BAB I PENDAHULUAN. ke tahun. Berdasarkan data yang didapat dari Badan Pusat Statistik D.I
|
|
- Yuliana Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan daging sapi cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data yang didapat dari Badan Pusat Statistik D.I Yogyakarta, produksi daging sapi dari tahun cenderung mengalami peningkatan. Penurunan hanya terjadi sekali yaitu dari tahun 2012 ke tahun Grafik produksi daging sapi D.I Yogyakarta dapat dilihat pada Gambar 1.1. Jumlah (Dalam Ton) Tahun Gambar 1.1 Data Produksi Daging Sapi D.I.Y Periode (Sumber: BPS, 2015) Fungsi dan syarat Rumah Potong Hewan telah dijelaskan oleh pemerintah dalam SK Meteri Pertanian nomer 555/Kpts/TN.240/9/1986 seperti yang dikemukakan dalam Manual Kesmavet (1993), yaitu Rumah Pemotongan 1
2 2 Hewan (RPH) merupakan unit/sarana pelayanan masyarakat dalam penyediaan daging sehat mempunyai fungsi sebagai: 1. Tempat dilaksanakannya pemotongan hewan secara benar. 2. Tempat dilaksanakannya pemeriksaan hewan sebelum dipotong (antemortem) dan pemeriksaan daging (post mortem) untuk mencegah penularan penyakit hewan ke manusia. 3. Tempat untuk mendeteksi dan memonitor penyakit hewan yang ditemukan pada pemeriksaan ante mortem dan post mortem guna pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular di daerah asal hewan. 4. Melaksanakan seleksi dan pengendalian pemotongan hewan besar betina bertanduk yang masih produktif. Bahaya merupakan suatu kondisi atau perubahan keadaan yang berpotensi menimbulkan luka-luka, cedera atau ciri-ciri kerusakan/kerugian. Sementara itu, pengertian dari pengendalian bahaya adalah suatu tindakan yang tujuannya menghilangkan atau mengurangi risiko yang dihasilkan oleh bahaya-bahaya yang terjadi (Brauer, 1990). Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi didalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan denganya (Tarwaka, 2008). Dengan demikian, kecelakaan kerja mengandung unsur sebagai berikut : a. Tidak diduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa kecelakaan tidak terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan.
3 3 b. Tidak diinginkan atau diharapkan karena setiap peristiwa kecelakaan akan selalu disertai kerugian baik fisik maupun mental. c. Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurang-kurangnya menyebabkan gangguan proses kerja. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang baik dapat meningkatkan produktivitas pegawai, mengurangi biaya-biaya akibat kecelakaan kerja serta mengurangi kesalahan. Keamanan kerja merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi motivasi dan kepuasan kerja. Oleh karena itu, perusahaan berkewajiban melakukan berbagai kegiatan dalam meningkatkan K3 seperti yang diharuskan undang-undang secara tegas maupun yang tidak diharuskan oleh undang-undang secara tegas, sejauh itu dipikirkan sebagai usaha untuk meningkatkan keselamatan kerja (Hariandja, 2007). Penerapan K3 merupakan hal yang penting bagi perusahaan karena dampak kecelakaan dan penyakit kerja tidak hanya merugikan karyawan, tetapi juga perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Semakin cukup kuantitas dan kualitas fasilitas K3, maka semakin tinggi pula mutu kerja karyawannya. Dengan demikian perusahaan akan semakin diuntungkan dalam upaya pencapaian tujuannya (Mangkuprawira dan Hubeis, 2007). Untuk menjamin K3 bagi para pekerja, pemerintah telah menerbitkan berbagai peraturan perundangan. Pemerintah Indonesia pertama kali telah membuat Undang-undang Kecelakaan tahun 1947 Nomor 33 yang berlaku tanggal 6 Januari 1951, disusul dengan Peraturan Pemerintah tentang
