PELUANG PEMANFAATAN BRIKET ARANG BAGAS TEBU- AZOLLA DALAM BUDIDAYA CABAI MERAH DI TANAH PASIR PANTAI SAMAS BANTUL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELUANG PEMANFAATAN BRIKET ARANG BAGAS TEBU- AZOLLA DALAM BUDIDAYA CABAI MERAH DI TANAH PASIR PANTAI SAMAS BANTUL"

Transkripsi

1 PELUANG PEMANFAATAN BRIKET ARANG BAGAS TEBU- AZOLLA DALAM BUDIDAYA CABAI MERAH DI TANAH PASIR PANTAI SAMAS BANTUL USULAN PENELITIAN Diajukan oleh : Usfiani Program Studi Agroteknologi Kepada FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016

2 Usulan Penelitian PELUANG PEMANFAATAN BRIKET ARANG BAGAS TEBU-AZOLLA DALAM BUDIDAYA CABAI MERAH DI TANAH PASIR PANTAI SAMAS BANTUL Yang Diajukan Oleh: Usfiani Program Studi Agroteknologi Pembimbing Utama telah disetujui/disahkan oleh: Dr.Ir. Gunawan Budiyanto, M.P Tanggal... NIK Pendamping Ir. Mulyon, M.P Tanggal : NIP Mengetahui: Ketua Program Studi Dr. Innaka Ageng Rineksane, SP.MP Tanggal... NIK ii

3 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai merah merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang penting di Indonesia. Bahkan cabai merah merupakan salah satu komoditas yang dibutuhkan oleh semua orang dari berbagai lapisan masyarakat. Tanaman cabai merah (Capsicum annum L.) tidak hanya berguna sebagai bumbu masak. Dalam kesehatan cabai merah berkhasiat sebagai stimulan, meningkatkan nafsu makan (stomatik), rematik dan sakit gigi. Menurut Arfani (2013) seiring dengan berkembangannya industri pangan nasional, cabai merupakan salah satu bahan baku yang yang dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang dikonsumsi setiap saat, maka cabai akan terus dibutuhkan dengan jumlah yang semakin meningkat. Kebutuhan cabai merah di Indonesia setiap tahun meningkat, seiring dengan pertumbuhan penduduk. Luas panen cabai merah pada tahun 2014 seluas 128,734 hektar dengan produksi cabai merah nasional pada tahun 2014 sebesar ton, sedangkan produksi cabai merah di Yogyakarta sebesar ton/hektar. Sementara untuk tingkat konsumsi cabai merah sebesar 1,13 % per tahun, dengan rata-rata konsumsi kg per kapita (BPS,2014). Berbagai usaha perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas cabai merah, salah satunya dengan perluasan areal tanam cabai merah, tetapi usaha ini mengalami kendala dengan adanya alih fungsi lahan, tanah-tanah produktif banyak dialih fungsikan menjadi perumahan, industri dan pertambangan. Lahan marjinal di Indonesia masih banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal untuk lahan pertanian, salah satunya lahan pasir Pantai Samas Bantul, Yogyakarta. Lahan pasir Pantai Samas Bantul memiliki potensi dikembangkan lahan pertanian untuk meningkatkan produktivitas cabai merah. Lahan pasir pantai Samas merupakan gumuk-gumuk pasir. Karateristik lahan di gumuk pasir wilayah ini adalah tanah bertekstur pasir, struktur berbutir tunggal, porositas tinggi, status kesuburannya rendah dan evaporasi tinggi serta tiupan angin laut yang kencang (Partoyo, 2005). 1

4 2 Menurut Gunawan Budiyanto (2014) lahan pasiran merupakan lahan yang tekstur tanahnya didominasi fraksi pasir >70%, dengan porositas total <40%, kurang dapat menyimpan unsur hara karena kekurangan kandungan koloid. Koloid tanah merupakan salah satu bagian tanah yang disebut sebagai situs jerapan. Koloid tanah ini dapat tersusun atas bahan mineral yaitu lempung dan hasil perombakan bahan organik yang disebut humus. Kompleks koloid lempung-humus ini merupakan bagian yang menjadi pusat kesuburan tanah. Tanah pasiran pada umumnya mengandung bahan organik rendah, sehinga jarang berada dalam ikatan partikel tanah (tidak membentuk gumpal), sehingga cenderung memiliki struktur lepas-lepas dan mudah diolah. Selain itu, sifat tanah berpasir yang mudah meloloskan air ke bawah akan mempengaruhi efesiensi penggunakan pupuk Nitrogen. Pemupukan Nitrogen pada tanah berpasir tanpa melakukan perbaikan sifat tanah akan berdampak pada jumlah ion nitrogen yang diserap oleh tanaman. Salah satu inovasi yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian bahan organik., karena bahan organik mempunyai peranan cukup besar dalam perbaikan kualitas sifat fisik tanah. Penambahan bahan organik dalam bentuk briket menjadi salah satu peluang untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Briket merupakan gumpalan atau padatan yang terbuat dari bahan yang berukuran kecil yang dimampatkan dengan tekanan. Briket dapat berfungsi sebagai peningkatan kemampuan mengikat air atau mempunyai daya menyimpan air dan sebagai pemasok unsur hara pada tanah pasir pantai. Selain itu sifat briket yang slow release menjadi pupuk lebih tersedia didalam tanah, sehingga terhidar dari proses pelindian. Pemanfaatan bagas tebu dan azolla sebagai bahan organik tanah belum dimanfaatkan secara optimal. Bagas tebu yang dihasilkan oleh pabrik sekitar 32 % sebagian besar hanya digunakan sebagai bahan bakar boiler, sedangkan 1,6 % bagas yang tersisa tidak dimanfaatkan. Bagas tebu memiliki kandungan N 0,30%, P 2 O 5 0,02%, K 2 O 0,14%, Ca 0,06% dan Mg 0,04%. Tingginya nisbah C:N pada bagas ini menyebabkan bahan tersebut lama terlapuk sehingga mungkin masih bermanfaat

