BAB I PENDAHULUAN. entirely convinced, satisfied to a moral certainty; and phrase is the

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beyond a reasonable doubt. In evidence means fully satisfied, entirely convinced, satisfied to a moral certainty; and phrase is the equivalent of the words clear, precise and indubitable. In criminal case, the accused s guilt must be established Beyond a reasonable doubt, which means that facts proven must, by virtue of their probative force, establish guilt. 1 Beyond a reasonable doubt; dalam kontek pembuktian artinya sangat memuaskan, sepenuhnya meyakinkan, sungguh-sungguh telah memberikan kepastian tanpa adanya keraguan sedikitpun; frasa ini sama dengan kata yang artinya jelas, tepat dan sama sekali tidak ada keraguan. Dalam kontek peradilan pidana, kesalahan terdakwa harus terbukti secara pasti tanpa sedikitpun ada keraguan. Proven beyond a reasonable doubt dapat disejajarkan dengan istilah dalam peradilan kita yaitu terbukti secara sah dan meyakinkan 2, yang berarti secara pasti terdakwa terbukti bersalah tanpa ada kemungkinan (yang masuk akal) bahwa terdakwa tidak bersalah.pembuktian dengan prinsip seperti ini dapat dipersamakan dengan pembuktian sebagaimana berlaku dalam dunia ilmu pasti. 1 Henry Campbell Black, 1990, Black s Law Dictionary, Sixth Edition, ST.Paul, Minn. West Publishing Co, hlm M. Yahya Harahap, 2000,Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.318 1

2 2 Dalam dunia ilmu pasti, jika kita ingin membuktikan mana yang lebih berat antara badannya si A atau badannya si B maka dengan menggunakan alat pengukuran massa suatu benda, yang disebut timbangan, dengan cepat dan mudah kita bisa membuktikan siapakah diantara A atau B yang memiliki berat badan lebih berat dari yang lain. Jika menurut alat timbangan seorang bernama A dinyatakan beratnya 85 kilogram dan B adalah 80 kilogram maka berdasarkan alat tersebut terbukti bahwa A lebih berat daripada B. Dengan demikian arti pembuktian disini adalah penyampaian kebenaran yang berlaku mutlak, yang dalam kasus ini menggunakan alat bukti yang disebut timbangan. Dengan alat bukti ini pembuktian diterima benar dengan tingkat kebenaran yang sama bagi siapapun sepanjang mengenai pembuktian yang dimaksud. Menurut Sudikno Mertokusumo, pembuktian semacam ini disebut dengan pembuktian dalam arti logis atau ilmiah. Menurut Pasal 183 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana; Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya. Dengan demikian dapat kita pahami bahwa menurut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang selanjutnya disebutkuhap, untuk membuktikan kesalahan terdakwa harus terpenuhi dua syarat.

3 3 Syarat pertama adalah diperolehnya sekurang-kurangnya dua alat bukti. Syarat yang kedua adalah adanya keyakinan hakim. Artinya meskipun hakim yakin terdakwa bersalah namun jika persidangan tidak bisa memperoleh minimal dua alat bukti maka terdakwa harus dibebaskan. Demikian pula jika persidangan telah memperoleh minimal dua alat bukti yang membuktikan kesalahan terdakwa, namun jika hakim tidak yakin terdakwa bersalah maka terdakwa juga harus dibebaskan. Sehingga sebetulnya sangat sulit untuk bisa membuktikan kesalahan terdakwa jika persidangan harus mematuhi ketentuan Pasal 183 KUHAP. Dengan tingkat kesulitan seperti ini semestinya akan lebih banyak terdakwa yang dibebaskan daripada yang dihukum. Jika demikian maka KUHAP memang menganut asas lebih baik membebaskan 10 (sepuluh) orang bersalah daripada menghukum 1 (satu) orang tidak bersalah. Dengan kata lain prinsip pembuktian menurut KUHAP adalah prinsip sangat hati-hati (extreme caution) untuk menghukum terdakwa. Tidak memberi kemungkinan (yang masuk akal) untuk menghukum terdakwa yang tidak bersalah. Sistem pembuktian KUHAP seolah memberi jaminan bahwa hanya yang bersalah saja yang akan dihukum. Pada persidangan dimana Pollycarpus Budihari Priyanto diadili sebagai terdakwa karena melakukan pembunuhan berencana terhadap Munir, sepertinya tidak mencerminkan kepatuhan peradilan terhadap persyaratan Pasal 183 KUHAP.Vonis Pengadilan yang menyatakan bahwa Pollycarpus dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan

4 4 tampaknya hanyalah didasarkan pada adanya keyakinan hakim belaka. Peneliti berkehendak untuk meneliti tentang bagaimana Pengadilan memahami apa yang disebut dengan alat bukti dan berapa alat bukti atau alat bukti apa saja yang menurut Pengadilan telah diperolehnya pada persidangan tersebut. Dalam kontek itu semua apa dan bagaimana relevansinya dengan pernyataan Pengadilan yang menyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah frasa secara sah dan meyakinkan pada amar putusan Pengadilan tersebut berarti Pengadilan telah menjatuhkan vonis sesuai teori negatief wettelijk atau telah sesuai dengan ketentuan Pasal 183 KUHAP? 2. Bagaimanakah Pengadilan menggunakan alat bukti untuk membuktikan adanya unsur sengaja dan membuktikan adanya hubungan sebab akibat pada perkara pembunuhan berencana dengan Pollycarpus Budihari Priyanto sebagai terdakwanya? 3. Apakah metode pembuktian yang telah dipraktekkan terhadap terdakwa Pollycarpus Budihari Priyanto sama sekali tidak memberikan kemungkinan bahwa terdakwa tidak bersalah (not guilty)?

5 5 C. KEASLIAN PENELITIAN Berdasarkan penelusuran kepustakaan, khususnya di lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Kampus Jakarta, dan penelusuran melalui internet, belum pernah ada penelitian mengenai Penerapan Teori Pembuktian Menurut Undang-Undang Secara Negatif (Negatief Wettelijke Stelsel) Dalam Sidang Peradilan Pidana Pembunuhan.(Studi Kasus Putusan Pengadilan No. 1361/Pid.B/2005/PN.JKT.PST).Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian ini memenuhi kaedah keaslian penelitian. D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan bermanfaat, baik secara teoritis maupun praktis: 1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan hukum acara pidana, khususnya dalam hukum pembuktian pada perkara pidana. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikanmanfaat bagi tegaknya fair trial pada peradilan pidana.

6 6 E. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini mempunyai 4 (empat) tujuan sebagai berikut: 1. Untuk membuktikan bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak menerapkan teori pembuktian menurut Undang-Undang secara negatifterhadap Pollycarpus Budihari Priyanto dalam kasus pembunuhan Munir. 2. Untuk membuktikan jika teori pembuktian menurut Undang-Undang secara negatifditerapkan secara konsekuen terhadap Pollycarpus Budihari Priyanto dalam kasus pembunuhan Munir maka hasilnya akan berbeda. 3. Untuk mempopulerkan penerapan teori pembuktian menurut Undang- Undang secara negatifdengan konsekuensi supaya dijadikan standar pembuktian di seluruh peradilan pidana di Indonesia. Sehingga pada gilirannya adanya actus reus dan mens rea dalam suatu dakwaan tindak pidana dapat secara obyektif diidentifikasi. 4. Untuk memberi penjelasan yang lebih akademis, yuridis dan praktis atas nomenklatur terbukti secara sah dan meyakinkan sehingga penggunaannya tidak lagi dilakukan secara latah belaka