KAJIAN ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI BENGAWAN SOLO (SERENAN-JURUG) STUDY OF SEDIMENT TRANSPORT IN BENGAWAN SOLO RIVER (SERENAN-JURUG) HALAMAN JUDUL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI BENGAWAN SOLO (SERENAN-JURUG) STUDY OF SEDIMENT TRANSPORT IN BENGAWAN SOLO RIVER (SERENAN-JURUG) HALAMAN JUDUL"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id KAJIAN ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI BENGAWAN SOLO (SERENAN-JURUG) STUDY OF SEDIMENT TRANSPORT IN BENGAWAN SOLO RIVER (SERENAN-JURUG) Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta HALAMAN JUDUL Disusun oleh: NUR HIDAYAH Y.N, NIM I FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

2 digilib.uns.ac.id

3 digilib.uns.ac.id

4 digilib.uns.ac.id MOTTO Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS.2:286). You know what? This is not over. We will play you again, and we will win, and you will lose, and you will beg, and we will laugh, and we will take every last dime you have, and you will hate yourselves forever (monica geller, friends). Jangan bekerja setengah-setengah, bekerjalah sepenuh hati Waktu anda terbatas, jadi jangan sia siakan dengan hidup dalam kehidupan orang lain. Jangan terperangkap oleh dogma dimana anda hidup dengan apa yang orang lain pikirkan. Jangan biarkan suara dari pendapat orang lain menenggelamkan suara batin anda sendiri. Dan yang terpenting, miliki keberanian untuk mengikuti hati dan intuisimu. Mereka terkadang sudah tahu akan menjadi apa anda sebenarnya. Yang lainnya hanyalah tambahan (Steve Jobs). Semua mimpi kita akan menjadi nyata jika kita punya keberanian untuk mengejarnya (Walt Disney). Tabi no haji wa kakisute (Buang rasa malumu saat dalam perjalanan, pepatah Jepang). iv

5 digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Skripsi ini ku persembahkan untuk semua pejuang yang tidah pernah menyerah untuk mengapai sesuatu v

6 digilib.uns.ac.id ABSTRAK Nur Hidayah Y.N Kajian Angkutan Sedimen Pada Sungai Bengawan Solo (Serenan-Jurug). Skripsi. Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Permasalahan sedimen merupakan hal yang esensial bagi suatu sungai. Sebagian besar permasalahan sedimen merupakan hasil campur tangan manusia. Sedimen mempunyai karakteristik yang berbeda tergantung dengan letak sungainya. Banyak teori yang dapat digunakan untuk memperkirakan angkutan sedimen tetapi pemilihan teori atau pendekatan yang tepat untuk angkutan sedimen di sungai masih cukup sulit. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data debit dan sedimen secara langsung pada Serenan dan Jurug di Bengawan Solo. Sedimen kemudian diuji di laboratorium dan hasil akhir mendapatkan parameter angkutan sedimen dan gradasi butiran. Angkutan sedimen dari laboratorium kemudian dibandingkan dengan hasil hitungan menggunakan metode angkutan sedimen yaitu Ackers- White, Englund-Hansen, Laursen, Meyer-Peter Muller, Toffaleti dan Yang. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sedimen yang diuji di Serenan mempunyai kelas ukuran Coarse Silt dengan range butiran 0,032-0,0625 sedangkan di Jurug mempunyai kelas ukuran Very Fine Sand dengan range butiran 0,0625-0,125. Dari banyak metode yang diujikan metode Meyer Peter Muller dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya debit angkutan sedimen pada sungai Bengawan Solo tepatnya pada Serenan sedangkan pada Jurug belum ada metode yang dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya debit angkutan sedimen. Pada metode Meyer Peter Muller terjadi tingkat kesalahan 4,12 %. Kata Kunci : Angkutan Sedimen, commit Bengawan to user Solo, Serenean, Jurug. vi

7 digilib.uns.ac.id ABSTRACT Nur Hidayah Y.N Study Of Sediment Transport Discharge In Bengawan Solo River (Serenan-Jurug). Thesis. Departement Of Civil Engineering. Engineering Faculty. Sebelas Maret University. Surakarta. Sediment problem is essential to a river. Most of the sediment problem is the result of human intervention. Sediment has different characteristics depending on the location of the river. Many theories that can be used to estimate sediment transport but selection theory or approach is right for the transport of sediment in the river is still quite difficult. This study was done by taking the data flow and sediment directly on Serenan and Jurug in Bengawan Solo. Sediments were then tested in the laboratory and the final gain parameter sediment transport grading. Sediment transport from the laboratory is compared with the results of a calculation using the method of sediment transport Ackers-White, Englund-Hansen, Laursen, Meyer-Peter Muller, Toffaleti and Yang. The test results indicate that the sediments in Serenan is belong to Coarse Silt size classes with a range from 0,032 to 0,0625 grains while sediments in Serenan is belong to Very Fine Sand size classes with a range from 0,0625 to 0,125 grains. Of the many methods being tested, Meyer Peter Muller method can be used to estimate the discharge of sediment transport on the river Bengawan Solo precisely on Serenan while in Jurug there is no method that can be used to estimate the discharge of sediment transport. The method of Meyer Peter Muller occurred error rate of 4.12%. Keyword : sediment transport, Bengawan Solo, Serenan, Jurug. vii

8 digilib.uns.ac.id PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul Kajian Angkutan Sedimen Pada Sungai Bengawan Solo (Serenan- Jurug) guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyusunan tugas akhir ini dapat berjalan lancar tidak lepas dari bimbingan, dukungan, dan motivasi dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Segenap Pimpinan serta karyawan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dr.Ir. Mamok Suprapto, M.Eng selaku dosen pembimbing I. 3. Ir. Suyanto, MM selaku dosen pembimbing II. 4. Ir. JB Sunardi Widjaja, Msi selaku dosen pembimbing akademik. 5. Ir. Susilowati, M.Si dan Ir. Siti Qomariyah, M.Sc selaku dosen penguji skripsi. 6. Segenap bapak dan ibu yang ada di Balai Besar Wilayah Sungai yang telah memberikan data sekunder sehingga terlaksananya penulisan skripsi ini. 7. Rekan 1 tim skripsi serta Rekan-rekan mahasiswa jurusan Teknik Sipil 8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa mendatang dan semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Surakarta, Maret 2013 Penulis viii

9 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN... Error! Bookmark not defined. MOTTO... iv PERSEMBAHAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii PRAKATA... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL... xiv GLOSSARY... xvi BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Aliran Sedimen Pengujian Butiran Sedimen Perhitungan Angkutan Sedimen Landasan Teori Aliran Sungai Sedimen Pengujian Butiran Sedimen Perhitungan Angkutan commit Sedimen to user ix

10 digilib.uns.ac.id BAB 3 METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel Data yang Diperlukan Data Primer Data Sekunder Alat yang digunakan Alat Survey Alat Pengujian Sampel Pengujian Pengujian di Laboratorium Perhitungan Angkutan Sedimen Tahapan Penelitian BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengambilan Sampel Analisis Butiran Sedimen Konsentrasi Sedimen Debit Sedimen Melayang Berat Jenis Sedimen Analisis Hidrometer Analisis Angkutan Sedimen Analisis Steady Flow Pembahasan BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Koefisien Kekasaran Manning... 9 Tabel 2.2. Ukuran Butiran Sedimen Menurut American Geophysical Union Tabel 4.1. Titik Pengambilan Sampel Sedimen Tabel 4.2. Konsentrasi Sedimen Tabel 4.3. Debit Sedimen Melayang Hasil Pengukuran Tabel 4.4. Berat Jenis Sedimen Tabel 4.5. Diameter Butiran Dalam Analisis Angkutan Sedimen Tabel 4.6. Hasil Output Analisis Steady Flow HEC-RAS Tabel 4.7. Hasil Analisis Debit Angkutan Sedimen Output HEC-RAS Tabel 4.8. Hasil Perbandingan Debit Sedimen Perhitungan Dengan Pengukuran 34 xi

12 digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Metode Point-Integrated Sampling... 6 Gambar 2.2. Ilustrasi Rumus Persamanaan Energi pada Steady Flow... 7 Gambar 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel Gambar 3.2. Current Meter Gambar 3.3. Sediment Sampling Gambar 3.4. Alat Uji Konsentrasi Sedimen Gambar 3.5. Alat Uji Berat Jenis Butir Tanah Gambar 3.6. Alat Uji Hidrometer (hydrometer analysis) Gambar 3.7. Alat Uji Saringan (sieve analysis) Gambar 3.8. Diagram Alir Penelitian Gambar 4.1. Profil Ruas Sungai Bengawan Solo Output HEC-RAS xii

13 digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A Lampiran B Lampiran C Lampiran D Lampiran E - Peta, Letak Pengambilan Sampel, dan Kalibrasi Curentmeter - Data Hasil Laboratorium - Long Profile dan Cross Section Sungai Bengawan Solo - Output HEC-RAS - Surat-Surat Skripsi xiii

14 digilib.uns.ac.id DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL = parameter rasio kecepatan sedimen = kecepatan endap (ft/s) w = berat jenis air (gr/cm 3 ) µ = koefisien (0,00855) B = lebar saluran (ft) C = konsentrasi sedimen (ppm) C L = konsentrasi sedimen di zona bawah (mg/lt) D = kedalaman penampang sungai (m) d = diameter butiran (mm) d 90 = diameter partikel (m) d m = diameter partikel rata-rata (mm) d si = diameter butiran (mm) g = percepatan grafitasi (m/s 2 ) G = debit angkutan sedimen (lb/s) g = percepatan gravitasi (ft/s 2 ) G gr = parameter angkutan sedimen g s = debit angkutan sedimen (ton/hari) G s = berat jenis butiran sampel g sb = angkutan sedimen dasar (ton/hari) g ssl = angkutan sedimen melayang di zona bawah (ton/hari) g ssm = angkutan sedimen melayang di zona tengah (ton/hari) g ssu = angkutan sedimen melayang di zona atas (ton/hari) h e = kehilangan tinggi energi (m) i = 1, 2, 3, 4, 5,... x, i tanda adalah bagian penampang k = faktor yang sama besarnya, tergantung dari satuan setiap unsur (= 0,0864) L = panjang pelampung yang berada didalam air dihitung dari titik berat sampai permukan air (mm) M = konsentrasi sedimen (ppm) n = koefisien Manning n v = koefisien suhu n x = eksponen transisi tergantung ukuran sedimen Q = debit aliran sungai (m 3 /dt) qi = debit pada setiap sub penampang ke i (m³/s) q qi = debit tengah pada setiap sub penampang melintang ke i (m³/s) R = radius hidrolik (m) Rc = pembacaan hidrometer (mm) RRP = parameter jari-jari radius S = energi gradien S i = kemiringan S qi = debit pada seksi ke i (m³/s) xiv

