manfaat bagi kehidupan, baik dalam bidang informasi dan komunikasi, sosial budaya, politik maupun bidang pendidikan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini tidak terlepas dari konstribusi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran IPA Fisika merupakan proses yang memberikan perubahan perilaku peserta didik kearah yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan hakikat pembelajaran Fisika yang tergabung kedalam hakikat pembelajaran IPA menurut Depdiknas Kegiatan pembelajaran mata pelajaran fisika dilakukan melalui kegiatan kerampilan proses. kegiatan pembelajaran bertujuan mencapai kompetensi dasar yang dijabarkan dalam indikator dengan intesitas pencapaian kompetensi yang beragam [1]. Fisika adalah cabang ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Fisika begitu penting dipelajari karena perkembangan teknologi yang pesat saat ini tidak terlepas dari ilmu fisika dan banyak fenomena-fenomena alam yang terjadi dapat dijelaskan melalui ilmu fisika. Oleh karena itu, Peranan ilmu fisika yang besar ini menuntut manusia untuk memahami dan menguasainya dengan baik, tidak terkecuali bagi siswa. Dengan penguasaan ilmu fisika yang mantap, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pribadi dan sumber daya manusia. Menyadari betapa pentingnya mata pelajaran Fisika, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, baik melalui program sertifikasi guru, maupun melalui pembenahan sarana dan prasarana serta perangkat pembelajaran, mengoptimalkan penggunaan laboratorium dan perpustakaan. Selain itu, juga dilakukan penyempurnaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang lebih memberikan keleluasaan ditingkat satuan pendidikan atau sekolah untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing yang mengacu kepada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang harus dicapai siswa. Menurut Mulyasa KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan dan dilaksanakan oleh setiap sekolah yang siap dan mampu mengembangkannya dengan pendidikan yang memperhatikan UU No. 20 Tahn 2003 tentang Sistem Pendidkan Nasional pasal 36 adalah: 1. Pengembangan kurikulum dilakukan mengacu terhadap Standar Nasional Pendidikan guna mewujudkan tujuan nasional pendidikan. 2. Kurikulum disemua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan mengacu prinsip diversivikasi yang sesuai dengan stuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. 113

2 3. Kurikulum satuan pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite berpedoman pada KKM dan standar isi serta cara penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP [2]. Meskipun berbagai usaha telah dilakukan dalam peningkatan mutu pendidikan khususnya fisika, namun kenyataannya masih banyak siswa yang hanya terpaku menjadi penonton dan tidak ikut serta dalam menemukan suatu konsep serta hanya mengandalkan teman-teman yang pintar baik dalam diskusi maupun dalam menjawab pertanyaan sehingga banyak siswa yang tidak mengerti dan belum mampu menguasai materi pembelajaran sesuai yang diharapkan. Rendahnya hasil belajar mata pelajaran IPA fisika ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian yang secara rata-rata masih berada dibawah KKM yaitu 70 seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Rata-Rata Ulangan Harian IPA Fisika siswa kelas VIISMP N 1 linggo Sari Baganti tahun ajaran 2012/2013 Kelas VIII 1 VIII 2 VIII 3 VIII 4 V III 5 Rata-rata 50,23 52,62 50,12 45,53 46,28 Sumber: Guru IPA Fisika kelas VIII SMP N 1 Linggo Sari Baganti) Berdasarkan hasil ulangan harian siswa di atas, terlihat hasil belajar yang rendah. Ini terlihat dari beberapa faktor yang ada di lapangan bahwasanya siswa masih terpaku