BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata program berasal dari bahasa inggris Programme atau program yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata program berasal dari bahasa inggris Programme atau program yang"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Program Televisi Kata program berasal dari bahasa inggris Programme atau program yang berarti acara atau rencana. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun televisi untuk memenuhi kebutuhan audiencenya. 5 Program televisi merupakan acara-acara televisi yang dihasilkan melalui proses produksi, baik produksi dari production house ataupun produksi dari stasiun televisi itu sendiri yang nantinya akan disiarkan oleh stasiun televisi yang bersangkutan. Program televisi di Indonesia pada umumnya diproduksi oleh stasiun televisi yang bersangkutan.di Amerika sebuah stasiun televisi memproduksi sendiri semua program acaranya.mereka hanya membeli atau memesan dari production company yakni lebih dikenal dengan sebutan production house. Cara seperti ini akan dapat lebih menguntungkan kedua belah pihak. Stasiun televisi dapat memilih program yang menarik dan memiliki nilai jual kepada pemasang iklan, sementara perusahaan produksi acara televisi dapat meraih keuntungan dari produksinya. 6 5 Morrisan. Manajemen Media Penyiaran.Strategi mengelola Radio dan Televisi.Bandung: PT. Rosdakarya hal Deddy Iskandar Muda, Jurnalis Televisi menjadi reporter professional. PT.Remaja Rosdakarya. 2003, hal 7-8 8

2 9 Berikut adalah beberapa jenis dari acara televisi : 7 1. Drama (fiksi) : Aksi, komedi, horor, religi dan percintaan 2. Nondrama (nonfiksi) : Musik, Kuis, Magazine show, Talkshow, Game show dan Variety show 3. Berita : berita, infotainment dan olah raga 1. Drama (fiksi) Adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi kratif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang. Format yang digunakan merupakan interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan. 2. Nondrama (nonfiksi) Sebuah format televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dan realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menginterpretasi ulang dan tanpa harus menjadi duia khalayan. Nondrama bukanlah suatu runtutan cerita fiksi dari setiap pelakunya. Untuk itu, pertunjukan kreatif yang mengutamakan unsur hiburan yang dipenuhi dengan aksi, gaya dan musik. 7 Naratama.Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta: PT. Gasindo Hal 64

3 10 3. Berita (news) Adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atas kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan masyarakat sehari-hari.format ini memerlukan nilai-nilai faktual dan aktual yang disajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang independen Jenis-jenis Program Televisi Pada umumnya isi program di televisi maupun radio meliputi acara seperti diterangkan berikut dengan tentunya penggunaan berbagai nama beda sesuai dengan keinginan stasiun televisi masing-masing. Berbagai jenis program itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu :program informasi (berita) dan Program hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu hard news dan soft news.sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu music, gameshow dan pertunjukan. 8 Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan ( informasi ) kepada khalayak ( audien ). Daya tarik program ini adalah informasi, dan informasi itulah yang dijual kepada audien. 8 Morissan.Manajemen Media Penyiaran.Strategi mengelola Radio dan Televisi.Kencana, Hal 208

4 11 Dengan demikian program informasi tidak hanya melulu progam berita dimana presenter atau penyiar tetapi segala bentuk penyajian informasi termasuk juga talk show. 9 Program hiburan adalah segala bentuk hiburan yang bertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk music, cerita dan permainan.program yang termasuk kategori hiburan adalah drama, game, musik, dan pertunjukan Program Berita Televisi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2002) dikemukakan, berita adalah cerita atau karangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Kalau hanya pengertian ini yang kita jadikan batasan berita, tentu akan timbul pertanyaan. Laporan kejadian apa? Peristiwa yang hangat bagaimana? Apakah setiap kejadian yang hangat menarik dan berguna untuk disiarkan?.jadi, batasan KBBI belumlah sempurna.charles Dana (1996) dalam buku Broadcasting Journalism Techniques of Radio and TV News mengemukakan, When a dog bites a man. That is not news, but when a man bites a dog, that is news. Dalam definisi ini Charles Dana mungkin memberikan batasan berita secara filosofis, bahwa segala sesuatu yang di luar kebiasaan atau sesuatu yang unik adalah berita. Freda Morris dalam buku yang sama mengemukakan, News is immediate, the important, the things that 9 Harahap, S Arifin, op.cit., Harahap, S Arifin. Ibid. 213

5 12 have impact on our lives. Dari definisi ini, ada tiga unsur pada sebuah berita yakni baru, penting dan berguna bagi manusia. Definisi berita ini semakin memperluas khasanah kita tentang berita.berita tidak hanya sekedar mengandung sesuatu yang aneh, tetapi juga baru, penting dan berguna bagi pemirsa. Selanjutnya Eric C. Hepwood (1996) mengemukakan, berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum. Definisi ini mengungkapkan tiga unsur berita yakni aktual, penting dan menarik. 11 Program berita adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak pemirsa dimana saja. Daya tarik dari program ini adalah informasinya, karena informasi itulah yang dijual kepada pemirsa, sehingga program informasi tidak hanya program berita tetapi segala bentuk penyajian berita, termasuk juga perbincangan (talkshow). Program berita dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu berita keras (hardnews) dan berita lunak (softnews) Berita Keras (Hardnews) Berita keras (Hardnews) adalah segala bentuk informasi yang penting dan menarik yang harus disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera ditayangkan agar dapat diketahui khalayak audien secepatnya. 11 Harahap, S Arifin, op.cit., Fred Wibowo. Dasar-dasar Produksi Program Televisi.PT. Gramedia Hal 85-93

6 13 Suatu program berita terdiri atas sejumlah berita keras atau dengan kata lain suatu program berita merupakan kumpulan dari berita keras. Dalam hal ini terdapat beberapa bentuk berita keras, yaitu straight news, features, infotainment Straight news berarti berita langsung (straight), maksudnya suatu berita yang singkat (tidak detail) dengan hanya menyajikan informasi terpenting saja yang mencakup 5W + 1H (who, what, where, when, why, dan how) terhadap suatu peristiwa yang diberitakan. Berita jenis ini sangat terikat waktu (deadline) karena informasinya yang sangat cepat basi jika terlambat disampaikan kepada audien. 2. Feature adalah berita ringan namun menarik. Pengertian menarik di sini adalah informasi yang lucu, unik, aneh, menimbulkan kekaguman, dan sebagainya. Pada dasarnya berita-berita semacam ini dapat dikatakan sebagai softnews karena tidak terlalu terikat dengan waktu penayangan, namun karena durasinya singkat (kurang dari lima menit) dan ia menjadi bagian dari program berita maka feature masuk ke dalam kategori hardnews. 3. Infotainment adalah berita yang menyajikan informasi mengenai kehidupan orang-orang yang dikenal masyarakat (celebrity), dan karena sebagian besar dari mereka bekerja pada industri hiburan 13 Morissan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Kencana Hal 25-27