15 digilib.uns.ac.id t = waktu ke-i (menit) T 1 = suhu pada W 4 ( 0 C) T 2 = suhu pada W 3 ( 0 C) TFP = parameter tegangan geser u * = kecepatan geser (ft/s) V = kecepatan aliran (ft/s) v = viskositas kinematik (ft 2 /s) V 1, V 2 = kecepatan rata-rata (debit dibagi luas tampang basah) (m²/s) Vas = volume air sampel (ml) V cr = kecepatan kritis (ft/s) w = kecepatan jatuh partikel (m/s) W 1 = berat piknometer kosong (gram) W 2 = berat piknometer + sampel sedimen kering (gram) W 3 = berat piknometer + sampel sedimen kering + aquades (gram) W 4 = berat piknometer + aquades (gram) Ws = berat sedimen kering (gr) x = jumlah vertikal pengambilan di suatu penampang melintang y = kedalaman pias penampang sungai Y 1, Y 2 = kedalaman aliran (m) z = koefisien hubungan antara sedimen dan karakteristik hidrolis Z 1, Z 2 = elevasi dasar saluran (m) α 1, α 2 = koefisien bobot kecepatan γ w = berat air (gr/cc) μ MPM = harga ripple faktor untuk MPM = tegangan geser saluran rata-rata (ft/s) τ o xv

16 digilib.uns.ac.id GLOSSARY Wash load = angkutan partikel halus yang dapat berupa lempung (silk) dan debu (dust), yang terbawa oleh aliran sungai Suspended load = sedimen bergerak di dalam alur sungai sebagai sedimen tersuspensi (suspended sediment) dalam air yang mengalir dan sebagai muatan dasar (bed load) yang bergeser atau menggelinding sepanjang dasar saluran Bed load = pertikel sedimen yang bergerak tidak jauh dari dasar sungai dan bergerak secara bergeser, merayap, menggelinding atau meloncat. Total load = jumlah dari suspended load dan bed load Point-integrated sampling = metode pengukuran arus pada sungai yang dilakukan dengan menentukan bebrapa titik sesuai kedalaman sungai tersebut xvi

17 digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sungai merupakan salah satu sumber air untuk kehidupan makhluk hidup. Disisi lain, sungai memiliki karakter dan morfologi yang berbeda. Karakter dan morfologi sungai akan stabil bila di sepanjang alur dan diseluruh DAS tidak mengalami perubahan, termasuk hujan yang jatuh di permukaan DAS. Akan tetapi kondisi stabil tersebut tidak akan bisa dipertahankan bila aktivitas manusia disepanjang sungai maupun alur sungai masih terus berlangsung. Contohnya adalah penyempitan sungai yang terjadi di sungai Brantas diakibatkan adanya endapan tanah longsor. Peristiwa itu terjadi karena adanya bangunan yang berada di sekitar bantaran sungai ( Aktivitas manusia dapat menyebabkan erosi permukaan yang akan terbawa aliran, dalam bentuk sedimen. Sedimen tersebut akhirnya akan diendapkan pada tempat tempat tertentu ketika aliran tidak mampu mengangkut sedimen. Sedimen akan mengurangi fungsi infrastruktur air yang telah terbangun. Gary W. Brunner (2003) menyatakan bahwa banyak teori maupun pendekatan empiris yang dapat digunakan untuk mengetahui angkutan sedimen. Beberapa diantaranya adalah Ackers-White, Englund-Hansen, Laursen, Meyer-Peter Muller, Toffaleti dan Yang. Pemilihan teori atau pendekatan yang tepat untuk angkutan sedimen di sungai masih cukup sulit. Oleh sebab itu masalah sedimen menarik untuk diteliti. Dalam penelitian ini dikaji teori Ackers-White, Englund-Hansen, Laursen, Meyer- Peter Muller, Toffaleti dan Yang untuk mengetahui sedimen yang terjadi di Sungai Bengawan Solo. 1

18 digilib.uns.ac.id Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kriteria sedimen pada ruas sungai Bengawan Solo dari jembatan Serenan sampai jembatan Jurug? 2. Apa metode analisis angkutan sedimen yang paling cocok untuk analisis angkutan sedimen pada ruas sungai Bengawan Solo dari jembatan Serenan sampai jembatan Jurug? 1.3 Batasan Masalah Untuk membatasi permasalahan agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas, maka perlu adanya pembatasan sebagai berikut: 1. Sampel sedimen diambil pada musim hujan di bulan Desember, di lokasi jembatan Serenan dan jembatan Jurug. 2. Menggunakan cross section dan long profile dari Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo. 3. Metode yang digunakan untuk perhitungan sedimen adalah metode Ackers- White, Englund-Hansen, Laursen, Meyer-Peter Muller, Toffaleti dan Yang. 4. Sampel sedimen yang diteliti berupa sedimen melayang. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui karakteristik sedimen pada ruas sungai Bengawan Solo dari jembatan Serenan sampai jembatan Jurug 2. Mengetahui metode yang paling cocok untuk analisis sedimen pada ruas sungai Bengawan Solo dari jembatan Serenan sampai jembatan Jurug.

19 digilib.uns.ac.id Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis, memberi tambahan informasi dalam sedimen 2. Manfaat praktis: memberikan tambahan informasi mengenai kriteria sedimen yang ada di sungai Bengawan Solo antara jembatan Serenan sampai jembatan Jurug.

20 digilib.uns.ac.id BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Aliran Aliran air dikatakan steady flow apabila besarnya debit aliran yang melewati suatu cross section konstan terhadap waktu. Jika perubahan debit aliran berubah sesuai dengan waktu, maka aliran tersebut dikatakan unsteady flow. Aliran steady flow membutuhkan besaran debit inflow dan outflow yang konstan dan sama. Steady flow masih dibagi lagi menjadi 2 macam yaitu non-uniform flow dan uniform flow. Non-uniform flow adalah aliran air dimana kecepatan dan kedalaman bervariasi dalam jarak lintasan air, sementara ketika konstan disebut uniform flow. Uniform flow hanya terjadi pada suatu saluran berpenampang tetap yang mempunyai kekasaran, kemiringan dan arah alirannya yang konstan. Adapun non-uniform flow hanya terjadi di saluran alami dengan variabel yang bervariasi (Nhartman, 2008). Berdasarkan uraian tersebut maka disimpulkan bahwa aliran sungai Bengawan Solo termasuk jenis steady flow non-uniform flow karena sungai Bengawan Solo merupakan saluran alami Pengukuran Debit Metode Equal Discharge Increment (EDI) adalah metode pengambilan contoh sedimen yang dilakukan pada titik tengah pada sub penampang melintang sungai/ saluran yang memiliki besaran debit yang sama (Anonim, 2008). 4

21 digilib.uns.ac.id Sedimen Sedimen merupakan bagian integral, esensial, dan dinamis dari daerah aliran sungai. Sedimen berasal dari pelapukan erosi material organik mineral dan tanah di daerah hulu serta erosi di tepi sungai (Jos Brils, 2004). Menurut Mulyanto (2007), ada tiga macam angkutan sedimen yang terjadi di dalam alur sungai yaitu wash load, suspended load, dan bed load. Dari ketiga jenis angkutan sedimen, jenis suspended load dan bed load sangat berpengaruh terhadap jumlah sedimen yang ada di dasar sungai Pengujian Butiran Sedimen Untuk mengetahui karakter butiran sedimen yang terdapat pada aliran sungai diperlukan sampel sedimen. Sampel yang diperoleh dari lapangan diuji di laboratorium, meliputi konsentrasi sedimen melayang, berat jenis sedimen (specify gravity), hidrometer, dan saringan Perhitungan Angkutan Sedimen Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk memperkirakan besarnya angkutan sedimen melayang yang terjadi di suatu sungai. Robin Major, dkk. (2008) melakukan penelitian tentang sedimen melayang yang ada di sungai St. Croix dengan menentukan 4 titik pengambilan menggunakan metode filter. Hasilnya menunjukkan bahwa pada besaran debit 5600 cfs, konsentrasi sedimen melayang mencapai puncaknya. Hikmet Kerem (2002) memprediksi besarnya sedimen melayang dengan menggunakan Artificial Neural Networks yaitu dengan memperkirakan konsentrasi sedimen melayang yang akan datang dengan dasar data sedimen melayang terdahulu. Hasil menunjukkan tingkat kecocokan kesalahan hasil dari Artificial Neural Networks dengan data aktual kurang dari 10 %.

22 digilib.uns.ac.id 6 David H. Schoellhamer (2002) memprediksi besarnya sedimen melayang secara kontinue menggunakan alat optical backscatterance sensors. Hasil menunjukkan bahwa alat tersebut dapat digunakan untuk menghitung sedimen tersuspensi secara jam-jaman. Bambang Agus Kironoto (2008) memprediksi besarnya sedimen melayang dengan metode point-integrated sampling. Hasilnya menunjukkan bahwa konsentrasi sedimen suspensi rerata dapat ditentukan berdasarkan konsentrasi sedimen suspensi rerata titik pada posisi y = 0,4 D dari dasar saluran (untuk pengukuran 1 titik), pada y = 0,2 D dan 0,8 D (2 titik), atau pada y = 0,2 D; 0,4 D; dan 0,8 D (3 titik). Skema pengambilan konsentrasi sedimen ditampilkan dalam Gambar 2.1. Keterangan: D = kedalaman penampang sungai y = kedalaman pias penampang sungai Gambar 2.1. Metode Point-Integrated Sampling Dalam penelitian ini laju sedimen melayang di salah satu ruas sungai Bengawan Solo diprediksi dengan metode Ackers-White, Englund-Hansen, Laursen, Meyer- Peter Muller, Toffaleti dan Yang.

23 digilib.uns.ac.id Landasan Teori Aliran Sungai Jenis Aliran Keadaan steady flow dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: Y 2 Z 2 2V 2g 2 2 Y 1 Z 1 1V1 2g 2 h e (2.1) dengan, Y 1, Y 2 = kedalaman aliran (m) Z 1, Z 2 = elevasi dasar saluran (m) V 1, V 2 = kecepatan rata-rata (debit dibagi luas tampang basah) (m²/s) α 1, α 2 = koefisien bobot kecepatan g = percepatan gravitasi (m/s 2 ) h e = kehilangan tinggi energi (m) Rumus persamaan energi digambarkan pada Gambar 2.2. Gambar 2.2. Ilustrasi Rumus Persamanaan Energi pada Steady Flow

24 digilib.uns.ac.id Metode Equal-Discharge-Increment Rumus yang digunakan: Q q i x qi qqi 2 (2.2) (2.3) S qi x i1 q i q qi (2.4) dengan, Q qi q qi S qi i x = debit di suatu penampang melintang sungai (m³/s) = debit pada setiap sub penampang ke i (m³/s) = debit tengah pada setiap sub penampang melintang ke i (m³/s) = debit pada seksi ke i (m³/s) = 1, 2, 3, 4, 5,... x, i tanda adalah bagian penampang = jumlah vertikal pengambilan di suatu penampang melintang Debit Angkutan Sedimen Untuk menetukan debit sedimen pada saat pengukuran menggunakan persamaan sebagai berikut: g s = k.c.q (2.6) dengan, g s = debit angkutan sedimen (ton/hari) k = faktor yang sama besarnya, tergantung dari satuan setiap unsur (= 0,0864) C = konsentrasi sedimen (mg/l) Q = debit aliran sungai (m 3 /dt) Koefisien Kekasaran Manning Koefisien kekasaran manning menurut Garry W. Burner (2008) ditampilkan dalam Tabel 2.1.