menjadi penonton dan cenderung malas untuk belajar dan selalu mengedepankan kepada temannya yang pintar, siswa juga takut untuk mengemukakan pendapatnya karena pada awalnya mereka sudah beranggapan kalau pendapat mereka kurang benar. Siswa masih menggunakan bahan ajar yang kurang efektif untuk proses pembelajarannya di kelas. Masalah di atas perlu diupayakan sebuah solusi untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Guru sebagai salah satu komponen utama dalam proses pembelajaran diharapkan mampu mengoptimalkan cara belajar dan mengembangkan daya nalar atau menggali pola pikir siswa, serta menciptakan kondisi yang menyenangkan sehingga mampu mendorong siswa untuk ikut serta dalam menemukan konsep fisika. Proses pembelajaran yang mampu mengembangkan pola pikir dan mengikutsertakan siswa dalam pembelajaran tersebut tidak hanya akan meningkatkan kemampuan kognitifnya saja, tetapi juga akan meningkatkan kemampuan afektif dan psikomotor siswa. Salah satu cara untuk mengikut sertakan siswa dalam menemukan konsep sendiri dalam pembelajaran adalah menggunakan LKS. Penyusunan LKS harus sesuai dengan prosedur dan aturan yang telah ditetapkan secara nasional. Prastowo menyatakan bahwa terdapat langkahlangkah yang harus dilakukan oleh guru dalam menyiapkan sebuah LKS antara lain: a. Analisis Kurikulum Analisis kurikulum untuk menentukan materi yang menggunakan bahan ajar LKS. Biasanya materi dianalisis dengan melihat materi pokok kemudian kompetensi yang dimiliki siswa. b. Menyusun Peta Kebutuhan LKS Peta LKS sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKS yang ditulis dan urutan dalam LKS. Urutan LKS ini diperlukan untuk menentukan prioritas penulisan. Diawali dengan analisis kurikulum serta analisis sumber belajar. c. Menentukan Judul LKS Judul LKS ditentukan atas dasar KD, materi pokok yang terdapat dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dijadikan sebagai judul LKS, apabila kompetensi kecil, sedangkan besarnya KD dideteksi dengan cara menguraikan kedalam Materi Pokok (MP). Kompetensi itu dapat dijadikan sebagai satu judul LKS. d. Penulisan LKS Penulisan Lembar Kerja Siswa ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Perumusan KD yang dikuasai Rumusan Kompetensi Dasar pada LKS langsung diturunkan dari dokumen Standar Isi 2) Menentukan alat penilaian Penilaian proses kerja dan hasil kerja peserta didik serta pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, yang penilaian didasarkan pada penguasaan kompetensi, sehingga alat penilaian yang cocok menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan atau Criterion Referenced Assesment. Dengan demikian guru menilai melalui proses dan hasil kerja. 3) Penyusunan Materi Materi LKS tergantung Kompetensi Dasar yang akan dicapai. Informasi pendukung pada materi LKS yaitu gambaran umum yang hendak dipelajari. Materi dapat diambil dari beberapa sumber seperti buku, majalah, internet, dan jurnal hasil penelitian lainnya. Agar pemahaman dan pengetahuan siswa terhadap materi lebih kuat, dan diinformasikan referensi lainnya dalam LKS 4) Struktur Lembar Kerja Siswa 114

3 Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut: a) Judul b) Petunjuk belajar (petunjuk siswa) c) Kompetensi yang akan dicapai d) Informasi pendukung e) Tugas-tugas f) Langkah-langkah kerja dan g) Penilaian [3] LKS merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dapat dikembangkan dan digunakan dalam memfasilitasi kegiatan pembelajaran siswa. LKS berisi petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas. Tugas yang diberikan untuk siswa boleh berupa teori dan praktik. LKS yang digunakan ini diharapkan dapat merubah cara belajar siswa sehingga akan mendapat hasil belajar