LAMPIRAN - LAMPIRAN. 1. Apa motivasi Anda berprofesi sebagai wartawan /jurnalis? untuk bersikap indipenden dalam menyikapi sebuah kasus.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAMPIRAN - LAMPIRAN. 1. Apa motivasi Anda berprofesi sebagai wartawan /jurnalis? untuk bersikap indipenden dalam menyikapi sebuah kasus."

Transkripsi

1 LAMPIRAN - LAMPIRAN A. TRANSKRIP WAWANCARA INFORMAN 1 1. Apa motivasi Anda berprofesi sebagai wartawan /jurnalis? Ingin mengetahui banyak hal dan adanya dinamisme pemikiran. Keinginan untuk bersikap indipenden dalam menyikapi sebuah kasus. 2. Sepemahaman Anda, apa saja yang menjadi tugas dari seorang wartawan? Membuat, melaporkan, memberitakan, sebuah peristiwa. 3. Tahu tentang KEJ, bisa dijelaskan secara singkat? Kode Etik Jurnalistik itu sebuah etika dan norma dasari bagi seorang jurnalis dalam melaksanakan fungsi dan tugas jurnalistiknya. Itu menjadi landasan profesi bagi seorang jurnalis 4. Dari mana Anda mengetahui KEJ? Dari profesi itu yang menunjukkannya. 5. Apa Anda paham setiap pasal dari KEJ tersebut? Paham dan bisa menjelaskannya tapi tidak hapal mati. 6. Anda pernah mengikuti pelatihan khusus jurnalistik atau sejenisnya? Sering 7. Pernah menerima amplop atau materi dari narasumber? Pernah nerima uang tapi dalam konteks uang terima kasih dan apresiasi, tidak mempengaruhi pemberitaan.

2 8. Apa tanggapan Anda tentang wartawan amplop? Tidak setuju dan tidak boleh karena mengabaikan fungsi jurnalistik 9. Menurut Anda, wartawan yang professional itu seperti apa? Menjunjung tinggi kode etik dan uu pokok pers no 90 tahun Dan termasuk juga norma-norma terkait. 10. Berapa pendapatan Anda? Apakah pendapatan tersebut tergolong cukup? Tidak cukup lah. Berbicara soal salary ya masih kurang karena saya sudah berkeluarga, memenuhi kebutuhan harian masih sangat kurang. 11. Apakah media tempat Anda bekerja berperan dalam mengembangkan pemahaman Anda tentang KEJ? Tentu. 12. Pernahkah Anda mencampurkan opini pribadi dengan fakta dalam produk berita Anda? Tidak pernah sama sekali 13. Apakah Anda pernah membuat berita pesanan dari pihak-pihak tertentu? Alasannya? Hanya berupa advertorial, selebihnya tidak pernah dan tidak berani. 14. Apakah Anda merasa pernah melakukan pelanggaran KEJ? Harus diakui pernah.

3 Jawaban Informan dalam menjelaskan tiap pasal dalam KEJ Pasal 1: Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Wartawan itu harus punya idealisme, membuat berita tidak karena adanya kepentingan berbagai pihak. Tidak membuat berita atas dasar tidak suka terhadap seseorang dan menjaga citra wartawan. Pasal 2: Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Seorang wartawan itu harus profesional, setiap berita itu harus berdasarkan fakta dan ada kejelasan sumber. Pasal 3: Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. Melakukan check dan recheck dan tidak menghakimi seseorang yang belum terbukti bersalah secara hokum. Pasal 4: Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. Berita sesuai dengan fakta dan tidak menuduh tanpa adanya bukti, apalagi membuat kata-kata kasar dan kotor dalam pemberitaannya.

4 Pasal 5: Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. Ini sudah sangat jelas ya, saya rasa pasal ini sudah memberikan penjelasannya sendiri. Pasal 6: Wartawan Indonesia tidak menyalah-gunakan profesi dan tidak menerima suap. Tidak mencari keuntungan dari pekerjaannya tersebut apalagi menerima suap dari narasumber maupun pihak-pihak tertentu yang mempengaruhi pemberitaan seorang wartawan. Pasal 7: Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan. Hak tolak adalah hak wartawan untuk menolak mengungkapkan identitas narasumber dan keluarganya. Embargo itu menunda mempublish berita dan off the record tidak memberitakan informasi yang tidak diinginkan narasumber. Informasi latar belakang tidak menyebutkan nama narasumbernya. Pasal 8: Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa, serta tidak

5 merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani. Wartawan tidak boleh membeda-bedakan SARA dalam peliputannya. Serta menghormati seluruh narasumber apapun keadaannya. Pasal 9: Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. Jurnalis itu berbeda dengan infotainment, tidak boleh menguak-nguak kehidupan pribadi narasumber secara berlebihan. Pasal 10: Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa. Kalau beritanya tidak benar segera diperbaik dan meminta maaf. Pasal 11: Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. Hak jawab: hak pembaca untuk menyanggah isi berita yang merugikan namanya. Hak koreksi itu hak mengoreksi dari pembaca terhadap berita yang keliru. INFORMAN 2 1. Apa motivasi Anda berprofesi sebagai wartawan /jurnalis? Awalnya dari paman yang bekerja di Jawa Pos, ditambah dari SMA saya suka menulis puisi dan cerpen, jadi sinkron saja, karena dulu pemikiran saya

6 jadi wartawan itu ya harus bias menulis dulu.selain alasan di atas, saya juga punya cita-citanya ingin menaspirasikan suara rakyat yang menurutnya selama ini kurang ditanggapi pemerintah dan wakil rakyat. 2. Sepemahaman Anda, apa saja yang menjadi tugas dari seorang wartawan? Mencari informasi dan membuatkannya menjadi sebuah berita. 3. Tahu tentang KEJ, bisa dijelaskan secara singkat? Etika-etika yang diterapkan dalam KEJ ada 11 pasal salah satunya pasal 6 seorang wartawan tidak dibenarkan menerima suap dari pemberitaan yang disajikan. 4. Dari mana Anda mengetahui KEJ? Dari buku yang dikeluarkan oleh dewan pers 5. Anda pernah mengikuti pelatihan khusus jurnalistik atau sejenisnya? Gak pernah, tapi di kuliah sudah dipelajari tentang jurnalistik 6. Pernah menerima amplop atau materi dari narasumber? Belum tapi kalau uang apresiasi sering, malah pernah dikasi handphone. Tapi itu ikhlas kan. Menurut aku itu wartawan amplop itu wartawan pemeras. Saya pernah menerima ponsel dari pejabat, tapi itu bukan berupa suap atau sejenisnya, saya sudah cukup dekat dengan beliau, dan itu adalah berupa pemeberian ikhlas. Itu tidak mempengaruhi pemberitaan yang saya buat tentang dirinya. Kalau dia berbuat yang tidak baik ya saya beritakan tidak baik 7. Apa tanggapan Anda tentang wartawan amplop?

7 Sangat bertentangan dengan KEJ karena sangat merusak wartawan professional. Sangat tidak suka melihatnya karena ngejar materi kesannya bukan ngejar berita. Mereka menyimpang dari KEJ dan mengutamakan materi tapi itu karena dari factor pendapatan juga yang masih minim khususnya di Medan. Menurut saya profesi wartawan itu tidak menjanjikan untuk kesejahteraan hidup. 8. Menurut Anda, wartawan yang professional itu seperti apa? Harus menjalankan KEJ itu dan tetap idealis. Tidak memikirkan materi dan lebih mengutamakan kualitas beritanya. 9. Berapa pendapatan Anda? Apakah pendapatan tersebut tergolong cukup? Itu dia, karena profesi ini tidak menjanjikan dan media ini sendiri kurang bias memperhatikan kesejahteraan wartawannya kecuali ada usaha sampingnya. Saat ini kebutuhan ekonomi sangat besar dan gak sebanding dengan gaji yang didapat. 10. Apakah media tempat Anda bekerja berperan dalam mengembangkan pemahaman Anda tentang KEJ? Iya, kalau di rapat kan sering disampaikan. 11. Pernahkah Anda mencampurkan opini pribadi dengan fakta dalam produk berita Anda? Tidak pernah.