25 digilib.uns.ac.id 9 Tabel 2.1. Koefisien Kekasaran Manning Kondisi dan tipe alur Kekasaran Manning Min Normal Maks A. Sungai Kecil (Lebat muka air < 30 m) I. Mengalir pada Dataran rendah 1. Alur Bersih, lurus, elevasi muka air penuh, tidak ada celah atau bagian yang dalam 2. Sama poin 1 tetapi lebih banyak batu dan rumput tanaman 3. Alur Bersih, melingkar, dengan bagian dalam dan dangkal 4. Sama poin 3 tetapi lebih banyak batu dan rumput tanaman 5. Sama poin 4 tetapi elevasi muka air lebih rendah dan lebih banyak perubahan kemiringan dan lebar 0,025 0,030 0,033 0,030 0,035 0,040 0,033 0,040 0,045 0,035 0,045 0,050 0,040 0,048 0, sama poin 5 tetapi lebih banyak batu 0,045 0,050 0, Penggal sugai dengan aliran pelan, penuh rumput, dengan kolam yang dalam 8. Alur banyak rumput, alur-alur yang dalam atau lintasan banjirdengan tegakan pohon dan semak 0,050 0,070 0,080 0,075 0,100 0,150 II. Sungai pengunungan, pada alur tidak ada vegetasi, tebing sungai curam, pohonan semak pada tebing tenggelam saat muka air tinggi 1. Dasar sungai ; Krikil, Krakal, dengan beberapa batu-batu besar 2. dasar sungai ; Krakal dengan batu-batu besar 0,030 0,040 0,050 0,040 0,050 0,070 B. Bantaran Banjir I. Bantaran untuk padang gembalaan (padang rumput), tanpa semak belukar

26 digilib.uns.ac.id 10 Kondisi dan tipe alur Kekasaran Manning Min Normal Max B. 1. Rumput rendah 0,025 0,030 0, Rumput Tinggi 0,030 0,035 0,050 II. Bantaran untuk tegalan 1. Tidak ada tanaman 0,020 0,030 0, Tanaman dewasa ditanam berderet 0,025 0,035 0, Tanaman dewasa ditanam tidak berderet 0,030 0,040 0,050 III. Bantaran ditumbuhi semak belukar 1. Semak jarang, rumput lebat 0,035 0,050 0, Semak dan pohon jarang 0,040 0,060 0, Semak sedang sampai lebat 0,070 0,100 0,160 IV. Bantaran dengan pohon-pohon 1. Pohon ditanam rapat, pohon lurus 0,110 0,150 0, Tanah tang dibersihkan dengan tunggul tanaman, yang tidak tumbuh 3. Sama seperti diatas, tetapi tunggul kayu ditumbuhi daun lebat 4. Tagekan pohon rapat, pohon yang rendah sedikit, sedikit semak belukar, tinggi muka air dibawah ranting pohon 5. Sama Seperti diatas, tetapi tinggi muka air banjir mencapai ranting pohon 0,030 0,040 0,050 0,050 0,060 0,080 0,080 0,100 0,120 0,100 0,120 0,160 C. Sungai besar (lebar muka air banjir > 30 m) Nilai n lebih rendah dari sungai kecil pada kondisi yang sama, sebab tebing sungai relatif lebih kecil dari luas tampang basah, tahanan geser lebih kecil I. Mengalir pada Dataran rendah 1. Bagian yang teratur tanpa batu-batu besar dan semak 0,025-0, bagian yang tidak teratur dan kasar 0,035-0,100 Sumber: Garry W. Burner, 2008

27 digilib.uns.ac.id Sedimen Ukuran Butiran Ukuran kelas angka standar berdasarkan pada skala klasifikasi American Geophysical Union (AGU) yang ditunjukkan pada Tabel 2.2. No Tabel 2.2. Ukuran Butiran Sedimen Menurut American Geophysical Union Jenis Sedimen Rentang Diameter Butiran (mm) Nilai Tengah Diameter Butiran (mm) 1 Clay 0,002 0,004 0,003 2 Very Fine Silt 0,004 0,008 0,006 3 Fine Silt 0,008 0,016 0,011 4 Medium Silt 0,016 0,032 0,023 5 Coarse Silt 0,032 0,0625 0,045 6 Very Fine Sand 0,0625 0,125 0,088 7 Fine Sand 0,125 0,25 0,177 8 Medium Sand 0,25 0,5 0,354 9 Coarse Sand 0,5 1 0, Very Coarse Sand 1 2 1,41 11 Very Fine Gravel 2 4 2,83 12 Fine Gravel 4 8 5,66 13 Medium Gravel ,3 14 Coarse Gravel ,6 15 Very Coarse Gravel ,3 16 Small Cobbles ,5 17 Large Cobbles Small Boulders Medium Boulders Large Boulders Sumber: Garry W. Burner, Pengujian Butiran Sedimen Konsentrasi Sedimen Melayang Untuk menentukan besarnya konsentrasi sedimen melayang menggunakan persamaan sebagai berikut:

28 digilib.uns.ac.id 12 Ws Vas 6 C x10 (2.7) dengan, C Ws Vas = konsentrasi sedimen (mg/lt) = berat sedimen kering (gr) = volume air sampel (ml) Berat Jenis Sedimen (Specify Gravity) Untuk mendapatkan besarnya berat jenis butiran sedimen, digunakan rumus sebagai berikut: ( W 4 ( W W ) T 1 1 W ) ( W W 2 1 G s (2.8) 3 2 ) T 2 dengan, G s W 1 W 2 W 3 W 4 = berat jenis butiran sampel = berat piknometer kosong (gram) = berat piknometer + sampel sedimen kering (gram) = berat piknometer + sampel sedimen kering + aquades (gram) = berat piknometer + aquades (gram) T 1 = suhu pada W 4 ( 0 C) T 2 = suhu pada W 3 ( 0 C) Hidrometer Pengujian ini untuk menentukan distribusi ukuran butir tanah yang memiliki diameter kurang dari 0,075 mm (lolos saringan no 200 ASTM) dengan cara pengendapan. Rumus yang digunakan: L 30. d x (2.9) t 980( - ) G s w Harga L diperoleh dari rumus: L 15,82 0, 167 xrc (2.10) dengan, d = diameter butiran (mm) L = panjang pelampung yang berada didalam air dihitung dari titik berat sampai permukan air (mm) t = waktu ke-i (menit)

29 digilib.uns.ac.id 13 G s = berat jenis sedimen µ = koefisien (0,00855) w = berat jenis air (gr/cm 3 ) Rc = pembacaan hidrometer (mm) Saringan Wtertahan prosentase tanah tertahan (% tertahan) = x100% Wtotal (2.10) prosentase tanah lolos (% lolos) =100% - % tertahan (2.11) Perhitungan Angkutan Sedimen Fungsi Angkutan Sedimen Ackers-White Ackers-White mengembangkan teori untuk angkutan sedimen beban total. Persamaan ini dikembangkan berdasarkan ukuran partikel sedimen, mobilitas sedimen dan transport sedimen. Parameter ukuran yang tidak berdimensi digunakan untuk membedakan antara ukuran sedimen halus, transisi dan kasar. Pada kondisi tertentu, sedimen halus berupa lempung yang ukurannya <0,04 mm dan sedimen kasar berupa pasir yang ukurannya >2,5 mm. Berdasarkan lebih dari 1000 percobaan saluran, maka rumus umum angkutan sedimen dengan metode Ackers-White sebagai berikut (Gary W Brunner, 2008): g s.g (2.12) 2000 G. C w. QC m (2.13) G gr.gs.ds n u x * D. V dengan, g s = debit angkutan sedimen (ton/hari) G = debit angkutan sedimen (lb/s) w = berat jenis air (lb/ft 3 ) Q = debit aliran sungai (ft 3 /s) C = konsentrasi sedimen (ppm) (2.14)

30 digilib.uns.ac.id 14 G gr G s d si D u * V n x = parameter angkutan sedimen = berat jenis sedimen = diameter butiran (mm) = kedalaman efektif (ft) = kecepatan geser (ft/s) = kecepatan aliran rata-rata untuk saluran (ft/s) = eksponen transisi tergantung ukuran sedimen Englund-Hansen Persamaan Englund-Hansen merupakan persamaan sedimen total load yang memberi hasil cukup akurat untuk jenis tanah berpasir dengan substansi sedimen tersuspensi. Persamaan ini berdasarkan data saluran dengan ukuran sedimen antara 0,19-0,93 mm dan sudah diuji berdasarkan data lapangan. Rumus umum Engelund-Hansen sebagai berikut: g s.g (2.15) 2000 G 0,05 V s 2 d 50 s g 1 s 0 d 50 3 / 2 (2.16) dengan, g s = debit angkutan sedimen (ton/hari) G = debit angkutan sedimen (lb/s) w = berat jenis air (lb/ft 3 ) G s = berat jenis sedimen V = kecepatan aliran rata-rata untuk saluran (ft/s) g = percepatan gravitasi (ft/s 2 ) τ o = tegangan geser saluran rata-rata (ft/s) d si = diameter butiran (mm) B = lebar saluran (ft) Laursen (Coupeland) Metode ini digunakan untuk memprediksi sedimen total, berasal dari kombinasi analisis kualitatif, percobaan asli, dan data tambahan. Transportasi sedimen berdasarkan karakteristik hidrolik kecepatan rata-rata saluran, kedalaman aliran, gradien energi, dan pada karakteristik gradasi sedimen dan kecepatan jatuh. Coupeland memperluas jangkauan commit penerapan to user untuk kerikil berukuran sedimen.

31 digilib.uns.ac.id 15 Kisaran penerapan diameter partikel rata-rataadalah 0, mm. Rumus yang digunakan sebagai berikut: g s 0,432. w. Q. RRP. TFP. (2.17) dengan, g s = debit angkutan sedimen (ton/hari) w = berat jenis air (lb/ft 3 ) Q = debit aliran sungai (ft 3 /s) RRP = parameter jari-jari radius TFP = parameter tegangan geser = parameter rasio kecepatan sedimen Toffaleti Metode Toffaleti adalah hasil modifikasi dari fungsi sedimen total Einstein yang mememacahkan sedimen melayang menjadi zona vertkal, menggandakan 2 dimensi gerakan sedimen. Empat zona yang digunakan untuk distribusi sedimen adalah zona atas, zona tengah, zona bawah, dan zona dasar. Transportasi sedimen dihitung secara independen untuk setiap zona dan dijumlahkan untuk sampai pada angkutan sedimen total. Metode ini dikembangkan dengan menggunakan data lengkap dari data saluran dan data lapangan. Percobaan saluran menggunakan partikel sedimen dengan diameter rata-rata berkisar 0,3-0,93 mm, namun kesuksesan aplikasi dari metode Toffaleti menunjukkan bahwa diameter partikel rata-rata serendah 0,095 mm dapat diterima. Persamaan transportasi umum untuk fungsi Toffaleti untuk ukuran butiran diwakili oleh: g g ssl ssm R 11,24 C R 11,24 C 1n 0,756z v 1 n 0,244z v 2d 0,765 z 1 R 2,5 1 n v 1nv 0,756z m n z v R 11,24 1n z z v (2.16) (2.17)