yang lebih baik, Maka LKS yang akan digunakan adalah LKS berbasis PQ4R. LKS ini akan dirancang secara sistematis sesuai tahap-tahap dalam strategi PQ4R yang mana PQ4R ini adalah Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review. Menurut Trianto pelaksanaan strategi belajar PQ4R, dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Preview Langkah pertama dimaksudkan agar siswa, membaca selintas dengan cepat. Pada saat ini siswa memulai dengan topik, sub topik utama, judul serta sub judul atau akhir dari suatu bab. Apabila langkah ini tidak ada, siswa bisa memeriksa halaman dengan cepat, membaca beberapa kalimat sehingga diperoleh sedikit gambaran mengenai apa yang dipelajari. 2. Question Langkah kedua adalah mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri untuk setiap materi pada bahan bacaan siswa. Judul dan dan sub topik, mengawali pertanyaan dengan kata apa, siapa, mengapa dan bagaimana. 3. Read Karangan dibaca secara aktif, cara pikiran siswa harus memberikan reaksi terhadap yang dibacanya. Jangan membuat catatan panjang. Coba untuk mencari jawaban sementara terhadap semua pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebelumnya. 4. Reflect Reflect bukanlah suatu langkah terpisah dari langkah ketiga, tetapi adalah suatu komponen esensial dari langkah ketiga. Saat membaca siswa bukan hanya mengingat, tetapi memahami informasi yang dipresentasikan dengan cara: 1) Mengaitkan informasi itu dengan hal yang telah diketahui. 2) Mengaitkan sub topik di dalam teks dengan konsep atau prinsip-prinsip utama. 3) Coba untuk mengaitkan kontradiksi di dalam informasi yang di sajikan. 4) Mencoba untuk menggunakan materi untuk memecahkan masalah yang dianjurkan dari materi pelajaran. 5. Recite Siswa diminta untuk merenungkan (mengingat) kembali informasi yang sudah dipelajari dengan menyatakan poin-poin penting dengan nyaring dan dengan menayakan serta menjawab pertanyaan. 6. Review Langkah terakhir,siswa diminta membaca catatan singkat (inti sari) yang dibuatnya, Kemudian mengulang kembali seluruh isi bacaan di dalam kelas dan menjawab pertanyaan yang diajukan [4]. Tahap Preview (membaca selintas) siswa dapat membaca LKS secara selintas dengan cepat sehingga menimbulkan beberapa pertanyaan dan dilanjutkan pada tahap question (pertanyaan) siswa mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri berdasarkan dari yang dibaca tadi pada tahap preview. Tahap read (membaca) untuk menjawab pertanyaan yang diajukan untuk diri sendiri tadi dan sebagai bahan untuk menjawab pertanyaan selanjutnya. Tahap reflect (mengaplikasikan) setelah membaca siswa dapat mengaplikasikan dan mengaitkan kedalam pertanyaan yang telah disediakan guru didalam LKS. Tahap Recite (mengingat) siswa mengingat kembali informasi yang yang telah dipelajari dan dapat membuat inti sari. Tahap Review (mengulang) siswa diminta untuk menbacakan inti sari yang didapat dengan mengulang membacakan. Dalam strategi PQ4R diberikan kesempatan kepada siswa untuk mengoptimalkan cara belajar dan mengembangkan daya nalar siswa, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep sendiri secara ilmiah dengan guru sebagai pembimbing sekaligus fasilitator. Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis PQ4R terhadap Hasil Belajar IPA Fisika Kelas VIII SMP Negeri 1 Linggo Sari Baganti. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian quasi-eksperimental, dengan rancangan penelitian menggunakan model Randomized Control group Only Design. Sampel dibagi atas dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen menggunakan strategi PQ4R dan kelas kontrol sesuai dengan KTSP. Bentuk rancangan yang digunakan dapat dilihat Tabel 2 : 115

4 Tabel 2. Rancangan Penelitian Randomized Control Group Only Design Group Treatment Posttest Eksperimen Kontrol X - (Sumardi Suryabrata,2004 : 104) Keterangan: X : Perlakuan yang akan diberikan kepada kelas eksperimen yaitu menggunakan LKS berbasis PQ4R T : Tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas control [5] Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP N 1 Linggo Sari Baganti terdaftar pada semester II Tahun Pelajaran 2012/2013. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Cluster Random Sampling. Pengambilan sampel secara cluster merupakan pengambilan sampel pada kelompok individu-individu yang telah ada di sekolah yaitu kelas bukan secara individual. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas yaitu LKS berbasis PQ4R pada kelas eksperimen, variabel terikat yaitu hasil belajar pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dan Variabel kontrol adalah guru, materi pelajaran, bahan ajar, alokasi waktu. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar untuk ranah kognitif berupa penguasaan materi yang diperoleh melalui tes, dan ranah afektif diperoleh melalui lembar observasi siswa selama pembelajaran berlangsung serta ranah psikomotor dengan menggunakan rubrik penskoran siswa saat melakukan percobaan. Semua data ini merupakan data primer. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa hasil belajar siswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Data hasil belajar ranah kognitif diperoleh setelah proses pembelajaran melalui tes tertulis dan data hasil belajar afektif diperoleh selama proses pembelajaran melalui lembar observasi serta data hasil belajar psikomotor diperoleh selama kegiatan praktikum melalui rubrik penskoran. Data penilaian hasil belajar pada ranah kognitif diperoleh dari tes akhir dengan teknik tes tertulis berbentuk soal objektif sebanyak 30 buah soal kepada kedua kelas sampel pada akhir kegiatan penelitian. Dari hasil perhitungan secara statistik, diperoleh nilai rata-rata ( x ), simpangan baku, dan T T varians kelas eksperimen dan kontrol seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai Rata-Rata, Nilai Tertinggi, Nilai Terendah, simpangan baku dan Varians Kelas Sampel Ranah Kognitif Kelas Ekspe rimen Kontr ol N Nilai Tertin ggi Nilai Tere ndah X S 2 S ,7 67,9 32,8 5, ,7 57,7 46,1 6,8 Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai siswa terendah pada kelas eksperimen adalah 56,7 dan nilai terendah pada kelas kontrol adalah 46,7. Nilai tertinggi kelas eksperimen adalah 80 dan nilai tertinggi kelas kontrol adalah 70. Data hasil belajar afektif diperoleh selama kegiatan pembelajaran berlangsung, sebanyak delapan kali pertemuan. Data ini diambil dengan menggunakan Format Penilaian Ranah Afektif. Penilaian ranah afektif dilakukan terhadap lima aspek penilaian yang disesuaikan dengan materi dan kemampuan belajar siswa. Deskripsi data ini ditunjukkan dengan proporsi skor rata-rata siswa dalam kedua kelas sampel untuk setiap aspek perilaku selama delapan kali pertemuan. Proporsi skor rata-rata ini menentukan kriteria yang diperoleh siswa untuk setiap aspek perilaku yang diamati. Sama dengan ranah kognitif, dari data hasil belajar ranah afektif ini dilakukan perhitungan sehingga diperoleh nilai rata-rata ( x ), simpangan baku ( S), dan variansi ( S 2 ) kedua kelas eksperimen dan kontrol seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai Rata-Rata, Nilai Tertinggi, Nilai Terendah, simpangan baku dan Varians Kelas Sampel Ranah Afektif Kelas Eksperi men N Nilai Tertin ggi Nilai Tere ndah S ,6 73,8 19,2 Kontrol 30 87,5 68,8 26,2 S 4,4 5,1 Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai siswa terendah pada kelas eksperimen adalah 73.8dan nilai terendah pada kelas kontrol adalah 68,8. Nilai tertinggi kelas eksperimen adalah 90,6 dan nilai tertinggi kelas kontrol adalah 87,5. Data penelitian pada ranah psikomotor ini diperoleh melalui hasil pengamatan selama proses 116