5 3 untuk mempertahankan kandungan bahan organik tanah bila dikembalikan ke dalam tanah secara tepat. Kompos Azolla dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Azolla memiliki kandungan hara N (3,91 %), P (0,30 %), K 0,65%, C/N 6 dan bahan organik 39,905. Azolla merupakan sumber nitrogen, karena Azolla mampu bersimbiosis dengan Annabaena sp. Annabaena sp. adalah salah satu jenis Blue-Green Algae yang mampu berasosiasi di dalam ruangan daun paku air Azolla, dan salah satu yang menarik adalah kemampuannya memfikasasi kandungan N dalam udara (Gunawan Budiyanto, 2014). Pemberian briket arang bagas tebu-azolla diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik tanah pasir pantai, sehingga dapat mengefisiensikan pemupukan dan cabai keriting dapat tumbuh di tanah pasir pantai. B. Perumusan Masalah Lahan pasir pantai Samas Bantul, Yogyakarta memiliki potensi sebagai lahan pertanian, tetapi pemanfaatan lahannya belum dilakukan secara optimal. Tanah pasir pantai didominasi oleh fraksi pasir dan mengandung bahan organik rendah. Hal ini menyebabkan tanah tidak mampu menahan air dan menyimpan unsur hara karena kekurangan kandungan koloid tanah. Kondisi tersebut mengakibatkan pemupukan nitrogen di lahan pasir pantai menjadi tidak efisien, karena akar tanaman tidak mampu menyerap unsur hara dan sebagian hara dari pupuk terlindi kebawah keluar dari perakaran. Akibat kondisi tersebut, dibutuhkan teknologi yang dapat memperbaiki kualitas tanah pasir pantai, yaitu dengan cara pemberian koloid buatan yang terbentuk dari briket bagas tebu-azolla. Pemanfaatan briket sebagai solusi memperbaiki kualitas tanah pasir karena berfungsi sebagai bahan organik, selain itu Secara morfologis briket memiliki pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan hara tanah yang akan dilepaskan secara perlahan sesuai konsumsi dan kebutuhan tanaman (slow release). Selain itu briket bersifat higroskopis sehingga hara dalam tanah tidak mudah tercuci dan mampu menyimpan air. Dengan struktur tanah yang

6 4 baik serta dengan perimbangan dan penyebaran pori yang baik, maka agregat tanah dapat pula memberikan imbangan padat dan ruang pori yang lebih menguntungkan, terutama bagi tanaman. Dengan demikian permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah briket bagas tebu-azolla dapat dimanfaatkan guna mengatasi permasalahan di lahan pasir pantai? 2. Berapa dosis briket bagas tebu-azolla yang dapat meningkatkan efisiensi pemupukan tanaman cabai merah pada lahan pasir Pantai Samas Bantul, Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu mendapat imbangan kombinasi briket bagas tebu dan kompos azolla yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil cabai merah di lahan pasir pantai.

7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Pasir Pantai Tanah dilahan pasir termasuk dalam jenis tanah Regosol yang dalam taksonomi tanah lebih dikenal dengan sub-ordo Psamments yang berarti pasir dari ordo Entisol. Lahan pasir merupakan yang didominasi oleh pasir dengan kandungan lebih dari 70%, porositas rendah atau kurang dari 40%, sebagian besar ruang pori berukuran besar sehingga aerasinya baik, daya hantar cepat, tetapi kemampuan menyimpan air dan zat hara rendah. Tanah pasiran pada umumnya rendah kandungan bahan organiknya, sehingga cenderung memiliki struktur lepas-lepas dan mudah diolah. Menurut Gunawan Budiyanto (2014) Dominasi fraksi pasir yang dimiliki menyebabkan kandungan fraksi lempung rendah, dan dengan rendahnya kandungan bahan organik menyebabkan tanah ini tidak membentuk agregat serta berada dalam kondisi berbutir tunggal. Akibatnya tanah-tanah pasir pada umumnya tidak memiliki kandungan air yang cukup untuk menopang pertumbuhan tanaman. Kandungan mineral lempung dan bahan organik yang rendah juga menyebabkan tidak terbentuknya kompleks koloid tanah yang biasa terbentuk karena adanya asosiasi antara mineral lempung dan bahan organik dalam membentuk kompleks lempung-humus. Kandungan bahan organik yang dimiliki oleh tanah pasiran rendah karena temperatur dan aerasi memungkinkan tingkat dekomposit bahan organik tinggi. Selain itu, kandungan bahan organik yang dimiliki oleh tanah pasiran rendah karena temperatur dan aerasi memungkinkan tingkat dekomposisi bahan organik tinggi. Selain itu, stabilitas agregat dan kandungan liat tanah pasiran rendah sehingga pada saat hujan, air dan hara akan mudah hilang melalui proses pergerakan air ke bawah (Gunawan Budiyanto, 2009). Menurut Partoyo (2005) menunjukan bahwa potensi kesuburan fisik lahan pasir pantai Samas cukup rendah, kadar air (0,32%), fraksi pasir (93%), fraksi debu (6,10%), fraksi liat (0,54%), bobot isi (2,97 g/cm3), bobot volume (1,93g/cm3), 5