4 4 pernyataan berlakunya Peraturan Kecelakaan tahun 1947 (PP No. 2 Tahun 1948), dan akhirnya UU No. 1 Tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja. UU yang terakhir inilah yang sekarang dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan K3. Namun meskipun telah ada peraturan perundangan yang mengatur tentang K3, masalah tersebut secara umum di Indonesia masih sering terabaikan. Setiap tahun ribuan kecelakaan terjadi di tempat kerja yang menimbulkan korban jiwa, kerusakan materi, dan gangguan produksi. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Berdasarkan data di BPJS, angka kecelakaan kerja di Indonesia dalam lima tahun terakhir cenderung meningkat, pada tahun 2011 terdapat kasus, sedangkan tahun 2010 hanya kasus kecelakaan kerja, pada tahun 2009 terdapat kasus, tahun 2008 terdapat kasus, dan pada tahun 2007 terdapat kasus. Gambar 1.2 menunjukkan data kecelakaan kerja di Indonesia pada periode serta Jumlah Kasus Tahun Gambar 1.2 Data Kecelakaan Kerja di Indonesia (Sumber: BPJS, 2015)
5 5 Keselamatan selama melakukan aktivitas kerja merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu, perusahaan yang baik selalu peduli pada K3 karyawannya (Sungkono, 2012). Sementara itu, PT Jamsostek menyatakan dalam tahun 2012 setiap hari ada 9 pekerja peserta Jamsostek yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja. Total kecelakaan kerja pada tahun yang sama kasus karena di Indonesia hanya 2,1 persen dari perusahaan berskala besar yang menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) (Sholihin, 2014). Sementara itu, jumlah kasus kecelakaan tenaga kerja di DIY paling banyak dialami tenaga kerja produktif dengan usia 26 hingga 30 tahun sepanjang kurun waktu 2013 lalu yang mencapai kasus. Mayoritas disebabkan kecelakaan di lokasi tempat mereka bekerja di mana kondisi ini berbeda dibandingkan 2012 yang didominasi kecelakaan lalu lintas saat perjalanan pergi maupun pulang dari tempat kerja. Berdasarkan data dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan DIY sepanjang 2013 lalu terjadi kasus kecelakaan kerja. Sebanyak 651 kasus adalah kecelakaan di lokasi kerja, 460 kasus karena kecelakaan lalu lintas dan 236 kasus disebabkan kecelakaan di luar tempat kerja, yang bukan karena lalu lintas. Dari total perusahaan yang wajib memberikan BPJS di DIY yaitu perusahaan yang sudah terdaftar BPJS perusahaan. Sedangkan lebih perusahaan belum mendaftar BPJS karena kebanyakan perusahaan berskala kecil dan sedang di DIY (Prayitno, 2014).
6 6 RPH Giwangan merupakan sarana yang disediakan untuk melakukan pemotongan sapi dan kambing. Produksinya berlangsung setiap hari yang dilakukan dalam dua shift, yaitu shift pagi mulai pukul serta shift malam mulai pukul Durasi produksi bergantung pada jumlah hewan yang dipotong. Rata-rata hewan yang dipotong pada shift pagi yaitu 1-2 ekor, serta ekor pada shift malam. SMK3 di RPH Giwangan belum diperhatikan dengan baik. Pekerja tidak menggunakan atribut pelindung diri ketika melakukan pekerjaannya. Hal tersebut berdampak pada seringnya terjadi kecelakaan pada pekerja bagian pemotongan dan pengulitan. Selain itu pada bagian lain juga perlu dikaji mengenai kesehatan para pekerja karena berhubungan langsung dengan daging, darah dan kotoran hewan. Tabel 1.1 menunjukkan macam-macam kecelakaan kerja yang pernah terjadi di RPH Giwangan. Dengan latar belakang tersebut maka penulis bermaksud melakukan penelitian lebih lanjut mengenai risiko kecelakaan kerja di RPH Giwangan sehingga dapat melakukan penilaian dan evaluasi serta dapat memberikan rekomendasi pengendalian risiko kecelakaan kerja.
