BAB II TEORI DASAR. pada sumbunya dan berputar dengan dudukan dan poros tersebut. Tanpa bearing

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TEORI DASAR. pada sumbunya dan berputar dengan dudukan dan poros tersebut. Tanpa bearing"

Transkripsi

1 BAB II TEORI DASAR 2.1. Bearing Bearing adalah suatu bantalan peluru di mana tempat bertumpunya poros pada sumbunya dan berputar dengan dudukan dan poros tersebut. Tanpa bearing gesekan yang terjadi semakin besar tergantung dari pembebanan, tumpuan, temperatur kerja dan kondisi pembebanan serta putaran yang terjadi pada poros tersebut. Akibat gesekan akan meningkatkan panas pada poros dan dudukannya. Bearing ini diaplikasikan untuk pemakaian khususnya sepeda motor honda bebek Honda Supra X dengan tipe HB6310RS Jenis bearing tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Bearing Roda Depan Sepeda motor Tipe HB6310RS 5

2 2.2. Sekema Bearing Suatu bearing mempunyai bagian bagian yang merupakan bagian dari keseluruhan bearing itu sendiri yang dapat meringankan putaran poros tersebut yaitu seperti Faces, Inner ring, Outer ring, Ball Bearing, outer-ring raceway, Inner-ring raceway dan Cage Diameter. Seperti tampak pada gambar 2.2. Gambar 2.2. Komponen Utama Bearing Sumber : R. R. Bowker, Annual Book of ASTM Standar Iron and Steel Product Steel- Bars, Forgings Bearing, Chain and Spring Keterangan gambar 2.2 : 1. Faces 5. Inner-ring raceway 2. Bearing seal 6. Outer-ring raceway 3. Outer ring 7. Ball Bearing 4. Cage 8. Inner ring 6

3 2.3. Fungsi Bearing Fungsi bearing adalah penahan poros berbeban sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman, dan panjang umur dan Fungsi bearing juga untuk menumpu sebuah poros agar poros dapat berputar terhadap sumbu rotasinya tanpa mengalami gesekan yang berlebihan. Bearing harus cukup kuat untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Pada umumya bantalan dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu : 1. Berdasarkan gerakan bantalan terhadap poros Bantalan luncur Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaraan lapisan pelumas. Bantalan gelinding Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola, rol, dan rol bulat. 2. Berdasarkan arah beban terhadap poros Bantalan radial : Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus terhadap sumbu poros. Bantalan aksial : Arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros. Bantalan gelinding khusus : Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros. Meskipun bantalan gelinding menguntungkan, banyak konsumen memilih bantalan luncur dalam hal tertentu, contohnya bila kebisingan bantalan menggangu, pada kejutan yang kuat dalam putaran bebas. 7

4 2.4. Teori Umum Baja Baja adalah jenis logam yang paling banyak digunakan pada industri termasuk juga industri permesinan. Beberapa macam pengklasifikasian baja menurut keperluannya masing-masing antara lain : Menurut cara pembuatannya: Bessemer steel, Thomas steel, Open heart steel, Electric Furnace dan crucible steel. Menurut penggunaan: Tool steel, Machinery steel, Spring steel, dan Structural steel. Menurut kadar karbon: Baja karbon rendah, Baja karbon sedang, Baja karbon tingi. Menurut komposisi kimianya baja dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu Baja karbon tanpa paduan (Plain Carbon Steel) dan Baja paduan. Baja karbon tanpa paduan masih mengandung unsur lain, tetapi masih batas-batas tertentu yang tidak berpengaruh pada sifatnya. Unsur-unsur ini berasal dari proses pembuatan besi dan baja, seperti Mangan (Mn) dan Silikon (Si) dan beberapa unsur pengotor seperti Belerang (S), Phospor (P), Oksigen (O), Nitrogen (N), dan lain-lain yang biasanya ditekan sampai kadarnya sangat kecil. Baja dengan kandungan unsur mangan kurang dari 0,7 %, Silikon 0,3 % dan unsur-unsur lain yang jumlahnya sangat sedikit, dapat dianggap sebagai baja karbon tanpa paduan, mangan dan silikon sengaja ditambahkan dalam proses pembuatan baja sebagai deoksidator, untuk mengurangi pengaruh buruk dari beberapa unsur pengotor. Baja karbon rendah dengan kadar karbon kurang dari 0,30 % banyak digunakan sebagai baja konstruksi umum, profil rangka bangunan, baja tulang beton, rangka kendaraan, mur, baut, plat, pipa dan lain-lain. Baja ini kekuatannya relatif 8

5 rendah, tetapi keuletannya tinggi, mudah diproses dan mudah dibentuk dengan mesin. Baja ini tidak dapat dikeraskan (kecuali pengerasan permukaan/case hardening). Baja karbon sedang dengan kadar 0,30-0,50 % lebih kuat dan keras. Penggunaannya hampir sama dengan baja karbon rendah, digunakan untuk pekerjaan yang memerlukan kekuatan dan keuletan yang lebih tinggi. Sedangkan baja karbon tinggi kadar karbonnya 0,50 1,7 %. Baja karbon dibagi tiga : 1. Baja karbon rendah (0,02% < C< 0,35%) 2. Baja karbon sedang (0,35%< C < 0,50%) 3. Baja karbon tinggi (0,50% < C < 1,7%) 2.5. Diagram Kesetimbangan Fe-Fe 3 C Dari diagram fasa (gambar 2.3) terlihat bahwa suhu sekitar 723 C merupakan suhu transformasi austenit menjadi fasa perlit (yang mana merupakan gabungan dari fasa ferit dan sementit). Transformasi dari fasa ini dikenal sebagai reaksi eutektoid dan merupakan dasar dari perlakuan panas. Dari diagram fasa kita dapat mengetahui jenis-jenis fasa setimbang yang akan terbentuk pada suatu temperatur dan kondisi tertentu, yang mana menunjukkan titik cair dan daerah transformasi fasa, dan dapat juga digunakan untuk memperkirakan komposisi/persen karbon dari fasa yang terbentuk. 9

6 Di samping itu diagram fasa dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat kelarutan antara suhu dan unsur lainnya. Bila terjadi pembatasan kelarutannya maka diagram fasa akan menunjukkan daerah-daerah fasa seperti yang ditunjukkan dalam diagram fasa besi karbon. Bila baja dipanaskan hingga mencapai suhu kamar, maka struktur atau fasa yang dihasilkan adalah campuran dari ferit dan sementit, ferit yang terbentuk di bawah suhu 723 C bergabung dalam perlit. Volume dari kedua fasa serta morfologi dari campurannya tergantung dari kadar karbon dan laju pendinginan. Jika austenit didinginkan dengan cepat, maka transformasi sementit (karbida besi) tidak akan terjadi dan produk transformasi austenit akan berubah menjadi fasa baru yang dikenal sebagai bainit dan martensit. Gambar 2.3. Diagram Fe-Fe 3 C [3] Sumber : Avner and Sidney H. Introduction to Physical Metallurgy Edisi Definisi Struktur Fasa a. Austenit ( γ ) Adalah modifikasi struktur besi dengan kubik pemusatan sisi (FCC) yang mempunyai jarak atom yang lebih besar dibandingkan dengan perlit. 10