8 12. Apakah Anda pernah membuat berita pesanan dari pihak-pihak tertentu? Alasannya? Pernah dan pernah juga dikasi materi atas berita tersebut. 13. Apakah Anda merasa pernah melakukan pelanggaran KEJ? Ya. Jawaban Informan dalam menjelaskan tiap pasal dalam KEJ Pasal 1: Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Menjadi seorang wartawan harus jujur dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat dan membuat berita yang berimbang. Pasal 2: Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Ya jadi seorang wartawan itu ya harus profesional Pasal 3: Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. Berita harus berimbang dan tidak boleh campur fakta opini. Pasal 4: Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. Wartawan jangan buat berita bohong apalagi sensasional demi apapun itu.

9 Pasal 5: Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. Kalau korban pemerkosaan misalnya tidak boleh disebutkan namanya harus pakai inisial nama. Pasal 6: Wartawan Indonesia tidak menyalah-gunakan profesi dan tidak menerima suap. Dilarang keras menerima suap dari siapapun. Pasal 7: Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan. Hak tolak itu hak menolak mengungkapkan identitas narasumber. Embargo penundaan mempublish berita, off the record tidak memberitakan ataupun nama narsumnya. Pasal 8: Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa, serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani. Siapa pun narasumbernya harus diliput.

10 Pasal 9: Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. Tidak mengganggu kehidupan pribadi narsum demi kepentingan berita Pasal 10: Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa. Kalau buat berita yang keliru segeralah melarat. Pasal 11: Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. Hak jawab merupakan hak pembaca atau pemirsa untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan karena merasa merugikan nama baiknya dan tidak sesuai fakta, sedangkan hak koreksi adalah hak untuk membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain. INFORMAN 3 1. Apa motivasi Anda berprofesi sebagai wartawan /jurnalis? Aku intinya jadi jurnalis karena cita-citaku itu walaupun gak basic jurnalis. Dari dulu emang pengen jadi reporter, kesempatan untuk sekolah jurnalis emang belum tapi kan belajar dari pengalaman. Waktu kecil pengen jadi reporter tv, ya walau belum kesampaian nongol di tv, aku tetap senang jadi jurnalis, karena aku memang memilih profesi ini menjadi pekerjaanku.

11 2. Sepemahaman Anda, apa saja yang menjadi tugas dari seorang wartawan? Melaporkan apapun yang ada dilapangan, menggali, mengumpulkan dan melaporkannya. 3. Tahu tentang KEJ, bisa dijelaskan secara singkat? Setiap jurnasli harus memahami KEJ khususnya dalam peliputan karena itu bisa mengganjal mereka. Saya sendiri sudah menjadikannya sudah pedomannya. 4. Dari mana Anda mengetahui KEJ? Dari pelatihan jurnalistik. 5. Anda pernah mengikuti pelatihan khusus jurnalistik atau sejenisnya? Pernah. Waktu di pos metro dilatih dan diajarkan sama mereka. Terutama menulis berita dan teknik wawancara dan itu sangat membantu. 6. Pernah menerima amplop atau materi dari narasumber? Pernah, Itu rejeki, aku sering dapat kok, terlepas tadi aku yang meminta pasti lain ceritanya, lagian uang yang mereka beri tidak mempengaruhi beritaku kok, beritaku tetap sesuai fakta. Sejauh ini gak kok, aku masih bisa menjaganya. 7. Apa tanggapan Anda tentang wartawan amplop? Kalau bicara uang tidak boleh menerima dari setiap peliputan, itu melanggar KEJ itu bisa jadi intervensi dalam profesi jurnalis. Ya harus professional lah,

12 tapi kalau ada hubungan baik dengan narsum yang aku pribadi ketika narsum ingin memberi diluar konteks meliput ya kenapa tidak. Missal ketika lebaran narsum ngasi hadiah ya sah-sah saja. 8. Menurut Anda, wartawan yang professional itu seperti apa? Mengerjakan tugas dengan professional, indipenden, tidak berpihak, objektif dan ada check dana recheck. 9. Berapa pendapatan Anda? Apakah pendapatan tersebut tergolong cukup? Ketika menjadi jurnalis kita harus terima konsekuensi, gaji emang gak besar tapi jangan dijadikan alas an, menerima atau tidak menerima aku lebih kepada perlu dewan pers memperjuangkan peningkatan gaji wartawan Karena memang diakui gaji wartawan itu masih rendah. Emang itu ada kaitannya tapi jangan dijadikan alasan karena kita sudah memilih profesi itu. 10. Apakah media tempat Anda bekerja berperan dalam mengembangkan pemahaman Anda tentang KEJ? Secara lisan sering 11. Pernahkah Anda mencampurkan opini pribadi dengan fakta dalam produk berita Anda? Tidak pernah. 12. Apakah Anda pernah membuat berita pesanan dari pihak-pihak tertentu? Alasannya? Tidak. 13. Apakah Anda merasa pernah melakukan pelanggaran KEJ?

13 Ya. Jawaban Informan dalam menjelaskan tiap pasal dalam KEJ Pasal 1: Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. wartawan harus bisa bersikap indipenden terhadap berita yang ia tulis, termasuk sebenarnya tanpa intervensi siapapun Pasal 2: Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Seorang wartawan harus profesional karena wartawan itu kan sebuah profesi. Pasal 3: Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. Harus ada check, recheck, dan cross check. Pasal 4: Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. Ini jelas, tidal boleh buat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. Pasal 5: Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. Nama-nama korban dan tersangka pemerkosaan pakai inisial.

14 Pasal 6: Wartawan Indonesia tidak menyalah-gunakan profesi dan tidak menerima suap. Jangan azas manfaat dari profesi wartawan itu untuk hal yang buruk Pasal 7: Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan. Off the record tidak memberitakan ataupun nama narsumnya.kalau hak tolak sama embargo kurang paham. Pasal 8: Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa, serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani. Hormati setiap informan apapun agaman dan sukunya. Pasal 9: Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. Tidak mengganggu kehidupan pribadi informan. Pasal 10: Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.

15 Meralat berita yang tidak akurat dan meminta maaf kepada masyarakat. Pasal 11: Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. Hak jawab itu setiap narsum harus kita konfirmasi, hak koreksi kurang paham. INFORMAN 4 1. Apa motivasi Anda berprofesi sebagai wartawan /jurnalis? Aku memang kepengen jadi wartawan makanya ambil sekolah jurnalistik. 2. Sepemahaman Anda, apa saja yang menjadi tugas dari seorang wartawan? Menyampaikan pesan sebagai informasi, pendidikan dan hiburan. 3. Tahu tentang KEJ, bisa dijelaskan secara singkat? Tahu, Seorang jurnalis harus mampu menjadikan KEJ sebagai pedoman hidupnya di lapangan, termasuk dalam penulisan berita. Sekarang ini banyak reporter yang beritanya mirip-mirip. Jadi jangan heran kalau ada dua atau tiga media yang isi beritanya sama tapi judulnya sedikit berbeda, banyak wartawan pemalas sekarang, makanya saya teliti terhadap berita yang dikirim oleh reporter, bahkan saya selalu menegaskan mereka sebelum kelapangan jangan menjadi seorang plagiator. 4. Dari mana Anda mengetahui KEJ? Dari buku dewan pers

16 5. Anda pernah mengikuti pelatihan khusus jurnalistik atau sejenisnya? Pernah. 6. Pernah menerima amplop atau materi dari narasumber? Kalau dikasi oleh narsum itu ya lain lah ceritanya, wartawan amplop itu kan kerjanya meras, ini kan dikasi. 7. Apa tanggapan Anda tentang wartawan amplop? kalau ada berita yang diminta narsum untuk segera dinaikkan, biasanya reporter minta dana yang besar untuk menaikkan berita tersebut. 8. Menurut Anda, wartawan yang professional itu seperti apa? Menyajikan berita berimbang tidak menyudutkan seseorang dan media itu harus bisa jadi social control. 9. Berapa pendapatan Anda? Apakah pendapatan tersebut tergolong cukup? Kalau soal gaji masih tergolong cukup dan bisa mensejahterakan diri sendiri, lanjutnya. Jurnalis itu pekerjaan yang mulia, itu tidak bisa dinilai dengan materi. 10. Apakah media tempat Anda bekerja berperan dalam mengembangkan pemahaman Anda tentang KEJ? Ya, cukup berperanlah. 11. Pernahkah Anda mencampurkan opini pribadi dengan fakta dalam produk berita Anda? Tidak pernah.

