BAB II TEORI PENDUKUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TEORI PENDUKUNG"

Transkripsi

1 BAB II TEORI PENDUKUNG 2.1 Jaringan Lokal Akses Tembaga (Jarlokat) Instalasi Kabel Tembaga Ditinjau dari jenis menurut instalasinya, kabel Tembaga dapat dibagi menjadi tiga macam yakni : Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL) Kabel Duct Kabel Udara (KU) Isolasi Konduktor Kabel Tembaga Ditinjau dari isolasi konduktor pada kabel, maka kabel dapat dibagi menjadi dua, yakni : Kabel dengan isolasi Polyethylene (PE) Kabel dengan isolasi Foam Skin Kabel dengan isolasi Foam Skin hanya untuk kabel tanah dan kabel duck. Jenis kabel tersebut, baik untuk yang berisolasi PE, maupun Foam Skin, konstruksinya telah ditetapkan dengan Standar Industri Indonesia. 6

2 7 Spesifikasi teknik untuk KTTL dengan isolasi konduktor dari PE telah diatur dalam SII No (STEL.K ), sedangkan untuk KTTL dengan isolasi konduktor dari Foam Skin telah diatur dalam standar POSTEL No. 69/POSTEL/89 Spesifikasi teknik untuk Kabel Duck dengan isolasi konduktor dari PE diatur dalam SII No (STEL.K ) untuk kabel Duck berisi Jelly dan SII No (STEL.K ) untuk kabel Duck tanpa Jelly, sedangkan untuk kabel konduktor dari Foam Skin diatur dalam standar POSTEL No. 59/POSTEL/88 untuk kabel yang berisi Jelly dan No. 68/POSTEL/69 untuk yang tidak berisi Jelly. Sesuai dengan standar tersebut di atas, diameter urat kabel (konduktor) yang dipakai adalah 0,4 mm, 0,6 mm, dan 0,8 mm. Spesifikasi teknik untuk Kabel Udara dengan isolasi Polyethylene (PE) diatur dalam SII No (STEL.K.001). Diameter urat untuk Kabel Udara adalah 0,6 mm, 0,8 mm, dan 1 mm Kapasitas Kabel Tembaga Kapasitas dari masing-masing jenis kabel adalah seperti terlihat pada tabel 2.1 sampai dengan tabel 2.3.

3 Jenis Penggunaan Kabel Tembaga Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL) Gambar 2.1 Konstruksi Umum Kabel Tanah Tanam Langsung Tabel 2.1 Kapasitas Kabel Tanah Tanam Langsung No Jenis Kabel Kapasitas Yang Ada 1 Isolasi konduktor PE : Ф urat 0,4 mm 10, 20, 30, 40, 50, 60, 80, 100, 120, 150, 200, 250, 300, 400, 500, 600, 800, 1000, Ф urat 0,6 mm 10, 20, 30, 40, 50, 60, 80, 100, 120, 150, 200, 250, 300, 400, 500, 600, Ф urat 0,8 mm 10, 20, 30, 40, 50, 60, 80, 100,

4 9 120, 150, 200, 250, 300, Isolasi konduktor Foam Skin dengan diameter urat 0,4 mm 100, 120, 150, 200, 250, 300, 400, 500, 600, 800, 1000, 1200, 1400, 1600, 1800, 2000, 2200, Ф urat 0,6 mm 100, 120, 150, 200, 300, 400, 500, 600, 800, 1000, 1200, Ф urat 0,8 mm 100, 120, 150, 200, 250, 300, 400, 500, 600, 800 Kegunaan dari masing- masing lapisan yaitu : 1. Urat-Urat Kabel Fungsinya sebagai penghantar dan menyambungkan perangkat di sisi server pelanggan dengan sentral 2. Isolasi Berwarna Polyethylene/Foam Skin Berfungsi sebagai isolator antar konduktor dan kode warna dalam perhitungan urat kabel. 3. Pita Pelilit Kode Warna Berfungsi untuk mempermudah perhitungan urat kabel. 4. Pembungkus Inti Kabel Berfungsi untuk membalut inti kabel supaya padat dan bulat, dan juga berfungsi sebagai pelindung atau bantalan antara urat kabel dan lapisan Aluminium.

5 10 5. Lapisan Aluminium Foil Fungsinya sebagai pelindung elektris terhadap induksi dari tegangan asing dari luar. 6. Kulit Dalam Kabel (PE Hitam) Funsinya adalah sebagai berikut : Pelindung kemungkinan masuknya air Bantalan antara lapisan Armouring dengan lapisan Aluminium. 7. Armouring Baja Armouring dapat berupa plat atau pita Baja atau berupa kawat Baja. Fungsinya adalah : Sebagai pelindung mekanis terhadap benturan benda tajam atau keras. Sebagai pelindung elektris terhadap induksi tegangan asing dari luar. 8. Kulit Luar Kabel (PE Hitam) Funsinya adalah : Sebagai pelindung kemungkinan masuknya air Sebagai bantalan pada waktu penarikan kabel

6 Kabel Duct Gambar 2.2 Konstruksi Umum Kabel Duct Kegunaan dari masing-masing lapisan dari no 1 sampai no 6 adalah sama dengan pada Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL). Tabel 2.2 Kapasitas Kabel Duct isolasi Polyethylene dan Foam Skin No. Jenis Isolasi Kapasitas Yang Ada Kabel Duct tanpa Jelly berisolasi Poliethyline dengan diameter urat 1 0,4 mm 150, 200, 250, 300, 400, 500, 600, 800:, 1000, 1200

7 12 2 0,6 mm 150, 200, 250, 300, 400, 500, 600, 800:, 1000, ,8 mm 150, 200, 250, 300, 400, 500, 600 Kabel Duct tanpa Jelly berisolasi Foam Skin dengan diameter urat : 4 0,4 mm 100, 120, 150, 200, 250, 300, 400, 500, 600, 800:, 1000, 1200, 1400, 1600, 1800, 2000, 2200, ,6 mm 100, 120, 150, 200, 250, 300, 400, 500, 600, 800:, 1000, 1200, 1400, 1600, ,8 mm 100, 120, 150, 200, 250, 300, 400, 500, 600, 800:, 1000 Kabel Duct berisi Jelly berisolasi Poliethyline dengan diameter urat : 7 0,4 mm 10, 20, 30, 40 50, 60,

8 13 80, 100, 120, 150, 200, 250, 300, 400, 500, 600, 800, 1000, ,6 mm 10, 20, 30, 40 50, 60, 80, 100, 120, 150, 200, 250, 300, 400, 500, 600, ,8 mm 10, 20, 30, 40 50, 60, 80, 100, 120, 150, 200, 250, 300, 400 Kabel Duct berisolasi Foam Skin dengan diameter urat : 10 0,4 mm 100, 120, 150, 200, 250, 300, 400, 500, 600, 800, 1000, 1200, 1400, 1600, 1800, 2000, 2200, ,6 mm 100, 120, 150, 200, 250, 300, 400, 500, 600, 800, 1000, 1200, ,8 mm 100, 120, 150, 200, 250, 300, 400, 500, 600, 800

9 Kabel Udara Gambar 2.3 Konstruksi Umum Kabel Udara Kegunaan masing-masing bagian dari no 1 sampai no 6 adalah sama dengan pada Kabel Tanah Tanam Langsung (KTTL), sedangkan no 7 yakni kawat baja yang dipilin berfungsi sebagai penguat sendiri (Self-Supporting). Tabel 2.3 Kapasitas Kabel Udara Dengan Isolasi Polyethylene No. Jenis Isolasi Kapasitas Yang Ada Kabel Udara berpenguatan sendiri berisolasi Polyethyline dengan diameter urat :

10 15 0,6 mm, 0,8 mm, dan 1,0 mm 10, 20, 30, 40, 50, 60, 80, 100, Kabel Rumah Kabel Rumah (Indoor Cable) adalah kabel yang dibuat untuk diinstalasi di dalam gedung. Kabel tersebut dibuat berdasarkan SII No untuk kabel rumah multi pair tanpa screen dan SII No untuk kabel yang memakai screen, sedangkan untuk kabel yang mempunyai pair tunggal tanpa screen sesuai dengan SII No Konstruksi kabel rumah multipair dengan screen adalah seperti pada gambar 2.4. Gambar 2.4 Kabel Rumah Multipair Dengan Screen.

11 16 Keterangan gambar : 1. Penghantar 2. Isolasi berwarna dari bahan Polyvinyl Chloride (PVC) berfungsi sebagai isolasi antara penghantar dan kode warna. 3. Quadding, yakni masing-masing urat kabel dipilin menjadi empatan (Quad). 4. Pita lilit yang Non Higroskopis, berfungsi agar urat kabel menjadi kompak dan sebagai pelindung dari uap air. 5. Screen, terbuat dari pita Aluminium, dililitkan secara Helical, berfungsi sebagai pelindung elektris dan pengikat urat-urat kabel. 6. Pelindung luar kabel terbuat dari bahan Polyvinil Chloride (PVC) berwarna abu-abu. Kapasitas kabel adalah seperti terlihat pada tabel2.4. Tabel 2.4 Kapasitas Kabel Rumah Multipair, Diameter Konduktor 0,6 mm, Dengan Dan Tanpa Memakai Screen. Ф (mm) Kapasitas Kabel 0,6 2, 6, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 100

12 Susunan Urat Kabel Empatan (Quad) Susunan urat kabel pada kabel udara, kabel tanah tanam langsung, dan kabel rumah yang mempunyai kapasitas sepuluh pair keatas adalah dengan cara empat penghantar berisolasi dipilin bersama-sama membentuk empatan (quad) Susunan Tiap Satuan Dasar Lima empatan berurutan dari nomor 1 sampai 5 dipilin bersama membentuk satuan dasar (satuan 10 pasang). Pita pengikat dililitkan pada setiap satuan sebagai kode satuan. Untuk kabel kapasitas 10 pasang, pita pengikat tidak diberikan. Jadi, hanya kabel 20 pasang ke atas yang mempunyai pita pengikat lilitan. Adapun ketentuan pita pengikat adalah sebagai berikut : Satuan awal (penunjuk) berwarna merah. Satuan berikutnya berwarna putih dan kuning bergantian. Bila pusat inti kabel hanya terdiri atas satu satuan, maka pengikat satuan dari pusat inti kabel diambil warna putih.

