GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN PERILAKU AKIBAT PENYAKIT, KERUSAKAN, DAN DISFUNGSI OTAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN PERILAKU AKIBAT PENYAKIT, KERUSAKAN, DAN DISFUNGSI OTAK"

Transkripsi

1 GANGGUAN KEPRIBADIAN DAN PERILAKU AKIBAT PENYAKIT, KERUSAKAN, DAN DISFUNGSI OTAK A. Pedoman Diagnostik 1. Gangguan kepribadian organik Pedoman diagnostik Riwayat yang jelas atau hasil pemeriksaan yang mantap menunjukkan adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, Disertai dua atau lebih gambaran berikut a. Penurunan yang konsisten dalam kemampuan untuk mempertahankan aktivitas yang bertujuan (goal directed activities), terutama yang memakan waktu yang lebih lama dan penundaan kepuasan. b. Perubahan perilaku emosional, ditandai oleh labilitas emosional, kegembiraan yang dangkal dan tidak beralasan (eforia, kejenakaan yang tidak sepadan), mudah berubah menjadi iritabilitas atau cetusan amarah dan agresi yang sejenak; pada beberapa keadaan, apati dapat merupakan gambaran yang menonjol. c. Pengungkapan kebutuhan dan keinginan tanpa mempertimbangkan konsekuensi atau kelaziman sosial (pasien mungkin terlibat dalam tindakan dissosial seperti mencuri, bertindak melampaui batas kesopanan seksual, makan secara lahap atau tidak sopan, kurang memperhatikan kebersihan dirinya. d. Gangguan proses piker dalam bentuk curiga atau pikiran paranoid, dan atau prokupasi berlebihan pada satu tema yang biasanya abstrak (seperti soal agama benar atau salah.). e. Kecepatan atau arus pembicaraan berubah dengan nyata, dengan gambaran seperti sirkustansialitas, bicara banyak (over-inclusivesness), alot (viscosity) dan hipergrafia. f. Perilaku seksual yang berubah (hiposeksual atyau perubahan selera seksual) 2. Sindrom pasca Ensefalitis Pedoman diagnostik Sindrom ini mencakup perubahan perilaku sisa (residual) setelah kesembuhan dari ensefalitis virus atau bacterial. Gejala tak khas dan berbeda dari satu orang ke orang lain, dari satu penyebab infeksi ke penyebab infeksi yang lainnya, dan yang pasti berkaitan dengan usia pasien pada saat kena infeksi Perbedaan mendasar dengan gangguan kepribadian organik bahwa kasus ini sering reversible 3. Sindrom pasca kontusio Pedoman diagnostik Sindrom ini terjadi sesudah trauma kepala (biasanya cukup hebat sampai berakibat hilangnya kesadaran) dan termasuk beberapa gejala yang beragam seperti nyeri kepala, pusing (tidak seperti gambaran vertigo yang asli), kelelahan, iritabilitas, sulit berkonsentrasi dan melakukan suatu tugas mental, hendaya daya ingat, insomnia, menurunnya toleransi terhadap stress, gejolak emosional atau terlibat alcohol. Gejala ini dapat disertai oleh rasa depresi dan cemas akibat hilangnya harga diri dan takut terhadap kerusakan otak yang menetap. Sedikitnya terdapat tiga gambaran yang disebutkan diatas untuk memastikan diagnosis. B. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium EEG, CT scanning otak C. Konsultasi : spesialis yang terkait

2 D. Perawatan RS : Bila ada gawat darurat psikiatri E. Terapi : 1. Hal-hal yang dapat ditolonh berdasarkan patologi yang dijumpai, perlu segera dilakukan, dan sering kali dapat memperbaiki kondisi pasien : Dehidrasi : keseimbangan elektrolit, komplikasi-komplikasi lain ditanggulangi sesuai keadaan. Anti psikosis yang rendah Hindari medikasi yang berat karena dapat menambah kekacauan pikirannya. 2. Beberapa reaksi emosional yang timbul segera diatasi : misalnya depresi, ansietas, marah, curiga, dan sebagainya Pengobatan tetap dengan dosis rendah F. Informed Consent : bila dirawat GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF Batasan dan uraian umum Intoksikasi Intoksikasi akut merupakan kondisi peralihan yang timbul akibat menggunakan zat psikoaktif sehingga terjadi gangguan kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, afek atau perilaku atau fungsi dan respos psikofisiologis lainnya. Intoksikasi akut sering dikaitkan dengan tingkat dosis yang digunakan (dose-depandent), individu dengan kondisi organik tertentu yang mendasarinya (misalnya insufisiensi ginjal atau hati) yang dalam dosis kecil dapat menyebabkan efek intoksikasi berat yang tak profesional. Intensitas intoksikasi berkurang dengan berlalunya waktu dan pada akhirnya efeknya menghilang, bila tidak menggunakan zat lagi. Dengan demikian individu tersebut akan kembali ke kondisi semula, kecuali jika ada jaringan yang rusak atau terjadi komplikasi yang lainnya. Sindrom ketergantungan Sindrom ketergantungan adalah kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat, termasuk sejak dimulainya, usaha penghentian, atau pada tingkat sedang menggunakan. Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa (kompulsi) yang menggunakan zat psikoaktif. Keadaan putus zat secara fisiologis ketika penghentian penggunaan zat atau pengurangan, terbukti dengan adanya gejala putus zat yang khas. Orang tersebut menggunakan zat/golongan zat sejenis, yang bertujuan untuk menghilangkan atau menghindari terjadinya gejala putus zat. Terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif yang diperlukan guna memperoleh efek yang sama yang sebelumnya diperoleh dengan dosis yang lebih rendah. Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan atau minat lain yang disebabkan penggunaan zat psikoaktif, meningkatkan jumlah waktu untuk mendapatkan dan menggunakan zat, atau juga untuk pulih dari akibatnya. Tetap menggunakan zat meskipun dia menyadari adanya akibat yang merugikan kesehatannya, seperti gangguan fungsi hati karenan minum alkohol berlebihan, keadaan depresi sebagai akibat dari suatu periode penggunaan zat yang berat, atau hendaya fungsi kognitif berkaitan dengan penggunaan zat, upaya perlu diadakan untuk memastikan bahwa penggunaan zat sungguh-sungguh atau dapat diandalkan, sadar akan hakekat dan besarnya bahaya. Keadaan putus zat Keadaan putus zat merupakan sekelompok gejala dengan aneka bentuk dan keparahannya yang terjadi pada penghentian penggunaan zat secara absolut atau tiba-tiba, atau sesudah penggunaan zat secara terus menerus dan dalam jangka panjang. Keadaan putus zat merupakan salah satu indikator dari sindrom ketergantungan dan diagnosis sindrom ketergantungan zat harus turut dipertimbangkan. Keadaan putus zat hendaknya dicatat sebagai diagnosis utama, bila hal ini merupakan alasan rujukan dan cukup parah, sampai memerlukan perhatian medis secara khusus

3 Yang khas adalah pasien akan melaporkan bahwa gejala putus zat akan mereda dengan meneruskan penggunaan zat. Keadaan putus zat dengan delirium Keadaan putus zat dengan delirium adalah suatu keadaan putus zat desertai komplikasi delirium Termasuk : Delirium tremens, yang merupakan akibat dari putus alkohol secara absolut atau relatif pada pengguna yang ketergantungan berat dengan riwayat penggunaan yang lama. Onset biasanya terjadi sesudah putusalkohol. Keadaan gaduh gelisah toksik (toxic confusional state) yang berlangsung singkat. Terapi ada kalanya dapat membahayakan jiwa, yang disertai gangguan somatik. Biasanya ditemukan waham, agitasi, insomnia atau siklus tidur yang terbalik, dan aktivitas otonimik berlebihan. Gangguan psikotik Gangguan psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah penggunaan zat psikoaktif (biasanya dalam waktu 48 jam), bukan merupakan manifestasi dari keadaan putus zat dengan delirium atau suatu onset lambat (dengan onset lebih dari 2 minggu setelah penggunaan zat). Gangguan psikotik yang disebabkan oleh zat psikoaktif dapat tampil dengan pola gejala yang bervariasi. Variasi ini akan dipengaruhi oleh jenis zat yang digunakan dan kepribadian pengguna zat. Pada penggunaan obat stimulan, seperti kokain atau amphetamine, gangguan psikotik yang diinduksi oleh obat yang umumnya berhubungan erat dengan tingginya dosis dan atau penggunaan zat yang berkepanjangan Diagnosis gangguan psikotik jangan hanya ditegakkan berdasarkan distorsi persepsi atau pengalaman halusinasi, bila zat yang digunakan adalah halusinogenika primer misalnya (LSD, meskalin, kanabis dosis tinggi). Perlu dipertimbangkan kemungkinan diagnosis intoksikasi akut. Manifestasi Klinis Umum Adanya keinginan atau dorongan yang kuat dan memaksa (kompulsif) untuk terus menerus menyalahgunakan zat. Pasien sulit mengendalikan perilakunya tersebut dan usaha penghentian selalu gagal. Ketika penghentian atau pengurangan pemakaian zat, akan timbul gejala putus zat. Terdapat efek toleransi, yang berakibat frekuensi pemakaian yang semakin sering untuk menyalahgunakan zat, sehingga waktu sehari-hari habis untuk pemakaian obat tersebut. Terus menyalahgunakan zat, meskipun ia menyadari efek buruknya (tidak ada tilikan/insight) Periksa tanda-tanda vital Anamnesis : zat apa yang disalahgunakan, tunggal atau multiple Gejala intoksikasi: Depresi nafas, pupil miosis/midriasis, hipotensi/hipertensi, takikardia/bradikardia, hipotermia, edema paru, bising usus menurun, hiporefleksi, kesadaran menurun Gejala putus zat : Sangat bervariasi, antara lain : Pilek, batuk, menguap, lakrimasi, suhu tubuh naik, pupil dilatasi, mual, muntah, diare, vasodilatasi umum (rasa panas-dingin, keringat banyak, piloereksi), takikardia, tensi meningkat, frekuensi nafas meningkat, insomnia. Gejala putus zat dengan delirium : Gejala prodomal khas berupa : insomnia, gemetar dan ketakutan. Onset dapat didahului oleh kejang setelah putus zat. Trias yang klasik dari gejala putus obat dengan delirium : Kesadaran berkabut dan kebingungan Halusinasi dan ilusi yang hidup (vivid) yang mengenai salah satu panca indera (sensory modality) dan Tremor berat Gejala yang dapat mengancam jiwa : koma, kejang, henti nafas, henti jantung. Kriteria Diagnosis

4 Terdapat pola penggunaan zat yang patologik dan mengakibatkan hendaya fungsi sosial dan pekerjaan Catatan : pola penggunaan zat patologik yaitu setiap hari individu perlu menggunakan zat itu agar dapat berfungsi secara adekuat. Adanya toleransi dan sindroma putus zat. Catatan : Toleransi berarti dibutuhkan secara menonjol jumlah zat itu agar didapat efek yang dikehendaki, atau dengan penggunaan dosis yang sama dari zat itu terjadi secara jelas pengurangan efek zat itu. Sindroma putus obat berarti terjadinya sindroma zat yang spesifik menyusul penghentian atau pengurangan zat yang sebelumnya digunakan secara teratur oleh individu agar tercapai keadaan intoksikasi fisiologik. Terdapat tanda-tanda intoksikasi Intoksikasi akut merupakan kondisi peralihan yang timbul akibat menggunakan zat psikoaktif sehingga terjadi gangguan kesadaran, fungsi kognitifm persepsi, afek atau perilaku atau fungsi dan respons psikologis lainnya. Diagnosis banding Gangguan mental organik Gangguan psikotik Gangguan afektif Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorim : laboratorium darah, urine Foto rontgen thoraks Foto rontgen kepala Elektrokardiografi Bila perlu, ekhokardiografi CT scan otak Evaluasi psikologik Konsultasi Spesialis yang terkait Perawatan Rumah Sakit Rawat inap segera pada keadaan intoksikasi dan perawatan khusus untuk mengatasi sindrom putus obat Terapi : Neuroleptik Psikoterapi Bila terjadi intoksikasi rujuk ke ICU Penyulit : tetanus, hepatitis, AIDS, dan kematian Lama perawatan : minimal 2 minggu Lama pemulihan : minimal 2 minggu Luaran : sembuh total Pencegahan Dengan melakukan penyuluhan kesehatan ke sekolah, karang taruna, puskesmas Memberikan informasi gejala-gejala awal penyalahgunaan/ketergantungan melalui berbagai media Memberikan penyuluhan dalam rangka memperkuat komunikasi dan kesehatan keluarga.

5 Intoksikasi alkohol Terdapat pemakaian alkohol INTOKSIKASI Terdapat perilaku maladaptif, seperti perilaku agresif, emosi labil, perilaku seksual yang terganggu, persepsi fikiran terganggu, sosialisasi terganggu. Terdapat satu gejala atau lebih : Bicara kacau Gelisah, pengendalian diri kurang Jalan sempoyongan Nystagmus Gangguan perhatian atau daya ingat Stupor atau koma Pada beberapa orang walaupun tidak minum dalam jumlah yang banyak, dapat timbul gejalagejala: Mudah tersinggung Cepat marah Suka berkelahi Eksplosif dan destruktif Keadaan yang terakhir ini disebut pathological intoxication. Kadang-kadang timbul stupor untuk waktu yang pendek yang disebut stupor alcoholic. Dapat pula terjadi koma, suatu keadaan yang berbahaya. Terapi : 1. Terapi umum Diutamakan keselamatannya, pernafasan : bebaskan jalan nafas, kendorkan baju dan ikat pinggang, bila perlu pernafasan buatan dan oksigen. 2. Terapi spesifik Kompres panas dan dingin berganti-ganti, diberi minum kopi, diikat, diberi banyak aktivitas. Bila keadaan gawat darurat, tindakan medis spesialistik perlu diberikan; 5 mg diazepam iv, jika perlu dapat diulangi sampai 2 kali dalam 30 menit pertama. Diazepam iv harus diberikan pelan-pelan agar tidak terjadi apnea dalam jangka waktu 2-3 menit setelah pemberian. Kemudian berikan 1-20 mg diazepam pelanpelan setiap 6 jam dengan dosis pemeliharaan 1-5 mg per jam melalui infuse. Pasien dirawat di ruang khusus. Sesudah 24 jam dapat diganti dosis oral mg diazepam setiap 6 jam dan diturunkan sampai selesai dalam 3-5 hari. Perhatian perlu diberikan secara khusus pada kondisi : penyakit hati kronis, gangguan pernafasan kronik. Neuroleptik diberikan sebagai pembantu diazepam dalam mengontrol halusinasi, ide paranoid dan agitasi berat. Diberikan haloperidol pada symptom yang berat 2,5-5 mg po ulangi 1 jam kemudian jika perlu. Untuk gangguan ringan 1-5 mg setiap 6 jam. Jika perlu berikan dalam suntikan im atau iv. Diperlukan dosis 0,5-2 mg. Untuk yang sangat terganggu diberikan 5-10 mg, ulangi setelah 1 jam, kemudian 1-5 mg setiap 6-8 jam, sesuai indikasi.. Pada agitasi, berikan khlordiazepoksid parenteral/oral, mg/4-6 jam Intoksikasi Opioida Terdapat pemakaian opioid Delirium tremens, berikan lorazepam parenteral/oral, 2-10 mg/4-6 jam Terdapat perilaku maladaptive, mula-mula eforia kemudian berganti apati, disforik, agitasi atau retardasi psikomotor, persepsi pikiran terganggu, sosialisasi terganggu. Gejala : Miosis (pinpoint pupil), atau terjadi midriasis pada keadaan anoksia atau overdosis berat.

6 Kemudian diikuti satu gejala atau lebih berikut : Mengantuk atau koma Bicara kacau Gangguan pemusatan perhatian atau daya ingat. Tatalaksana Prosedur Pemeriksaan vital sign Perhatikan tanda-tanda intoksikasi Pertimbangkan kemungkinan polisubstance abuse Evaluasi dan atasi kondisi medis pasien Terapi umum Bila ada cardiac arrest diberi adrenalin 0,3 cc intracardial Massage eksternal jantung Bila ada hipotensi diberi infus NaCl Rujuk ke ICU bila intoksikasi berat Rawat inap, bila perlu Terapi spesifik Berikan antagonis opioid, sesuai dengan naloxone challenge test: Berikan naloxone 0,8 mg iv, tunggu 15 menit Berikan naloxone 1,6 mg iv, tunggu 15 menit Berikan naloxone 3,2 mg iv, tunggu 15 menit Bila sampai total pemberian 10 mg tidak ada respons, kaji ulang diagnosis Intoksikasi Kanabinoida Terdapat pemakaian cannabis Terdapat perilaku maladaptif, seperti gangguan koordinasi motorik, eforia, cemas, sensasi perlambatan waktu, persepsi pikiran terganggu, menyendiri. Gejala : terdapat 2 gejala atau lebih setelah 2 jam pemakaian Konjungtiva merah Nafsu makan meningkat Mulut kering Takikardi Tatalaksana Terapi umum Bila ada koma, bersihkan mata dan mulut secara teratur Dijaga agar mata tetap basah Diberi infus glucose 5% Koreksi keseimbangan elektrolit dan asidosis Bila perlu diberi sodium bikarbonat perinfus Terapi khusus Ciptakan suasana tenang bersikap penuh pengertian, ajak bicara apa yang sedang dialaminya. Jelaskan bahwa semua yang dialaminya hanya bersifat sementara. Bila diperlukan dapat diberi diazepam mg perenteral atau peroral. Intoksikasi sedativa atau hipnotika Gejala : Gejala psikis Agresif Impulsive Afek yang labil

7 Tatalaksana Intoksikasi kokain Gejala : Tatalaksana Gangguan fungsi penglihatan Gangguan perhatian Gejala fisik Pembicaraan yang kasar Inkoordinasi Unsteady gait Terapi umum Bila kejang diberikan diazepam 20 mg iv Untuk dieresis dipakai furosemid Terapi khusus Ajak bicara terus-menerus dan berikan rangsangan fisik (ditepuk-tepuk atau dicubit) supaya pasien tetap sadar sambil menunggu pengurangan kadar obat dalam darah. Gejala psikis Efori Melawan Perasaan melambung Waspada berlebihan Agitasi psikomotor Gangguan fungsi pertimbangan Halusinasi raba dan penglihatan Gejala fisik Mual dan muntah Berkeringat berlebihan Kedinginan Kenaikan tekanan darah Takikardi Dilatasi pupil Terapi umum Kuras lambung dapat dilakukan bila pasien menggunakan zat tidak lebih dari 90 menit kecuali keracunan setelah mengkonsumsi kokain tidak lebih dari 6 jam Terapi spesifik Diberikan diazepam mg peroral atau perenteral atau chlordiazepoxide mg oral, diulang ½ - 1 jam. Intoksikasi stimulansia ( amfetamin) Terdapat pemakaian amfetamin Terdapat perilaku maladaptive, seperti eforia, sangat sensitive, perubahan sosialisasi, curiga, cemas, mudah marah, persepsi pikiran buruk. Gejala Terdapat 2 atau lebih dari gejala-gejala berikut : Takikardi atau bradikardi Dilatasi pupil Tensi meningkat atau menurun Berkeringat atau kedinginan Mual dan muntah Agitasi psikomotor atau retardasi Kelelahan otot, depresi pernafasan, nyeri dada atau aritmia kordis

8 Tatalaksana Bingung, kejang, distonia atau koma Tindakan suportif Usahakan pernafasan berjalan lancar Usahakan peredaran darah berfungsi baik Pasang infus kecepatan rendah, sampai ada indikasi untuk mengatasi dehidrasi Bila pasien koma perhatikan keseimbangan elektrolit dan cairan, perawatan mata, dekubitus, tenggorokan/mulut. Tindakan medik Bila perlu dapat diberikan diazepam mg peroral atau perenteral, dapat diulangi sesudah menit. Tindakan evaluatif Evaluasi terhadap apakah ada perdarahan atau trauma yang membahayakan Observasi timbulnya kejang Ambil darah 40 cc untuk pemeriksaan toksikologi, urine untuk urine analisis Monitoring terus menerus vital sign, mula-mula tiap 15 menit selama 4 jam, setelah itu tiap 2-4 jam selama jam Tindakan korektif Antagonis diberikan bila sudah diketahui zat apa yang digunakan pasien Kuras lambung jangan dilakukan bila pasien dengan perilaku psikotik atau menelat bahan yang korosif. Intoksikasi halosinogenika Gejala psikis Cemas/depresi Idea of reference Ketakutan akan kesepian Ide paranoid Gangguan fungsi pertimbangan Depersonalisasi Derealisasi Ilusi Gejala fisik Tatalaksana Delusi Synesthesia Dilatasi pupil Takikardia Berkeringat Gemetar Mata kabur Tremor Inkoordinasi motorik Terapi umum Pada keadaan panic/cemas ajak pasien bicara dengan tenang bila perlu diberi diazepam mg oral Pada kondisi psikotik: haldol 3x 1-5 mg atau chlorpromazine 3x 10 mg atau thioridazinr 3x mg Terapi spesifik

9 Diazepam mg peroral atau perenteral, atau chlordiazepoxide mg oral diulang setelah menit. Intoksikasi pelarut yang mudah menguap Gejala psikis : Gejala fisik Kecenderungan berkelahi Mudah menyerang Apati Eforia Gangguan fungsi pertimbangan Dizziness Nystagmus Inkoordinasi motorik Bicara kasar Menurunnya reflek-reflek Tremor Kelemahan otot secara umum Mata kabur atau diplopia Retardasi psikomotor Stupor/koma Terapi bersifat simtomatik, secara khusus tidak ada. Informed consent : bila dirawat PUTUS ZAT Gejala putus zat opioid Terjadi karena pengurangan/penghentian pemakaian opioid, atau karena pemakaian antagonis opioid Gejala Terjadi 3 gejala atau lebih dari gejala-gejala berikut : Disforik Nausea atau muntah Nyeri otot, tulang dan sendi Lakrimasi atau rhinorhea Dilatasi pupil, piloereksi atau berkeringat Banyak menguap Diare Tata laksana Demam Insomnia Terapi simtomatik (dengan pemberian analgetik,ansiolitik, hipnotik, antiemetik, antiagitasi, dll) Terapi substitusi (dengan pemberian metadon, buprenorfin, atau klonidin) Terapi DOCA (pemberian antagonis opiate dengan bantuan anestesi) Rawat inap kalau perlu. Gejala putus zat amfetamin Terjadi karena pengurangan/penghentian pemakaian amfetamin Gejala : Mood disforik Dan diikuti 2 gejala atau lebih :

10 Lelah Tata laksana Mimpi buruk Gejala putus zat cannabis Gejala sangat ringan Insomnia dan hipersomnia Nafsu makan meningkat Agitasi atau retardasi psikomotor Agitasi diredakan dengan haloperidol tablet 2-5 mg, atau injeksi 2-5 mg IM/IV Kegelisahan dapat diatasi dengan ansiolitik (mis. Tablet klobazam 2x10 mg, lorazepam 1 mg malam) Rawat inap kalau perlu Tatalaksana Tak ada terapi khusus, bahkan seringkali tanpa tindakan apa-apa Gejala putus zat alkohol Terjadi karena pengurangan/penghentian pemakaian alkohol Gejala : terdapat 2 gejala atau lebih, setelah bberapa jam atau beberapa hari penghentian/penurunan alkohol Tata laksana Berikan benzodiazepine (diazepam, khlordiazepoksid, lorazepam) : untuk meredakan Kejang Delirium Kecemasan/kegelisahan Takikardia Hipertensi Diaphoresis Pilihan psikofarmaka : Tremor, yang dihubungkan dengan putus zat alkohol Khlordiazepoksid mg setiap 2-4 jam, atau Lorazepam 2-10 mg setiap 4-6 jam SKIZOFRENIA (F20) Batasan dan uraian umum Gangguan jiwa berat yang ditandai dengan gangguan penelitian realita. Ada beberapa subtype yaitu : 1. Skizofrenia paranoid 2. Skizofrenia disorganisasi 3. Skizofrenia katatonik 4. Skizofreniatak terinci 5. Depresi pasca Skizofrenia 6. Skizofrenia residual 7. Skizofrenia simpleks 8. Skizofrenia lainnya 9. Skizofrenia yang tak tergolongkan Manifestasi klinis Anamnesis Adanya perubahan perilaku misalnya menjadi menarik diri, agresif, marah-marah, mempunyai ide dan kepercayaan yang aneh atau pikiran yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain atau tidak logis. Pemeriksaan

11 Asosiasi longgar : ide pasien sering tidak nyambung. Pemasukan berlebihan : arus pikir pasien secara terus menerus mengalami gangguan karena pikirannya sering dimasuki informasi yang tidak relevan. Neologisme : pasien menciptakan kata-kata baru Terhambat : pembicaraan tiba-tiba berhenti (sering pada pertengahan kalimat) dan disambung kembali beberapa saat (atau beberapa menit) kemudian, biasanya dengan topic yang lain. Klang asosiasi : pasien memilih kata-kata berikut mereka berdasarkan bunyi kata-kata yang baru saja diucapkan dan bukan isi pikirannya. Ekolalia : pasien mengulang kata-kata atau kalimat-kalimat yang baru saja diucapkan oleh seseorang. Alogia :pasien berbicara sangat sedikit (tetapi bukan resisten yang disengaja, miskin pembicaraan) atau dapat berbicara dalam jumlah normal tetapi sangat sedikit yang dikatakan (miskin isi pembicaraan). Gangguan isi pikir Waham adalah suatu kepercayaan salah yang menetap yang tak sesuai dengan fakta dan tidak bisa dikoreksi. Jenis-jenis waham antara lain : Waham kejar Waham kebesaran Waham rujukan Waham penyiaran pikiran Waham penyisipan pikiran Berbagai perilaku tak sesuai atau anej dapat terlihat seperti gerakan tubuh yang aneh dan menyeringai, perilaku ritual, sangat ketolol-tololan, dan agresif serta perilaku seksual yang tak pantas. Gangguan persepsi Halusinasi paling sering ditemui, biasanya berbentuk pendengaran tetapi bisa juga berbentuk penglihatan, penciuman, dan perabaan. Pasien juga dapat mengalami ilusi dan depersonalisasi Gangguan emosi Pasien skizofrenia dapat memperlihatkan berbagai emosi. Ada tiga efek dasar yang sering (tetapi tidak patognomonik): Afek tumpul atau datar Afek tak serasi Afek labil Gangguan perilaku Berbagai perilaku tak sesuai atau aneh dapat terlihat seperti gerakan tubuh yang aneh dan menyeringai, perilaku ritual, sangat ketolol-tololan, dan agresif serta perilaku seksual yang tak pantas. Kriteria diagnosis Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (biasanya dua gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) : a. Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangnya, walaupun isinya sama namun kualitasnya berbedabeda, atau Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil oleh sesuatu dari dirinya (withdrawal), dan, Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya

12 b. Delusional of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh sesuatu kekuatan tertentu dari luar, atau Delusional of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh sesuatu kekuatan tertentu dari luar Delusional of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar, (tentang dirinya = secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh anggota gerak atau pikiran, tindakan atau penginderaan khusus) Persepsi delusion = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat. c. Halusinasi auditorik : Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal perilaku pasien, diantaranya mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara) atau Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh. d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain) Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada cara jelas: a. Halusinasi yang menetap dari panca indra apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang/melayang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun ole hide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus. b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme. c. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), sikap tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas serea (waxy flexibility), negativisms, mutisme, dan stupor d. Gejala-gejala negatif seperti bersikap masa bodoh (apatis), pembicaraan yang terhenti, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunkan kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptik. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tidak bertujuan, tak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial. Apabila didapati kondisi yang memenuhi kriteria gejala diatas tetapi baru dialami kurang dari satu bulan, makan harus dibuat diagnosis gangguan psikotik lir skizofrenia akut. Apabila gejalagejala berlanjut lebih dari satu bulan dapat dilakukan klasifikasi ulang. Diagnosis banding Diagnosis-diagnosis yang juga memiliki gejala psikosis aktif diantaranya: Gangguan kondisi medis umum misalnya epilepsy lobus temporalis, tumor lobus temporalis atau frontalis, stadium awal sklerosis multiple dan sindrom lupus eritematosus. Penyalahgunaan alkohol dan psikoaktif Gangguan skizoafektif Gangguan afektif berat Gangguan waham Gangguan perkembangan pervasive Gangguan kepribadian skizotipal Gangguan kepribadian schizoid Gangguan kepribadian paranoid Pemeriksaan penunjang Evaluasi kepribadian/masalah psikososial dan lingkungan

13 Brain mapping Pemeriksaan lain sesuai kebutuhan diagnostic Tata laksana Kriteria indikasi rawat inap: Memenuhi kompnrn gaduh gelisah PANSS dengan skor Pengendalian impuls yang buruk : 6-7 Ketegangan : 4-7 Permusuhan : 4-7 Ketidakkooperatifan : 4-7 Gaduh gelisah : 6-7 Kriteria rawat jalan/pulang : Pengendalian impuls yang buruk : 1-4 Ketegangan : 1-3 Permusuhan : 1-3 Ketidakkooperatifan : 1-3 Gaduh gelisah : 1-4 Terapi : A. Kondisi akut 1. Bila diperlukan pengobatan a. Haloperidol, 5-20 mg iv/im, dapat diulang tiap 2 jam sampai mencapai dosis 100 mg/hari, atau : b. Chlorpromazine, mg im, hati-hati terhadap efek hipotensinya, dapat diulang tiap sesudah 1 jam. Apabila diperlukan sedasi yang cepat dapat dipakai diazepam 5-10 mg iv, dapat diulang tiap 15 menit. 2. Bila pengobatan peroral memungkinkan dan diperlukan sedasi, dapat diberikan : a. Chlorpromazine : mg 3x4x/hari b. Thloridazine : mg 3x4x/hari 3. Bila pengobatan peroral memungkinkan dan tidak perlu sedasi, dapat diberikan : a. Haloperidol : mg, 2x/hari, seterusnya dilanjutkan dengan 1x20-60 mg malam hari b. Trifluoperazine : dimulai dari mg 2x/hari, selanjutnya mg malam. c. Sulpiride : mg/hari d. Risperidone, 2x1-3 mg 4. ECT (Electro Convulsive therapy) : dilakukan dengan premedikasi anestesi, 3x/minggu, 3-12x sambil dievaluasi. Apabila terbukti tidak ada kemajuan, ECT dihentikan, ECT terutama untuk kasus-kasus kurang responsif terhadap neuroleptik seperti katatonik. Yang dimaksud dengan akut : Disertai gejala-gejala positif : waham, halusinasi, pikiran dan tingkah laku kacau. Dapat merupakan episode yang pertama atau kekambuhan B. Kondisi Kronik Pengobatan jangka panjang untuk mencegah relaps 1. Bila pasien patuh minum obat, dapat diberikan : a. Trifluoperazine mg 1x malam hari b. Haloperidol 5-40 mg 1x malam hari c. Thioriridazine mg 1x malam hari d. Perfenazine 8-80 mg 1x malam hari e. Pimozid 1-4 mg 1x malam hari f. Risperidone 1-3 mg 2x/hari

14 2. Bila pasien kurang patuh minum obat : diberikan injeksi flupenazine dekanoat 12,5-100 mg tiap 2-6 minggu. Efek samping neuroleptik yang paling sering dijumpai yaitu : a. Ekstrapiramidal (distonia, parkinsonism, akatisa) dapat diberikan: Trihexyphenidyl 2-5 mg, 3x/hari Sulfas atropin inj 0,25-0,5 mg subkutan/im, 2x/hari, tabletnya 3x 5-10 mg/hari. Dipenhidramine peroral mg, 3-4x/hari im b. Hipotensi ortostatik : dengan inj noradrenalin subkutan Gangguan Skizotipal Batasan dan uraian umum Gangguan ini ditandai dengan adanya perilaku eksentrik dan anomaly-anomali dalam berfikir dan dalam afek. Tidak terdapat anomali skizofrenia yang khas dan nyata. Riwayat skizofrenia pada salah seorang anggota keluarga terdekat memberikan bobot tambahan untuk diagnosis ini. Manifestasi klinis Anamnesis Hubungan sosial yang buruk dengan orang lain Adanya kepecayaan-kepercayaan aneh,curiga, pikiran obsesif dan persepsi pancaindra yang luar biasa. Pemeriksaan Afek tak wajar atau terbatas Perilaku aneh, eksentrik atau ganjil Pemikiran samar-samar,sirkumstansial, metaforis, stereotipik Kriteria diagnosis Terdapat 3 atau empat gejala khas berikut ini, secara terus menerus atau secara episodik, sedikitnya 2 tahun lamanya : Afek yang tidak wajar atau menyempit/constricted (individu tampak tampak dingin dan acuh dan tak acuh) Perilaku atau penamplan yang aneh, eksentrik/ganjil Hubungan sosial yang buruk dengan orang lain dan tendensi menarik diri dari pergaulan sosial Kepercayaan yang aneh atau pikiran bersifat magik Kecurigaan atau ide-ide paranoid Pikiran obsesif berulang-ulang yang tak terkendali, sering dengan isi yang bersifat dysmorphophobic (keyakinan tentang bentuk tubuh yang tidak normal/buruk dan tidak terlihat secara objektif oleh orang lain), seksual atau agresif Persepsi-persepsi pancaindera yang tidak lazim termasuk mengenai tubuh (somatosensory) atau ilusi-ilusi lain, depersonalisasi atau derealisasi. Pikiran yang bersifat samar-samar (vague), berputar-putar (circumtansial), penuh kiasan (methaporical), sangat terinci dan ruwet (overrelaborate), atau stereotipik, yang bermanifestasi dalam pembicaraan yang aneh atau cara lain, tanpa inkoherensi yang jelas atau nyata. Sewaktu-waktu ada episode menyerupai keadaan psikotik yang bersifat sementara dengan ilusi, halusinasi auditorik, atau lainnya yang bertubi-tubi, dan gagasan mirip waham, biasanyaterjadi tanpa provokasi dari luar. Individu harus tidak pernah memenuhi kriteria skizofrenia dalam stadium manapun Suatu Riwayat skizofrenia pada salah seorang anggota keluarga terdekat memberikan bobot tambahan untuk diagnosis ini. Tetapi bukan merupakan suatu prasyarat. Tata laksana Jarang mencari terapi kecuali bila ada perilaku maladaptive yang mengganggu perkawinan keluarga atau karir.

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP NOMOR SOP : TANGGAL : PEMBUATAN TANGGAL REVISI : REVISI YANG KE : TANGGAL EFEKTIF : Dinas Kesehatan Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai PUSKESMAS TANAH TINGGI DISAHKAN OLEH : KEPALA PUSKESMAS TANAH TINGGI

Lebih terperinci

WITHDRAWAL SYNDROME BY : KELOMPOK 4

WITHDRAWAL SYNDROME BY : KELOMPOK 4 WITHDRAWAL SYNDROME BY : KELOMPOK 4 DEFINISI Withdrawal syndrome, atau dikenal juga dengan discontinuation syndrome, merupakan kumpulan gejala yang dapat terjadi pada individu yang kecanduan obat dan alkohol

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

1. Kriteria Diagnostik Alcohol Withdrawal Syndrome (American Psychiatric Association, 2000):3 2. Kriteria Diagnostik Amphetamine Withdrawal Syndrome

1. Kriteria Diagnostik Alcohol Withdrawal Syndrome (American Psychiatric Association, 2000):3 2. Kriteria Diagnostik Amphetamine Withdrawal Syndrome Berikut adalah kriteria diagnostik beberapa jenis withdrawal syndrome : 1. Kriteria Diagnostik Alcohol Withdrawal Syndrome (American Psychiatric Association, A. Penghentian atau pengurangan penggunaan

Lebih terperinci

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Demensia Delirium

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Demensia Delirium Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Penggolongan diagnosis gangguan jiwa menurut PPDGJ III berdasarkan pada sistem hierarki penyakit yang tercantum paling atas mempunyai hierarki tertinggi dan

Lebih terperinci

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III. Dr. Tribowo Tuahta Ginting S, SpKJ SMF Psikiatri RSUP Persahabatan

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III. Dr. Tribowo Tuahta Ginting S, SpKJ SMF Psikiatri RSUP Persahabatan Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Dr. Tribowo Tuahta Ginting S, SpKJ SMF Psikiatri RSUP Persahabatan Definisi Psikiatri : Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari mengenai emosi, persepsi, kognisi

Lebih terperinci

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental Terkait Trauma Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental setelah Trauma Trauma 2 minggu 1 bulan 2 bulan 6 bulan Reaksi stres akut Berkabung

Lebih terperinci

Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn atensi, orientasi, m

Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn atensi, orientasi, m DELIRIUM Oleh : dr. H. Syamsir Bs, Sp. KJ Departemen Psikiatri FK-USU 1 Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS DEFINISI Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun semakin bertambah. Sedikitnya 20% penduduk dewasa Indonesia saat ini menderita gangguan jiwa,, dengan 4 jenis penyakit

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) agitasi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SKIZOFRENIA Skizofrenia adalah suatu gangguan psikotik dengan penyebab yang belum diketahui yang dikarakteristikkan dengan gangguan dalam pikiran, mood dan perilaku. 10 Skizofrenia

Lebih terperinci

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia? Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala

Lebih terperinci

PROSES TERJADINYA MASALAH

PROSES TERJADINYA MASALAH PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA Ruang rawat :... Tanggal dirawat:... A. IDENTITAS KLIEN Nama :... L/P) Umur :... tahun No. CM :... Tanggal masuk :... B. ALASAN MASUK/FAKTOR PRESIPITASI......

Lebih terperinci

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 BAB 1 PSIKIATRI KLINIK A. Pertanyaan untuk persiapan dokter muda 1. Seorang pasien sering mengeluh tidak bisa tidur, sehingga pada pagi hari mengantuk tetapi

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA A. IDENTITAS KLIEN Nama :... L/P) Umur :... tahun No. CM :... Tanggal masuk :... B. ALASAN MASUK/FAKTOR PRESIPITASI...... C. FAKTOR PREDISPOSISI 1. Pernah mengalami

Lebih terperinci

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG - 121001419 LATAR BELAKANG Skizoafektif Rancu, adanya gabungan gejala antara Skizofrenia dan gangguan afektif National Comorbidity Study 66 orang Skizofrenia didapati

Lebih terperinci

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE 1 Definisi Suicidum (bunuh diri) adalah kematian yang dengan sengaja dilakukan oleh diri sendiri. Tentamen suicidum (percobaan bunuh diri) adalah

Lebih terperinci

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( ) GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ disusun oleh: Ade Kurniadi (080100150) DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI

Lebih terperinci

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap A. Pemeriksaan penunjang - Darah lengkap Darah lengkap dengan diferensiasi digunakan untuk mengetahui anemia sebagai penyebab depresi. Penatalaksanaan, terutama dengan antikonvulsan, dapat mensupresi sumsum

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan secara pasti, hanya orang tersebut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan secara pasti, hanya orang tersebut 6 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kualitas hidup 2.1.1. Definisi kualitas hidup Kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan secara pasti, hanya orang tersebut yang dapat mendefinisikannya karena kualitas

Lebih terperinci

Gangguan Psikiatrik Pada Pasien Ginjal ANDRI

Gangguan Psikiatrik Pada Pasien Ginjal ANDRI Gangguan Psikiatrik Pada Pasien Ginjal ANDRI Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) Email : andri@ukrida.ac.id Pendahuluan Pasien gagal ginjal kronis adalah salah

Lebih terperinci

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Target Kompetensi Minimal Masalah Psikiatrik Untuk Dokter Umum: 1. Mampu mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan kasus psikiatrik

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas.

BAB 1. PENDAHULUAN. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas. BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas. Agitasi sering dijumpai di pelayanan gawat darurat psikiatri sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA PARANOID PEMBIMBING : DR. A. SYAIFUL HD, SP.KJ

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA PARANOID PEMBIMBING : DR. A. SYAIFUL HD, SP.KJ S U S A K N A LAPOR D I O N A R A P A I SKIZOFREN J SP.K, D H L U IF A Y S. A. R D : G IN PEMBIMB I. IDENTITAS PASIEN Nama : Nn. An Umur : 29 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Tempat / TTL : Tanjung Pinang,

Lebih terperinci

LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN

LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN Disusun oleh : Ali Abdullah Sungkar S.Ked 0810221112 Dokter Pembimbing: Dr. Tribowo T. Ginting, Sp.KJ KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS

Lebih terperinci

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Gangguan Bipolar Febrilla Dejaneira Adi Nugraha Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Epidemiologi Gangguan Bipolar I Mulai dikenali masa remaja atau dewasa muda Ditandai oleh satu atau lebih episode

Lebih terperinci

STATUS PASIEN PSIKIATRI. : Hagu Barat Laut, Banda Sakti, Aceh Utara Status Pernikahan : Belum menikah

STATUS PASIEN PSIKIATRI. : Hagu Barat Laut, Banda Sakti, Aceh Utara Status Pernikahan : Belum menikah STATUS PASIEN PSIKIATRI I. IDENTITAS PASIEN Nama : Egi Prayogi Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 26 tahun Alamat : Hagu Barat Laut, Banda Sakti, Aceh Utara Status Pernikahan : Belum menikah Pekerjaan :

Lebih terperinci

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/- PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum: baik Kesadaran: compos mentis Tanda vital: TD: 120/80 mmhg Nadi: 84 x/menit Pernapasan: 20 x/menit Suhu: 36,5 0 C Tinggi Badan: 175 cm Berat Badan: 72 kg Status Generalis:

Lebih terperinci

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man Gangguan Suasana Perasaan Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU 1 Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Benedict A.Morel ( ), seorang dokter psikiatri dari Prancis

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Benedict A.Morel ( ), seorang dokter psikiatri dari Prancis BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Benedict A.Morel (1809-1873), seorang dokter psikiatri dari Prancis menggunakan istilah demence precoce untuk pasien yang memburuk dimana penyakitnya (gangguannya)

Lebih terperinci

PANSS - EXCITED COMPONENT

PANSS - EXCITED COMPONENT Lampiran 1 PANSS - EXCITED COMPONENT Nama : Umur : Jenis Kelamin : Berat Badan : Tinggi Badan : Tanggal Pemeriksaan : P4. GADUH GELISAH Hiperaktifitas yang ditampilkan dalam bentuk percepatan perilaku

Lebih terperinci

KEGAWATDARURATAN PSIK I IA I TR T I

KEGAWATDARURATAN PSIK I IA I TR T I KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI PEMERIKSAAN WAWANCARA DX & PENATALAKSAAN PENGERTIAN Kegawatdaruratan psikiatri adalah setiap gangguan dalam pikiran, perasaan atau tingkah laku (tindakan)

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan ketidakmampuan bagi pasien dan secara signifikan menimbulkan beban yang berat bagi dirinya sendiri,

Lebih terperinci

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA Gambar 7.1, terdiri dari rokok, minuman keras dan obat-obatan yang semuanya tergolong pada zat adiktif dan psikotropika Gambar 7.1: Zat adiktif dan psikotropika 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan

Lebih terperinci

Pusat Hiperked dan KK

Pusat Hiperked dan KK Pusat Hiperked dan KK 1. Gangguan pernafasan (sumbatan jalan nafas, menghisap asap/gas beracun, kelemahan atau kekejangan otot pernafasan). 2. Gangguan kesadaran (gegar/memar otak, sengatan matahari langsung,

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Pustaka 2. 1.1 Skizofrenia A. Definisi Skizofrenia Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu skizo yang artinya retak atau pecah, dan frenia yang artinya jiwa. Dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006). 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari mengingat suatu hal. Dengan kata lain, pengetahuan dapat diartikan sebagai mengingat suatu

Lebih terperinci

Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K)

Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K) Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K) Yogyakarta, 11 Oct 2014 1 Prevalensi Ganguan Psikiatrik yang lazim di Komunitas dan Pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Lebih terperinci

SKIZOFRENIA HEBEFRENIK. Siska Nurlaela Dina Astiyanawati Dr. Tuti Wahmurti A.S., dr., Sp.KJ (K)

SKIZOFRENIA HEBEFRENIK. Siska Nurlaela Dina Astiyanawati Dr. Tuti Wahmurti A.S., dr., Sp.KJ (K) CASE REPORT SESSION SKIZOFRENIA HEBEFRENIK Disusun oleh : Siska Nurlaela 1301 1206 0144 Dina Astiyanawati 1301 1206 0147 Pembimbing : Dr. Tuti Wahmurti A.S., dr., Sp.KJ (K) BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

Lebih terperinci

GAMBARAN KLINIS GANGGUAN KECEMASAN

GAMBARAN KLINIS GANGGUAN KECEMASAN GAMBARAN KLINIS GANGGUAN KECEMASAN Definisi Suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang untuk mengambil tindakan 2 Beda kecemasan dan ketakutan

Lebih terperinci

Mampu mengenal dan mengetahui tanda, gejala dan pemeriksaan status mental yang menunjang dalam mendiagnosa pasien dengan gangguan skizofrenia.

Mampu mengenal dan mengetahui tanda, gejala dan pemeriksaan status mental yang menunjang dalam mendiagnosa pasien dengan gangguan skizofrenia. Judul: Skizofrenia Prof. Jayalangkara tanra, (neuropsikiatri) Alokasi waktu: 3 x 50 menit Tujuan Instruksional Umum (TIU): Mampu melakukan diagnosa dan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas pada gangguan

Lebih terperinci

Penatalaksanaan Gangguan Jiwa Psikotik di Puskesmas

Penatalaksanaan Gangguan Jiwa Psikotik di Puskesmas Penatalaksanaan Gangguan Jiwa Psikotik di Puskesmas Benediktus Elie Lie, dr, SpKJ Kabupaten Banyuwangi, 10-12 Juli 2017 Psikotik Psikotik adalah gangguan jiwa berat yang ditandai oleh adanya: Halusinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, masalah kesehatan jiwa banyak terjadi dengan berbagai variasi dan gejala yang berbeda-beda. Seseorang dikatakan dalam kondisi jiwa yang sehat,

Lebih terperinci

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Pilihlah salah satu pilihan yang sesuai dengan keadaan anda, beri tanda silang (X) pada kolom yang tersedia untuk setiap pertanyaan. 1. Keadaan perasaan sedih (sedih,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik. BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Persepsi ialah daya mengenal barang, kwalitas atau hubungan serta perbedaan antara suatu hal melalui proses mangamati, mengetahui dan mengartikan setelah panca indranya

Lebih terperinci

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar REFERAT Gangguan Afektif Bipolar Retno Suci Fadhillah,S.Ked Pembimbing : dr.rusdi Efendi,Sp.KJ kepaniteraanklinik_fkkumj_psikiatribungar AMPAI Definisi gangguan pada fungsi otak yang Gangguan ini tersifat

Lebih terperinci

STATUS PSIKIATRI. II. RIWAYAT PSIKIATRI No. Rekam Medis : Autoanamnesis : Alloanamnesis : A. Keluhan Utama. Autoanamnesis.

STATUS PSIKIATRI. II. RIWAYAT PSIKIATRI No. Rekam Medis : Autoanamnesis : Alloanamnesis : A. Keluhan Utama. Autoanamnesis. STATUS PSIKIATRI I. IDENTITAS PASIEN Nama : JenisKelamin : Umur : Agama : Suku : Pendidikanterakhir : Status Pernikahan : Pekerjaan : Alamat : Tempat Wawancara : Tanggal Masuk : II. RIWAYAT PSIKIATRI No.

Lebih terperinci

EATING DISORDERS. Silvia Erfan

EATING DISORDERS. Silvia Erfan EATING DISORDERS Silvia Erfan Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan

Lebih terperinci

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS Materi 13 KEDARURATAN MEDIS Oleh : Agus Triyono, M.Kes Pengertian Kedaruratan medis adalah keadaan non trauma atau disebut juga kasus medis. Seseorang dengan kedarutan medis dapat juga terjadi cedera.

Lebih terperinci

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ GANGGUAN MOOD dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ Gangguan Mood Mood adalah pengalaman emosional individual yang bersifat menyebar. Gangguan mood adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya

Lebih terperinci

MANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA (MANTAN) PECANDU TERHADAP KONDISI PSIKIS

MANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA (MANTAN) PECANDU TERHADAP KONDISI PSIKIS MANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA TERHADAP KONDISI PSIKIS (MANTAN) PECANDU Tri Wahyu Blok Elektif: Drug Abuse Fakultas Kedokteran Universitas YARSI, Jakarta 2010 Latar belakang Narkoba (NAPZA)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Gangguan Jiwa BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan

Lebih terperinci

Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa sering terabaikan karena dianggap tidak menyebabkan kematian secara langsung. DALY (disability-adjusted adjusted li

Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa sering terabaikan karena dianggap tidak menyebabkan kematian secara langsung. DALY (disability-adjusted adjusted li GANGGUAN ANXIETAS DAN DEPRESI SEBAGAI FAKTOR RISIKO PENYAKIT KARDIOVASKULER DAN PENATALAKSANAANNYA DI PELAYANAN PRIMER Carla R. Marchira Department of Psychiatry, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

Gangguan Waham Menetap (Paranoid)

Gangguan Waham Menetap (Paranoid) Gangguan Waham Menetap (Paranoid) Disusun oleh: Ajeng Destara W G1A209076 Diajukan kepada Yth.: dr. Hj. Tri Rini B. S., Sp.KJ Pengertian Gangguan waham adalah gangguan isi pikir, wahamnya biasanya bersifat

Lebih terperinci

NEUROTRANSMITTER. Kurnia Eka Wijayanti

NEUROTRANSMITTER. Kurnia Eka Wijayanti NEUROTRANSMITTER Kurnia Eka Wijayanti Neurotransmitter Merupakan senyawa pengantar impuls dari sebuah saraf ke target organ Dilepaskan dari ujung axon dan masuk ke celah sinaps Jenis neurotransmitter Klas

Lebih terperinci

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ESTI PERDANA PUSPITASARI F 100 050 253 FAKULTAS

Lebih terperinci

III. PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN. Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor :

III. PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN. Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor : III. PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN Penyalahguanaan adalah : penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. Istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu. Penyakit ini

Lebih terperinci

Ditetapkan Tanggal Terbit

Ditetapkan Tanggal Terbit ASSESMEN ULANG PASIEN TERMINAL STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur O1 dari 04 Ditetapkan Tanggal Terbit dr. Radhi Bakarman, Sp.B, FICS Direktur medis Asesmen ulang pasien

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Skizofrenia adalah suatu kumpulan gangguan kepribadian yang terbelah dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan

Lebih terperinci

TANDA DAN GEJALA KLINIS PSIKIATRIK. Dr. I.A Kusuma Wardani, SpKJ Bag/ SMF Psikiatri RSUP Sanglah Denpasar

TANDA DAN GEJALA KLINIS PSIKIATRIK. Dr. I.A Kusuma Wardani, SpKJ Bag/ SMF Psikiatri RSUP Sanglah Denpasar TANDA DAN GEJALA KLINIS PSIKIATRIK Dr. I.A Kusuma Wardani, SpKJ Bag/ SMF Psikiatri RSUP Sanglah Denpasar KESADARAN KESADARAN KONDISI KESIGAPAN MENTAL INDUVIDU DALAM MENANGGAPI RANGSANG DARI LUAR MAUPUN

Lebih terperinci

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahterahaan lanjut

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA RUANGAN RAWAT : TANGGAL DIRAWAT : I. IDENTITAS KLIEN Inisial : ( L

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh skizofrenia,

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah suatu penyakit psikiatrik yang bersifat kronis dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah suatu penyakit psikiatrik yang bersifat kronis dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia adalah suatu penyakit psikiatrik yang bersifat kronis dan menimbulkan ketidakmampuan, dengan prevalensi seluruh dunia kira-kira 1% dan perkiraan insiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kazdin (2000) dalam American Psychological Association mengatakan kecemasan merupakan emosi yang ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan perubahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL I. DEFINISI Pelayanan pada tahap terminal adalah pelayanan yang diberikan

Lebih terperinci

Keterangan; a. Medical Flight Test dapat dilakukan di Simulator atau Aircraft; b. Medical Flight Test hanya untuk Penerbang. flt

Keterangan; a. Medical Flight Test dapat dilakukan di Simulator atau Aircraft; b. Medical Flight Test hanya untuk Penerbang. flt Keterangan; a. Medical Flight Test dapat dilakukan di Simulator atau Aircraft; b. Medical Flight Test hanya untuk Penerbang. flt STANDAR PENGUJIAN KESEHATAN JIWA (PSIKIATRI) KELAINAN PSIKIATRI KELAS 1

Lebih terperinci

Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif

Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif Ns Wahyu Ekowati MKep., Sp J Materi Kuliah Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) www.unsoed.ac.id 1 Tujuan pembelajaran Menyebutkan kembali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. xiv

BAB I PENDAHULUAN. xiv xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi atau pembedahan walaupun minor/mayor merupakan pengalaman yang sulit dan bisa menimbulkan kecemasan bagi hampir semua pasien dan keluarganya. Kecemasan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI Program Studi : Kedokteran Kode Blok : Blok 20 Blok : PSIKIATRI Semester : 5 Standar Kompetensi : Mampu memahami dan menjelaskan tentang

Lebih terperinci

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER Tujuan Terapi Ketergantungan Narkotika Abstinensia: Tujuan terapi ini tergolong sangat ideal. Sebagian besar pasien ketergantungan narkotika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak merniliki objek yang spesifik. Kecemasan adalah

Lebih terperinci

Davies, Teifion ABC Kesehatan Mental. Jakarta : EGC ADIKSI DAN KETERGANTUNGAN OBAT TERLARANG

Davies, Teifion ABC Kesehatan Mental. Jakarta : EGC ADIKSI DAN KETERGANTUNGAN OBAT TERLARANG Davies, Teifion. 2009. ABC Kesehatan Mental. Jakarta : EGC ADIKSI DAN KETERGANTUNGAN OBAT TERLARANG MENGAPA MENYALAHGUNAKAN OBAT? Determinan apa yang menyebabkan penggunaan obat terus berlanjut dan menjadi

Lebih terperinci

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ BIPOLAR Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ Definisi Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Kraepelin menyebut gangguan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agitasi Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas. Agitasi sangatlah sering dijumpai di dalam pelayanan gawat darurat

Lebih terperinci

Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM

Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM Istilah kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT ) dalam tulisan ini merujuk pada segala bentuk kekerasan berbasis gender yang terjadi dalam konteks kehidupan berkeluarga.

Lebih terperinci

HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS)

HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS) HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS) Tanggal Pemeriksaan : Pemeriksa : Nama Pasien : Umur : Jenis Kelamin : Pekerjaan : Pendidikan Terakhir : Status Perkawinan : Agama : Suku Bangsa : Lamanya di dalam

Lebih terperinci

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial. Nama : Tn. B Umur : 47 tahun. Jenis kelamin : Laki-laki Status pernikahan : Menikah

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial. Nama : Tn. B Umur : 47 tahun. Jenis kelamin : Laki-laki Status pernikahan : Menikah Rekam Medis Penghuni Panti Sosial Nama : Tn. B Umur : 47 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Status pernikahan : Menikah Pekerjaan : Tukang Bangunan Agama : Islam Alamat : Bengkulu Selatan Suku bangsa : Indonesia

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN PSIKIATRI

PEMERIKSAAN PSIKIATRI PEMERIKSAAN PSIKIATRI TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah menyelesaikan modul pemeriksaan psikiatri, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan pengertian gangguan jiwa. 2. Mengenali gejala dan tanda gangguan

Lebih terperinci

Mampu mengenal dan mengetahui tanda, gejala dan pemeriksaan status mental yang menunjang dalam mendiagnosa pasien dengan gangguan mental organik

Mampu mengenal dan mengetahui tanda, gejala dan pemeriksaan status mental yang menunjang dalam mendiagnosa pasien dengan gangguan mental organik Judul: Gangguan Mental Organik prof. Jayalangkara Tanra (neuropsikiatri) Alokasi waktu: 3 x 50 menit Tujuan Instruksional Umum (TIU): Mampu melakukan diagnosa dan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang tua. 1 Berdasarkan data pada Agustus 2010, terdapat pasien anak berusia 2-12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak-anak mempunyai kondisi berbeda dengan orang dewasa pada saat pra bedah sebelum masuk

Lebih terperinci

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER Tujuan Terapi Ketergantungan Narkotika Abstinensia: Tujuan terapi ini tergolong sangat ideal. Sebagian besar pasien ketergantungan narkotika tidak mampu atau kurang termotivasi

Lebih terperinci

Penggunaan taraf awal, disebabkan oleh rasa ingin tahu, ingin mencari -pengalaman baru atau sering juga dikatakan sebagai tahap awal

Penggunaan taraf awal, disebabkan oleh rasa ingin tahu, ingin mencari -pengalaman baru atau sering juga dikatakan sebagai tahap awal PENYALAHGUNAAN ZAT Penyalahgunaan zat adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh penggunaaan zat adiktif yang bekerja pada susunan saraf pusat yang dapat mempengaruhi tingkah laku, memori,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Kehamilan 2.1.1.1 Definisi Kehamilan adalah suatu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh, setelah bertemunya sel telur

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gejala negatif merupakan suatu gambaran defisit dari pikiran, perasaan atau perilaku normal yang berkurang akibat adanya gangguan otak dan gangguan mental (Kring et

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Jiwa 2.1.1. Definisi Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi,

Lebih terperinci