7 Walaupun demikian rongga-rongga pada struktur kubik pemusatan sisi hampir tidak bisa menampung atom karbon dan mengakibatkan regangan dalam struktur, akibatnya tidak semua rongga terisi. b. Bainit Terbentuk bila baja dengan fasa austenit didinginkan dengan cepat sehingga mencapai temperatur C. Transformasi ini disebabkan karena proses difusi dan sebagian karena proses tanpa difusi. c. Ferit (α) Adalah modifikasi struktur besi murni pada suhu ruang. Ferit ini bersifat lemah dan ulet, karena mempunyai struktur kubik pemusatan ruang (BCC), ruangan antar atom-atomnya kecil dan padat sehingga atom yang dapat ditampung hanya sedikit sekali sekitar 0,02 %. d. Martensit Struktur atau fasa ini terjadi ketika fasa austenit didinginkan dengan cepat sekali hingga di bawah temperatur pembentukan bainit. Martensit terbentuk karena transformasi tanpa difusi sehingga atom-atom karbon seluruhnya terperangkap di larutan super-jenuh dan memberikan kekerasan yang sangat tinggi. e. Perlit ( α + Fe 3 C ) Merupakan campuran ferit dan sementit berbentuk lamellar, mengandung 0,8 % ( C ) dan terbentuk pada temperatur 723 º C. 11

8 2.7. Pengaruh Unsur-Unsur Paduan Baja Maksud penambahan unsur-unsur pemadu ke dalam baja karbon adalah untuk mendapatkan sifat-sifat mekanis pada produk akhir seperti yang diinginkan dan yang tidak dimiliki oleh baja bila diproses secara standar. Baja karbon dapat mencapai kekuatan yang tinggi, dengan menaikkan unsur karbonnya, tetapi ini juga dapat menurunkan keuletan dan ketangguhan pada baja tersebut. Kekuatannya akan berkurang bila bekerja pada temperatur yang agak tinggi, dan pada temperatur rendah ketangguhannya akan menurun cukup drastis. Baja karbon mempunyai hardenability yang pada umumnya rendah dan setelah pengerasan mudah menjadi lunak kembali bila mengalami pemanasan. Hal ini sering menjadi hambatan atau kesulitan dalam penggunaan baja karbon. Dengan menambahkan beberapa unsur paduan tertentu, maka banyak di antara kesulitan tersebut dapat diatasi. Baja dengan beberapa unsur paduan dinamakan baja paduan. Unsur paduan sengaja ditambahkan ke dalam baja dengan tujuan : 1. Memperbaiki ketangguhan pada tingkat kekuatan atau kekerasan tertentu. 2. Menaikkan sifat tahan aus. 3. Menaikkan sifat tahan korosi. 4. Menaikkan sifat hardenability. 5. Memperbaiki kekuatan pada temperatur biasa. 6. Memperbaiki sifat mekanis pada temperatur rendah atau tinggi. 12

9 Beberapa unsur paduan dalam baja meliputi : 1. Carbon (C) Mempunyai kekuatan yang tinggi tetapi keuletannya rendah, dikarenakan butiran-butiran karbon yang berukuran besar. 2. Molybdenum (Mo) Unsur ini dapat menguatkan fasa ferit dan menaikkan kekuatan baja. Dapat berfungsi sebagai penstabil karbida, sehingga mencegah pembentukan grafit pada pemanasan yang lama. Karena itu penambahan Mo ke dalam baja dapat menaikkan kekuatan dan ketahanan pada suhu tinggi. Kebanyakan dipadu dengan baja dalam ikatan dengan Cr, Ni dan V. Meningkatkan : Kekuatan tarik dan temper. Menurunkan : Regangan dan kerapuhan pelunakan. 3. Chrom (Cr) Adanya unsur ini dalam baja paduan akan meningkatkan kemampuan untuk dikeraskan. Chrom dengan karbon akan membentuk karbida (Chrom Karbida) dan juga menaikkan ketahanan korosi, oksida dan ketahanan aus. Unsur Mn dan Cr dapat dikombinasikan membentuk larutan padat dengan ferit yang dapat meningkatkan kekerasan baja. Meningkatkan : Kekerasan, kekuatan, ketahanan aus, mampu temper menyeluruh, tahan panas, tahan kerak, dan kemudahan dipoles. Menurunkan : Regangan (dalam tingkat kecil). 4. Silikon (Si) Pada baja karbon tipe ini kandungan silikonnya mencapai 0,27 %, hal ini membuat sifat elastisitas dari baja akan meningkat. Unsur ini ditambahkan ke dalam baja sebagai elemen deoksidasi. 13

10 5. Mangan (Mn) Unsur ini dapat berfungsi sebagai deoksidator pada baja, dapat mengikat sulfur dengan membentuk senyawa MnS yang titik cairnya lebih tinggi dari titik cair baja. Dengan demikian dapat mencegah pembentukan FeS yang titik cairnya lebih rendah dari titik cair baja, akibatnya unsur Mn dapat mencegah terjadinya Hot Shortness (kegetasan pada suhu tinggi) terutama pada proses pengerolan panas. Selain itu Mn dapat menguatkan fasa ferit. Meningkatkan : Kekuatan, kekerasan, mampu temper menyeluruh, ketahanan aus, penguatan pada pembentukan dingin. 6. Vanadium (V) Berfungsi sebagai deoksidator pada baja, dapat membentuk karbida yang keras sehingga dapat menaikkan kekuatan tarik dari baja pada suhu yang tinggi. Meningkatkan : Kekuatan, keuletan, kekuatan panas dan ketahanan lelah. Menurunkan : Kepekaan terhadap sengatan panas yang melewati batas pada perlakuan panas. 7. Nikel (Ni) Jika baja dan nikel dipadu, maka paduan ini dapat dilas dan disolder serta dapat dibentuk dalam keadaan dingin dan panas, dapat dipoles dan dapat dimagnetiskan. Meningkatkan : Keuletan, kekuatan, pengerasan menyeluruh, tahan karat dan tahan listrik. Menurunkan : Kecepatan pendinginan dan regangan panas. 14

11 8. Titanium (Ti) Memiliki kekuatan yang sama seperti baja, mempertahankan sifatnya hingga 400 ºC, oleh karena itu merupakan paduan kawat las. Memiliki kekerasan yang tinggi dan titik lebur yang tinggi, merupakan unsur logam yang keras. 9. Cobalt (Co) Digunakan sebagai bahan tambahan pada baja. Magnet permanen mengandung pula kobalt. Memiliki sifat kekerasan, ketahanan aus, ketahanan karat, tahan panas dan juga daya hantar listrik. 10. Alumunium (Al) Meningkatkan pengerasan permukaan dari baja nitrat dengan membentuk Al-nitrat, juga memperbaiki ketahanan terhadap api dan proses penuaan. 11. Tantalum (Ta) Sangat tahan karat (hanya dapat diserang oleh asam fluor zat air). Baja krom anti karat menjadi dapat dilas baik dengan Ta. Unsur campuran dari logam keras, titik lebur 3150 ºC. 12. Sulfur (S) Sulfur meningkatkan kemampuan diregangkan, karena itu digunakan sampai 0,3% di dalam baja. Sulfur menurunkan kekuatan kekal karena cenderung membentuk struktur garis-garis dan membuat baja rapuh bila tidak ada mangannya. 13. Fosfor Bisa diijinkan untuk baja sampai 0,2%. Komponen ini meningkatkan batas tegangan elastis plastis. Dalam jumlah besar, ia membuat baja menjadi lemah dan lama kelamaan rusak total atau fatique failure. 15