17 12. Apakah Anda pernah membuat berita pesanan dari pihak-pihak tertentu? Alasannya? Tidak. 13. Apakah Anda merasa pernah melakukan pelanggaran KEJ? Ya. Jawaban Informan dalam menjelaskan tiap pasal dalam KEJ Pasal 1: Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Harus bisa bersikap indipenden dan beritanya benar serta berimbang Pasal 2: Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Wartawan itu memang dituntut harus profesional. Pasal 3: Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. Harus ada check dan recheck. Pasal 4: Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. Ini jelas, tidal boleh buat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.

18 Pasal 5: Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. Itu dilarang keras, karena kan media itu juga berfungsi untuk mencerdaskan publik, kalau kita uda buat berita bohong ya jadi bodoh lah masyarakat kita Pasal 6: Wartawan Indonesia tidak menyalah-gunakan profesi dan tidak menerima suap. Ya jangan lah wartawan itu mau nerima suap, tapi nyatanya dilapangan masih banyak. Pasal 7: Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan. Hak tolak merupakan hak untuk menolak mengungkapkan identitas narasumber dan keluarganya, kalau embargo itu menunda mempublish berita, kalau off the record tidak memberitakan informasi yang tidak diinginkan narasumber. Pasal 8: Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa, serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.

19 Berita itu harus sesuai fakta. Siapa pun narsumnya harus diwawancaraai tidak boleh lihat-lihat agama sukunya apa. Pasal 9: Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. Kalau itu ranah infotainment namanya. Pasal 10: Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa. Segera ralat berita yang tidak akurat kemudian meminta maaf kepada masyarakat. Pasal 11: Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. Hak jawab itu hak untuk menyanggah isi berita yang merugikan nama baik seseorang. Hak koreksi itu hak mengoreksi dari isi berita. INFORMAN 5 1. Apa motivasi Anda berprofesi sebagai wartawan /jurnalis? Suka aja, aku tertarik di dunia jurnalistik. Kalau liputan di daerah konflik itu pasti punya kebanggaan tersendiri, kita akan sangat tertantang. Aku juga suka nulis, dan menjadi seorang wartawan menjadi saluran kecintaanku akan menulis.

20 2. Sepemahaman Anda, apa saja yang menjadi tugas dari seorang wartawan? Cari berita melaporkannya sesuai dengan fakta. 3. Tahu tentang KEJ, bisa dijelaskan secara singkat? Ya itu etika yang harus dipatuhi jurnalis, 4. Dari mana Anda mengetahui KEJ? Dari buku dewan pers sama di dinding ruang redaksi ada posternya. 5. Anda pernah mengikuti pelatihan khusus jurnalistik atau sejenisnya? Tidak pernah. 6. Pernah menerima amplop atau materi dari narasumber? Belum pernah. 7. Apa tanggapan Anda tentang wartawan amplop? Itu wartawan yang tidak profesional dan sudah pasti melanggar KEJ. 8. Menurut Anda, wartawan yang professional itu seperti apa? Harus ada sertifikasi wartawan itu jadi gak asal tamat sekolah langsung jadi wartawan, tamat SMA sekarang juga bisa jadi reporter. Harus ada standartnya la. 9. Berapa pendapatan Anda? Apakah pendapatan tersebut tergolong cukup? Satu juta seratus, masih cukup la untuk aku pribadi. 10. Apakah media tempat Anda bekerja berperan dalam mengembangkan pemahaman Anda tentang KEJ? Kurang.

21 11. Pernahkah Anda mencampurkan opini pribadi dengan fakta dalam produk berita Anda? Tidak pernah. 12. Apakah Anda pernah membuat berita pesanan dari pihak-pihak tertentu? Alasannya? Tidak. 13. Apakah Anda merasa pernah melakukan pelanggaran KEJ? Tidak Jawaban Informan dalam menjelaskan tiap pasal dalam KEJ Pasal 1: Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Harus bisa bersikap indipendenlah. Pasal 2: Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Wartawan harus profesional Pasal 3: Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. Jangan campur fakta dan opini.

22 Pasal 4: Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. Tidak boleh buat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul Pasal 5: Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. Tidak boleh menyebutkan nama asli korban kejahatan asusila. Pasal 6: Wartawan Indonesia tidak menyalah-gunakan profesi dan tidak menerima suap. Wartawan tidak boleh menerima suap. Pasal 7: Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan. Aku kurang paham, apalagi di kantor sendiri gak pernah ngasi tahu, ya mungkin karena masih baru itu aku. Pasal 8: Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa, serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.

23 Ini pengertiannya ya sesuai sama pasal ini. Pasal 9: Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. Harus menghormati hak narasumber kita. Pasal 10: Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa. Meralat berita yang tidak akrat. Pasal 11: Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. Aku gak ngerti ini. INFORMAN 6 1. Apa motivasi Anda berprofesi sebagai wartawan /jurnalis? Awalnya karena butuh pekerjaan, tapi sekarang aku menikmati jadi seorang wartawan. 2. Sepemahaman Anda, apa saja yang menjadi tugas dari seorang wartawan? Mencari dan melaporkan sebuah peristiwa atau informasi kepada khalayak luas. 3. Tahu tentang KEJ, bisa dijelaskan secara singkat?

24 Tahu, itu jadi pegangan setiap jurnalis. 4. Dari mana Anda mengetahui KEJ? Dari buku, browsing dari internet.. 5. Apa Anda paham setiap pasal dari KEJ tersebut? Cukup paham. 6. Anda pernah mengikuti pelatihan khusus jurnalistik atau sejenisnya? Pernah 7. Pernah menerima amplop atau materi dari narasumber? Uang dari narsum pernah, kalau meras lewat amplop tidak. Kenapa harus ditolak, itu kan rejeki yang penting isi berita tidak berubah, 8. Apa tanggapan Anda tentang wartawan amplop? Memperburuk profesi wartawan, mereka itu pemeras. 9. Menurut Anda, wartawan yang professional itu seperti apa? Menjunjung tinggi kode etik jurnalistik. 10. Berapa pendapatan Anda? Apakah pendapatan tersebut tergolong cukup? Tidak cukup lah. Apalagi sekarang uda punya anak. 11. Apakah media tempat Anda bekerja berperan dalam mengembangkan pemahaman Anda tentang KEJ? Ia, ada sosialisasi kok dari pemred. 12. Pernahkah Anda mencampurkan opini pribadi dengan fakta dalam produk berita Anda?

25 Tidak pernah. 13. Apakah Anda pernah membuat berita pesanan dari pihak-pihak tertentu? Alasannya? Tidak berani. 14. Apakah Anda merasa pernah melakukan pelanggaran KEJ? Gak ada yang sempurna, aku pasti pernah melanggar. Jawaban Informan dalam menjelaskan tiap pasal dalam KEJ Pasal 1: Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Wartawan itu harus netral, tidak berpihak pada pihak manapun, berita harus sesuai fakta. Pasal 2: Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Seorang wartawan itu harus profesional. Pasal 3: Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. Melakukan check dan recheck dan dilarang keras hukumnya nyampur fakta dan opini.