8 6 porositas tanah total (35,07%). Potensi kimianya juga rendah, hal tersebut ditunjukan dari hasil pengukuran kadar C-organik (0,29%) dan N-total (0,043%), P- tersedia (4,84 ppm), K-tersedia (2,23 ppm), N-tersedia (0,020%) dan ph H 2 O (7,01). B. Ampas Tebu (Bagasse) Ampas tebu merupakan suatu residu dari proses penggilingan tanamanan tebu (Saccharum oficinarum) setelah diekstrak atau dikeluarkan niranya pada industri pemurnian gula sehingga diperoleh hasil samping sejumlah besar produk limbah berserat yang disebut sebagai ampas tebu (bagasse). Ampas tebu (Bagasse) merupakan limbah padatan yang dihasilkan dari perasan batang tebu untuk diambil niranya. Ampas tebu (Bagasse) ini mengandung serat dan gabus. Pabrik gula rata-rata menghasilkan bagas sebesar 32% dari bobot tebu yang digiling. Sebagian besar bagas yang dihasilkan oleh pabrik gula dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler dan sekitar 1,6% dari bobot bagas tesisa dan tidak dimanfaatkan (Nuraisyah, 2010). Limbah ampas tebu (Bagasse) memiliki potensi besar bahan organik untuk memperbaiki kesuburan tanah. Limbah ampas tebu (Bagasse) memiliki kadar bahan organik sekitar 90%. Badan Penelitian dan Pengembangan PT Gula Putih Mataram (2002) menyatakan bahwa kandungan N, P 2 0 5, K 2 0, Ca dan Mg pada bagas berturut-turut adalah 0.30% 0.02%, 0.14%, 0.06%, dan 0.04%. Pada bagas tebu memiliki nisbah C :N sekitar 142 :1 (Purnomo dkk., 1995). Tingginya nisbah C:N pada bagas ini menyebabkan bahan tersebut lama terlapuk sehingga mungkin masih bermanfaat untuk mempertahankan kandungan bahan organik tanah bila dikembalikan ke dalam tanah secara tepat (Dwi Guntoro, 2003). Abu pembakaran ampas tebu merupakan hasil perubahan secara kimiawi dari pembakaran ampas tebu murni. Ampas tebu digunakan sebagai bahan bakar untuk memanaskan boiler dengan suhu mencapai o C dan setiap 4-8 jam lama pembakaran, dilakukan pengeluaran abu dari dalam boiler, karena jika

9 7 dibiarkan tanpa dibersihkan akan terjadi penumpukan yang akan mengganggu proses pembakaran ampas tebu berikutnya. Dalam abu bagas terdapat komposisi kimia yaitu SiO 2 (71%), Al 2 O 3 (1,9%), Fe 2 O 3 (7,8%), CaO (3,4%), K 2 O (8,2%), P 2 O 5 (3,0%) dan MnO (0,2) (Nuraisyah, 2010) C. Azolla Azolla merupakan satu-satunya genus dari paku air mengapung suku Azollaceae.Terdapat tujuh spesies yang termasuk dalam genus ini.suku Azollaceae sekarang dianjurkan untuk digabungkan ke dalam suku Salviniaceae, berdasarkan kajian morfologi dan molekular. Azolla dikenal mampu bersimbiosis dengan bakteri biru-hijau Anabaena azollae dan mengikat nitrogen langsung dari udara. Potensi ini membuat Azolla digunakan sebagai pupuk hijau baik di lahan sawah maupun lahan kering (Ratna M, 2011). Pemanfaatan azolla sebagai pupuk ini memang memungkinkan. Bila dihitung dari berat keringnya dalam bentuk kompos (azolla kering) mengandung unsur Nitrogen (N) 3-5 %, Phosphor (P) 0,5-0,9 % dan Kalium (K) 2-4,5 %. Sedangkan hara mikronya berupa Calsium (Ca) 0,4-1 %, Magnesium (Mg) 0,5-0,6 %, Ferum (Fe) 0,06-0,26 % dan Mangaan (Mn) 0,11-0,16 %. Berdasarkan komposisi kimia tersebut, bila digunakan untuk pupuk mempertahankan kesuburan tanah, setiap hektar areal memerlukan azolla sejumlah 20 ton dalam bentuk segar, atau 6-7 ton berupa kompos (kadar air 15 persen) atau sekitar 1 ton dalam keadaan kering (Ratna M, 2011). D. Briket Briket arang merupakan bahan padatan yang dihasilkan dari proses pemampatan dengan memberikan tekanan yang berasal dari serbuk arang dengan penambahan bahan perekat. Briket arang merupakan bahan padat yang mengandung karbon, mempunyai nilai kalori yang tinggi yang dibuat dari aneka

10 8 macam bahan hayati atau biomassa, misalnya kayu, ranting, rumput, jerami, ataupun limbah pertanian lainnya (Gustan dan Hartoyo, 1983). Pembuatan briket arang dari limbah pertanian dapat dilakukan dengan menambah bahan perekat, yang bahan bakunya diarangkan terlebih dahulu, kemudian ditumbuk, dicampur perekat, dicetak dengan sistem hidrolik maupun manual dan selanjutnya dikeringkan. Pembuatan briket arang terdiri dari beberapa proses berikut ini: 1. Karbonasi Proses pengarangan (pirolisa) adalah penguraian biomassa (lysis) menjadi karbon melalui proses pembakaran pada suhu dari 150 o C. Proses pirolisa terdapat beberapa tingkatan proses yaitu pirolisa primer dan pirolisa skunder. Pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku (umpan), sedangkan pirolisa sekunder adalah pirolisa yang terjadi atas partikel dan gas/uap hasil pirolisa primer (Abdullah, dkk., 1991). 2. Bahan Perekat Sifat alamiah bubuk arang cenderung saling memisah. Dengan bantuan bahan perekat, butir-butir arang dapat disatukan dan dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Pembuatan briket dengan penggunaan bahan perekat akan lebih baik hasilnya jika dibandingkan tanpa menggunakan bahan perekat. Disamping meningkatkan nilai bakarnya, kekuatan briket arang dari tekanan luar juga lebih baik (tidak mudah pecah) (Sudrajat, 1983). Kanji adalah perekat tapioka yang dibuat dari tepung tapioka dicampur air dalam jumlah tidak melebihi 70 % dari berat serbuk arang dan kemudian dipanaskan sampai berbentuk jeli. Pencampuran kanji dengan sebuk arang diupayakan dengan merata. Dengan cara manual pencampuran dilakukan dengan meremas-remas menggunakan tangan, secara maksimal dilakukan oleh alat mixer (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 1994). Selain itu bahan perekat yang digunakan dapat berupa bahan organik, berupa dedaunan yang mengandung senyawa pati, seperti daun randu dan azolla. Pada azolla mengandung senyawa pati 6,54%. Dalam pati tersusun dari