7 7 Tabel 1.1 Kecelakaan Kerja di RPH Giwangan (Pemotongan Sapi) No Aktivitas Kerja Bahaya Dampak 1 Menerima sapi Tersepak, terseruduk sapi Luka pada tubuh 2 Menggiring sapi masuk Tersepak, terseruduk Luka pada tubuh gang way sapi(paha) 3 Memasukkan sapi ke Tersepak sapi, terkena Luka pada tubuh restraining box tampar/sapi, terpeleset 4 Mengikat kaki sapi Tersepak sapi, terkena Luka pada tubuh tampar/sapi 5 Menyembelih sapi Tergores pisau, terkena Luka pada tubuh, napas sapi tertular penyakit zoonosa 6 Menguliti Tergores pisau, terkena Luka pada tubuh gantol, terpeleset 7 Membelah kepala Terkena kapak, tergores Luka pada tubuh pisau (tangan) 8 Membelah dada Terkena kapak Luka pada tubuh 9 Mengeluarkan jeroan Tergores pisau Luka pada tubuh, tertular penyakit zoonosa 10 Membersihkan jeroan Terkena gas dari perut sapi Luka pada tubuh, tertular penyakit zoonosa 11 Membelah karkas Terkena kapak, gantol Luka pada tubuh lepas 12 Menimbang karkas Terkena gantol lepas Luka pada tubuh 13 Memberikan cap pada daging untuk legalitas daging Terkena cap Luka pada tubuh 14 Memisahkan tulang Terkena kapak, tergores Luka pada tubuh dengan daging pisau 15 Pemisahan daging Tergores pisau Luka pada tubuh 16 Mengangkut Terkena karkas, Luka pada tubuh karkas/daging kecelakaan dalam perjalanan (Sumber: Kantor Administrasi RPH Giwangan, 2015)
8 8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu faktor-faktor apa saja yang berpotensi menimbulkan risiko; risiko apa saja yang dapat mengancam keselamatan pekerja, seberapa besar dampak risiko yang mungkin akan terjadi; serta pengendalian risiko seperti apa yang tepat untuk diterapkan di RPH Giwangan. C. Batasan Masalah 1. Penelitian hanya dilakukan pada bagian pemotongan sapi karena risiko di bagian pemotongan sapi lebih tinggi dibandingkan pemotongan kambing. 2. Penelitian dilakukan pada bagian produksi dimulai dari penarikan sapi melewati gangway hingga pengangkutan karkas menuju mobil pengangkut. D. Tujuan Penelitian 1. Identifikasi bahaya yang berpotensi terjadi di bagian produksi RPH Giwangan. 2. Menyusun rekomendasi pengendalian risiko kecelakaan kerja pada bagian produksi RPH Giwangan. E. Manfaat Penelitian 1. Mengetahui bahaya apa saja yang berpotensi terjadi yang dapat mengancam kesehatan dan keselamatan kerja. 2. Menjadi acuan dalam menyusun program pengendalian risiko untuk mengurangi kecelakaan kerja di perusahaan.
BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industrialisasi telah tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat
Lebih terperinciKlik Dibatalkan dan Ditindaklanjuti dgn Instruksi Bupati No 8 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG
Klik Dibatalkan dan Ditindaklanjuti dgn Instruksi Bupati No 8 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IJIN PEMOTONGAN TERNAK DAN PENANGANAN DAGING SERTA HASIL
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA KEDIRI
PEMERINTAH KOTA KEDIRI SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN RUMINANSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBUPATI MALANG BUPATI MALANG,
BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) RUMAH POTONG HEWAN (RPH) PADA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang
Lebih terperinciGUBERNUR BENGKULU PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF
1 GUBERNUR BENGKULU PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BENGKULU, Menimbang : a.
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang berusaha mencapai
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang berusaha mencapai pembangunan sesuai dengan yang telah digariskan dalam propenas. Pembangunan yang dilaksakan pada hakekatnya
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA MAGELANG
PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG RETRIBUSI RUMAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengaturan layout untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya. Layout
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tata letak pabrik merupakan suatu landasan utama dalam dunia industri sehingga setiap perusahaan/pabrik pasti membutuhkan perancangan dan pengaturan layout
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Rumah Pemotongan Hewan (RPH) merupakan bangunan atau kompleks bangunan yang dibuat menurut bagan tertentu di suatu kota yang digunakan sebagai tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya sebuah kecelakaan. Istilah risiko (risk) memiliki banyak definisi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kecelakaan kerja di dunia masih tinggi. Setiap tahun ada lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG
PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN, PENGANGKUTAN DAN PENJUALAN DAGING DALAM WILAYAH KOTA PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. masyarakat umum (SNI, 1999). Tujuan utamanya didirikan RPU adalah untuk
1 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Rumah Pemotongan Hewan Unggas Rumah pemotongan unggas (RPU) adalah komplek bangunan dengan desain dan kontruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higiene tertentu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan seringkali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau
Lebih terperinciStatistik Tanaman Holtikultura Kabupaten Pinrang 2016 i Statistik Pemotongan Ternak Kabupaten Pinrang 2016 i STATISTIK PEMOTONGAN TERNAK KABUPATEN PINRANG 2016 Nomor Publikasi : 73153.007 Katalog BPS :
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang: a. bahwa ternak sapi dan kerbau
Lebih terperinciPENERAPAN KESEJAHTERAAN HEWAN DI RUMAH POTONG HEWAN Oleh. drh. Aryani Widyawati
PENERAPAN KESEJAHTERAAN HEWAN DI RUMAH POTONG HEWAN Oleh. drh. Aryani Widyawati Kesejahteraan hewan merupakan persoalan sosial yang cukup penting saat ini. Adanya larangan expor sapi dari negara Australia
Lebih terperinciRETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN
1 PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 2 TAHUN 2011 T E N T A N G RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang :
Lebih terperinciSeleksi dan Penyembelihan Hewan Qurban yang Halal dan Baik. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI
Seleksi dan Penyembelihan Hewan Qurban yang Halal dan Baik Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI Pendahuluan Dan makanlah makanan yang Halal lagi Baik dari apa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih maju, kesadaran kebutuhan nutrisi asal ternak semakin meningkat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan permintaan daging secara nasional semakin meningkat seiring dangan laju pertumbuhan ekonomi yang semakin baik, pembangunan pendidikan yang lebih maju, kesadaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan sesuai dengan yang telah digariskan dalam propenas. Pembangunan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang berusaha mencapai pembangunan sesuai dengan yang telah digariskan dalam propenas. Pembangunan yang dilaksakan pada hakekatnya
Lebih terperinciPENGAMATAN POST-MORTEM KUALITAS KULIT KAMBING DI KOTA MANADO
PENGAMATAN POST-MORTEM KUALITAS KULIT KAMBING I KOTA MANAO Merri. Rotinsulu 1, Hendra Inal 1, J. A.. Kalele 1, E.Tangkere 1 1) Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Unsrat Manado 95115 (E-mail:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan di setiap tempat kerja sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 dan UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, merupakan kewajiban
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.
BAB II LANDASAN TEORI A. Keselamatan Kerja Menurut Tarwaka keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan
Lebih terperinciWALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA
LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta) Nomor : 4 Tahun 1999 Seri : D - ---------------------------------------------------------------
Lebih terperinci1 of 5 02/09/09 11:07
Home Galeri Foto Galeri Video klip Peraturan Daerah Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 06 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PELARANGAN DAN PENGENDALIAN PEMOTONGAN TERNAK BETINA PRODUKTIF DAN LALU LINTAS TERNAK ANTAR DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENANGANAN DAGING DAN HEWAN POTONG SERTA HASIL IKUTANNYA DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan sehingga dapat melindungi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya ilmu dan teknologi telah memberikan dampak dan perubahan pada sektor industri. Pemanfaatan teknologi dalam proses industri memiliki resiko terhadap kesehatan
Lebih terperinciProsedur Operasional Standard Pemotongan Hewan di RPH
Prosedur Operasional Standard Pemotongan Hewan di RPH Pemotongan hewan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) harus dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yang dalam