32 digilib.uns.ac.id 16 g ssu R 11,24 C 0.244z 0,5z R 1nv 1,5 R 2,5 1 n 1,5 z v z R 2,5 1n 1,5 z v (2.18) g sb 1nv 0,756z 2d C (2.19) m L 0,765znv 1 n VR C 43,2C (2.20) v g s g g g g (2.21) ssl ssm ssu sb dengan, g ssl g ssm g ssu g sb g s C C L R d m z n v = debit angkutan sedimen melayang di zona bawah (ton/hari) = debit angkutan sedimen melayang di zona tengah (ton/hari) = debit angkutan sedimen melayang di zona atas (ton/hari) = debit angkutan sedimen dasar (ton/hari) = debit angkutan sedimen total (ton/hari) = konsentrasi sedimen (mg/lt) = konsentrasi sedimen di zona bawah (mg/lt) = jari-jari hidrolis (m) = diameter rerata butiran (mm) = koefisien hubungan antara sedimen dan karakteristik hidrolis = koefisien suhu Meyer Peter Muller Fungsi angkutan sedimen yang digunakan dalam analisis ini adalah fungsi Meyer- Peter Müller. Fungsi angkutan bed load Meyer-Peter Müller didasarkan pada data eksperimen telah diuji secara luas dan digunakan untuk sungai dengan sedimen yang relatif kasar. Tingkat angkutan adalah sebanding dengan perbedaan antara tegangan geser rerata yang bekerja pada butiran dan tegangan geser kritis. Ukuran partikel yang berlaku berkisar 0,4-29 mm dengan berbagai berat jenis sedimen 1,25 gram/cc sampai lebih dari 4.0 gram/cc. Persamaan angkutan umum untuk fungsi Meyer-Peter Müller adalah: G - 2/3 MPM s w )d m s g G (2.22) s s w DS =0.047(G g [ ] 1/3 2/3 (2.23)

33 digilib.uns.ac.id 17 dengan, g s = debit angkutan sedimen (ton/hari) γ w = berat air (gr/cc) G s = berat jenis sedimen g = percepatan grafitasi (m/s 2 ) d m = diameter partikel rata-rata (mm) R = radius hidrolik (m) S = energi gradien D = kedalaman sungai (m) μ MPM = harga ripple faktor untuk MPM d 90 = diameter partikel (m) n = koefisien Manning Yang Yang mengusulkan konsentrasi sedimen dengan ukuran butiran kurang dari 2 mm dapat dihitung dengan persamaan:. d si u* 5,435 0,286.log 0,457.log.... d si u* log C 1,799 0,409.log 0,314.log V. S Vcr. S.log (2.26) Untuk butiran yang lebih dari 2 mm bisa dihitung dengan rumus:. d si u* 6,681 0,633.log 4,816.log.... d si u* log C 2,784 0,305.log 0,282.log V. Si Vcr. Si.log Rumus angkutan sedimen metode Yang s sebagai berikut: (2.27). Q. C G w (2.28) g s.g 2000 (2.29)

34 digilib.uns.ac.id 18 dengan, g s = debit angkutan sedimen (ton/hari) G = debit angkutan sedimen (lb/s) C = konsentrasi sedimen (ppm) = kecepatan endap (ft/s) d si = diameter butiran (mm) v = viskositas kinematik (ft 2 /s) u * = kecepatan geser (ft/s) S i = kemiringan V = kecepatan aliran (ft/s) = kecepatan kritis (ft/s) V cr Kecepatan jatuh Van Rijn memperkirakan US Inter-agency Committee on Water Resources (IACWR) curves untuk kecepatan jatuh menggunakan non-spherical particles dengan faktor bentuk 0,7 dalam suhu air 20 0 C. Tiga persamaan yang digunakan, tergantung pada ukuran partikel (Van Rijn, 1993). ( s 1) gd 0,001 d 0, 1mm (2.15) 18V 3 0,5 10V 0,01( s 1) gd 1 1 0,1 d 1mm 2 (2.16) d V G 1 0, 5 s 1,1 gd d 1mm (2.17) dengan, w = kecepatan jatuh partikel(m/s) V = kecepatan kinematik (m/s) G s = berat jenis partikel (gram/cc) d = diameter partikel (mm) g = percepatan grafitasi (m/s 2 )

35 digilib.uns.ac.id BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan sampel pada ruas tengah sungai Bengawan Solo tepatnya antara jembatan Serenan sampai jembatan Jurug. Lebar ruas sungai sebesar 78,82 m dan panjangnya sebesar 16,203 km. Pemilihan ruas sungai Bengawan Solo dilakukan untuk mengetahui karakteristik sedimen yang mewakili sungai Bengawan Solo hulu. Pengambilan sampel sedimen dilakukan pada 2 titik yaitu pada AWLR di Serenan dan AWLR Jurug ditampilkan pada Gambar 3.1. Keterangan : A= Lokasi Pengambilan Sampel Serenan B= Lokasi Pengambilan Sampel Jurug Gambar 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel 19

36 digilib.uns.ac.id Data yang Diperlukan Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder Data Primer Debit Sesaat Tahap pengukuran debit: 1. Memilih penampang melintang sungai di lokasi yang telah ditentukan. 2. Membentangkan tambang pada penampang melintang sungai di lokasi yang telah ditentukan. 3. Mengukur lebar penampang basah. 4. Menentukan jumlah vertikal kedalaman dan jarak antara dua vertikal disesuaikan dengan keadaan. 5. Memeriksa dan merakit alat ukur. 6. Menghitung lama putaran propeler sebelum pengukuran pada tempat yang bebas pengaruh angin. 7. Menyiapkan kartu pengukuran. 8. Mengukur kedalaman jalur vertikal yang akan diukur kecepatan alirannya, kemudian menentukan titik kedalaman pengukuran. 9. Mencatat pada kartu pengukuran jumlah putaran propeler pada setiap titik pengukuran. 10. Menghitung kecepatan aliran pada titik-titik pengukuran dalam satu jalur vertikal dengan rumus current meter. 11. Menghitung luas bagian penampang melintang untuk setiap jalur vertikal kedalaman. 12. Menghitung debit bagian untuk setiap jalur vertikal. 13. Mengulangi langkah (h) sampai langkah (l) untuk setiap jalur vertikal pada seluruh penampang melintang. 14. Mencatat tinggi muka air tiap 10 menit apabila fluktuasi muka air selama pengukuran cukup mencolok. 15. Menjumlahkan debit bagian dari seluruh jalur vertikal. 16. Menjumlahkan seluruh luas penampang bagian.

37 digilib.uns.ac.id Menentukan kecepatan rerata seluruh penampang dengan cara membagi debit seluruh penampang dengan luas penampang. 18. Menentukan tinggi muka air rerata dengan cara rerata hitung atau rerata timbang. 19. Menghitung lamanya putaran propeler sesudah pengukuran di tempat yang bebas dari pengaruh angin Sampel Sedimen Tahap pengambilan sedimen: 1. Menentukan lokasi pengambilan dengan cara mencari titik pada kartu pengukuran dengan besaran debit yang paling dekat. 2. Menentukan jarak lokasi titik pengambilan dari sisi sungai. 3. Menentukan lama waktu pengambilan pada grafik sesuai dengan diameter lubang alat (nozzle) pengambil yang digunakan. 4. Melakukan pengambilan contoh muatan sedimen melayang. 5. Memasukkan contoh muatan sedimen melayang ke dalam botol yang telah disediakan. 6. Botol tersebut diberi tanda label. 7. Menyiapkan contoh muatan sedimen melayang untuk dianalisis di laboratorium. 8. Mengulangi kegiatan ke-3 sampai ke-9 untuk lokasi titik pengambilan yang lainnya hingga semuanya selesai dikerjakan Data Sekunder Data Sekunder yang digunakan adalah: 1. Data geometri berupa cross section dan long profile di ruas sungai Bengawan Solo dari jembatan Serenan sampai jembatan Jurug diperoleh dari Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo.

38 digilib.uns.ac.id Alat yang digunakan Alat Survey Alat survey yang digunakan adalah sebagai berikut 1. Kamera digital 2. Satu set alat ukur arus (current meter) yang ditampilkan pada Gambar 3.2. Gambar 3.2. Current Meter 3. Alat ukur lebar (meteran) 4. Alat ukur waktu (stop watch) 5. Alat ukur tinggi muka air jenis otomatik (AWLR) 6. 6 Botol sampel isi 500 ml 7. Sediment sampling jenis USDH yang ditampilkan pada Gambar 3.3. Keterangan: 1. Nouzel 2. Lubang udara 3. Tongkat pemegang 4. Botol sampel 5. Pengunci/pengait botol sampel 6. Lubang penempatan tongkat pemegang Gambar 3.3. Sediment Sampling

39 digilib.uns.ac.id Alat Pengujian Sampel Konsentrasi Sedimen Alat yang digunakan untuk mencari besarnya konsentrasi sedimen adalah sebagai berikut: 1. Cawan aluminium 2. Neraca dengan ketelitian sekurang-kurangnya 0,01 gram 3. Oven listrik dengan pengatur suhu konstan sampai 110 o C Gambar alat ditampilkan pada Gambar 3.4. Gambar 3.4. Alat Uji Konsentrasi Sedimen Berat jenis sedimen Alat yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Piknometer, yaitu botol gelas dengan leher sempit dan bertutup yang berlubang kapiler, dengan kapasitas 50 cc atau lebih 2. Neraca dengan ketelitian sekurang-kurangnya 0,01 gram 3. Aquades 4. Termometer 5. Oven listrik dengan pengatur suhu konstan sampai 110 o C Gambar alat ditampilkan pada Gambar 3.5. Gambar 3.5. Alat Uji Berat Jenis Butir Tanah

40 digilib.uns.ac.id Hidrometer Sampel sedimen yang digunakan telah dioven selama 24 jam pada suhu 110 o C. Adapun alat yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Gelas ukur 1000 ml 2. Pelampung hidrometer 3. Aquades 4. Stopwatch 5. Termometer 6. Cairan sodium silikat 7. Corong 8. Kompor pemanas Gambar alat ditampilkan pada Gambar 3.6. Gambar 3.6. Alat Uji Hidrometer (hydrometer analysis) Saringan Dalam pengujian saringan menggunakan bahan berupa sampel sedimen yang merupakan bagian dari sampel sedimen pada analisis hidrometer yang tidak lolos atau tertahan diatas saringan nomor 200 (diameter butirannya > 0,075 mm). Adapun alat yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Satu set saringan ( no 4, 8, 16, 20, 40, 80, 100, 120, 200 ) 2. Penggetar saringan/ vibrator 3. Neraca dengan ketelitian sekurang-kurangnya 0,01 gram 4. Sikat 5. Oven listrik

41 digilib.uns.ac.id Cawan alumunium 7. Sampel tanah yang digunakan pada analisis hidrometer Gambar alat ditampilkan pada Gambar 3.7. Gambar 3.7. Alat Uji Saringan (sieve analysis) 3.4 Pengujian Pengujian di Laboratorium Pengujian sampel sedimen dilakukan di laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut: Konsentrasi Sedimen Langkah-langkah untuk menentukan besarnya konsentrasi sedimen adalah: 1. Menyediakan sampel yang akan diuji, misal sampel S-1/6Q. 2. Membersihkan dan menimbang cawan kosong 3. Menentukan berapa volume air sampel yang akan diuji 4. Menuangkan sampel ke dalam cawan, lalu menimbang 5. Memasukkan cawan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 110 o C. 6. Setelah 24 jam, mendinginkan cawan, lalu menimbang dalam gram 7. Mengulangi kegiatan 1 sampai 7 untuk mendapatkan nilai konsentrasi sedimen rerata