5 pembelajaran dan penilaian pada akhir penelitian melalui rubrik penskoran ketika siswa melakukan percobaan di laboratorium sekolah. Sama dengan ranah kognitif, dari data hasil belajar ranah psikomotor ini dilakukan perhitungan sehingga didapatkan nilai rata-rata ( x ), simpangan baku ( S), dan variansi ( S 2 ) kedua kelas eksperimen dan kontrol seperti pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai Rata-Rata, Nilai Tertinggi dan Nilai Terendah Kelas Sampel Ranah Psikomotor Nilai Nilai Kelas N Tertinggi Terendah X Eksperi 35 94,4 72,2 85,2 men Kontrol 30 88,9 66,7 77,7 Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai siswa terendah pada kelas eksperimen adalah 72,2 dan nilai terendah pada kelas kontrol juga 66,7. Nilai tertinggi kelas eksperimen adalah 94,4 dan nilai tertinggi kelas kontrol adalah 88,9. Analisis data bertujuan untuk menguji apakah diterima atau ditolaknya hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian. Sebelum melakukan uji statistik, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan normalitas dan homogenitas terhadap data tes akhir. Untuk melihat apakah data pada kedua kelas sampel terdistribusi normal atau tidak digunakan Uji Lilliefors. Dari uji normalitas yang dilakukan, maka didapatkan harga L o dan L tabel pada taraf nyata 0,05 seperti dilihat pada Tabel 6: Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Kedua Kelas Sampel Ranah Kognitif Kelas α N L o L t Eksperimen 35 0,1368 0,1497 Kontrol 0, ,1389 0,1610 Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa kedua kelas sampel mempunyai nilai L o < L t pada taraf nyata 0,05. Hal ini berarti data hasil tes akhir kedua kelas sampel terdistribusi normal. Untuk mengetahui apakah data pada kedua kelas sampel memiliki varians yang homogen atau tidak dilakukan uji homogenitas. Dari uji homogenitas varians yang dilakukan terhadap data tes akhir kedua kelas sampel ternyata diperoleh F hitung = 1,4039 dan F tabel dengan taraf nyata α = 0,05 pada dk pembilang 29 dan dk penyebut 34 adalah 1,8083. Dengan demikian F h < F (0,05);(29,34 ), hal ini berarti kelompok data mempunyai varians yang homogen. Hasil uji homogenitas kedua kelas sampel dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas Sampel Ranah Kognitif Kelas N S 2 F h F t Eksperimen 35 32,8 Kontrol 30 46,1 1,4039 1,8083 Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan uji t. Hasil uji t kedua kelas sampel dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Uji t Ranah Kognitif Kelas N Mean S 2 t h t t Eksperimen 35 67,989 32,83 Kontrol 30 57,658 46,089 6,66 1,67 Dari Tabel 8 terlihat bahwa t hitung = 6,66 sedangkan t tabel = 1,67 dengan kriteria pengujian terima Ho jika t h < t (1-α) dan tolak Ho jika mempunyai harga lain pada taraf signifikan 0,05 dengan derajat kebebasan dk = (n 1 + n 2 ) 2. Karena didapatkan harga t hitung > t tabel, maka harga t tidak berada pada daerah penerimaan Ho sehingga dikatakan Hi diterima pada taraf nyata 0,05. Penilaian ranah afektif dilakukan setiap kali pertemuan. Observasi dilakukan sebanyak delapan kali pertemuan proses pembelajaran berturut-turut. Sebelum melakukan uji statistik, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas terhadap data tes akhir. Dari uji normalitas yang dilakukan, didapatkan harga L o dan L tabel pada taraf nyata 0,05, seperti terlihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kedua Kelas Sampel Ranah Afektif Kelas Α N L o L t Eksperimen ,1497 0,05 Kontrol ,161 Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa kedua kelas sampel mempunyai nilai L o < L t pada taraf nyata 0,05. Hal ini berarti data hasil perhitungan kedua kelas sampel terdistribusi normal. Hasil uji homogenitas kedua kelas sampel dapat dilihat pada Tabel 10: Tabel 10. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kedua Kelas Sampel Ranah Afektif Kelas N S 2 F h F t Eksperimen 35 19,212 Kontrol 30 26, ,

6 Hasil uji t kedua sampel dapat dilihat pada Tabel 11: Tabel 11. Hasil Uji t Ranah Afektif Kelas N Mean S 2 t h t t Eksperimen 35 82,59 19,212 Kontrol 30 76,69 26,217 5,04 1,67 Pada Tabel 11 di atas terlihat bahwa t hitung =5,0 sedangkan t tabel = 1,67. Dengan kriteria pengujian terima Ho jika t < t (1-α) dan tolak Ho jika mempunyai harga lain pada taraf signifikan 0,05 dengan derajat kebebasan dk = (n 1 + n 2 ) 2. Karena t hitung > t tabel, hal ini menunjukkan bahwa harga t tidak berada pada daerah penerimaan Ho sehingga dapat dinyatakan bahwa Hi diterima pada taraf nyata 0,05. Pada hasil belajar ranah psikomotor terlihat bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Dari uji normalitas yang dilakukan, didapatkan harga L o dan L tabel pada taraf nyata 0,05, seperti terlihat pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kedua Kelas Sampel Ranah Psikomotor Kelas α N L o L t Eksperimen 35 0,096 0,1497 0,05 Kontrol 30 0,092 0,161 Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa kedua kelas sampel mempunyai nilai L o < L t pada taraf nyata 0,05. Hal ini berarti data hasil tes akhir kedua kelas sampel terdistribusi normal. Dari uji homogenitas varians yang dilakukan terhadap kedua sampel ternyata diperoleh F hitung = 1,293 dan F tabel dengan α = 0,05 pada dk pembilang 29 dan dk penyebut 34 adalah 1,8083. Dengan demikian F h < F (0,05);(29,34), hal ini berarti kelompok data mempunyai varians yang homogen. Hasil uji homogenitas kedua kelas sampel dapat dilihat pada Tabel 13: Tabel 13. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kedua Kelas Sampel Ranah Psikomotor Kelas N S 2 F h F t Eksperimen 35 27,346 1,293 1,8083 Kontrol 30 35,372 Hasil uji t kedua sampel dapat dilihat pada Tabel 14: Tabel 14. Hasil Uji t Ranah Psikomotor Kelas N Mean S 2 t h t t Eksperimen 35 5,17 27,3461 5,412 1,67 Kontrol 30 77,69 35,3721 Pada Tabel 14 di atas terlihat bahwa t hitung =5,412 sedangkan t tabel = 1,67. Dengan kriteria pengujian terima Ho jika t < t (1-α) dan tolak Ho jika mempunyai harga lain pada taraf signifikan 0,05 dengan derajat kebebasan dk = (n 1 + n 2 ) 2. Karena t hitung > t tabel, hal ini menunjukkan bahwa harga t tidak berada pada daerah penerimaan Ho sehingga dapat dinyatakan bahwa Hi diterima pada taraf nyata 0,05 2. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data tes akhir belajar didapat nilai rata-rata belajar siswa dari ketiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang dipaparkan oleh Beyamin S. Bloom dan Russeffendi dalam Nana Sudjana menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan LKS berbasis PQ4R dapat meningkatkan hasil belajar IPA fisika siswa. Hal ini terlihat dari tingginya nilai rata-rata secara umum ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibanding kelas control [6]. Dari pengujian statistik yang telah dilakukan, untuk ketiga ranah didapatkan t hitung > t tabel, berarti harga t hitung berada di luar batas kriteria penerimaan H o yang telah ditetapkan. Hal ini berarti H o ditolak dan H i diterima. Berarti nilai rata-rata hasil belajar IPA fisika kedua kelas tersebut berbeda secara signifikan dan ini menunjukkkan adanya pengaruh penggunaan LKS berbasis PQ4R terhadap hasil belajar IPA fisika pada ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor untuk taraf nyata 0,05. Hal ini dikarenakan selama proses pembelajaran di kelas eksperimen, siswa tidak lagi cenderung menunggu jawaban dari guru atau teman yang pintar saja, setiap siswa berusaha untuk menenemukan jawaban sendiri berdasarkan apa yang mereka ketahui dan peroleh dari LKS yang diberikan. Siswa lebih aktif untuk bertanya dan tidak ada rasa takut lagi, jika ada materi yang belum dipahami dan aktif memberikan pendapat atau jawaban selama diskusi serta lebih percaya diri dan mandiri dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, sehingga hasil belajar siswa kelas eksperimen menjadi lebih baik dari pada kelas kontrol. Ini sesuai dengan salah satu tujuan pembuatan LKS yang dikemukaan Andi Prastowo bahwa dengan adanya LKS siswa bisa menjadi lebih mandiri dalam belajar [3]. Dengan penggunaan LKS berbasis PQ4R siswa akan dapat lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran karena didukung oleh suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis PQ4R, seorang guru harus bisa menjadi pembimbing dan fasilittator yang baik bagi siswa agar suasana pembelajaran menjadi menyenangkan. Seperti, dalam saat siswa mengerjakan LKS baik melakukan praktikum maupun diskusi guru harus bisa menguasai kelas dan membimbing siswa dengan baik, agar kelas tidak 118

7 kaku dan siswa tidak monoton dalam melaksanakan tugasnya. Ada beberapa hal yang menyebabkan hasil belajar IPA Fisika siswa dapat meningkat, salah satunya karena dengan penggunaan LKS, dimana siswa dituntut untuk semaksimal mungkin mencari tahu sendiri tanpa harus selalu menunggu jawaban dari guru atau teman yang pintar saja. Siswa diajak untuk berfikir kritis, melakukan percobaan untuk menguji hipotesis mereka tentang suatu ilmu, bertanya jika ada yang tidak mengerti, berani memberikan pendapat atau jawaban tanpa ada rasa takut ditertawakan, siswa dilatih bersosialisasi, menghargai perbedaan, dan bertanggung jawab dalam kelompok masing-masing karena semua aktivitas ini dilakukan dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan. Dalam hal ini, LKS yang digunakan adalah LKS yang dirancang sendiri oleh peneliti. LKS ini tidak hanya LKS yang terdiri dari teori dan soal-soal saja, tapi LKS ini dirancang dengan berdasarkan langkahlangkah yang ada pada strategi PQ4R. Dimana pada LKS ini, ada enam tahap diantaranya tahap preview, question, read, reflect, recite, review. Melalui keenam tahap tersebut nantinya siswa akan menemukan suatu konsep pembelajaran. Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada proses pembelajaran, berupa mau mengikuti pembelajaran, interaksi siswa dengan guru, interaksi antar siswa, mau bekerja sama, aktivitas dalam kelompok, dan mau menyimpulkan hasil pembahasan diperoleh gambaran bahwa aktivitas siswa pada kelas eksperimen cukup bagus dibandingkan dengan aktivitas siswa pada kelas kontrol. Secara umum, siswa pada kelas eksperimen menunjukan ketertarikan dan keinginannya untuk belajar, ini terlihat dari jumlah siswa yang memberikan pendapat saat apersepsi dan pemecahan kasus. Siswa tidak lagi mengejek teman yang lain ketika ada siswa yang menjawab pertanyaan guru sehingga sikap saling menghargai sudah terbina dan interaksi antar siswa menjadi lebih baik. Siswa sudah mulai mempelihatkan perhatiannya pada tiap pertemuan sehingaa siswa melibatkan diri saat pemberian penjelasan oleh guru dalam mengikuti pembelajaran. Setiap aktivitas kelompok, siswa sudah menunjukan kerjasama dan disiplin dengan kelompoknya, baik ketika melakukan percobaan ataupun saat permasalahan dan kasus yang dimunculkan LKS. Selama proses pembelajaran siswa terlihat aktif dan antusias bertanya merespon tindakan guru tanpa ragu-ragu seperti dalam penjelasan