Lebih terperinciWALIKOTA SINGKAWANG PROVINS! KALIMANTAN BARAT
WALIKOTA SINGKAWANG PROVINS! KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMOTONGAN HEWAN DAN PETUNJUK PELAKSANAAN RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah, serta akuntabilitas penyelenggaraan
Lebih terperinciIV PEMBAHASAN. yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun RPH kota Bekasi
25 IV PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Bekasi adalah rumah potong hewan yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun 2009. RPH kota Bekasi merupakan rumah potong dengan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Undang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 102 TAHUN 2001 SERI D.99 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 102 TAHUN 2001 SERI D.99 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS RUMAH POTONG HEWAN
Lebih terperinciWALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS
WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki dalam menghasilkan produk dengan kualitas
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 38 TAHUN 2000 TENTANG IZIN USAHA PEMOTONGAN HEWAN, PENJUALAN DAGING HEWAN DAN USAHA PEMOTONGAN UNGGAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 38 TAHUN 2000 TENTANG IZIN USAHA PEMOTONGAN HEWAN, PENJUALAN DAGING HEWAN DAN USAHA PEMOTONGAN UNGGAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI, Menimbang :
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri berlomba melakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas menggunakan alat yang semakin
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN NOMOR 41 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN NOMOR 41 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG SELATAN, Menimbang : a. bahwa untuk lebih meningkatkan
Lebih terperinciPENANGANAN DAGING KURBAN
1 2 PENANGANAN DAGING KURBAN Daging kurban harus ditangani secara baik dan benar agar daging yang dihasilkan aman dan layak untuk dikonsumsi masyarakat. Penanganan daging kurban yang tidak higienis dapat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PENGELOLAAN RUMAH POTONG HEWAN (RPH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PENGELOLAAN RUMAH POTONG HEWAN (RPH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONE, Menimbang : a. bahwa untuk lebih meningkatkan penerimaan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114/Permentan/PD.410/9/2014 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN KURBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114/Permentan/PD.410/9/2014 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN KURBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,
BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai
Lebih terperinci2 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 501
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1453, 2014 KEMENTAN. Hewan Kurban. Pemotongan. Persyaratan. Pengawasan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114/Permentan/PD.410/9/2014 TENTANG PEMOTONGAN
Lebih terperinciBUPATI LAMANDAU PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 35 TAHUN 2012 T E N T A N G
BUPATI LAMANDAU PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 35 TAHUN 2012 T E N T A N G PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,
PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa dengan semakin meningkatnya kebutuhan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 08 TAHUN 2009 BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 08 TAHUN 2009
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 08 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 08 TAHUN 2009 T E N T A N G RETRIBUSI PENGELOLAAN RUMAH POTONG HEWAN (RPH) DISUSUN OLEH BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA
PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN DAN PENANGANAN DAGING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. b. c.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian kecelakaan lalu lintas dewasa ini dilaporkan semakin meningkat padahal telah banyak sarana dan prasarana untuk mengantisipasi kecelakaan lalu lintas, contohnya
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan pasal
Lebih terperinciLampiran I kuisioner GSP pada Tempat Pemotongan Kambing
56 Rumah Pemotongan hewan Jambi menuju SNI. Tribun Jambi [Internet]. http://jambi.tribunnews.com/rumah-pemotongan-hewan-jambi-menuju-sni. [11 Juli 2012]. Saeni. 1989. Kimia Lingkungan [diktat]. Bogor:
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 11 TAHUN 1998 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta
Sains Peternakan Vol. 7 (1), Maret 2009: 20-24 ISSN 1693-8828 Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta N. Rasminati, S. Utomo dan D.A. Riyadi Jurusan Peternakan,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK
Ketentuan Retribusi dicabut dengan Perda Nomor 2Tahun 2012 PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI, Menimbang : bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 127 huruf g
Lebih terperincipekerja. 4 Data kasus kecelakaan kerja di Provinsi Jawa Tengah tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis di era globalisasi saat ini, menuntut perusahaan berlomba-lomba untuk
Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan bisnis di era globalisasi saat ini, menuntut perusahaan berlomba-lomba untuk mempertahankan eksistensinya. Dengan kondisi
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR: 8 TAHUN : 1990 SERI: B.6.