12 14. Wolfram (W) Merupakan unsur paduan terpenting bagi baja olah cepat dan logam keras. Berkat titik leburnya yang tinggi, maka digunakan untuk kawat pijar dan logam keras. Meningkatkan : Kekerasan, kekuatan, kekuatan panas, ketahanan terhadap normalisasi. Menurunkan : Regangan (sedikit). 15. Magnesium Dengan adanya unsur Mg maka sifat mekanis aluminium dapat ditingkatkan dengan proses perlakuan panas. Hal ini disebabkannya pengaruh pengerasan pengendapan dan juga Mg berpengaruh pada peningkatan ketahanan korosi. 16. Ferrum (Fe) Oleh karena kemampuan aluminium untuk melarutkan Fe cukup tinggi, maka Fe akan selalu hadir pada aluminium paduan. Adanya unsur besi dalam struktur paduan akan menyebabkan kerapuhan dan menurunkan sifat ketahanan terhadap korosi dan paduannya. 17. Timbal (Pb) Pada suhu mendekati titik cair timbal, dapat menimbulkan cairan logam getas. 16

13 18. Oksigen (O2) Dalam keadaan cair, logam cair mudah melarutkan oksigen sehingga membentuk oksida besi. Oksida ini akan membentuk inklusi dalam baja. 19. Hidrogen (H2) Dapat larut di dalam baja cair yang kemudian berusaha keluar ketika logam cair dituang dan membeku. Tetapi sebagian hidrogen tetap terperangkap dalam logam beku membentuk rongga-rongga udara (porositas). Disamping itu hidrogen dapat masuk ke dalam produk melalui mekanisme difusi yang menimbulkan sifat getas dari baja Proses Pembuatan atau Pengerjaan (Fabrikasi) Untuk membuat produk logam, pertama-tama biasanya dilakukan proses pengecoran logam dengan komposisi tertentu dilebur dalam tungku dan kemudian dituang ke dalam cetakan. Untuk produk coran, cetakan yang dipakai sudah mendekati bentuk akhir sehingga hanya memerlukan beberapa tahapan proses pengerjaan akhir untuk mencapai dimensi akhir. Sedangkan untuk produk bukan coran, seperti pada pembuatan plat atau batang (rod) logam cair dituang secara kontinu atau semi-kontinu ke dalam cetakan sehingga diperoleh bentuk dasar berupa billet atau slab. Kedua produk dasar ini masih merupakan produk coran yang umumnya mempunyai distribusi komposisi dan struktur yang belum merata dan belum setimbang. Di samping itu kemungkinan masih mengandung banyak cacat seperti rongga-rongga udara. Untuk menghilangkan cacat atau kekurangan-kekurangan seperti yang disebut di atas, billet atau slab dipanaskan dahulu untuk beberapa lama sehingga dicapai kondisi yang lebih homogen. Suhu pemanasan tersebut adalah pada 17

14 daerah austenit, setelah itu dalam keadaan panas billet atau slab tersebut diberi proses pembentukan yaitu pengerolan untuk membuat plat atau rod. Pada proses pengerolan panas akan terjadi perubahan fasa dan struktur logam yang ditentukan oleh faktor-faktor seperti : elemen pemadu, besarnya perubahan bentuk (reduksi), suhu dan kecepatan pengerjaan. Pada proses pengerjaan panas kekuatan logam biasanya masih rendah. Untuk meningkatkan kekuatan logam yang dihasilkan setelah proses pengerjaan tersebut diperlukan untuk memberikan proses pengerjaan dingin. Efek peningkatan kekuatan logam akibat proses pengerjaan dingin dikenal sebagai pengerasan regangan (strain hardening). Kombinasi antara proses pengerjaan panas (hot-working), pengerjaan dingin (cold- working) dan disertai proses perlakuan panas (penemperan) dapat menghasilkan struktur logam dengan butiran halus yang dapat memperbaiki sifat-sifat mekanis dari logam Teori Analisa Kerusakan Bearing/bantalan dalam peralatan merupakan komponen yang mendukung gaya-gaya yang terjadi pada peralatan tersebut. Kerusakan bearing akan diikuti oleh kegagalan komponen lain. Beberapa tempat di mobil, memerlukan part tersebut untuk mendukung kinerjanya. Di antaranya adalah bagian roda, komstir, noken as dan camshaft, umur pakai juga membatasi kinerja dari bearing. Salah satu yang menyebabkan kegagalan bearing adalah kegagalan sistem pelumasannya. Gagalnya sistem pelumasan dapat disebabkan karena pelumas, mekanisme dan jadwal pelumasan yang tidak tepat. Indikasi kerusakan bearing dapat diidentifikasi dengan pengukuran level dan pola vibrasi, baik kerusakan lokal maupun keausan. 18

15 Berdasarkan hasil pengukuran vibrasi secara periodik akan dievaluasi efektivitas pelumasan sehingga kerusakan lebih besar dapat dihindari Penyebab Kerusakan pada Bearing Penyebab-penyebab kerusakan pada bearing sebagai berikut : 1. Kesalahan bahan Faktor produsen: yaitu retaknya bantalan setelah produksi baik retak halus maupun berat, kesalahan toleransi, kesalahan celah bantalan. Faktor konsumen: yaitu kurangnya pengetahuan tentang karakteristik pada bearing. 2. Penggunaan bearing melewati batas waktu penggunaannya (tidak sesuai dengan petunjuk buku fabrikasi pembuatan bearing). 3. Pemilihan jenis bearing dan pelumasannya yang tidak sesuai dengan buku petunjuk dan keadaan lapangan (real). 4. Pemasangan bearing pada poros yang tidak hati-hati dan tidak sesuai standart yang ditentukan. Kesalahan pada saat pemasangan, diantaranya: Pemasangan yang terlalu longgar, akibatnya cincin dalam atau cincin luar yang berputar yang menimbulkan gesekan dengan housing/poros. Pemasangan yang terlalu erat, akibatnya ventilasi atau celah yang kurang sehingga pada saat berputar suhu bantalan akan cepat meningkat dan terjadi konsentrasi tegangan yang lebih. Terjadi pembenjolan pada jalur jalan atau pada roll sehingga bantalan saat berputar akan tersendat-sendat. 19

16 5. Terjadi misalignment. Dimana kedudukan poros pompa dan penggeraknya tidak lurus, bearing akan mengalami vibrasi tinggi. Pemasangan yang tidak sejajar tersebut akan menimbulkan guncangan pada saat berputar yang dapat merusak bearing. Kemiringan dalam pemasangan bearing juga menjadi faktor kerusakan bearing, karena bearing tidak menumpu poros dengan tidak baik, sehingga timbul getaran yang dapat merusak komponen tersebut. 6. Karena terjadi unbalance (tidak imbang) Seperti pada impeller, dimana bagian-bagian pada impeller tersebut tidak balance (salah satu titik bagian impeller memiliki berat yang tidak seimbang). Sehingga ketika berputar, mengakibatkan putaran mengalami perubahan gaya disalah satu titik putaran (lebih terasa ketika putaran tinggi), sehingga berpengaruh pula pada putaran bearing pada poros. Unbalance bisa terjadi pula pada poros, dan pengaruhnya pun sama, yaitu bisa membuat vibrasi yang tinggi dan merusak komponen. 7. Bearing kurang minyak (pelumasan) Kerusakan bearing sangat erat hubungan dengan pelumasan. Pelumasan saat ini sangat banyak jenis diantaranya : merk, sintetis, non sintetis dan cara atau sistem pelumasan merupakan pengetahuan tersendiri yang harus dikuasai diantaranya : Membuat oli lapisan tipis antara permukaan bagian bearing yang sliding dan Roling Mencegah karat permukaan bearing dan poros. 20