42 digilib.uns.ac.id Berat jenis sedimen Langkah pengerjaan: 1. Membersihkan dan mengeringkan piknometer kosong lalu ditimbang 2. Mengambil sedikit contoh tanah yang telah kering oven dan telah didinginkan dalam desikator serta telah terurai, kemudian masukkan dalam piknometer kemudian ditutup dan ditimbang Mengisikan air destilasi ke dalam piknometer kira-kira sebanyak 10 cc, sehingga tanah terendam seluruhnya lalu dibiarkan terendam selama 24 jam. 3. Setelah itu, menambahkan aquades sampai penuh lalu ditutup dengan hatihati dan bagian luarnya dikeringkan dengan kain. Selanjutnya menimbang piknometer berisi tanah dan air, lalu mengukur suhunya dengan thermometer. 4. Mengosongkan dan membersihkan piknometer lalu diisi penuh dengan air destilasi dan ditutup dan keringkan bagian luarnya dengan kain, selanjutnya menimbang dan mengukur suhunya dengan thermometer. 5. Dari setiap satu tabung sampel diambil 3 (tiga) contoh tanah yang diperlakukan sama seperti langkah-langkah tersebut di atas untuk mendapatkan nilai berat jenis rerata Hidrometer Langkah pengerjaan: 1. Memberi aquades pada sampel tanah secukupnya dan memanaskan sampai mendidih. 2. Mencampur sampel tanah dengan sodium silikat 10 ml dan diaduk hingga merata. 3. Memasukkan campuran ke dalam gelas ukur dan menambahkan aquades hingga volumenya menjadi 1000 ml dan mendiamkan selama 24 jam. 4. Setelah 24 jam mengocok sampel hingga homogen lalu memasukkan pelampung hidrometer dan termometer, menghidupkan stopwatch dan memulai pengukuran. 5. Mencatat hasil pengamatan dalam tabel terhadap pelampung hidrometer serta mengamati suhu pada termometer dan waktu pengamatan pada menit ke-1, 2, 5, 15, 30, 60, 240, dan 1440.

43 digilib.uns.ac.id Penentuan menit ke-0 adalah pada saat tabung gelas ukur tegak lurus pada meja kerja (saat mulainya proses pengendapan) sebelum pelampung hidrometer masuk. 7. Mengulangi langkah 1 sampai 6 untuk sampel yang lain Saringan Langkah pengerjaan: 1. Mencuci sampel tanah dari percobaan hidrometer dengan saringan no 200 sampai bersih. 2. Meletakkan Sampel tanah yang tertahan dalam saringan no 200 di cawan dan dioven selama 24 jam pada suhu 110 o C. 3. Menimbang Sampel tanah kering yang telah dioven selama 24 jam bersama cawannya. 4. Memasukkan sampel tanah ke dalam susunan saringan kemudian digetarkan dengan alat penggetar. 5. Menimbang sampel tanah yang tertinggal pada setiap saringan Perhitungan Angkutan Sedimen Dalam analisis ini dilakukan simulasi tentang kajian ruas sungai Bengawan Solo dengan bantuan software HEC-RAS versi 4.1. Fungsi yang digunakan adalah Ackers-White, Englund-Hansen, Laursen, Meyer-Peter Muller, Toffaleti dan Yang, serta kecepatan endap dihitung dengan teori Van Rijn (1993).

44 digilib.uns.ac.id Tahapan Penelitian Tahapan pada penelitian ini ditampilkan pada Gambar 3.8. Gambar 3.8. Diagram Alir Penelitian

45 digilib.uns.ac.id BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengambilan Sampel Pengambilan sampel sedimen ditentukan berdasarkan debit total pada setiap penampang. Debit total yang terjadi untuk Serenan = 67,04 m 3 /dt dan Jurug = 133,42 m 3 /dt, sehingga titik pengambilan sampel untuk setiap penampang dapat dilihat pada Tabel 4.1. Data selengkapnya dapat dilihat di Lampiran B-1 dan B-2. Tabel 4.1. Titik Pengambilan Sampel Sedimen No Lokasi Q total Nama Q i Letak (m 3 /dt) Sampel (m 3 /dt) (m) Dari 1. S-1/6Q 11,17 10,82 Kanan sungai 2. SERENAN 67,04 S-3/6Q 33,52 22,75 As Pilar 3. S-5/6Q 55,87 9,79 As Pilar 4. J-1/6Q 22,24 11,8 Kanan sungai 5. JURUG 133,42 J-3/6Q 66,71 10,1 As Pilar 6. J-5/6Q 111,18 25,4 As Pilar Debit total (Q total ) dibagi menjadi beberapa pias (Q i ) yaitu 1/6Q, 3/6Q, dan 5/6Q kemudian dicari letak besaran debit tersebut dalam cross section pada Lampiran B-1 dan B-2. Cross section sungai pada jembatan dipilih menghadap hilir sungai. 4.2 Analisis Butiran Sedimen Pengujian sampel sedimen dilakukan di laboratorium Mekanika Tanah Universitas Sebelas Maret Surakarta. Adapun analisis laboratorium yang akan di uji meliputi analisis konsentrasi sedimen, berat jenis sedimen, analisis hidrometer dan analisis saringan. 29

46 digilib.uns.ac.id Konsentrasi Sedimen Besarnya konsentrasi sedimen untuk setiap titik lokasi pengambilan dapat dilihat pada Tabel 4.2. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B-III. Tabel 4.2. Konsentrasi Sedimen No Nama Sampel Konsentrasi Sedimen (mg/l) 1. S-1/6Q S-3/6Q S-5/6Q J-1/6Q J-3/6Q J-5/6Q 733 Konsentrasi Sedimen Rerata (mg/l) Debit Sedimen Melayang Berdasarkan Persamaan 2.6. dengan variabel nilai debit pengukuran tercantum pada Tabel 4.1. Faktor k sebesar 0,0864 serta konsentrasi sedimen melayang (C) tercantum pada Tabel 4.2 didapatkan besaran debit sedimen melayang (g s ) yang hasilnya tercantum pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Debit Sedimen Melayang Hasil Pengukuran No Nama Sampel (ton/hari) 1. S-1/6Q 579,21 2. S-3/6Q 1737,64 3. S-5/6Q 3217,86 4. J-1/6Q 1099,39 5. J-3/6Q 3842,53 6. J-5/6Q 7044,64 g s g s rerata (ton/hari) 1844, , Berat Jenis Sedimen Besarnya berat jenis sedimen untuk setiap titik lokasi pengambilan dapat dilihat pada Tabel 4.4. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B-IV.

47 digilib.uns.ac.id 31 Tabel 4.4. Berat Jenis Sedimen No Nama Sampel Berat Jenis Berat Jenis Rerata 1. S-3/6Q 3,21 2. S-5/6Q 3,01 3. J-1/6Q 3,01 4. J-3/6Q 3,21 5. J-5/6Q 2,00 3,51 2, Analisis Hidrometer Butiran sedimen melayang pada semua sampel sedimen merupakan butiran yang lolos saringan 0,075 mm sehingga dilakukan pengujian menggunakan hidrometer. Hasil pengujian hidrometer selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B-V B-X. Setelah analisis hidrometer, kemudian dicari ukuran butiran yang akan digunakan dalam analisis angkutan sedimen yang disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5. Diameter Butiran Dalam Analisis Angkutan Sedimen Sampel D 90 (mm) D 84 (mm) D 50 (mm) S-1/6Q 0,108 0,1 0,061 S-3/6Q 0,108 0,099 0,060 S-5/6Q 0,108 0,098 0,059 J-1/6Q 0,111 0,103 0,069 J-3/6Q 0,11 0,102 0,067 J-5/6Q 0,11 0,102 0,067 Dari D 50 terlihat bahwa ukuran butiran sedimen di Serenan berkisar antara 0,032 0,0625 sedangkan ukuran butiran sedimen di Jurug berkisar antara 0,0625 0,125. Menurut American Geophysical Union sedimen di Serenan termasuk butiran Coarse Silt sedangkan untuk Jurug termasuk butiran Very Fine Sand. 4.4 Analisis Angkutan Sedimen Analisis angkutan sedimen dilakukan dengan menggunakan alat bantu software HEC-RAS.

48 Elevation (m) perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Analisis Steady Flow Data yang diperlukan dalam analisis steady flow berupa data geometri long profile dari jembatan Serenan sampai jembatan Jurug serta cross section di ruas sungai tersebut sebanyak 7 buah dengan STA awal (6) merupakan letak jembatan Serenan sedangkan STA akhir (0) merupakan letak jembatan Jurug. Koefisien manning yang digunakan adalah 0,08 sesuai dengan Tabel 2.1. pada row C-I-2. Data debit digunakan data debit pengukuran aktual yaitu di jembatan Serenan sebesar 67,04 m 3 /s dan di jembatan Jurug sebesar 133,42 m 3 /s. Batas hulu menggunakan tinggi muka air yang telah diketahui sebesar 1,61 m sedangkan pada batas hilir menggunakan critical depth. Selanjutnya hasil analisis steady flow ditampilkan dalam Tabel 4.6. dan dapat dilihat profil dari ruas sungai Bengawan Solo seperti yang ditampilkan pada Gambar SERENAN-JURUG Plan: Plan 03 01/03/2013 Bengawan Solo 3 Legend EG PF 1 WS PF 1 Crit PF 1 Ground Main Channel Distance (m) Gambar 4.1. Profil Ruas Sungai Bengawan Solo Output HEC-RAS

49 digilib.uns.ac.id 33 Tabel 4.6. Hasil Output Analisis Steady Flow HEC-RAS S T A S u n g ai Q El. Min Muka Air El. Normal Muka Air El. Critical Muka Air El. Energi Gradien Slope Kecepatan Aliran Luas Tampang Basah (m 3 /s) (m) (m) (m) (m) (m/s) (m 2 ) (m) 6 67,04 84,15 86,06 85,12 86,10 0,0043 0,93 71,94 58,83 0, ,04 81,23 83,80 82,22 83,82 0, ,47 141,38 73,50 0, ,04 78,14 81,70 79,07 81,71 0, ,34 198,04 78,16 0, ,04 78,50 81,12 79,11 81,13 0, ,36 189,48 94,94 0, ,04 77,66 80,71 78,43 80,72 0, ,40 169,21 73,92 0, ,04 72,94 80,40 74,29 80,40 0, ,27 256,62 59,60 0, ,4 77,40 79,07 79,07 79,55 0,0640 3,09 43,11 44,37 1,00 Lebar Atas Saluran Angka Froude Analisis Debit Angkutan Sedimen Data yang diperlukan dalam analisis debit angkutan sedimen adalah data hasil analisis steady flow, data analisis butiran sedimen dari analisis hidrometer, berat jenis butiran sedimen rerata sebesar 3,12, suhu air sebesar 27 0 C, kecepatan jatuh menggunakan Van Rijn dan data geometri sungai. Pada perhitungan debit sedimen diasumsikan dibagi menjadi 2 kondisi perhitungan yaitu: 1. Kondisi perhitungan pertama dilakukan perhitungan dari stasiun 6 sampai 3 dengan data ukuran butiran dari Serenan dan ukuran butiran diluar rumus diperhitungkan. 2. Kondisi perhitungan kedua dilakukan perhitungan dari stasiun 2 sampai 0 dengan data ukuran butiran dari Jurug dan ukuran butiran diluar rumus tidak diperhitungkan. Sebelum dilakukan perhitungan dilakukan konversi satuan dari sistem SI ke sistem US. Pada Tabel 4.7. dapat dilihat hasil analisis debit angkutan sedimen

50 digilib.uns.ac.id 34 Tabel 4.7. Hasil Analisis Debit Angkutan Sedimen Output HEC-RAS STA Sungai Profil Metode Debit Sedimen (tons/hari) 6 PF 1 0 PF 1 Ackers-White 3,319 x Engelund-Hansen Laursen (Copeland) MPM 1921 Toffaleti Yang 1,111x10 11 Ackers-White Engelund-Hansen 0 Laursen (Copeland) MPM 0 Toffaleti 9767 Yang Pembahasan Dari hasil output analisis debit angkutan sedimen diambil angka yang paling mendekati dengan hasil perhitungan di Tabel 4.3. pada g s rerata yaitu untuk Serenan menggunakan metode MPM dan Jurug menggunakan metode Toffaleti. Perbandingan hasil debit angkutan sedimen perhitungan dengan pengukuran debit angkutan sedimen dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8. Hasil Perbandingan Debit Sedimen Perhitungan Dengan Pengukuran Debit Angkutan Sedimen Lokasi Perbedaan (ton/hari) pengukuran % Perhitungan Pengukuran Serenan ,90 4,12 Jurug ,52 144,45 Data pengukuran debit angkutan sedimen pada Serenan dibandingkan dengan angkutan sedimen menggunakan metode MPM dan pengukuran debit angkutan sedimen pada Jurug dibandingkan dengan angkutan sedimen menggunakan metode Toffaleti karena kemiripan data. Terlihat bahwa untuk Serenan terjadi perbedaan data sebesar 4,12 % dan untuk Jurug terjadi perbedaan data sebesar 144,45 %.

KAJIAN ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI BENGAWAN SOLO (SERENAN-JURUG)

KAJIAN ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI BENGAWAN SOLO (SERENAN-JURUG) KAJIAN ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI BENGAWAN SOLO (SERENAN-JURUG) Nur Hidayah Y.N. 1), Mamok Suprapto 2), Suyanto 3) 1)Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutamai

Lebih terperinci

ANALISIS ANGKUTAN SEDIMEN BENGAWAN SOLO RUAS SERENAN-CEPU HALAMAN JUDUL ANALYSIS OF BENGAWAN SOLO S SEDIMENT TRANSPORT IN SERENAN-CEPU SEGMENT

ANALISIS ANGKUTAN SEDIMEN BENGAWAN SOLO RUAS SERENAN-CEPU HALAMAN JUDUL ANALYSIS OF BENGAWAN SOLO S SEDIMENT TRANSPORT IN SERENAN-CEPU SEGMENT digilib.uns.ac.id ANALISIS ANGKUTAN SEDIMEN BENGAWAN SOLO RUAS SERENAN-CEPU HALAMAN JUDUL ANALYSIS OF BENGAWAN SOLO S SEDIMENT TRANSPORT IN SERENAN-CEPU SEGMENT Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Tinjauan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara debit aliran air dengan berapa banyak sedimen yang terangkut, berat jenis sedimen, distribusi ukuran

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Tinjauan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara debit aliran air dengan berapa banyak sedimen yang terangkut, berat jenis sedimen, distribusi ukuran

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Erosi adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai, erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : a. Quarrying, yaitu pendongkelan batuan

Lebih terperinci

BED LOAD. 17-May-14. Transpor Sedimen

BED LOAD. 17-May-14. Transpor Sedimen 1 BED LOAD Transpor Sedimen Transpor Sedimen 2 Persamaan transpor sedimen yang ada di HEC-RAS Ackers and White (total load) Engelund and Hansen Laursen (total load) Meyer-Peter and Müller Beberapa persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan 1.3 Pembatasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan 1.3 Pembatasan Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan sedimen di sungai atau saluran terbuka merupakan suatu proses alami yang terjadi secara berkelanjutan. Sungai di samping berfungsi sebagai media untuk mengalirkan

Lebih terperinci

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY Oleh Supiyati 1, Suwarsono 2, dan Mica Asteriqa 3 (1,2,3) Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA.1. Erosi dan Sedimentasi Erosi dapat didefinisikan sebagai suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat yang terangkut ke tempat lain, baik disebabkan

Lebih terperinci

2015 ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

2015 ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Identifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SUNGAI Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi eksperimental secara langsung di Sungai Progo, mengenai fenomena angkutan sedimen dasar (bed load) yang terjadi pada sediment transport

Lebih terperinci

ANALISIS SEDIMENTASI PADA SALURAN UTAMA BENDUNG JANGKOK Sedimentation Analysis of Jangkok Weir Main Canal

ANALISIS SEDIMENTASI PADA SALURAN UTAMA BENDUNG JANGKOK Sedimentation Analysis of Jangkok Weir Main Canal 08 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 Vol. 3, No. : 08-14, September 016 ANALISIS SEDIMENTASI PADA SALURAN UTAMA BENDUNG JANGKOK Sedimentation Analysis of Jangkok Weir Main Canal I B. Giri Putra*, Yusron Saadi*,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi eksperimental secara langsung di Sungai Progo, mengenai fenomena angkutan sedimen dasar (bed load) yang terjadi pada sediment transport

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 21 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Secara umum erosi dapat dikatakan sebagai proses terlepasnya buturan tanah dari induknya di suatu tempat dan terangkutnya material tersebut oleh gerakan air atau angin

Lebih terperinci

Pengukuran Debit. Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan factor-faktor, sebagai berikut:

Pengukuran Debit. Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan factor-faktor, sebagai berikut: Pengukuran Debit Pengukuran debit dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung. Pengukuran debit secara langsung adalah pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan peralatan berupa alat pengukur

Lebih terperinci

Laju Sedimentasi pada Tampungan Bendungan Tugu Trenggalek

Laju Sedimentasi pada Tampungan Bendungan Tugu Trenggalek D125 Laju Sedimentasi pada Tampungan Bendungan Tugu Trenggalek Faradilla Ayu Rizki Shiami, Umboro Lasminto, dan Wasis Wardoyo Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum BAB IV METODE PENELITIAN A. Tinjauan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahu perbandingan debit alliran air dengan berapa banyak seedimen yang terangkut, berat jenis sedimen, distribusi ukuran butiran

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Rencana Penelitian

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Rencana Penelitian BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Rencana Penelitian Mulai Input Data Angka Manning Geometri Saluran Ukuran Bentuk Pilar Data Hasil Uji Lapangan Diameter Sedimen Boundary Conditions - Debit -

Lebih terperinci

EVALUASI ANALISIS TEGANGAN GESER PADA DAERAH HULU DAN HILIR SUDETAN WONOSARI SUNGAI BENGAWAN SOLO

EVALUASI ANALISIS TEGANGAN GESER PADA DAERAH HULU DAN HILIR SUDETAN WONOSARI SUNGAI BENGAWAN SOLO EVALUASI ANALISIS TEGANGAN GESER PADA DAERAH HULU DAN HILIR SUDETAN WONOSARI SUNGAI BENGAWAN SOLO Cahyono Ikhsani 1) Koosdaryani 2) Wildan Yoga Pratama 3) 3) Mahasiswa Fakultas Teknik, Program Studi teknik

Lebih terperinci

ANALISIS ANGKUTAN SEDIMEN ANAK SUNGAI BENGAWAN SOLO PADA SUNGAI DENGKENG

ANALISIS ANGKUTAN SEDIMEN ANAK SUNGAI BENGAWAN SOLO PADA SUNGAI DENGKENG ANALISIS ANGKUTAN SEDIMEN ANAK SUNGAI BENGAWAN SOLO PADA SUNGAI DENGKENG Ratnasari Kusumaningrum 1), Suyanto 2), Solichin 3) 1) Mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

Tata cara pengambilan contoh muatan sedimen melayang di sungai dengan cara integrasi kedalaman berdasarkan pembagian debit

Tata cara pengambilan contoh muatan sedimen melayang di sungai dengan cara integrasi kedalaman berdasarkan pembagian debit Standar Nasional Indonesia Tata cara pengambilan contoh muatan sedimen melayang di sungai dengan cara integrasi kedalaman berdasarkan pembagian debit ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan tinggi muka air sungai dengan cara pias berdasarkan rumus Manning

Tata cara perhitungan tinggi muka air sungai dengan cara pias berdasarkan rumus Manning Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan tinggi muka air sungai dengan cara pias berdasarkan rumus Manning ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka A. Sungai Sungai merupakan jalan air alami dimana aliranya mengalir menuju samudera, danau, laut, atau ke sungai yang lain. Menurut Soewarno (1991) dalam Ramadhan (2016) sungai

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 35 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Persiapan Penelitian 3.1.1 Studi Pustaka Dalam melakukan studi pustaka tentang kasus Sudetan Wonosari ini diperoleh data awal yang merupakan data sekunder untuk keperluan

Lebih terperinci

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN Amelia Ester Sembiring T. Mananoma, F. Halim, E. M. Wuisan Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email: ame910@gmail.com ABSTRAK Danau

Lebih terperinci

KAJIAN LAJU ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI WAMPU. Arta Olihen Boangmanalu 1, Ivan Indrawan 2

KAJIAN LAJU ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI WAMPU. Arta Olihen Boangmanalu 1, Ivan Indrawan 2 KAJIAN LAJU ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI WAMPU Arta Olihen Boangmanalu 1, Ivan Indrawan 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1Kampus USU Medan Email:artaolihenboangmanalu@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum BAB IV METODE PENELITIAN A. Tinjauan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui morfologi Sungai Progo bagian hilir, distribusi ukuran sedimen dan porositas sedimen dasar Sungai Progo pada tahun 2017.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum. B. Maksud dan Tujuan

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum. B. Maksud dan Tujuan BAB IV METODE PENELITIAN A. Tinjauan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui morfologi sungai Progo Hilir, porositas sedimen dasar sungai Progo Hilir pasca erupsi Gunung Merapi 2010, dan mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan

Lebih terperinci

Prediksi Sedimentasi Kali Mas Surabaya ABSTRAK

Prediksi Sedimentasi Kali Mas Surabaya ABSTRAK Prediksi Sedimentasi Kali Mas Surabaya Ismail Saud Staft Pengajar Program Studi D-III Teknik Sipil FTSP - ITS email: ismail@ce.its.ac.id ABSTRAK Kali Surabaya merupakan sungai yang sangat potensial sebagai

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS SARINGAN

BAB VII ANALISIS SARINGAN BAB VII ANALISIS SARINGAN 7.1 ANALISIS SARINGAN 7.1.1 Referensi M Das, Braja.1993. Mekanika Tanah Jilid I. Jakarta: Erlangga. Bab 1 Tanah dan Batuan 17-24. 7.1.2 Tujuan Percobaan Menentukan gradasi atau

Lebih terperinci

ANALISIS SEDIMEN SUNGAI BIALO KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI HEC-RAS