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR: 8 TAHUN : 1990 SERI: B.6. PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH KABUPATEN TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 11 TAHUN: 1989. T E N T A N G PERUBAHAN
Lebih terperinciMELAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK HEWAN
BAHAN AJAR PELATIHAN JURU SEMBELIH HALAL KODE UNIT KOMPETENSI : A. 016200.009.01 MELAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK HEWAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 DAFTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mengemudi adalah kegiatan menguasai dan mengendalikan kendaraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengemudi adalah kegiatan menguasai dan mengendalikan kendaraan bermotor di jalan. Jalan merupakan ruang/tempat berlalu lintas segala jenis kendaraan bermotor, dengan
Lebih terperinciWALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia yang terus berkembang dan tumbuh secara cepat serta berdampak
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RUMAH PEMOTONGAN HEWAN, UNGGAS DAN PELAYANAN TEKHNIS DIBIDANG PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANGGARAI BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinci6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
1 WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT
- 96 - PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2001
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia industri, mengakibatkan munculnya masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya tingginya tingkat kecelakaan kerja dan rendahnya tingkat derajat kesehatan kerja di indonesia disebabkan minimnya kesadaran pengusaha untuk menerapkan Kesehatan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK
PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. pertumbuhan industry dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan dalam aktivitasnya mempunyai peran penting dan strategis untuk pertumbuhan industry dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang dapat memberikan kontribusi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,
PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU, Menimbang : a. bahwa Rancangan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. perusahaan, yang diiringi dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Titik berat dalam proses pembangunan nasional adalah bidang ekonomi khususnya pada sektor industri. Pada sektor ini telah terjadi peningkatan jumlah perusahaan, yang
Lebih terperinciIZIN USAHA DAN RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 5 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA DAN RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KATINGAN Menimbang : a. bahwa dalam rangka menggali,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTAMADYA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) Nomor 5 Tahun 1972 (5/1972) DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTAMADYA YOGYAKARTA
PERATURAN DAERAH KOTAMADYA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) Nomor 5 Tahun 1972 (5/1972) Tentang : Pajak Potong Hewan DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTAMADYA YOGYAKARTA
Lebih terperinciWALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG
SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMOTONGAN HEWAN DAN PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Mambal Kabupaten Badung
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Mambal Kabupaten Badung Rumah Pemotongan Hewan (RPH) adalah kompleks bangunan dengan desain dan konstruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TUBAN
PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA Nomor : Tahun Seri no.
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA Nomor : Tahun Seri no. PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 1988 TENTANG PEMOTONGAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciTENTANG. hewan; maka Peraturan. huruf a. Tahun 1999 Nomor 75, Nomor 3209); (Lembaran. Nomor 3482); Nomor 3851); Nomor 4286); Peraturan
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG UTARA, Menimbang : a. bahwa untuk menjaga ketertiban pemotongan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN LALU LINTAS TERNAK DAN PEREDARAN BAHAN ASAL HEWAN DI KABUPATEN BULUKUMBA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN LALU LINTAS TERNAK DAN PEREDARAN BAHAN ASAL HEWAN DI KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masalah Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan seringkali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. hewan bagi konsumsi masyarakat umum dan digunakan sebagai tempat
11 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Definisi Rumah Potong Hewan (RPH) Rumah Potong Hewan (RPH) adalah suatu bangunan atau kompleks bangunan dengan syarat tertentu yang digunakan sebagai tempat memotong hewan
Lebih terperinciBAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR
BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari
Lebih terperinciEVALUASI KEGIATAN DIREKTORAT KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER TAHUN 2017 & RENCANA KEGIATAN TAHUN 2018 RAKONTEKNAS II SURABAYA, 12 NOVEMBER 2017
EVALUASI KEGIATAN DIREKTORAT KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER TAHUN 2017 & RENCANA KEGIATAN TAHUN 2018 RAKONTEKNAS II SURABAYA, 12 NOVEMBER 2017 Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner Direktorat Jenderal
Lebih terperinciJurnal Teknologi Vol. 7, No. 2, Oktober 2017, Hal E- ISSN : ISSN : Copyright 2017 by LPPM UPI YPTK Padang
PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN KECELAKAAN KERJA DENGAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PADA PROSES PRODUKSI REMAH KARET (CRUMB RUBBER) DI PT.P&P LEMBAH KARET PADANG ROBINO INDAN Universitas Putra
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 9 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN, PEMAKAIAN KANDANG, PEMERIKSAAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 21 TAHUN 1994
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN PEMOTONGAN TERNAK DAN PENANGANAN DAGING SERTA HASIL IKUTANNYA DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 141 TAHUN 2009 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 141 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN DAN PENANGANAN DAGING WALIKOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor transportasi merupakan salah satu subsektor penting dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor transportasi merupakan salah satu subsektor penting dalam pembangunan ekonomi. Buruknya pembangunan subsektor transportasi akan menghambat roda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja atau perusahaan selalu dalam keadaan selamat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 10 TAHUN 2002 T E N T A N G USAHA PEMOTONGANGAN HEWAN DAN PENYEDIAAN DAGING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 10 TAHUN 2002 T E N T A N G USAHA PEMOTONGANGAN HEWAN DAN PENYEDIAAN DAGING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kreatif (Kemenparekraf) mempromosikan wisata Indonesia ke luar negeri dan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia berkembang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Dengan slogan Pesona Indonesia, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)
Lebih terperinci