BAB I PENDAHULUAN. A. Sejarah Singkat Dipenda Kabupaten Karanganyar. untuk melaksanakan fungsi pengelolaan sumber-sumber kekayaan daerah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Sejarah Singkat Dipenda Kabupaten Karanganyar. untuk melaksanakan fungsi pengelolaan sumber-sumber kekayaan daerah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Sejarah Singkat Dipenda Kabupaten Karanganyar Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karanganyar dibentuk dengan tujuan untuk melaksanakan fungsi pengelolaan sumber-sumber kekayaan daerah yang ada di wilayah Kabupaten Karanganyar. Hal itu dilakukan dalam rangka mewujudkan pelaksanaan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1950 yang mengatur tentang Pembentukkan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkup Provinsi Jawa Tengah dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karanganyar bertempat kedudukan di Jalan Lawu No. 194 Karanganyar. Seiring dengan perkembangan Pembangunan Nasional di Negara Indonesia ini dan dalam rangka melaksanakan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, maka di Kabupaten Karanganyar dilaksanakan otonomi daerah. Otonomi daerah berarti bahwa setiap daerah harus menyelenggarakan pembiayaan rumah tangga daerahnya dengan kemampuannya sendiri, hal ini memacu Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karanganyar untuk dapat mengelola dan lebih mengoptimalkan kekayaan dan sumber-sumber penghasilan yang ada di wilayahnya sendiri, yang mana hal itu sangat diperlukan untuk lebih meningkatkan dan memajukan pembangunan di wilayahnya. 1

2 2 Sehubungan dengan hal itu, Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karanganyar merasa perlu untuk menata kembali struktur organisasi serta tata kerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karanganyar, yang dirasa sudah tidak sesuai lagi diterapkan karena tidak sesuai dengan prinsip penyelenggaraan otonomi daerah, apalagi dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 9 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karanganyar. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu dari Dinas Daerah yang membantu kepala daerah dalam hal ini Bupati karanganyar untuk melaksanakan salah satu tugas pokok di bidang pendapatan daerah. Tugas pokok Dinas Pendapatan Daerah adalah untuk melaksanakan kewenangan otonomi daerah dalam rangka mengelola, mengoptimalkan serta melaksanakan tugas disentralisasi di bidang pendapatan daerah. Dalam menjalankan tugas pokoknya, Dinas Pendapatan Daerah mempunyai beberapa fungsi, yaitu: 1. Perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan pemerintah daerah dibidang pendapatan yang meliputi perencanaan, pengendalian dan operasional, pendaftaran dan pendataan, penagihan, pembukuan, pelaporan, penetapan, dan ketatausahaan. 2. Pengkoordinasian dalam bidang pendapatan yang meliputi perencanaan, pengendalian dan operasional, pendaftaran dan pendataan, penagihan, pembukuan, pelaporan dan penetapan pendapatan serta ketatausahaan.

3 3 3. Pemberian ijin dan pelaksanaan pelayanan umum di bidang pendapatan daerah. 4. Pembinaan terhadap unit pelaksanaan teknis dinas/cabang dinas dalam lingkup dinas pendapatan. 5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. B. Susunan Organisasi Susunan organisasi pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2001 ditetapkan dengan pembagian seksiseksi dan sub bagian sebagai berikut: 1. Kepala Dinas 2. Bagian Tata Usaha, terdiri atas: a) Sub Bagian Umum b) Sub Bagian Kepegawaian c) Sub Bagian Keuangan 3. Sub Dinas Pendaftaran dan Pendataan, terdiri atas: a) Seksi Pendaftaran b) Seksi Pendataan c) Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data 4. Sub Dinas Penetapan, Pembukuan dan pelaporan, terdiri atas: a) Seksi Perhitungan dan Penerbitan Surat Ketetapan b) Seksi Angsuran

4 4 c) Seksi Pembukuan Penerimaan, Persediaan dan Pelaporan 5. Sub Dinas Penagihan dan Penerimaan Lain-lain, terdiri atas: a) Seksi Penagihan b) Seksi Keberatan c) Seksi Penerimaan Lain-Lain 6. Sub Dinas Perencanaan Pengendalian Operasional, terdiri atas: a) Seksi Perencanaan dan Pembinaan Teknik Pungutan b) Seksi Evaluasi dan Pengembangan Pendapatan 7. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas 8. Cabang Dinas Pendapatan 9. Kelompok Jabatan Fungsional C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan Struktural Berdasarkan Keputusan Bupati Karanganyar Nomor 307 Tahun 2001 ditetapkan uraian tugas pokok dan fungsi jabatan struktural pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karanganyar sebagai berikut: 1. Kepala Dinas Kepala Dinas Kabupaten Karanganyar bertanggung jawab melaporkan segala tugas dan fungsinya kepada Bupati. Kepala Dinas Kabupaten Karanganyar membawahi: a. Kepala Bagian Tata Usaha, yang terdiri atas Sub Bagian Umum, Sub Kepegawaian, dan Sub Bagian Keuangan.

5 5 b. Sub Dinas Pendaftaran dan Pendataan, yang terdiri atas Seksi Pendaftaran, Seksi Pendataan, Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data. c. Sub Dinas Penetapan, Pembukuan dan pelaporan, yang terdiri atas Seksi Perhitungan dan Penerbitan Surat Ketetapan, Seksi Angsuran, Seksi Pembukuan Penerimaan, Persediaan dan Pelaporan. d. Sub Dinas Penagihan dan Penerimaan Lain-lain, yang terdiri atas Seksi Penagihan, Seksi Keberatan, Seksi Penerimaan Lain-Lain. e. Sub Dinas Perencanaan Pengendalian Operasional, yang terdiri atas Seksi Perencanaan dan Pembinaan Teknik Pungutan, Seksi Evaluasi dan Pengembangan Pendapatan. f. UPTD dan Cabang Dinas. Tugas Pokok Kepala Dinas Pendapatan Daerah adalah: a. Melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang pendapatan. b. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati Karanganyar. Fungsi Kepala Dinas Pendapatan Daerah antara lain: a. Menyusun rencana kegiatan di bidang pendataan, penetapan, dan penagihan pajak daerah, retribusi daerah, dan pendapatan daerah lainnya serta PBB. b. Mengkoordinasi atas pekerjaan penagihan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan asli daerah lainnya serta mensosialisasikan PBB yang dilimpahkan kepada daerah.

6 6 c. Mengawasi serta mengendalikan di bidang pendataan, penetapan dan penagihan pajak daerah, retribusi daerah dan penetapan daerah lainnya serta PBB. 2. Kepala Bagian Tata Usaha Kepala Bagian Tata Usaha bertanggung jawab melaporkan segala tugas dan fungsinya kepada Kepala Dinas. Kepala Bagian Tata Usaha membawahi Sub Bagian Umum, Sub Bagian Kepegawaian, Sub Bagian Keuangan. Tugas Pokok Kepala Bagian Tata Usaha Antara Lain: a. Memberikan layanan administrasi kepada seluruh satuan organisasi dalam lingkungan Dinas Pendapatan Daerah. b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah. Fungsi Kepala Bagian Tata Usaha antara lain: a. Mengelola administrasi kepegawaian. b. Menyusun rencana kegiatan di bidang ketatausahaan urusan umum, kepegawaian, perawatan, dan perlengkapan serta keuangan. c. Pelaksanaan urusan surat-menyurat, kearsipan, dokumentasi dan perpustakaan. Tugas Pokok Sub Bagian Tata Usaha: a. Sub Bagian Umum Sub Bagian Umum wajib melaporkan pelaksanaan kegiatannya secara berkala kepada Kepala Bagian Tata Usaha sebagai Atasannya. Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan surat-

7 7 menyurat, kearsipan, rumah tangga, pembayaran gaji pegawai dan perjalanan dinas serta pengadaan dan pemeliharaan perlengkapan. b. Sub Bagian Kepegawaian Sub Bagian Kepegawaian wajib melaporkan pelaksanaan kegiatannya secara berkala kepada Kepala Bagian Tata Usaha sebagai Atasannya. Sub Bagian Kepegawaian mempunyai tugas pokok membantu Kepala Bagian Tata Usaha di bidang kepegawaian. c. Sub Bagian Keuangan Sub Bagian Keuangan wajib melaporkan pelaksanaan kegiatannya secara berkala kepada Kepala Bagian Tata Usaha sebagai Atasannya. Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok membantu Kepala Bagian tata Usaha di bidang pengelolaan keuangan. 3. Sub Dinas Pendaftaran dan Pendataan Sub Dinas Pendaftaran dan Pendataan wajib melaporkan pelaksanaan kegiatannya secara berkala kepada Kepala Dinas. Sub Dinas Pendaftaran dan Pendataan mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan pendaftaran wajib pajak daerah dan retribusi daerah serta pendataan objek pajak dan objek retribusi daerah dan membantu melakukan pendataan objek dan subjek PBB yang dilaksanakan oleh Direktorat Jendral Pajak. Sub Dinas Pendaftaran dan Pendataan mempunyai fungsi: a. Pelaksanaan pendaftaran dan pendataan meliputi pendaftaran dan pendataan wajib pajak daerah dan wajib pajak retribusi daerah, pendataan objek pajak daerah dan retribusi daerah serta membantu

8 8 pendataan objek dan subjek PBB yang dilaksanakan oleh Direktorat Jendral Pajak. b. Menyusun rencana kegiatan di bidang pendaftaran dan pendataan meliputi pendaftaran dan pendataan wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah, pendataan objek pajak dan objek retribusi daerah, serta membantu pendataan objek dan subjek PBB yang dilaksanakan oleh Direktorat Jendral Pajak. Sub Dinas Pendaftaran dan Pendataan membawahi Seksi Pendaftaran, Seksi Pendataan dan Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data. a. Seksi Pendaftaran Seksi Pedaftaran wajib melaporkan pelaksanaan kegiatannya secara berkala kepada Sub Dinas Pendaftaran dan Pendataan. Kepala Seksi Pendaftaran mempunyai tugas pokok mendistribusikan dan menerima kembali formulir pendaftaran wajib pajak daerah dan retribusi daerah yang telah diisi oleh wajib pajak dan retribusi daerah, mencatat nama dan alamat calon wajib pajak dan retribusi daerah serta menetapkan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD). b. Seksi Pendataan Seksi Pendataan wajib melaporkan pelaksanaan kegiatannya secara berkala kepada Sub Dinas Pendaftaran dan Pendataan. Kepala Seksi Pendataan mempunyai tugas pokok menghimpun, mengelola dan mencatat data objek dan subjek pajak dan retribusi daerah, melakukan

9 9 pemeriksaan lapangan atau lokasi dan melaporkan hasilnya serta membuat daftar formulir SPPT yang belum diterima kembali. c. Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data wajib melaporkan pelaksanaan kegiatannya secara berkala kepada Sub Dinas Pendaftaran dan Pendataan. Kepala Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data mempunyai tugas pokok membuat dan memelihara daftar induk wajib pajak dan wajib retribusi daerah, memberikan kartu pengenal NPWPD, menyimpan arsip perpajakan dan retribusi daerah yang berkaitan dangan pendaftaran dan pendataan, membantu melakukan penyampaian SPOP PBB kepada para wajib pajak yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Pajak. 4. Sub Dinas Penetapan, Pembukuan dan Pelaporan Sub Dinas Penetapan, Pembukuan dan Pelaporan wajib melaporkan pelaksanaan kegiatannya secara berkala kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah. Tugas Pokok Sub Dinas Penetapan, Pembukuan dan Pelaporan antara lain: a. Melaksanakan penetapan jumlah pajak dan retribusi daerah yang terutang serta menghitung besarnya angsuran atas permohonan wajib pajak dan wajib retribusi daerah serta menatausahakan jumlah ketetapan PBB yang penagihannya dilimpahkan kepada daerah. b. Melaksanakan pembukuan dan pelaporan mengenai realisasi penerimaan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan PBB.

10 10 c. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah. Fungsi Sub Dinas Penetapan, Pembukuan dan Pelaporan antara lain: a. Menyusun rencana kegiatan di bidang penetapan, penghitungan dan penetapan pajak dan retribusi daerah yang terutang, serta penghitungan besarnya angsuran atas permohonan wajib pajak dan wajib retribusi daerah. b. Melaksanakan kegiatan administrasi tentang ketetapan PBB yang penagihannya dilimpahkan kepada Daerah berdasarkan SPPT. c. Melaksanakan Penghitungan dan penetapan besar kecilnya pajak dan retribusi daerah. Sub Dinas Penetapan, Pembukuan dan Pelaporan membawahi Seksi Penghitungan dan Penerbitan Surat Ketetapan, Seksi Angsuran, Seksi Pembukuan Penerimaan, Persediaan dan Pelaporan. a. Seksi Penghitungan dan Penerbitan Surat Ketetapan Seksi Penghitungan dan Penerbitan Surat Ketetapan wajib melaporkan pelaksanaan kegiatannya secara berkala kepada Sub Dinas Penetapan, Pembukuan dan Pelaporan. Kepala Seksi Penghitungan dan Penerbitan Surat Ketetapan mempunyai tugas pokok menghitung besarnya pajak atau retribusi yang akan dikenakan, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Ketetapan Retribusi (SKR), Surat Perjanjian Angsuran dan Surat Ketetapan Pajak lainnya, mendistribusikan dan menyampaikan arsip perpajakan dan retribusi daerah, membantu

11 11 Direktorat Jendral Pajak dalam melakukan penyampaian arsip SPPT PBB serta dokumen PBB lainnya. b. Seksi Angsuran Seksi Angsuran wajib melaporkan pelaksanaan kegiatannya secara berkala kepada Sub Dinas Penetapan, Pembukuan dan Pelaporan. Kepala Seksi Angsuran mempunyai tugas pokok menerima Surat Permohonan Angsuran, menyiapkan surat-surat perjanjian angsuran dan surat penetapan angsuran pemungutan, pembayaran, penyetoran pajak daerah dan retribusi daerah. c. Seksi Pembukuan Penerimaan, Persediaan dan Pelaporan Seksi Pembukuan Penerimaan, Persediaan dan Pelaporan wajib melaporkan pelaksanaan kegiatannya secara berkala kepada Sub Dinas Penetapan, Pembukuan dan Pelaporan. Kepala Seksi Pembukuan Penerimaan, Persediaan dan Pelaporan mempunyai tugas pokok menerima dan mencatat semua SKP dan SKR, surat-surat ketetapan pajak lain serta SPPT PBB yang telah dibayar lunas, mencatat penerimaan, pembayaran, penyetoran PBB serta menyiapkan laporan periodik mengenai realisasi penerimaan dan tunggakan pajak daerah dan retribusi daerah serta PBB. 5. Sub Dinas Penagihan dan Penerimaan Lain-Lain Sub Dinas Penagihan dan Penerimaan Lain-Lain wajib melaporkan pelaksanaan kegiatannya secara berkala kepada Kepala Dinas Pendapatan

12 12 Daerah. Tugas Pokok Sub Dinas Penagihan dan Penerimaan Lain-Lain adalah: a. Melaksanakan tugas penagihan pajak daerah dan retribusi daerah yang melampaui batas waktu jatuh tempo, melayani keberatan dan permohonan banding serta mengumpulkan dan mengolah data sumber penerimaan daerah lainnya diluar pajak dan retribusi daerah. b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah. Fungsi Sub Dinas Penagihan dan Penerimaan Lain-Lain adalah: a. Menyusun rencana kegiatan di bidang penagihan pajak daerah dan retribusi daerah yang telah jatuh tempo. b. Pelayanan keberatan dan permohonan banding dari wajib pajak dan wajib retribusi daerah. c. Pengumpulan dan pengolahan data sumber penagihan, data sumber penerimaan daerah lainnya diluar pajak daerah dan retribusi daerah. Sub Dinas Penagihan dan Penerimaan Lain-Lain membawahi Seksi Penagihan, Seksi Keberatan, Seksi Penerimaan Lain-lain. a. Seksi Penagihan Seksi Penagihan wajib melaporkan pelaksanaan kegiatannya secara berkala kepada Sub Dinas Penagihan dan Penerimaan Lain-Lain. Kepala Seksi Penagihan mempunyai tugas pokok menyiapkan dan mendistribusikan surat-menyurat dan dokumentasi yang berhubungan dengan penagihan.

13 13 b. Seksi Keberatan Seksi Keberatan wajib melaporkan pelaksanaan kegiatannya secara berkala kepada Sub Dinas Penagihan dan Penerimaan Lain-Lain. Kepala Seksi Keberatan mempunyai tugas pokok menerima dan melayani Surat Ketetapan dan Surat Permohonan Banding atas materi penetapan pajak daerah dan retribusi daerah, menyiapkan keputusan menerima atau menolak keberatan dan meneruskan penyelesaian permohonan banding ke Majelis Pertimbangan Pajak. c. Seksi Penerimaan Lain-lain Seksi Penerimaan Lain-lain wajib melaporkan pelaksanaan kegiatannya secara berkala kepada Sub Dinas Penagihan dan Penerimaan Lain-Lain. Kepala Seksi Penerimaan Lain-lain mempunyai tugas pokok mengumpulkan dan mengolah data sumbersumber penerimaan lainnya diluar pajak dan retribusi daerah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. 6. Sub Dinas Perencanaan dan Pengendalian Operasi Sub Dinas Perencanaan dan Pengendalian Operasi wajib melaporkan pelaksanaan kegiatannya secara berkala kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah. Tugas Pokok Sub Dinas Perencanaan dan Pengendalian Operasi antara lain: a. Melaksanakan penyusunan rencana pendapatan, pembinaan teknis pemungutan, pengendalian dan peningkatan pendapatan daerah.

14 14 b. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah. Fungsi Sub Dinas Perencanaan dan Pengendalian Operasi antara lain: a. Menyusun rencana pendapatan, pembinaan teknis pemungutan, pengendalian dan peningkatan pendapatan daerah. b. Melaksanakan pembinaan teknis pemungutan, pengendalian dan peningkatan pendapatan daerah. Sub Dinas Perencanaan dan Pengendalian Operasi membawahi Seksi Perencanaan dan Pembinaan Teknis Pemungutan, Seksi Evaluasi dan Pengembangan a. Seksi Perencanaan dan Pembinaan Teknis Pemungutan Seksi Perencanaan dan Pembinaan Teknis Pemungutan wajib melaporkan pelaksanaan kegiatannya secara berkala kepada Sub Dinas Perencanaan dan Pengendalian Operasi. Kepala Seksi Perencanaan dan Pembinaan Teknis Pemungutan mempunyai tugas pokok menyusun rencana pendapatan daerah dan rencana intensifikasi pemungutan pendapatan daerah, melakukan pembinaan tata kerja, tata hubungan kerja serta pembinaan penggunaan sarana kerja dan prasarana perpajakan daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya. b. Seksi Evaluasi dan Pengembangan Seksi Evaluasi dan Pengembangan wajib melaporkan pelaksanaan kegiatannya secara berkala kepada Sub Dinas Perencanaan dan Pengendalian Operasi. Kepala Seksi Evaluasi dan Pengembangan

15 15 mempunyai tugas pokok mengumpulkan dan mengolah data sumbersumber pendapatan daerah, merumuskan naskah rancangan peraturan daerah dan keputusan Bupati tentang perpajakan daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya. D. Latar Belakang Masalah Penerimaan pajak merupakan salah satu sumber dana yang sangat penting dalam rangka pembiayaan Pembangunan Nasional, guna mendukung terciptanya masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pajak yang ada di Indonesia merupakan iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada jasa timbal (kontraprestasi) yang dapat langsung ditunjukkan dan dapat digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Ilyas, 2000: 3). Pajak merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam memberikan kontribusinya yang cukup besar bagi penerimaan negara yang berguna bagi pembiayaan nasional sehingga pajak mempunyai peran yang berarti dalam menunjang kesejahteraan Rakyat Indonesia. Oleh karena itu masalah pajak menjadi masalah seluruh rakyat dalam suatu negara sehingga setiap orang sebagai masyarakat harus mengetahui setiap permasalahan yang berhubungan dengan pajak baik mengenai asas, jenis atau macam pajak yang berlaku di negaranya serta tata cara pembayaran pajak dan fungsi dari pemungutan pajak itu sendiri (Munawir, 1992: 1).

16 16 Peningkatan kesadaran masyarakat akan pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan, sangatlah diperlukan dasar-dasar hukum yang kuat. Pasal 23 undang-undang 1945 menyebutkan bahwa segala pajak untuk kegunaan kas negara harus berdasarkan undang-undang. Dengan demikian secara jelas bahwa setiap bentuk pelaksanaan pajak harus ada undang-undang yang mengaturnya. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah diatur dalam Undang- Undang Nomor 34 tahun dijelaskan dalam pasal 1, ayat (6): Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi/badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan Pembangunan Daerah. Daerah-daerah di Indonesia dengan segala usahanya mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya untuk menunjang pembangunan di daerahnya. Kekayaan daerah yang telah dimiliki sangatlah diperlukan untuk menopang biaya pembangunan daerah disamping adanya subsidi dari Pemerintah Pusat. Menurut lembaga yang memungut, pajak dibedakan menjadi dua (2) yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat penerimaannya berasal dari: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN dan PPn BM), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Bea Materai. Sedangkan Pajak Daerah dibagi menjadi dua yaitu Pajak Daerah Propinsi dan Pajak Daerah Kabupaten/Kota. Pajak Daerah Propinsi yang penerimaannya

17 17 berasal dari: Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. Sedangkan pajak daerah tingkat II di Kabupaten Karanganyar, meliputi: 1) Pajak Hotel diatur dalam Perda Nomor 20 Tahun ) Pajak Restoran diatur dalam Perda Nomor 21 Tahun ) Pajak Hiburan diatur dalam Perda Nomor 16 Tahun ) Pajak Reklame diatur dalam Perda Nomor 17 Tahun ) Pajak Penerangan Jalan diatur dalam Perda Nomor 16 Tahun ) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C diatur dalam Perda Nomor 18 Tahun ) Pajak Parkir diatur dalam Perda Nomor 19 Tahun Peningkatan sektor pembangunan daerah sangat dipengaruhi oleh pajak daerah. Pajak daerah merupakan sumber pandapatan daerah yang sangat penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk lebih memantapkan otonomi daerah yang nyata, dinamis, bertanggung jawab dengan menitikberatkan pada kota atau kabupaten. Terdapat dua sistem yang digunakan dalam pemungutan dan penghitungan pajak yaitu Self Assesment System dan Official Assesment System. Self Assesment System adalah sistem pemungutan dan penghitungan pajak dimana Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan selutuh kewajiban pajak terutangnya sendiri. Sedangkan Official Assesment

18 18 System adalah suatu sistem pemungutan dan penghitungan besarnya pajak terhutang yang menjadi kewajiban Wajib Pajak yang dilakukan oleh Fiskus. Sistem yang digunakan untuk pemungutan Pajak Reklame adalah Official Assesment System. Dalam hal ini Wajib Pajak adalah Pengusaha atau biro jasa periklanan. Seiring dengan majunya perkembangan pembangunan di Kabupaten Karanganyar, hal ini tentunya tidak jauh dari peranan pajak daaerah terutama pajak reklame. Tolak ukur dari sektor perdagangan yang semakin meningkat, potensi sektor pariwisata yang tidak kalah kualitas dan kuantitasnya, sehingga persaingan bisnis menjadi kian marak. Untuk mensosialisasikan kepada khalayak ramai khususnya masyarakat banyak cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan, baik melalui media audio, media visual, media audio visual. Sebuah estimasi mengatakan bahwa penerimaan Pajak Daerah dari Pajak Reklame akan meningkat sangat beralasan karena semakin berkembangnya sektor perdagangan baik barang maupun jasa di suatu wilayah maka secara otomatis akan diikuti dengan semakin bertambahnya sarana periklanan yang menjadi kebutuhan utama dalam menginformasikannya. Peningkatan penerimaan dari Pajak Reklame diharapkan mampu memberikan kontribusi serta pengaruh yang positif bagi perkembangan pembangunan di Kabupaten Karanganyar yang akhirnya mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, yang kemudian digunakan untuk peningkatan dan kemajuan daerah. Meskipun realisasi penerimaan selalu memenuhi target namun pihak pemerintah daerah masih perlu untuk

19 19 melakukan evaluasi yang bertujuan ke depan untuk lebih meningkatkan dan mempertahankan penerimaan dari sektor Pajak Reklame. Sehingga untuk mengetahui besarnya realisasi penerimaan dan perkembangan dari penerimaan Pajak Reklame dari tahun ke tahun, maka penulis mengambil judul ANALISIS REALISASI DAN PROSPEK PENERIMAAN PAJAK REKLAME SEBAGAI PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN KARANGANYAR. E. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk dijadikan pedoman bagi penulis untuk melakukan penelitian secara cermat dan tepat sesuai dengan prinsip-prinsip penelitian yang ilmiah. Dengan adanya perumusan masalah, diharapkan dapat mengetahui objek-objek yang diteliti, dan bertujuan agar tulisan dan ruang lingkup penelitian terbatas dan terarah pada hal-hal yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Berdasar Latar Belakang Permasalahan di atas agar lebih jelas mengenai pokok permasalahan, maka penulis menetapkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah realisasi penerimaan Pajak Reklame di Kabupaten Karanganyar? 2. Seberapa besar Rasio pertumbuhan penerimaan Pajak Reklame di Kabupaten Karanganyar?

20 20 3. Bagaimanakah prospek penerimaan Pajak Reklame untuk tahun-tahun mendatang di Kabupaten Karanganyar? 4. Seberapa jauh usaha Dinas Pendapatan Kabupaten Karanganyar untuk meningkatkan penerimaan PAD khususnya dari sektor Pajak Reklame? F. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Operasional Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya realisasi penerimaan Pajak Reklame, rasio pertumbuhan penerimaan Pajak Reklame pada tiap-tiap tahun, prospek penerimaan Pajak Reklame pada tahun-tahun mendatang, serta usaha-usaha yang telah dilakukan pihak terkait dalam upaya peningkatan penerimaan Pajak Reklame di daerah Kabupaten Karanganyar. 2. Tujuan Fungsional Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai tambahan dan bahan masukan kepada para pembaca tentang berapa besar penerimaan Pajak Reklame di Kabupaten Karanganyar. 3. Tujuan Individual Penelitian yang dilakukan ini dengan tujuan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Jurusan Akuntansi Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

21 21 G. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Pendapatan Kabupaten Karanganyar, merupakan sumbangan pikiran yang diharapkan bisa membantu mengetahui kelemahan sistem yang telah ada tersebut guna menciptakan efisiensi yang lebih baik, dalam upayanya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari sektor pajak, khususnya dari sektor Pajak Reklame. 2. Bagi Penulis, sebagai buah karya guna menambah pengetahuan dan perbandingan terapan ilmu dibidang perpajakan yang telah diperoleh selama dalam proses perkuliahan dengan keadaan yang sesungguhnya yang terjadi di lapangan mengenai Pajak Reklame. 3. Bagi Pihak Lain, dapat dijadikan bacaan ringan guna menambah wawasan dibidang perpajakan, yang nantinya juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya. 4. Bagi Fakultas, Dapat menambah koleksi perbendaharaan di perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. H. Metodologi Penelitian Agar tujuan dari penelitian yang dilakukan dapat tercapai, sangatlah diperlukan metode dan data-data yang relevan dan dapat dipercaya kebenarannya untuk itu harus akurat. Metode itu sendiri merupakan cara kerja atau tata cara untuk dapat lebih memahami objek yang bersangkutan, sehingga pemilihan metode yang tepat dapat memberikan peluang besar dalam

22 22 penemuan kebenaran yang objektif. Adapun metode yang dipakai oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Objek Penelitian Objek Penelitian adalah Pajak Reklame, reklame merupakan benda, alat perbuatan atau media menurut bentuk susunan dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca dan atau didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh pemerintah. Pajak Reklame yang selanjutnya disebut pajak adalah pungutan daerah yang dikenakan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh pribadi atau badan atas penyelenggaraan reklame tanpa imbalan langsung yang seimbang. Tarif Pajak Reklame yang dikenakan setinggi-tingginya 25%, atau yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil Dinas Pendapatan Kabupaten Karanganyar sebagai lokasi penelitian dengan alasan: a) Dari latar belakang permasalahan dan tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini sangatlah memungkinkan mencari sumber data dari Dinas Pendapatan Kabupaten Karanganyar. b) Lokasi yang cukup strategis yaitu berada di tengah kota kabupaten. c) Lebih memadai dalam hal pelayanan dan sumber datanya

23 23 d) Sebagai daerah otonom memiliki tingkat kemajuan yang cukup pesat. Selain tingginya pertumbuhan penduduk, juga didukung oleh potensipotensi daerah yang ada. 3. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang akan dikumpulkan adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang bisa diukur dan dihitung yang dinyatakan kedalam angka-angka yang bersifat data primer yaitu yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti mengenai; target dan realisasi penerimaan Pajak Reklame di Kabupaten Karanganyar, maupun yang bersifat data sekunder yaitu yang diperoleh secara tidak langsung; dengan mempelajari buku-buku, literatur, makalah, majalah, undang-undang perpajakan, surat keputusan tentang pajak dan buku-buku terkait. Data yang digunakan adalah data time series, rangkaian waktu yang mengandung pengertian suatu variabel yang diambil dari waktu ke waktu dan dicatat menurut urutan terjadinya serta disusun sebagai data statistik (sutrisno hadi, 1993: 21). Data sekunder lebih bersifat melengkapi data primer dan digunakan sebagai landasan teori untuk pemecahan masalah. 4. Metode Pengumpulan Data Untuk membuktikan kebenaran suatu penelitian maka dibutuhkan teknik pengumpulan data antara lain: a) Metode Observasi Yaitu pengumpulan data dengan cara pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian.

24 24 b) Dokumentasi Yaitu pengumpulan data yang berasal dari dokumen atau arsip yang ada di Dinas Pendapatan Kabupaten Karanganyar. c) Wawancara Yaitu pengumpulan data dengan cara tanya jawab dengan pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan penelitian. Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan petugas atau pegawai Dinas Pendapatan Kabupaten Karanganyar. d) Studi Pustaka Yaitu pengumpulan data dengan cara menginventarisasikan dan mempelajari peraturan perundang-undangan,buku-buku, dan dokumendokumen lainnya yang ada hubungan guna mendukung penulisan Tugas Akhir ini. 5. Teknik Analisis Data Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap, tahapan selanjutnya adalah analisis data. Pada tahap ini data yang sudah terkumpul akan diolah dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada, dalam hal ini tentang realisasi penerimaan Pajak Reklame. Dalam menganalisis data yang diperoleh digunakan dua macam analisis sebagai berikut:

25 25 a) Analisis Kualitatif Analisis kualitatif merupakan proses analisis data yang tidak dinyatakan dalam bentuk angka atau menggunakan rumus-rumus statistik. Analisis ini digunakan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan penerimaan pajak reklame yang berupa; uraian, keterangan, saran atau pendapat. b) Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif merupakan analisis yang menggunakan data berupa angka atau rumus-rumus statistik. Analisis ini dapat dipakai untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan target dan realisasi penerimaan Pajak Reklame. 6. Metode Analisis Untuk dapat menganalisis realisasi penerimaan Pajak Reklame digunakan cara atau metode-metode: a) Rasio efektivitas Rasio efektivitas digunakan untuk menggambarkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah (Suhedi, Ramdan D. 2000: 109). Realisasi Penerimaan Pajak Reklame Rumus : 100% Target Penerimaan Pajak Reklame

26 26 b) Rasio Pertumbuhan Pajak Reklame Rasio Pertumbuhan digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan Pemerintah Daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya. Pt - (Pt -1) Rumus : G = 100% (Pt -1) Pt (Pt - 1) : Realisasi Penerimaan Pajak Reklame tahun tertentu : Realisasi Penerimaan Pajak Reklame tahun sebelumnya c) Analisis Trend Linier Analisis Trend Linier dengan metode Least Square. Metode Least Square yaitu suatu metode yang membuat garis yang mempunyai jumlah selisih (jarak vertikal) kuadrat antara data dengan garis regresi yang terkecil. Metode ini ditemukan oleh seorang ahli matematika perancis dengan nama Andrian Legendre dengan rumus umum (Djarwanto, 1993: 274). Rumus : Y = a + bx Dimana Variabel-Variabelnya: Y : Jumlah Penerimaan dari sektor Pajak Reklame a : Nilai Y, bila X = 0 b : Besarnya perubahan Variabel Y yang terjadi pada setiap perubahan suatu unit Variabel X.

27 27 Untuk mencari koofisien a dan b digunakan rumus: a = n Y X. Y b = 2 X Tujuan digunakan metode trend linier dengan metode least square sebagai peralatan adalah untuk melihat perkembangan trend hubungan variabel X dan Y selama periode tahun penelitian, maupun prospeknya dimasa-masa mendatang, dimana keadaan tersebut tergantung dengan koofisien b (Supranto, 1981: ). Bila b < 0, maka perkembangan trend terhadap Y dan X adalah turun. Bila b > 0, maka perkembangan trend terhadap Y dan X adalah naik. I. Sistematika Penulisan Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai penulisan Tugas Akhir ini, penulis menyusunnya kedalam beberapa bab secara sistematis sehingga setiap bab akan saling berhubungan. Adapun sistematika penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum objek penelitian yang selanjutnya menjadi sejarah singkat berdirinya Dipenda, susunan organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi jabatan struktural, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.

28 28 BAB II : ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini diawali dengan landasan teori, kemudian akan membahas lebih lanjut mengenai realisasi penerimaan Pajak Reklame di Kabupaten Karanganyar, mengukur rasio pertumbuhan penerimaan Pajak Reklame dari tiap-tiap tahun, mengukur bagaimana prospek ke depan penerimaan pajak dari sektor Pajak Reklame, serta usaha-usaha Dinas Pendapatan Kabupaten Karanganyar untuk meningkatkan penerimaan PAD terutama dari sektor Pajak Reklame. BAB III : TEMUAN Pada bab ini dijelaskan tentang adanya kelebihan dan kelemahan atas analisis dan pembahasan masalah. BAB IV : REKOMENDASI Pada bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran peneliti mengenai upaya-upaya untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ditemukan DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

29 29 Gambar I.1 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karanganyar KEPALA DINAS KEPALA BAGIAN TATA USAHA SUB BAG. UMUM SUB. BAG. KEPEGAWAIAN SUB. BAG. KEUANGAN SUB. DINAS PENDAFTARAN DAN PENDATAAN SUB. DINAS PENETAPAN PEMBUKUAN DAN PELAPORAN SUB. DINAS PENAGIHAN DAN PENERIMAAN LAIN-LAIN SUB. DINAS PERENCANAAN PENGENDALIAN OPERASIONAL SEKSI PENDAFTARAN SEKSI PERHITUNGAN DAN PENERBITAN SURAT KETETAPAN SEKSI PENAGIHAN SEKSI PERENCANAAN DAN PEMBINAAN TEKNIS PUNGUTAN SEKSI PENDATAAN SEKSI ANGSURAN SEKSI KEBERATAN SEKSI EVALUASI DAN PENGEMBALIAN PENDATAAN SEKSI DOKUMENTASI DAN PENGOLAHAN DATA SEKSI PEMBUKUAN PENERIMAAN PERSEDIAAN DAN PELAPORAN SEKSI PENERIMAAN LAIN-LAIN UPTD CABANG DINAS

30 30 BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Landasan Teori 1. Pajak Secara Umum Untuk mengetahui lebih jauh tentang pengertian pajak daerah, maka terlebih dahulu membicarakan mengenai pengertian dari pajak itu sendiri. Banyak ahli memberikan batasan tentang pajak diantaranya Menurut Dr. Rahmat Soemitro, SH pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dan tiada mendapat jaa timbal balik (kontrapretasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2003; 1). Pajak menurut Prof. Dr. P. J. A Adriani adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo & Wirawan, 2002: 2). a. Fungsi Pajak 1) Fungsi Budgetair, pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. 30

31 31 2) Fungsi Regulerend, pajak sebagai alat untuk mengatur melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. b. Syarat Pemungutan Pajak Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1) Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan), bahwa dalam mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing wajib pajak. 2) Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis), hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya. 3) Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis), pemungutan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat. 4) Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansiil), sesuai dengan fungsi Budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutan. 5) Sistem pemungutan pajak harus sederhana, dengan adanya penyederhanaan prosedur-prosedur akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

32 32 2. Pajak Daerah Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan Pembangunan Daerah (Mardiasmo, 2003: 98). Pengertian pajak daerah menurut Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Menjelaskan bahwa pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan Pembangunan Daerah. a. Ciri-ciri pajak daerah Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri pajak daerah adalah: 1) Pajak Daerah berasal dari pajak negara yang diserahkan pada daerah sebagai Pajak Daerah yang penyerahannya berdasarkan Undang-undang. 2) Pemungutan Pajak Daerah didasarkan pada Undang-undang atau peraturan hukum lainnya.

33 33 3) Hasil pungutan Pajak Daerah digunakan untuk membiayai penyelenggaraan urusan rumah tangga daerah dan untuk membiayai pengeluaran daerah. b. Jenis Pajak Daerah Tingkat I dan Pajak Daerah Tingkat II Pajak daerah dan tarif penetapan tertinggi dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) macam yaitu: 1) Pajak Daerah Tingkat I (Propinsi) a) Pajak Kendaraan Bermotor sebesar 5% b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor sebesar 10% c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor sebesar 5% d) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan sebesar 20% 2) Pajak Daerah Tingkat II (Kabupaten/Kota) a) Pajak Hotel sebesar 10% b) Pajak Restoran sebesar 10% c) Pajak Hiburan sebesar 35% d) Pajak Reklame sebesar 25% e) Pajak Penerangan Jalan Umum sebesar 10% f) Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C sebesar 20% g) Pajak Parkir sebesar 20%

34 34 3. Pajak Reklame a. Dasar Hukum 1) Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048) tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138). 3) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 170 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pungutan Pajak Daerah. 4) Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 17 Tahun 2006 tentang Pajak Reklame. 5) Keputusan Bupati Karanganyar Nomor 343 tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar dan Penetapan Harga Dasar. b. Pengertian Pajak Reklame Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 17 Tahun 2006 tentang Pajak Reklame, Pajak Reklame adalah pungutan daerah atas penyelenggaraan reklame. Sedangkan pengertian dari reklame itu sendiri adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk susunan dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan

35 35 suatu barang, jasa atau orang ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca dan atau didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah. c. Objek dan subjek Pajak Reklame Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggara Reklame. Subjek Pajak Reklame adalah Orang Pribadi atau Badan yang menyelenggarakan atau melakukan pemasangan Reklame. Wajib Pajak Reklame adalah Orang Pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Reklame. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 17 Tahun 2006 tentang Pajak Reklame, Reklame yang dimaksud meliputi: 1) Reklame Papan/BillBoard/Megatron adalah reklame yang diselenggarakan untuk tujuan komersial dengan menggunakan bahan kayu, kertas, plastik, fibre glass, kaca, batu, logam, alat penyinar, atau bahan lain yang sejenis yang berbentuk lampu pijar atau alat lain yang bersinar yang dipasang pada tempat yang disediakan (berdiri sendiri) atau dengan cara digantungkan atau ditempelkan. 2) Reklame Kain adalah reklame yang diselenggarakan untuk tujuan komersial dengan menggunakan bahan kain, atau bahan lain yang sejenis.

36 36 3) Reklame Merekat (Stiker) ) adalah reklame yang diselenggarakan untuk tujuan komersial yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta untuk ditempelkan, dilekatkan, dipasang, pada suatu benda milik pribadi lain dengan ketentuan luasnya tidak lebih dari 200 m 2 perlembar. 4) Reklame Selebaran adalah reklame yang diselenggarakan untuk tujuan komersial yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta dengan ketentuan tidak untuk ditempelkan, dilekatkan, dipasang, digantungkan pada suatu benda lain 5) Reklame Berjalan, termasuk pada Kendaraan adalah reklame yang diselenggarakan untuk tujuan komersial yang ditempatkan atau ditempelkan pada kendaraan yang digerakkan oleh tenaga hewan atau tenaga mekanik atau dengan cara membawa reklame berkeliling oleh orang berjalan kaki. 6) Reklame Udara adalah reklame yang diselenggarakan untuk tujuan komersial di udara dengan menggunakan gas, pesawat atau alat lain yang sejenis 7) Reklame Suara adalah reklame yang diselenggarakan untuk tujuan komersial dengan menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan oleh perantara alat apapun.

37 37 8) Reklame Film/Slide adalah reklame yang diselenggarakan untuk tujuan komersial dengan menggunakan klise berupa kaca atau film, ataupun bahan-bahan lain yang sejenis, sebagai alat untuk memproyeksikan atau diperagakan pada layar atau benda lain atau dipancarkan atau diperagakan melalui pesawat televisi. 9) Reklame Peragaan adalah reklame yang diselenggarakan untuk tujuan komersial dengan cara memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai suara. 10) Rombong adalah reklame yang diselenggarakan untuk tujuan komersial dengan memamerkan barang pada media jenis gerobak dorong. Penyelenggaraan reklame yang dikecualikan dari objek pajak yaitu: 1) Penyelenggaraan Reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan dan sejenisnya. 2) Penyelenggaraan Reklame oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 3) Penyelenggaraan Reklame lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati. d. Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Reklame Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah nilai sewa Reklame. Nilai sewa Reklame yang dimaksud:

38 38 1) Memperhitungkan dengan memperhatikan kawasan/zone penempatan, jenis, jangka waktu penyelenggaraan dan ukuran media reklame. 2) Reklame yang diselenggarakan oleh orang pribadi atau badan yang memanfaatkan reklame untuk kepentingan sendiri, maka nilai sewa reklame dihitung berdasarkan besarnya biaya pemasangan, pemeliharaan, lama pemasangan, nilai strategis lokasi reklame, jenis reklame, ketinggian pemasangan, dan ukuran media. 3) Reklame yang diselenggarakan oleh pihak ketiga maka nilai sewa reklame ditentukan berdasarkan jumlah pembayaran untuk suatu masa pajak/masa penyelenggaraan reklame dengan memperhatikan biaya pemasangan, pemeliharaan, lama pemasangan, nilai strategis lokasi reklame, jenis reklame, ketinggian pemasangan, dan ukuran media. e. Tata Cara Perhitungan dan Penetapan Pajak Tata cara perhitungan dan penetapan Pajak Reklame sebagai berikut: 1) Berdasarkan Surat Pemberitahuan Terutang Pajak Daerah (SPTPD) Bupati menetapkan pajak terhutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). SKPD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang. Apabila SKPD tidak dibayar atau kurang bayar setelah lewat waktu paling lama 30 hari sejak SKPD diterima dikenakan sanksi administrasi

39 39 berupa bunga sebesar 2% sebulan dan ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD). STPD adalah surat untuk melakukan tagihan pajak atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda. 2) Wajib pajak yang membayar sendiri, SPTPD ini digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak sendiri yang terutang. Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Bupati dapat menerbitkan: a) Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB). SKPDKB adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar. b) Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDBT). SKPDBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang ditetapkan. c) Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN). SKPDN adalah surat keputusan yang menentukan jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan kredit pajak, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. f. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak Reklame Pembayaran Pajak Reklame ini dilakukan di kas daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh bupati sesuai waktu yang ditentukan

40 40 dalam SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD. Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas. Bupati dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur pajak yang terutang dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan. Angsuran pembayaran pajak harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2% sebulan dari jumlah pajak yang belum dibayar atau kurang bayar. Apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban membayar Pajak Reklame dan biaya-biaya lain yang telah ditetapkan dalam penyelenggaraan reklame, maka petugas berhak melakukan penagihan. Adapun langkah-langkah dalam penagihan adalah sebagai berikut: 1) Bupati akan menerbitkan Surat Teguran kepada wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya setelah 7 (tujuh) hari sejak tanggal jatuh tempo pembayaran. 2) Bupati akan menerbitkan Surat Paksa kepada wajib pajak, apabila setelah 21 (dua puluh satu) hari setelah tanggal Surat Teguran wajib pajak tidak melunasi pajak terhutang. 3) Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal pemberitahuan Surat Paksa, pejabat segera menerbitkan Surat Perintah melaksanakan penyitaan.

41 41 4) Setelah dilakukan penyitaan, wajib pajak belum juga melunasi hutang pajaknya setelah lewat 10 (sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah melakukan penyitaan, bupati mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara. g. Tata Cara Permohonan dan Penyelesaian Ijin Reklame 1) Setiap reklame baru dapat dipasang setelah mendapat ijin terlebih dahulu dari Bupati. Untuk mendapatkan ijin pemasangan reklame pemohon harus mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati dengan menggunakan formulir yang telah disediakan oleh Dinas Pendapatan, dengan mencukupi keterangan-keterangan sebagai berikut: a) Nama dan alamat pemohon. b) Jenis, bahan, ukuran, ketinggian, perlengkapan reklame. c) Bunyi, isi, naskah, gambar, foto reklame. d) Tempat pemasangan reklame. e) Klasifikasi jalan yang akan dipasang reklame. f) Posisi reklame. g) Surat Kuasa dari perusahaan apabila permohonan reklame diserahkan kapada pihak ketiga. h) Foto copy KTP identitas pemohon. i) Keterangan-keterangan yang dianggap perlu

42 42 2) Dalam hal pemasangan reklame diatas tanah/gedung/bangunan milik perorangan yang dipergunakan oleh pihak ketiga, harus dilampirkan surat persetujuan dari pemilik. Pemasangan reklame diatas tanah/gedung/bangunan milik pemerintah, harus dilampirkan surat persetujuan dari instansi yang bersangkutan. 3) Bupati berhak menolak permohonan ijin pemasangan reklame apabila mengganggu ketertiban, keamanan, norma-norma kasusilaan, pandangan dan keindahan. 4) Pemberian dan penolakan permohonan ijin penyelenggaran reklame dapat diselesaikan kepada pemohon selambat-lambatnya 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya surat permohonan ijin penyelenggaraan reklame. 5) Masa berlaku ijin reklame paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang dengan mengajukan permohonan kembali selambatlambatnya 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya masa ijin. 6) Ijin penyelenggaraan reklame diberikan setelah pemohon membayar Pajak Reklame dan jaminan biaya pembongkaran serta memenuhi ketentuan yang berlaku. Ijin reklame ditandatangani oleh Kepala Dinas Pendapatan atas nama Bupati dengan memuat besarnya Pajak Reklame.

43 43 B. Analisis dan Pembahasan 1. Analisis Realisasi Penerimaan Pajak Reklame Keberhasilan suatu daerah dapat diukur dengan melihat kemampuan daerah dalam menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang kemudian digunakan untuk membiayai pengeluaran daerah. Pajak reklame merupakan salah satu pendapatan asli daerah yang cukup potensial. Penerimaan pajak reklame dapat diketahui dengan perbandingan target terhadap realisasi penerimaan pajak reklame. Target pajak reklame adalah kemampuan maksimum yang ingin dicapai dari penerimaan pajak reklame, sedangkan realisasi merupakan hasil pungutan dari penerimaan pajak reklame. Seharusnya dasar penetapan target harus sesuai dengan potensi jumlah reklame yang sebenarnya ada di wilayah Kabupaten Karanganyar, tetapi karena adanya kesulitan dalam melakukan pendataan maka dari pihak Dinas Pendapatan Daerah Penetapan target dengan menggunakan tingkat persentase yang tidak terlalu rendah dengan persentase peningkatan 10% sampai dengan 15% dari realisasi penerimaan pajak reklame tahun sebelumnya, selain itu juga memperhatikan peningkatan jumlah periklanan yang ada pada setiap periode. Penulis akan menganalisis tingkat efektifitas penerimaan pajak reklame berdasar laporan target dan realisasi pendapatan daerah Kabupaten Karanganyar untuk tahun anggaran Efektifitas merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk menilai apakah pemungutan yang dilakukan sudah maksimal sehingga dapat diperoleh hasil yang memuaskan. Pengertian

44 44 efektifitas menurut Devas (1998: 144) adalah mengukur hubungan antara hasil pungutan suatu pajak dengan potensi hasil pajak tersebut, dengan asumsi semua wajib pajak membayar pajak masing-masing dan membayar seluruh pajak terutang. Semakin besar nilai efektifitas, maka semakin tinggi tingkat efektifitas penerimaan. Kebijakan akan tampak efektif bila mampu menaikkan pajak reklame dalam prosentase terbesar (Suparmoko, 1992:2). Berikut adalah tabel yang menyajikan perbandingan antara target yang telah ditetapkan dengan realisasi penerimaan pajak reklame dalam kurun waktu 5 tahun, untuk mengetahui ratio efektifitas. Tabel II.1 Realisasi dan Target Penerimaan Pajak Reklame Tahun Anggaran 2002 sampai dengan tahun 2006 Tahun Selisih Anggaran Target Realisasi Lebih/Kurang Efektivitas ,48% ,46% ,29% ,39% ,68% Sumber: Dipenda Kabupaten Karanganyar Dari tabel diatas, perhitungan ratio efektifitasnya menggunakan rumus : Efektifita s = Realisasi Penerimaan Pajak Reklame Target Penerimaan Pajak Reklame 100% Dari tabel diatas, dapat dikatakan bahwa selama kurun waktu 5 tahun terakhir yaitu tahun , perkembangan pajak reklame selalu mengalami kenaikan yang signifikan, meningkat dari tahun ke tahun. Pada

45 45 tahun 2002 penerimaan pajak reklame sebesar Rp , bila dibandingkan targetnya sebesar Rp dengan ratio efektifitas 139,48%. Begitu pula untuk tahun 2003 dan 2004 terus menerus mengalami kenaikan penerimaan Pajak Reklame. Realisasinya selalu melebihi target yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta. Ini menunjukkan bahwa sistem penagihan pajak reklame yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karanganyar sudah cukup baik, melalui perbandingan antara target yang telah ditetapkan dengan realisasi penerimaannya. Adanya peningkatan penerimaan pajak reklame disebabkan karena penyelenggaran reklame dewasa ini semakin tumbuh dan berkembang. Karena semakin banyaknya produk baru maka semakin banyak reklame yang diperlukan guna mempromosikan atau mengenalkan produk mereka kepada masyarakat. Selain itu juga karena semakin banyak lokasi titik-titik strategis yang ditetapkan pemerintah. Titik-titik strategis tersebut dikelola dengan mekanisme lelang. Peningkatan kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan pihak swasta atau biro iklan dengan cara memberikan peluang pengelolaan lokasi titiktitik reklame pada pihak swasta atau biro iklan juga sebagai salah satu faktor pendukung peningkatan penerimaan pendapatan pajak reklame. 2. Laju Pertumbuhan Penerimaan Pajak Reklame Penerimaan target dan realisasi pajak reklame merupakan dasar untuk mengetahui seberapa besar laju pertumbuhannya. Laju pertumbuhan ini

46 46 digunakan untuk mengukur kenaikan atau perkembangan penerimaan pajak reklame dari tahun ke tahun. Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan penerimaan pajak reklame menggunakan rumus sebagai berikut (Halim, 2001:155). Pt - (Pt -1) G = 100% (Pt -1) G Pt : Laju Pertumbuhan : Realisasi Penerimaan Pajak Reklame tahun tertentu (Pt - 1) : Realisasi Penerimaan Pajak Reklame tahun sebelumnya Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan penerimaan pajak reklame selama 5 tahun terakhir dapat diketahui dalam tabel sebagai berikut : Tabel II.2 Tingkat Pertumbuhan Penerimaan Pajak Reklame Tahun Anggaran 2002 sampai dengan tahun 2006 Realisasi Realisasi Tahun Tahun Tahun ke - n Sebelumnya Pt - (Pt - 1) G (Pt) (Pt - 1) ,16% % ,78% ,88% Sumber: Dipenda Kabupaten Karanganyar Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase pertumbuhan penerimaan Pajak Reklame pada tahun 2003 sebesar 62,16% dari realisasi penerimaan pajak reklame tahun anggaran Sedangkan pada tahun 2004 persentase pertumbuhan penerimaan Pajak Reklame mengalami penurunan

47 47 sebesar 50%. Pada tahun 2005 pertumbuhan Pajak Reklame meningkat secara signifikan menjadi 77,78%. Kemudian pada tahun 2006 penurunan penerimaan Pajak Reklame terjadi kembali menjadi 46,88%. Dari angka tersebut dapat disimpulkan bahwa persentase pertumbuhan penerimaan Pajak Reklame di Kabupaten Karanganyar selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami fluktuasi. Persentase pertumbuhan penerimaan Pajak Reklame tertinggi terjadi pada tahun 2005 dengan 77,78%, sedangkan persentase pertumbuhan penerimaan Pajak Reklame terendah terjadi pada tahun 2006 dengan 46,88%. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya kesadaran wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan dan juga banyaknya reklame yang sudah habis masa ijinnya tapi tetap terpasang. 3. Prospek Penerimaan Pajak Reklame Prospek merupakan perkiraan realisasi penerimaan pajak pada tahuntahun mendatang. Prospek ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan target di masa mendatang. Untuk mengetahui prospek penerimaan Pajak Reklame ditahun-tahun mendatang, penulis menggunakan analisis trend dengan metode jumlah kuadrat terkecil (Djarwanto, 1993: 274). Perhitungan ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan perkiraan tentang berapa prospek realisasi penerimaan pada tahun berikutnya. Untuk mengetahui prospeknya, digunakan rumus sebagai berikut:

48 48 Y = a + bx Y : Jumlah Penerimaan dari sektor Pajak Reklame a : Nilai Y, bila X = 0 b : Besarnya perubahan Variabel Y yang terjadi pada setiap perubahan suatu unit Variabel X. Untuk mencari koofisien a dan b digunakan rumus: a = n Y X. Y b = 2 X Tabel II.3 Trend Perkembangan Penerimaan Pajak Reklame Tahun Anggaran 2002 sampai dengan tahun 2006 Tahun X Y X.Y X 2 (Realisasi) Sumber: Dipenda Kabupaten Karanganyar Dari tabel perhitungan diatas kemudian dicari nilai a dan b sebagai berikut: a = Y , maka didapat a = = n 5 X.Y b = 2, maka didapat b = = X 10

49 49 Dari hasil perhitungan trend tersebut disusun persamaan: Y = a + bx = X Berdasarkan trend linier di atas maka dapat diketahui bahwa rata-rata perkembangan penerimaan Pajak Reklame di Kabupaten Karanganyar menunjukkan kearah positif, dengan ditunjukkan adanya besaran b > 0 sebesar Artinya selalu ada kecenderungan peningkatan penerimaan Pajak Reklame pada tahun-tahun berikutnya. Berpedoman pada persamaan trend linier tersebut dapat dicari trend Pajak Reklame di Kabupaten Karanganyar untuk 5 (lima) tahun mendatang. Tabel II.4 Prospek Penerimaan Pajak Reklame Tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 Tahun X Trend Sumber: Perhitungan Olah Data Trend Penghitungannya sebagai berikut: Trend tahun 2007 = (3) = Trend tahun 2008 = (4) =

50 50 Trend tahun 2009 = (5) = Trend tahun 2010 = (6) = Trend tahun 2011 = (7) = Dari perhitungan di atas memperlihatkan bahwa trend Pajak Reklame Kabupaten Karanganyar untuk 5 (lima) tahun mendatang menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2007 didapat angka sebesar , tahun 2008 meningkat menjadi dan akan mengalami peningkatan secara teratur pada tahun-tahun berikutnya. Angka tersebut dapat dipakai sebagai perkiraan realisasi penerimaan Pajak Reklame yang dapat dicapai oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karanganyar. Akan tetapi perkiraan tersebut hanya sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan target ditahun mendatang. 4. Usaha Dinas Pendapatan Kabupaten Karanganyar dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Reklame Dalam optimalisasi yang dilakukan pihak Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karanganyar maka akan dibahas mengenai program kerja operasional yang akan dilaksanakan dengan tujuan agar dapat terealisasi sesuai dengan target yang telah ditetapkan atau bahkan melebihi target. Program kerja yang dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan Daerah

51 51 Kabupaten Karanganyar ini bersifat rutinitas dan intensifikasi, sehingga dari tahun ketahun khususnya periode adalah sama. Berikut ini Program Kerja Operasionalnya: a. Intensifikasi pendataan kembali atas objek atau subjek Pajak Reklame untuk menjamin kebenaran data yang dimiliki. b. Intensifikasi penagihan Pajak Reklame kepada wajib pajak yang belum melaksanakan kewajiban perpajakannya, baik dengan mekanisme panggilan atau penagihan langsung oleh petugas pemungut. c. Revisi anggaran penerimaan Pajak Reklame untuk tahun-tahun berikutnya yang secara rutin dilakukan pada bulan Agustus-September. Hal ini tentunya sangat penting dalam penentuan target periode selanjutnya, dengan melihat peningkatan atau penurunan jumlah periklanan pada tahun berjalan. d. Intensifikasi penertiban reklame-reklame yang melanggar peraturan atau reklame liar oleh petugas Dinas Pendapatan Daerah. Pengecekan ini dilakukan di titik-titik pusat pemasangan reklame yang sebelumya telah melihat data pemasangan reklame untuk mengetahui reklamereklame yang telah habis masa ijin pemasangannya. e. Meningkatkan sosialisasi, pembinaan dan penyuluhan kesadaran membayar Pajak sesuai peraturan yang berlaku kepada wajib Pajak. Sehingga dapat lebih meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban pembayaran Pajak Reklame.

52 52 BAB III TEMUAN Berdasarkan analisis pembahasan mengenai realisasi dan prospek penerimaan Pajak Reklame sebagai pendapatan asli daerah di Kabupaten Karanganyar, penulis ingin mengungkapkan hal-hal yang ditemukan dalam pembahasan yang berupa kelebihan dan kekurangan: A. Kelebihan 1. Adanya kerjasama antara Dipenda, pengusaha dengan biro iklan yang terbukti aktif dalam meningkatkan pendapatan pajak reklame. 2. Adanya kerjasama antara pajak reklame dengan pajak lain guna meningkatkan PAD, contohnya tentang penentuan nilai strategis pajak reklame, diperlukan kerjasama antara pajak reklame dengan PBB tentang penentuan NJOP PBB, apakah konstruksi atau non konstruksi dan juga tentang IMB. 3. Adanya kerjasama pemberian hak pengelolaan titik reklame untuk jangka waktu tertentu dengan cara menyewakan lokasi strategis untuk pemasangan reklame dengan sistem pelelangan terbuka. Kebijakan ini akan menambah PAD dari sektor Retribusi Kekayaan Daerah yang berupa sewa. 4. Sebelum jatuh tempo, pemasang diberitahu untuk segera melunasi pembayaran pajaknya, apabila tidak memenuhi maka akan diberi surat teguran sampai surat sita. 5. Mengenai masalah perijinan yang sudah kadaluarsa dan tidak segera dimintakan perpanjangan ijin oleh pemiliknya tetapi masih dipasang, maka 52

53 53 ijin tersebut akan dicabut dan reklame yang masih dipasang akan dihentikan dan dibongkar. B. Kelemahan Kendala-kendala yang dihadapi oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut : 1. Dari dalam : a. Pada bagian pendataan, Dipenda masih kurang teliti di dalam pendataan jumlah jenis reklame yang dimiliki oleh Wajib Pajak. b. Masih kurangnya petugas monitoring dari Dinas Pendapatan Daerah yang seluruhnya dapat all out bekerja di lapangan. c. Masih kurangnya penanganan dari Dipenda terhadap Wajib Pajak yang tidak taat terhadap peraturan pajak reklame dengan tidak memberikan sanksi yang tegas. d. Kurangnya sarana dan prasarana untuk pembongkaran reklame yang berukuran besar, sebab reklame tersebut sudah kadaluwarsa. e. Kurang telitinya aparat monitoring reklame dalam memeriksa reklamereklame liar dan reklame-reklame yang sudah habis masa berlaku 2. Dari luar : a. Masih banyaknya biro iklan dan Wajib Pajak memasang reklame liar yang tidak melakukan ijin dan pelunasan pajak. b. Adanya titik lokasi yang diangap strategis namun hasilnya kurang memuaskan.

54 54 c. Masih banyaknya pemasangan reklame yang tidak memperhatikan titiktitik reklame sehingga akan mengganggu keindahan atau pemandangan jalan. d. Masih banyaknya Wajib Pajak yang kurang jelas terhadap prosedur pelaksanaan reklame. e. Adanya kesulitan dalam menghubungi Wajib Pajak yang berdomisili di luar kota. f. Masih rendahnya tingkat kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak.

55 55 BAB IV REKOMENDASI A. Kesimpulan Bedasarkan hasil analisis data yang penulis lakukan, maka dapat diambil kesimpulan yang berkenaan dengan Realisasi Dan Prospek Penerimaan Pajak Reklame Sebagai Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Karanganyar sebagai berikut: 1. Sistem prosedur pemungutan Pajak Reklame yang selama ini telah dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karanganyar telah cukup baik. Hal ini terlihat jelas dengan implementasi prosedur pemungutan mulai dari pendaftaran dan pendataan sampai dengan penagihan pajak serta pemberian sanksi yang tegas atas keterlambatan pembayaran pajak yang terutang bagi wajib pajak. 2. Pemungutan Pajak Reklame di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karanganyar dapat dikatakan sudah efektif. Hal ini dapat terlihat dari realisasi penerimaan Pajak Reklame pada tahun anggaran ratarata dapat mencapai bahkan melebihi target yang telah ditetapkan. 3. Laju pertumbuhan penerimaan Pajak Reklame selama tahun mengalami fluktuasi. Persentase pertumbuhan penerimaan Pajak Reklame tertinggi terjadi pada tahun 2005 dengan 77,78%, sedangkan persentase pertumbuhan penerimaan Pajak Reklame terendah terjadi pada tahun

56 56 dengan 46,88%. Laju pertumbuhan Pajak Reklame yang meningkat dan menurun sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi daerah. 4. Perkembangan penerimaan Pajak Reklame pada tahun-tahun mendatang cenderung mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari perkiraan realisasi penerimaan pajak pada tahun-tahun mendatang dengan metode pendekatan trend kuadrat terkecil. Hal ini berarti bahwa peluang atau prospek ke depan untuk Pajak Reklame sangat baik karena semakin meningkatnya produk yang dibutuhkan masyarakat. 5. Hasil penerimaan dari Pajak Reklame diharapkan dapat meningkatkan pendapatan Kabupaten Karanganyar sehingga pembangunan daerah dapat berjalan dengan baik dan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud. B. Saran Berdasarkan kelemahan dari temuan, saran yang bisa penulis berikan kepada pihak Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karanganyar agar dalam tahun-tahun mendatang dapat meningkatkan penerimaan Pajak Reklame adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan pelayanan dari petugas Dinas Pendapatan Daerah, apabila pelayanan yang diberikan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karanganyar sangat baik dan memuaskan maka wajib pajak akan merasa senang dan menambah kenyamanan dalam pembayaran pajak. 2. Peningkatan sarana dan prasarana bagi petugas Dinas Pendapatan Daerah maka akan meningkatkan hasil kerja yang maksimal.

57 57 3. Lebih memperhatikan kesejahteraan petugas pemungut Pajak Reklame sehingga petugas terkait tidak akan melakukan tindakan yang merugikan kas daerah terutama dalam penerimaan Pajak Reklame. 4. Mengefektifkan kinerja tim monitoring reklame untuk melakukan pendataan reklame mana saja yang sudah melunasi pajak maupun yang belum. 5. Mengefektifkan tim penertib reklame untuk melakukan tindakan tegas terhadap reklame liar maupun reklame yang menyalahi tata cara pemasangan terutama yang mengganggu keindahan kota. 6. Memberikan sanksi yang tegas kepada Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajibannya atau wanprestasi dalam membayar pajak, apabila perlu sampai proses pengadilan. 7. Pihak Dinas Pendapatan Daerah tidak hanya memberikan pembinaan atau penyuluhan kepada wajib pajak saja tetapi juga kepada petugas pemungut pajak, sehingga kemungkinan terjadinya kompromi antara wajib pajak dengan petugas pemungut pajak sedini mungkin dapat dicegah. 8. Memberikan reward atau penghargaan bagi pegawai yang berprestasi. 9. Sebaiknya target yang ditetapkan itu lebih optimal atau sesuai dengan perubahan jumlah periklanan yang ada.

58 58 DAFTAR PUSTAKA Devas, Nick; Brian Binder; Anne Boot & Kenneth Davey, Keuangan Pemerintahan Daerah di Indonesia, Terjemahan Masri Maris, Jakarta: UI Press. Djarwanto, Statistik Sosial Ekonomi. Yogyakarta: BPFE , Keputusan Bupati Kabupaten Karanganyar Nomor 973/345 Tahun 2004 tentang Penetapan Harga Dasar Pembuatan dan Pemasangan Reklame. Mardiasmo, Perpajakan. Yogyakarta: Andi. Mardiasmo, Perpajakan, Edisi Revisi. Jakarta: Andi. Munawir, Perpajakan, Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty , Peraturan daerah Tingkat II Kabupaten Karanganyar Nomor 17 Tahun , Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 34 Tahun tentang atas perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah. Soemitro, Rochmat, Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan. Bandung: Eresco. Suandi, Erly, Hukum Pajak, Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat. Suhedi, Ramdan D Upaya Intensifikasi dan Ekstensifikasi PAD. Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: AMP YKPN. Sutrisno Hadi Statistik II, Yogyakarta:PPFE-UGM. Waluyo dan Wirawan B. Ilyas, Perpajakan Indonesia. Salemba Empat.

59 59 LAMPIRA N

60 60

61 61

62 62

63 63

64 64

65 65

66 66

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. PAJAK Masalah Pajak adalah masalah Negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu Negara pasti berurusan dengan Pajak, oleh karena itu masalah Pajak juga menjadi masalah seluruh

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam

BAB II BAHAN RUJUKAN. Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu negara pasti berurusan dengan pajak, oleh karena itu masalah pajak juga menjadi masalah seluruh

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 34 Tahun

Lebih terperinci

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indo

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indo SALINAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DHARMASRAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT

PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 10 TAHUN 2006 P A J A K T E N T A N G R E K L A M E DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Untuk dapat memahami pentingnya pemungutan pajak dan alasan yang mendasari mengapa wajib pajak diharuskan membayar pajak terutang, tentunya perlu terlebih dahulu dipahami

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK REKLAME

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK REKLAME PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar Perpajakan II.1.1. Pengertian pajak Terdapat banyak definisi pajak yang dikemukakan oleh para ahli, beberapa diantaranya adalah : Definisi pajak menurut Prof. Dr. P.J.A.

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR,

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG 4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); Menimbang : a. PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu negara pasti berurusan dengan pajak, oleh karena itu masalah pajak juga menjadi masalah seluruh

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2015 NOMOR 14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 14 TAHUN 2015 PAJAK REKLAME

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2015 NOMOR 14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 14 TAHUN 2015 PAJAK REKLAME LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2015 NOMOR 14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 14 TAHUN 2015 PAJAK REKLAME BAGIAN HUKUM DAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN

Lebih terperinci

TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NO. : 10, 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa sumber daya berupa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Evaluasi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kab. Wonogiri (Tahun Anggaran 1999/2000, 2000/2001, dan 2002)

Evaluasi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kab. Wonogiri (Tahun Anggaran 1999/2000, 2000/2001, dan 2002) Evaluasi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kab. Wonogiri (Tahun Anggaran 1999/2000, 2000/2001, dan 2002) Oleh: A. Bervian Sonny W F3400001 BAB I GAMBARAN UMUM DIPENDA

Lebih terperinci

- 1 - QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI SIMELUE,

- 1 - QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI SIMELUE, - 1 - QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI SIMELUE, Menimbang: Mengingat : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (2) huruf

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 41 TAHUN : 2005 SERI : B NOMOR : 18 QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 41 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK REKLAME

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 41 TAHUN : 2005 SERI : B NOMOR : 18 QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 41 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK REKLAME LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 41 TAHUN : 2005 SERI : B NOMOR : 18 QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 41 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK REKLAME BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI 1 PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARO JAMBI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TAPIN NOMOR : 10 TAHUN 1999 SERI A NO. SERI 04

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TAPIN NOMOR : 10 TAHUN 1999 SERI A NO. SERI 04 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TAPIN NOMOR : 10 TAHUN 1999 SERI A NO. SERI 04 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TAPIN NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN, Menimbang : 1. bahwa Pajak Daerah sebagai salah satu kewajiban masyarakat

Lebih terperinci

1 of 6 02/09/09 11:31

1 of 6 02/09/09 11:31 Home Galeri Foto Galeri Video klip Peraturan Daerah Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang diberlakukan oleh hampir seluruh negara di dunia. Masalah pajak merupakan masalah negara dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DAIRI, Menimbang : a. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Tingkat II Dairi Nomor 08 Tahun

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR : 2 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ASAHAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 22 TAHUN 2003

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 22 TAHUN 2003 PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH, Menimbang : a. bahwa dengan telah terbentuknya Kota Prabumulih melalui

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 19 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 19 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 19 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 19 TAHUN 20092009 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK REKLAME

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK REKLAME 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. Bahwa reklame merupakan media promosi yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Definisi Pajak Secara Umum Pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA CIMAHI NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA CIMAHI NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN WALIKOTA CIMAHI NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PERHITUNGAN HASIL NILAI SEWA REKLAME ATAU BIAYA PEMASANGAN SERTA KETINGGIAN DAN NILAI STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME BERBANDING UMUR EKONOMIS/LAMA PEMASANGAN

Lebih terperinci

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH,

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH, QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Pajak merupakan sarana yang digunakan pemerintah untuk memperoleh dana dari rakyat. Hasil penerimaan pajak tersebut untuk mengisi anggaran Negara sekaligus membiayai keperluan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMUNGUTAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

- 1 - BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMUNGUTAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN - 1 - SALINAN BUPATI TULUNGAGUNG Menimbang : a. PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMUNGUTAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf d Undang-Undang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT NOMOR 2 2000 SERI A PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT NOMOR 4 TAHUN 1999 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 5 TAHUN TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 5 TAHUN TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 5 TAHUN 2011 2010 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG Nomor : 30 Tanggal : 27 Januari 199 Seri :A Nomor : 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG Nomor : 30 Tanggal : 27 Januari 199 Seri :A Nomor : 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG Nomor : 30 Tanggal : 27 Januari 199 Seri :A Nomor : 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1999 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM MEKANISME PENGELOLAAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN.

TINJAUAN HUKUM MEKANISME PENGELOLAAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN. TINJAUAN HUKUM MEKANISME PENGELOLAAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN www.inilah.com I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sedang melakukan berbagai pembangunan di segala bidang khususnya di bidang ekonomi,

Lebih terperinci

DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama. Dinas. Pasal 172

DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama. Dinas. Pasal 172 DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama Dinas Pasal 172 Dinas Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam nelaksanakan sebagian urusan pilihan yang menjadi kewenangan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 14 TAHUN 2003 SERI B NOMOR 6

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 14 TAHUN 2003 SERI B NOMOR 6 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 14 TAHUN 2003 SERI B NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 9 TAHUN 2003 T E N T A N G PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA B U P A T I K

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang Mengingat : : a. bahwa dengan semakin berkembangnya perekonomian kabupaten

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta)

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta) LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta) Nomor: 1 Tahun: 1999 Seri: A =================================================================

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK REKLAME

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK REKLAME LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2002 SERI B NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 05 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 05 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 05 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 05 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan kewajiban setiap orang yang berada di suatu negara dan yang berada di seluruh dunia, oleh karena itu pajak merupakan suatu permasalahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PARIGI MOUTONG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 08 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 08 TAHUN 2010 LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 08 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SUNGAI PENUH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG QANUN KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WA TA ALA BUPATI ACEH SELATAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf d Undang -Undang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 14 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 14 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 14 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. bahwa salah

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BEKASI PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT H BEKASI NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK REKLAME

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BEKASI PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT H BEKASI NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK REKLAME LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BEKASI NOMOR: 50 1998 SERI: A PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT H BEKASI NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN?? 2005 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN?? 2005 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK, 26 APRIL 2005 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK 01 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN?? 2005 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 15 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 15 TAHUN 2012 LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 15 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : 15 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN

BUPATI BANYUWANGI SALINAN BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2004 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 S A L I N A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 S A L I N A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME 9 PEBRUARI 2011 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 S A L I N A N SERI B NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Paragraf 2 Bagian Kesatu Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Pasal 22. Pasal 23

Paragraf 2 Bagian Kesatu Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Pasal 22. Pasal 23 Paragraf 2 Bagian Kesatu Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Pasal 22 Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan Pemerintahan Daerah dibidang pengelolaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, Menimbang : a. bahwa pajak reklame sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf

Lebih terperinci

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA PAJAK REKLAME Tugas ini Diselesaikan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Pajak Daerah Dosen Pengampu : Redaktur Wau S.E., M.Ak Disusun Oleh : KELOMPOK V Daniel 1634030001 Rina Febriani 1634030017

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2012 SERI B.1 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2012 SERI B.1 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2012 SERI B.1 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIREBON,

Lebih terperinci

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, Menimbang: a. bahwa Pajak Reklame merupakan sumber pendapatan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 13

Lebih terperinci

KABUPATEN CIANJUR NOMOR : 63 TAHUN : 2002

KABUPATEN CIANJUR NOMOR : 63 TAHUN : 2002 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR : 63 TAHUN : 2002 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIANJUR Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang: a. bahwa pajak reklame merupakan salah satu sumber pendapatan

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa pajak reklame merupakan salah satu sumber

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 04 TAHUN 20009 SERI B NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2005 T E N T A N G PAJAK REKLAME

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2005 T E N T A N G PAJAK REKLAME LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 SERI B ===================================================== PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2005 T E N T A N G PAJAK REKLAME DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PARKIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PARKIR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa penggunaan lahan untuk parkir di sejumlah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa di Kabupaten Purworejo

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a bahwa dalam rangka pemberdayaan penyelenggaraan otonomi daerah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2009 SERI B NOMOR 03 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG Menimbang Mengingat : : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 (2) Huruf C Undang-Undang

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan L

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan L ii PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI MOJOKERTO, : a. bahwa Pajak

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 63 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PENDAPATAN KOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 63 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PENDAPATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 63 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PENDAPATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : bahwa dengan semakin b e r k e m b a n g n y a perekonomian kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui potensi dan apa yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH

PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH 1 PEMERINTAH KABUPATEN BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR: 19 TAHUN 2006 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI KABUPATEN BENER MERIAH Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN BUPATI TASIKMALAYA B U P A T I TASIKMALAY A

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN BUPATI TASIKMALAYA B U P A T I TASIKMALAY A B U P A T I TASIKMALAY A KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU NOMOR : 04 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK REKLAME

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU NOMOR : 04 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK REKLAME PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU NOMOR : 04 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR TAHUN 2010 NOMOR : 17

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR TAHUN 2010 NOMOR : 17 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR TAHUN 2010 NOMOR : 17 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAGIRI HILIR,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 4 2007 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SUKABUMI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONTIANAK NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONTIANAK, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK REKLAME BUPATI LUWU TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK REKLAME BUPATI LUWU TIMUR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK REKLAME BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka Pemungutan Pajak Daerah sebagai Pendapatan Asli Daerah, maka perlu mengatur

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 87 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 25 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WATA ALLA BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG 1 WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 08 Tahun 2004 Seri B PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 08 Tahun 2004 Seri B PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 08 Tahun 2004 Seri B PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG

Lebih terperinci

TUGAS, POKOK DAN FUNGSI BADAN PENDAPATAN DAERAH KAB. SERDANG BEDAGAI

TUGAS, POKOK DAN FUNGSI BADAN PENDAPATAN DAERAH KAB. SERDANG BEDAGAI TUGAS, POKOK DAN FUNGSI BADAN PENDAPATAN DAERAH KAB. SERDANG BEDAGAI Adapun tugas pokok dan fungsi dari masing-masing jabatan yang ada pada struktur organisasi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Serdang

Lebih terperinci

NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PAJAK 1. Pengertian Pajak Menurut S.I.Djajadiningrat (Resmi,2009:1) Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 04 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 04 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 04 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 18 Tahun

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 25 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR Menimbang NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, : a. bahwa dalam

Lebih terperinci