CLINICAL SCIENCE SESSION HALITOSIS. Disusun oleh: Nikkita Ike Ernawati

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "CLINICAL SCIENCE SESSION HALITOSIS. Disusun oleh: Nikkita Ike Ernawati"

Transkripsi

1 CLINICAL SCIENCE SESSION HALITOSIS Disusun oleh: Nikkita Ike Ernawati UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN BAGIAN ILMU KEDOKTERAN GIGI DAN MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AL-IHSAN BANDUNG 2013

2 1 A. Pendahuluan Halitosis merupakan suatu masalah yang telah menarik perhatian banyak kalangan baik kalangan profesi kesehatan khususnya kesehatan gigi, para ilmuwan dan peneliti maupun kalangan masyarakat awam dalam dekade terakhir ini. Masalah ini tidak hanya dilihat dari sudut kesehatan tetapi juga dari sudut pergaulan sosial. Keberadaan halitosis pada dasarnya berkaitan dengan berbagai faktor penyebab baik yang berasal dari rongga mulut maupun organ-organ yang lain, baik yang bersifat lokal maupun sistemik. Halitosis dapat terjadi pada semua golongan umur, jenis kelamin, ras maupun tingkat sosial ekonomi. Halitosis yang berkaitan langsung dalam rongga mulut dipengaruhi oleh aspek mikrobiologis berbagai deposit didalam rongga mulut. Akibat yang dapat ditimbulkan oleh halitosis ditinjau dari penderita dalam kehidupan sosialnya, yaitu: malu atau rendah diri, menghindari pergaulan sosial, bicara tidak bebas, tidak ada rasa percaya diri dan lain-lain. Halitosis merupakan suatu problema yang bagi sebagian orang sangat memalukan sehingga penderitanya malas untuk mendatangi dokter gigi ataupun dokter umum, dan bahkan dapat membuat penderitanya kehilangan semangat serta menghindari pergaulan. Selain itu, banyak pula penderita halitosis yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita halitosis sampai ada seseorang yang memberitahu mereka. Halitosis merupakan suatu masalah yang dapat dicegah dengan merawat kebersihan dalam rongga mulut dan dengan melalui perawatan sumber-sumber penyebab di dalam rongga mulut yang dapat secara efektif memecahkan masalahmasalah nafas tak sedap. Untuk dapat mengatasi halitosis secara efektif, diperlukan pemeriksaan secara menyeluruh dan diagnosa yang tepat. B. Definisi Halitosis dapat berupa halitosis fisiologis maupun patologis. Halitosis Halitosis berasal dari bahasa latin halitus (nafas) dan Yunani osis (keadaan). Jadi, halitosis merupakan keadaan dari bau nafas. Umumnya istilah ini mengacu pada suatu keadaan bau mulut yang berasal dari keadaan metabolik secara sistemik, termasuk saluran pencernaanfisiologis adalah halitosis yang bersifat sementara dan terjadi bila substansi yang menimbulkan bau tersebut secara hematologi menuju paru-paru dan

3 2 biasanya berasal dari makanan, seperti bawang dan lobak dan bisa juga berasal dari minuman, seperti teh, kopi, serta minuman beralkohol. Halitosis Patologis adalah halitosis yang pada dasarnya terjadi dalam suatu mekanisme yang sama dengan halitosis fisiologis, dalam hal ini bahan-bahan yang secara hematologis menuju paruparu. Penyebab utama keadaan ini karena adanya kelainan yang bersifat local maupun sistemik seperti diabetes mellitus, uremia, gastritis, tukak lambung dan hepatitis.3 Halitosis adalah kondisi kesehatan mulut yang ditandai dengan napas yang berbau konsisten. Meskipun rongga mulut tidak bermasalah, gigi dan gusi terawat, kebersihan mulut terjaga, sudah menghindari makanan yang berbau, tidak ada penyakit sistemik, tapi masih dapat mulut mengeluarkan bau tidak sedap (Warianto, 2009). Aroma nafas tak sedap atau bau mulut umumnya disebabkan dua masalah utama, yaitu kesehatan mulut dan makanan yang dicerna oleh usus. Dengan kata lain, bau napas berasal tidak hanya dari dalam mulut, melainkan juga dari sistem pencernaan (Setiawan, 2009). Halitosis adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk menerangkan adanya bau yang tidak disukai sewaktu terhembus di udara, tanpa melihat substansi tersebut berasal oral maupun non-oral (Dahlia Herawati). Halitosis berasal dari bahasa latin, yaitu halitus yang artinya nafas dan bahasa Yunani, yaitu osis yang artinya keadaan. Jadi, halitosis merupakan keadaan dari bau nafas. Umumnya istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan istilah bau nafas yang tidak sedap (R. Haskell,J.J Gayford) Selain istilah halitosis, bau mulut juga dikenal dengan istilah : Oral Malodor Bad breath Fetor Ex Ore Fetor Oris Dragon Breath Jungle Mouth. 2

4 3 Ada suatu kondisi dimana seseorang yang selalu merasa mempunyai masalah bau mulut, padahal sebenarnya tidak, dan kondisi ini disebut pseudohalitosis atau halitophobia. 2 C. Etiologi Bau nafas dari mulut pasien berbeda-beda tergantung kepada beberapa faktor. Usaha untuk menghilangkan halitosis hendaklah dengan menentukan etiologinya dan kemudian menghilangkan factor penyebab tersebut. Penggunaan mouthwash hanyalah secara paliatif dan bersifat sementara yang kebanyakannya tidak mampu menghilangkan bau nafas secara total. Dibawah ini adalah penyebab bau nafas yang diklasifikasikan sebagai faktor lokal, faktor sistemik, dan hasil dari pencernaan. a. Faktor lokal 1. Pembusukan sisa makanan diantara gigi 2. Karies 3. Penyakit periodontal yang disertai poket 4. Mucus dari postnasal 5. Terlalu banyak merokok 6. Deposit/plak pada gigi 7. Restorasi gigi yang salah menyebabkan makanan terselip terutama dibawah bridge dan crown 8. Aktivitas bakteri tanpa pembersihan yang cukup dari saliva 9. Protesa yang tidak bersih b. Faktor sistemik 1. Diabetes 2. Hemmoragi internal 3. Nekrosis 4. Disfungsi ginjal 5. Penyakit gastrointestinal 6. Gagal hati 7. Patologi paru

5 4 c. Hasil dari pencernaan Hasil pencernaan sebagian dari beberapa makanan seperti bawang putih, bawang merah atau papermint akan menyebabkan nafas berbau walaupun telah melewati oral cavity beberapa jam sebelumnya. Pasien yang makan makanan berlemak belebihan akan menyebabkan halitosis, hasil pada pencernaan lemak yang tidak sempurna. Hal ini dikatakan benar apabila susu dan produk tenusu dikonsumsi dalam jumlah yang besar. Secara umum halitosis disebabkan oleh: A. Keadaan kesehatan umum: 1. Keadaan sekitar hidung dan nasopharynx Daerah hidung dan nasopharynx perlu diperhatikan Karena udara juga lewat daerah tersebut. Halitosis dapat berasal dari tempat ini apabila ada kelainan seperti sinusitis kronis, infeksi tonsil, laryngitis dan phryngitis. 2 Pada infeksi dan alergi pada saluran napas atas akan menyebabkan aliran postnasal drip ke bagian belakang lidah yang sering berbau. Bakteri rongga mulut akan mengkonsumsinya dan menghasilkan kotoran yang menambah bau. Juga pada orang dengan sinusitis cenderung bernapas lewat mulut karena hidungnya tersumbat sehingga mengakibatkan mulut menjadi kering dan menambah bau mulut Penyakit paru Mengingat nafas seseorang berasal dari paru-paru yang dikeluarkan melalui bronkus, trakea, larynx dan hidung, maka penyakit-penyakit pada daerah tersebut dapat juga menyebabkan bau mulut. Untuk itu, perlu dilakukan pemeriksaan penyakit seperti bronkitis kronis, bronkiektasi dan pneumonia Penyakit ginjal Gangguan fungsi ginjal juga menyebabkan halitosis. Pada penderita terdapat kadar ureum yang tinggi, yang kemudian beredar dalam darah. Melalui proses kimiawi, dihasilkan amoniak yang berbau menyengat itu. Komponen ini kemudian masuk ke dalam sistem pernapasan. Maka bau mulut penderita sedikit ke arah aroma amoniak (bau urine). 4. Penyakit hati

6 5 Bau amis (fishy odor atau fetor hepaticus) pada penyakit hepar. 2 Gangguan lever yang kronis sering menyebabkan halitosis (bau mulut) akibat metabolisme protein dan lemak tidak berjalan semestinya lantaran terganggunya fungsi hati. Maka dari komponen-komponen itu terbentuk metabolik yang dapat dikeluarkan lewat saluran pernapasandengan bau spesifik 5. Kelainan darah 6. Diabetes Bau buah sering tercium pada penderita koma diabetikum. 2 Penderita diabetes biasanya mengeluarkan napas khas berbau aseton yang diakibatkan kurangnya kadar insulin dalam tubuh. 7. Gallbladder dysfunction 8. Menstruasi Mereka yang mengalami perubahan hormonal dapat mempengaruhi bau mulut Karsinoma Penderita kanker yang sedang menjalani radioterapi akan mengalami kekeringan pada mulutnya dan menimbulkan bau mulut Makanan-makanan tertentu 11. Keadaan lain di luar rongga mulut Banyak yang menduga bahawa bau mulut berasal dari perut seperti lambung dan saluran pencernaan lain, padahal halitosis hampir tidak pernah berasal dari saluran pencernaan. Hal ini disebabkan karena pada keadaan normal esophagus dalam keadaan kolaps sehingga salurannya tertutup. Hanya dalam keadaan tertentu seperti muntah dan bersendawa udara dari lambung keluar melalui mulut. Pada keadaan terdapatnya infeksi pada saluran cerna yang mengakibatkan terganggunya kolaps esophagus atau meningkatnya reflex sedawa maka udara dari lambung akan terus menerus keluar melalui mulut. 2 B. Keadaan gigi geligi dan rongga mulut: 1. Karies gigi 2. Penyakit periodontal (gum disease) 3. Infeksi di dalam rongga mulut atau abses

7 6 Keadaan gusi yang teriritasi, sariawan, dan sakit tenggorokan merupakan radang. Peradangan ini juga membuat bakteri-bakteri tertentu bermetabolisme dan mengeluarkan gas yang tak sedap. Bahkan, beberapa kasus menimbulkan pendarahan dan nanah (abses). 4. Oral cancer 5. Xerostomia (kondisi kekeringan di dalam mulut) Saliva mempunyai senyawa yang dapat membunuh bakteri dan menetralkan kotoran yang diproduksinya. Oleh karena itu pada pagi hari, atau pada mereka yang berbicara lama atau yang bernapas melalui mulut, puasa, tidur mendengkur dan dalam keadaan stress, mulut cenderung kering dan timbul bau yang persisten. 2 Mereka yang mengkonsumsi obat (misalnya diuretic, narkotik, anti ansietas) dan juga pada mereka yang lanjut usia di mana produksi kelenjar saliva sudah berkurang Kondisi rongga mulut yang disebabkan oleh post-nasal drips/discharges 7. Kondisi alergi 8. Perkembang-biakan dari bakteri anaerob gram (-) di dalam mulut Halitosis dapat timbul oleh karena beberapa faktor, antara lain 3 : a.makanan dan Minuman Makanan-makanan tertentu yang dapat menimbulkan halitosis antara lain bawang putih, bawang merah dan lobak sedangkan minuman yang dapat menyebabkan halitosis antara lain minuman beralkohol, produk susu dan lain-lain. Pada keadaaan ini, permasalahannya bukan diawali pada saat makanan atau minuman berada di dalam rongga mulut tetapi terjadi setelah bahan makanan atau minuman ini diserap pada pembuluh darah. Bau makanan atau minuman yang tersebut selanjutnya akan ditransmisikan ke dalam paru-paru, yang kemudian keluar bersama dengan udara pernafasan melalui mulut, dan semua keadaan ini bersifat sementara.b. Oral Hygiene Bila oral hygiene tidak dilakukan dengan baik, sisa-sisa makanan akan mengumpul diantara gigi. Cepat atau lambat makanan yang telah mengalami pembusukan akan terbentuk, dan hampir keseluruhan dariproduk-produk yang disebabkan oleh pembusukan akan mengeluarkan bau yang tidak sedap.

8 7 c. Penyakit Periodontal Keadaan periodontal mungkin merupakan keadaan patologi yang paling sering terlihat dan dapat menimbulkan halitosis. Penyebab utama dari keberadaan penyakit ini adalah plak. Pada penyakit periodontal, infeksi bakteri terdapat pada jaringan sekitar gigi. Bila lebih lanjut dapat mengakibatkan destruksi tulang sekitarnya menyebabkan pembentukan periodontal pockets yang sulit dibersihkan sehingga merupakan tempat ideal untuk bakteri. 2 Selain itu, bakteri yang menimbulkan gingivitis dan periodontitis hampir seluruhnya terdiri dari bakteri gram negative (Actinobacillus Actinomycetemcomitans, prevotella intermedia dll) dan bakteri tersebut bisa menghasilkan VCS. [Carranza 10 th ed]. d. Xerostomia Merupakan istilah untuk keadaan mulut yang kering. Xerostomia atau kekeringan di dalam rongga mulut dapat pula menyebabkan terjadinya bau mulut atau halitosis. Mulut yang kering akan meningkatkan lagi jumlah mikroba dan produksi gas VCS sehingga menimbulkan bau mulut. [Carranza 10 th ed].e. Kebiasaan Halitosis juga dapat disebabkan oleh penggunaan tembakau. Kebiasaan ini berkaitan dengan resiko yang besar untuk terjadinya penyakit periodontal dan kanker di dalam rongga mulut pada individu yang memiliki kebiasaan ini. Bau mulut disebabkan oleh kebiasaan merokok. Bau ini disebabkan oleh tar, nikotin dan lainnya yang berasal dari rokok yang berakumulasi di gigi dan jaringan lunak mulut (lidah, gusi, dsb). Juga merokok akan mengeringkan jaringan mulut sehingga mengurangi efek pencucian dan buffer oleh saliva terhadap bakteri dan kotoran yang dihasilkannya. 2.f. Penyakit Sistemik Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan halitosis diantaranya: Infeksi pada saluran nafas, diabetes, permasalahan pada saluran pencernaan, infeksi pada sinus dan kelainan hati serta ginjal g. Obat-obatan

9 8 Beberapa obat dapat menimbulkan halitosis. Obat-obat tertentu dapat juga merubah rasa dan bau, obat-obat tertentu tersebut dapat menimbulkan berkurangnya produksi saliva yang menyebabkan terjadinya halitosis. D. Patogenesis Mekanisme terjadinya halitosis sangat dipengaruhi oleh penyebab yang mendasari keadaan tersebut. Pada halitosis yang disebabkan oleh makanan tertentu, bau nafas berasal dari makanan yang oleh darah ditransmisikan menuju paruparu yang selanjutnya dikeluarkan melalui pernafasan. Secara khusus, bakteri memiliki peranan yang penting pada terjadinya bau mulut yang tak sedap atau halitosis. Bakteri dapat berasal dari rongga mulut sendiri seperti plak, bakteri yang berasal dari poket yang dalam dan bakteri yang berasaldari lidah memiliki potensi yang sangat besar menimbulkan halitosis. 3 VSC (Volatile Sulfur Compounds) merupakan unsure utama penyebab halitosis. VPC merupakan hasil produksi dari akrivitas bakteri-bakteri anaerob di dalam mulut yang berupa senyawa berbau yang tidak sedap dan mudah menguap sehingga menimbulkan bau yang mudah tercium oleh orang lain disekitarnya. Di dalam aktivitasnya di dalam mulut, bakteri anaerob bereaksi dengan protein-protein yang ada, protein di dalam mulut dapat diperoleh dari sisa-sisa makanan yang mengandung protein, sel-sel darah yang telah mati, bakteri-bakteri yang mati ataupun sel-sel epitel yang terkelupas dari mukosa mulut. Seperti yang telah diketahui, di dalam mulut banyak terdapat bakteri baik gram positif maupun gram negatif. Kebanyakan bakteri gram positif adalah bakteri sakarolitik artinya di dalam aktivitas hidupnya banyak memerlukan karbohidrat, sedangkan kebanyakan bakteri gram negatif adalah bakteri proteolitik dimana untuk kelangsungan hidupnya banyak memerlukan protein. Protein akan dipecah oleh bakteri menjadi asam-asam amino (Agus Djaya, 2000). Sebenarnya terdapat beberapa macam VSC serta senyawa yang berbau lainnya di dalam rongga mulut, akan tetapi hanya terdapat tiga jenis VSC penting yang merupakan penyebab utama halitosis, diantaranya metal mercaptan (CH3SH), dimetil mercaptan (CH3)2S, dan hidrogen sulfide (H2S). Ketiga macam VSC tersebut menonjol karena jumlahnya cukup banyak dan mudah sekali menguap sehingga menimbulkan bau. Sedangkan VSC lain hanya

10 9 berpengaruh sedikit, seperti skatole, amino, cadaverin dan putrescine (Agus Djaya, 2000) Oral hygiene buruk Perkembangbiakan bakteri Peningkatan penguraian sisa makanan Terbentuk toksin hasil metabolisme anaerob senyawa sulfide dan amonia Penyebab bau mulut pada saat bernafas Bagan Patogenesis Halitosis E. Diagnosis Cara paling sederhana dan efektif untuk mengetahui adanya bau mulut adalah dengan bertanya kepada anggota keluarga terdekat yang telah dewasa atau sahabat dekat ( confidant ). Jika orang tersebut mengkonfirmasi adanya bau mulut, tentukan juga apakah bau tak sedap tersebut datang dari hidung atau mulut. Metode sederhana lainnya untuk menentukan adanya halitosis yaitu dengan menjilat pergelangan tangan bagian belakang, kemudian biarkan saliva kering 1-2 menit, kemudian cium baunya. Cara yang lebih akurat adalah dengan mengerok bagian posterior lidah dengan sendok plastik kemudian nilai baunya. 1. Riwayat medis - Anamnesa: frekuensi, kapan terjadi, obat-obatan yang diambil, dan adakah pasien mengalami kekeringan mulut(xerostomia) / gejala lainnya. 2. Pemeriksaan klinis dan lab Terdapat beberapa cara menguji bau mulut kita sendiri :

11 10 Dengan menjilat pergelangan tangan bagian belakang dan setelah mengering beberapa detik kemudian, dicium. Bau ini adalah bau yang dihasilkan oleh ujung lidah bagian anterior. Untuk mengetahui bau yang dihasilkan oleh bagian posterior lidah dapat dengan menggunakan sendok yang digunakan untuk mengeruk bagian belakang lidah. Bau yang dihasilkan oleh material putih yang menempel di sendok ditambah bau yang dihasilkan ujung lidah merupakan bau mulut kita yang tercium oleh orang sekitar kita. Dapat pula dengan menggunakan dental floss yang dilewatkan pada interdental gigi belakang, setelah dibiarkan sebentar agar mengering kemudian dicium baunya. Atau dengan menggunakan sapu tangan atau kain yang bersih yang diusapkan pada permukaan lidah bagian belakang kemudian dibiarkan mengering dan dicium baunya. Dapat dengan menggunakan alat sederhana yaitu bad breath detector yang dibuat oleh Fresh Breath Detective (FBI) oleh karena itu juga dikenal tes FBI. Dengan alat ini dapat diketahui aktivitas bakteri anaerob sehingga dapat diketahui kondisi halitosis seseorang. Beberapa cara lain menguji bau mulut yang biasa dilakukan dalam penelitian : Uji organoleptik Menggunakan penciuman hidung orang lain untuk menentukan bau mulut seseorang. Cara ini tidak objektif, banyak faktor yang mempengaruhi interpretasi. Dan seperti kita ketahui bila kita mencium sesuatu secara terus menerus maka kita akan kehilangan sensitivitas penciuman (efek adaptasi) Menggunakan gas kromatografi Cara ini dapat diukur dengan pasti senyawa-senyawa yang terdapat pada napas seseorang. Namun cara ini mahal, membutuhkan waktu pemeriksaan yang lama, memerlukan keahlian untuk mengoperasi alat. Biasanya alat ini digunakan untuk

12 11 mendeteksi penyebab non-oral seperti dari saluran pencernaan atau bronkus / paru-paru. Menggunakan halimeter Alat ini merupakan modifikasi gas kromatografi yang hanya khusus mendeteksi senyawa sulfur yaitu VSC (Volatile Sulfur Compound), yang diketahui merupakan penyebab bau mulut. Walaupun cara ini lebih murah, cepat dan tidak membutuhkan keahlian, tetapi hanya mendeteksi sulfur saja dan senyawa seperti etanol dan minyak esensial yang banyak terdapat dalam pencuci mulut akan mempengaruhi pemeriksaan. Seseorang dengan VSC > 75 ppb dianggap akan mempunyai masalah bau mulut. Uji BANA Bakteri penyebab penyakit periodontal yang dapat menyebabkan bau mulut menghasilkan enzim yang akan mendegradasi benzoyl-d, L-argininenaphthylamide (BANA). Penggunaan kemiluminesens Pada pemeriksaan ini, sampel yang mengandung sulfur (VSC) dicampur dengan senyawa merkuri yang akan menghasilkan fluoresens. Kelebihan cara ini disbanding halimeter adalah sensitivitas dan selektivitasnya yang lebih baik sehingga dapat mendeteksi sulfur walaupun hanya sedikit. F. Penanganan Bau Mulut Pencegahan dan pengananan halitosis tentunya melibatkan suatu usaha untuk menghilangkan penyebab dari keadaan yang mendasarinya. Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan untuk pencegahan dan penanganan halitosis, antara lain (Agus Djaya,2000): a.oral Hygiene and Health Tindakan-tindakan untuk meningkatkan oral hygiene seperti scaling, polishing, sikat gigi dan flossing, khususnya pembersihan lidah dapat mengurangi bau mulut. Prosedur-prosedur pemeliharaan oral hygiene pada dasarnya untuk membersihkan sehingga mengurangi plak atau sisa-sisa makanan serta mengurangi

13 12 jumlah bakteri. Dengan menjaga oral hygiene secara baik, aktivitas bakteri dapat ditekan sehingga halitosis dapat akan berkurang. Apabila ada kerusakan pada gigi atau terdapat peradangan pada jaringan penyangga gigi serta jaringan mulut lainnya, maka perlu dilakukan perawatan karena hal tersebut juga merupakan penyebab terjadinya halitosis. b.masking Merupakan suatu usaha untuk mengendalikan halitosis dengan cara menutupi bau yang ada dengan menggunakan produk penyegar nafas dengan aroma yang enak dan wangi. Tetapi hal ini biasanya hanya berhasil untuk waktu yang singkat. Setelah efek penyegar nafasnya hilang, keadaan mulut malah akan dirasakan bertambah buruk. Dalam hal ini, halitosis hanya dapat ditutupi sementara dengan bau-bauan yang enak, tetapi VSC yang merupakan penyebab utama halitosis tidak dihilangkan. c. Antiseptic Mouthwash Merupakan penggunaan obat kumur mulut dengan bahan antibakteri yang dapat mengurangi halitosis dengan cara mengurangi jumlah bakteri serta menghambat aktivitas bakteri. Beberapa bahan yang digunakan biasanya mengandung thymol, eucalyptus, chlorhexidine, povidone iodine dan sebagainya.d. Bahan-bahan Anti Halitosis Bahan yang digolongkan dalam golongan ini, biasanya telah diketahui mekanisme kerjanya dalam mengurangi bau mulut khususnya reaksinya terhadap VSC, yaitu dengan mengubah VSC menjadi senyawa lainnya yang tidak berbau atau tidak mudah menguap. Bahan-bahan anti halitosis tersebut ada yang mengandung Zn atau Chlorine dioxide, dimana kedua bahan tersebut merupakan bahan aktif yang banyak ditemukan dalam bahan anti halitosis yang digunakan,seperti dalam bentuk pasta gigi, oral gel, dalam bentuk kumur mulut, mouth spray, permen ataupun chewing gum. e. c a ra- c ara Tradisional Disamping menggunakan cara modern, halitosis dapat pula dikurangi dengan menggunakan cara tradisional, yaitu dengan penggunaan tomato juice, ekstrak teh, mengunyah seledri ataupun kemangi yang dijadikan sebagai lalapan Metode yang digunakan untuk menghentikan halitosis:

14 13 Pemeriksaan microbiological 1. Pemeriksaan gigi geligi 2. Pemeriksaan kesehatan umum (medical approach) Pengobatan terhadap halitosis dimulai dengan melakukan anamnesa yang baik, pemeriksaan menyeluruh terhadap keadaan gigi geligi serta rongga mulut, pemeriksaan x-ray (bila diperlukan), serta menggunakan two state-of-the-art instruments, yang disebut halimeter dan periotempt untuk mencari penyebab dan tingkat parahnya halitosis, serta mengidentifikasi gas-gas yang dihasilkan oleh pernafasan. Bila diperlukan, juga dilakukan analisa terhadap saliva. Perawatan halitosis terdiri dari: 1. Mengatasi infeksi kronis di dalam mulut yang dapat menyebabkan halitosis 2. Menginstruksikan pasien cara-cara melakukan perawatan gigi dan mulutnya di rumah 3. Memberikan obat bila diperlukan 4. Menghilangkan berbagai kegiatan atau kebiasaan dari pasien yang dapat menyebabkan halitosis Selain itu, kepada penderita halitosis juga dianjurkan untuk secara periodik melakukan pemeriksaan gigi ke dokter gigi. Bila perawatan terhadap halitosis sudah dilakukan tetapi halitosis kronis tetap terjadi, pasien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan umumnya.

15 14 DAFTAR PUSTAKA 1. John Murtagh, Patient Education, 3 rd edition, McGraw-Hill Book Company. Diunduh dari: 2. Oral Medicine, A Clinical Approach with Basic Science Correlation, Irwin Walter Scopp, Second edition, The C.V Mosby Company, Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi, Vol.4 - No.1 - Mei 2007

BAB VI PEMBAHASAN. pseudohalitosis, halitophobia dan psychogenic halitosis. 6,7,8

BAB VI PEMBAHASAN. pseudohalitosis, halitophobia dan psychogenic halitosis. 6,7,8 BAB VI PEMBAHASAN Halitosis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tanda nafas tidak sedap pada saat nafas dihembuskan. Halitosis merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan nafas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Halitosis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan nafas tidak sedap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Halitosis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan nafas tidak sedap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Halitosis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan nafas tidak sedap pada saat nafas dihembuskan yang berasal baik dari rongga mulut maupun diluar rongga mulut.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perhatian. Penyakit gigi dan mulut dapat menjadi faktor resiko dan fokal infeksi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perhatian. Penyakit gigi dan mulut dapat menjadi faktor resiko dan fokal infeksi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan gigi dan mulut sampai sekarang masih membutuhkan perhatian. Penyakit gigi dan mulut dapat menjadi faktor resiko dan fokal infeksi penyakit sistemik.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Halitosis 2.1.1 Defenisi Halitosis yang berasal dari bahasa Latin, halitus (nafas) dan osis (keadaan) adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan bau nafas tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan adalah perubahan morfologi dan fungsional pada suatu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan adalah perubahan morfologi dan fungsional pada suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan adalah perubahan morfologi dan fungsional pada suatu organisme sehingga menyebabkan kelemahan fungsi serta menurunnya kemampuan untuk bertahan terhadap tekanan-tekanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia masih perlu mendapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia masih perlu mendapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia masih perlu mendapat perhatian, terlihat dari laporan Riset Kesehatan Dasar RI 2007 menunjukkan bahwa prevalensi

Lebih terperinci

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi diabetes mellitus pada kesehatan gigi masalah dan solusi pencegahannya. Bagi penderita diabetes tipe 2 lebih rentan dengan komplikasi kesehatan

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI Sejarah : Islam nafas yg segar oral hygiene yg baik Untuk menyegarkan nafas : cengkeh (Irak), kulit jambu biji (Thailand). Kulit telur (C

EPIDEMIOLOGI Sejarah : Islam nafas yg segar oral hygiene yg baik Untuk menyegarkan nafas : cengkeh (Irak), kulit jambu biji (Thailand). Kulit telur (C DEFINISI Halitus = nafas HALITOSIS osis = keadaan Halitosis adalah bau nafas yang tidak menyenangkan hanya merupakan suatu gejala bukan suatu penyakit Nama lain : fetor ex ore, fetor oris, oral malodor,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i PRASYARAT... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PENGUJI... iv

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i PRASYARAT... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PENGUJI... iv DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i PRASYARAT... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PENGUJI... iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berupa alat cekat dan alat lepasan (Susetyo, 2000). Alat ortodontik cekat adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berupa alat cekat dan alat lepasan (Susetyo, 2000). Alat ortodontik cekat adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alat ortodontik adalah alat yang digunakan untuk menggerakkan gigi dengan memberikan tekanan ke jaringan periodontal, agar gigi bergerak sesuai dengan arah yang dikehendaki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Halitosis 2.1.1 Definisi Halitosis adalah kebiasaan dan masalah yang umum yang bisa membawa kita pada kerenggangan sosial dan rasa malu. Terminologi halitosis berasal dari bahasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Halitosis, fetor oris, oral malodor atau bad breath adalah istilah yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Halitosis, fetor oris, oral malodor atau bad breath adalah istilah yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Halitosis, fetor oris, oral malodor atau bad breath adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menggambarkan nafas tidak sedap dari mulut, tanpa menghiraukan asal material

Lebih terperinci

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel. 1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel. Fakta: Mungkin saja sebagian mitos ini benar. Biasanya, itu sudah cukup untuk menyikat gigi dua kali sehari, tapi jika Anda memiliki kesempatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estetika merupakan salah satu tujuan dalam perawatan ortodontik dimana seseorang dapat memperbaiki estetika wajah yang berharga dalam kehidupan sosialnya (Monica,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan dilalui oleh seorang wanita. Menopause merupakan fase terakhir pendarahan haid seorang wanita. Fase ini

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS OBAT KUMUR DALAM MENGHILANGKAN BAU MULUT (HALITOSIS) PADA PEROKOK AKTIF

EFEKTIVITAS OBAT KUMUR DALAM MENGHILANGKAN BAU MULUT (HALITOSIS) PADA PEROKOK AKTIF EFEKTIVITAS OBAT KUMUR DALAM MENGHILANGKAN BAU MULUT (HALITOSIS) PADA PEROKOK AKTIF Asmaul Husna dan Abral Jurusan Keperawatan Gigi, Poltekkes Pontianak Email: doktergigiabral@gmail.com Abstrak: Bau mulut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep penggunaan bahan kimia untuk perawatan dalam rongga mulut telah diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre Fauchard

Lebih terperinci

METODE MENGATASI BAU MULUT. Yulia Rachma Wijayanti. Staf Pengajar Laboratorium Periodonsia FKG UPDM(B)

METODE MENGATASI BAU MULUT. Yulia Rachma Wijayanti. Staf Pengajar Laboratorium Periodonsia FKG UPDM(B) METODE MENGATASI BAU MULUT Yulia Rachma Wijayanti Staf Pengajar Laboratorium Periodonsia FKG UPDM(B) ABSTRAK Bau mulut seringkali dijadikan alasan pasien untuk berobat ke dokter gigi. Bau mulut akan menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan

Lebih terperinci

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing Mungkin Anda sudah sering mendengar istilah "penyakit periodontal". Namun, apakah Anda sudah memahami apa arti istilah itu sebenarnya? Kata 'periodontal' berasal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif. 17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Walaupun perempuan, umumnya, memiliki umur harapan hidup (UHH) lebih tinggi daripada pria, mereka menghadapi masalah kesehatan yang lebih rumit. Secara kodrati, perempuan mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi di masyarakat luas. Hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2007, menunjukkan prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mulut merupakan tempat yang ideal untuk tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme karena mulut memiliki kelembaban serta memiliki asupan makanan yang teratur. Mikroba

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi dan menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering terjadi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan investasi bagi kesehatan seumur hidup seseorang, mengingat fungsi gigi dan mulut yang sangat berpengaruh dalam fungsi pencernaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan kebiasaan yang memiliki daya merusak cukup besar terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis penyakit, baik lokal seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan pada 90% dari populasi dunia. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia dikatakan sehat tidak hanya dari segi kesehatan umum saja tetapi juga meliputi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antidepresan adalah terapi obat-obatan yang diberikan pada penderita gangguan depresif. Gangguan depresif adalah salah satu gangguan kesehatan jiwa yang paling sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Obat kumur sering digunakan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Obat kumur sering digunakan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obat kumur sering digunakan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut. Kegiatan menyikat gigi dua kali sehari dan penggunaan dental floss merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gingivitis adalah peradangan pada gingiva, yang merupakan suatu respon imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh mikroorganisme

Lebih terperinci

Tugas 1 Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Gigi dan Mulut

Tugas 1 Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Gigi dan Mulut Tugas 1 Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Gigi dan Mulut Disusun oleh : Noval Agung Prasetyo : 1341177004163 Lidiana Syahrul : 1441177004048 Ratih Dewi Suranenggala : 1441177004054 Desi Wulandari : 1441177004122

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Periodontitis merupakan inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang dan resorpsi tulang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar 2013, perokok aktif mulai dari usia 15 tahun ke

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian Pengumpulan data klinis dilakukan mulai tanggal 10 November 2008 sampai dengan tanggal 27 November 2008 di klinik orthodonti FKG UI dan di lingkungan FK UI.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel yang tak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan lainnya, baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu masalah kesehatan yang membutuhkan penanganan yang berkesinambungan karena memiliki dampak yang sangat luas, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui mulut, dan pada kalangan usia lanjut. 2 Dry mouth berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. melalui mulut, dan pada kalangan usia lanjut. 2 Dry mouth berhubungan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dry mouth merupakan keadaan rongga mulut yang kering, berhubungan dengan adanya penurunan aliran saliva. 1 Umumnya terjadi saat cemas, bernafas melalui mulut, dan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang tersebar luas di masyarakat Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat di Indonesia pada umumnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nyeri mulut dan nyeri wajah, trauma dan infeksi mulut, penyakit periodontal,

BAB 1 PENDAHULUAN. nyeri mulut dan nyeri wajah, trauma dan infeksi mulut, penyakit periodontal, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulut mempunyai pengaruh besar dalam asupan gizi dan perlindungan dari infeksi mikroba sehingga menjaga kesehatan gigi dan mulut merupakan hal penting karena berhubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) dan menempati peringkat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebanyak 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebanyak 32 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Subyek penelitian yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebanyak 32 orang yang dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimental

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan penyakit yang diderita oleh banyak manusia di dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Di Indonesia, penyakit periodontal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia (RI) dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi

Lebih terperinci

REINFORECEMENT BLOK 11 Pemicu 2. DR.Harum Sasanti, drg, SpPM KaDep. Ilmu Penyakit Mulut FKGUI

REINFORECEMENT BLOK 11 Pemicu 2. DR.Harum Sasanti, drg, SpPM KaDep. Ilmu Penyakit Mulut FKGUI REINFORECEMENT BLOK 11 Pemicu 2 DR.Harum Sasanti, drg, SpPM KaDep. Ilmu Penyakit Mulut FKGUI Pengantar Tugas Drg. tidak hanya tahu dan merawat masalah gigi saja, tetapi juga perlu tahu dan sebisa mungkin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat, baik dibidang kedokteran maupun kedokteran gigi yang dapat dipertanggung jawabkan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan alat ortodontik merupakan salah satu perawatan dari kesehatan gigi dan mulut. Perawatan ortodontik merupakan perawatan yang dilakukan di bidang kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman. Epidemiologi masalah kesehatan dan penyakit yang dipelajari dari beberapa populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) adalah proses alamiah yang pasti akan dialami oleh setiap manusia. Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksi akan meningkat cepat di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan mulut diderita 90% dari penduduk Indonesia. Berdasarkan Survey Kesehatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan mulut diderita 90% dari penduduk Indonesia. Berdasarkan Survey Kesehatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius oleh tenaga kesehatan, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut diderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan ortodontik akhir- akhir ini semakin meningkat karena semakin banyak pasien yang sadar akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan kesehatan gigi dan mulut pada kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan kesehatan gigi dan mulut pada kehamilan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permasalahan kesehatan gigi dan mulut pada kehamilan Selama kehamilan ibu membutuhkan asupan zat makanan bergizi.. Apabila ibu hamil tidak rajin kumur dan menggosok gigi maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam populasi dunia saat ini, kelebihan berat badan dan obesitas sudah mulai menggeser kedudukan kekurangan gizi dan penyakit menular sebagai penyebab kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia memerlukan perhatian yang serius dari berbagai pihak. Hal ini dibuktikan dari adanya peningkatan rerata persentase penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut dengan bentuk utamanya atropik dengan lesi erythematous dan hiperplastik 1. Denture Stomatitis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Departemen Kesehatan RI tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gigi merupakan salah satu organ tubuh yang penting bagi pencernaan makanan tahap awal dan berperan dalam komunikasi, fungsi lainnya adalah dari segi estetika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ilmu mikrobiologi, lidah menjadi tempat tinggal utama bagi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ilmu mikrobiologi, lidah menjadi tempat tinggal utama bagi berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lidah merupakan organ penting pada rongga mulut yang bersifat kompleks. Berdasarkan ilmu mikrobiologi, lidah menjadi tempat tinggal utama bagi berbagai macam bakteri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah bau mulut atau halitosis telah mendapat perhatian di kalangan profesi kesehatan, khususnya kesehatan gigi, dan juga masyarakat awam (Burton, et

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL

RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL 13 Rencana perawatan periodontal BAB 2 RENCANA PERAWATAN PERIODONTAL Dalam penanganan kasus periodontal, apabila diagnosis penyakit sudah ditegakkan dan prognosis diramalkan maka langkah berikutnya adalah

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN DENGAN PENURUNAN KESADARAN. di R. 26s. STOKE UNIT RSUD Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

SATUAN ACARA PENYULUHAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN DENGAN PENURUNAN KESADARAN. di R. 26s. STOKE UNIT RSUD Dr.SAIFUL ANWAR MALANG SATUAN ACARA PENYULUHAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN DENGAN PENURUNAN KESADARAN di R. 26s. STOKE UNIT RSUD Dr.SAIFUL ANWAR MALANG Oleh: PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS) RUANG 26 Lt.2 UNIT STROKE RSUD Dr.SAIFUL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat kumur saat ini sedang berkembang di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat kumur saat ini sedang berkembang di lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan obat kumur saat ini sedang berkembang di lingkungan masyarakat. Obat kumur digunakan untuk membunuh bakteri rongga mulut, menghilangkan bau mulut, mencegah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rongga mulut manusia tidak pernah terbebas dari bakteri karena mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan menempel pada gigi, jaringan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontist adalah ilmu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontist adalah ilmu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ortodonsia menurut American Association of Orthodontist adalah ilmu yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan rahang, muka, dan tubuh yang dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak dialami masyarakat di Indonesia adalah karies gigi. Penyakit tersebut menyerang semua golongan umur, mulai dari anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya kelompok anak usia

Lebih terperinci

Sakit Gigi Akibatkan Penyakit Jantung dan Stroke

Sakit Gigi Akibatkan Penyakit Jantung dan Stroke Sakit Gigi Akibatkan Penyakit Jantung dan Stroke Jangan mengabaikan kesehatan gigi dan mulut. Salah-salah, penyakit lain pun menyerang Masih ingat pelawak Leysus? Ya, ia meninggal Selasa (3/1/06) lalu

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan mulut merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut sering kali menjadi prioritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada permukaan gigi atau permukaan jaringan keras lain didalam rongga mulut. Plak gigi terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius oleh tenaga kesehatan, baik dokter gigi maupun perawat gigi, hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian serius dari tenaga kesehatan. Data Riskesdas 2013 menunjukkan 25,9% penduduk Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan dan plak, terutama pada daerah sayap bukal atau bagian-bagian yang sukar dibersihkan (David dan MacGregor,

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai. 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI).

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai. 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI). 26 BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai dengan 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI). Jumlah Orang Dengan Lupus ( Odapus) yang berkunjung ke YLI

Lebih terperinci

PENTINGNYA PERAWATAN GIGI DAN MULUT SELAMA KEHAMILAN

PENTINGNYA PERAWATAN GIGI DAN MULUT SELAMA KEHAMILAN PENTINGNYA PERAWATAN GIGI DAN MULUT SELAMA KEHAMILAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Teknologi Informasi dalam Kebidanan yang dibina oleh Nurudin Santoso,ST.,MT. Oleh Indah Maswari Agustin NIM 1302100029

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu. Menurut sensus penduduk tahun 2000 oleh Badan Pusat Statistik, usia harapan hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi, jaringan pendukung gigi, rahang, sendi temporomandibuler, otot mastikasi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi, jaringan pendukung gigi, rahang, sendi temporomandibuler, otot mastikasi, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem stomatognasi merupakan suatu unit fungsional yang terdiri atas gigi, jaringan pendukung gigi, rahang, sendi temporomandibuler, otot mastikasi, sistem saraf

Lebih terperinci

KONDISI KESEHATAN DAN KEBERSIHAN MULUT PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

KONDISI KESEHATAN DAN KEBERSIHAN MULUT PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI Vol. 7, No.2, Desember 2014 KONDISI KESEHATAN DAN KEBERSIHAN MULUT PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI CONDITION OF MOUTH HEALTH AND HYGIENE PATIENT IN INPATIENT INSTALLATION KEDIRI BAPTIS HOSPITAL

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh setelah penyentuhan sel telur dengan

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Manusia Sistem Pencernaan Manusia Sistem pencernaan pada manusia terdiri atas beberapa organ yang berawal dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Pada sistem pencernaan manusia terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 23,5%. Menurut hasil RISKESDAS tahun 2013, terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan salah satu ancaman terbesar kesehatan masyarakat dunia. Menurut laporan status global WHO (2016), perilaku merokok telah membunuh sekitar

Lebih terperinci

Mengapa disebut sebagai flu babi?

Mengapa disebut sebagai flu babi? Flu H1N1 Apa itu flu H1N1 (Flu babi)? Flu H1N1 (seringkali disebut dengan flu babi) merupakan virus influenza baru yang menyebabkan sakit pada manusia. Virus ini menyebar dari orang ke orang, diperkirakan

Lebih terperinci

BAGIAN 1: MENGAPA PERLU DETOKS?

BAGIAN 1: MENGAPA PERLU DETOKS? BAGIAN 1: MENGAPA PERLU DETOKS? Dikutip dari tulisan Ibu Andang Gunawan, ADN, ND (Majalah NIRMALA Mei 2004) - sebagian kecil tulisan asli dibuang Anda punya masalah sembelit, demam, flu, kelebihan berat

Lebih terperinci

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal.

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal. HIDUNG Hidung adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan sekitar atau sesuatu dari aroma yang dihasilkan. Kita mampu dengan mudah mengenali makanan yang sudah busuk dengan yang masih segar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pekerja berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 3. UU No 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pekerja berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 3. UU No 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian buruh Buruh adalah salah satu profesi pekerjaan yang diperintah dan dipekerjakan yang berfungsi sebagai salah satu komponen dalam proses produksi (ml.scribd.com).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah hal yang penting di kehidupan manusia. Rasulullah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah hal yang penting di kehidupan manusia. Rasulullah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hal yang penting di kehidupan manusia. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda, Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI PADA PASIEN HIPERTENSI, DIABETES MELLITUS DAN POST STROKE. Oleh : Rozario N. Ramandey

PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI PADA PASIEN HIPERTENSI, DIABETES MELLITUS DAN POST STROKE. Oleh : Rozario N. Ramandey PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI PADA PASIEN HIPERTENSI, DIABETES MELLITUS DAN POST STROKE Oleh : Rozario N. Ramandey 200852089 PENCABUTAN GIGI Pencabutan gigi yang ideal pencabutan tanpa rasa sakit satu

Lebih terperinci

PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang

PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik atau sekelompok mikroorganisme tertentu, menghasilkan destruksi

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA Salah satu ciri mahluk hidup adalah membutuhkan makan (nutrisi). Tahukah kamu, apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obar kumur memiliki banyak manfaat bagi peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Obat kumur digunakan untuk membersihkan mulut dari debris atau sisa makanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab terbesar kehilangan gigi di usia 30 tahun. (Situmorang,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab terbesar kehilangan gigi di usia 30 tahun. (Situmorang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal banyak diderita oleh manusia hampir di seluruh dunia. Di Indonesia, penyakit periodontal menduduki urutan kedua dan merupakan penyebab terbesar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal adalah peradangan yang terjadi pada jaringan pendukung gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis penyakit

Lebih terperinci

HAL-HAL YANG BERPENGARUH PADA KOMPOSISI SEKRESI SALIVA. Departemen Biologi Oral FKG USU

HAL-HAL YANG BERPENGARUH PADA KOMPOSISI SEKRESI SALIVA. Departemen Biologi Oral FKG USU HAL-HAL YANG BERPENGARUH PADA KOMPOSISI SEKRESI SALIVA. Departemen Biologi Oral FKG USU HAL-HAL YANG BERPENGARUH PADA KOMPOSISI DAN SEKRESI SALIVA. Sekresi saliva - fungsi normal - kesehatan rongga mulut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara keseluruhan, untuk itu dalam memperoleh kesehatan rongga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi kesehatan anak secara menyeluruh (Suryani, Putu, N.

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi kesehatan anak secara menyeluruh (Suryani, Putu, N. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan manusia, terutama dalam proses pencernaan makanan. Untuk itu kesehatan gigi dan mulut anak sangat

Lebih terperinci