17 8. Beban Berlebihan (Overload) Overload adalah Beban harus sesuai dengan kekuatan design dari bearing sebuah mesin, karena beban tersebut, dipikul/ditanggung oleh bearing. jika beban terlalu besar maka bearing mengalami fatigue yaitu kerusakan kelelahan. Akibatnya kerusakan part ini dapat menimbulkan kerusakan part lain dan menimbulkan kerugian yang lebih besar. Misalnya sejumlah bantalan membawa beban tanpa variasai dalam arah yang tetap. Jika bantalan tersebut adalah bantalan radial, maka bebanya adalah radial murni, cincin luar diam dan cincin dalam berputar. Jika bantalan tersebut adalah bantalan aksial, maka kondisi bebannya adalah aksial murni, satu cincin diam dan cincin yang lain berputar. Jumlah putaran adalah (atau 33,3 rpm selama 500 jam). Setelah menjalani putaran tersebut, jika 90% dari jumlah bantalan tersebut tidak menujukkan kerusakan karena kelelahan oleh beban gelinding pada cincin atau elemen gelindingya, maka besarnya beban tersebut dinamakan kapasitas nominal dinamis spesifik, dan umur yang bersangkutan disebut umur nominal. Jika bantalan membawa beban dalam keadaan diam (atau berayun-ayun), dan pada titik kontak yang menerima tegangan maksimum besarnya deformasi permanen pada elemen gelinding ditambah besarnya deformasi cincin menjadi 0,0001 kali diameter elemen gelinding, maka beban tersebut dinamakan kapasitas nominal statis spesifik. Kedua macam beban di atas merupakan faktor dasar yang pertama dalam pemilihan bantalan. Hal ini dapat dilihat pada perbedaan besarnya harga beban dinamis spesifik C dari bantalan yang sama ukurannya tetapi dibuat oleh pabrik yang berbeda. 21

18 Beban ekivalen Suatu beban yang besarnya sedemikian rupa hingga memberikan umur yang sampai dengan umur yang diberikan oleh beban dan kondisi putaran sebenarnya disebut beban ekivalen dinamis. Jika suatu deformasi permanen, ekivalen dengan deformasi permanen maksimum yang terjadi karena kondisi beban statis yang sebenarnya pada bagian dimana elemen gelinding membuat kontak dengan cincin dengan tegangan maksimum, maka beban yang menimbulkan derformasi tersebut dinamakan beban ekivalen statis. Misalkan sebuah bantalan membawa beban radial F r (kg) dan beban aksial F a (kg). Maka beban ekivalen dinamis P r (kg) adalah sebagai berikut : Untuk bantalan radial (kecuali bantalan rol silinder) P r XVF YF (4.49) [7] r a Untuk bantalan aksial, beban aksial ekivalen dinamis P a (kg) P a XF YF (4.50) [7] r a Dimana : X, V, dan Y = Faktor-faktor beban Umur Nominal Umur nominal L (90% dari jumlah sampel, setelah berputar 1 juta putaran, tidak memperlihatkan kerusakan karena kelelahan gelinding) dapat ditentukan sebagai berikut. Jika C (kg) menyatakan beban nominal 22

19 dinamis spesifik dan P (kg) beban ekivalen dinamis, maka kecepatan f n adalah : Untuk bantalan bola, Untuk bantalan rol, ,3 f n (4.52) [7] n ,3 f n (4.52) [7] n Faktor umur adalah : Untuk kedua bantalan, f h C [7] f n (4.53) P Umur nominal L h adalah : Untuk bantalan bola, 3 L h 500 f h (4.54) [7] 10 3 Untuk bantalan rol, L h 500 f h (4.54) [7] 9. Terlalu Panas (Overheating) Penyebab terbesar kerusakan sehingga tidak dapat mencapai umur pakai yang seharusnya adalah overheating atau panas berlebihan. Kasus ini merupakan kasus yang banyak terjadi pada mesin-mesin rotasi. Ditandai dengan perubahan warna dari warna emas berubah warna biru, inner ring, outer ring, ball dan cage berwarna biru. Jika panas mencapai temperatur kerjanya F akan terjadi proses annealing terjadi pada ring dan ball. 23

20 10. Kerusakan Karena Kendor Ada dua kasus inner ring longgar terhadap poros, Inner race mudah dimasukan keporos, Outer bearing longgar terhadap sangkar / rumah bearing. keduanya mengakibatkan hal yang buruk sekali. 11. Korosi (Corrosion) Korosi adalah pencernaan logam oleh keadaan sekitar, mungkin udara lembab, bahan kimia, air laut, gas dan sebagainya, oleh korosi, logam berubah ke dalam garamnya, oksida atau hidro oksida. Salah satu masalah cukup besar kerusakan bearing adalah masalah karatan atau korosi. Banyak bearing tidak dapat mencapai umur pakai yang seharusnya. Kerugian besar tentu diderita, bahkan kerusakan yang lebih besar bisa terjadi jika kerusakan bearing tidak cepat diketahui. Bentuk korosi Korosi menyeluruh Pada korosi menyeluruh logam dicerna pada seluruh permukaannya Korosi setempat atau korosi bopeng Bentuk korosi ini mencerna logam setempat,sehingga pada umumnya muncul bopeng-bopeng kecil dalam bahan Korosi antar garis-hablur Sebagai akibatnya hablur-hablur terlepas satu sama lain. Bentuk korosi ini adalah sangat berbahaya, oleh karena dari luar tidak nyata. 24

21 Sebab korosi Sebab korosi adalah sifat elektro-kimia. Jikalau dua logam berlainan ditempatkan dalam cairan yang dapat mengalirkan listrik dan dihubungkan satu dengan yang lain, mengalirlah suatu aliran listrrik. Logam yang paling kurang mulia oleh aliran berubah menjadi persenyawaan logam. Semua bentuk korosi tidak hanya terjadi dalam cairan, tetapi juga dalam udara lembab. Pencegahan korosi Paduan Baja tanpa campuran dapat dilumerkan bersama dengan khrom, nikel atau gabungan dari paduanya. Dengan penambahan ini hablur-hablur memperoleh sifat tertentu yang membuat lebih tahan korosi. Baja ini kita sebut baja tahan korosi atau baja tahan karat. 12. Kerusakan Lubrication failure Lubrication adalah bahan dan bagian paling pokok dari proses kerja bearing, lapisan tipis oli lubrication harus selalu ada diantara ball, cage, inner race dan outer race, yang berfungsi menghilangkan gesekan dan pendinginan. Kerusakan lubrication berakibat hilangnya atau rusaknya lapisan tipis oli berakibat kerusakan bearing. 13. Pembebanan terbalik (Reverse loading) Memasang bearing angular contact harus lebih berhati-hati, jangan sampai terbalik. Karena jika terbalik kerusakan fatal segera akan terjadi. Bearing jenis ini difungsikan untuk menahan beban kombinasi dari beban axial dan 25

22 beban radial dan hanya searah. jika ingin memfungsikan dua arah, maka perlu memasang dua bearing dengan posisi face to face atau back to back. 14. Kerusakan akibat Fatigue Kerusakan akibat kelelahan ini pada umumnya ditandai dengan terlepasnya sebagian material retak dan terkelupas disepanjang lintasan ball. Retak dan terkelupas ini bisa terjadi pada inner ring, outer ring dan ball. Fatigue dapat juga disebabkan oleh: Tight fit, brinelling, dan improper preloading tight fit, ini terjadi karena poros terlalu besar terhadap inner race bearing, sehingga inner race menanggung beban dari diameter shaft yang kebesaran. Dengan meneliti bentuk atau ciri kerusakan kita dapat memperkirakan penyebab kerusakan, kegagalan yang terjadi pada keadaan beban dinamik dinamakan kegagalan lelah (fatigue failures), karena pada umumnya kegagalan tersebut terjadi setelah periode pemakaian 3 tahun. Kegagalan (fatique) makin menonjol sejalan dengan pengembangan peralatan teknologi seperti : mobil, pesawat terbang, pompa, turbin dan lain-lainnya. Hingga kini sering dinyatakan bahwa kelelahan meliputi paling tidak 90% dari seluruh kegagalan yang disebabkan oleh hal-hal yang bersifat mekanis. 15. Ketelitian dan Toleransi Ketelitian ukuran mempengaruhi ketelitian pasangan bantalan. Ketelitian yang tinggi memberikan kelonggaran yang sesuai dan mengurangi kesalahan pasangan. Hal ini merupakan dasar bagi kerja yang tenang dan umur panjang. Ketelitian poros dan rumah juga harus disesuaikan dengan ketelitian bantalan. Untuk memilih di antara pasan pres, pasan peralihan, dan pasan 26

23 longgar, faktor berikut harus diperiksa : Gaya-gaya yang bekerja pada bantalan pada waktu operasi, cincin mana yang berputar (dalam atau luar), tinggi kenaikan temperatur, tebal dinding rumah bantalan, macam cincin terpisah atau tidak. Di antara hal di atas cincin mana yang berputar merupakan faktor yang terpenting. Jika cincin dalam yang berputar, maka cincin tersebut harus terpasang kuat pada poros. Pasangan yang longgar akan memungkinkan berputaran antara poros dan cincin dalam, yang akan mengakibatkan keausan pada permukaan pasan. Partikel-partikel halus yang terlepas akan terperangkap dalam bantalan dan dapat menimbulkan panas dan getaran diatas normal. Cincin luar yang diam, di mana bebannya merupakan slip pada rumah bantalan, sekalipun pasannya dibuat tidak terlalu sesak. Jika cincin luar yang berputar, maka cincin tersebut harus di pasang kuat pada rumah bantalan. Dinding rumah bantalan yang tipis merlukan pasan yang lebih sesak. Meskipun demikian, pasan yang agak longgar tidak akan mudah menimbulkan slip pada rumah bantalan.pada pemasangan semacam ini, cincin dalam akan menerima beban titik. Karena kondisi pembebanan yang tidak sederhana, maka dapat timbul susunan gaya-gaya yang tak seimbang serta getaran pada waktu bantalan berputar. Arah maupun besarnya gaya-gaya dalam bantalan tersebut sangat sulit diramalkan sehingga disebut beban arah tak tentu. 27

24 16. Kerusakan Ball (Bola baja) Besarnya gaya kontak akan sama pada setiap bola dan pada setiap posisi bola. Bila pada bantalan bola terdapat kerusakan maka besarnya gaya kontak tidak lagi seragam. Hal inilah yang menimbulkan getaran yang tidak beraturan. Gambar 2.5 di bawah ini menunjukkan bentuk kerusakan pada raceway akibat ball bearing. Gambar 2.4. Bentuk kerusakan pada raceway pada bantalan ball bearing dengan beban radial dan aksial searah. Sumber : R. R. Bowker, Annual Book of ASTM Standar Iron and Steel Product Steel- Bars, Forgings Bearing, Chain and Spring 28

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007) BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Proses pengelasan semakin berkembang seiring pertumbuhan industri, khususnya di bidang konstruksi. Banyak metode pengelasan yang dikembangkan untuk mengatasi permasalahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Baja Baja merupakan bahan dasar vital untuk industri. Semua segmen kehidupan, mulai dari peralatan dapur, transportasi, generator, sampai kerangka gedung dan jembatan menggunakan

Lebih terperinci

03/01/1438 KLASIFIKASI DAN KEGUNAAN BAJA KLASIFIKASI BAJA 1) BAJA PEGAS. Baja yang mempunyai kekerasan tinggi sebagai sifat utamanya

03/01/1438 KLASIFIKASI DAN KEGUNAAN BAJA KLASIFIKASI BAJA 1) BAJA PEGAS. Baja yang mempunyai kekerasan tinggi sebagai sifat utamanya KLASIFIKASI BAJA KLASIFIKASI DAN KEGUNAAN BAJA L U K H I M U L I A S 1 Baja yang mempunyai kekerasan tinggi sebagai sifat utamanya 1) BAJA PEGAS Baja pegas adalah baja karbon yang mengandung 0,5-1,0% karbon

Lebih terperinci

Baja adalah sebuah paduan dari besi karbon dan unsur lainnya dimana kadar karbonnya jarang melebihi 2%(menurut euronom)

Baja adalah sebuah paduan dari besi karbon dan unsur lainnya dimana kadar karbonnya jarang melebihi 2%(menurut euronom) BAJA Baja adalah sebuah paduan dari besi karbon dan unsur lainnya dimana kadar karbonnya jarang melebihi 2%(menurut euronom) Baja merupakan paduan yang terdiri dari besi,karbon dan unsur lainnya. Baja

Lebih terperinci

07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA

07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA 07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA 7.1. Diagram Besi Karbon Kegunaan baja sangat bergantung dari pada sifat sifat baja yang sangat bervariasi yang diperoleh dari pemaduan dan penerapan proses perlakuan panas.

Lebih terperinci

BAB VI L O G A M 6.1. PRODUKSI LOGAM

BAB VI L O G A M 6.1. PRODUKSI LOGAM BAB VI L O G A M Baja banyak di gunakan dalam pembuatan struktur atau rangka bangunan dalam bentuk baja profil, baja tulangan beton biasa, anyaman kawat, atau pada akhir-akhir ini di pakai juga dalam bentuk

Lebih terperinci

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic) HEAT TREATMENT Perlakuan panas (heat treatment) ialah suatu perlakuan pada material yang melibatkan pemanasan dan pendinginan dalam suatu siklus tertentu. Tujuan umum perlakuan panas ini ialah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

SIFAT FISIK DAN MINERAL BAJA

SIFAT FISIK DAN MINERAL BAJA SIFAT FISIK DAN MINERAL BAJA Oleh kelompok 7 AYU ANDRIA SOLIHAT (20130110066) SEPTIYA WIDIYASTUTY (20130110077) BELLA LUTFIANI A.Z. (20130110080) M.R.ERNADI RAMADHANI (20130110100) Pengertian Baja Baja

Lebih terperinci

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik 1 METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik Tool Steel (Baja Perkakas) 2 W Pengerasan dengan air (Water hardening) Pengerjaan Dingin (Cold Work) O Pengerasan dengan oli (Oil hardening) A Pengerasan dengan

Lebih terperinci

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor BESI COR Pendahuluan Besi cor adalah bahan yang sangat penting dan dipergunakan sebagai bahan coran lebih dari 80%. Besi cor merupakan paduan besi dan karbon dengan kadar 2 %s/d 4,1% dan sejumlah kecil

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #11

Pembahasan Materi #11 1 TIN107 Material Teknik Pembahasan 2 Tool Steel Sidat dan Jenis Stainless Steel Cast Iron Jenis, Sifat, dan Keterbatasan Non-Ferrous Alloys Logam Tahan Panas 1 Tool Steel (Baja Perkakas) 3 W Pengerasan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan. BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Data Pengujian. 4.1.1. Pengujian Kekerasan. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metoda Rockwell C, pengujian kekerasan pada material liner dilakukan dengan cara penekanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Logam Logam cor diklasifikasikan menurut kandungan karbon yang terkandung di dalamnya yaitu kelompok baja dan besi cor. Logam cor yang memiliki persentase karbon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metalurgi merupakan ilmu yang mempelajari pengenai pemanfaatan dan pembuatan logam dari mulai bijih sampai dengan pemasaran. Begitu banyaknya proses dan alur yang harus

Lebih terperinci

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT STRUKTUR LOGAM DAPAT BERUBAH KARENA : KOMPOSISI KIMIA (PADUAN) REKRISTALISASI DAN PEMBESARAN BUTIRAN (GRAIN GROWTH) TRANSFORMASI FASA PERUBAHAN STRUKTUR MENIMBULKAN PERUBAHAN

Lebih terperinci

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak Tutup kepala silinder (cylinder head cup) kepala silinder (cylinder

Lebih terperinci

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja Heat Treatment Pada Logam Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma Proses Perlakuan Panas Pada Baja Proses perlakuan panas adalah suatu proses mengubah sifat logam dengan cara mengubah struktur mikro

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN PADUAN AL-SI (SERI 4032) TERHADAP HASIL PENGECORAN Ir. Drs Budiyanto Dosen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAK Proses produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat dewasa ini telah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan. dari dunia industri, sebab adanya ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. pesat dewasa ini telah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan. dari dunia industri, sebab adanya ilmu pengetahuan dan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup pesat dewasa ini telah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari dunia industri, sebab adanya ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Melalui sedikit kelebihan gas dalam api dapat dicegah terjadinya suatu penyerapan arang (jika memang dikehendaki) dicapai sedikit penambahan

Melalui sedikit kelebihan gas dalam api dapat dicegah terjadinya suatu penyerapan arang (jika memang dikehendaki) dicapai sedikit penambahan Flame Hardening Flame hardening atau pengerasan dengan nyala api terbuka adalah pengerasan yang dilakukan dengan memanaskan benda kerja pada nyala api. Nyala api tersebut dapat menggunakan Elpiji + Udara

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *) PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Purnomo *) Abstrak Baja karbon rendah JIS G 4051 S 15 C banyak digunakan untuk bagian-bagian

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Disusun : SUDARMAN NIM : D.200.02.0196 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE Pengertian Diagram fasa Pengertian Diagram fasa Adalah diagram yang menampilkan hubungan antara temperatur dimana terjadi perubahan fasa selama proses pendinginan dan pemanasan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN IV.1 PENGUJIAN AWAL PADA GARDAN IV.1.1 PENGUJIAN KOMPOSISI Pengujian komposisi diperlukan untuk mengetahui komposisi unsur, termasuk unsur-unsur paduan yang terkandung dalam material

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL Pramuko I. Purboputro Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan

Lebih terperinci

1. Baja dan Paduannya 1.1 Proses Pembuatan Baja

1. Baja dan Paduannya 1.1 Proses Pembuatan Baja 1. Baja dan Paduannya 1.1 Proses Pembuatan Baja Pembuatan Baja diawali dengan membuat besi kasar (pig iron) di dapur tinggi (blast furnace) di Gbr.1.1 Besi oksida (umumnya, Hematite Fe 2 O 3 atau Magnetite,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. unsur paduan terhadap baja, proses pemanasan baja, tempering, martensit, pembentukan

I. TINJAUAN PUSTAKA. unsur paduan terhadap baja, proses pemanasan baja, tempering, martensit, pembentukan I. TINJAUAN PUSTAKA Teori yang akan dibahas pada tinjauan pustaka ini adalah tentang klasifikasi baja, pengaruh unsur paduan terhadap baja, proses pemanasan baja, tempering, martensit, pembentukan martensit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan bahan logam dalam pembuatan alat alat dan sarana kehidupan semakin meningkat. Mulai dari peralatan yang paling sederhana sampai pada peralatan yang paling

Lebih terperinci

PROSES PENGERASAN (HARDENNING)

PROSES PENGERASAN (HARDENNING) PROSES PENGERASAN (HARDENNING) Proses pengerasan atau hardening adalah suatu proses perlakuan panas yang dilakukan untuk menghasilkan suatu benda kerja yang keras, proses ini dilakukan pada temperatur

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 ANALISA STRUKTUR MIKRO BAJA SETELAH HARDENING DAN TEMPERING Struktur mikro yang dihasilkan setelah proses hardening akan menentukan sifat-sifat mekanis baja perkakas, terutama kekerasan

Lebih terperinci

Sistem Besi-Karbon. Sistem Besi-Karbon 19/03/2015. Sistem Besi-Karbon. Nurun Nayiroh, M.Si. DIAGRAM FASA BESI BESI CARBIDA (Fe Fe 3 C)

Sistem Besi-Karbon. Sistem Besi-Karbon 19/03/2015. Sistem Besi-Karbon. Nurun Nayiroh, M.Si. DIAGRAM FASA BESI BESI CARBIDA (Fe Fe 3 C) MK: TRANSFORMASI FASA Pertemuan Ke-6 Sistem Besi-Karbon Nurun Nayiroh, M.Si Sistem Besi-Karbon Besi dengan campuran karbon adalah bahan yang paling banyak digunakan diantaranya adalah baja. Kegunaan baja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah merambah pada berbagai aspek kehidupan manusia, tidak terkecuali di dunia industri manufacture (rancang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan karbon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan karbon 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja adalah logam paduan, logam besi sebagai unsur dasar dengan karbon sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan unsur karbon dalam baja berkisar antara 0.2% hingga 2.1%

Lebih terperinci

11. Logam-logam Ferous Diagram fasa besi dan carbon :

11. Logam-logam Ferous Diagram fasa besi dan carbon : 11. Logam-logam Ferous Diagram fasa besi dan carbon : Material Teknik Suatu diagram yang menunjukkan fasa dari besi, besi dan paduan carbon berdasarkan hubungannya antara komposisi dan temperatur. Titik

Lebih terperinci

CYBER-TECHN. VOL 11 NO 02 (2017) ISSN

CYBER-TECHN. VOL 11 NO 02 (2017) ISSN CYBER-TECHN. VOL NO 0 (07) ISSN 907-9044 PENGARUH PENAMBAHAN UNSUR SILIKON (-%) PADA PRODUK KOPEL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO Febi Rahmadianto ), Wisma Soedarmadji ) ) Institut

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN Dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Janabadra Yogyakarta INTISARI Setiap logam akan mengalami perubahan fasa selama proses pengecoran,

Lebih terperinci

6. Besi Cor. Besi Cor Kelabu : : : : : : : Singkatan Berat jenis Titik cair Temperatur cor Kekuatan tarik Kemuluran Penyusutan

6. Besi Cor. Besi Cor Kelabu : : : : : : : Singkatan Berat jenis Titik cair Temperatur cor Kekuatan tarik Kemuluran Penyusutan Seperti halnya pada baja, bahwa besi cor adalah paduan antara besi dengan kandungan karbon (C), Silisium (Si), Mangan (Mn), phosfor (P), dan Belerang (S), termasuk kandungan lain yang terdapat didalamnya.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pengelasan logam tak sejenis antara baja tahan karat dan baja karbon banyak diterapkan di bidang teknik, diantaranya kereta api, otomotif, kapal dan industri lain.

Lebih terperinci

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA Ahmad Supriyadi & Sri Mulyati Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto, SH.,

Lebih terperinci

PERLAKUAN PANAS A. PENGETAHUAN UMUM

PERLAKUAN PANAS A. PENGETAHUAN UMUM PERLAKUAN PANAS A. PENGETAHUAN UMUM Pengertian perlakuan panas ialah suatu cara yang mengakibatkan perubahan struktur bahan melelui penyolderan atau penyerapan panas : dalam pada itu bentuk bahan tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dibidang konstruksi, pengelasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pertumbuhan dan peningkatan industri, karena mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

Kategori unsur paduan baja. Tabel periodik unsur PENGARUH UNSUR PADUAN PADA BAJA PADUAN DAN SUPER ALLOY

Kategori unsur paduan baja. Tabel periodik unsur PENGARUH UNSUR PADUAN PADA BAJA PADUAN DAN SUPER ALLOY PENGARUH UNSUR PADUAN PADA BAJA PADUAN DAN SUPER ALLOY Dr.-Ing. Bambang Suharno Dr. Ir. Sri Harjanto PENGARUH UNSUR PADUAN PADA BAJA PADUAN DAN SUPER ALLOY 1. DASAR BAJA 2. UNSUR PADUAN 3. STRENGTHENING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bantalan merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang memegang peranan cukup penting karena fungsi dari bantalan yaitu untuk menumpu sebuah poros agar poros dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian ilmu logam bagian yaitu: Didasarkan pada komposisi logam dan paduan dapat dibagi menjadi dua - Logam-logam besi (Ferrous) - Logam-logam bukan besi (non ferrous)

Lebih terperinci

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM Bibit Sugito Dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda logam yang keras dan kuat (Departemen Pendidikan Nasional, 2005). Sedangkan menurut Setiadji

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Kekerasan suatu bahan adalah kemampuan sebuah material untuk menerima beban tanpa mengalami deformasi plastis yaitu tahan terhadap identasi, tahan terhadap penggoresan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja adalah salah satu bahan konstruksi yang paling banyak digunakan. Sifat-sifatnya yang penting dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proses Celup panas (Hot Dipping) Pelapisan hot dipping adalah pelapisan logam dengan cara mencelupkan pada sebuah material yang terlebih dahulu dilebur dari bentuk padat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Biomaterial adalah substansi atau kombinasi beberapa subtansi, sintetis atau

BAB I PENDAHULUAN. Biomaterial adalah substansi atau kombinasi beberapa subtansi, sintetis atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biomaterial adalah substansi atau kombinasi beberapa subtansi, sintetis atau alami, yang dapat digunakan untuk setiap periode waktu, secara keseluruhan atau sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Baja pada dasarnya ialah besi (Fe) dengan tambahan unsur karbon (C) sampai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Baja pada dasarnya ialah besi (Fe) dengan tambahan unsur karbon (C) sampai dengan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja pada dasarnya ialah besi (Fe) dengan tambahan unsur karbon (C) sampai dengan 1.67% (maksimal). Bila kadar unsur karbon ( C) lebih dari 1.67%, maka material tersebut

Lebih terperinci

Bantalan Sebagai Bagian Elemen Mesin

Bantalan Sebagai Bagian Elemen Mesin Bantalan Sebagai Bagian Elemen Mesin Penyusun : Mohamad Iqbal Prodi : Teknik Otomotif 1 A NIM : 0420130026 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Bantalan adalah suatu alat pendukung pada suatu mesin yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan bahan dasar velg racing sepeda motor bekas kemudian velg tersebut diremelting dan diberikan penambahan Si sebesar 2%,4%,6%, dan 8%. Pengujian yang

Lebih terperinci

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys) 14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys) Magnesium adalah logam ringan dan banyak digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan massa jenis yang ringan. Karakteristik : - Memiliki struktur HCP (Hexagonal

Lebih terperinci

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03 PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER NAMA : BUDI RIYONO NPM : 21410473 KELAS : 4ic03 LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini perkembangan dunia otomotif sangat berkembang dengan pesat, begitu juga halnya dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Pengujian Spesimen Dalam melakukan penelitian uji dilaboratorium bahan teknik Universitas Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

Lebih terperinci

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH Komponen : adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu), komponennya adalah Cu dan Zn Solid solution (larutan padat)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cairan logam tersebut dicorkan ke dalam rongga cetakan dan didinginkan

BAB I PENDAHULUAN. cairan logam tersebut dicorkan ke dalam rongga cetakan dan didinginkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengecoran logam merupakan bagian dari industri hulu dalam bidang manufaktur, terdiri dari proses mencairkan logam yang kemudian cairan logam tersebut dicorkan ke dalam

Lebih terperinci

1. Fabrikasi Struktur Baja

1. Fabrikasi Struktur Baja 1. Fabrikasi Struktur Baja Pengertian proses fabrikasi komponen struktur baja secara umum adalahsuatu proses pembuatan komponen-komponen struktur baja dari bahanprofil baja dan atau plat baja. Pelaksanaan

Lebih terperinci

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK Bambang Suharnadi Program Diploma Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM suharnadi@ugm.ac.id Nugroho Santoso Program

Lebih terperinci

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN PENGARUH PENGELASAN GAS TUNGTEN ARC WELDING (GTAW) DENGAN VARIASI PENDINGINAN AIR DAN UDARA PADA STAINLESS STEEL 304 TERHADAP UJI KOMPOSISI KIMIA, STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN UJI IMPACT Agus Sudibyo

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB 7 BANTALAN (BEARING)

BAB 7 BANTALAN (BEARING) BAB 7 BANTALAN (BEARING) Bantalan (bearing) adalah Elemen Mesin yang digunakan untuk menumpu poros yang berbeban, sehingga putaran atau gesekan bolak baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan tahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan manusia dalam bidang industri semakin besar. kebutuhan akan material besi dalam bentuk baja dan besi cor juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat terjadi dengan berbagai cara, antara lain dengan mekanisme pengerasan regangan (strain hardening),

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS Oleh: Abrianto Akuan Abstrak Nilai kekerasan tertinggi dari baja mangan austenitik hasil proses perlakuan panas

Lebih terperinci

Pengaruh Unsur-unsur Paduan Pada Proses Temper:

Pengaruh Unsur-unsur Paduan Pada Proses Temper: PROSES TEMPER Proses temper adalah proses memanaskan kembali baja yang sudah dikeraskan dengan tujuan untuk memperoleh kombinasi antara kekuatan, duktilitas dan ketangguhan yang tinggi. Proses temper terdiri

Lebih terperinci

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

BAB 1. PERLAKUAN PANAS BAB PERLAKUAN PANAS Kompetensi Sub Kompetensi : Menguasai prosedur dan trampil dalam proses perlakuan panas pada material logam. : Menguasai cara proses pengerasan, dan pelunakan material baja karbon.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUALITAS MATERIAL BEARING MERK SKF, FMB, NKK, DAN JAL TERHADAP TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PERBANDINGAN KUALITAS MATERIAL BEARING MERK SKF, FMB, NKK, DAN JAL TERHADAP TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PERBANDINGAN KUALITAS MATERIAL BEARING MERK SKF, FMB, NKK, DAN JAL TERHADAP TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Masryukan, Ngafwan, dan Taufik Surya Nugroho Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah logam. Seiring dengan jaman yang semakin maju, kebutuhan akan logam menjadi semakin tinggi.

Lebih terperinci

MODUL 3 PROSES PEMBUATAN BESI TUANG DAN BESI TEMPA

MODUL 3 PROSES PEMBUATAN BESI TUANG DAN BESI TEMPA MODUL 3 PROSES PEMBUATAN BESI TUANG DAN BESI TEMPA Materi ini membahas tentang proses pembuatan besi tuang dan besi tempa. Tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai adalah (1) Menjelaskan sejarah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian komposisi kimia Pengujian komposisi kimia dilakukan dengan mesin spektrum komposisi kimia Optical Emission Spectrometer dan memberikan hasil pembacaan secara

Lebih terperinci

PENGARUH MULTIPLE QUECHING TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA ASSAB 760

PENGARUH MULTIPLE QUECHING TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA ASSAB 760 PENGARUH MULTIPLE QUECHING TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA ASSAB 760 Syaiful Rizal 1) Ir.Priyagung Hartono 2) Ir Hj. Unung Lesmanah.MT 3) Program Strata Satu Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH C.6 PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH Agus Dwi Iskandar *1, Suyitno 1, Muhamad 2 1 Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA PENELITIAN 1. Material Penelitian a. Tipe Baja : A 516 Grade 70 Bentuk : Plat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja A 516 Grade 70 Komposisi Kimia Persentase (%) C 0,1895 Si

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai Mesin penghancur kedelai dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp, mengapa lebih memilih memekai motor listrik 0,5 Hp karena industri yang di

Lebih terperinci

Bila logam cair paduan tembaga dan seng sudah cukup dingin untuk dipindahkan, mereka dikeluarkan dari cetakan dan dipindah ke tempat penyimpanan.

Bila logam cair paduan tembaga dan seng sudah cukup dingin untuk dipindahkan, mereka dikeluarkan dari cetakan dan dipindah ke tempat penyimpanan. Melting Sejumlah bahan tembaga yang tepat sesuai takaran paduan ditimbang dan dipindahkan ke dalam tungku peleburan dalam suhu sekitar 1920 F (1050 C). Sejumlah seng yang sudah ditimbang agar sesuai paduan

Lebih terperinci

FERIT, PERLIT, SEMENTIT, MARTENSIT, DAN BAINIT

FERIT, PERLIT, SEMENTIT, MARTENSIT, DAN BAINIT TUGAS PENGETAHUAN BAHAN ALAT DAN MESIN FERIT, PERLIT, SEMENTIT, MARTENSIT, DAN BAINIT Oleh: RENDY FRANATA (1014071009) TIA YULIAWATI (1014071052) JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik Definisi 2 Metal Alloys (logam paduan) adalah bahan campuran yang mempunyai sifat-sifat logam, terdiri dari dua atau lebih unsur-unsur, dan sebagai unsur utama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pergeseran cermin untuk menentukan faktor konversi, dan grafik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pergeseran cermin untuk menentukan faktor konversi, dan grafik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab yang keempat ini mengulas tentang hasil penelitian yang telah dilakukan beserta analisa pembahasannya. Hasil penelitian ini nantinya akan dipaparkan olahan data berupa grafik

Lebih terperinci

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN Annealing adalah : sebuah perlakukan panas dimana material dipanaskan pada temperatur tertentu dan waktu tertentu dan kemudian dengan perlahan didinginkan. Annealing

Lebih terperinci

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logam mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, hampir semua kebutuhan manusia tidak lepas dari unsur logam. Karena alat-alat yang digunakan manusia terbuat

Lebih terperinci

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 BAB I MATERI Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Materi dapat berupa benda padat, cair, maupun gas. A. Penggolongan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Pengertian Las Definisi pengelasan menurut DIN (Deutsche Industrie Norman) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEKAKUAN PEGAS DAUN DENGAN CARA QUENCHING

PENINGKATAN KEKAKUAN PEGAS DAUN DENGAN CARA QUENCHING PENINGKATAN KEKAKUAN PEGAS DAUN DENGAN CARA QUENCHING Pramuko Ilmu Purboputro Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Surakarta Pramuko_ip@ums.ac.id ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH Sumidi, Helmy Purwanto 1, S.M. Bondan Respati 2 Program StudiTeknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK SERBUK 4.1.1. Serbuk Fe-50at.%Al Gambar 4.1. Hasil Uji XRD serbuk Fe-50at.%Al Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN MAIN BEARING CRANKSHAFT PADA KENDARAAN RODA EMPAT

ANALISA KEGAGALAN MAIN BEARING CRANKSHAFT PADA KENDARAAN RODA EMPAT ANALISA KEGAGALAN MAIN BEARING CRANKSHAFT PADA KENDARAAN RODA EMPAT Eko Edy Susanto, Faizin Ahmad R Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional Malang Telp. (0341) 417636

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING TUGAS AKHIR PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING, MEDIUM TEMPERING DAN HIGH TEMPERING PADA MEDIUM CARBON STEEL PRODUKSI PENGECORAN BATUR-KLATEN TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN

Lebih terperinci

II. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM. Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar

II. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM. Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar II. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM A. Sub Kompetensi Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S Mahasiswa Edwin Setiawan Susanto Dosen Pembimbing Ir. Rochman Rochiem, M. Sc. Hariyati Purwaningsih, S.Si, M.Si. 1 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus oleh spesimen selama uji tarik dan dipisahkan oleh daerah penampang lintang yang asli. Kekuatan

Lebih terperinci

ANALISIS KEKERASAN PADA OUTER RING DAN INNER RING HASIL PROSES HEAT TREATMENT

ANALISIS KEKERASAN PADA OUTER RING DAN INNER RING HASIL PROSES HEAT TREATMENT Volume 10 No. 1 Januari 2018 ISSN : 2085 1669 e-issn : 2460 0288 Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek Email : jurnalteknologi@umj.ac.id U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H J A K A R T

Lebih terperinci