13 18 \ Susunan Tiap Satuan 50 Pasang Sepuluh satuan dasar dari nomor 1 sampai nomor 5 dipilin bersama membentuk satuan 50 pasang. Untuk kabel berukuran 50 pasang, tidak memakai pita pengikat Pasangan Cadangan Pasangan cadangan ditambahkan pada kabel yang diproduksi. Jumlah pasangan cadangan maksimum 2 % dari kapasitas kabel Bahan-Bahan Kabel Penghantar Penghantar harus terbuat dari bahan Tembaga lunak hasil proses Annealing dan memenuhi persyaratan sebagai berikut : Merata kualitasnya Berupa kawat padat bulat, mengkilap dan bersih. Bebas dari segala cacat Isolasi Masing-masing penghantar akan dibungkus merata dengan isolasi Poliethyline berwarana. Isolasi harus terbuat dari bahan kompon

14 19 Poliethyline yang memenuhi sifat-sifat persyaratan yang berlaku Pita Pengikat Satuan Pita pengikat satuan terbuat dari bahan Poliethyline atau bahan plastik yang sejenis Petrojelly Celah-celah inti kabel harus diisi dengan Petrojelly. Petrojelly harus memenuhi ketentuan yang berlaku Pita Pembungkus Inti Pita pembungkus inti dipasang secara Longitudinal atau dibelitkan secara Helikal dengan tumpang tindih secukupnya. Pita pembungkus inti terbuat dari bahan kertas, kain katun, PE (plastik transparan) atau bahan lain yang sesuai Pelindung Elektris Pelindung elektris harus terbuat dari pita Aluminium setebal kira-kira 0,2 mm berlapis Poliethyline pada kedua sisinya. Lapisan Aluminium ini dipasang secara Longitudinal di atas pita pembungkus inti kabel dengan tumpang tindih.

15 Selubung Dalam Inti kabel yang telah diberi lapisan pembungkus inti dan Aluminium dilapisi selubung Poliethyline berwarna hitam. Bila selubung telah diberikan, tumpang tindih pita Aluminium harus melekat dengan erat, selubung harus merekat pada lapisan pita Aluminium. Selubung dalam harus terbuat dari bahan kompon Poliethyline yang memenuhi sifat-sifat persyaratan yang berlaku Pelindung Mekanis Pelindung mekanis harus terbuat dari pita Baja atau kawat Baja yang digalvanisasikan. Pelindung mekanis terdiri atas dua lapis pita Baja dengan tebal nominal 0,3 mm. Kedua lapisan pita Baja dililitkan searah secara Helikal sedemikian rupa sehingga lapisan luar menutupi celap pita lapisan dalam. Untuk kabel-kabel dengan diameter dibawah pelindung mekanis kurang dari 15 mm, dapat dipergunakan kawat-kawat baja Selubung Luar Kabel yang telah diberi pelindung mekanis dilapisi lagi selubung Poliethyline berwarna hitam. Selubung luar harus terbuat dari bahan

16 21 kompon Poliethyline yang memenuhi persyaratan yang berlaku Sifat-Sifat Kelistrikan Tahanan Penghantar Tahanan penghantar dalam kabel harus memnuhi ketentuan seperti tabel 2.5 Tabel 2.5 Tahanan Konduktor per km Diameter Urat ф mm Tahanan Maksimum ohm/km 0, ,6 65 0,8 36,5 0,9 29 1, Tahanan Isolasi Tahanan isolasi yang diukur antara masing-masing penghantar dalam kabel dengan bundel sisa penghantar dalam kabel tersebut bersama lapisan Aluminiumnya, tidak boleh kurang dari mega ohm kilometer pada 20 derajat celcius.

17 22 Tahanan isolasi diukur dengan tegangan searah 500 volt dan pembacaan dilakukan setelah satu menit, pada saat penunjukan telah mantap. Bila pembacaan telah melampaui mega ohm kilometer, maka ketentuan waktu tidak perlu dipenuhi Kelebihan dan Kekurangan Kabel Tembaga Kelebihan Harganya murah Instalasi perangkat lebih cepat dan mudah Mudah didapat dan fleksibel Menggunakan satu medium untuk semua Sistem penyambungan lebih mudah Kekurangan Kemampuan layanan yang diberikan terbatas Daerah cakupan layanan terbatas (tergantung pada ukuran kabel Dimensi fisik membutuhkan infrastruktur yang lebih besar Operasi dan pemeliharaan tidak efisien Perluasan atau penambahan kapasitas tidak fleksibel Rentan terhadap gangguan listrik, radio, dan mudah berkarat sehingga penggunaannya tidak bisa untuk jangka panjang.

18 23 Tidak dapat mentransmisikan sinyal cahaya Kapasitas bandwidth kecil Banyak titik sambungan yang bisa menyebabkan jaringan error. 2.2 Jaringan Lokal Akses Kabel Serat Optik (Jarlokaf) Berdasarkan definisi, akses berarti bagaimana pelanggan dihubungkan dengan ke sentral komunikasi. Pengertian yang lebih umum yaitu akses berkaitan dengan hubungan pelanggan ke jaringan. Penggunaan teknik transmisi optik dapat memungkinkan biaya transmisi dikurangi dalam tiga dekade Pengertian Kabel Serat Optik Kabel Serat Optik merupakan pemandu gelombang Dielektrika Optik yang beroperasi pada frekuensi optis (cahaya). Karakteristik Kabel Serat Optik akan menentukan kapasitas serat dalam membawa informasi dan mempengaruhi respon pemandu gelombang. Persyaratan yang dibutuhkan oleh Kabel Serat Optik adalah Tidak putus saat gaya rentang (Tensile Force) bekerja pada Kabel Serat Optik Tidak mengalami perubahan kualitas perambatan cahaya akibat tekanan dari samping seperti misalnya Microbending Serat Optik ditempatkan secara khusus didalam Kabel Serat Optik

19 24 Pada sambungan Kabel Serat Optik harus diberi penguat Struktur Kabel Serat Optik Gambar 2.5 Susunan Kabel Serat Optik Inti (Core) Bagian yang paling utama dinamakan bagian inti (core), dimana gelombang cahaya yang dikirimkan akan merambat dan mempunyai indeks bias lebih besar dari lapisan kedua. Terbuat dari bahan Kuarsa dengan kualitas sangat tinggi Memiliki diameter 10 µm 50 µm. Ukuran core sangat mempengaruhi karakteristik Serat Optik Cladding Terbuat dari bahan gelas dengan indeks bias lebih kecil dari core Merupakan selubung dari core

20 25 Hubungan indeks bias antara core dan cladding akan mempengaruhi perambatan cahaya pada core (mempengaruhi besarnya sudut kritis) Coating Terbuat dari bahan plastik Berfungsi untuk melindungi Serat Optik dari kerusakan Jenis Kabel Serat Optik Step Index Multimode Gambar 2.6 Step Index Multimode Indeks bias core konstan Ukuran core besar (50µm) dan dilapisi Cladding yang sangat tipis Penyambungan kabel lebih mudah karena memiliki core yang besar Terjadi Dispersi

21 26 Hanya digunakan untuk jarak pendek dan transmisi data bit rate rendah Grade Index Multimode Gambar 2.7 Grade Index Multimode Core terdiri dari sejumlah lapisan gelas yang memiliki indeks bias yang berbeda, indeks bias tertinggi terdapat pada pusat core dan berangsurangsur turun sampai ke batas core-cladding Cahaya merambat karena Difraksi yang terjadi pada core sehingga rambatan cahaya sejajar dengan sumbu serat Dispersi minimum Harganya lebih mahal dari Serat Optik SI karena proses pembuatannya lebih sulit

22 Step Indeks Single Mode Gambar 2.8 Step Index Single Mode Serat Optik SI Monomode memiliki diameter core yang sangat kecil dibandingkan ukuran Claddingnya Cahaya hanya merambat dalam satu mode saja yaitu sejajar dengan sumbu Serat Optik Digunakan untuk transmisi data dengan data bit rate tinggi Jenis Pipa Kabel Serat Optik Jenis Pipa Longgar (Loose Tube) Gambar 2.9 Kabel Serat Optik Loose Tube

23 28 Serat Optik ditempatkan didalam pipa longgar (Loose Tube) yang terbuat dari bahan PBTP (Polybutylene Terepthalete) serta berisi Jelly. Saat ini sebuah Kabel Serat Optik maksimum mempunyai 8 Loose Tube dan masing-masing Loose Tube berisi 12 Serat Optik. Fungsi dan bagian-bagian Kabel Serat Optik jenis Loose Tube : Loose Tube, berbentuk tabung longgar yang terbuat dari bahan PBTP (Polybutylene Terepthalete) yang berisi Thixotropic Gel dan Serat Optik ditempatkan didalamnya. Konstruksi Loose Tube yang berbentuk longgar tersebut mempunyai tujuan agar Serat Optik dapat bebas bergerak, tidak langsung mengalami tekanan atau gesekan yang dapat merusak Serat Optik pada saat instalasi kabel Serat Optik. Thixotropic Gel adalah bahan semacam Jelly yang berfungsi melindungi Serat Optik dari pengaruh mekanis dan juga untuk menahan air. Sebuah Loose Tube dapat berisi 2 sampai dengan 12 Serat Optik. Sebuah Kabel Serat Optik dapat berisi 6 sampai dengan 12 Loose Tube. HDPE Sheat atau High Density Polyethylene Sheat, yaitu bahan sejenis Polyethylene keras yang digunakan sebagai kulit Kabel Serat Optik berfungsi

24 29 sebagai bantalan untuk melindungi Serat Optik dari pengaruh mekanis pada saat instalasi. Aluminium Tape atau lapisan Aluminium ditempatkan diantara kulit kabel dan Water Blocking berfungsi sebagai konduktivitas elektris dan melindungi kabel dari pengaruh mekanis Flooding Gel adalah bahan campuran Petroleum, Synthetic dan Silicon yang mempunyai sifat anti air. Flooding Gel merupakan bahan pengisi yang digunakan pada Kabel Serat Optik agar kabel menjadi padat. PE Sheath adalah bahan Polyethylene yang menutupi bagian Central Strength Member. Central Strength Member adalah bagian penguat yang terletak ditengah-tengah Kabel Serat Optik. Central Strength member dapat merupakan pilinan Kawat Baja atau Solid Steel Core atau Glass Reinforced Plastic. Central Strength Member mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi yang diperlukan pada saat instalasi. Peripheral Strain Elements terbuat dari bahan Polyramid yang merupakan elemen pelengkap optik yang diperlukan untuk menambah kekuatan Kabel

25 30 Serat Optik. Polyramid mempunyai kekuatan tarik tinggi Jenis Alur (Slot) Gambar 2.10 Kabel Serat Optik Slot Serat Optik ditempatkan pada alur (slot) didalam silinder yang terbuat dari bahan PE (Polyethylene), pada saat ini telah dibuat di Jepang kabel jenis slot dengan kapasitas 1000 serat dan 3000 serat. Fungsi dan bagian-bagian Kabel Serat Optik jenis slot : Kulit Kabel, terbuat dari bahan jenis Polyethylene keras, berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi Serat Optik dari pengaruh mekanis saat instalasi Aluran, terbuat dari bahan Polyethylene berfungsi untuk menempatkan sejumlah Serat Optik. Untuk Kabel Serat Optik jenis slot dengan kapasitas 1000

26 31 Serat Optik, diperlukan 13 aluran (slot) dan 1 slot berisi 10 Fiber Ribbons. 1 Fiber Ribbons berisi 8 Fiber. Central Strength Member adalah bagian penguat yang terletak di tengah-tengah Kabel Serat Optik. Central Strength Member terbuat dari pilinan Kawat Baja yang mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi yang diperlukan pada saat instalasi Karakteristik Mekanis Fiber Bending (Tekukan Serat) Tekukan serat yang berlebihan (terlalu kecil) dapat mengakibatkan bertambahnya Optical Loss Cable Bending (Tekukan Kabel) Tekukan kabel pada saat instalasi harus dijaga agar tidak terlalu kecil, karena hal ini dapat merusak serat sehingga menambah Optical Loss Tensile Strength Tensile strenght yang berlebihan dapat merusak kabel atau serat Crush Crush atau tekanan yang berlebihan dapat mengakibatkan serat retak atau patah, sehingga dapat menaikkan Optical Loss.

27 Impact Impact adalah beban dengan berat tertentu yang dijatuhkan dan mengenai Kabel Serat Optik. Berat beban yang berlebihan dapat mengakibatkan serat retak atau patah, sehingga dapat menaikkan Optical Loss Cable Torsion Torsi yang diberikan kepada kabel yang dapat merusak selubung kabel dan serat Spesifikasi Kabel Serat Optik Berikut di bawah ini spesifikasi Kabel Serat Optik, warna Serat Optik, warna tabung loose tube. Tabel 2.6 Spesifikasi Kabel Serat Optik Jumlah Loose Tube Jumlah Serat per Loose Tube Diameter luar/dalam Loose Tube (mm) Diameter luar kabel (mm) Jumlah Serat 6 2 2,2x1, ,2x1, ,5x1,5 13, ,5x2, ,2x1,

28 ,5x1, ,5x2,5 17, Warna Serat Optik Tabel 2.7 Warna Serat Optik Biru Orange Hijau Cokelat Abu-Abu Putih Merah Hitam Kuning Ungu Pink Turquoise Kode Warna Tabung Loose Tube Tabel 2.8 Warna Tabung Loose Tube No.Tabung Warna 1 Biru 2 Orange 3 Hijau 4 Cokelat

29 34 5 Abu-Abu 6 Putih 7 Merah 8 Hitam Tanda Pengenal Kabel Serat Optik Kabel Serat Optik harus diberi tanda pengenal yang tidak mudah hilang yang tertera pada kulit kabel di sepanjang kabel. Adapun tanda pengenal tersebut meliputi : Nama pabrik pembuat Tahun pembuatan Tipe Serat Optik: SM : Single Mode GI : Grade Indeks SI : Step Indeks Pemakaian Kabel Serat Optik : D : Duct A : Aerial B : Buried S : Submarine I : Indoor Jenis Kabel Serat Optik : LT : Loose Tube SC : Slotted Core

30 35 TB : Tight Buffered Struktur Penguat : SS : Solid Steel Core WS : Standred Wire Steel GRP : Glass Reinforced Plastik Kelebihan dan Kekurangan Kabel Serat Optik Kelebihan Bandwidth lebar Redaman kecil Kebal terhadap induksi Keamanan rahasia informasi lebih baik Aman dari bahaya listrik Penambahan kanal atau kapasitas terpasang lebih mudah Tidak berkarat Lebih ekonomis Tahan temperatur tinggi Konsumsi daya rendah Kekurangan Tidak menyalurkan energi listrik pada sistem Repeater, Transmiter, dan Receiver perlu pengubahan energi listrik ke optik atau sebaliknya

31 36 Perangkat sambung relatif lebih sulit, karena terbuat dari gelas Silica, memerlukan penanganan yang lebih hati-hati Perangkat terminasi mahal Perbaikan lebih sulit 2.3 Perangkat Jaringan Lokal Akses Kabel Serat Optik dan Jaringan Lokal Akses Kabel Tembaga Perangkat Jaringan Lokal Akses Kabel Serat Optik Optical Line Terminal Equipment (OLTE) OLTE merupakan perangkat yang digunakan untuk transmisi menggunakan media Kabel Serat Optik. Banyak sekali bentuk, ukuran, dan merek dari OLTE tersebut. Pada dasarnya, semua cara kerja dari OLTE tersebut adalah sama, yaitu mengubah sinyal dengan daya listrik menjadi sinyal dengan daya optik dan sebaliknya. Fungsi utama OLTE sebagai berikut : Mengubah sinyal dengan daya listrik menjadi sinyal dengan daya optik dan sebaliknya Menggabungkan sinyal-sinyal pelayanan (service bit) dengan sinyal utama Memancarkan dan menerima sinyal dengan daya optik Memberikan pengamanan bagi petugas dengan dilengkapi rangkaian laser diode shut off

32 37 Menyediakan kanal order wire untuk kordinasi antar petugas Optical Time Domain Reflectometer (OTDR) OTDR adalah sebuah sistem yang digunakan untuk mengukur dan mengetes dari Serat Optik. Sebuah Serat Optik yang telah dipasang dan berjalan hanya dapat diukur dan dites oleh OTDR, baik dalam hal panjang gelombang Multimode atau Single Mode. Gambar 2.11 OTDR Powermeter biasa hanya bisa mengukur total redaman dari Serat Optik yang tengah berjalan. OTDR dapat menganalisa setiap jarak akan Insertion Loss, Reflection, dan Loss yang muncul pada setiap titik, serta dapat menampilkan informasi pada layar tampilan.

33 38 OTDR juga dapat memaintenance akan redaman maksimum yang diijinkan akibat radius bending baik Macro Bending (redaman geometri yang terjadi pada saat instalasi) atau Micro Bending ( redaman geometri akibat adanya ketidakteraturan pada bidang batas yang idealnya adalah datar terjadi pada saat pabrikasi). Parameter di atas dapat diukur oleh OTDR, sehingga dalam penyambungan dapat diantisipasi redaman terlalu tinggi. Funsi utama OTDR sebagai berikut : Mengukur Loss per satuan panjang Loss pada saat instalasi Kabel Serat Optik mengasumsikan redaman Serat Optik tertentu dalam Loss satuan panjang. OTDR dapat mengukur redaman sebelum dan setelah instalasi sehingga dapat memeriksa adanya ketidaknormalan seperti bengkokan (bend) atau beban yang tidak diinginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara : X [dbw] = A [dbw] α. L [db] X A : Besarnya daya untuk jarak L : Daya awal yang diberikan OTDR ke fiber optik, untuk OTDR mini A max adalah 31 dbw α L : Redaman (db/km) : Panjang (km) Sehingga dengan membaca grafik X dan L, akan didapat α (redaman),dan dengan membandingkan dengan Loss Budget

34 39 akan dapat disimpulkan apakah telah terjadi ketidaknormalan. Mengevaluasi sambungan dan konektor Pada saat instalasi OTDR dapat memastikan apakah redaman sambungan dan konektor masih berada dalam batas yang diperbolehkan Fault location Fault seperti letaknya Serat Optik atau sambungan dapat terjadi pada saat atau setelah instalasi, OTDR dapat menunjukkan lokasi fault atau ketikdaknormalan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat jarak terjadinya end to fiber pada OTDR, jika kurang dari jarak sebenarnya, maka pada jarak tersebut terjadi kebocoran atau keretakan (asumsi settingan OTDR benar). End to fiber pada OTDR ditandai dengan adanya < 3 db (dapat disesuaikan dengan mensetting) yang berfluktuasi. OTDR, Pulse Width, Dispersi, Rise Time merupakan domain waktu, sedangkan Bandwidth, merupakan domain Frekuensi Perangkat Jaringan Lokal Akses Kabel Tembaga Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL) ADSL merupakan salah satu dari beberapa jenis DSL, disamping SDSL, GHDSL, IDSL, VDSL, dan HDSL. DSL merupakan teknologi akses Internet menggunakan kabel

35 40 tembaga, sering disebut juga sebagai teknologi suntikan atau Injection Technology yang membantu kabel telepon biasa dalam menghantarkan data dalam jumlah besar. DSL sendiri dapat tersedia berkat adanya sebuah perangkat yang disebut Digital Subscriber Line Access Multiplexer. Untuk mencapai tingkat kecepatan yang tinggi, DSL menggunakan sinyal Frekuensi hingga 1 MHz. Lain halnya untuk ADSL, sinyal frekuensi yang dipakai hanya berkisar antara 20 KHz sampai 1 MHz. Sementara untuk penggunaan ADSL di Indonesia seperti Speedy, kecepatan yang ditawarkan berkisar antara 1024 kbps untuk downstream dan 128 kbps untuk upstream. Kecepatan downstream inilah yang menjadikan ADSL lebih cocok untuk penggunaan pribadi. umumnya, pengguna pribadi lebih banyak kegiatan menerima, dibandingkan kegiatan mengirim. Seperti mengunduh data, gambar, musik, ataupun video. Gambar 2.12 Perangkat ADSL

36 41 Keuntungan : - Pembagian Frekuensi menjadi dua, yaitu Frekuensi tinggi untuk menghantarkan data, sementara Frekuensi rendah untuk menghantarkan suara dan Faksimile. - Bagi pengguna di Indonesia yang menggunakan layanan Speedy, ADSL membuat akses Internet menjadi jauh lebih murah. Akses Internet tanpa khawatir dengan tagihan yang tidak sesuai yang diharapkan. Kerugian : - Berpengaruhnya jarak pada kecepatan pengiriman data. Semakin jauh jarak antara modem dengan komputer, atau saluran telepon kita dengan Digital Subscriber Line Access Multiplexer yang terdapat di gardu telepon, maka semakin lambat pula kecepatan mengakses Internet. - Penggunaan Kabel Tembaga masih dominan digunakan, karena Kabel Serat Optik masih belum merata digunakan. Hal ini menjadi akses Internet belum maksimal seperti yang diharapkan untuk penggunaan data saat ini. -

37 Konfigurasi Jaringan Kabel di PT Aplikanusa Lintasarta Konfigurasi Jaringan Kabel Serat Optik Konfigurasi jaringan Kabel Serat Optik dibagi menjadi tiga macam : Fiber To The Curb (FTTC) Sinyal termultipleks ditransmisikan antara sentral data dan titik konversi optik melalui media transmisi kabel Serat Optik. Titik konversi Serat Optik terletak di suatu tempat di luar bangunan sentral data, apakah ditempatkan dalam kabinet, diatas tiang atau di Handhole. Terminal pelanggan dengan titik konversi optik dikoneksikan dengan media transmisi tembaga hingga beberapa ratus meter. Gambar 2.13 Fiber To The Curb (FTTC)

38 43 Pembangunan infrastruktur konfigurasi jaringan FTTC, PT Aplikanusa Lintasarta bekerjasama dengan PT Telekomunikasi Indonesia Fiber To The Building (FTTB) FTTB adalah sistem pelanggan optik yang digunakan untuk bisnis. Titik konversi optik terletak di dalam gedung dan biasanya berada di ruang atau tempat telekomunikasi yang terdapat di Top Roof gedung atau Basement gedung. Terminal pelanggan dihubungkan dengan titik konversi optik dengan media transmisi Kabel Tembaga indoor seperti Kabel Tembaga PVC Gambar 2.14 Fiber To The Building (FTTB) Pembangunan infrastruktur konfigurasi jaringan FTTB, PT Aplikanusa Lintasarta telah banyak membangung High Rise Building (HRB) di gedung-gedung yang

39 44 mempunyai demand pelanggan yang banyak. Khusus nya di wilayah DKI Jakarta, hampir seluruh gedung di sekitar Jalan Thamrin sampai Jalan Sudirman, sudah terdapat HRB, dengan jumlah kurang lebih 30 HRB Fiber To The Home (FTTH) Sental data dan terminal pelanggan di hubungkan dengan media transmisi Kabel Serat Optik tanpa menggunakan Kabel Tembaga. Gambar 2.15 Fiber To The Home (FTTH) Pembangunan infrastruktur FTTH dilakukan oleh PT Aplikanusa Lintasarta apabila pelanggan tersebut jauh dari HRB dan sentral data Konfugurasi Jaringan Kabel Tembaga Konfigurasi jaringan Kabel Tembaga dibagi menjadi tiga macam Konfigurasi Jaringan Catu Langsung Jaringan Catu Langsung adalah jaringan kabel lokal dimana terminal pelanggan dicatu langsung dari sentral

40 45 data terdekat, yang dihubungkan terlebih dahulu dengan Main Distribution Frame (MDF) sentral data. Gambar 2.16 Jaringan Catu Langsung Keuntungan : - Biaya rendah, karena tidak memelukan RK - Pencatatan data lebih sederhana - Sumber kerusakan lebih kecil Kerugian : - Tidak luwes, karena kabel disambung langsung - Sulit melokalisir gangguan - Kerugian semakin besar (tidak ekonomis) bila salah dalam menghitung demand di Daerah Catu Langsung (DCL) Infrastruktur konfigurasi jaringan catu langsung PT Aplikasnusa Lintasarta hanya terdapat di pelanggan Bank CIMB Niaga yang terdapat di Graha Niaga, dengan sental data di gedung PT Artha Telekomunikasi

41 46 (Arthatel) kawasan Sudirman Central Business District (SCBD) Konfigurasi Jaringan Catu Tidak Langsung Jaringan Catu Tidak Langsung adalah jaringan kabel lokal dimana terminal pelanggan dicatu dari Kotak Pembagi (KP) terdekat,yang dihubungkan lebih dahulu dengan Rumah Kabel (RK), kemudian diteruskan ke MDF. Penyambungan saluran dari KP ke RK sama seperti pada jaringan langsung (tetap), tetapi penyambungan seterusnya ke MDF di RK dilakukan tidak tetap (dengan Jumper Wire). Konfigurasi jaringan ini dipakai di kota- kota sedang dan besar, dimana jumlah pelanggan cukup banyak dan jarak cukup jauh dari sentral data, sehingga pemakaian RK dapat diimbangi oleh penghematan pemakaian saluran cadangan. Gambar 2.17 Konfigurasi jaringan Catu Tidak Langsung

42 47 Keuntungan : - Fleksibel, urat Kabel Sekunder bebas dapat disambungkan dengan urat Kabel Primer sehingga cadangan Kabel Sekunder sewaktu-waktu dapat digunakan - Mudah melokalisir gangguan - Dapat mencatu pelanggan yang letaknya menyebar dan jauh dari sentral data Kerugian : - Biaya besar karena menggunakan RK - Sumber gangguan banyak (terminal di MDF, RK, KP, dan titik sambung kabel sepanjang rute kabel) - Kadang-kadang sukar mencari tempat RK yang betul-betul aman. Infrastruktur jaringan catu tidak langsung PT Aplikanusa Lintasarta bekerja sama dengan PT Telekomunikasi Indonesia untuk pelanggan yang jauh dari sentral data. Dan untuk sekarang ini konfigurasi jaringan catu tidak langsung oleh PT Telekomunikasi Indonesia sudah digantikan dengan teknologi Multi Service Access Node (MSAN) menggunakan sistem Fiber To The Curb (FTTC).

43 Konfigurasi Jaringan Catu Kombinasi Konfigurasi Jaringan Catu Kombinasi adalah jaringan kabel lokal dimana catuan terminal pelanggan melalui dua cara, yakni sebagian dengan konfigurasi jaringan catu langsung dan sebagian besar dengan konfigurasi jaringan catu tidak langsung. Sistem konfigurasi jaringan ini hampir ada di semua kota sedang dan besar, karena letak sentral data biasanya terletak pada pusat kota atau pusat kepadatan penduduk, sehingga lokasi pelanggan menyebar mulai yang dekat dengan sentral hingga yang jauh dari sental data tersebut. Gambar 2.18 Konfigurasi Jaringan Kombinasi Infrastruktur jaringan catu kombinasi ini PT Aplikanusa Lintasarta bekerja sama dengan PT Telekomunikasi Indonesia untuk pelanggan yang jauh dari sentral data. Dan untuk sekarang ini konfigurasi jaringan catu tidak

44 49 langsung oleh PT Telekomunikasi Indonesia sudah digantikan dengan teknologi Multi Service Access Node (MSAN) menggunakan sistem Fiber To The Curb (FTTC). 2.5 Packet Internet Gropher (PING) PING merupakan salah satu program yang digunakan untuk mengecek komunikasi antar komputer dalam sebuah jaringan melalui protocol Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP). PING akan mengirimkan Internet Control Message Protocol (ICMP) Echo Request Message pada IP Address komputer yang dituju dan meminta respons dari komputer tersebut. Fungsi PING Mengetahui status up/down komputer dalam jaringan Dapat mengecek apakah sebuah komputer up/down menggunakan perintah PING, jika komputer tersebut memberikan respon terhadap perintah PING yang diberikan maka dikatakan bahwa komputer tersebut up atau hidup Memonitor availability status komputer dalam jaringan. PING dapat digunakan sebagai tool monitoring availability komputer dalam jaringan yang merupakan salah satu indikator kualitas jaringan yaitu dengan melakukan PING secara periodik pada komputer yang dituju. Semakin kecil downtime, semakin bagus kualitas jaringan tersebut

45 50 Mengetahui responsifitas komunikasi sebuah jaringan. Besarnya nilai delay atau latecy yang dilaporkan oleh PING menjadi indikasi seberapa responsif komunikasi terjadi dengan komputer yang dituju. Semakin besar nilai delay menunjukkan semakin lambat respon yang diberikan. Sehingga nilai delay ini juga bisa digunakan sebagai indikator kualitas jaringan. 2.6 Bit Error Rate (BER) Test Bit Error Rate (BER) Test merupakan pengetesan sejumlah bit digital bernilai tinggi pada jaringan transmisi yang ditafsirkan sebagai keadaan rendah atau sebaliknya, kemudian dibagi dengan sejumlah bit yang diterima atau dikirim oleh proses selama beberapa periode yang telah ditetapkan. Jumlah Bit Error (kesalahan bit) adalah jumlah bit yang diterima dari suatu aliran data melalui jalur komunikasi yang telah berubah karena gangguan noise, nnterferensi, distorsi, kesalahan sinkronisasi bit, dan lain-lain.

46 51 Gambar 2.19 Ilustrasi BER test Sebagai contoh, diasumsikan berikut ini urutan bit yang ditransmisikan : dan pada alat penerima akan menterjemahkan urutan bit sebagai berikut : Maka BER pada kasus ini ada 1 kesalahan penafsiran bit (yang bergaris bawah) kemudian sebagai nilai BER yang dihasilkan adalah

47 52 nilai kesalahan ini dibagi dengan jumlah bit yang dikirim yaitu bit, sehingga didapatkan 0,166 atau 1,6E-01 atau 16,6 % Contoh perhitungan nilai BER : Bit yang dikirimkan adalah bit dan 3 bit yang error atau terjadi kesalahan karena kesalahan pada saat pengiriman, penerimaan, dan lain-lain Nilai BER hitung adalah 3/ = 0, Nilai BER dalam format scientific = 3 x x 10-6 dapat ditulis 3 x 10-6 atau 3.0E-06 Gambar 2.20 Daftar notasi scientific

BAB III TEORI PENUNJANG. Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara : Berikut adalah gambar perambatan cahaya dalam medium yang ditunjukkan

BAB III TEORI PENUNJANG. Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara : Berikut adalah gambar perambatan cahaya dalam medium yang ditunjukkan BAB III TEORI PENUNJANG Bab tiga berisi tentang tentang teori penunjang kerja praktek yang telah dikerjakan. 3.1. Propagasi cahaya dalam serat optik Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara :

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. yang biasanya berbentuk sinyal listrik menjadi sinyal cahaya dan kemudian

BAB II DASAR TEORI. yang biasanya berbentuk sinyal listrik menjadi sinyal cahaya dan kemudian BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Teknologi serat optik merupakan suatu teknologi komunikasi yang sangat bagus pada zaman modern saat ini. Pada teknologi ini terjadi perubahan informasi yang biasanya berbentuk

Lebih terperinci

Endi Dwi Kristianto

Endi Dwi Kristianto Fiber Optik Atas Tanah (Part 3) Endi Dwi Kristianto endidwikristianto@engineer.com http://endidwikristianto.blogspot.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi

Lebih terperinci

Training Center ISSUED - 4/17/2004

Training Center ISSUED - 4/17/2004 ISSUED - 4/17/2004 1 Tujuan Peserta dapat memahami jenis spesifikasi kabel tembaga dan asesoris yang digunakan di TELKOM, sehingga diperoleh keseragaman dalam pelaksanaan prosedur instalasi dan spesifikasi

Lebih terperinci

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding TT 1122 PENGANTAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Information source Electrical Transmit Optical Source Optical Fiber Destination Receiver (demodulator) Optical Detector Secara umum blok diagram transmisi komunikasi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengenalan Kabel Serat Optik Serat optik adalah suatu media transimisi berupa pemandu gelombang cahaya (light wave guide) yang berbentuk kabel tembus pandang (transparant), dimana

Lebih terperinci

PERANCANGAN JARINGAN AKSES KABEL (DTG3E3)

PERANCANGAN JARINGAN AKSES KABEL (DTG3E3) PERANCANGAN JARINGAN AKSES KABEL (DTG3E3) Disusun Oleh : Hafidudin,ST.,MT. (HFD) Rohmat Tulloh, ST.,MT (RMT) Prodi D3 Teknik Telekomunikasi Fakultas Ilmu Terapan Universitas Telkom 2015 Jaringan Lokal

Lebih terperinci

Overview Materi. Panduan gelombang fiber optik Struktur Serat Optik Tipe-tipe serat optik. Kabel Optik

Overview Materi. Panduan gelombang fiber optik Struktur Serat Optik Tipe-tipe serat optik. Kabel Optik Overview Materi Panduan gelombang fiber optik Struktur Serat Optik Tipe-tipe serat optik Material serat optik Kabel Optik Struktur Serat Optik Struktur Serat Optik (Cont..) Core Terbuat dari bahan kuarsa

Lebih terperinci

5

5 BAB II TEORI PERFORMANSI JARINGAN LOKAL KABEL TEMBAGA Jaringan lokal akses tembaga (JARLOKAT) yaitu jaringan yang menggunakan kabel tembaga sebagai media transmisinya. Jaringan kabel adalah jaringan yang

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK 2.1 Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut,

Lebih terperinci

Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber)

Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Bahan fiber optics (serat optik) Serat optik terbuat dari bahan dielektrik berbentuk seperti kaca (glass). Di dalam serat

Lebih terperinci

PERTEMUAN 8 (MEDIA TRANSMISI FISIK)

PERTEMUAN 8 (MEDIA TRANSMISI FISIK) PERTEMUAN 8 (MEDIA TRANSMISI FISIK) POKOK BAHASAN Jaringan fisik berdasarkan bentuk fisik Jaringan fisik berdasarkan cara pemasangan Jaringan fisik berdasarkan fungsi penggunaan TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN REDAMAN PADA KABEL SERAT OPTIK DENGAN OTDR

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN REDAMAN PADA KABEL SERAT OPTIK DENGAN OTDR MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGUKURAN REDAMAN PADA KABEL SERAT OPTIK DENGAN OTDR Rini Indah S. 1, Sukiswo,ST, MT. 2 ¹Mahasiswa dan ²Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB III JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA (JARLOKAT) PT. TELKOM INDONESIA

BAB III JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA (JARLOKAT) PT. TELKOM INDONESIA 25 BAB III JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA (JARLOKAT) PT. TELKOM INDONESIA Pada bab 2 (dua) telah dibahas tentang teknologi dan jaringan ADSL (asymmetric digital subscriber line) secara umum. Mengingat bahwa

Lebih terperinci

DasarJaringan Komunikasi

DasarJaringan Komunikasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya DasarJaringan Komunikasi Modul 5: Media Transmisi Fisik Prima Kristalina PENS (Maret 2015) POKOK BAHASAN 1. Jaringan fisik berdasarkan bentuk fisik 2. Jaringan fisik

Lebih terperinci

BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1

BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1 BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1 3.4 Jaringan Akses STO Jatinegara PT TELKOM Indonesia sebagai salah satu penyelenggara telekomunikasi terbesar

Lebih terperinci

MODUL VII MATA KULIAH : SALURAN TRANSMISI

MODUL VII MATA KULIAH : SALURAN TRANSMISI MODUL VII MATA KULIAH : SALURAN TRANSMISI Antarmuka Teknologi antarmuka perangkat JARLOKAF dengan sentral lokal (STO) yang digunakan adalah : Antarmuka Z (analog 2 kawat) Antarmuka digital 2 Mbps V5.1

Lebih terperinci

Training Center Tujuan

Training Center Tujuan 1 Tujuan Peserta memahami karakteristik elektris kabel tembaga guna memberikan solusi dalam menentukan jenis layanan yang dibutuhkan 2 Topik JENIS PENGUKURAN METODE PENGUKURAN PARAMETER ELEKTRIS 3 JENIS

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN PSTN. yang lebih dikenal dengan jaringan Public Switch Telephone Network (PSTN). Jaringan ini

BAB II JARINGAN PSTN. yang lebih dikenal dengan jaringan Public Switch Telephone Network (PSTN). Jaringan ini BAB II JARINGAN PSTN 2.1 Umum Jaringan VoIP pada dasarnya pengembangan dari jaringan telepon konvensional atau yang lebih dikenal dengan jaringan Public Switch Telephone Network (PSTN). Jaringan ini menghubungkan

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN AKSES TEMBAGA DAN SERAT OPTIK

BAB II JARINGAN AKSES TEMBAGA DAN SERAT OPTIK BAB II JARINGAN AKSES TEMBAGA DAN SERAT OPTIK 2.1 Umum Jaringan lokal akses tembaga kapasitasnya sangat terbatas untuk memberikan layanan multimedia, karena kabel tembaga memiliki keterbatasan bandwidth

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK Submitted by Dadiek Pranindito ST, MT,. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM LOGO PURWOKERTO Topik Pembahasan Chapter 1 Overview SKSO Pertemuan Ke -2 SKSO dan Teori

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG DESIGN AND ANALYSIS OF FIBER TO THE HOME (FTTH) NETWORK WITH OPTISYSTEM FOR PERMATA

Lebih terperinci

JARINGAN AKSES TELEPON

JARINGAN AKSES TELEPON JARINGAN AKSES TELEPON Jaringan Akses adalah jaringan yang menghubungkan pelanggan dengan sentral telepon. Jaringan akses sering juga disebut sebagai Outside Plan (OSP), beberapa istilah juga sering disebut

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYTEM PADA LINK STO GEGERKALONG KE PERUMAHAN CIPAKU INDAH

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYTEM PADA LINK STO GEGERKALONG KE PERUMAHAN CIPAKU INDAH ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYTEM PADA LINK STO GEGERKALONG KE PERUMAHAN CIPAKU INDAH Analysis Implementation Fiber to the Home (FTTH) Devices with Optisystem

Lebih terperinci

Faculty of Electrical Engineering BANDUNG, 2015

Faculty of Electrical Engineering BANDUNG, 2015 PENGENALAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI Modul : 10 Jaringan Akses PSTN Faculty of Electrical Engineering BANDUNG, 2015 JARINGAN AKSES PSTN JARINGAN AKSES Akses Tembaga Akses Optik Akses Radio AKSES TEMBAGA Struktur

Lebih terperinci

KONSEP PERAMBATAN CAHAYA

KONSEP PERAMBATAN CAHAYA AGENDA : 1 KONSEP PERAMBATAN CAHAYA 2 JENIS SERAT OPTIK 3 STRUKTUR SERAT OPTIK 4 JENIS KABEL DAN KODE WARNA 5 PARAMETER KABEL OPTIK 6 FUNGSI ELEMEN SKSO MENU OAN Page : 1 Cahaya merambat dalam suatu medium

Lebih terperinci

JARINGAN AKSES. Akses Tembaga. Akses Optik. Akses Radio

JARINGAN AKSES. Akses Tembaga. Akses Optik. Akses Radio JARINGAN AKSES PSTN JARINGAN AKSES Akses Tembaga Akses Optik Akses Radio AKSES TEMBAGA Struktur Umum : Elemen Jaringan Akses Tembaga : (1) Sentral Telepon (2) Kabel Primer (3) Rumah Kabel (4) Kabel Sekunder

Lebih terperinci

Training Center ISSUED - 4/17/2004 1

Training Center ISSUED - 4/17/2004 1 ISSUED - 4/17/2004 1 Terminasi Terminasi kabel tembaga merupakan bagian penting dari sistem jaringan telekomunikasi. Terminasi dilakukan ditempat-tempat seperti : RPU / MDF RK KP / DP KTB (Kotak Terminal

Lebih terperinci

Jaringan Lokal Akses

Jaringan Lokal Akses Jaringan Lokal Akses Macam macam Media Transmisi Media Transmisi Kabel : Pasangan Kabel Tembaga Kabel Coaxial / bawah laut Fiber Optik Media Transmisi Radio : Radio Jarak Pendek Radio Troposcater Radio

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik Sistem komunikasi optik adalah suatu sistem komunikasi yang media transmisinya menggunakan serat optik. Pada prinsipnya sistem komunikasi serat

Lebih terperinci

Jaringan Lokal Akses (Jarlok) Eka Setia Nugraha,S.T. M.T Uke Kurniawan Usman,MT

Jaringan Lokal Akses (Jarlok) Eka Setia Nugraha,S.T. M.T Uke Kurniawan Usman,MT Jaringan Lokal Akses (Jarlok) Eka Setia Nugraha,S.T. M.T Uke Kurniawan Usman,MT Saluran / Jaringan Lokal Saluran yang menghubungkan pesawat pelanggan dengan Main Distribution Point disentral telepon. Panjang

Lebih terperinci

Training Center ISSUED4/17/2004 1

Training Center ISSUED4/17/2004 1 1 Tujuan Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta memahami dan mempunyai persepsi yang sama tentang Struktur Jaringan Lokal Akses Tembaga sebagai sarana untuk mengakses berbagai jenis layanan.

Lebih terperinci

Kabel Serat Optik. Agiska Bayudin /TTL S1 Ekstensi. Jurusan Teknik Tenaga Listrik Fakultas Teknik Universitas Jederal Ahmad Yani

Kabel Serat Optik. Agiska Bayudin /TTL S1 Ekstensi. Jurusan Teknik Tenaga Listrik Fakultas Teknik Universitas Jederal Ahmad Yani Kabel Serat Optik Agiska Bayudin 2212122114/TTL S1 Ekstensi Jurusan Teknik Tenaga Listrik Fakultas Teknik Universitas Jederal Ahmad Yani Jl. Ters. Jend. Sudirman PO. BOX 148 Cimahi, Jabar, Indonesia. Telp.

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM ANALYSIS IMPLEMENTATION OF FIBER TO THE HOME (FTTH) NETWORK

Lebih terperinci

DAHLAN ABDULLAH

DAHLAN ABDULLAH DAHLAN ABDULLAH dahlan.unimal@gmail.com http://www.dahlan.web.id Ada dua hal yang harus dipenuhi supaya mendapatkan akses komunikasi. 1. Kesamaan dalam pemahaman antara pemancar dan penerima. Bagian pemancar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Perkembangan teknologi telekomunikasi global akhir-akhir ini

BAB II DASAR TEORI. Perkembangan teknologi telekomunikasi global akhir-akhir ini BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Perkembangan teknologi telekomunikasi global akhir-akhir ini menunjukkan perubahan yang demikian cepat. Hal ini ditandai dengan semakin diminatinya layanan multiservice berbasis

Lebih terperinci

Teknologi Jaringan Komunikasi data dan Media Transmisi

Teknologi Jaringan Komunikasi data dan Media Transmisi Teknologi Jaringan Komunikasi data dan Media Transmisi Setelah kita mempelari tentang teori dasar kominukasi data dan telah juga mempelajari tranmisi dan media tranmisi, sekarang kita akan membahas soal

Lebih terperinci

Faktor Rate data. Bandwidth Ganguan transmisi(transmission impairments) Interferensi Jumlah receiver

Faktor Rate data. Bandwidth Ganguan transmisi(transmission impairments) Interferensi Jumlah receiver Version 1.1.0 Faktor Rate data Bandwidth Ganguan transmisi(transmission impairments) Interferensi Jumlah receiver Kecepatan Transmisi Bit : Binary Digit Dalam transmisi bit merupakan pulsa listrik negatif

Lebih terperinci

Sukiswo Jartel, Sukiswo 1

Sukiswo Jartel, Sukiswo 1 JARINGAN AKSES OPTIK Sukiswo sukiswok@yahoo.com Jartel, Sukiswo 1 JARINGAN AKSES PSTN Jartel, Sukiswo 2 Outline Akses Tembaga Akses Optik Jartel, Sukiswo 3 JARINGAN AKSES TEMBAGA Sukiswo sukiswok@yahoo.com

Lebih terperinci

MACAM - MACAM KABEL JARINGAN

MACAM - MACAM KABEL JARINGAN MACAM - MACAM KABEL JARINGAN Muhammad Arba Adandi arba@raharja.info Abstrak Kabel jaringan adalah kabel yang menghubungkan antara komputer dengan komputer, dari server ke switch/hub dll.kabel jaringan

Lebih terperinci

Media Transmisi Jaringan

Media Transmisi Jaringan Media Transmisi Jaringan Medium Transmisi pada Telekomunikasi Medium transmisi digunakan untuk mengirimkan informasi, baik voice maupun data dari pengirim ke penerima atau dari TX ke RX. Pada dasarnya

Lebih terperinci

Pengantar Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)

Pengantar Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL) Pengantar Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL) Apabila Kita memperhatikan perkembangan teknologi telekomunikasi saat ini, maka hampir dapat dipastikan perkembangan yang paling pesat dalam teknologi

Lebih terperinci

Powered By TeUinSuska2009.Wordpress.com. Upload By - Vj Afive -

Powered By  TeUinSuska2009.Wordpress.com. Upload By - Vj Afive - Powered By http:/ TeUinSuska2009.Wordpress.com Upload By - Vj Afive - Jaringan Akses Jaringan akses merupakan sub sistem jaringan telekomunikasi yg menghubungkan pelanggan (UN-User Node) dengan Service

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PENGUJIAN JARINGAN EKSISTING DAN JARINGAN BARU

BAB IV ANALISA PENGUJIAN JARINGAN EKSISTING DAN JARINGAN BARU BAB IV ANALISA PENGUJIAN JARINGAN EKSISTING DAN JARINGAN BARU 4.1 Hasil Pengujian Jaringan Eksisting Pengujian jaringan eksisting dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu dengan tes PING menggunakan laptop

Lebih terperinci

MEDIA TRANSMISI KOMUNIKASI DATA

MEDIA TRANSMISI KOMUNIKASI DATA Hal. 1 MEDIA TRANSMISI KOMUNIKASI DATA Beberapa media beberapa media transmisi dapat digunakan sebagai channel (jalur) transmisi atau carrier dari data yang dikirimkan. Secara fisik, media transmisi dapat

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN

ANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN ANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN Muhammad Fachri, M. Zulfin Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

MEDIA TRANSMISI. Materi Ke-5 Sistem Telekomunikasi Politeknik Telkom

MEDIA TRANSMISI. Materi Ke-5 Sistem Telekomunikasi Politeknik Telkom MEDIA TRANSMISI Materi Ke-5 Sistem Telekomunikasi Politeknik Telkom OVERVIEW Medium transmisi digunakan untuk mengirimkan informasi, baik voice maupun data dari pengirim ke penerima atau dari TX ke RX.

Lebih terperinci

BAB III PARAMETER ELEKTRIS JARLOKAT

BAB III PARAMETER ELEKTRIS JARLOKAT BAB III PARAMETER ELEKTRIS JARLOKAT Teknologi ADSL telah digunakan oleh PT. Telkom sebagai salah satu produk unggulan dalam penyediaan akses internet kecepatan tinggi dan menjadi alternatif dari metode

Lebih terperinci

PEMBAGIAN SERAT OPTIK

PEMBAGIAN SERAT OPTIK FIBER OPTIC CABLE Fiber Optik (Serat optic) adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Cahaya yang

Lebih terperinci

ROMARIA NIM :

ROMARIA NIM : ANALISIS PENGARUH DISPERSI TERHADAP RUGI-RUGI DAYA TRANSMISI PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE REKOMENDASI ITU-T SERI G.655 Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana

Lebih terperinci

Analisis Penyambungan Kabel Fiber Optik Akses Dengan Kabel Fiber Optik Backbone

Analisis Penyambungan Kabel Fiber Optik Akses Dengan Kabel Fiber Optik Backbone Analisis Penyambungan Kabel Fiber Optik Akses Dengan Kabel Fiber Optik Backbone Irfan Hanif Konsentrasi Teknik Komputer dan Jaringan Teknik Informatika dan Komputer Politeknik Negeri Jakarta Depok, Indonesia

Lebih terperinci

TEKNOLOGI KOMUNIKASI

TEKNOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: TEKNOLOGI KOMUNIKASI Media Transmisi Dengan Kabel Fakultas FIKOM Krisnomo Wisnu Trihatman S.Sos M.Si Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Kabel Koaksial Kabel koaksial ditemukan oleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA JARINGAN AKSES TEMBAGA UNTUK IMPLEMENTASI ADSL DI KANCATEL PAMANUKAN

BAB IV ANALISA JARINGAN AKSES TEMBAGA UNTUK IMPLEMENTASI ADSL DI KANCATEL PAMANUKAN BAB IV ANALISA JARINGAN AKSES TEMBAGA UNTUK IMPLEMENTASI ADSL DI KANCATEL PAMANUKAN 4.1 PERHITUNGAN DATA HASIL PENGUKURAN Kabel tembaga yang tergelar di Kancatel Pamanukan menggunakan Polyethelene (PE)

Lebih terperinci

BAB III MEKANISME KERJA

BAB III MEKANISME KERJA BAB III MEKANISME KERJA 3.1 Jaringan Fiber Optik MSC Taman Rasuna PT. Bakrie Telecom sebagai salah satu operator penyedia layanan telekomunikasi di Indonesia telah menggunakan jaringan fiber optic untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Trafik Secara umum trafik dapat diartikan sebagai perpindahan informasi dari satu tempat ke tempat lain melalui jaringan telekomunikasi. Besaran dari suatu trafik telekomunikasi

Lebih terperinci

JARINGAN AKSES PSTN (Public Switch Telephone Network) Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP)

JARINGAN AKSES PSTN (Public Switch Telephone Network) Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP) JARINGAN AKSES PSTN (Public Switch Telephone Network) Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP) Konfigurasi Umum Jartel 2 Struktur Jaringan Figure A.3.33 The network hierarchy according to the ITU-T Figure

Lebih terperinci

TUGAS. : Fitrilina, M.T OLEH: NO. INDUK MAHASISWA :

TUGAS. : Fitrilina, M.T OLEH: NO. INDUK MAHASISWA : TUGAS NAMA MATA KULIAH DOSEN : Sistem Komunikasi Serat Optik : Fitrilina, M.T OLEH: NAMA MAHASISWA : Fadilla Zennifa NO. INDUK MAHASISWA : 0910951006 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY Ridwan Pratama 1 1 Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom 1 ridwanpsatu@telkomuniversity.ac.id

Lebih terperinci

29

29 BAB III PARAMETER DAN PENGUKURAN JARINGAN LOKAL KABEL TEMBAGA PT TELKOM merupakan salah satu perusahaan telekomunikasi yang menyediakan berbagai macam layanan. Di antara sekian banyak layanan yang di miliki

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI 4.1 Analisa Perencanaan Instalasi Penentuan metode instalasi perlu dipertimbangkan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI JARINGAN AKSES

TEKNOLOGI JARINGAN AKSES TEKNOLOGI JARINGAN AKSES Digital Line Carrier atau Pair Gain DLC memungkinkan penggunaan 1 pair kabel untuk beberapa pelanggan, misalnya 1 line untuk 8 pelanggan. Perbedaan UDLC dan IDLC Teknologi DLC

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. luar yang disebut Cladding. Cladding adalah selubung dari inti (core). Indeks

BAB 2 DASAR TEORI. luar yang disebut Cladding. Cladding adalah selubung dari inti (core). Indeks BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Serat Optik Merupakan suatu media pemandu gelombang cahaya (light wave guide) berupa kabel transparan, yang mana penampang dari kabel tersebut terdiri dari dua bagian utama, yaitu

Lebih terperinci

ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA

ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA Yovi Hamdani, Ir. M. Zulfin, MT Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2, Mulya Setia Yudha 3

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2, Mulya Setia Yudha 3 PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2, Mulya Setia Yudha 3 1,2, Prodi D3 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Ilmu Terapan,

Lebih terperinci

BAB II VDSL2 DAN ALGORITMA HEURISTIK

BAB II VDSL2 DAN ALGORITMA HEURISTIK BAB II VDSL2 DAN ALGORITMA HEURISTIK 2.1 KONSEP VDSL2 NGN akan mempunyai layanan konten yang bervariasi dan mengandalkan transmisi Bit Rate yang tinggi dalam prakteknya. Semua layanan akan berbasis data

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK

BAB III IMPLEMENTASI TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK BAB III IMPLEMENTASI TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK 3.1 Penyambungan Mechanical ( Mechanical Splicing ) Mechanical splicing merupakan metode yang mana penyambungan dua core fiber optik di lakukan dengan

Lebih terperinci

BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT

BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT 4.1 Komunikasi Radio Komunikasi radio merupakan hubungan komunikasi yang mempergunakan media udara dan menggunakan gelombang

Lebih terperinci

ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK

ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK Puti Mayangsari Fhatony (1), Naemah Mubarakah (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS DIGITAL SUBSCRIBER LINE (DSL) Modul 6 Jaringan Teleponi. Prima Kristalina PENS (Desember 2014)

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS DIGITAL SUBSCRIBER LINE (DSL) Modul 6 Jaringan Teleponi. Prima Kristalina PENS (Desember 2014) Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 1 DIGITAL SUBSCRIBER LINE (DSL) Modul 6 Jaringan Teleponi Prima Kristalina (Desember 2014) 2 Overview Latar Belakang Kondisi Jarlokat saat ini Konsep Dasar DSL Teknik

Lebih terperinci

MODERNISASI JARINGAN AKSES TEMBAGA DENGAN FIBER OPTIK SAMPAI DENGAN KE PELANGGAN. Oleh :

MODERNISASI JARINGAN AKSES TEMBAGA DENGAN FIBER OPTIK SAMPAI DENGAN KE PELANGGAN. Oleh : MODERNISASI JARINGAN AKSES TEMBAGA DENGAN FIBER OPTIK SAMPAI DENGAN KE PELANGGAN Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

INTERNET-INTRANET 2. Bambang Pujiarto, S.Kom

INTERNET-INTRANET 2. Bambang Pujiarto, S.Kom INTERNET-INTRANET 2 Bambang Pujiarto, S.Kom Teknologi Internet Perangkat : PC /Komputer Modem, saluran telepon (Dial-Up) Router / Gateway (ISP) Ketentuan: Memiliki IP address dan atau jalur routing yang

Lebih terperinci

BAB II SERAT OPTIK. cepat, jaringan serat optik sebagai media transmisi banyak digunakan dan

BAB II SERAT OPTIK. cepat, jaringan serat optik sebagai media transmisi banyak digunakan dan BAB II SERAT OPTIK 2.1 Umum Dalam sistem perkembangan informasi dan komunikasi yang demikian cepat, jaringan serat optik sebagai media transmisi banyak digunakan dan dipercaya dapat memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom BANDUNG, 2012

Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom BANDUNG, 2012 PENGENALAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI Modul : 06 Media Transmisi Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom BANDUNG, 2012 1 2 3 Konfigurasi Sistem Transmisi Sistem

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI SERAT OPTIK PADA LINK CIJAURA - BOJONGSOANG PERFORMANCE ANALYSIS OF FIBER OPTIC LINK CIJAURA - BOJONGSOANG

ANALISIS PERFORMANSI SERAT OPTIK PADA LINK CIJAURA - BOJONGSOANG PERFORMANCE ANALYSIS OF FIBER OPTIC LINK CIJAURA - BOJONGSOANG ANALISIS PERFORMANSI SERAT OPTIK PADA LINK CIJAURA - BOJONGSOANG PERFORMANCE ANALYSIS OF FIBER OPTIC LINK CIJAURA - BOJONGSOANG Rizka Nurhasanah Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM PERFORMANSI LAYANAN CUSTOMER SPEEDY DI PERANGKAT OPTIC ACCESS NETWORK (OAN)

ANALISA SISTEM PERFORMANSI LAYANAN CUSTOMER SPEEDY DI PERANGKAT OPTIC ACCESS NETWORK (OAN) ANALISA SISTEM PERFORMANSI LAYANAN CUSTOMER SPEEDY DI PERANGKAT OPTIC ACCESS NETWORK (OAN) Dedi Maryadi Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Fitriarryanti@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY Fratika Arie Yolanda (1), Naemah Mubarrakah (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Cahaya

Lebih terperinci

MEDIA TRANSMISI. Sumber: Bab 4 Data & Computer Communications William Stallings. Program Studi Teknik Telekomunikasi Sekolah Tinggi Teknologi Telkom

MEDIA TRANSMISI. Sumber: Bab 4 Data & Computer Communications William Stallings. Program Studi Teknik Telekomunikasi Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Jaringan Komputer I 1 MEDIA TRANSMISI Sumber: Bab 4 Data & Computer Communications William Stallings Program Studi Teknik Telekomunikasi Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Spektrum Elektromagnetik Jaringan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Jaringan Lokal Akses Tembaga Secara umum yang dimaksud dengan jaringan lokal pada sistem telekomunikasi adalah suatu bentuk jaringan akses (transmisi) yang secara

Lebih terperinci

ANALISA SIMULASI RANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO BANJARAN KE GRIYA PRIMA ASRI BANDUNG. Yara romana rachman

ANALISA SIMULASI RANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO BANJARAN KE GRIYA PRIMA ASRI BANDUNG. Yara romana rachman ANALISA SIMULASI RANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO BANJARAN KE GRIYA PRIMA ASRI BANDUNG Yara romana rachman yararach@students.telkomuniversity.ac.id Abstrak Teknologi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. menggunakan media gelombang mikro, serat optik, hingga ke model wireless.

BAB II DASAR TEORI. menggunakan media gelombang mikro, serat optik, hingga ke model wireless. BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Jaringan Komputer Kecepatan perkembangan teknologi menjadikan proses transformasi informasi sebagai kebutuhan utama manusia yang akan semakin mudah didapatkan dengan cakupan

Lebih terperinci

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2, Mulya Setia Yudha 3

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2, Mulya Setia Yudha 3 ISSN : 2442-5826 e-proceeding of Applied Science : Vol.1, No.2 Agustus 2015 Page 1404 PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengukuran dan pengecekan rugi-rugi fiber optic berdasarkan nilai data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengukuran dan pengecekan rugi-rugi fiber optic berdasarkan nilai data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran dan pengecekan rugi-rugi fiber optic berdasarkan nilai data yang diperoleh dari hasil kerja praktek di PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA area Gresik, divisi Infrastruktur

Lebih terperinci

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI DTG1E3 DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Klasifikasi Sistem Telekomunikasi By : Dwi Andi Nurmantris Dimana Kita? Dimana Kita? BLOK SISTEM TELEKOMUNIKASI Message Input Sinyal Input Sinyal Kirim Message Output

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PENGUKURAN JARINGAN AKSES

BAB IV ANALISA PENGUKURAN JARINGAN AKSES 61 BAB IV ANALISA PENGUKURAN JARINGAN AKSES 4.1 ANALISA PARAMETER QoS Untuk mendapatkan hasil yang baik pada layanan IPTV (Internet Protocol Television) di jaringan akses kabel tembaga PT. Telekomunikasi

Lebih terperinci

fm_iqbal Pendahuluan 1. Kabel UTP (Unshielded Twisted Pair)

fm_iqbal Pendahuluan 1. Kabel UTP (Unshielded Twisted Pair) Media Transmisi Kabel fm_iqbal faiqmuhammadiqbal@gmail.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial (nonprofit),

Lebih terperinci

BAB I RANGKA PEMBAGI UTAMA

BAB I RANGKA PEMBAGI UTAMA BAB I 1. TUJUAN Pedoman ini membahas tata cara instalasi perangkat di ruangan Rangka Pembagi Utama, seperti : Rangka Pembagi Utama (RPU), perlengkapan Cable Chamber, Blok Terminal Rangka Pembagi Utama

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DUA KOMPUTER

KOMUNIKASI DUA KOMPUTER KOMUNIKASI DUA KOMPUTER Komunikasi data merupakan suatu pengetahuan dasar yang melandasi teori tentang konsep sistem jaringan. 1. Komunikasi dua komputer Bentuk jaringan komputer yang paling sederhana

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian terhadap permasalahan yang ada di PT.

BAB III PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian terhadap permasalahan yang ada di PT. BAB III PEMBAHASAN 3.1 Data Hasil Penelitian 3.1.1 Analisis Masalah Setelah melakukan penelitian terhadap permasalahan yang ada di PT. Telekomunikasi, Tbk. Bagian network Divisi Acces Tangerang khususnya

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI

KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

Overview Materi. Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering. Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic

Overview Materi. Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering. Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic Overview Materi Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering Rugi-rugi bending Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic Redaman/Atenuasi Redaman mempunyai peranan yang sangat

Lebih terperinci

VDSL (Very High bit-rate DSL)

VDSL (Very High bit-rate DSL) VDSL (Very High bit-rate DSL) Oleh Endi Sopyandi 0404030377 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2008 Daftar Isi Halaman Judul Daftar Isi 1 1 Pendahuluan 2 2 Kerangka Teoritis

Lebih terperinci

Endi Dwi Kristianto

Endi Dwi Kristianto Fiber Optik Atas Tanah (Part 1) Endi Dwi Kristianto endidwikristianto@engineer.com http://endidwikristianto.blogspot.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI A. JARINGAN LOKAL AKSES KABEL TEMBAGA (JARLOKAT) (di sentral) melalui konstruksi kabel primer (terdiri dari manhole dan duct) dan

BAB II DASAR TEORI A. JARINGAN LOKAL AKSES KABEL TEMBAGA (JARLOKAT) (di sentral) melalui konstruksi kabel primer (terdiri dari manhole dan duct) dan Tugas Akhir BAB II BAB II DASAR TEORI A. JARINGAN LOKAL AKSES KABEL TEMBAGA (JARLOKAT) JARLOKAT (Jaringan lokal Akses Kabel Tembaga) adalah sebuah jaringan akses yang menggunakan kabel tembaga sebagai

Lebih terperinci

JARINGAN AKSES BROADBAND

JARINGAN AKSES BROADBAND JARINGAN AKSES BROADBAND 1. Konsep Umum Broadband Secara umum, Broadband dideskripsikan sebagai komunikasi data yang memiliki kecepatan tinggi dan kapasitas tinggi. Perangkat transmisi yang digunakan diantaranya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Desain Pada Tugas Akhir mengenai perancangan jaringan Fiber To The Home (FTTH) pada segemen distribusi perumahan Pluit Sakti sebanyak 465 homepass. Pengertian homepass

Lebih terperinci

PENGANTAR TELEKOMUNIKASI

PENGANTAR TELEKOMUNIKASI PUBLIC SWITCHED TELEPHONE NETWORK PENGANTAR TELEKOMUNIKASI SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T PUBLIC SWITCHED TELEPHONE NETWORK PSTN adalah singkatan dari Public Switched Telephone Network atau yang

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK. yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK. yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK 2.1. Umum Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain.

Lebih terperinci

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 BIDANG DISTRIBUSI No. SPLN No. JUDUL 1 SPLN 1 : 1995 TEGANGAN-TEGANGAN STANDAR 2 SPLN 3 :1978 PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 PEDOMAN PENERAPAN SISTEM DISTRIBUSI

Lebih terperinci

ANALISIS JARAK TERHADAP REDAMAN, SNR (SIGNAL TO NOISE RATIO), DAN KECEPATAN DOWNLOAD PADA JARINGAN ADSL

ANALISIS JARAK TERHADAP REDAMAN, SNR (SIGNAL TO NOISE RATIO), DAN KECEPATAN DOWNLOAD PADA JARINGAN ADSL ANALISIS JARAK TERHADAP REDAMAN, (SIGNAL TO NOISE RATIO), DAN KECEPATAN DOWNLOAD PADA JARINGAN ADSL Anggun Fitrian Isnawati 1) Irwan Susanto 2) Renny Ayu Purwanita 3) 1,2,3 Program Studi D3 Teknik Telekomunikasi

Lebih terperinci