7 14 seperti pemain film/sinetron, penyanyi dan sebagainya maka berita mengenai mereka disebut juga dengan infotainment. Infotainment adalah salah satu bentuk berita keras karena memuat informasi yang harus segera ditayangkan. 2. Berita Lunak (Soft news) Berita lunak atau soft news adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan.berita yang masuk kategori ini ditayangkan pada satu program tersendiri di luar program berita. Program yang masuk ke dalam kategori berita lunak ini adalah: magazine. Current affair, documenter, dan talk show Current affair adalah program yang menyajikan informasi yang terkait dengan suatu berita penting yang muncul sebelumnya namun dibuat secara lengkap dan mendalam. Dengan demikian current affair cukup terikat dengan waktu dalam hal penayangannya namun tidak seketat hardnews, batasannya adalah bahwa selama isu yang dibahas masih mendapat perhatian khalayak maka current affair dapat disajikan. 2. Magazine adalah program yang menampilkan informasi ringan namun mendalam atau dengan kata lainmagazine adalah feature dengan 14 Morrisan, op.cit., 27-28

8 15 durasi yang lebih panjang. Magazine ditayangkan pada program tersendiri yang terpisah dari program berita. Magazine lebih menekankan pada aspek menarik suatu informasi ketimbang aspek pentingnya. Suatu program magazine dengan durasi 30 menit atau satu jam dapat terdiri atas hanya satu topik atau beberapa topik. 3. Dokumenter adalah program informasi yang bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan namun disajikan dengan menarik. Misalnya program dokumenter yang menceritakan mengenai suatu tempat, kehidupan atau sejarah seorang tokoh atau kehidupan hewan dipadang rumput dan sebagainya. Suatu program dokumenter adakalanya dibuat seperti membuat sebuah film sehingga sering disebut dengan film dokumenter. 4. Talk showatau perbincangan adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara (host) Format Berita Televisi Format berita televisi dapat ditetapkan sesuai bahan yang diperoleh. Reporter tidak dapat menentukan format secara sembarangan. Ada batasan yang dapat

9 16 dijadikan acuan untuk menentukan sebuah format sesuai bahan berita yang diperoleh. Secara umum, format berita tv dapat disajikan sebagai berikut: Reader, reader adalah format berita TV yang paling sederhana. Reporter cukup menuliskan Lead in / teras berita saja untuk dibacakan oleh presenter / penyiar. Berita ini sama sekali tidak memiliki gambar. Berita ini diperoleh karena menjelang deadline atau ketika program berita tengah mengudara. 2. Voice Over (VO), voice over adalah format berita TV yang lead in dan tubuh beritanya dibacakan penyiar seluruhnya. Sementara penyiar tengah membacakan isi tubuh berita, gambar pun menyertainya sesuai konteks naskah. Atmosphere sound yang terekam dalam gambar dapat dihilangkan atau dimunculkan bila memang dapat membangun suasana peristiwa. 3. VO Grafik, vo grafik adalah format berita televisi yang lead in dan isi beritanya seluruhnya dibacakan penyiar. Ketika penyiar membacakan tubuh berita gambar pendukungnya hanya berupa grafik dan tulisan. Tidak ada sama sekali gambar peristiwa karena berita ini dibuat peristiwanya tengah berlangsung dan redaksi belum menerima kiriman gambarnya. 4. Sound on Tape (SOT), adalah format berita TV yang hanya berisi lead in dan statement (pernyataan) narasumber. Penyiar hanya membacakan lead in berita, kemudian diikuti pernyataan narasumber. Pernyataan yang 15 Harahap, S Arifin, op.cit., 48-65

10 17 dikemukakan narasumber tidak boleh mengulang lead in. SOT harus merupakan kelanjutan kalimat dari lead in. 5. Voice Over Sound on Tape (VO-SOT), adalah format berita TV yang memadukan antara voice over dengan sound on tape. Lead in dan isi tubuh berita dibacakan penyiar. Pada akhir berita dimunculkan SOT narasumber sebagai pelengkap berita yang telah dibacakan. Jadi, ekor sebuah berita diakhiri dengan SOT atau sync dan tidak ada lagi naskah yang dibacakan penyiar. 6. Package (PKG), package adalah format berita yang lead in-nya dibacakan penyiar, tetapi isi berita dibacakan (dubbing) oleh reporter bersangkutan atau narator lainnya. Pada bagian tubuh berita disisipkan SOT narasumber dan berita ditutup dengan narasi yang dibacakan reporter atau narator lainnya. 7. Live on Cam, adalah format berita TV yang pelaporannya langsung dari lapangan atau tempat peristiwa. Sebelum reporter melaporkan peristiwa, penyiar terlebih dahulu membacakan lead in dan kemudian memanggil reporter di lapangan untuk melaporkan hasil liputannya. 8. Live on Tape (LOT), adalah format berita yang direkam secara langsung di tempat kejadian, namun siarannya delay atau ditunda. Dengan kata lain, reporter merekam laporannya di tempat peristiwa dan penyiarannya dilakukan kemudian.

11 18 9. Live by Phone, adalah format berita TV yang disiarkan secara langsung dari tempat peristiwa dengan menggunakan telepon ke studio. Lead in berita dibacakan penyiar kemudian memanggil reporter untuk menyampaikan laporannya. 10. Phone Record, adalah format berita TV yang direkam secara langsung dari tempat reporter meliput, tetapi penyiarannya dilakukan secara tunda. Hampir sama dengan live by phone. Hal yang membedakan hanya soal tekhnis penyiarannya yang dilakukan secara tunda. Format ini biasanya dilakukan apabila kita sudah memperkirakan akanada gangguan teknis pada saat dilaporkan secara langsung. 11. Visual News, adalah format berita TV yang hanya menyajikan (rolling) gambar-gambar menarik dan dramatis. Penyiar cukup mengantarkan lead in, kemudian VTR man segera memutar video gambar yang disiapkan redaksi. 12. Vox Pop, merupakan kependekan dari vox populi (bahasa latin) yang berarti suara dari rakyat. Ini bukan format berita, tetapi biasa digunakan untuk melengkapi format berita yang ada. Kita dapat mengutip reaksi berupa komentar atau harapan masyarakat atas berita tertentu.