contoh kasus yang tidak begitu dipahami siswa. Perbedaan hasil belajar ranah psikomotor antara kelas eksperimen dan kelas kontrol juga karena pengaruh penggunaan LKS berbasis PQ4R terhadap hasil belajar IPA fisika siswa dalam setting pada kelas eksperimen yang memberikan konstribusi bagi siswa untuk membiasakan diri belajar mandiri, lebih mudah dalam memahami materi, dan lebih kritis dalam berfikir dan bertindak, sehingga lebih mudah dalam memahami langkah-langkah praktikum yang akan dilakukan. Peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi PQ4R melatih siswa untuk aktif dan berfikir kritis dan menganalisis dalam pembelajaran. Ini terlihat dari 6 tahap yang ada dalam siklusnya yaitu tahap preview untuk memotivasi siswa agar membaca sekilas dari info yang disajikan sehingga siswa tertarik dan terlibat aktif dalam pembelajaran dengan tahap question pemberian pertanyaan fakta sehari-hari yang berhubungan dengan materi, tahap Read untuk memperoleh informasi yang ada dalam LKS kemudian tahap reflect untuk memberikan kesempatan kepada siswa berdiskusi dengan teman kelompok dan tahap recite untuk merumuskan jawaban sementara dari pertanyaan yang dimunculkan tadi, tahap review untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengemukakan pendapatnya serta menginformasikan keoada temannya yang nantinya dijadikan landasan untuk penjelasan konsep sebenarnya bagi guru. Untuk memudahkan siswa melalui tahap-tahap yang ada pada strategi PQ4R maka pada kelas kontrol digunakan LKS yang ada disekolah dan pada kelas eksperimen digunakan LKS berbasis PQ4R. LKS yang diberikan pada kelas eksperimen memiliki komponen-komponen pendukung untuk setiap tahap sehingga siswa bisa secara mandiri memahami materi, melatih diri untuk menyelesaikan masalah, dan melakukan evaluasi terhadap kemampuannya. Dengan bantuan LKS ini ternyata penggunaan waktu dalam pembelajaran menjadi lebih efisien, salah satunya bisa dilihat dari pemberian motivasi pada tahap preview, dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan LKS yang ada disekolah dalam pembelajarannya, waktu yang dibutuhkan untuk kelas eksperimen dalam pemberian ilustrasi terhadap pertanyaan faktual yang ada dalam kehidupan seharihari jauh lebih sedikit karena LKS yang diberikan pada kelas eksperimen sudah menjelaskan dengan jelas bentuk pertanyaan yang diberikan dilengkapi dengan gambar agar ilustrasi yang ingin disampaikan terlihat bentuk nyatanya. Dari semua uraian di atas terlihat bahwa strategi PQ4R dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dan dengan penggunaan LKS IPA fisika yang memiliki sintak pembelajaran ini pada kelas eksperimen, hasil belajar siswa kelas eksperimen bisa ditingkatkan lebih maksimal lagi dibandingkan kelas kontrol. Jadi LKS berbasis PQ4R memberikan pengaruh yang berarti terhadap hasil belajar siswa. 119

8 KESIMPULAN Setelah melakukan penelitian terhadap Penggunaan LKS berbasis PQ4R di kelas VIII SMPN 1 Linggo Sari Baganti, kemudian melakukan pengolahan data, dan analisis data dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :Penerapan LKS berbasis PQ4R dalam pembelajaran IPA fisika memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.. DAFTAR PUSTAKA [1] Depdiknas Hakikat Pembelajaran IPA SMP & MTS Fisika SMA & MA. Jakarta: Dirjen Dikdamen. [2] Mulyasa. E Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya. [3] Prastowo, Andi.2011.Panduan Krestif Membuat Bahan Ajar Inovatif.Diva Press : Jogjakarta [4] Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana. [5] Sumardi Suryabrata Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada [6] Sudjana, Nana.2002.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung:Sinar Baru Algensindo. 120