ANALISIS SEDIMEN SUNGAI BIALO KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI HEC-RAS ANALISIS SEDIMEN SUNGAI BIALO KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI HEC-RAS Akbarul Hikmah Juddah Mahasiswa S1 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin ackbarullj@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Data Data-data yang dikumpulkan dalam skripsi ini meliputi (1) Peta Topografi DAS Bah Bolon berbentuk shapefile (SHP), (2) Data Jenis Tanah,

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal-jurnal pendukung kebutuhan penelitian. Jurnal yang digunakan berkaitan dengan pengaruh gerusan lokal terhdadap

Lebih terperinci

KARAKTERISTIKA ALIRAN DAN BUTIR SEDIMEN

KARAKTERISTIKA ALIRAN DAN BUTIR SEDIMEN KARAKTERISTIKA ALIRAN DAN BUTIR SEDIMEN May 14 Transpor Sedimen Karakteristika Aliran 2 Karakteristika fluida air yang berpengaruh terhadap transpor sedimen Rapat massa, ρ Viskositas, ν Variabel aliran

Lebih terperinci

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI SALUWANGKO DI DESA TOUNELET KECAMATAN KAKAS KABUPATEN MINAHASA

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI SALUWANGKO DI DESA TOUNELET KECAMATAN KAKAS KABUPATEN MINAHASA ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI SALUWANGKO DI DESA TOUNELET KECAMATAN KAKAS KABUPATEN MINAHASA Olviana Mokonio T Mananoma, L Tanudjaja, A Binilang Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

STUDI MUATAN SEDIMEN DI MUARA SUNGAI KRUENG ACEH

STUDI MUATAN SEDIMEN DI MUARA SUNGAI KRUENG ACEH STUDI MUATAN SEDIMEN DI MUARA SUNGAI KRUENG ACEH Muhammad Multazam 1, Ahmad Perwira Mulia 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan Email: tazzam92@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA

ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA Endyi 1), Kartini 2), Danang Gunarto 2) endyistar001@yahoo.co.id ABSTRAK Meningkatnya aktifitas manusia di Sungai Jawi

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI LAPISAN DASAR SALURAN TERBUKA TERHADAP KECEPATAN ALIRAN ABSTRAK

PENGARUH VARIASI LAPISAN DASAR SALURAN TERBUKA TERHADAP KECEPATAN ALIRAN ABSTRAK PENGARUH VARIASI LAPISAN DASAR SALURAN TERBUKA TERHADAP KECEPATAN ALIRAN Dea Teodora Ferninda NRP: 1221039 Pembimbing: Robby Yussac Tallar, Ph.D. ABSTRAK Dalam pengelolaan air terdapat tiga aspek utama

Lebih terperinci

KAJIAN LAJU ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI SUNGAI DI SUMATERA SELATAN TESIS

KAJIAN LAJU ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI SUNGAI DI SUMATERA SELATAN TESIS KAJIAN LAJU ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI SUNGAI DI SUMATERA SELATAN (Sungai Enim, Sungai Lematang, Sungai Lakitan dan Sungai Batanghari Leko) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

PENGUKURAN ANGKUTAN SEDIMEN DASAR PADA ALIRAN SUNGAI PROGO MENGGUNAKAN ALAT HELLEY SMITH

PENGUKURAN ANGKUTAN SEDIMEN DASAR PADA ALIRAN SUNGAI PROGO MENGGUNAKAN ALAT HELLEY SMITH TUGAS AKHIR PENGUKURAN ANGKUTAN SEDIMEN DASAR PADA ALIRAN SUNGAI PROGO MENGGUNAKAN ALAT HELLEY SMITH (Titik Tinjauan Sungai Progo di Jembatan Bantar dan Jembatan Srandakan) Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

ANALISIS ANGKUTAN SEDIMEN TOTAL SUNGAI PERCUT KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS ANGKUTAN SEDIMEN TOTAL SUNGAI PERCUT KABUPATEN DELI SERDANG ANALISIS ANGKUTAN SEDIMEN TOTAL SUNGAI PERCUT KABUPATEN DELI SERDANG TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil IKHWAN INDRAWAN 11 0404

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi,

BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan

Lebih terperinci

1 BAB VI ANALISIS HIDROLIKA

1 BAB VI ANALISIS HIDROLIKA BAB VI ANALISIS HIDROLIKA 6. Tinjauan Umum Analisa hidrolika bertujuan untuk mengetahui kemampuan penampang dalam menampung debit rencana. Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab III, bahwa salah satu penyebab

Lebih terperinci

STUDI PERUBAHAN DASAR KALI PORONG AKIBAT SEDIMEN LUMPUR DI KABUPATEN SIDOARJO TUGAS AKHIR

STUDI PERUBAHAN DASAR KALI PORONG AKIBAT SEDIMEN LUMPUR DI KABUPATEN SIDOARJO TUGAS AKHIR STUDI PERUBAHAN DASAR KALI PORONG AKIBAT SEDIMEN LUMPUR DI KABUPATEN SIDOARJO TUGAS AKHIR Diajukan Oleh : RISANG RUKMANTORO 0753010039 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS GROUNDSILL TERHADAP PENYEBARAN SEDIMEN SUNGAI GRINDULU KABUPATEN PACITAN

EFEKTIFITAS GROUNDSILL TERHADAP PENYEBARAN SEDIMEN SUNGAI GRINDULU KABUPATEN PACITAN EFEKTIFITAS GROUNDSILL TERHADAP PENYEBARAN SEDIMEN SUNGAI GRINDULU KABUPATEN PACITAN Susilo Budi 1, Very Dermawan 2, Emma Yuliani 2 1 Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Pacitan 2 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal-jurnal pendukung kebutuhan penelitian. Jurnal yang digunakan berkaitan dengan pengaruh gerusan lokal terhadap perbedaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERBAIKAN TEBING BENGAWAN SOLO HILIR DI KANOR, BOJONEGORO. Oleh : Dyah Riza Suryani ( )

PERENCANAAN PERBAIKAN TEBING BENGAWAN SOLO HILIR DI KANOR, BOJONEGORO. Oleh : Dyah Riza Suryani ( ) PERENCANAAN PERBAIKAN TEBING BENGAWAN SOLO HILIR DI KANOR, BOJONEGORO Oleh : Dyah Riza Suryani (3107100701) Dosen Pembimbing : 1. Ir. Fifi Sofia 2. Mahendra Andiek M., ST.,MT. BAB I Pendahuluan Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 47 BAB IV METODE PENELITIAN A. Tinjauan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui morfologi Sungai Progo, pasca erupsi Gunung Merapi 2010 dan mengetahui jumlah angkutan sedimen yang terjadi setelah

Lebih terperinci

Rahardyan Nugroho Adi BPTKPDAS

Rahardyan Nugroho Adi BPTKPDAS Rahardyan Nugroho Adi dd11lb@yahoo.com BPTKPDAS PENGERTIAN Sedimentasi adalah proses perpindahan dan pengendapan erosi tanah, khususnya hasil erosi permukaan dan erosi parit. Sedimentasi menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 17 BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal jurnal dan segala referensi yang mendukung guna kebutuhan penelitian. Sumber yang diambil adalah sumber yang berkaitan

Lebih terperinci

Alumni Program Studi Teknik SIpil Universitas Komputer Indonesia 2 Staf Pengajar Program Studi Teknik SIpil Universitas Komputer Indonesia

Alumni Program Studi Teknik SIpil Universitas Komputer Indonesia 2 Staf Pengajar Program Studi Teknik SIpil Universitas Komputer Indonesia Analisis Angkutan Sedimen pada Sungai Kemuning Kalimantan Selatan dengan Menggunakan Program HEC-RAS 5.0.3 Sediment Transport Analysis on River Kemuning South Borneo using HEC-RAS 5.0.3 Andi Orlando Limbong

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang berasal dari Sukarame, Bandar Lampung. Serta cornice adhesive atau

III. METODE PENELITIAN. yang berasal dari Sukarame, Bandar Lampung. Serta cornice adhesive atau III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Pada penelitian ini sampel tanah yang digunakan adalah jenis tanah timbunan yang berasal dari Sukarame, Bandar Lampung. Serta cornice adhesive atau perekat gypsum

Lebih terperinci

PEMODELAN & PERENCANAAN DRAINASE

PEMODELAN & PERENCANAAN DRAINASE PEMODELAN & PERENCANAAN DRAINASE PEMODELAN & PERENCANAAN DRAINASE PEMODELAN ALIRAN PERMANEN FTSP-UG NURYANTO,ST.,MT. 1.1 BATAS KEDALAMAN ALIRAN DI UJUNG HILIR SALURAN Contoh situasi kedalaman aliran kritis

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2017), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2017), Hal ISSN : Identifikasi Jenis Material Sedimen Dasar Kelokan Sungai di Desa Sungai Duri Kecamatan Bengkayang Kabupaten Bengkayang Suci Handayani a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b aprogram Studi Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

PERENCANAAN DIMENSI HIDROLIS KALI PEPE SEBAGAI TRANSPORTASI WISATA AIR

PERENCANAAN DIMENSI HIDROLIS KALI PEPE SEBAGAI TRANSPORTASI WISATA AIR PERENCANAAN DIMENSI HIDROLIS KALI PEPE SEBAGAI TRANSPORTASI WISATA AIR TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md.) pada Program Studi DIII Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN NORMALISASI KALI TUNTANG DI KABUPATEN DEMAK DAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN NORMALISASI KALI TUNTANG DI KABUPATEN DEMAK DAN KABUPATEN GROBOGAN LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN NORMALISASI KALI TUNTANG DI KABUPATEN DEMAK DAN KABUPATEN GROBOGAN Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Program Strata 1 Pada Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

UKURAN BUTIRAN TANAH DENGAN HIDROMETER (ASTM D )

UKURAN BUTIRAN TANAH DENGAN HIDROMETER (ASTM D ) VI. UKURAN BUTIRAN TANAH DENGAN HIDROMETER (ASTM D 1140-00) I. MAKSUD : Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian ukuran butir (gradasi) dari tanah yang lewat saringan no. 10. II. ALAT : 1.