12 Tim Produksi Berita Stasiun TV memiliki redaksi berita dan tim liputan sebagai bagian dari struktur organisasi stasiun televisi. Namun bagian pemberitaan sebagai salah satu unit dalam perusahaan televisi, memiliki struktur dan sifat yang tidak sama dengan bagian lain. Perbedaan ini terletak dari pola kerja redaksi. Struktur organisasi bagian pemberitaan stasiun televisi, biasanya terdiri dari sejumlah jabatan secara garis besar dimulai dari: Direktur pemberitaan, direktur pemberitaan yang baik adalah seseorang yang independen. Bahkan ia harus independen dari pemilik stasiun TV. Sebab untuk melaporkan berita secara akurat dan adil, redaksi pemberitaan terlebih direktur pemberitaan harus bebas dari tekanan apapun. 2. Executive produser, ia bertanggung jawab akan penampilan jangka panjang program berita secara keseluruhan. Ia memikirkan setting, tampilan berita, gaya pembukaan dan penutupan program berita. 3. Poduser, biasanya stasiun TV mempunyai tiga hingga empat program berita dalam sehari. Masing-masing program tersebut dipimpin oleh satu atau beberapa. Produser ia akan memutuskan berita-berita apa saja yang 16 Roemah ilmu.teknik produksi berita [online]. Diakses pada tanggal 22 april 2014 dari

13 20 akan disiarkan, durasinya, format apa yang dipakai (paket, reader, interactive dll). 4. Kordinator liputan, Mengkoordinasikan tim liputan. Menunjuk reporter dan jurukamera mana yang akan meliput. 5. Reporter, melakukan kegiatan reportase. Observasi, melobi narasumber, wawancara, membuat naskah berita. 6. Juru kamera, mengambil gambar dan memastikan semua shoot yang dibutuhkan untuk keperluan berita telah direkam Gatekeeper Gatekeeper sering kali diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia sebagai penjaga gawang. Gawang yang dimaksud dalam hal ini adalah gawang dari sebuah media massa, agar media massa tersebut tidak kebobolan. Kebobolan dalam pengertian media massa tersebut tidak diajukan ke pengadilan oleh pembacanya karena menyampaikan berita yang tidak akurat, menyinggung reputasi seseorang, mencemarkan nama baik seseorang, dan lain-lain. Sehingga gatekeeper pada media massa menentukan penilaian apakah suatu informasi penting atau tidak. Ia menaikkan berita yang penting dan menghapus informasi yang tidak memiliki nilai berita. (Hiebert, Unrurait, Bohn, 1975:109). Gatekeeper dalam media massa terdiri dari beberapa pihak, diantaranya penerbit majalah, editor surat kabar, manajer stasiun radio siaran, produser berita televisi, produser film, dan lain-lain. Pada umumnya,

14 21 stasiun televisi juga memiliki tim Quality control (QC) untuk menyeleksi isi pesan komunikasi. Mereka dapat dianggap sebagai pihak yang membantu gatekeeper dalam menyeleksi isi pesan Kode Etik Jurnalistik (KEJ) Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama. Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat. Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik

15 22 dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik: Pasal 1: Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. 2. Pasal 2: Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. 3. Pasal 3: Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. 4. Pasal 4: Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. 5. Pasal 5: Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. 6. Pasal 6: Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap. 17 Lembaga pers dr.soetomo. Pusat pelatihan dan pengembangan jurnalisme professional. Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Diakses pada tanggal Pukul: dari jurnalistik&catid=30:kode-etik-jurnalistik&itemid=32

16 23 7. Pasal 7: Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan. 8. Pasal 8: Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani. 9. Pasal 9: Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. 10. Pasal 10: Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa. 11. Pasal 11: Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan Dewan Pers. Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan oleh organisasi wartawan dan atau perusahaan pers.

17 24 (Kode Etik Jurnalistik ini ditandatangani oleh 29 organisasi pers di Jakarta, 14 Maret Dewan Pers menetapkannya melalui Surat Keputusan Nomor 03/SK-DP/III/2006 yang kemudian disahkan sebagai Peraturan Dewan Pers Nomor 6/Peraturan-DP/V/2008) 2.7. Penafsiran Kode Etik Jurnalistik Pasal 4 Penafsiran: 18 Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. 1. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. 2. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk. 3. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan. 4. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi. 5. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu pengambilan gambar dan suara. 18 Dewan pers. peraturan dewan pers, kode etik jurnalistik.[online] diakses pada tanggal 9 september 2014 dari

18 Sadis/Sadisme Menurut kamus besar bahasa Indonesia sadis adalah tidak mengenal belas kasihan; kejam; buas; ganas; kasar, sedangkan sadisme berarti kekejaman; kebuasan; keganasan; kekasaran. 19 Adapun batasan-batasan sadisme menurut pemberitaan dengan lisan maupun gambar adalah sebagai berikut; Menampilkan secara detail (big close up, medium close up, extreme close up) korban yang berdarah-darah, korban/mayat dalam kondisi tubuh yang terpotong-potong, dan kondisi yang mengenaskan lainnya; menampilkan adegan penyiksaan secara close up dengan atau tanpa alat (pentungan/pemukul, setrum, benda tajam) secara nyata, terkesan sadis dan membuat pemirsa merasa ngeri, seperti:menusuk dengan pisau, jarum atau benda lain, sehingga darah menyembur dan mengeluarkan isi tubuh, serta menembak dari dekat. 2. Kata-kata kasar dan makian padaprogram faktualyang dilarang adalah sebagai berikut :kata-kata kasar ataupun umpatan, seperti : anjing, babi, monyet, bajingan, goblok, tolol, dungu, brengsek atau kata lain yang mempunyai makna yang sama, Penyebutan identitas dan penyajian 19 Kamus besar bahasa Indonesia.Sadis, Sadisme [online] diakses pada tanggal 9 september 2014 dari 20 Suryawati, Indah. Karya-karya Ilmiah.kecenderungan pelanggaran-pelanggaran pada tayangan 1001 cerita di televisi pendidikan Indonesia [online] diakses pada tanggal 12 september 2014 dari

19 26 informasi yang melibatkan suku, ras dan agama, yang dipercaya mampu menyulut kemarahan suatu kelompok, dan juga Penyebutan yang dapat melanggar norma kesopanan dan kesusilaan Humanisme Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang berbeda yang memfokuskan dirinya ke dalam jalan keluar umum dalam masalah-masalah atau isu-isu yang berhubungan dengan manusia. Humanisme telah menjadi sejenis doktrin beretika yang cakupannya diperluas hingga mencapai seluruh etnisitas manusia, berlawanan dengan sistem-sistem beretika tradisional yang hanya berlaku bagi kelompok etnis-etnis tertentu. 21 Berita-berita Humanis adalah berita yang mengedepankan sisi-sisi humanis dalam penayangannya, seperti halnya; berita bantuan korban bencana alam, berita pelestarian lingkungan, dan lain sebagainya yang dapat menggugah perasaan seseorang untuk lebih bisa menghargai hak-hak manusia Makna Brown mendefinisikan makna sebagai kecenderungan (disposisi) total untuk menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa. Terdapat banyak 21 Abdurrahman Mas ud. Menggagas Pendidikan Nondikotamik (Humanisme Religius Sebagai Paradigma Pendidikan Islam). Yogyakarta:Bandung Hal.135

20 27 komponen dalam makna yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat. 22 Brodbeck (1963, dalam Rakhmat, 1994: ) juga menyajikan teori makna dengan cara yang cukup sederhana. Ia menjernihkan pembicaraan ihwal makna dengan membagi makna tersebut kepada tiga corak. 1. Makna yang pertama adalah Inferensial, yakni makna satu kata (lambang) adalah objek, pikiran, gagasan, konsep yang dirujuk oleh kata tersebut. 2. Makna yang kedua menunjukan arti Significance suatu istilah sejauh dihubungkan dengan konsep-konsep yang lain. 3. Makna yang ketiga adalah makna Intensional, yakni makna yang dimaksud oleh seorang pemakai lambang, Harimukti Kridalaksana menyebutnya sebagai makna yang menekankan maksud pembicara. Makna ini tidak terdapat pada pikiran orang, hanya dimiliki dirinya saja. Dua makna intensional boleh jadi serupa tetapi tidak sama Makna Denotatif dan Konotatif Salah satu cara yang digunakan para ahli untuk membahas lingkup makna yang lebih besar ini adalah dengan membedakan antara makna denotatif dengan makna konotatif. Makna denotatif suatu kata ialah makna yang biasa kita temukan dalam kamus. Makna konotatif ialah makna denotatif 22 Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya Hal: 256

21 28 ditambah dengan segala gambaran, ingatan, dan perasaan yang ditimbulkan oleh kata mawar itu Denotasi adalah hubungan yang digunakan di dalam tingkat pertama pada sebuah kata yang secara bebas yang memegang peranan penting di dalam ujaran. Makna denotasi bersifat langsung, yaitu makna khusus yang terdapat dalam sebuah tanda, dan pada intinya dapat disebut sebagai gambaran sebuah petanda. 2. Konotasi atau makna konotatif disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna di mana stimulus dan respon mengandung nilai-nilai emosional. Makna konotatif sebuah kata dipengaruhi dan ditentukan oleh dua lingkungan, yaitu tekstual dan lingkungan budaya Semiotika Semiotika berasal dari bahasa yunani yang artinya semeion yang berarti tanda.semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, dan peotika 24. Semiotika menurut Charles sanders pierce adalah tidak lain dari pada sebuah nama lain dari logika, yakni doktrin formal tentang tanda, tak hanya bahasa dan 23 Sobur, Alex, op.cit., Tinarbuko, Sumbo. Semiotika komunikasi visual. Yogyakarta: jalasutra Hal 11

22 29 sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri, sejauh yang terkait dengan pikiran manusia. 25 Penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya bisa bernalar lewat tanda.dengan demikian, bagi pierce semiotika adalah suatu cabang dari filsafat yang mempelajari tentang tanda (sign), berfungsi sebagai tanda, dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang adalah sesuatu yang lain. 26 Semiotika menurut Charles sanders pierce adalah merupakan tentang tanda sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari logika. 27 Menurutnya, dalam pengertian yang paling luas logika adalah pemikiran yang berlangsung melalui tanda. Setara dengan semiotika umum yang tidak hanya meninjau kebenaran, tetapi juga kondisi umum tanda yang menjadi sebuah tanda.tanda terkait dengan logika karena tanda adalah sarana pikiran sebagai artikulasi bentuk-bentuk logika. 28 Pierce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), objek, daninterpretant. Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Pierce terdiri dari simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik), dan indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek. Objek 25 Budiman, Kris. Semiotika visual. Yogyakarta: Buku baik Hal 3 26 Danesi, Marcel. Pengantar memahami semiotika media. Yogyakarta: Jalasutra Hal Sobur, Alex.,op.cit., Budiman, Kris, op.cit., 4

23 30 atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. 29 Intepretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Hal terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat proses komunikasi. 30 Contohnya ialah saat seorang gadis mengenakan rok mini, maka gadis itu sedang mengomunikasi mengenai dirinya kepada orang lain yang bisa jadi memaknainya sebagai simbol keseksian. Tanda adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan perantara tandatanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Kajian semiotika dibedakan atas dua jenis, yaitu semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. 31 Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya adalah mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi. Yaitu: pengirim, penerima kode, pesan, saluran komunikasi, dan acuan (hal yang dibicarakan). Sedangkan semiotika signifikasi memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu. 32 Dalam hal ini yang lebih diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada 29 Danesi, Marcel, op.cit., Kriyanto, Rahmat. Tekhnik praktis komunikasi. Jakarta: Kencana Hal Sobur, Alex.,op.cit., Sobur, Alex.,op.cit., 16

24 31 penerimaan tanda lebih diperhatikan dari pada proses komunikasinya, karena tujuan berkomunikasi dalam hal ini tidak dipersoalkan. Semiotika mengkaji tanda, dan segala sesuatu yang bertalian dengan tanda.kemudian, semua jelas menjadi tanda sehingga tidak ada yang tidak dapat untuk dijadikan topik penelitian semiotika. Dengan kata lain, perangkat pengertian semiotika dapat diterapkan pada semua bidang kehidupan asalkan persyaratannya terpenuhi yaitu ada arti yang diberikan, ada pemaknaan, dan ada interpretasi.

Kode Etik Jurnalistik

Kode Etik Jurnalistik Kode Etik Jurnalistik KEPRIBADIAN WARTAWAN INDONESIA Pasal 1 Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang dan tidak bertindak buruk. Penafsiran a. Independen berarti

Lebih terperinci

Materi Perkuliahan I BERITA TV

Materi Perkuliahan I BERITA TV Materi Perkuliahan I Fakultas : FISIP Program Studi : Ilmu Komunikasi Mata Kuliah : Jurnalistik Televisi Pengajar : Panji Dwi A. BERITA TV Sifat Media TV Jenis Media Cetak Audio Audiovisual SIFAT Dapat

Lebih terperinci

merupakan suatu berita singkat (tidak detail) yang hanya menyajikan informasi terpenting saja terhadap suatu peristiwa yang diberitakan. adalah berita yang menampilkan berita-berita ringan namun menarik.

Lebih terperinci

Dasar- dasar Jurnalistik TV

Dasar- dasar Jurnalistik TV Modul ke: Dasar- dasar Jurnalistik TV VOX POPULI/FORMAT BERITA TELEVISI Fakultas FIKOM Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan Pengertian dan tujuan melakukan Vox populi

Lebih terperinci

KODE ETIK JURNALISTIK

KODE ETIK JURNALISTIK KODE ETIK JURNALISTIK APA ITU KODE ETIK JURNALISTIK? Acuan moral yang mengatur tindak tanduk seorang wartawan. Kode etik jurnalistik bisa berbeda dari satu organisasi ke organisasi yang lain, dari koran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci

Etika Jurnalistik dan UU Pers

Etika Jurnalistik dan UU Pers Etika Jurnalistik dan UU Pers 1 KHOLID A.HARRAS Kontrol Hukum Formal: KUHP, UU Pers, UU Penyiaran Tidak Formal: Kode Etik Wartawan Indonesia 2 Kode Etik Jurnalistik Kode Etik Jurnalistik dikembangkan sebagai

Lebih terperinci

KODE ETIK JURNALISTIK

KODE ETIK JURNALISTIK KODE ETIK JURNALISTIK Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan

Lebih terperinci

Kode Etik Jurnalistik

Kode Etik Jurnalistik Kode Etik Jurnalistik Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Televisi Sebagai Media Massa Elektronik. berwarna yang mempunyai berbagai jenis pemancar (TV kabel).

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Televisi Sebagai Media Massa Elektronik. berwarna yang mempunyai berbagai jenis pemancar (TV kabel). BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Televisi Sebagai Media Massa Elektronik Televisi merupakan perkembangan dari berbagai penemuan di dunia sebelumnya, yang mulai di awali dari penemuan teleskop, telegraf, telefon

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERS Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008

PERATURAN DEWAN PERS Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 PERATURAN DEWAN PERS Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang PENGESAHAN SURAT KEPUTUSAN DEWAN PERS NOMOR 03/SK-DP/III/2006 TENTANG KODE ETIK JURNALISTIK SEBAGAI PERATURAN DEWAN PERS DEWAN PERS, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Runtuhnya orde baru dan beralih menjadi era reformasi di Indonesia telah memberikan kebebasan, dalam arti wartawan bebas memberikan suatu informasi. Masyarakat pun

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Media massa adalah sebuah media yang sangat penting pada jaman ini, karena

BAB 1. Pendahuluan. Media massa adalah sebuah media yang sangat penting pada jaman ini, karena BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Media massa adalah sebuah media yang sangat penting pada jaman ini, karena media massa dianggap paling sukses dalam menyebarkan informasi secara cepat kepada khalayak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, disajikan lewat bentuk, siaran, cetak, hingga ke media digital seperti website

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, disajikan lewat bentuk, siaran, cetak, hingga ke media digital seperti website BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penilitian Berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi, disajikan lewat bentuk, siaran, cetak, hingga ke media digital seperti website

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan manusia dalam berbagai hal, salah satunya kebutuhan akan informasi. Informasi adalah data yang dikumpulkan

Lebih terperinci

Media Siber. Imam Wahyudi Anggota Dewan Pers

Media Siber. Imam Wahyudi Anggota Dewan Pers Media Siber Imam Wahyudi Anggota Dewan Pers 2013-2016 Bagian 1 Platform Pers Cetak Radio Televisi Online UU 40/1999 tentang Pers Kode Etik Jurnalistik Pedoman Pemberitaan Media Siber Media Siber Kegiatan

Lebih terperinci

PENULISAN NASKAH BERITA TELEVISI. Modul ke: 12Ilmu. Fakultas. Rika Yessica Rahma,M.Ikom. Komunikasi. Program Studi Penyiaran

PENULISAN NASKAH BERITA TELEVISI. Modul ke: 12Ilmu. Fakultas. Rika Yessica Rahma,M.Ikom. Komunikasi. Program Studi Penyiaran PENULISAN NASKAH BERITA TELEVISI Modul ke: LIVE REPORT LIVE ON TAPE Fakultas 12Ilmu Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran INTRODUCTION Format-format berita antara lain: 1. Reader.

Lebih terperinci

Kiat Menulis Efektif & Mudah Dicerna

Kiat Menulis Efektif & Mudah Dicerna Dalam rangka Keterbukaan informasi Publik Kiat Menulis Efektif & Mudah Dicerna Coffee Morning, 28 Maret 2018, Ruang rapat BPPSPAM adhityan adhityaster gmail.com Keterbukaan informasi UU Nomor 14 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mengelola bisnis media penyiaran merupakan salah satu bisnis yang paling

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mengelola bisnis media penyiaran merupakan salah satu bisnis yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mengelola bisnis media penyiaran merupakan salah satu bisnis yang paling sulit dan paling menantang dibandingkan dengan jenis industri lainnya. Mengelola media

Lebih terperinci

7. Hak Cipta Media siber wajib menghormati hak cipta sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7. Hak Cipta Media siber wajib menghormati hak cipta sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pedoman Kemerdekaan berpendapat, kemerdekaan berekspresi, dan kemerdekaan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB.

Lebih terperinci

Jurnalistik Televisi. Materi Kuliah. Oleh: I Made Denny Chrisna P., S.Sn., M.Sn. Materi Disampakan pada Perkuliahan hari Kamis 10 Oktober 2013.

Jurnalistik Televisi. Materi Kuliah. Oleh: I Made Denny Chrisna P., S.Sn., M.Sn. Materi Disampakan pada Perkuliahan hari Kamis 10 Oktober 2013. Materi Kuliah Jurnalistik Televisi Oleh: I Made Denny Chrisna P., S.Sn., M.Sn. Materi Disampakan pada Perkuliahan hari Kamis 10 Oktober 2013. Ragam Berita Pada dasarnya penonton televisi yang mengikuti

Lebih terperinci

Program Radio dan Televisi

Program Radio dan Televisi Modul ke: 11 Andi Fakultas FIKOM Program Radio dan Televisi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Fungsi Departemen Program Sta. TV Memproduksi dan membeli atau akuisisi program yang dapat menarik

Lebih terperinci

Konsep Pers Profesonal menurut Kode Etik Jurnalistik dan UU Pers

Konsep Pers Profesonal menurut Kode Etik Jurnalistik dan UU Pers Konsep Pers Profesonal menurut Kode Etik Jurnalistik dan UU Pers Bambang Harymurti (Wakil Ketua Dewan Pers) 1 Tugas Wartawan: Mencari, mengolah dan menyebarluaskan informasi yang diyakini merupakan kepentingan

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 88 BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Dari apa yang telah dibahas tentang kerja praktek bab I hingga bab IV, laporan kerja praktek ini memiliki beberapa kesimpulan mengenai proses produksi program

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. peneliti menemukan makna-makna atas pelanggaran-pelanggaran kode etik

BAB IV PENUTUP. peneliti menemukan makna-makna atas pelanggaran-pelanggaran kode etik BAB IV PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dan dianalisis menggunakan metode semiotika Charles Sanders Peirce mengenai representasi etika jurnalistik dalam drama Pinocchio,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kerja unit dalam pengiriman pesan-pesannya dari suatu tempat ke tempat

BAB I PENDAHULUAN. proses kerja unit dalam pengiriman pesan-pesannya dari suatu tempat ke tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media televisi sebagai media komunikasi massa adalah mengutamakan suatu proses kerja unit dalam pengiriman pesan-pesannya dari suatu tempat ke tempat lainnya saat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial sangatlah penting untuk bisa berkomunikasi secara global

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial sangatlah penting untuk bisa berkomunikasi secara global BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era yang sudah semakin maju ini, perkembangan teknologi dan komunikasi membuat semua lapisan masyarakat dunia mengikuti perkembangan tersebut dan menjadikan mereka

Lebih terperinci

#! Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan penyajian dan inte

#! Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan penyajian dan inte BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat dewasa ini mulai berkembang ke arah masyarakat informasi. keberadaan sebuah informasi dianggap sangat penting. Sehingga dengan demikian masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Ilmu Multimedia memiliki cakupan yang sangat luas, oleh sebab itu

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Ilmu Multimedia memiliki cakupan yang sangat luas, oleh sebab itu BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA 3.1 Metode Penelitian Ilmu Multimedia memiliki cakupan yang sangat luas, oleh sebab itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,

Lebih terperinci

Modul. SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) PRODUKSI BERITA TELEVISI 1 Kamaruddin Hasan 2

Modul. SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) PRODUKSI BERITA TELEVISI 1 Kamaruddin Hasan 2 MATERI: 16 Modul SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) PRODUKSI BERITA TELEVISI 1 Kamaruddin Hasan 2 PRODUKSI BERITA TELEVISI Tele artinya Jauh, sementara Vision artinya Gambar, sehingga dapat

Lebih terperinci

LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI

LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI jurnalistik jurnalisme KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) jurnalistik (n) (hal) yang menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran jurnalisme (n) pekerjaan mengumpulkan, menulis,

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERS Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang

PERATURAN DEWAN PERS Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang PERATURAN DEWAN PERS Nomor 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang PENGESAHAN SURAT KEPUTUSAN DEWAN PERS NOMOR 03/SK-DP/III/2006 TENTANG KODE ETIK JURNALISTIK SEBAGAI PERATURAN DEWAN PERS DEWAN PERS, Menimbang Bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besarnya manfaat komunikasi yang di dapatkan manusia. 1 Manfaat tersebut berupa

BAB I PENDAHULUAN. besarnya manfaat komunikasi yang di dapatkan manusia. 1 Manfaat tersebut berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi adalah hal yang mendasar yang tidak dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal tersebut muncul dan berkembang seiring dengan besarnya manfaat komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di awali dengan penyiapan materi atau konsep, lalu proses produksi atau pengambilan gambar dan juga

Lebih terperinci

TEKNIK REPORTASE TV. Oleh : Ratna Komala RCTI

TEKNIK REPORTASE TV. Oleh : Ratna Komala RCTI TEKNIK REPORTASE TV { Oleh : Ratna Komala RCTI Reportase Apa Reportase? Tindakan/ proses melaporkan berita Apa Berita? Informasi yang mengandung fakta, peristiwa, pendapat yang memiliki nilai berita, disajikan

Lebih terperinci

11 Pasal Kode Etik Jurnalistik Dewan Pers

11 Pasal Kode Etik Jurnalistik Dewan Pers LAMPIRAN 49 11 Pasal Kode Etik Jurnalistik Dewan Pers Pasal 1 Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Penafsiran : Independen berarti

Lebih terperinci

ETIKA JURNALISTIK IJTI JURNALISME POSITIF

ETIKA JURNALISTIK IJTI JURNALISME POSITIF ETIKA JURNALISTIK IJTI JURNALISME POSITIF 1 Haris Jauhari IKN (Institut Komunikasi Nasional) Materi Internal Pelatihan Jurnalistik IJTI JURNALISTIK TV Jurnalistik ialah kegiatan meliput, mengolah, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Teknologi dan media komunikasi saat ini berkembang sangat pesat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Teknologi dan media komunikasi saat ini berkembang sangat pesat. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Teknologi dan media komunikasi saat ini berkembang sangat pesat. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya stasiun televisi yang mengudara di indonesia. kini stasiun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa pada saat ini sangat berpengaruh untuk mempengaruhi persepsi, pikiran serta tingkah laku masyarakat. Media massa pada saat ini sangat berpengaruh untuk

Lebih terperinci

BERITA TELEVISI. Kuliah Jurnalistik Televisi oleh I Made Denny Chrisna P., S.Sn., M.Sn. 26 September 2013

BERITA TELEVISI. Kuliah Jurnalistik Televisi oleh I Made Denny Chrisna P., S.Sn., M.Sn. 26 September 2013 BERITA TELEVISI Kuliah Jurnalistik Televisi oleh I Made Denny Chrisna P., S.Sn., M.Sn. 26 September 2013 Definisi Berita J.B Wahyudi (penulis buku komunikasi jurnalistik) Berita adalah sebuah uraian tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktifitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat kian tergantung dengan media massa, yang menjadi salah satu sumber informasi yang sangat dibutuhkan khalayak. Terlebih dengan kecanggihan teknologi di mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain secara timbal balik. tertentu, yang akhirnya semakin meningkatkan kebutuhan-kebutuhan pada

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain secara timbal balik. tertentu, yang akhirnya semakin meningkatkan kebutuhan-kebutuhan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan kehidupan manusia di dunia tidak terlepas dari proses komunikasi, dimulai sejak perolehan bahasa dan tulisan yang digunakan sebagai alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perbincangan, sehingga acara tersebut tidak terkesan monoton. Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perbincangan, sehingga acara tersebut tidak terkesan monoton. Menurut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Talk Show Talk Show merupakan salah satu program acara yang melakukan perbincangan, sehingga acara tersebut tidak terkesan monoton. Menurut Naratama, talk show yaitu program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di dunia ini mengalami perkembangan, mulai dari informasi, teknologi, gaya hidup, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang terjadi saat ini di dalam komunikasi massa, baik media cetak maupun elektronik di Indonesia ini sudah demikian pesat. Informasi yang bisa

Lebih terperinci

S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 007/SK/KPI/5/2004 TENTANG

S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 007/SK/KPI/5/2004 TENTANG S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 007/SK/KPI/5/2004 TENTANG PEDOMAN SIARAN KAMPANYE DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DI LEMBAGA PENYIARAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I. seseorang dan begitupun sebaliknya serta dengan adanya interaksi tersebut kita

BAB I. seseorang dan begitupun sebaliknya serta dengan adanya interaksi tersebut kita BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan medium manusia untuk mencapai sesuatu. Kita juga tidak dapat menghindari komunikasi. Dengan komunikasi kita dapat mempengaruhi seseorang

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Kebudayaan di pulau Bali masih lestari, sehingga pulau Bali diminati sebagai tujuan berwisata bagi turis asing maupun wisatawan lokal. Wisatawan asing berada di pulau Bali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan salah satu unsur utama dalam segala kegiatan kehidupan manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Komunikasi sangat erat kaitannya dengan segala

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,

Lebih terperinci

BAB III KODE ETIK JURNALISTIK DEWAN PERS

BAB III KODE ETIK JURNALISTIK DEWAN PERS BAB III KODE ETIK JURNALISTIK DEWAN PERS 3.1. Profil Dewan Pers 3.1.1 Sejarah Berdirinya Dewan Pers Dewan Pers adalah sebuah lembaga independen di Indonesia yang berfungsi untuk mengembangkan dan melindungi

Lebih terperinci

MEMBUAT PAKET BERITA TELEVISI

MEMBUAT PAKET BERITA TELEVISI PENULISAN NASKAH BERITA TELEVISI Modul ke: MEMBUAT PAKET BERITA TELEVISI Fakultas 13Ilmu Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran INTRODUCTION Perbedaan utama reporter televisi dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penontonnya apa yang disebut Simulated Experiece, yaitu pengalaman yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penontonnya apa yang disebut Simulated Experiece, yaitu pengalaman yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Televisi merupakan media yang dapat memberikan kepada khalayak penontonnya apa yang disebut Simulated Experiece, yaitu pengalaman yang didapat ketika melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang masalah Proses komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Secara umum,

Lebih terperinci

Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik

Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik (Presenter Tv One keceplosan bilang Golkar-nya gak usah di sebut saat breaking news) Oleh : Putu Dea Chessa Lana Sari 201311018 Televisi dan Film Fakultas Seni Rupa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun televisi ini berkembang karena masyarakat luas haus akan hiburan

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun televisi ini berkembang karena masyarakat luas haus akan hiburan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pertelevisian di Indonesia saat ini sangatlah pesat, salah satu buktinya adalah banyak stasiun televisi yang bermunculan. Stasiun televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. televisi telah mencapai tingkat persaingan yang sangat tajam. Sebesar 80%

BAB I PENDAHULUAN. televisi telah mencapai tingkat persaingan yang sangat tajam. Sebesar 80% BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan yang sangat pesat dalam industri penyiaran khususnya televisi telah mencapai tingkat persaingan yang sangat tajam. Sebesar 80% masyarakat di

Lebih terperinci

National Press Photographers Association ethics morality morals principles standards ethics in photojournalism

National Press Photographers Association ethics morality morals principles standards ethics in photojournalism National Press Photographers Association, founded in 1947. The organization is based in Durham, North Carolina and is mostly made up of still photographers, television videographers, editors, and students

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Komunikasi (communication) berasal dari kata Latin yaitu communicatio, dan. sebagainya yang timbul dari lubuk hati seseorang.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Komunikasi (communication) berasal dari kata Latin yaitu communicatio, dan. sebagainya yang timbul dari lubuk hati seseorang. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi (communication) berasal dari kata Latin yaitu communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Televisi sebagai salah satu media massa elektronik yang bersifat audio dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Televisi sebagai salah satu media massa elektronik yang bersifat audio dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Televisi sebagai salah satu media massa elektronik yang bersifat audio dan visual memiliki berbagai macam program yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu program

Lebih terperinci

Penulisan Naskah Berita Televisi

Penulisan Naskah Berita Televisi Modul ke: Penulisan Naskah Berita Televisi Membuat Berita Copy (in vision only), dan Membuat Berita out vision only Fakultas KOMUNIKASI Syaefurrahman Al-Banjary, SH. M.Si Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

MENGENAL DUNIA REPORTER DAN JURNALISTIK TV

MENGENAL DUNIA REPORTER DAN JURNALISTIK TV MENGENAL DUNIA REPORTER DAN JURNALISTIK TV TVRI STASIUN KALIMANTAN TENGAH PENYAJI : NENI MARIA, S.Si * Dikutip dari berbagai sumber PENGERTIAN JURNALISTIK Jurnalistik dapat diartikan sebagai proses penulisan

Lebih terperinci

Format Berita Televisi (TV News Format)

Format Berita Televisi (TV News Format) Format Berita Televisi (TV News Format) Jurnalistik Televisi (TV) adalah proses produksi dan publikasi berita atau informasi melalui media televisi. Jurnalistik TV disebut juga Broadcast Journalism (Jurnalistik

Lebih terperinci

Penulisan Naskah Berita Televisi

Penulisan Naskah Berita Televisi Modul ke: Penulisan Naskah Berita Televisi Kaidah Berita Televisi Fakultas KOMUNIKASI Syaefurrahman Al-Banjary, SH, M.Si Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id Kaidah Pokok Televisi adalah media

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. membahas konsep teoritik berbagai kelebihan dan kelemahannya. 19 Dan jenis

BAB III METODE PENELITIAN. membahas konsep teoritik berbagai kelebihan dan kelemahannya. 19 Dan jenis 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pengkajian pendekatan analisis semiotik. Dengan jenis penelitian kualiatif, yaitu metodologi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap individu berusaha untuk mengenal dan mencari jati dirinya, mengetahui tentang orang lain, dan mengenal dunia luar atau selalu mencari tahu mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Undang-undang Pers No. 40 tahun 1999 merupakan salah satu undang-undang yang paling unik dalam sejarah Indonesia. Dilatarbelakangi dengan semangat reformasi, undangundang

Lebih terperinci

ABSTRAK. kawasan/tempat, kuliner, dan tradisi yang ada di kota Semarang dan sekitarnya.

ABSTRAK. kawasan/tempat, kuliner, dan tradisi yang ada di kota Semarang dan sekitarnya. ABSTRAK Televisi memiliki potensi yang besar sebagai sarana untuk menyampaikan isu-isu sejarah yang cenderung membosankan melalui penyajian tayangan news feature, yang bertujuan menyampaikan informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi dan komunikasi saat ini mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi tersebut dapat dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Tugas Karya Akhir atau Program Sebelumnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Tugas Karya Akhir atau Program Sebelumnya BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tugas Karya Akhir atau Program Sebelumnya No Judul Program Isi Program Perbedaan dengan Program yang Dibuat 1 Swara Liyan (TVRI) Menyajikan informasi mengenai kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui kawat maupun secara elektromagnetik tanpa kawat.

BAB I PENDAHULUAN. melalui kawat maupun secara elektromagnetik tanpa kawat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi seperti yang dikatakan oleh Onong Uchyana Effendy adalah media komunikasi jarak jauh dengan penayangan gambar dan pendengaran suara, baik melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Program Urban Street Food merupakan program feature yang sudah ada di televisi saat ini. Program Urban Street Food merupakan program food & travel yang dikemas

Lebih terperinci

LAMPIRAN - LAMPIRAN. 1. Apa motivasi Anda berprofesi sebagai wartawan /jurnalis? untuk bersikap indipenden dalam menyikapi sebuah kasus.

LAMPIRAN - LAMPIRAN. 1. Apa motivasi Anda berprofesi sebagai wartawan /jurnalis? untuk bersikap indipenden dalam menyikapi sebuah kasus. LAMPIRAN - LAMPIRAN A. TRANSKRIP WAWANCARA INFORMAN 1 1. Apa motivasi Anda berprofesi sebagai wartawan /jurnalis? Ingin mengetahui banyak hal dan adanya dinamisme pemikiran. Keinginan untuk bersikap indipenden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audiovisual baru merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audiovisual baru merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audiovisual baru merupakan salah satu media massa yang paling kuat pengaruhnya dalam pembentukan sikap dan kepribadian seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, masyarakat lebih moderen ditandai dengan adanya perkembangan teknologi secara besar-besaran. Komunikasi manusia tidak mengenal jarak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai kebutuhan pokok,

Lebih terperinci

MODUL 4 PROSES PRODUKSI TELEVISI

MODUL 4 PROSES PRODUKSI TELEVISI MODUL 4 PROSES PRODUKSI TELEVISI Departemen Program (programming) memiliki kemampuan untuk memproduksi program sendiri sebagai salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan slot waktu penyiarannya. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui bagaimana nilai Humanisme dan Budaya pada film Okuribito. Dalam penelitian ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada empat macam golongan media, antara lain media antarpribadi,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

BAB V PENUTUP. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan hasil penelitian berdasarkan uraian-uraian dan penjelasan pada bab sebelumnya, khususnya pada bab IV tentang pembahasan dan hasil analisis penelitian data. Ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada

BAB I PENDAHULUAN. informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komunikasi menjadi hal penting di dalam kehidupan masyarakat. Komunikasi menjadi sumber inspirasi yang sangat menguntungkan bagi masyarakat. Setiap tindakan komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. penting dalam peta perkembangan informasi bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. penting dalam peta perkembangan informasi bagi masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan

Lebih terperinci

Hukum dan Pers. Oleh Ade Armando. Seminar Nasional Mengurai Delik Pers Dalam RUU KUHP Hotel Sofyan Betawi, Kamis, 24 Agustus 2006

Hukum dan Pers. Oleh Ade Armando. Seminar Nasional Mengurai Delik Pers Dalam RUU KUHP Hotel Sofyan Betawi, Kamis, 24 Agustus 2006 Hukum dan Pers Oleh Ade Armando Seminar Nasional Mengurai Delik Pers Dalam RUU KUHP Hotel Sofyan Betawi, Kamis, 24 Agustus 2006 1 Bukan Kebebasan Tanpa Batas Kemerdekaan media tidak pernah berarti kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan industri pertelevisian dewasa ini, membuat

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan industri pertelevisian dewasa ini, membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan industri pertelevisian dewasa ini, membuat persaingan antara media massa televisi tidak terelakkan lagi. Sebagai media audio visual, televisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, perkembangan teknologi semakin berkembang dengan cepat dan pesat. Semakin maju kemampuan teknologi maka juga berpengaruh pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Televisi menampilkan gambar yang menarik dan menghibur, gambar televisi terkadang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat atau berinteraksi dengan orang lain, bahasa menjadi hal yang sangat penting. Melalui bahasa, seseorang dapat menyampaikan gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan sesamanya, dan dalam pemakainnya dimungkinkan dapat memakai lebih dari satu bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Komunikasi bukan hanya sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembanganmasyarakat perkotaan dan industri, sebagai bagian dari budaya

BAB I PENDAHULUAN. perkembanganmasyarakat perkotaan dan industri, sebagai bagian dari budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film merupakan salah satu media komunikasi massa (mass communication) yaitu komunikasi melalui media massa modern. Film hadir sebagian kebudayaan massa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program televisi adalah segala hal yang ditampilkan melalui media televisi untuk memenuhi kebutuhan penonton.program atau acara yang disajikan adalah salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlibat secara emosional terhadap video yang akan di edit. 1

BAB I PENDAHULUAN. terlibat secara emosional terhadap video yang akan di edit. 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Editor adalah sineas profesional yang bertanggung jawab mengkonstruksi cerita secara indah dari shot-shot yang dibuat berdasarkan skenario dan konsep penyutradaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya stasiun TV di Indonesia, tidak dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya stasiun TV di Indonesia, tidak dipungkiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya stasiun TV di Indonesia, tidak dipungkiri menimbulkan persaingan bagi industri televisi. Melihat akan hal itu, stasiun-stasiun televisi pun berlomba-lomba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita cukup penting peranannya bagi kehidupan kita sehari-hari. Berita dapat digunakan sebagai sumber informasi atau sebagai hiburan bagi pembacanya. Saat

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Media televisi lokal Jogja TV merupakan stasiun televisi yang berusaha

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Media televisi lokal Jogja TV merupakan stasiun televisi yang berusaha BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Media televisi lokal Jogja TV merupakan stasiun televisi yang berusaha untuk menjalankan sistem pengorganisasian produksi berita dengan melaksanakan fungsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antar umat manusia satu sama lain. Komunikasi begitu sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antar umat manusia satu sama lain. Komunikasi begitu sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan kehidupan manusia di dunia tidak terlepas dari proses komunikasi, dimulai sejak perolehan bahasa dan tulisan yang digunakan sebagai alat

Lebih terperinci

Ketentuan Penulisan. Skripsi/Kajian Komunikasi

Ketentuan Penulisan. Skripsi/Kajian Komunikasi Skripsi / Kajian Komunikasi Skripsi/Kajian merupakan Tugas Akhir Mahasiswa yang berbentuk Karya Tulis Ilmiah dari hasil penelitian dan atau studi kepustakaan yang disusun menurut kaidah keilmuan Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian seseorang secara luas. Televisi mampu menekan pesan secara efektif

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian seseorang secara luas. Televisi mampu menekan pesan secara efektif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audiovisual baru merupakan salah satu media massa yang memiliki pengaruh paling kuat dalam pembentukan sikap dan kepribadian

Lebih terperinci