BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cukup menjadi perhatian penting di masyarakat. Bau badan ketiak yang tidak

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan bau badan ketiak merupakan masalah yang umum terjadi dan cukup menjadi perhatian penting di masyarakat. Bau badan ketiak yang tidak sedap dapat menimbulkan perasaan malu dan kurang percaya diri pada seseorang serta rasa tidak nyaman bagi orang lain di lingkungan sosialnya. Bau badan ketiak diakibatkan oleh biotransformasi oleh mikrobia yang mengubah sekresi alami tak berbau dari kelenjar-kelenjar keringat menjadi produk yang berbau dan mudah menguap (Taylor et. al., 2003). Pada ketiak terdapat kombinasi faktor-faktor ekologi yang sesuai untuk pertumbuhan bakteri, diantaranya adalah struktur anatomis berupa lingkungan semioklusi yang dapat meminimalkan evaporasi air serta banyaknya kelenjar ekrin yang mengeksresikan substansi yang terdiri dair air, asam amino, mineral, dan elektrolit serta kelenjar apokrin yang mensekresi substansi kaya protein dan lipid yang mendukung proliferasi bakteri (Labows et. al., 1999). Bau badan ketiak yang tidak sedap (bromhidrosis aksila) berkaitan dengan produksi keringat yang berlebih pada ketiak. Bromhidrosis merupakan kombinasi dari hiperhidrosis dan osmidrosis. Hiperhidrosis merupakan kodisi adanya keringat yang berlebih yang berasal dari kelenjar ekrin sedangkan osmidrosis berasal dari kelenjar apokrin (Mao et. al., 2008). 1

2 2 Hiperhidrosis yang bersifat lokal dapat disebabkan oleh hiperhidrosis idiopatik primer, gustatory sweating (berkeringat setelah makan atau melihat makanan yang meningkatkan produksi saliva secara kuat), atau penyebab neurologis seperti trauma pada spina dan neuropati (Haider dan Solish, 2005). Peningkatan produksi keringat juga dapat diakibatkan adanya stimulus emosi seperti stres, kecemasan, takut, dan nyeri, yang disebut dengan emotional sweating. Reaksi ini dimulai setelah onset pubertas dan dapat terjadi pada seluruh permukaan tubuh termasuk area ketiak (Wilke et. al., 2007). Stimulus-stimulus emosi yang menyebabkan perubahan somatik dan kognitif sehingga mempengaruhi kapasitas fungsional seseorang merupakan kondisi patologis dan mengarah pada gangguan mental. Diantara gangguan mental yang memiliki insidensi tinggi adalah kecemasan dan depresi. Kecemasan merupakan gangguan mental yang paling banyak terjadi dengan tingkat insidensi 25-30% dan terjadi sedikitnya satu episode seumur hidup (Kessler, 2005). Kecemasaan adalah perasaan tegang, tak aman, dan khawatir yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui (Maramis, 1994). Gangguan mental lain yang sering muncul bersama kecemasan adalah depresi. Depresi mempengaruhi kesehatan dari jutaan orang dan menjadi penyebab keempat disability di dunia (Braganca, 2014). Seseorang dengan depresi memiliki gangguan perasaan dengan gejala semangat berkurang, rasa harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur, dan makan (Maramis, 1994).

3 3 Pada penelitian lain, ditemukan terjadi peningkatan prevalensi kecemasan tanpa disertai peningkatan prevalensi depresi pada pasien hiperhidrosis primer (Braganca, et. al., 2014). Melihat adanya keterkaitan antara stimulus emosi terhadap produksi kelenjar keringat, maka perlu dilakukan suatu penelitian mengenai hubungan antara tingkat emosi khususnya tingkat kecemasan dan depresi terhadap derajat bromhidrosis. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskan pertanyaan penelitian: apakah terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dan depresi terhadap derajat bromhidrosis aksila pada dewasa di Kabupaten Sleman? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dan depresi terhadap derajat bromhidrosis aksila pada dewasa di Kabupaten Sleman. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dan depresi terhadap derajat bromhidrosis aksila. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi dokter dan penderita bromhidrosis. Jika didapatkan adanya hubungan antara tingkat kecemasan dan depresi, maka adanya kecemasan dan depresi pada penderita bromhidrosis perlu dipertimbangkan dan diintervensi dalam penanganan

4 4 bromhidrosis sehingga penanganan yang dilakukan menjadi lebih efektif dan efisien. E. Keaslian Penelitian Proses penelusuran dilakukan secara elektronik dengan menggunakan mesin pencari google scholar pada Dengan menggunakan kata kunci bromhidrosis, anxiety, depression, ditemukan 141 hasil. Di halaman pertama pada urutan pertama ditemukan tautan untuk publikasi yang berjudul: Evaluation of Anxiety and Depression Prevalence in Patients with Primary Severe Hyperhidrosis yang dimuat di sci_arttext. Pada 140 hasil lainnya tidak didapatkan publikasi yang berkaitan dengan penelitian ini. Pencarian juga dilakukan melalui situs pubmed.gov menggunakan kata kunci stress, sweating, odor. Dari hasil pencarian tersebut ditemukan tujuh publikasi namun hanya terdapat satu publikasi yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini yaitu publikasi yang berjudul: Effective prevention of stress induced sweating and axillary malodour formation in teenagers. Sampai sejauh ini belum ditemukan adanya penelitian mengenai hubungan antara tingkat kecemasan dan depresi terhadap derajat bromhidrosis, namun dari hasil penelitian, kedua publikasi tersebut yang paling memiliki kemiripan dengan penelitian ini.

5 5 No Judul Penelitian, Nama Peneliti 1. Evaluation of anxiety and depression prevalence in patients with primary severe hyperhidrosis (Braganca et. al, 2014). 2. Effective prevention of stress induced sweating and axillary malodour formation in teenagers (Martin etal., 2011) Tabel 1.Penelitian Sebelumnya yang Terkait Bromhidrosis, Tingkat Kecemasan, dan Depresi Desain Nama Penelitian Jurnal Hasil Perbedaan Crosssectional Internati onal dan Journal observasio of nal. Cosmetic Science Jumlah subjek: 197 Eksperime ntal Jumlah subjek: 4 An Bras Dermatol Hiperhidrosis primer bertanggung jawab terhadap tingginya prevalensi gejala kecemasan daripada yang dilaporkan pada populasi umum dan pada pasien penyakit kronis lain. Gejala depresi memiliki prevalensi yang rendah pada pasien Hiperhidrosis primer dan sering berkaitan dengan gejala kecemasan. Bau badan ketiak yang disebabkan oleh stres dapat dikontrol secara efektif dengan ACH dan deodoran aktif antimikrobia asam butiloktanoid yang dikombinasi dengan parfum yang dapat menyamarkan bau keringat sehingga perlindungan kuat dari deodoran membantu pria yang produksi bau badan ketiaknya tinggi saat situasi stres. Pada penelitian tersebut yang diteliti adalah hiperhidrosis primer, bukan bromhidrosis. Subjek yang terlibat tidak hanya dewasa tetapi juga anak-anak, remaja, dan dewasa yang menjalani perawatan di rumah sakit. Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis adalah metode kai kuadrat dan Fisher. Metode yang digunakan adalah eksperimental, bukan cross sectional dan bertujuan untuk mengetahui treatment dari bromhidrosis yang berkaitan dengan stres. Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan: Jumlah sampel banyak Kekurangan: Subjek diambil dari penderita bromhidrosis yang menjalani terapi di rumah sakit sehingga tidak menggambarkan populasi umum Kelebihan: Variabelvariabel yang berpengaruh terhadap proses berkeringat dikontrol secara ketat. Kekurangan: Jumlah sampel sedikit.