26 Pasal 4: Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. Wartawan membuat berita sesuai dengan fakta. Pasal 5: Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. Oh tentu saja harus pakai inisial korban kekerasan asusila. Pasal 6: Wartawan Indonesia tidak menyalah-gunakan profesi dan tidak menerima suap. Ini jelaslah, mana boleh nerima suap, tapi ya itu hanya formalitas saja, nyatanya di lapangan masih banyak yg nerima. Pasal 7: Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan. hak tolak berupa hak tidak mengungkapkan identitas narsum demi keamanannya ataupun keluarganya. Embargo penundaan penyiaran berita kalau off the record tidak memberitakan informasi yang tidak diinginkan narasumber. Pasal 8: Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa, serta tidak

27 merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani. Harus pakai azas praduga tak bersalah, tidak boleh menghakimi. Pasal 9: Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. Jelas, harus menghormati hak pribadi setiap narasumber siapaun dia. Pasal 10: Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa. Berita yang ternyata informasinya tidak benar harus segera diralat dengan isi permintaan maaf di dalamnya. Pasal 11: Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. Hak jawab itu hak pembaca atau khalayak untuk memberikan sanggahan dari pemberitaan yang menurutnya tidak benar, sedangkan hak koreksi berupa hak untuk mengoreksi berita yang telah dipublish yang adalah berita yang tidak benar. INFORMAN 7 1. Apa motivasi Anda berprofesi sebagai wartawan /jurnalis? Awalnya adalah ketika aku membaca sebuah artikel di majalah. Pada artikel tersebut diceritakan tentang kehidupan seorang anak yang berjuang hidup

28 untuk membantu kebutuhan keluarganya. Artikel tersebut disajikan dalam bentuk feature namun mampu sangat menyentuh hatiku, karena artikel itu aku sampai menangis. Sejak itu, aku bertekad ingin membuat tulisan yang mampu membuat orang lain menangis juga. Awalnya karena tulisan itu aku mau jadi wartawan, aku punya keinginan waktu itu ingin menyentuh hati orang lain lewat tulisanku,. 2. Sepemahaman Anda, apa saja yang menjadi tugas dari seorang wartawan? Melaporkan, serta memberitakan sebuah peristiwa. 3. Tahu tentang KEJ, bisa dijelaskan secara singkat? Tahu lah. Itu jadi kode etik bagi wartawan dalam bekerja. Jadi sebenarnya wartawan itu setara dengan dokter dan hakim yang juga punya kode etik. 4. Dari mana Anda mengetahui KEJ? Dari buku yang dikeluarkan oleh Dewan Pers 5. Apa Anda paham setiap pasal dari KEJ tersebut? Paham lah. 6. Anda pernah mengikuti pelatihan khusus jurnalistik atau sejenisnya? Sering 7. Pernah menerima amplop atau materi dari narasumber? Pemberian uang dan hadiah pernah tapi kalau berupa amlop tidak pernah. 8. Apa tanggapan Anda tentang wartawan amplop?

29 Sebenarnya saya tidak suka dengan wartawan amplop, tapi mereka seperti itu karena persoalan pendapatan yang kecil. 9. Menurut Anda, wartawan yang professional itu seperti apa? Punya skill yang baik dan paham tentang bidang jurnalisme 10. Berapa pendapatan Anda? Apakah pendapatan tersebut tergolong cukup? Pas-pasan lah. 11. Apakah media tempat Anda bekerja berperan dalam mengembangkan pemahaman Anda tentang KEJ? Berperan kok. 12. Pernahkah Anda mencampurkan opini pribadi dengan fakta dalam produk berita Anda? Tidak pernah. 13. Apakah Anda pernah membuat berita pesanan dari pihak-pihak tertentu? Alasannya? Tidak pernah. 14. Apakah Anda merasa pernah melakukan pelanggaran KEJ? Pernahlah. Jawaban Informan dalam menjelaskan tiap pasal dalam KEJ

30 Pasal 1: Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Seorang wartawan memang harus independen, tapi praktiknya tidak. Banyak wartawan yang menjual idelismenya ketika berhadapan dengan uang ataupun tekanan tekanan dari berbagai pihak, bahkan tekanan dari pemilik media dimana ia bekerja dan mencari nafkah. Pasal 2: Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Cara-cara profesional itu harus sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik. Pasal 3: Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. Tidak boleh menghakimi dan memberi label tersangka padahal belum, serta harus cover both side dalam pemberitaan. Jangan pernah membuat berita dari opini kita sendiri, itu fatal. Pasal 4: Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. Berita tersebut harus jelas dan tidak memfitnah pihak manapun. Pasal 5: Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.

31 Ini sudah umum, biasanya pakai inisial nama korban dan tersangkanya. Pasal 6: Wartawan Indonesia tidak menyalah-gunakan profesi dan tidak menerima suap. Wartawan dilarang keras menerima suap, semua yang ada dalam KEJ itu memang bagus untuk wartawan, tapi praktiknya tetap saja banyak yang melanggar, ini lagi-lagi karena unsur materi dan pihak-pihak lain.. Pasal 7: Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan. Hak tolak berupa hak menolak mengungkapkan identitas narasumber dan keluarganya. Embargo menunda mempublish berita, off the record tidak memberitakan informasi yang tidak diinginkan narasumber dan tidak menyebutkan nama narsum sesuai perjanjian. Pasal 8: Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa, serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani. Pakai azas praduga tak bersalah.

32 Pasal 9: Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. Harus menghormati hak pribadi narsum, namun jika memang perlu dan punya alasan yang kuat bisa-bisa saja.. Pasal 10: Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa. Meralat berita bohong dan meminta maaf kepada pembaca. Pasal 11: Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. Hak jawab adalah hak untuk menyanggah sebuah berita yang merugikan nama baik seseorang, sedangkan hak koreksi adalah hak mengoreksi terhadap berita yang tidak akurat. INFORMAN 8 1. Apa motivasi Anda berprofesi sebagai wartawan /jurnalis? Saya ingin membuka wawasan saya lebih luas, melihat dunia, dan menjadi sumber informasi pertama untuk memberitakan kepada masyarakat. Media itu kan social control, nah wartawan lah yang menjadi pembawa misi tersebut 2. Sepemahaman Anda, apa saja yang menjadi tugas dari seorang wartawan?

33 Sebagai sama seperti dalam Negara demokrasi sebagai social control semua kebijakan pemerintah karena tanggung jawab per situ adalah ke masyarakat. 3. Tahu tentang KEJ, bisa dijelaskan secara singkat? Kumpulan peraturan dimana itu menjadi etika bagi para wartawan dalam menjalankan tugasnya. 4. Dari mana Anda mengetahui KEJ? Waktu di SUARA USU, kami sering diberi petunjuk oleh senior untuk berpedoman pada KEJ, makanya sampai sekarang aku paham betul setiap isinya,. 5. Apa Anda paham setiap pasal dari KEJ tersebut? Paham dong. 6. Anda pernah mengikuti pelatihan khusus jurnalistik atau sejenisnya? Sering sekali, apalagi waktu di SUARA USU. 7. Pernah menerima amplop atau materi dari narasumber? Tidak pernah. 8. Apa tanggapan Anda tentang wartawan amplop? Wartawan sesungguhnya itu ya bukan wartawan amplop. Wartawan amplop itu merusak citra wartawan, mereka itu tidak layak disebut sebagai wartawan 9. Menurut Anda, wartawan yang professional itu seperti apa? Dia harus mengerti kaidah2 jurnalistik, paham UU pokok pers, pemahaman dulu la baru pengamalan, termasuk juga pemahaman KEJ. Saya sendiri berprinsip menjadi jurnalis itu harus jadi panggilan hati agar bisa mengerjakannya pu dari hati bukan terkesan ada pekerjaan saja. Saya

34 mendukung jurnalis itu dijadikan sebuah profesi bukan sebuah pekerjaan saja dan disetarakan dengan polisi, kedookteran sehingga stereotype wartawan itu bisa dihilangkan. Dan kesejahteraan wartawan pun bisa dijamin. 10. Berapa pendapatan Anda? Apakah pendapatan tersebut tergolong cukup? Gaji yang kuterima tergolong lebih dari cukup, mungkin karena faktor masih fresh graduate dan belum berumah tangga ya, Aku juga masih bisa nabung untuk masa depan, 11. Apakah media tempat Anda bekerja berperan dalam mengembangkan pemahaman Anda tentang KEJ? Sudah pernah diadakan untuk standarisasi KEJ, ada ditempel juga poster KEJ di ruang redaksi dan sempat diadakan uji acak dites satu persatu setiap redaksi. 12. Pernahkah Anda mencampurkan opini pribadi dengan fakta dalam produk berita Anda? Tidak pernah sama sekali 13. Apakah Anda pernah membuat berita pesanan dari pihak-pihak tertentu? Alasannya? Tidak pernah. 14. Apakah Anda merasa pernah melakukan pelanggaran KEJ? Tidak. Jawaban Informan dalam menjelaskan tiap pasal dalam KEJ

35 Pasal 1: Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Wartawan itu harus punya idealisme, Saya punya idealisme dan saya pegang itu, ingat salah satu elemen jurnalisme adalah menyajikan kebenaran,. Pasal 2: Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Seorang wartawan itu harus paham prinsip-prinsip dalam jurnalistik. Pasal 3: Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. Melakukan check dan recheck dan Untuk menghindari trial by press, tidak boleh dinyatakn bersalah oleh pers tapi oleh pengadilan.. Pasal 4: Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. Berita yang ditulis seorang wartawan harus sesuai dengan fakta bukan berita bohong. Pasal 5: Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. Tidak boleh menyebutkan nama asli, harus inisial. Pasal 6: Wartawan Indonesia tidak menyalah-gunakan profesi dan tidak menerima suap.

36 Profesi wartawan itu mulia jangan disalahgunakan apalagi untuk menerima suap. Pasal 7: Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan. Hak tolak adalah hak wartawan menolak menyebutkan identitas narasumber dan keluarganya. Embargo itu menunda mempublish berita, off the record ketika narsum member info penting dan ketika dia memesankan untuk tidak dipublish, kita harus menghormati itu. Pasal 8: Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa, serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani. Ya janganlah pulak milih-milih narasumber, diskriminasi itu pelanggaran HAM. Pasal 9: Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. Jelas sekali karena wartawan infotainment itu berbeda dengan wartawan sesungguhnya.

37 Pasal 10: Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa. Menyediakan tempat untuk meralat sebuah berita yang tidak akurat maupun keliru yang sudah dipublish, dalam kolom ralat tersebut juga disampaikan permohonan maaf kepada pihak yang dirugikan dan kepada masyarakat. Pasal 11: Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. Hak yang dimiliki oleh pers untuk menjawab dugaan yang diberikan dalam satu berita, ketika ada berita dan ada narsum yang merasa tidak pernah melontarkan pendapat tersebut maka ia punya hak untuk itu. Hak media untuk meralat berita yang dianggap salah. B. BIODATA INFORMAN INFORMAN 1 NAMA : H.S TEMPAT/TANGGAL LAHIR : Taput, 13 Desember 1968 PENDIDIKAN TERAKHIR JABATAN ALAMAT RUMAH : S1 Hukum : Redaktur Nasional dan Politik : Sekip

38 NO.HANDPHONE : - PENGALAMAN KERJA : Redaktur Harian SIB, Redaktur Harian Garda, Redaktur Harian Bersama INFORMAN 2 NAMA : S.W TEMPAT/TANGGAL LAHIR : Medan, 3 April 1971 PENDIDIKAN TERAKHIR JABATAN ALAMAT RUMAH : S1 Jurnalistik : Reporter : Jl.A.R.Hakim Gg.Serimpi No.7 Medan NO.HANDPHONE : PENGALAMAN KERJA : Reporter di Harian Portibi, Patriot, dan Express INFORMAN 3 NAMA : I.W TEMPAT/TANGGAL LAHIR : Medan, 10 Februari 1985 PENDIDIKAN TERAKHIR JABATAN ALAMAT RUMAH : D3 : Reporter : Jl.Manggaan V Lingk. 13 Mabar Medan Deli

39 NO.HANDPHONE : PENGALAMAN KERJA : Reporter Harian Posmetro INFORMAN 4 NAMA : S.B TEMPAT/TANGGAL LAHIR : Kabanjahe, 10 Februari 1980 PENDIDIKAN TERAKHIR JABATAN ALAMAT RUMAH : S1 Jurnalistik : Redaktur Medan : Jl.Marindal Perumahan Gading Fiesta No.80 NO.HANDPHONE : PENGALAMAN KERJA : Redaktur Harian Perjuangan Divisi Hukum dan Kriminal INFORMAN 5 NAMA : Y.Y TEMPAT/TANGGAL LAHIR : Batu Gingging, 2 Februari 1987 PENDIDIKAN TERAKHIR JABATAN : D3 Pariwisata : Reporter

40 ALAMAT RUMAH : Jl.Djamin Ginting Gg.Lr IX No.712V P.Bulan NO.HANDPHONE : PENGALAMAN KERJA : - INFORMAN 6 NAMA : F.T TEMPAT/TANGGAL LAHIR : Bangil, 8 Agustus 1981 PENDIDIKAN TERAKHIR JABATAN ALAMAT RUMAH : S1 Sastra Indonesia : Asisten Redaktur Nasional dan Politik : Jl.Tuamang Gg.Katon No.69 Medan NO.HANDPHONE : PENGALAMAN KERJA : - INFORMAN 7 NAMA : A.L TEMPAT/TANGGAL LAHIR : Medan, 10 Februari 1978 PENDIDIKAN TERAKHIR JABATAN ALAMAT RUMAH : S1 Jurnalistik : Asisten Redaktur Pelaksana : Jl.Sempurna No.91 NO.HANDPHONE :

41 PENGALAMAN KERJA : - INFORMAN 8 NAMA : I.S TEMPAT/TANGGAL LAHIR : Medan, 10 Juni 1988 PENDIDIKAN TERAKHIR JABATAN ALAMAT RUMAH : S1 Ilmu Komunikasi : Asisten Pemimpin Redaksi : Jl.Sm Raja Garu 8 No. 75 L Medan NO.HANDPHONE : PENGALAMAN KERJA : -

42 BIODATA PENULIS Nama Lengkap : Irwan Sitinjak Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 26 April 1989 Alamat : Jl.Pintu Air IV Gang Bersama No.10 A Medan Johor Riwayat Pendidikan : SD Negeri Medan : SMP Putri Cahaya Medan : SMA Santo Thomas 2 Medan : Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU: Nama Ayah Nama Ibu Alamat orantua : H.Sitinjak : N.Simatupang : Jl.Pintu Air IV Gang Bersama No.10 A Medan Johor

Kode Etik Jurnalistik

Kode Etik Jurnalistik Kode Etik Jurnalistik KEPRIBADIAN WARTAWAN INDONESIA Pasal 1 Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang dan tidak bertindak buruk. Penafsiran a. Independen berarti

Lebih terperinci

KODE ETIK JURNALISTIK

KODE ETIK JURNALISTIK KODE ETIK JURNALISTIK APA ITU KODE ETIK JURNALISTIK? Acuan moral yang mengatur tindak tanduk seorang wartawan. Kode etik jurnalistik bisa berbeda dari satu organisasi ke organisasi yang lain, dari koran

Lebih terperinci

Etika Jurnalistik dan UU Pers

Etika Jurnalistik dan UU Pers Etika Jurnalistik dan UU Pers 1 KHOLID A.HARRAS Kontrol Hukum Formal: KUHP, UU Pers, UU Penyiaran Tidak Formal: Kode Etik Wartawan Indonesia 2 Kode Etik Jurnalistik Kode Etik Jurnalistik dikembangkan sebagai

Lebih terperinci

Media Siber. Imam Wahyudi Anggota Dewan Pers

Media Siber. Imam Wahyudi Anggota Dewan Pers Media Siber Imam Wahyudi Anggota Dewan Pers 2013-2016 Bagian 1 Platform Pers Cetak Radio Televisi Online UU 40/1999 tentang Pers Kode Etik Jurnalistik Pedoman Pemberitaan Media Siber Media Siber Kegiatan

Lebih terperinci

KODE ETIK JURNALISTIK

KODE ETIK JURNALISTIK KODE ETIK JURNALISTIK Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan

Lebih terperinci

Kode Etik Jurnalistik

Kode Etik Jurnalistik Kode Etik Jurnalistik Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan manusia dalam berbagai hal, salah satunya kebutuhan akan informasi. Informasi adalah data yang dikumpulkan

Lebih terperinci

11 Pasal Kode Etik Jurnalistik Dewan Pers

11 Pasal Kode Etik Jurnalistik Dewan Pers LAMPIRAN 49 11 Pasal Kode Etik Jurnalistik Dewan Pers Pasal 1 Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Penafsiran : Independen berarti

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERS Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008

PERATURAN DEWAN PERS Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 PERATURAN DEWAN PERS Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang PENGESAHAN SURAT KEPUTUSAN DEWAN PERS NOMOR 03/SK-DP/III/2006 TENTANG KODE ETIK JURNALISTIK SEBAGAI PERATURAN DEWAN PERS DEWAN PERS, Menimbang

Lebih terperinci

ETIKA JURNALISTIK IJTI JURNALISME POSITIF

ETIKA JURNALISTIK IJTI JURNALISME POSITIF ETIKA JURNALISTIK IJTI JURNALISME POSITIF 1 Haris Jauhari IKN (Institut Komunikasi Nasional) Materi Internal Pelatihan Jurnalistik IJTI JURNALISTIK TV Jurnalistik ialah kegiatan meliput, mengolah, dan

Lebih terperinci

Konsep Pers Profesonal menurut Kode Etik Jurnalistik dan UU Pers

Konsep Pers Profesonal menurut Kode Etik Jurnalistik dan UU Pers Konsep Pers Profesonal menurut Kode Etik Jurnalistik dan UU Pers Bambang Harymurti (Wakil Ketua Dewan Pers) 1 Tugas Wartawan: Mencari, mengolah dan menyebarluaskan informasi yang diyakini merupakan kepentingan

Lebih terperinci

7. Hak Cipta Media siber wajib menghormati hak cipta sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7. Hak Cipta Media siber wajib menghormati hak cipta sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pedoman Kemerdekaan berpendapat, kemerdekaan berekspresi, dan kemerdekaan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB.

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Undang-undang Pers No. 40 tahun 1999 merupakan salah satu undang-undang yang paling unik dalam sejarah Indonesia. Dilatarbelakangi dengan semangat reformasi, undangundang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Media massa adalah sebuah media yang sangat penting pada jaman ini, karena

BAB 1. Pendahuluan. Media massa adalah sebuah media yang sangat penting pada jaman ini, karena BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Media massa adalah sebuah media yang sangat penting pada jaman ini, karena media massa dianggap paling sukses dalam menyebarkan informasi secara cepat kepada khalayak.

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. peneliti menemukan makna-makna atas pelanggaran-pelanggaran kode etik

BAB IV PENUTUP. peneliti menemukan makna-makna atas pelanggaran-pelanggaran kode etik BAB IV PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dan dianalisis menggunakan metode semiotika Charles Sanders Peirce mengenai representasi etika jurnalistik dalam drama Pinocchio,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, disajikan lewat bentuk, siaran, cetak, hingga ke media digital seperti website

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, disajikan lewat bentuk, siaran, cetak, hingga ke media digital seperti website BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penilitian Berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi, disajikan lewat bentuk, siaran, cetak, hingga ke media digital seperti website

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan

Lebih terperinci

MENULIS ARTIKEL ONLINE

MENULIS ARTIKEL ONLINE 1. Etika dalam menulis internet MENULIS ARTIKEL ONLINE Mengapa menulis memerlukan etika? Tulisan merupakan media untuk mengkomunikasikan gagasan kepada orang lain. Kesalahpahaman mengakibatkan pesan yang

Lebih terperinci

Kiat Menulis Efektif & Mudah Dicerna

Kiat Menulis Efektif & Mudah Dicerna Dalam rangka Keterbukaan informasi Publik Kiat Menulis Efektif & Mudah Dicerna Coffee Morning, 28 Maret 2018, Ruang rapat BPPSPAM adhityan adhityaster gmail.com Keterbukaan informasi UU Nomor 14 tahun

Lebih terperinci

National Press Photographers Association ethics morality morals principles standards ethics in photojournalism

National Press Photographers Association ethics morality morals principles standards ethics in photojournalism National Press Photographers Association, founded in 1947. The organization is based in Durham, North Carolina and is mostly made up of still photographers, television videographers, editors, and students

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal Batu Televisi (Batu TV) Kota Batu Jawa Timur pada bulan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

KATA PENGANTAR. Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung LAMPIRAN 1 Alat Ukur KATA PENGANTAR Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung sedang melakukan penelitian mengenai Model Kompetensi pada reporter. Kuesioner ini terdiri dari

Lebih terperinci

Penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam Jurnalisme Online (Studi Deskriptif pada Detikcom) Wulan Widyasari, S.Sos, MA

Penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam Jurnalisme Online (Studi Deskriptif pada Detikcom) Wulan Widyasari, S.Sos, MA Penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam Jurnalisme Online (Studi Deskriptif pada Detikcom) Wulan Widyasari, S.Sos, MA DAMPAK MEDIA BARU? KOMUNIKAS I INTERAKTIF MAKNA JARAK GEOGRAFIS POLA KOMUNIKAS I KECEPATAN

Lebih terperinci

Mencari, Meliput, Menulis B E R I T A

Mencari, Meliput, Menulis B E R I T A Mencari, Meliput, Menulis B E R I T A Bagaimana berita diperoleh? -- Sumber Berita -- Teknik Wawancara -- Teknik Menulis -- Syarat Judul --- Teras Berita Bagaimana Berita Diperoleh? Berita-Diduga Melalui

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERS Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang

PERATURAN DEWAN PERS Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang PERATURAN DEWAN PERS Nomor 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang PENGESAHAN SURAT KEPUTUSAN DEWAN PERS NOMOR 03/SK-DP/III/2006 TENTANG KODE ETIK JURNALISTIK SEBAGAI PERATURAN DEWAN PERS DEWAN PERS, Menimbang Bahwa

Lebih terperinci

merupakan suatu berita singkat (tidak detail) yang hanya menyajikan informasi terpenting saja terhadap suatu peristiwa yang diberitakan. adalah berita yang menampilkan berita-berita ringan namun menarik.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG P E R S DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG P E R S DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG P E R S DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan

Lebih terperinci

PENULISAN BERITA TELEVISI

PENULISAN BERITA TELEVISI Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi PENULISAN BERITA TELEVISI KAIDAH DAN PRINSIP JURNALISTIK, KODE ETIK JURNALISTIK TELEVISI Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran http://www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik

Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik (Presenter Tv One keceplosan bilang Golkar-nya gak usah di sebut saat breaking news) Oleh : Putu Dea Chessa Lana Sari 201311018 Televisi dan Film Fakultas Seni Rupa dan

Lebih terperinci

KAJIAN SERTIFIKASI PADA PROFESI JURNALIS. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

KAJIAN SERTIFIKASI PADA PROFESI JURNALIS. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 KAJIAN SERTIFIKASI PADA PROFESI JURNALIS Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. tentang analisis kebijakan redaksi dalam penentuan headline (judul berita)

BAB III PENYAJIAN DATA. tentang analisis kebijakan redaksi dalam penentuan headline (judul berita) BAB III PENYAJIAN DATA A. Penyajian Data Berikut ini penyajian data berdasarkan penelitian yang dilakukan di harian surat kabar Pekanbaru Pos. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita cukup penting peranannya bagi kehidupan kita sehari-hari. Berita dapat digunakan sebagai sumber informasi atau sebagai hiburan bagi pembacanya. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengakui bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur

Lebih terperinci

BAB III KODE ETIK JURNALISTIK DEWAN PERS

BAB III KODE ETIK JURNALISTIK DEWAN PERS BAB III KODE ETIK JURNALISTIK DEWAN PERS 3.1. Profil Dewan Pers 3.1.1 Sejarah Berdirinya Dewan Pers Dewan Pers adalah sebuah lembaga independen di Indonesia yang berfungsi untuk mengembangkan dan melindungi

Lebih terperinci

Media dan Revolusi Mental. Nezar Patria Anggota Dewan

Media dan Revolusi Mental. Nezar Patria Anggota Dewan Media dan Revolusi Mental Nezar Patria Anggota Dewan Pers @nezarpatria Konvensi Media, HPN 2016, Mataram, Lombok, 8 Februari 2016 Big Bang Reformasi 1998: Mental Baru Pers Indonesia? Terbukanya ruang demokrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Runtuhnya orde baru dan beralih menjadi era reformasi di Indonesia telah memberikan kebebasan, dalam arti wartawan bebas memberikan suatu informasi. Masyarakat pun

Lebih terperinci

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, & Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS)

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, & Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) KOMISI PENYIARAN INDONESIA Lembaga Negara Independen Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, & Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) Bimo Nugroho Sekundatmo Semarang, 14-15 Oktober

Lebih terperinci

Hubungan Keanggotaan Wartawan dalam Organisasi Pers dengan Pengetahuan tentang Kode Etik Jurnalistik

Hubungan Keanggotaan Wartawan dalam Organisasi Pers dengan Pengetahuan tentang Kode Etik Jurnalistik Hubungan Keanggotaan Wartawan dalam Organisasi Pers dengan Pengetahuan tentang Kode Etik Jurnalistik (Studi Eksplanatif terhadap Wartawan Anggota PWI Cabang Yogyakarta) Elizabeth Elza Astari Retaduari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Pemahaman Pelita Banten terhadap kode etik jurnalistik Wartawan di Pelita Banten adalah Wartawan yang mengusung Tinggi Nilai-Nilai Kode Etik Kejurnalistian walaupun,

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU No.547, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DPR-RI. Kode Etik. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat kian tergantung dengan media massa, yang menjadi salah satu sumber informasi yang sangat dibutuhkan khalayak. Terlebih dengan kecanggihan teknologi di mana

Lebih terperinci

BAB 3 PERANAN PERS. 3. Mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasi.

BAB 3 PERANAN PERS. 3. Mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasi. BAB 3 PERANAN PERS Standar Kompetensi 3. Mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasi. Kompetensi Dasar 3.1. Medeskripsikan pengertian, fungsi dan peran srta perkembangan pers di Indonesia. 3.2.

Lebih terperinci

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI MODUL 14 UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN Hukum Pers OLEH : M. BATTLESON SH. MH. DESKRIPSI : Hukum Pers mengatur mengeni dunia pers di Indonesia.

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) HUKUM DAN KODE ETIK JURNALISTIK

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) HUKUM DAN KODE ETIK JURNALISTIK RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) HUKUM DAN KODE ETIK JURNALISTIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 2016 A. PENDAHULUAN 1. Latar belakang Ketika media

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. Skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan seluruh sumber yang dikutip maupun

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. Skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan seluruh sumber yang dikutip maupun PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Reza Dovi Saputra Nim : 20120530127 Program Studi: Ilmu Komunikasi Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Skripsi ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang terutama kaum awam (karena tidak tahu) bahwa pers memiliki sesuatu kekhususan dalam menjalankan Profesi nya yaitu memiliki suatu Kemerdekaan dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya (State Of The Art) Dalam penelitian ini disertakan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang berfungsi sebagai referensi sebagai perbandingan. Perbandingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat keterkaitannya dengan masyarakat luas, menjadi salah satu pilar perubahan suatu negara,

Lebih terperinci

Hukum dan Pers. Oleh Ade Armando. Seminar Nasional Mengurai Delik Pers Dalam RUU KUHP Hotel Sofyan Betawi, Kamis, 24 Agustus 2006

Hukum dan Pers. Oleh Ade Armando. Seminar Nasional Mengurai Delik Pers Dalam RUU KUHP Hotel Sofyan Betawi, Kamis, 24 Agustus 2006 Hukum dan Pers Oleh Ade Armando Seminar Nasional Mengurai Delik Pers Dalam RUU KUHP Hotel Sofyan Betawi, Kamis, 24 Agustus 2006 1 Bukan Kebebasan Tanpa Batas Kemerdekaan media tidak pernah berarti kemerdekaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. elemen yang saling membutuhkan. Dalam menjalankan kewajibannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. elemen yang saling membutuhkan. Dalam menjalankan kewajibannya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa telah begitu erat dengan masyarakat. Keduanya merupakan elemen yang saling membutuhkan. Dalam menjalankan kewajibannya sebagai pembawa berita, media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. penting dalam peta perkembangan informasi bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. penting dalam peta perkembangan informasi bagi masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Media televisi lokal Jogja TV merupakan stasiun televisi yang berusaha

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Media televisi lokal Jogja TV merupakan stasiun televisi yang berusaha BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Media televisi lokal Jogja TV merupakan stasiun televisi yang berusaha untuk menjalankan sistem pengorganisasian produksi berita dengan melaksanakan fungsinya

Lebih terperinci

Oleh : Litbang Wartapala

Oleh : Litbang Wartapala KEWARTAWANAN Oleh : Litbang Wartapala Daftar Isi : 1. Abstract 2. Kode Etik Jurnalistik 3. Syarat Menjadi Wartawan 1. Abstract Kewartawanan atau jurnalisme (berasal dari kata journal), artinya catatan

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesi

2016, No Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesi No.1388, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BIN. Kode Etik Intelijen. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN INTELIJEN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK INTELIJEN NEGARA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RANTAU TV (RAN TV) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RANTAU TV (RAN TV) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RANTAU TV (RAN TV) Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, bahwa untuk meningkatkan penyampaian

Lebih terperinci

KETETAPAN BADAN LEGISLATIF MAHASISWA

KETETAPAN BADAN LEGISLATIF MAHASISWA KETETAPAN BADAN LEGISLATIF MAHASISWA NOMOR : 019/TAP.02/BLM/XI/2009 TENTANG LEMBAGA PERS MAHASISWA DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA, BADAN LEGISLATIF MAHASISWA Menimbang : a. Bahwa untuk menjamin kepastian

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. TV MGTV dan stasiun TV ANTV, yaitu kebutuhan untuk mencapai kesuksesan

BAB IV PENUTUP. TV MGTV dan stasiun TV ANTV, yaitu kebutuhan untuk mencapai kesuksesan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Wartawan merupakan sebuah profesi yang digandrungi banyak orang. Padahal tidak semua wartawan memperoleh penghasilan yang memadai. Wartawan yang bekerja di media cetak/online

Lebih terperinci

S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 007/SK/KPI/5/2004 TENTANG

S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 007/SK/KPI/5/2004 TENTANG S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 007/SK/KPI/5/2004 TENTANG PEDOMAN SIARAN KAMPANYE DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DI LEMBAGA PENYIARAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA,

Lebih terperinci

MENGAPA MENGELUH? Oleh Yoseph Andreas Gual

MENGAPA MENGELUH? Oleh Yoseph Andreas Gual MENGAPA MENGELUH? Oleh Yoseph Andreas Gual Banyak penikmat media (cetak) yang sering membandingkan isi media A, B dan C. Mereka kemudian bertanya mengapa media A memberitakan topik ini sedangkan topik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menandakan proses komunikasi massa berlangsung dalam tingkat kerumitan yang relatif

BAB I PENDAHULUAN. menandakan proses komunikasi massa berlangsung dalam tingkat kerumitan yang relatif BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu konsep komunikasi massa adalah proses komunikasi yang pesannya diarahkan kepada audiens yang relatif lebih besar, heterogen dan anonim. Orientasi arah yang

Lebih terperinci

KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAY KANAN MASA KEANGGOTAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1189, 2016 KI. Kode Etik Anggota. (Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 11). PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat meliputi aspek sosial, politik, agama, budaya, dan moralitas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat meliputi aspek sosial, politik, agama, budaya, dan moralitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Media massa memberikan dampak yang sangat besar bagi masyarakat. Internet masih menduduki tingkat teratas sebagai alat akses informasi termudah saat ini, namun dalam

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Setelah melakukan analisis terhadap 45 artikel berita mengenai kekerasan

BAB IV PENUTUP. Setelah melakukan analisis terhadap 45 artikel berita mengenai kekerasan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan analisis terhadap 45 artikel berita mengenai kekerasan seksual pada anak di SKH Warta Kota, maka di bagian ini peneliti akan memberikan sebuah kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan dari pemerintah terhadap media massa semenjak digulingkannya

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan dari pemerintah terhadap media massa semenjak digulingkannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebebasan pers sejak masa reformasi tak hanya berdampak positif. Tidak adanya tekanan dari pemerintah terhadap media massa semenjak digulingkannya pemerintahan orde

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN

PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pewarta. Dalam melakukan kerjanya, wartawan berhadapan dengan massa,

BAB I PENDAHULUAN. pewarta. Dalam melakukan kerjanya, wartawan berhadapan dengan massa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi pers di Indonesia dewasa ini mengalami berbagai problematika, seperti kekerasan terhadap pers hingga permasalahan somasi atau tuntutan. Dewan Pers menyatakan

Lebih terperinci

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk mencapai tujuan Ombudsman, para

Lebih terperinci

FOTO NARASUMBER. Yusuf Anggara. Kepala Subbagian Humas Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan.

FOTO NARASUMBER. Yusuf Anggara. Kepala Subbagian Humas Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan. LAMPIRAN FOTO NARASUMBER Yusuf Anggara. Kepala Subbagian Humas Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan. Fikri Rosano Selaku Staff Kehumasan Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan. TEMPAT PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. (indepth interview) dengan para narasumber di Indonesia Siang untuk penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. (indepth interview) dengan para narasumber di Indonesia Siang untuk penelitian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan para narasumber di Indonesia Siang untuk penelitian ini, meliputi tahap

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RAN TV SEBAGAI TELEVISI SIARAN PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RAN TV SEBAGAI TELEVISI SIARAN PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RAN TV SEBAGAI TELEVISI SIARAN PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.263, 2015 LIPI. Pegawai. Kode Etik. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

INFORMASI PEMILU DI MEDIA SIARAN

INFORMASI PEMILU DI MEDIA SIARAN INFORMASI DI MEDIA SIARAN IMAM WAHYUDI 0816900978, imam.wahyudi@gmail.com KEBEBASAN PERS Kebebasan pers merupakan konsekuensi dari kebebasan individu untuk mendapatkan informasi, berekspresi dan mengemukakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA LAMPIRAN 86 87 Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA Berikut adalah daftar pertanyaan wawancara mengenai analisis lingkungan internal dan eksternal di surat kabar Jurnal Bogor:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam undang-undang pasal 2 bahwa kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Peran Pengacara

Prinsip Dasar Peran Pengacara Prinsip Dasar Peran Pengacara Telah disahkan oleh Kongres ke Delapan Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ) mengenai Pencegahan Kriminal dan Perlakuan Pelaku Pelanggaran, Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap Penerapan Kode Etik Jurnalistik di Kalangan Wartawan Infotainment (Studi Kasus Insert Trans TV), maka penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DALAM BERITA KEJAHATAN SUSILA

BAB I PENDAHULUAN PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DALAM BERITA KEJAHATAN SUSILA BAB I PENDAHULUAN A. Judul Penelitian PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK DALAM BERITA KEJAHATAN SUSILA (Analisis Isi Kuantitatif Penerapan Kode Etik Jurnalistik Dalam Berita Kejahatan Susila di Harian Umum

Lebih terperinci

S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 008/SK/KPI/8/2004 TENTANG

S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 008/SK/KPI/8/2004 TENTANG S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 008/SK/KPI/8/2004 TENTANG PEDOMAN SIARAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PUTARAN KEDUA DI LEMBAGA PENYIARAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA,

Lebih terperinci

KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA (KPI) Nomor 240/SK/KPID-SS/03/2018 TENTANG

KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA (KPI) Nomor 240/SK/KPID-SS/03/2018 TENTANG - 1 - KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA (KPI) DAERAH SULAWESI SELATAN Nomor 240/SK/KPID-SS/03/2018 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TERKAIT PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

Hendry Ch Bangun Wakil Pemred Warta Kota Sekolah Jurnalisme Indonesia 2012

Hendry Ch Bangun Wakil Pemred Warta Kota Sekolah Jurnalisme Indonesia 2012 Hendry Ch Bangun Wakil Pemred Warta Kota Sekolah Jurnalisme Indonesia 2012 Biodata Hendry Ch Bangun Lahir di Medan, 26 November 1958 Lulusan Fakultas Sastra UI tahun 1982 Menjadi wartawan Majalah Sportif

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. mengetahuai kecendrungan pelanggaran kode etik jurnalistik dalam

BAB III PEMBAHASAN. mengetahuai kecendrungan pelanggaran kode etik jurnalistik dalam BAB III PEMBAHASAN A. Sajian Data dan Uji Reliabilitas Sesuai dengan rumusan masalah pada penelitian ini yaitu untuk mengetahuai kecendrungan pelanggaran kode etik jurnalistik dalam pemberitaan bencana

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. melanggar privasi seseorang adalah:

BAB III PENUTUP. melanggar privasi seseorang adalah: 49 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pada uraian-uraian yang telah dipaparkan pada BAB II mengenai Tinjauan Umum Tentang Kemerdekaan Pers Bagi Jurnalis Dalam Mencari Berita Berkaitan Dengan Privasi

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg No.1748, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DKPP. Kode Etik dan Pedoman Perilaku. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui media cetak tetapi juga media kominikasi elektronik. oleh masyarakat untuk mencari dan mengetahui informasi

BAB I PENDAHULUAN. melalui media cetak tetapi juga media kominikasi elektronik. oleh masyarakat untuk mencari dan mengetahui informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan dibidang teknologi informasi semakin banyak digunakan didalam kehidupan sehari-hari. Bidang teknologi informasi merupakan salah satu bidang terpenting pada

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

2016, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Intelijen Negara adalah penyelenggara Intelijen

2016, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Intelijen Negara adalah penyelenggara Intelijen No.932, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BIN. Intelijen Negara. Kode Etik. PERATURAN KEPALA BADAN INTELIJEN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK INTELIJEN NEGARA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH DRAFT PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH BISMILLAHIRRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WATA ALA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Kongres XXI PGRI dan Guru Indonesia 2013, 3 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 03 Juli 2013

Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Kongres XXI PGRI dan Guru Indonesia 2013, 3 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 03 Juli 2013 Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Kongres XXI PGRI dan Guru Indonesia 2013, 3 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 03 Juli 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN KONGRES XXI PGRI DAN KONGRES GURU

Lebih terperinci

IKATAN KELUARGA ALUMNI STAR BPKP PERATURAN KETUA IKA STAR BPKP NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK IKA STAR BPKP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IKATAN KELUARGA ALUMNI STAR BPKP PERATURAN KETUA IKA STAR BPKP NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK IKA STAR BPKP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA IKATAN KELUARGA ALUMNI STAR BPKP PERATURAN KETUA IKA STAR BPKP NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK IKA STAR BPKP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA IKA STAR BPKP, Menimbang Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: UU 5-1991 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2004 POLITIK. KEAMANAN. HUKUM. Kekuasaaan Negara. Kejaksaan. Pengadilan. Kepegawaian.

Lebih terperinci

Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial

Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial Drs. Rusmanto, M.M. rusmanto@gmail.com Narasumber DPR RI: Pembahasan RUU ITE 2008 Pemimpin Redaksi Majalah InfoLINUX 2001-2013 Dosen STT-NF & Pengajar NF Computer

Lebih terperinci