11 9 dua karbohidrat, amilosa dan amilopektin. Amilosa memberikan sifat keras, sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket (Asri,2013). 3. Pemampatan dan Pencetakan Tekanan diberikan untuk menciptakan kontak antara permukaan bahan yang direkat dengan bahan perekat. Setelah bahan perekat dicampurkan dan tekanan mulai diberikan maka perekat yang masih dalam keadaan cair akan mulai mengalir membagi diri ke permukaan bahan. Pada saat yang bersamaan dengan terjadinya aliran maka perekat juga mengalami perpindahan dari permukaan yang diberi perekat kepermukaan yang belum terkena perekat (Kirana, 1985; dalam Agus Salim, 1995). Adonan yang sudah jadi siap untuk dicetak menjadi briket dengan cara memasukan adonan ke dalam cetakan kemudian dipadatkan. 4. Pengeringan Pengeringan ini bertujuan untuk menguapkan kembali air yang telah ditambahkan pada proses pencampuran. Pengeringan dilakukan terhadap briket, agar air yang tersimpan dalam briket dapat diuapkan, sehingga tidak mengganggu pada saat briket di bakar (Widayanti, 1995).

12 10 E. Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.) Cabai merah dapat ditanam pada dataran rendah sampai dataran tinggi (1400 m dpl). Tanaman cabai merah menghendaki suhu yang cocok untuk pertumbuhannya, yaitu pada siang hari 21 o C-28 o C dan malam hari 13 o C-16 o C dan untuk kelembaban 80%. Cabai sangat sesuai ditanam pada tanah yang datar. Pertumbuhan tanaman cabai otimum jika ditanam pada tanah dengan ph 6-7. Tanah yang gembur, subur dan banyak mengandung humus (bahan organik). Selain itu tanah yang mengandung unsur-unsur pokok yaitu unsur N dan K (Devi, 2010). Kelembaban tanah dalam keadaan kapasitas lapang (lembab tetapi tidak becek) dan temperatur tanah antara o C sangat mendukung pertumbuhan tanaman cabai merah. Temperatur tanah yang rendah akan menghambat pengambilan unsur hara oleh akar (Nani Sumarni, 2005). Budidaya tanaman cabai merah meliputi beberapa tahapan penyiapan benih, pengolahan tanah atau persiapan media tanam, penanaman, pemeliharaan (pemangkasan, pemupukan, pengairan dan pengendalian hama dan penyakit). Kebutuhan pupuk kandang pada tanaman cabai merah sikitar 20 ton/hektar dan kebutuhan pupuk Urea 250 kg/h, pupuk ZA 350 kg/h dan pupuk SP kg/h dan KCl 275 kg/h (Nani Sumarni, 2005). Tanaman cabai merah dapat dipanen pada umur hari setelah tanam. Budidaya cabai merah di lahan pantai sedikit berbeda dengan teknik budidaya cabai merah pada umumnya. Penyiraman di lahan pasir pantai lebih intensif yang mana tanah lahan pasir pantai bersifat porous sehingga air mudah lolos kebawah. Selain itu penambahan bahan organik pada lahan pasir pantai biasanya diberikan melebihi takaraan umumnya, yakni sekitar ton/ hektar (Gunawan Budiyanto, 2014).

13 11 F. Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah pada perlakuan 20 Kg N/hektar + 60 Kg N/hektar merupakan perlakuan lebih sebagai komposisi untuk meningkatkan kesuburan tanah pasir pantai serta meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabi merah.

14 III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan milik Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di laboratorium. Pengamatan pertumbuhan tanaman cabai merah akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan analisis sifat tanah akan dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini akan dilaksankan pada bulan Desember 2015 sampai bulan Maret B. Bahan dan Alat Bahan yang akan digunakan di dalam penelitian ini yaitu tanah pasir pantai Samas, bagasse tebu (ampas tebu), azolla, kayu bakar, pupuk kandang, pupuk Urea, pupuk SP-36 dan pupuk KCl. Peralatan yang digunakan polybag, ember, meteran, drum, paralon 1 dim, saringan ukuran 0,5 mm, nampan, karung, dan alat tulis. Alatalat untuk pengambilan tanah pasir Pantai Samas. C. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode percobaan dengan rancangan percobaan faktor tunggal yang disusun dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan sebagai berikut: A (Kontrol) = 80 Kg N/h Pupuk kandang B = 20 kg N/hektar Bagas Tebu + 60 kg N/hektar Azolla C = 40 kg N/hektar Bagas Tebu + 40 kg N/hektar Azolla D = 60 kg N/hektar Bagas tebu + 20 kg N/hektar Azolla Pada penelitian ini terdapat 4 perlakuan, setiap perlakuan diulang 4 kali, sehingga menjadi 16 unit percobaan, setiap unit percobaan terdapat 3 sampel, sehingga diperoleh 48 satuan percobaaan. 12