Lebih terperinci

I-I Gambar 5.1. Tampak atas gerusan pada pilar persegi

I-I Gambar 5.1. Tampak atas gerusan pada pilar persegi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Diketahui jika hasil simulasi pemodelan pada HEC-RAS memodelkan aliran dengan steady flow yang selanjutnya akan dilakukan analisa dengan gerusan pada pilar jembatan. Penelitian

Lebih terperinci

PENELUSURAN BANJIR DI SUNGAI NGUNGGAHAN SUB DAS BENGAWAN SOLO HULU 3

PENELUSURAN BANJIR DI SUNGAI NGUNGGAHAN SUB DAS BENGAWAN SOLO HULU 3 PENELUSURAN BANJIR DI SUNGAI NGUNGGAHAN SUB DAS BENGAWAN SOLO HULU 3 TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md.) pada Program Studi DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA 5.1. TINJAUAN UMUM Analisis hidrolika bertujuan untuk mengetahui kemampuan penampang dalam menampung debit rencana. Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab II,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada pada sepanjang aliran Sungai Progo dari hulu hingga tengah aliran sungai, tepatnya dari Jembatan Bantar sampai Jembatan

Lebih terperinci

KAJIAN SEDIMENTASI PADA SUMBER AIR BAKU PDAM KOTA PONTIANAK

KAJIAN SEDIMENTASI PADA SUMBER AIR BAKU PDAM KOTA PONTIANAK KAJIAN SEDIMENTASI PADA SUMBER AIR BAKU PDAM KOTA PONTIANAK Ella Prastika Erlanda 1), Stefanus Barlian Soeryamassoeka 2), Erni Yuniarti 3) Abstrak Peristiwa sedimentasi atau pengendapan partikel-partikel

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK PEREDAM ENERGI TIPE USBR II DENGAN METODE UJI FISIK MODEL DUA DIMENSI

STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK PEREDAM ENERGI TIPE USBR II DENGAN METODE UJI FISIK MODEL DUA DIMENSI STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK PEREDAM ENERGI TIPE USBR II DENGAN METODE UJI FISIK MODEL DUA DIMENSI ANDREA ADITYA NRP: 0821050 Pembimbing : Ir. ENDANG ARIANI, DIPL.H.E ABSTRAK Peredam energi adalah kelengkapan

Lebih terperinci

ANALISIS ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI KAMPAR KANAN DI DAERAH TARATAK BULUH. ABSTRAK

ANALISIS ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI KAMPAR KANAN DI DAERAH TARATAK BULUH.   ABSTRAK ANALISIS ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI KAMPAR KANAN DI DAERAH TARATAK BULUH Virgo Trisep Haris, Muthia Anggraini, Widya Apriani Dosen Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning

Lebih terperinci

Titik pengukuran kecepatan aliran

Titik pengukuran kecepatan aliran BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Pengukuran Kecepatan Aliran Pengukuran kecepatan aliran diukur berdasarkan keadaan aliran pada saat pengambilan sampel sedimentasi.pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literature Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal jurnal yang mendukung untuk kebutuhan penelitian. Jurnal yang diambil berkaitan dengan pengaruh adanya gerusan lokal

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengukuran Hidrometri Sungai Perhitungan ini akan menjelaskan langkah-langkah perhitungan Sungai Progo. Perhitungan diambil dari data pada 2 titik tinjauan yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Tempat yang akan dijadikan penelitian oleh penulis adalah di sungai Cikapundung tepatnya pada saluran Viaduct Bandung Kelurahan Braga Kecamatan Sumur

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN

LAMPIRAN 1 DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN LAMPIRAN 1 DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN Tabel Pengujian analisa saringan agregat halus dan kasar Lokasi asal sampel Sungai Progo segmen Kebon Agung II Jenis sampel Sedimen dasar sungai Berat sampel yang di

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM DEBIT AIR. Oleh: Dr. Badaruddin,S.Hut,MP

PANDUAN PRAKTIKUM DEBIT AIR. Oleh: Dr. Badaruddin,S.Hut,MP PANDUAN PRAKTIKUM DEBIT AIR Oleh: Dr. Badaruddin,S.Hut,MP FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2017 1 PRAKATA Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat,

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS SALURAN PRIMER JETU TIMUR TERHADAP GERUSAN DASAR DAN SEDIMENTASI PADA SISTEM DAERAH IRIGASI DELINGAN.

EFEKTIFITAS SALURAN PRIMER JETU TIMUR TERHADAP GERUSAN DASAR DAN SEDIMENTASI PADA SISTEM DAERAH IRIGASI DELINGAN. EFEKTIFITAS SALURAN PRIMER JETU TIMUR TERHADAP GERUSAN DASAR DAN SEDIMENTASI PADA SISTEM DAERAH IRIGASI DELINGAN Tri Prandono 1, Nina Pebriana 2 \ 1,2 Dosen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang terdapat yang terdapat di Kecamatan Kemiling,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Gerusan Gerusan merupakan penurunan dasar sungai karena erosi di bawah permukaan alami ataupun yang di asumsikan. Gerusan adalah proses semakin dalamnya dasar sungai karena interaksi

Lebih terperinci

MONEV E T ATA A IR D AS PERHITUNGAN AN SEDIME M N

MONEV E T ATA A IR D AS PERHITUNGAN AN SEDIME M N MONEV TATA AIR DAS PERHITUNGAN SEDIMEN Oleh: Agung B. Supangat Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS Jl. A.Yani-Pabelan PO Box 295 Surakarta Telp./fax. (0271)716709, email: maz_goenk@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN HIDROLIKA

BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN HIDROLIKA BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN HIDROLIKA A. Analisis Hidrologi 1. Curah Hujan Rencana Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No. 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian Pemeriksaan material dasar dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pasir Ynag digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air, material yang dibawanya dari bagian hulu ke bagian hilir suatu daerah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung (soft clay) yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung (soft clay) yang 49 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Sampel Tanah Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung (soft clay) yang diambil dari Desa Belimbing Sari, Kecamatan Jabung, Lampung Timur. B. Pelaksanaan

Lebih terperinci

STUDI SEDIMENTASI DI BENDUNG NAMU SIRA-SIRA DAN KAITANNYA TERHADAP TINGGI MERCU BENDUNG

STUDI SEDIMENTASI DI BENDUNG NAMU SIRA-SIRA DAN KAITANNYA TERHADAP TINGGI MERCU BENDUNG STUDI SEDIMENTASI DI BENDUNG NAMU SIRA-SIRA DAN KAITANNYA TERHADAP TINGGI MERCU BENDUNG TUGAS AKHIR Disusun Oleh : ELIS SUSIANTY 08 04040 120 BIDANG STUDI TEKNIK SUMBER DAYA AIR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada penelitian ini III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada penelitian ini dilakukan sebuah perumahan yang berada di kelurahan Beringin Jaya Kecamatan Kemiling Kota

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

SKRIPSI Disusun sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta STUDI PERBANDINGAN ESTIMASI KESALAHAN LINEAR MODEL dan INSTANTANEOUS MODEL dalam MENGESTIMASI WAKTU PERJALANAN BERBASIS KECEPATAN SESAAT (Lokasi Studi: Ring Road Utara Surakarta) Comparative Study of Error

Lebih terperinci

EVALUASI DESAIN MASTERPLAN SISTEM DRAINASE KOTA TANJUNG SELOR. The Design Evaluation of Tanjung Selor City Drainage System Masterplan SKRIPSI

EVALUASI DESAIN MASTERPLAN SISTEM DRAINASE KOTA TANJUNG SELOR. The Design Evaluation of Tanjung Selor City Drainage System Masterplan SKRIPSI EVALUASI DESAIN MASTERPLAN SISTEM DRAINASE KOTA TANJUNG SELOR The Design Evaluation of Tanjung Selor City Drainage System Masterplan SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Sarjana Pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Juni Penulis. I Fitri Noviyanti NIM

KATA PENGANTAR. Bandung, Juni Penulis. I Fitri Noviyanti NIM KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat ilahirobbi karena dengan rahmat dan petunjuk-nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Tugas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. daerah Rawa Sragi, Lampung Timur. Lokasi pengujian dan pengambilan. sampel tanah dapat dilihat pada Gambar 5

METODE PENELITIAN. daerah Rawa Sragi, Lampung Timur. Lokasi pengujian dan pengambilan. sampel tanah dapat dilihat pada Gambar 5 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang terdapat di daerah Rawa Sragi, Lampung Timur. Lokasi pengujian dan pengambilan sampel tanah dapat

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KAJIAN SEDIMENTASI SERTA HUBUNGANNYA TERHADAP PENDANGKALAN DI MUARA SUNGAI BELAWAN SUBHAN RONGGODIGDO

TUGAS AKHIR KAJIAN SEDIMENTASI SERTA HUBUNGANNYA TERHADAP PENDANGKALAN DI MUARA SUNGAI BELAWAN SUBHAN RONGGODIGDO TUGAS AKHIR KAJIAN SEDIMENTASI SERTA HUBUNGANNYA TERHADAP PENDANGKALAN DI MUARA SUNGAI BELAWAN Diajukan untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil DISUSUN

Lebih terperinci

MODEL BANGUNAN PENDUKUNG PINTU AIR PAK TANI BERBAHAN JENIS KAYU DAN BAN SEBAGAI PINTU IRIGASI

MODEL BANGUNAN PENDUKUNG PINTU AIR PAK TANI BERBAHAN JENIS KAYU DAN BAN SEBAGAI PINTU IRIGASI MODEL BANGUNAN PENDUKUNG PINTU AIR PAK TANI BERBAHAN JENIS KAYU DAN BAN SEBAGAI PINTU IRIGASI TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan Memenuhi syarat untuk menempuh Colloquium Doctum/ Ujian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan pengujian

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengukuran Hidrometri Sungai Perhitungan ini akan menjelaskan langkah-langkah perhitungan Sungai Progo. Perhitungan diambil dari data pada 2 titik tinjauan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan sedimen berasal dari daerah aliran sungai (DAS), yang kemudian bergerak secara melayang maupun secara bergeser, bergelinding ataupun meloncat dan kemudian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A.Tinjauan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tipe morfologi sungai, endapan lahar dingin di dasar sungai, besarnya angkutan sedimen di dasar sungai pasca erupsi Gunung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aliran Air di Saluran Terbuka Aliran air dapat terjadi pada saluran terbuka maupun pada saluran tertutup (pipe flow). Pada saluran terbuka, aliran air akan memiliki suatu permukaan

Lebih terperinci

SEDIMENTASI PADA WADUK PANGLIMA BESAR SOEDIRMAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP UMUR LAYANAN WADUK

SEDIMENTASI PADA WADUK PANGLIMA BESAR SOEDIRMAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP UMUR LAYANAN WADUK SEDIMENTASI PADA WADUK PANGLIMA BESAR SOEDIRMAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP UMUR LAYANAN WADUK Dian Febiyanti NRP : 0321023 Pembimbing : Dr. Ir. Agung Bagiawan.,M.Eng. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Analisis Angkutan dan Distribusi Sedimen Melayang Di Sungai Kapuas Pontianak Kalimantan Barat pada musim kemarau

Analisis Angkutan dan Distribusi Sedimen Melayang Di Sungai Kapuas Pontianak Kalimantan Barat pada musim kemarau Analisis Angkutan dan Distribusi Sedimen Melayang Di Sungai Kapuas Pontianak Kalimantan Barat pada musim kemarau Wenni Rindarsih, S.Si 1) ; Muh. Ishak Jumarang, M.Si 2) ; Muliadi, M.Si 3) 1,2,3) Jurusan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana.

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana. BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Intensitas Curah Hujan Menurut Joesron (1987: IV-4), Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu. Analisa intensitas

Lebih terperinci

KAJIAN KEDALAMAN GERUSAN DISEKITAR ABUTMEN JEMBATAN TIPE WING WALL DAN SPILLTHROUGH TANPA PROTEKSI UNTUK SALURAN BERBENTUK MAJEMUK

KAJIAN KEDALAMAN GERUSAN DISEKITAR ABUTMEN JEMBATAN TIPE WING WALL DAN SPILLTHROUGH TANPA PROTEKSI UNTUK SALURAN BERBENTUK MAJEMUK KAJIAN KEDALAMAN GERUSAN DISEKITAR ABUTMEN JEMBATAN TIPE WING WALL DAN SPILLTHROUGH TANPA PROTEKSI UNTUK SALURAN BERBENTUK MAJEMUK Tugas Akhir Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci