BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan dikukuhkan pada tanggal 8 Agustus 2002 dan sejak berdiri hingga saat ini
|
|
- Dewi Tedjo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Lembaga Pendidikan Keterampilan Komputer didirikan pada tahun 2001, dan dikukuhkan pada tanggal 8 Agustus 2002 dan sejak berdiri hingga saat ini menempati Lantai II Shoping Centre Limboto Kabupaten Gorontalo. Badan hokum pendirian lembaga ini berdasarkan Akta Notaris Nomor 05, tertanggal 31 Januari Salah satu motivasi dan tujuan pendirian lembaga ini adalah berupaya menangkap peluang pangsa kerja di wilayah Kabupaten Gorontalo yang pada tahun itu mulai memanfaatkan perangkat teknologi, dengan legitimasi Surat Keputusan Dikbud No. 420/P dan K/PLS/1323 dan surat dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Gorontalo Naker No. 889/560/DTKTK/IX/2003. Selanjutnya sebagaimana ketentuan sebuah lembaga pendidian dan keterampilan maka lembaga ini beroleh Izin Operasional Kursus dengan klasifikasi B oleh Dinas Pendidikan Nasinonal dengan Nilek : /31/99, dan Klasifikasi B Penilaian Kinerja LKP Tahun Lembaga pendidikan ini adalah milik perseorangan atas nama Iswan Abdul Hasan. Visi dan Misi Lembaga Pendidikan Keterampilan Isnun Komputer Limboto: 25
2 26 V i s i Terwujudnya Warga Belajar yang Mandiri memiliki Kemampuan, Keahlian, Prestasi dan Pengalaman dibidang Keterampilan sehingga menjadi Lulusan yang Berkualitas. M i s i 1. Menjadikan Warga Belajar yang memiliki Pengetahuan, Pengalaman dan Keterampilan sesuai Program Pilihan. 2. Menjadikan Lulusan LPK s2ebagai tenaga yang Profesional memiliki Jiwa Kewirausahaan dan Kemandirian. Tabel: 1.1 Data Alumni Tamatan LPK Isnun Komputer Limboto Tahun PROGRAM TAHUN TOTAL KOMPUTER MENGETIK BAH. INGGRIS MENGEMUDI MENJAHIT TATA RIAS SABLON PERBENGKELAN JUMLAH Sumber: Data primer, 2012 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa LPK Isnun sejak dalam 5 tahun terakhir telah berhasil menamatkan siswa dengan delapan jurusan yang
3 27 diselenggarakan. Tabel tersebut menunjukkan pula terdapat kecenderungan minat peserta pada jurusan Komputer sebanyak 901 tamatan dari total tamatan. Beberapa prestasi yang berhasil diraih oleh LPK Isnun Komputer sebagaimana hasil penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Juara I Lomba PTK-PNF Tingkat Kabupaten Gorontalo tahun Juara I Lomba PTK-PNF Tingkat Provinsi Gorontalo tahun Juara III Teknologi tepat guna pemanfaatan enceng gondok tahun Juara I Lomba PTK-PNF Tingkat Kabupaten Gorontalo tahun Juara I Lomba PTK-PNF Tingkat Provinsi Gorontalo tahun Juara 9 Lomba PTK-PNF Tingkat Nasional di Surabaya tahun 2010 Selanjutnya penyelenggaraan pendidikan oleh Lembaga Pendidikan Keterampilan Isnun Komputer Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo terhadap kemandirian alumni. Penyelenggaraan dalam penelitian ini akan diulas melalui 4 sub komponen penelitian. Selanjutnya masing-masing komponen dilengkapi dengan 2 pertanyaan wawancara kepada informan dalam hal ini siswa tamatan LPK Isnun Komputer sehingga total pertanyaan untuk mengetahui efektivitas lembaga pendidikan ini adalah 8 butir soal wawancara. Berdasarkan data di atas terlihat bahwa LPK Isnun Komputer telah mampu menunjukkan peran dan fungsinya dalam ikut mencerdaskan kehidupan masyarakat di tingkat daerah dan provinsi melalui jalur pendidikan non formal yang ditekuninya sejak tahun 2003.
4 28 Selanjutnya keempat komponen penyelenggaraan pendidikan keterampilan yang dilaksanakan oleh LPK Isnun Komputer akan diulas dan dianalisis sebagai berikut: 1. Factor (faktor) Program LPK memiliki nilai causally accountabel LPK Isnun Komputer yang telah berkiprah + 9 tahun (berdiri tahun 2003), adalah salah satu bentuk lembaga pendidikan yang bergerak dalam pengembangan pendidikan luar sekolah sekaligus berorientasi pada pemberian bekal pendidikan dan keterampilan kepada masyarakat agar mampu mandiri dan menjadi calon tenaga kerja terampilan yang siap terserap pada dunia kerja. Sehubungan dengan apa yang dikemukakan di atas maka causally countabillity adalah salah satu komponen yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas sebuah lembaga. Secara praktis Causally Accountabel dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan program LPK apakah mampu menjadi faktor penentu yang mampu mengatasi masalah public. Untuk keperluan itu maka masing-masing sub komponen penelitian akan diulas dengan menggunakan hasil wawancara dengan para informan. kemudian pada pembahasan akan ditambahkan dengan ulasan berupa dukungan hasil penelitian lainnya baik dokumen maupun data hasil pengamatan. Alumni LPK "Isnun Komputer" (Steven Badu dan Arsad Imran) ketika ditanyakan apakah keberadaan LPK "Isnun Komputer" cukup penting dalam
5 29 memberikan keterampilan bagi siswa tamatan SMU/SMK yang ingin mandiri?, berikut kutipan hasil wawancara: Kami sebagai alumni Isnun Komputer mengakui keberadaan lembaga pendidikan ini memiliki nilai yang cukup penting dalam memberikan keterampilan bagi siswa tamatan SMU/SMK, baik itu sebagai pemberian bekal dasar keterampilan maupun pemantapan keterampilan yang dasar-dasarnya telah diberikan ketika masih berada di bangku sekolah (WW. SB, AI J./ ). Pertanyaan yang sama diberikan kepada Ramdan Liputo dan diperoleh jawaban sebagai berikut: Sebagai lulusan SMU, saya sangat bersyukur diberikan kesempatan mengikuti kursus di LPK "Isnun Komputer". Dengan bekal ini saya memperoleh pemantapan pengetahuan dan keterampilan Komputer yang memang telah diberikan dasar-dasar ketika masih dibangku SMU. (WW. RL/J/ ). Uraian informan di atas menunjukkan bahwa LPK Isnun Komputer dalam hal ini memiliki nilai causally accountable yaitu keberadaan LPK benarbenar memberikan nilai pengaruh bagi siswa didiknya utamanya mereka tamatan SMU yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi namun hendak memperoleh pekerjaan. Terhadap pertanyaan ini, Yahya Dj. Ichsan Kepala Bidang Pendidikan Non Formal (PNF) Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Gorontalo memberikan ulasan bahwa: Secara singkat dapat dikatakan bahwa lembaga-lembaga kursus yang berada di masyarakat adalah sebuah wadah yang cukup efektif dalam artian penting bagi pengembangan kualitas sumber daya manusia di daerah, utamanya bagi mereka yang tidak melanjutkan pendidikannya pada jengang perguruan tinggi namun telah memiliki keinginan untuk bekerja dan mandiri. (WW. YI/J ).
6 30 Ulasan informan di atas menunjukkan bahwa keberadaan lembaga pendidikan keterampilan (LPK) seperti Isnun Komputer memiliki kedudukan yang cukup penting dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia setelah menamatkan pendidikan menengahnya. Selanjutnya masih dengan factor yang sama yaitu causally accountable, secara praktis LPK Isnun Komputer dalam kiprahnya apakah mutlak tidak tergantikan ataukah keberadaan lembaga ini dapat digantikan fungsinya oleh lembaga pendidikan sejenis lainnya. Ramli Biya salah seorang informan ketika diajukan pertanyaan apakah LPK "Isnun Komputer" dapat tergantikan fungsinya dengan lembaga pelatihan lainnya baik oleh pemerintah maupun pihak swasta?. Berikut kutipan jawaban wawancara: LPK Isnun Komputer bukanlah satu-satunya lembaga pendidikan non formal yang ada di wilayah Kabupaten Gorontalo. Keberadaannya sebagai lembaga pendidikan non formal pada dasarnya dapat saja tergantikan fungsinya dengan lembaga lainnya apabila suatu saat lembaga pendidikan ini tutup, atau bahkan dapat tergantikan fungsinya apabila tidak dapat mempertahankan kualitas hasil pendidikannya. Apabila lembaga pendidikan formal seperti sekolah memiliki waktu dan potensi yang cukup memadai dapat saja menyelenggarakan kursun maupun pendidikan dan latihan yang sama dengan apa yang diajarkan oleh LPK. Olehnya, kedudukan lembaga ini singkatnya dapat saja tergantikan kedudukannya di masyarakat dan tidak bersifat mutlak sebagaimana lazimnya pendidikan formal yang ada (WW. RB/ ). Pertanyaan yang sama diajukan kepada dua orang alumni (Irma Dehingo dan Fitiryanti Husain) dan diperoleh jawaban sebagai berikut: Dahulu LPK seperti LPK "Isnun Komputer" banyak membuka kursus yang sama seperti LPK "Trinetcom dan beberapa lembaga lainnya yang ahirnya tutup. Dengan mengacu pada gejala tersebut maka dapat saja LPK "Isnun
7 31 Komputer" mengalami hal serupa yaitu digantikan kedudukannya oleh lembaga pendidikan swasta lainnya. Belum lagi di sekolah-sekolah SMP dan SMA saat ini telah memiliki fasilitas laboratorium Komputer yang dapat saja dikelola sebagaimana layaknya LPK "Isnun Komputer" (WW. ID, FH/J ). Uraian yang sama dikemukakan oleh seorang informan bahwa: Secara teoritis dan praktis kami telah memiliki bekal dasar pengetahuan Komputer yang diajarkan di sekolah. Dasar-dasar pengenalan ini hampir sama dengan apa yang kami dapatkan di LPK Isnun Komputer yang lebih pada bobot prakteknya. Namun demikian, hal ini berarti keberadaan LPK Isnun Komputer atau lembaga lainnya dapat saja digantikan peranannya oleh sekolah melalui pelajaran TIK, namun harus memberikan bobot lebih pada pengalaman praktek. (WW. SB/J ) Ulasan para informan di atas menunjukkan bahwa; 1) keberadaan lembaga pendidikan LPK Isnun Komputer memiliki fungsi yang cukup penting dalam memberikan bekal keterampilan bagi siswa didik tamatan SMU/SMK/MA, namun 2) keberadaan lembaga ini dapat saja tergantikan fungsi dan kedudukannya oleh lembaga pendidikan lainnya yang sejenis atau bahkan dapat saja tergantikan fungsinya oleh sekolah formal yang rata-rata telah memiliki sarana prasarana pelatihan Komputer yang yang cukup modern. 2. Impact (dampak) program LPK memiliki nilai socially and economically profitabel? Maksud dari sub komponen ini adalah apakah program yang diselenggarakan oleh LPK Isnun Komputer memberikan nilai rmanfaat atau memberikan berdampak pada peningkatan kesejahteraan public.
8 32 Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui dampak dimaksud adalah: apakah LPK "Isnun Komputer" mampu menjadikan siswa mandiri dan terampil?. Salma Pou memberikan jawaban yang dikutip berikut ini: secara ekonomi, keberadaan lembaga pendidikan ini cukup membantu para siswa tamatan untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan keahlian dan keterampilannya yang kemudian bermuara pada kemandirian ekonomi bagi tamatannya. Namun perlu digaris bawahi dari sekian persen tamatan, tidak seluruhnya memperoleh pekerjaan sesuai dengan harapan dan bekal keterampilannya. (WW. SP/J.06-06/2012). Pertanyaan yang sama diajukan kepada alumni lainnya (Nongsiyati H. Pakaya dan Fitriyati Husain) dalam kutipan wawancara berikut: Kemandiri dalam pengertian siswa termotivasi untuk mencari pekerjaan dengan bekal yang diperoleh iya, namun pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dan keterampilan yang dimiliki belum tentu sesuai dengan jenis pekerjaan yang diperoleh rekan-rekan alumni. Hal ini jelas belumlah sepenuhnya menjamin kesejahteraan hidup bagi para alumni bila dia tidak mengembangkan keterampilan yang dimiliki dan lebih berharap untuk menjadi seorang pegawai negeri atau karyawan swasta dengan gaji yang cukup besar (WW. NHP, FH/J/ ). Para informan lain yang ditemui memberikan uraian yang sama bahwa terkadang bekal keterampilan yang diajarkan dan mereka harapkan berguna di tempat kerja, tidak selamanya sesuai dengan harapan. Sebagai contoh misalnya, seorang tamatan keterampilan design grafis karena sulit memperoleh pekerjaan yang sesuai terpaksa menjadi karwayan took (pramuniaga) dengan gaji yang paspasan, atau bahkan ada yang menjadi pengemudi bentor. Hal ini jelas dapat dikatakan bahwa tidak sepenuhnya hasil pendidikan dan keterampilan yang diperoleh siswa tamatan LPK memberikan jaminan kesejahteraan hidup bagi para tamatan dan keluarganya ( WW. RB/ ).
9 33 Salah seorang informan Fitriyati Husainmengemukakan bahwa: Pengetahuan yang diperoleh dari LPK Isnun Komputer belum sepenuhnya mampu menjamin seseorang menjadi terampil. Namun setidaknya kami telah memiliki keterampilan dasar yang tinggal dikembangkan melalui pengalaman kerja. Untuk menjadi mandiri secara financial kami belum bisa sepenuhnya karena rekan-rekan lainnyapun masih tenaga abdi, apalagi bila menjadi mandiri dalam artian bisa menciptakan lapangan kerja itu sangat jauh karena berhubungan dengan berbagai faktor pendukung. (WW. FH/ ). Memperhatikan ulasan di atas maka dapatlah dikatakan bahwa pemberian bekal keterampilan oleh LPK Isnun Komputer belum sepenuhnya memberikan jaminan terhadap peningkatan kesejahteraan bagi para tamatan. Meskipun ada sebagian kecil tamatan LPK yang telah memperoleh pekerjaan sesuai dengan harapan yang mereka inginkan. Masih dengan sub komponen ekonomi, pertanyaan yang diajukan adalah apakah seluruh tamatan LPK terjaring dalam dunia kerja? Pertanyaan tersebut diajukan kepada Ramli Biya dan Arsyad Imran yang kutipan jawabannya sebagai berikut: Sebagian besar tamatan telah berhasil menjadi tenaga kerja produktif. Namun hal ini dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu: 1) tamatan LPK sebelum menjalani pendidikan dan keterampilan pada lembaga ini sebelumnya telah menjadi karyawan ataupun pegawai honorer pada instansi maupun perusahaan; 2) para tamatan yang tersaring tidak sepenuhnya bekerja dan menggeluti dunia kerja yang sesuai dengan bekal keterampilan yang mereka peroleh dari lembaga. (WW. RB, AI/J/12-06/2012). Uraian informan di atas menunjukkan bahwa tamatan LPK tidak seluruhnya tertampung maupun terjaring dalam dunia kerja. Adapun mereka yang saat ini
10 34 memiliki pekerjaan baik sebagai pegawai negeri maupun karyawan swasta adalah tamatan LPK yang sebelumnya telah bekerja. 3. Trend (kecenderungan): apakah program LPK memiliki nilai globally and nationally visible Maksud dari adanya kecenderungan bahwa program LPK memiliki nilai globally dan nasional visible adalah adalah program LPK sejalan dengan kecenderungan global dan nasional. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas siswa tamatan bahwa keterampilan yang diajarkan pada LPK sesuai dengan perkembangan teknologi nasional dan internasional yang selanjutnya akan memberikan jaminan pada penguasaan teknologi yang sesuai dengan pasar kerja dan peluang usaha mandiri. Pertanyaan yang diajukan adalah: apakah materi yang diajarkan sesuai dengan kecenderungan teknologi yang berkembang saat ini?. Pertanyaan ini diajukan pada dua informan (Ririn Afrianti Kilo dan Habrin S. Nani) dengan jawaban sebagaimana kutipan berikut ini: LPK Isnun Komputer dalam mengembangkan kualitas pendidikannya terus mengikuti kecenderungan global dan nasional khususnya yang menyangkut perkembangan teknologi. Hal ini dapat dilihat dari bahan/materi yang diajarkan termasuk peralatan maupun system peralatan yang digunakan. Sebagai contoh adalah, Komputer sebagai alat tekhnologi yang mendukung efektivitas dan efisiensi kerja organisasi dan menjadi media pengajaran utama pada LPK seluruh system terus mengalami perubahan dan perkembangan dan diupayakan mengikuti perkembangan dan kemajuan tekhnologi (WW. RAK, HSN/ J 12-06/2012). Atas pertanyaan di atas dua informan lainnya (Steven Badu dan Pipin Endjepana) memberikan pernyataan:
11 35 LPK Isnun Komputer berupaya memberikan materi pelajarannya sesuai dengan kecenderungan global. Sehingga kami dengan mudah dapat mengaplikasikan apa yang kami peroleh selama dalam pendidikan yang diselenggarakan lembaga ini. (WW. SB, PE/J/ ) Selanjutnya atas pertanyaan apakah jurusan yang diselenggarakan LPK sesuai dengan kebutuhan dunia kerja? Informan yang ditemui (Fitriyati Husain dan Fitriani Saleh) memberikan komentar, sebagaimana kutipan wawancara berikut ini: Pada sebagian memang jurusan yang diselenggarakan LPK adalah sesuai dengan kebutuhan dunia kerja seperti kursus Komputer, Mengemudi dan Bahasa Inggris. Namun pada beberapa jurusan seperti perbengkelan, Sablon sepatutnya sudah lebih mengarah pada penguasaan keterampilan yang sesuai dengan trend dan perkembangan nasional bila perlu, sehingga kami dan rekan-rekan cenderung selangkah lebih maju dalam hal keterampilan. (WW. FH, FS/J./ ). Sehubungan dengan pertanyaan yang sama (Arsyad Imran) salah seorang alumni LPK tahun 2010 mengemukakan bahwa: Hampir seluruh siswa tamatan LPK tahun 2010 terserap pada lapangan kerja, meskipun ada sebagiannya lagi yang memang telah bekerja lalu mengikuti pelatihan. Pangsa pasar yang tersedia di daerah yang seluruhnya menggunakan perangkat teknologi Komputer adalah peluang bagi alumni untuk diterima pada lapangan kerja tertentu, meskipun hal ini berbeda-beda karena tidak seluruhnya alumni bekerja sesuai dengan keterampilan yang dimilikinya. (WW.AI/12-06/2012). Memperhatikan ulasan kedua informan di atas maka jelaslah bahwa pada satu sisi LPK Isnun Komputer terus melakukan upaya-upaya pengembangan keterampilan dengan mengikuti perkembangan dan kecenderungan global dan nasional utamanya dalam hal perkembangan tekhnologi. Namun pada jurusan yang diselenggarakan LPK Isnun Komputer masih memerlukan upaya-upaya
12 36 pembenahan utamanya pada beberapa jurusan yang sudah harus ditingkatkan dasarnya karena harus disesuaikan dengan kemajuan dan kecenderungan kebutuhan pangsa pasar. 4. Value (nilai): program LPK memiliki nilai culturally acceptabel Value atau nilai adalah factor yang berhubungan dengan nilai yang dibangun dan dikembangkan oleh LPK yang mencerminkan kebutuhan dan harapan yang berkembang di masyarakat. Sebagai contoh adalah LPK yang menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang memenuhi harapan orang tua siswa dalam hal perkembangan sikap siswa didik ke arah kedewasaan dan membentuk karakter manusia calon professional yang siap memasuki dunia kerja. Pertanyaan yang diajukan adalah Apakah Jurusan yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja?. Pertanyaan ini diajukan pada siswa tamatan jurusan design grafis dan teknisi Komputer (Insan Husain dan Samsudin Olidaa), dengan kutipan wawancara sebagai berikut: Pada hakikatnya LPK Isnun Komputer telah berupaya memberikan dan menjawab kebutuhan orang tua dalam hal pemberian bekal keterampilan dasar bagi siswa. Namun hal ini belum seluruhnya berkesesuaian dengan apa yang menjadi harapan dan budaya dalam sebuah masyarakat bahwa kemapanan anak dan kesiapannya memasuki lapangan pekerjaan. (WW. IH, SO/J ). Masih dengan pernyataan atas nilai culturally acceptable, beberapa informan (Satrio Putra Gusasi, Windi S. Potale dan Salma Pou) memberikan komentar yang dikutip berikut ini:
13 37 LPK Isnun Komputer yang terus berupaya menjawab kebutuhan dan budaya yang berkembang di masyarakat dengan mempersiapkan calon tamatan LPK sebagai orang yang siap terjun pada dunia kerja, belum diikuti dengan kemampuannya memberikan kemapanan penguasaan keterampilan. Sepatutnya seorang tamatan LPK benar-benar telah mampu menguasai seluruh keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Namun pada kenyataannya, tidak seluruh tamatan LPK benar-benar menjadi tenaga professional yang dapat mengembangkan keterampilan yang dimilikinya pada lingkungan kerjanya, atau tamatan menjadi sumber daya yang dilirik perusahaan maupun instansi pemerintah yang tertarik dengan kemampuan dasar yang dimiiikinya. (WW. SG, WP, SP/J ). Pertanyaan yang sama diajukan kepada responden lainnya (Irma Hedingo) diperoleh jawaban sebagaimana kutipan berikut ini: Salah seorang alumni LPK Isnun Komputer tahun 2009, mengemukakan bahwa budaya masyarakat yang menginginkan anaknya selepas lulus SMA/SMK memperoleh pekerjaan (bukan pengangguran) bila tidak lanjut pendidikan pada perguruan tinggi sebenarnya mampu dijawab oleh LPK Isnun Komputer meskipun pekerjaan ini tidak sepenuhnya sesuai dengan keinginan orang tua maupun anak itu sendiri. Namun demikian kami sebagai anak dan seluruh keluarga setidaknya bangga bahwa kami telah mampu menjadi seseorang yang memiliki penghasilan sendiri meskipun hal ini belumlah memadai (WW. IH/ ). Value dalam penelitian ini dan sebagaimana hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa LPK Isnun Komputer telah berupa memberikan bekal keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dan kecenderungan budaya yang berkembang di masyarakat. Namun pada satu sisi LPK Isnun Komputer belum sepenuhnya mampu menciptakan tenaga kerja professional yang sesuai dengan kebutuhan dan pangsa pasar.
14 Pembahasan Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan LPK 1. Factor (faktor) Program LPK memiliki nilai causally accountabel Causally accountabel dapat dipahami sebagai program LPK merupakan faktor penentu yang mampu mengatasi masalah public yang menyangkut orang banyak. Sebagaimana diketahui pengangguran adalah sebuah permasalahan nasional yang dampaknya banyak bersentuhan dengan perikehidupan masyarakat. Mengatasi pengangguran bukan berarti memberikan pekerjaan kepada seluruh pemuda yang dinyatakan menganggur, melainkan lebih kepada kebijakan bernilai strategis sebagaimana dikembangkan dalam konsep pendidikan luar sekolah. Secara strategis pendidikan luar sekolah (PLS) berusaha memberikan keterampilan dan bekal kepada masyarakan agar dapat mandiri dan menciptakan lapangan kerja untuk dirinya, keluarga dan masyarakat. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Retnowati dan Trisnamansyah (2010: 174) bahwa program pendidikan non formal harus dapat meningkatkan daya saing agar masyarakat yang tidak dapat mengakses pendidikan dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Sehubungan dengan apa yang dikemukakan di atas maka, salah satu kebijakan yang ditempuh adalah mengembangkan dan membantu lembaga-
15 39 lembaga pendidikan dan pelatihan yang berada di masyarakat untuk bersamasama membangun dan menciptakan calon-calon tenaga terampil yang mandiri agar permasalahan pengangguran dan tenaga kerja terampil dapat mendukung apa yang menjadi program pemerintah yaitu pengikisan angka pengangguran yang terus bertambah. Terhadap terdapatnya perbedaan antara dua hasil analisis di atas dapat dijelaskan bahwa, LPK "Isnun Komputer" memang memiliki nilai yang cukup penting dalam memberikan keterampilan dasar bagi para siswa tamatan SMU/SMK, namun keberadaan lembaga ini dapat pula tergantikan dengan lembaga pendidikan lainnya seperti Lembaga kursus atau justru lembaga pendidikan formal yang memilki materi TIK dan melekat pada kurikulum pendidikannya. Memperhatikan ulasan para informan pada bagian awal maka dapatlah dikatakan bahwa, LPK Isnun Komputer memang memiliki andil dalam mempermantap penguasaan pengetahuan Komputer bagi siswa tamatan SMU/SMK, namun keberadaannya dapat saja tergantikan oleh lembaga lain baik lembaga swasta maupun lembaga pendidikan formal seperti sekolah, yang diperlengkapi dengan laboratorium dan materi TIK sebagai bagian dari kurikulum pendidikan. Dengan demikian maka dapatlah dikatakan untuk sub komponen factor LPK Isnun Komputer mampu menjawab sebagian tuntutan yaitu
16 40 memberikan bekal keterampilan dasar, namun keberadaan LPK ini dapat saja tergantikan oleh lembaga pendidikan lainnya. 2. Impact (dampak) program LPK memiliki nilai socially and economically profitabel? Maksud dari sub komponen impact adalah program LPK memberikan nilai manfaat atau berdampak pada peningkatan kesejahteraan public. Sementara yang dimaksudkan kesejahteraan public secara substantif diarahkan pada kemandirian ekonomi peserta didik, yang secara tidak langsung akan dapat memperbaiki kualitas ekonomi sebuah keluarga dan masyarakat. Hasil analisa wawancara ditemukan bahwa: terdapat sebagian tamatan LPK "Isnun Komputer" yang sebelum belajar di lembaga ini telah berstatus bekerja pada instansi pemerintah, lembaga pendidikan maupun karyawan kantor. Sebagian lagi sebagaimana hasil wawancara didapati telah bekerja meskipun jenis pekerjaan ini tidak seluruhnya sesuai dengan latar belakang pendidikan dan bekal keterampilan yang dipelajarinya selama mengikuti pendidikan di LPK "Isnun Komputer". Sebagai contoh misalnya seorang pserta didik tamatan kursus Komputer bekerja pada sector perdagangan dan menjadi pramuniaga yang tidak menggunakan keterampilan dasar yang dia pelajari. Memperhatikan hasil analisis tabel di atas maka dapatlah dikatakan bahwa, sebagian besar informan mengakui belum menjadi tenaga terampil setelah menamatkan pendidikannya di LPK Isnun Komputer namun ada sisi positif bahwa, sebagian besar lulusan ini tersaring pada dunia kerja.
17 41 Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa, alumni LPK Isnun Komputer belum sepenuhnya mampu menciptakan tamatan yang terampil dan mandiri, namun setidaknya dengan bekal ijazah keterampilan yang dimiliki para alumni, telah cukup menjadi pendukung untuk memperoleh pekerjaan. Hasil analisis dokumentasi memang diperoleh data bahwa, dari 25 informan seluruhnya bekerja. Sebagian adalah karyawan biasa (karyawan toko, pengurus taman hotel, yang tidak bersentuhan dengan kemampuan dan keterampilan dasar yang diperoleh dari LPK, dan sebagian lagi menjadi tenaga abdi pada instansi pemerintah dan sekolah. Memperhatikan uraian di atas maka dapatlah dikatakan bahwa LPK Isnun Komputer telah melaksanakan fungsinya meskipun sebatas pada pemberian bekal dasar keterampilan bagi siswa sekaligus memberikan dukungan pada lulusan untuk memperoleh pekerjaan melalui bekal sertifikat keterampilan. Namun pada sisi lain LPK belum mampu sepenuhnya mampu menciptakan tamatan yang mandiri dan terampil dalam dunia kerja, karena memang keterbatasan waktu pelatihan yang sekaligus membatasi penguasaan lingkup pengetahuan dan keterampilan. Untuk sub komponen impact (dampak) dapat dikatakan sebagian dapat dipenuhi oleh LPK Isnun Komputer dan sebagian lagi tidak terpenuhi. Untuk hal yang dapat dipenuhi oleh Isnun Komputer adalah lembaga ini mampu mengantarkan anak didiknya memperoleh pekerjaan dengan bekal sertifikat
18 42 keterampilan yang dikeluarkannya, namun secara kualitas LPK ini belum dapat menjamin bahwa lulusannya benar-benar terampil dan mandiri. 3. LPK mengikuti Trend (kecenderungan): Maksud dari sub komponen kecenderungan adalah program LPK memiliki nilai globally dan nasional visible adalah adalah program LPK sejalan dengan kecenderungan global dan nasional. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas siswa tamatan bahwa keterampilan yang diajarkan pada LPK sesuai dengan perkembangan teknologi nasional dan internasional yang selanjutnya akan memberikan jaminan pada penguasaan teknologi yang sesuai dengan pasar kerja dan peluang usaha mandiri. Sebagaimana ulasan hasil wawancara di atas maka dapatlah dikatakan bahwa LPK Isnun Kosmputer dalam menyelenggarakan pendidikannya terus mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Hasil penelusuran dokumentasi diperoleh bahwa hampir seluruh jurusan yang dikembangkan di LPK sesuai dengan kebutuhan dan kecenderungan perkembangan teknologi seperti design grafis, Komputer, mengemudi dan menjahit adalah jurusan-jurusan yang masih dibutuhkan pangsa kerja. Terhadap perangkat teknologi Komputer LPK Isnun Komputer juga mengikuti kecenderungan seperti perubahan pada sistem operasi dan aplikasi.
19 43 4. Value (nilai): program LPK memiliki nilai culturally acceptabel Sub komponen ini bermaksud mengukur keberadaan program LPK sesuai dengan nilai-nilai dan harapan-harapan cultural yang berkembang di masyarakat. Memperhatikan ulasan tabel dan uraian wawancara di atas maka dapatlah dikatakan untuk sub komponen keempat yaitu LPK memiliki nilai-nilai yang sesuai dengan harapan masyarakat adalah terpenuhi. Atas beberapa hasil penelitian pada penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan oleh LPK Isnun Komputer maka dapatlah dikemukakan beberapa simpulan sementara hasil penelitian sebagai berikut: a. Untuk sub komponen factor (faktor) LPK Isnun Komputer mampu menjawab sebagian tuntutan yaitu memberikan bekal keterampilan dasar, namun keberadaan LPK ini dapat saja tergantikan oleh lembaga pendidikan lainnya. b. Untuk sub komponen impact (dampak) dapat dikatakan sebagian dapat dipenuhi oleh LPK Isnun Komputer dan sebagian lagi tidak terpenuhi. Untuk hal yang dapat dipenuhi oleh Isnun Komputer adalah lembaga ini mampu mengantarkan anak didiknya memperoleh pekerjaan dengan bekal sertifikat keterampilan yang dikeluarkannya, namun secara kualitas LPK ini belum dapat menjamin bahwa lulusannya benar-benar terampil dan mandiri.
20 44 c. Memperhatikan hasil analisis tabel dan pernyataan wawancara di atas maka dapatlah dikatakan untuk sub komponen kecenderungan seluruhnya dapat dipenuhi oleh LPK Isnun Komputer. d. Untuk sub komponen keempat yaitu LPK memiliki nilai-nilai yang sesuai dengan harapan masyarakat adalah terpenuhi.
BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik dan banyak pula orang yang menganggur. Maka semakin dirasakan pentingnya dunia usaha. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap terjun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu wahana untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak hal yang harus disiapkan dan dibekali pada diri kita sehingga tidak mengalami kesulitan dalam menjalani
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran menjadi permasalahan di Indonesia. Pengangguran terjadi karena perbandingan antara jumlah penawaran kesempatan kerja tidak sebanding dengan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lusi Anzarsari, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan sistem pendidikan merupakah salah satu bidang yang sangat vital bagi keseluruhan pembangunan suatu bangsa dan negara. Pengembangan pendidikan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agus Komar, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan diharapkan mampu melahirkan calon-calon penerus pembangunan yang sabar, kompeten, mandiri, kritis, rasional, cerdas, kreatif, dan siap menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan mampu melahirkan calon-calon penerus pembangunan yang sabar, kompeten, mandiri, kritis, rasional, cerdas, kreatif, dan siap menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis, dimana seluruh segi kehidupan bangsa dan negara di atur di dalamnya. Dalam pembukaan Undang Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi terhadap pendidikan bermutu menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang kuat dan berwibawa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan nonformal seperti yang tertera dalam pasal 26 ayat (5) Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia. Pengangguran yang tinggi berdampak langsung dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sumber Daya Manusia (SDM) seluruh kemampuan atau potensi penduduk yang berada di dalam suatu wilayah tertentu dengan semua karakteristik atau ciri demografis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi terhadap pendidikan bermutu menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang kuat dan berwibawa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan banyaknya lapangan pekerjaan yang mengakibatkan banyak orang tidak mendapatkan kesempatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat untuk menghadapi era globalisasi, bukan hanya masyarakat terpencil saja bahkan seluruh
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. commit to user
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ditengah ketatnya persaingan dalam memasuki dunia kerja, para calon tenaga kerja dituntut untuk memiliki mental kuat, pengetahuan dan keterampilan yang memadai dan sesuai
Lebih terperinci4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penlitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penlitian ini dilaksanakan di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kota Gorontalo. Sanggar Kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan dalam hal ini pembangunan pendidikan merupakan salah satu upaya penting dalam penanggulangan kemiskinan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
Lebih terperinciKUANTITAS PROPORSI SMK : SMA
Tugas Individu : Tugas 7 Filsafat Pendidikan Kejuruan Dosen : Dr. Hj. Hasanah Nur. MT. KUANTITAS PROPORSI SMK : SMA Oleh ; Muhammad Riska Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Program Pascasarjana Universitas
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,
PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENILIK DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tujuan pendidikan kejuruan, SMK Swasta Immanuel
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa diharapkan mampu memberikan peran dan andil dalam akselerasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, sangat memperhatikan dan terus mengupayakan peningkatan kualitas SDM, yang salah satunya dilakukan melalui jalur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kehidupan masyarakat adalah melalui pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan merupakan unsur yang paling vital dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil makmur materiil dan spiritual yang merata di seluruh wilayah tanah air
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah proses pembentukan individu untuk menjadi manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa Pendidikan bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh
BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak dituntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dari semakin kerasnya kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis global yang melanda Amerika sejak akhir tahun 2008 yang diawali dengan ambruknya sektor perbankan di USA dan merambat ke berbagai sektor di kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era globalisisasi yang penuh dengan tantangan, dan persaingan yang dimana dalam mengatasi berbagai tantangannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi persaingan antar negara di dunia melalui industrialisasi dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi persaingan antar negara di dunia melalui industrialisasi dan teknologi informasi menjadi semakin ketat dan tajam yang sudah barang tentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat sekarang ini akan membawa dampak kemajuan diberbagai bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang terus berkembang pesat sekarang ini akan membawa dampak kemajuan diberbagai bidang kehidupan, oleh karena itu pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang penting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang penting untuk mengembangkan diri dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pendidikan terbagi atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan sebagai bagian dari sub sistem
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan menengah kejuruan sebagai bagian dari sub sistem pendidikan di Indonesia, sesuai dengan UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar dan merupakan negara keempat di dunia dengan penduduk terbesar. Menurut BPS (2010), tercatat jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciP. S., 2016 PEMANFAATAN HASIL BELAJAR PADA PELATIHAN KETERAMPILAN MEKANIK OTOMOTIF
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia setiap waktunya akan bertambah dan manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan yang berkaitan dengan upaya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah pilihan tepat untuk menciptakan sumber daya manusia yang lebih baik. Terlebih dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA UPTD SMA NEGERI 1 PARE Nomor : 420 /219/ / 2012
KEPUTUSAN KEPALA UPTD SMA NEGERI 1 PARE Nomor : 420 /219/ 418.47.0301 / 2012 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan akhir manusia dalam menempuh pendidikan biasanya berkaitan dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu cara yang paling umum yang ditempuh manusia dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keahlian yang dimilikinya. Tujuan akhir manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persaingan yang ketat di bidang bisnis jasa pendidikan. Lembaga non formal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan pola pendidikan yang begitu cepat dan silih berganti serta globalisasi di segala bidang termasuk bidang pendidikan, memunculkan persaingan yang ketat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan nasional berfungsi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka mengembangkan kamampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara konseptual desentralisasi pendidikan adalah suatu proses dimana suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara konseptual desentralisasi pendidikan adalah suatu proses dimana suatu lembaga yang lebih rendah kedudukannya menerima pelimpahan kewenangan untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pengangguran dan kemiskinan di Indonesia masih menjadi masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengangguran dan kemiskinan di Indonesia masih menjadi masalah besar yang memerlukan perhatian serius Pemerintah. Menurut Laporan Biro Pusat Statistik (2010),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis sesuai dengan perubahan masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah A. Rahmat Dimyati, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Sesuai dengan Peraturan Menteri
Lebih terperinciA. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 dikemukakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan tegnologi yang terus berkembang pesat sekarang ini akan membawa dampak kemajuan diberbagai bidang kehidupan, oleh karena itu pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja, dunia kerja yang semula menggunakan tenaga kerja manusia pada akhirnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini negara Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang sedang mengalami perkembangan perekonomian, yaitu dari era pertanian menuju ke era industri dan jasa.
Lebih terperinci1. SKPD : DINAS PENDIDIKAN
1. SKPD : DINAS PENDIDIKAN No A BELANJA LANGSUNG 1 Program pendidikan anak usia dini a. Pembangunan Unit Gedung Baru (UGB) PAUD Terpadu Terlaksananya pembangunan lembaga persiapan pendidikan anak usia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional sangat berperan bagi pembangunan manusia karena dapat mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia, berkarakter produktif dan berdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini membawa dampak bagi tatanan kehidupan yang ditandai dengan meningkatnya persaingan yang tinggi sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta metodologi penelitian. A. Latar Belakang Masalah UU No. 20 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, salah satu masalah yang menarik untuk dikaji yaitu berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan adalah mengenai kesiapan kerja siswa. Saat ini, banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang jasa maupun industri pasti mempunyai tujuan yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan unsur dasar semua organisasi dan hubunganhubungan sosial yang menyatukannya, oleh sebab itu pengaturan dan pemberdayaan sumber daya manusia secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baru menjadi kegiatan yang nyata dalam setiap usahanya. ada namun lapangan kerja yang tersedia sangat sedikit.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada suatu negara yang sedang berkembang, peranan para wirausahawan tidak dapat diabaikan terutama dalam melaksanakan pembangunan. Suatu bangsa akan berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam pembangunan suatu bangsa. Dinamika pembangunan di Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan bagian yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan pendidikan dan latihan kerja. Dalam GBHN dinyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keunggulan pendidikan bukan terletak, pada kurikulum dan proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keunggulan pendidikan bukan terletak, pada kurikulum dan proses pendidikannya saja, tetapi juga pada kepemimpinan kepala sekolah, kecakapan tenaga administrasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tuntutan dunia kerja. Di Indonesia begitu banyak orang-orang terpelajar atau. bangsa yang masih terpuruk, dan sebagainya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia kerja saat ini dan masa mendatang membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang tidak hanya memiliki kemampuan teoritis saja, tetapi juga harus memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini menimbulkan kompetensi di berbagai bidang baik ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menitikberatkan pada konsep risiko (Sumarsono, 2013). Kemudian pada abad 18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad ke 17, konsep kewirausahaan berkembang dengan menitikberatkan pada konsep risiko (Sumarsono, 2013). Kemudian pada abad 18 berkembang pandangan bahwa wirausaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia
Lebih terperinciPROPOSAL PENDIRIAN PROGRAM PENDIDIKAN SATU TAHUN (PPST) BIDANG TATANIAGA DAN PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN SATU TAHUN (PPST) BIDANG REKAYASA
PROPOSAL PENDIRIAN PROGRAM PENDIDIKAN SATU TAHUN (PPST) BIDANG TATANIAGA DAN PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN SATU TAHUN (PPST) BIDANG REKAYASA POLITEKNIK NEGERI MEDAN 2010 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
Lebih terperinci3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 15 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PAMONG BELAJAR DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian SMP-RSBI RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah sekolah yang melaksanakan atau menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional, dimana baru sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dewasa ini memiliki andil penting dalam kemajuan bangsa. Andil tersebut tentunya menuntun manusia sebagai pelaku pendidikan menuju peradaban yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mental yang baik agar siap untuk terjun dan bersaing di dunia kerja.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan hidup seseorang salah satunya adalah dapat bekerja. Oleh karena itu, setiap individu berupaya menyesuaikan dan memilih bidang-bidang pendidikan yang memberi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut diselenggalarakan pada semua jenjang
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
40 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Sejarah dan Organisasi PKBM Negeri 17 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Negeri 17 yang berada di wilayah Penjaringan ini pada awalnya merupakan Lembaga Pendidikan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang cerdas di era seperti sekarang ini sangat penting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendidikan nasional yang termuat dalam pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Mewujudkan masyarakat yang cerdas di era seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengangguran dapat menjadi masalah di sebuah Negara. Dan bukanlah hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengangguran dapat menjadi masalah di sebuah Negara. Dan bukanlah hal yang asing di Indonesia jika diantara penggangguran tersebut terdapat lulusan perguruan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin pesat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin pesat ditambah dengan arus globalisasi menimbulkan perubahan-perubahan di segala bidang kehidupan. Salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai tenaga pengisi pembangunan yang sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan zaman dimana kebudayaan, moral maupun tingkat ketergantungan manusia meningkat. Kondisi kebutuhan dan tantangan dunia kerja di era
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Era Globalisasi dan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat ini, pemerintah sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang yang pada hakekatnya bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia mempunyai potensi yang dapat dibina dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya manusia mempunyai potensi yang dapat dibina dan dikembangkan kearah kedewasaan. Salah satu upaya pembinaan dan pengembangan potensi itu adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja yang mampu menyerapnya. Masalah pengangguran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangguran adalah kondisi saat seseorang tidak bekerja dalam usia produktif antara 15 hingga 65 tahun. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar belakang masalah
PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan sangatlah penting dalam kehidupan masyarakat. Tujuan utama pendidikan adalah memberi kemampuan pada manusia untuk hidup di masyarakat. Kemampuan ini berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang pada saat ini giat membangun segala sektor pembangunan khususnya sektor industri. Untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan menyiapkan peserta didiknya untuk menjadi tenaga kerja yang terampil dan mengutamakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk proses pendidikan yang memiliki peranan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai wadah untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pembelajaran dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 11 Ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurikulum SMK edisi 2004 juga menjelaskan tujuan SMK antara lain: melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah kejuruan (SMK) merupakan salah satu penyelenggara pendidikan fomal untuk menghasilkan SDM yang siap terjun ke dunia kerja baik usaha maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang masalah. Setiap mahasiswa mempunyai perhatian khusus terhadap mata kuliah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang masalah Setiap mahasiswa mempunyai perhatian khusus terhadap mata kuliah tertentu, hal tersebut dapat dilihat dari semangat dan minat belajar mahasiswa terhadap mata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan selalu mengacu pada kurikulum yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan
Lebih terperinci