15 13 D. Cara Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahap sebagai berikut : 1. Pembuatan Kompos Azolla Pembuatan kompos azolla dilakukan dengan cara mempersiapkan tanaman azolla sebanyak 3 kg dan dibiarkan layu di udara terbuka. Kemudian biomassa dikomposkan dengan cara dimasukkan dalam karung dan diikat, lalu dilubangi. Dalam pembuatan kompos azolla tidak menggunakan aktivator, dikarenakan pada dasarnya proses pengomposan azolla berlangsung cepat. Setelah satu minggu diaduk secara merata untuk memberikan suplai oksigen dan meningkatkan homogenitas bahan. Selama proses pengomposan terjadi peningkatan suhu, yang menandakan sedang terjadi proses perombakan bahan organik oleh mikroba. Ciriciri kompos yang sudah matang yaitu berwarna coklat kehitaman, menjadi remah, tidak berbau, suhu tidak panas, dan kering. 2. Pembuatan arang bagas tebu (Karbonasi) Proses pengarangan atau karbonisasi arang bagas tebu yaitu: 1. Bahan dan alat yang diperlukan dipersiapkan terlebih dahulu (bagas tebu sebanyak 10 kg, korek api, air, ember, dan drum bekas). 2. Bagas tebu dimasukkan ke dalam drum kemudian dibakar. Ketika api terlihat membesar maka bagas tebu ditambahkan kedalam drum hingga yang terlihat hanya asap yang keluar, bila bagas tebu sudah terlihat terbakar semua, maka drum langsung ditutup. 3. Arang bagas tebu yang sudah jadi, lalu didinginkan sampai sekitar 45 menit, kemudian dikeluarkan dan dipisahkan antara yang terbakar dengan yang tidak terbakar dan yang menjadi abu. Bagas tebu yang diambil hanya yang menjadi arang. 4. Kemudian arang ditumbuk menggunakan mortal dan pistil hingga halus. Setelah itu, arang bagas tebu diayak menggunakan ayakan 0,5 mm.

16 14 3. Pembuatan Briket Bagas Tebu Azolla Proses pembuatan briket bagas tebu-azolla yaitu: 1. Bubuk arang bagas tebu yang telah dibuat dan diayak kemudian dicampurkan dengan kompos azolla sesuai dengan perlakuan. Perekat yang digunakan yaitu kompos azolla. 2. Kedua bahan tersebut kemudian ditambahkan air panas secukupnya dan dilakukan pengadukan menggunakan tangan dengan cara diremas-remas untuk menghasilkan adonan yang merata. 3. Adonan yang sudah tercampur rata dimasukkan ke dalam paralon 1 dm ukuran kecil yang dipotong sepanjang 10 cm. Kemudian bagian bawah paralon dilapisi papan dan semua adonan briket dimasukkan ke dalam paralon. Selanjutnya ditekan menggunakan kayu kecil untuk memadatkan adonan, sehingga adonan dapat mengeras dan berbentuk bongkahan. 4. Setelah itu keluarkan briket dari cetakan menggunakan kayu penyodok dan dilakukan pengeringan dengan menjemurnya di bawah sinar matahari sampai briket tersebut kering. 5. Briket yang sudah kering siap diaplikasikan pada tanaman cabai merah. 4. Pengaplikasian Briket pada Budidaya Cabai Merah a. Persiapan Media Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tanah pasir yang diambil dari Pantai Samas, Bantul, Yogyakarta. Cara mempersiapkan media tanam yaitu tanah pasir pantai dikering anginkan terlebih dahulu selama beberapa hari. Setelah itu, tanah dimasukkan ke dalam polybag sebanyak 10 kg, setelah itu menimbang pupuk Urea, SP-36 dan KCl. Setelah itu ditambahkan briket arang bagas tebu-azolla sesuai perlakuan ke dalam polybag, kemudian diinkubasi selama 1 minggu.

17 15 b. Pembibitan Benih yang telah berkecambah atau bibi cabai berumur hari (biasanya sudah memiliki sepasang daun) lalu dipindahkan ke tempat pembibitan. Selanjutnya menyiapkan tempat pembibitan berupa polybag ukuran 8x9 cm. Campur tanah, pasir dan pupuk kandang. Kemudian bibit cabai merah dipindahkan. c. Penanaman Penanaman cabai dilakukan dengan pemindahan bibit yang telah berdaun sebanyak 3 helai dan ditanam pada media tanam yang telah disiapkan didalam polybag. Dalam satu polybag ditanam sebanyak satu bibit cabai. d. Pemupukan Pemupukan tanaman cabai menggunakan dosis anjuran yaitu pupuk dasar 80 Kg/hektar (2,4 gram/ polybag), pupuk Urea 597,34 kg/hektar (17,9 gram/ polybag), pupuk SP kg/hektar (9 gram/ polybag) dan pupuk KCl 275 kg/hektar (8 gram/ polybag). Pemberian pupuk dasar dilakukan satu minggu sebelum penanaman (pupuk kandang, pupuk SP-36, briket bagas tebu-azolla seluruhnya). Pupuk susulan diberikan tiga kali yaitu pupuk susulan I pada saat tanaman berumur 3 MST (1/3 pupuk urea, 1/3 pupuk KCl). Pupuk susulan II pada umur 3 MST (1/3 pupuk urea, 1/3 pupuk KCl) dan pupuk susulan III pada umur 9 MST (1/3 pupuk urea, 1/3 pupuk KCl). Pemupukan dilakukan dengan membenamkan pupuk di zona perakaran. e. Penyiraman Penyiraman dilakukan setiap hari dengan memberi air secukupnya, kecuali bila tanah sudah lembab, tujuannya agar tanaman tidak layu. f. Penyiangan Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mencabut gulma sekitar tanaman cabai. Penyiangan dapat dilakukan saat cabai berumur hari.

18 16 g. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan pestisida saat terjadi serangan yang dapat membahayakan tanaman cabai merah. h. Panen Panen tanaman cabai merah dilakukan pada saat tanaman beumur hari setelah tanam yang ditandai dengan warna cabai merubah menjadi merah. Pemanenan dapat dilakukan dengan cara memetik cabai merah. Buah cabai merah dan brangkasan tanaman (akar, batang dan daun) dimasukkan kedalam kantong kertas yang sudah diberi label dan selanjutnya dilakukan analisis data. E. Parameter yang Diamati a. Parameter Pertumbuhan 1. Tinggi tanaman (cm) Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur batang utama tanaman dari atas permukaan media tumbuh sampai titik tumbuh tertinggi. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan sejak tanaman berumur 2 s/d dengan 12 minggu setelah tanam. 2. Berat segar tanaman (g) Pengukuran berat segar tanaman dilakukan setelah panen. Pengukuran dilakukan dengan cara menyobek polybag kemudian media tanam digemburkan dibawah pencucian air sambil dibilas sampai bagian akar bersih. Setelah sampel tanaman dibersihkan baru dilakukan penimbangan. 3. Berat kering tanaman (g) Pengukuran berat kering tanaman dilakukan setelah panen dengan cara tanaman yang telah ditimbang berat segarnya dijemur pada terik matahari. Tanaman yang telah dikeringkan kemudian dibungkus dengan ketas koran dan dioven pada suhu 65 o C sampai berat nya konstan.

19 b. Parameter Hasil 1. Berat buah per tanaman (g) Pengamatan berat buah cabai merah per tanaman dilakukan setelah panen dengan cara menimbang buah setiap tanaman sampel menggunakan timbangan analitik, dilakukan pada saat panen. 2. Jumlah buah per tanaman (g) Pengamatan jumlah buah per tanaman dilakukan setelah panen dengan cara menghitung jumlah buah pada setiap tanaman sampel. Pengamatan dilakukan pada saat pemanenan F. Analisis Data Data hasil pengamatan dianalisis varian pada jenjang α = 5%. Jika terdapat perbedaan yang nyata, maka dilakukan uji jarak berganda dengan DMRT (Duncun s Multiple Range Test) pada jenjang α = 5%. G. Jadual Penelitian No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Tahap Persiapan Pembuatan 2 Kompos Azolla 3 Pembuatan Briket Pengaplikasian 4 Briket 5. Penyemaian 6. Penanaman 7. Pengamatan Analisis data dan 8 Pembahasan 9 Seminar Hasil

20 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, K., A.K. Irwanto, N. Siregar, E. Agustina, A.H. Tambunan, M. Yamin, dan E. Hartulistiyoso, Energi dan Listrik Pertanian, JICA IPB. Bogor. Arfani.2013.Nilai Ekonomi Cabai Merah / /38737/5/Chapter%20I.pdf. Diakses tanggal 29 April Arion Ampas Tebu. diakses tanggal 5 Maret Asri Saleh Efisiensi Konsentrasi Perekat Tepung Tapioka Terhadap Nilai Kalor Pembakaran Pada Biobriket Batang Jagung. df. Diakses tanggal 15 Desember 2015 Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pedoman Teknis Pembuatan Briket Arang. Departemen Kehutanan No.3 Badan Pusat Statistik Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta Bambang Sardi Jurnal Ampas Tebu. / /Jurnal-Ampas-Tebu. diakses tanggal7 Maret Devi Budidaya Tanaman Cabe merah. /1/ pdf. diakses tanggal 7 Maret Dwi Guntoro, Purwono dan Sarwono Pengaruh Kompos. mpos.pdf;jsessionid=f0b83d37f2c342bcf0152c6755d60d67?sequenc e=1. diakses tanggal 5 Maret Fiolita Prameswari Putri, Husni Thamrin Sebayang, dan Titin Sumari. Pengaruh Pupuk N, P, K, Azolla (Azolla pinnata) dan Kayu Apu (Pista stratiotes) Pada Pertumbuhan Dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa). Jurnal Produksi Tanaman. 1(3): Gunawan Budiyanto Bahan Organik dan Pengelolaan Nitrogen Lahan Pasir. Unpad Press. Bandung. 192 h. Gunawan Budiyanto Manajemen Sumberdaya Lahan. Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (LP3M). Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

21 Gustan Pari dan Hartoyo Beberapa Sifat Fisis Dan Kimia Briket Arang Dari Limbah Arang Aktif. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Bogor M. Kirana Pengaruh tekanan pengempaan dan jenis perekat dalam pembuatan briket tempurung kelapa dalam Agus Salim, Pengaruh ukuran butiran arang dan persentase perekat dalam pembuatan briket arang kombinasi limbah tandan kosong kelapa sawit dengan arang tempurung kelapa sawit. Laporan Hasil penelitian Mahasiswa Jurusan Teknologi Pertanian, UNHAS Nina Sumarni dan Agus Muharam Budidaya Cabai Merah. http: // balitsa.litbang.pertanian.go.id/ind/images/isi_monografi/m-38% 20 Panduan %20Teknis%20Budidaya%20Cabai.pdf. diakses tanggal 3 Mei Nuraisyah Siregar Ampas Tebu. /bitstream / /16295/4/Chapter%20II.pdf. Diakses tanggal 7 Maret Partoyo Analisis Indeks Kualitas Tanah Pertanian di Lahan Pasir Pantai SamasYogyakarta. 0Kualitas%20Tanah%20Samas-Partoyo%20UPN.pdf. Diakses tanggal 29 April 2015 Ratna M Azolla si Pupuk Hidup. file:///f:/azolla%20si%20pupuk%20hidup.htm. diakses tanggal 7 Maret 2015 Sudrajat Pengaruh Bahan Baku, Jenis Perekat, dan Tekanan Kempa Terhadap Kualitas Arang Briket. Laporan LPHH No Bogor. Sulastri Lahan Pasir Pantai. % pdf. diakses tanggal 7 Maret Widayanti, N Pengeringan Hasil Panen dengan Tenaga Sekam. Penebar Swadaya, Jakarta. Zulfadli Botani Tanaman Cabai Merah. pdf. Diakses tangggal 10 Februari 2016.

22 17 Lampiran 2. Perhitungan Pupuk 1. Kebutuhan Pupuk Kandang per hektar Kandungan N = 0,4% Kebutuhan x = 80 Kg N/h 2. Perlakuan 2 (B) 20 Kg N/hektar Bagas Tebu + 60 Kg N/hektar Azolla Kebutuhan Bagas/hektar x 20 kg = 6666,66 Kg/ha = 6,67 ton/ha Kebutuhan bagas/tanaman = 200 gram Kebutuhan Azolla/hektar x 60 kg = Kg/ha = 1,5 ton/ha Kebutuhan azolla/ tanaman = 45 gram 3. Perlakuan 3 (C) 40 kg N/hektar Bagas Tebu + 40 kg N/hektar Azolla Kebutuhan Bagas/hektar x 40 = ,33 Kg/ha = 13,33 ton/ha Kebutuhan bagas/tanaman = = 399 gram Kebutuhan Azolla/hektar x 40 kg = Kg/ha = 1 Ton/ha Kebutuhan azolla/tanaman = = 30 gram 4. Perlakuan 4 (D) 60 kg N/hektar Bagas Tebu + 20 Kg N/hektar Azoll Kebutuhan Bagas/hektar x 60 kg = Kg/ha = 20 ton/ha

23 17 Kebutuhan bagas/tanaman = = 600 gram Kebutuhan Azolla/hektar x 20 kg = 500 kg/ha = 0,5 ton/ha Kebutuhan azolla/tanaman = 15 gram 5. Kebutuhan Pupuk Urea 250 kg/hektar Kebutuhan N/hektar x 250 = 115 Kg ZA = 350 kg/hektar N/hektar x 350 = 73,5 kg/ha (digantikan menggunakan urea) urea = x 73.5 = 159,78 jadi ,78 = 274,78 kg, sehingga = x 274,78 = 597,34 Kg Kebutuhan Urea/tanaman = = 0,0179 Kg = 17,9 gram 6. Kebutuhan pupuk SP-36 = 300 Kg/h Kebutuhan pupuk/tanaman = = 0,009 Kg = 9 gram 7. Kebutuhan pupuk KCl = 275 Kg/hektar Kebutuhan pupuk/tanaman = = 0,008 Kg = 8 gram

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B. III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan milik Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di laboratorium. Pengamatan pertumbuhan

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN

III. TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari 2016 sampai bulan Mei 2016 di lahan penelitian Fakultas Pertanian, dan Laboratorim Fakultas

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini

Lebih terperinci

III.TATA CARA PENELITIAN

III.TATA CARA PENELITIAN III.TATA CARA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai bulan Maret 2016 di Green House dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. taksonomi tanah lebih dikenal dengan sub-ordo Psamments yang berarti pasir dari

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. taksonomi tanah lebih dikenal dengan sub-ordo Psamments yang berarti pasir dari II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Pasir Pantai Tanah dilahan pasir termasuk dalam jenis tanah Regosol yang dalam taksonomi tanah lebih dikenal dengan sub-ordo Psamments yang berarti pasir dari ordo Entisol.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di GreenHouse dan di Laboratoriums Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di GreenHouse dan di Laboratoriums Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di GreenHouse dan di Laboratoriums Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengamatan pertumbuhan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Februari

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Green House (GH) dan Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada bulan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium I I I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011 di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

APLIKASI BRIKET CAMPURAN ARANG SERBUK GERGAJI DAN TEPUNG DARAH SAPI PADA BUDIDAYA JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DI TANAH PASIR PANTAI

APLIKASI BRIKET CAMPURAN ARANG SERBUK GERGAJI DAN TEPUNG DARAH SAPI PADA BUDIDAYA JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DI TANAH PASIR PANTAI MAKALAH SEMINAR HASIL APLIKASI BRIKET CAMPURAN ARANG SERBUK GERGAJI DAN TEPUNG DARAH SAPI PADA BUDIDAYA JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DI TANAH PASIR PANTAI Oleh: Septia Handayani 20120210126

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang bertempat di Lapangan (Green House) dan Laboratorium Tanah Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juli

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa tengah, dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat. Meskipun disadari bawang merah bukan merupakan kebutuhan pokok, akan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Green House, Lahan Percobaan, Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Green House, Lahan Percobaan, Laboratorium III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House, Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN

III. TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green House untuk melakukan fermentasi dari urin kelinci dan pengomposan azolla, dilanjutkan dengan pengaplikasian pada

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green house Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green House Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, di Desa Tamantirto,

Lebih terperinci

A. Waktu dan tempat penelitian. B. Bahan dan Alat. C. Metode Penelitian

A. Waktu dan tempat penelitian. B. Bahan dan Alat. C. Metode Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah dan Green House, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian. Disisi yang lain sering berjalannya waktu, jumlah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan selama bulan November 2016-Februari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

Tata Cara penelitian

Tata Cara penelitian III. Tata Cara penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Lahan Percobaan, Labaratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Limbah Pertanian Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Botani Tanaman Sawi Sendok. Tanaman sawi sendok termasuk family Brassicaceae, berasal dari daerah pantai Mediteranea yang telah dikembangkan di berbagai

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiayah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan salama dua bulan April

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR HASIL APLIKASI BRIKET AZOLLA-ARANG SEKAM GUNA MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN TANAMAN CAISIM DI TANAH PASIR PANTAI SAMAS BANTUL

MAKALAH SEMINAR HASIL APLIKASI BRIKET AZOLLA-ARANG SEKAM GUNA MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN TANAMAN CAISIM DI TANAH PASIR PANTAI SAMAS BANTUL MAKALAH SEMINAR HASIL APLIKASI BRIKET AZOLLA-ARANG SEKAM GUNA MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN TANAMAN CAISIM DI TANAH PASIR PANTAI SAMAS BANTUL Disusun oleh : Awalludin Fajri 20110210037 Program Studi

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green house Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret 2016. B. Penyiapan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni 2016-15 Juli 2016 di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting karena sebagai bahan baku produksi gula. Produksi gula harus selalu ditingkatkan seiring

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 28 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 2010 yang bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Mei 2016 sampai bulan Agustus 2016.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. penelitian ini dilakukan di Gang Metcu, Desa Guru Singa, Kecamatan

BAHAN DAN METODE. penelitian ini dilakukan di Gang Metcu, Desa Guru Singa, Kecamatan III. BAHAN DAN METODE 3.1.Tempat dan Waktu Penelitian penelitian ini dilakukan di Gang Metcu, Desa Guru Singa, Kecamatan Brastagi, Kabupaten Karo, dan jarak penelitian 15 km dari letak gunung sinabung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai pada bulan April 2010 sampai bulan Maret 2011 yang dilakukan di University Farm Cikabayan, Institut Pertanian Bogor untuk kegiatan pengomposan,

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di III. TATA CARA PENELITIAN A. Rencana Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di Laboratorium Penelitian, Lahan Percobaan fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar Kompos merupakan bahan organik yang telah menjadi lapuk, seperti daundaunan, jerami, alang-alang, rerumputan, serta kotoran hewan. Di lingkungan alam,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Tanaman Cabai Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Tanaman ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015. 21 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015. Tempat yang digunakan yaitu di tempat peneliti di desa Pacing, Kecamatan

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur.

III. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur. III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur. Analisis sifat kimia tanah dan analisis jaringan tanaman dilakukan di Laboratorium Ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan Februari-Juli 2016. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca dan laboratorium Kimia

Lebih terperinci

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu: 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapang pada bulan Februari hingga Desember 2006 di Desa Senyawan, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Gambar 3). Analisis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metoda

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metoda 18 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Pembuatan kompos dilakukan di saung plastik yang dibuat di University Farm kebun percobaan Cikabayan (IPB) Dramaga.Analisis fisik, kimia dan pembuatan Soil Conditionerdilakukan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House dan Laboratorium penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House dan Laboratorium penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House dan Laboratorium penelitian Fakultas Pertanian UMY, pada bulan Desember 2015 Maret 2016. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor, pada bulan Januari sampai April 2008. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian 220 m di

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret 2010 sampai dengan bulan Maret 2011. Pengambilan sampel urin kambing Etawah dilakukan pada bulan Maret sampai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga bulan Mei 2010 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Kampus Dramaga, Bogor dan Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN. Yogyakarta dan di Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan April-Agustus 2017.

METODE PELAKSANAAN. Yogyakarta dan di Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan April-Agustus 2017. III. METODE PELAKSANAAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan di Green House Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan di Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada periode Juli 2015 sampai dengan Januari 2016, bertempat di Screen House B, Rumah Kaca B, dan Laboratorium Ekologi

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Green House, Lab.Tanah dan Lab.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Green House, Lab.Tanah dan Lab. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Green House, Lab.Tanah dan Lab.Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 9 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada periode Juli 2015 sampai dengan Februari 2016. Bertempat di screen house B, rumah kaca B dan laboratorium ekologi dan

Lebih terperinci

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bengkulu 7 Juli 2011 ISBN 978-602-19247-0-9 24 Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2010 Juli 2011. Pengambilan sampel urin kambing Kacang dilakukan selama bulan Oktober Desember 2010 dengan

Lebih terperinci

Cara Membuat Alat Untuk Membakar Sekam Padi (Cerobong)

Cara Membuat Alat Untuk Membakar Sekam Padi (Cerobong) Arang sekam padi memiliki banyak kegunaan baik di dunia pertanian maupun untuk kebutuhan industri. Para petani memanfaatkan arang sekam sebagai penggembur tanah. Arang sekam dibuat dari pembakaran tak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tebu Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil gula dan lebih dari setengah produksi gula berasal dari tanaman tebu (Sartono, 1995).

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Medan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Pada ketinggian tempat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Secara geografis Kota Sepang Jaya terletak pada koordinat antara 105 15 23 dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan.

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan. 1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara agaris yang memiliki iklim tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan perkebunan. Hampir

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Oktober 212 sampai dengan Januari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. tanah Regosol Sedimen. Tanah ini mempunyai ciri ciri diantaranya bertekstur kasar,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. tanah Regosol Sedimen. Tanah ini mempunyai ciri ciri diantaranya bertekstur kasar, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Pasir Pantai Secara umum lahan pasir pantai dapat dikategorikan tanah regosol. Menurut Darmawijaya (1992), berdasarkan bahan induknya tanah Regosol dapat dibedakan menjadi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut. Penelitian

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat Tanaman tomat diduga berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan terutama Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke Italia, Jerman dan negaranegara Eropa lainnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap pemupukan. Pemberian pupuk merupakan faktor yang penting dalam budidaya jagung manis

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan September - November 2014. B. Bahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang Kecamatan Kampar dengan ketinggian tempat 10 meter di atas permukaan laut selama 5 bulan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AREN (Arenga pinnata) Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang belum banyak dikenal. Banyak bagian yang bisa dimanfaatkan dari pohon ini, misalnya akar untuk obat tradisional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci