STUDI EKSPERIMENTAL MENGENAI SIFAT SEGAR DARI BETON MEMADAT MANDIRI YANG MENYERTAKAN FLY ASH DALAM VOLUME TINGGI (226M)
|
|
- Budi Kartawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 STUDI EKSPERIMENTAL MENGENAI SIFAT SEGAR DARI BETON MEMADAT MANDIRI YANG MENYERTAKAN FLY ASH DALAM VOLUME TINGGI (226M) Sunarmasto 1, Stefanus A Kristiawan 2, Achmad Basuki 3 and Nicken A Putri 4 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta mastolabstruktur@yahoo.co.id 2 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta sa_kristiawan@uns.ac.id 3 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta achmadbasuki@yahoo.com 4 Mahasiswa S 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta ABSTRAK Studi eksperimental ini bertujuan untuk mengkarakterisasi sifat segar dari beton memadat mandiri yang menyertakan fly ash dalam volume tinggi. Proporsi beton yang diinvestigasi dalam studi ini diperoleh dengan pertama, menentukan proporsi semen, agregat halus, agregat kasar dan air serta superplasticizer dengan mengikuti pedoman rancang campur beton memadat mandiri untuk mencapai target flow table sekitar 700 mm. Setelah itu sebagian semen diganti dengan fly ash dalam kisaran 50-70% dari berat semen. Sifat kemampuan mengisi (fillingability), kemampuan melewati halangan (passingability) dan resisten terhadap segregasi dari beton jenis ini terkait dengan sifat deformasi dan viskositas campuran yang mana sifat-sifat ini dikarakterisasi dengan kombinasi uji flow table, J-Ring, L-Box, Box Type dan V-funnel. Hasil studi mengindikasikan seluruh campuran masuk kategori beton memadat mandiri berdasarkan kriteria ketinggian pengisian pada uji Box type. Proporsi fly ash mempengaruhi sifat deformasi dan viskositas campuran: pada kadar penggantian semen oleh fly ash sebesar 60% diperoleh tingkat penyebaran (pengaliran) tertinggi pada pengujian slump slow dan J-Ring; sekaligus juga menghasilkan kecepatan aliran yang paling tinggi dari uji slump flow, J-ring dan V-funnel. Di sisi lain kecepatan aliran yang diperoleh dari uji L-Box memberikan kecenderungan semakin tinggi fly ash semakin cepat aliran. Kata kunci: petunjuk, penulisan, seminar 1. PENDAHULUAN Beton memadat mandiri adalah beton yang mampu mengalir sendiri untuk mengisi ruang-ruang kosong dalam bekisting dengan tingkat penggunaan alat pemadat yang sangat sedikit atau bahkan tidak menggunakan alat pemadat sama sekali. Beton ini akan mengalir ke semua celah di tempat pengecoran dengan memanfaatkan berat sendiri. (Ladwing et al, 2001). Teknologi beton memadat mandiri ini pertama kali dikembangkan dalam rangka menjawab kebutuhan untuk memperoleh beton terpasang yang memiliki kepadatan maksimal (tidak keropos) dengan meminimalkan faktor kemampuan pekerja terutama pada daerah yang rapat tulangan. Teknologi beton ini diperkenalkan oleh Okamura tahun Sejak saat itu peneliti-peneliti lain telah turut menyumbangkan dalam pengembangkan beton memadat mandiri ini antara lain Maekawa dan Ozawa (1999) yang mempelajari sifat fundamental dari workability sehingga berperan dalam merumuskan batasan proporsi campuran yang dapat menghasilkan beton memadat mandiri. Sementara itu ekplorasi sifat mekanik dan durabilitas juga menarik perhatian beberapa peneliti lain (Ravindrarajah et al, 2003, Babu et al, 2008). Perbedaan utama beton memadat mandiri dengan beton konvensional adalah dalam hal komposisi bahan yang digunakan. Okamura dan Ozawa (1995) menyarankan spesifikasi beton memadat mandiri antara lain; (i) agregat kasar yang digunakan adalah 50% dari volume solid, agar mortar dapat melewati sela-sela dari agregat kasar yang kurang rapat tersebut; (ii) volume agregat halus ditetapkan hanya 40% dari volume total mortar; (iii) rasio volume untuk air dan bahan pengikat ditetapkan antara 0,9 hingga 1 tergantung pada sifat pada bahan pengikatnya dan; (iv) dosis superplasticizer dan faktor air-bahan pengikat ditentukan setelahnya untuk mendapatkan pemadatan secara mandiri. Dari apa yang disarankan oleh Okamura dan Ozawa (1995) tersebut terlihat bahwa komposisi penggunaan bahan dengan ukuran butir yang kecil cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan yang digunakan pada beton konvensional. Pengurangan jumlah agregat dengan konsekuensi peningkatan volume pasta dan mortar menyebabkan friksi antar agregat menjadi berkurang sehingga beton segar dengan mudah berdeformasi. Selain volume, ukuran butir agregat halus yang semakin lembut diperlukan untuk menghasilkan mortar yang deformable sekaligus untuk Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, Oktober 2013 M - 207
2 menjaga viskositas (kekentalan) campuran. Viskositas ini perlu dijaga agar beton yang memiliki sifat mengalir ini tidak mengalami segregasi (Ouchi et.al, 1998). Peneliti lain seperti Hela dan Hubertova (2006) juga menyebutkan pentingnya ukuran butiran yang lembut yang berfungsi sebagai bahan pengisi. Mereka menyarankan penggunaan porsi bahan pengisi sekitar 40 % dari volume total campuran beton. Termasuk dalam kategori bahan pengisi ini adalah pasir butiran halus dengan ukuran butiran maksimum sebesar 0,125 mm. Porsi besar bahan pengisi menyebabkan campuran bahan pengisi ini cenderung berperilaku sebagai pasta yang mana hal ini dapat meningkatkan sifat pengaliran sekaligus viskositas campuran beton. Bahan dengan ukuran butiran lembut lain yang dapat digunakan sebagai bahan pengisi dalam pembuatan beton memadat mandiri antara lain fly ash, silica fume, blastfurnace slag, metakaolin dan lain-lain. Fly ash sebagai bahan dengan butiran partikel yang lembut serta berbentuk bulat memungkinkan digunakan sebagai bahan pengisi (filler) sekaligus sebagai lubrikan. Fungsi filler selain mengisi ruang-ruang kosong antar agregat, juga meningkatkan viskositas campuran agar terhindar dari segregasi seperti disebutkan sebelumnya. Sementara sebagai lubrikan, fly ash dapat mengurangi friksi antar partikel sehingga meningkatkan workability (Haque et al, 1984). Peningkatan workability juga memungkinkan pengurangan penggunaan air sehingga potensi beton yang dihasilkan akan memiliki kuat tekan yang tinggi sebagaimana tuntutan untuk aplikasi beton struktural meskipun beberapa jenis fly ash seperti calcareuos fly ash memiliki kecenderungan yang sebaliknya (Papayianni and Anastasiou, 2011). Pengaruh volume fly ash ini akan diivestigasi kaitannya dengan sifat segar beton memadat mandiri. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat menjadi salah satu petunjuk dalam rangka merumuskan rancang campur beton memadat mandiri yang menyertakan fly ash dalam volume tinggi. Kinerja memadat mandiri dari beton segar diukur dengan parameter kemampuan mengisi (fillingability), kemampuan mengalir melewati celah antar tulangan (passingability) dan resistance to segregation. Parameter lain yang juga dapat dijadikan ukuran memadat mandiri adalah stabilitas perataan permukaan atau self-leveling. Parameter-parameter ini terkait dengan sifat mengalir (flowability) dan viskositas beton segar. Harus disadari bahwa parameter-parameter tersebut saling terkait satu dengan lainnya sehingga setiap jenis pengujian tidak dapat mengisolasi hanya untuk mengkarakterisasi satu parameter saja. Pada penelitian ini pengujian terhadap parameterparameter tersebut menggunakan kombinasi 5 (lima) metode (Kumar, 2006; Takada and Tangtermsirikul, 2000) yaitu Flow table test, J-ring flow table test, L-box test, Box type test, dan V-funnel test. Pengujian Flow table test merefleksikan fillingability yang ditandai oleh kemampuan beton mengalir dan tetap mempertahankan homogenitasnya. Kemampuan mengalir ditunjukkan dengan diameter sebaran dan homogenitas beton segar tergantung dari viskositas campuran yang dalam pengujian ini diindikasikan oleh kecepatan aliran meskipun kecepatan aliran ini juga dipengaruhi oleh diameter sebaran. J-ring flow table merupakan pengujian untuk mengukur kemampuan beton segar dalam melewati celah selama pengaliran berlangsung. Kemampuan melewati celah ini memerlukan sifat beton yang dapat mengalir sekaligus memerlukan tingkat viskositas yang moderat. Terlalu rendah viskositas beton segar akan cenderung mengakibatkan agregat kasar mengumpul dimuka tulangan yang pada akhirnya akan menghalangi pengaliran beton (aggregate blocking). Sebaliknya terlalu tinggi viskositas campuran maka beton akan cenderung lambat dalam pengaliran sehingga dibutuhkan energi yang besar untuk melewati halangan/tulangan (Tangtermsirikul and Khayat, 2000). Apabila energi ini tidak dapat disediakan oleh gravitasi beton itu sendiri, maka beton tidak akan mampu melewati halangan. Pada pengujian J-Ring flow table, beton segar terhalang oleh tulangan ketika sedang menyebar. Posisi halangan yang demikian sebenarnya lebih tepat menjadi pengukur parameter segregasi dimana diamater sebaran yang kecil langsung dapat dikaitkan dengan jumlah agregat yang mengumpul dimuka tulangan dan menjadi penghalang aliran. Hal ini berbeda dengan L-Box yang mengukur kinerja pengaliran beton segar melewati komponen besi penghalang dimana berat beton segar yang berada dalam kotak vertikal memberikan daya dorong beton untuk melewati celah tulangan tersebut. L-Box sekaligus juga mengevaluasi stabilitas perataan permukaan mandiri. Sementara itu Box type test lebih mengkhususkan untuk pengujian kemampuan mengisi hingga beton segar mencapai stabilitas perataan permukaan mandiri. Hal ini dapat menunjukkan self-compactibility dari beton segar. Sedangkan V-funnel mengukur kemampuan mengalir beton segar ketika proses penuangan dilakukan. Kecepatan beton mengalir dalam uji V-funnel dapat memberi indikasi tingkat viskositas campuran (Ouchi, 2000). 2. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Bahan dan Proporsi Campuran Agregat kasar yang digunakan memiliki diameter maksimum 10 mm dengan specific gravity sebesar 2,703 gr/cm 3. Berdasarkan pengujian pendahuluan yang telah dilakukan, volume agregat kasar yang memungkinkan diperolehnya beton memadat mandiri dengan target flow sebesar 700 mm adalah dalam rentang 30-35% dari volume total beton. Sementara agregat halus yang digunakan memiliki specific gravity 2,7811 gr/cm 3. Pada penelitian ini perancangan campuran beton memadat mandiri mengikuti ketentuan Okamura and Ozawa (1995) dengan menetapkan volume agregat kasar dan halus masing-masing sebesar 30% dari total volume beton dan 40% dari total volume mortar. M Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, Oktober 2013
3 Selanjutnya jumlah semen yang diperoleh dalam perancangan campuran ini sebagian diganti dengan fly ash. Besarnya fly ash yang digunakan untuk mengganti sebagian semen adalah dalam rentang 50-70%. Faktor air binder (semen+fly ash) yang digunakan adalah sama untuk semua campuran yaitu sebesar 0,286. Hasil akhir proporsi campuran secara lengkap ditunjukkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Proporsi campuran beton memadat mandiri yang diteliti Identitas Fly Ash (kg) Semen (kg) Kerikirl (kg) Pasir (kg) Air (kg) Superplasticizer (kg) 50% ,37 55% ,37 60% ,37 65% ,37 70% ,37 Pengujian Parameter Memadat Mandiri Pengujian parameter memadat mandiri menggunakan 5 jenis metode dan mengikuti prosedur sebagaimana diuraikan dalam Kumar (2006) dan Takada and Tangtermsirikul (2000). Secara ringkas pengujian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Flow table test : Alat ini terdiri dari papan aliran dengan permukaan yang licin berukuran 80 cm x 80 cm dengan kerucut pengarah tuangan beton segar setinggi 30 cm dengan diameter atas 10 cm dan diameter bawah 20 cm. Papan aliran ini dilengkapi marka garis dengan dimeter 50 cm yang berfungsi untuk mengukur kecepatan waktu aliran beton dalam melewati diameter 50 cm yang dinyatakan dalam nilai t 500. J-Ring flow table test: Alat yang digunakan serupa dengan flow table test yang dilengkapi dengan besi penghalang terpasang tegak masingmasing berjarak seragam dengan formasi lingkaran diameter 30 cm di bagian tengah papan aliran. Papan aliran juga dilengkapi marka garis dengan dimeter 50 cm yang berfungsi untuk mengukur kecepatan waktu aliran beton dalam melewati diameter 50 cm yang dinyatakan dalam nilai t 500. L-Box Test: Alat terdiri dari dua prisma berongga saling berhubungan membentuk huruf L yang memungkinkan beton segar mengalir di dalamnya. Proses pengujiannya dilakukan dengan cara menuang beton segar ke dalam rongga prisma tegak dengan bagian bukaan dalam posisi tertutup. Bila rongga prisma telah terisi penuh, bukaan dilepas sehingga beton cair dapat mengalir melewati prisma horisontal. Waktu pengaliran dicatat sebagai waktu pengaliran sepanjang 200 mm (t 200 ) dan 400 mm (t 400 ) dari bukaan. Nilai h 1 dan h 2 dicatat untuk evaluasi stabilitas perataan permukaan mandiri (self leveling). Box type test: Alat ini berbentuk dua prisma berongga yang memungkinkan beton segar mengalir di dalamnya. Alat ini saling berhubungan membentuk kotak. Jika nilai h 1 dan h 2 hampir sama atau rasio h 2 /h 1 mendekati 1, maka selfcompactibility dari beton semakin baik. Ouchi (2000) menyatakan bahwa apabila ketinggian pengisian h 2 mencapai 300 mm, maka beton dikatakan masuk kategori memadat mandiri. V funnel test: Alat uji ini berbentuk huruf V dan terdapat katup pembuka pada bagian bawahnya. Waktu pengaliran dicatat sebagai waktu pengaliran hingga beton tertuang habis (t). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran parameter memadat mandiri di sajikan dalam Tabel 2. Beberapa pengujian dapat secara sensitif menunjukkan pengaruh kadar fly ash terhadap nilai parameter memadat mandiri tetapi untuk pengujian Box type tampaknya tidak cukup sensitif untuk menjadi pembeda. Ouchi (2000) menyebut sebenarnya pengujian Box type merupakan pengujian yang secara langsung menjadi indikator memadat mandiri apabila hasil uji menunjukkan ketingian pengisian h 2 mencapai diatas 300 mm. Berdasarkan kriteria ini seluruh beton yang diteliti dapat dimasukkan dalam kategori beton memadat mandiri. Namun demikian, pengaruh fly ash terhadap kemampuan beton segar dalam berdeformasi serta viskositasnya kurang dapat dideteksi melalui pengujian Box type ini. Hal ini secara nyata dibuktikan dari hasil pengujian Box type yang menunjukkan ketinggian pengisian h 2 hampir sama untuk seluruh campuran. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, Oktober 2013 M - 209
4 Tabel 2. Hasil uji beton segar Jenis Pengujian Flow Table J-Ring L-Box type Box type V funnel Parameter Hasil uji pada beton dengan kadar fly ash: 50% 55% 60% 65% 70% diameter (mm) t500 (detik) 3,77 9,51 2,43 2,02 2,41 kecepatan (mm/det) diameter (mm) t500 (detik) 7,18 13,60 2,05 2,01 2,62 kecepatan (mm/det) t200 (detik) 6,69 3,73 3,16 3,00 1,50 t400 (detik) 18,63 16,81 13,25 15,08 11,66 h2/h1 0,81 0,41 0,88 0,67 0,63 h2 (mm) h2/h1 1,00 1,00 0,81 1,00 0,94 t (detik) 13,72 20,77 12,36 11,50 12,43 Rc = 10/t 0,73 0,48 0,81 0,87 0,80 Diameter sebaran (mm) Flow Table J-Ring Kecepatan (mm/det) Flow Table J-Ring Gambar 1. Pengaruh fly ash terhadap diameter sebaran dan kecepatan aliran pada uji slump flow dan J-Ring Pengaruh fly ash terhadap kemampuan beton berdeformasi dapat ditelusuri dari hasil uji slump flow terutama nilai sebaran maximumnya sedangkan nilai kecepatan aliran dalam pengujian slump flow lebih menunjukkan viskositas campuran beton. Viskositas campuran juga dapat dideteksi dari hasil uji V-funnel. Meskipun demikian, harus diingat bahwa kemampuan beton segar dalam memadat mandiri yang mencakup fillingability, passingability dan resistance to segregation sangat dipengaruhi oleh sifat deformasi dan viskositasnya dimana kedua sifat ini tidak mungkin diisolasi dalam satu jenis pengujian. Gambar 1 menunjukkan pengaruh fly ash terhadap nilai diameter sebaran dan kecepatan aliran dari uji slump flow dan J-Ring. Dari gambar tersebut terlihat bahwa pengaruh kadar fly ash terhadap sifat deformasi maupun viskositas beton segar relatif menunjukkan kecenderungan yang sama; dimana pada kadar penggantian semen dengan fly ash sebesar 60% memberikan nilai maksimum pada kedua parameter. Tinggi rendahnya tingkat deformasi sangat berkaitan dengan yield stress dalam rheology beton menurut model Bingham. Yield stress dapat dikurangi dengan membuat campuran semakin cair misalnya penambahan air. Penurunan yield stress dapat mempertinggi kemampuan beton berdeformasi. Pada beton dengan kadar fly ash 60%, dimungkinkan air yang terdapat pada campuran menjadi berlebih dari yang diperlukan untuk mencapai tingkat workability yang tepat. Kehadiran fly ash sebesar 60% sebagai pengganti semen ini berperan sebagai lubrikan sehingga menambah workability padahal air yang terdapat dalam campuran tidak berkurang. Akibatnya beton dengan kadar fly ash 60% ini menjadi lebih encer dan menunjukkan deformasi dan kecepatan aliran yang tinggi. Uniknya apabila fly ash yang dipakai sebagai pengganti sebagian semen ini semakin ditambah kadarnya (65-70%), ada kecenderungan penurunan kemampuan deformasi dan kecepatan aliran. Ini mengindikasikan beton segar cenderung lebih kental dibandingkan dengan beton pada kadar fly ash 60%. Perubahan karakteristik beton segar yang demikian ini dapat dikaitkan oleh M Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, Oktober 2013
5 jumlah komponen halus yang semakin besar. Sebagai mana diketahui, fly ash lebih ringan dari semen sehingga pada penggantian semen dengan fly ash pada berat yang sama maka akan diperoleh volume yang lebih besar. Proporsi komponen halus yang lebih besar dapat meningkatkan viskositas campuran. Hal ini terbukti dari diameter sebaran dan kecepatan aliran yang menurun ketika fly ash dinaikkan kadarnya diatas 60% (Gambar 1). Diberikannya halangan pada uji J-Ring jelas menurunkan diameter sebaran karena sebagaian beton segar tertahan oleh halangan ini. Jumlah agregat kasar yang menumpuk dimuka halangan dan menyebabkan menurunnya diameter sebaran dapat menunjukkan potensi segregasi dari campuran beton. Segregasi terjadi karena pada saat beton segar mengalir dan terhalang oleh tulangan, komponen halus (mortar) cenderung memisahkan diri. Hal ini dapat disebabkan oleh viskositas yang terlalu rendah. Rendahnya nilai viskositas dapat diindikasikan dari kecepatan aliran; semakin rendah viskositas campuran akan mengalir lebih cepat dan sebaliknya. Gambar 1 menunjukkan pada kadar penggantian semen dengan fly ash dibawah 60%, kecepatan aliran yang diukur dari pengujian J-Ring lebih kecil dibandingkan hasil yang diperoleh dari uji slump flow. Sebaliknya pada kadar fly ash diatas 60% kecepatan aliran hasil uji J-Ring relatif berada diatas atau hampir sama dengan hasil uji slump flow. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: pada kadar fly ash dibawah 60% air yang terdapat dalam campuran relatif tepat proporsinya sehingga campuran memiliki viskositas yang moderat. Pada saat melewati halangan pada uji J-Ring, sebagian komponen beton tertahan di muka halangan dan sebagian komponen lainnya terus mengalir melewati halangan. Adanya penghalang ini memperlambat aliran sebelum akhirnya komponen yang dapat melewati halangan bisa mengalir lagi. Mengingat komponen yang tertahan di muka halangan sebagian besar adalah agregat kasar, maka seharusnya aliran dari komponen yang lolos halangan (lebih banyak komponen halus) dapat lebih cepat. Namun dengan viskositas yang moderat, hal ini tidak terjadi. Hasil akhirnya adalah kecepatan aliran yang lebih lambat dibandingkan dengan hasil uji slump flow. Sebaliknya pada beton dengan kadar fly ash 60% yang relatif lebih encer, meskipun halangan yang terdapat pada uji J-Ring mula-mula memperlambat aliran, tetapi pada akhirnya sangat dimungkinkan komponen yang lolos halangan akan bergerak dengan kecepatan yang tinggi. Hasil akhirnya, kecepatan aliran hasil uji J-Ring lebih tinggi dari uji slump flow. V funnel test: Rc y = -7E-06x 2 + 4x R² = Flow Table: Kecepatan (mm/det) Gambar 2. Korelasi V-funnel test dengan kecepatan aliran dalam uji slump flow dan J-Ring V funnel test: t (det) y = 1x x R² = Flow Table test: diameter sebaran (mm) V funnel test: t (det) y = 0x x R² = J-Ring test: diameter sebaran (mm) Gambar 3. Korelasi V-funne test dengan diameter sebaran hasil uji slump flow dan J-Ring Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, Oktober 2013 M - 211
6 L Box Test: h2/h L Box Test (det) y = 62.57x x R² = y = 95.14x x R² = t200 t400 Gambar 4. Hasil pengujian L-Box Sementara itu telah dikemukakan sebelumnya, V-funnel test mengukur kecepatan penuangan melalui lubang yang mana hasil pengujian ini dapat menjadi indek viskositas campuran sama seperti kecepatan aliran pada uji slump flow maupun J-Ring. Mengingat hal ini, maka kecepatan relatif aliran dalam uji V-funnel (Rc) memiliki korelasi dengan kecepatan aliran yang diperoleh dari uji slump flow maupun J-Ring (Gambar 2). Tangtermsirikul and Khayat (???) berpendapat bahwa meskipun V-funnel dapat menjadi indikator dari viskositas campuran tetapi nilai yang diperoleh dari hasil uji V-funnel juga dipengaruhi oleh sifat deformasi campuran. Semakin besar deformasi beton segar yang diindikasikan dari besarnya nilai diameter sebaran pada uji slump flow ataupun J-Ring maka akan semakin besar pula nilai kecepatan relatif yang diperoleh pada uji V-funnel. Berdasarkan hal ini, kedua parameter memiliki korelasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Pengujian L-Box memberikan kecenderungan hasil yang serupa dengan hasil pengujian slump flow (bandingkan Gambar 1 dan 4 ). Kesamaan kecenderungan pada gambar-gambar tersebut memunculkan intepretasi bahwa ratio h2/h1 dipengaruhi secara dominan oleh sifat deformasi beton. Ratio ketinggian h 2 /h 1 sebenarnya menunjukkan indikasi stabilitas perataan permukaan dimana indek ini tidak hanya dipengaruhi oleh sifat deformasi tetapi juga oleh viskositas campuran. Beton yang memiliki sifat deformasi tinggi akan mudah melewati halangan dalam pengujian L-Box untuk selanjutnya terus mengalir secara horizontal sampai mencapai stabilitas perataan permukaan. Kecepatan aliran horizontal ini terkait dengan viskositas campuran sebagai mana kecepatan aliran dalam uji slump flow, J-Ring maupun V-funnel. Berbeda dengan kecepatan aliran dalam uji slump flow maupun J-Ring yang tidak distimulasi oleh berat beton diatasnya, pada pengujian L-Box kecepatan aliran sangat dipengaruhi oleh berat beton segar yang berada dalam kotak vertikal. Beton yang memiliki viskositas tinggi cenderung membutuhkan energi yang banyak untuk mengalir serta melewati halangan dalam uji L-Box. Energi ini diperoleh dari berat sendiri beton yang berada dalam kotak vertikal tersebut. Tingginya beton dalam kotak vertikal ini dapat menjadi petunjuk bahwa energi yang diperlukan untuk mendorong beton segar melewati halangan serta mencapai stabilitas perataan permukaan cukup tinggi. Dalam penelitian ini, pengaruh kadar fly ash tampak nyata pada pengukuran nilai waktu aliran (Gambar 4 ) dimana semakin tinggi kadar fly ash waktu aliran cenderung menurun. Hal ini berbeda dengan kecenderungan kecepatan aliran pada pengujian slump flow. Pada kadar fly ash yang tinggi, meskipun viskositas campuran lebih tinggi sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya, tetapi ketersediaan energi dari berat beton yang berada dalam kotak vertikal cukup memadai untuk melawan gaya friksi yang terjadi sehingga campuran dapat bergerak dengan kecepatan yang cukup besar. Butiran fly ash yang lembut dan bulat memungkinkan dorongan dari berat beton segar di kotak vertikal mengakselerasi kecepatan sehingga pada akhirnya beton dengan kadar fly ash semakin tinggi dapat bergerak semakin cepat dan waktu tempuh menjadi pendek. 4. KESIMPULAN Penelitian ini memberikan gambaran mengenai pengaruh fly ash dalam memodifikasi sifat deformasi dan viskositas beton memadat mandiri. Kecenderungan beton untuk memadat mandiri yang diamati dari uji Box type menunjukkan seluruh campuran memenuhi kriteria memadat mandiri. Deformasi beton yang diindikasikan dari diameter sebaran pada uji slump flow dan J-Ring menunjukkan bahwa penggantian semen dengan fly ash pada kadar 60% memberikan tingkat deformasi yang tertinggi. Sementara viskositas beton segar yang ditunjukkan dari hasil kecepatan aliran dalam pengujian slump flow /J-Ring maupun kecepatan relatif pada pengujian V-funnel juga menghasilkan kesimpulan viskositas terendah (kecepatan aliran tertinggi) diperoleh pada kadar fly ash 60%. Hal ini berbeda dengan kecepatan aliran pada pengujian L-Box dimana terdapat kecenderungan semakin tinggi kadar fly ash semakin cepat beton mengalir sehingga waktu tempuh t 200 dan t 400 menjadi lebih pendek. Stablititas perataan M Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, Oktober 2013
7 permukaan yang ditunjukkan dari hasil uji L-Box mengindikasikan bahwa sifat deformasi lebih dominan dalam menentukan stabilitas perataan permukaan ini. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah memberikan dukungan dana sehingga penelitian ini dapat terlaksana melalui skema hibah desentralisasi (Hibah Unggulan Madya Perguruan Tinggi) pada tahun DAFTAR PUSTAKA (DAN PENULISAN PUSTAKA) Babu, T.S., Rao, M.V.S., and Seshu, D.R. (2008). Mechanical properties and stress-strain behaviour of self compacting concrete with and without glass fibres, Asian Journal of Civil Engineering (Building and Housing), Vo. 9 No. 5, pp Haque, M., Langan, B. and Ward, M. (1984). High fly ash concrete, ACI Materials Journal. Jan-Peb, pp Hela, R. and Hubertova, M. (2006). Selbverdichtender Beton (SVB), Teil 2 : Bastandteile, Methoden, und Grundseatze des Entwurfs, Beton Fertigteil (BFT), No.3, March pp Kumar, P. (2006). Self Compacting Concrete : Methods of Testing and Design, I E (I) Journal-CV, Vol 86, February 2006, pp Ludwing, H.M., Weise, F., Hemrich, W. and Ehrlich, N. (2001). Der neue Beton Selbstverdichhtender Beton Grundlagen und Praxis, Beton Fertigteil (BHF), No. 7, July Maekawa, K and Ozawa, K. (1999). Development of SCC s prototype, Self Compacting High Performance Concrete, Social System Institute, pp Okamura, H. and Ozawa, K. (1995). Mix design for self compacting concrete, Concrete Library of JSCE, No. 25, pp Ouchi, M. (2000). Self-Compacting Concrete-Development, Applications and Investigations, Nordic Concrete Research Publication 23, Ouchi, M., Hibino, M., Ozawa, K and Okamura, H. (1998). A rational mix-design method for mortar in selfcompacting concrete, Proceeding of the 6 th East Asia-Pacific Conference on Structural Engineering and Construction, Taipei, ROC, Vol. 2, pp Pappayiani, I and Anastasiou, E. (2011). Development of self compacting concrete by using high volume calcareous fly ash, World of Coal Ash Conference, Denver, USA, May Ravindrarajah, R. S., Siladyi, D. and Adamopoulos, B. (2003). Development of high strength self compacting concrete with reduced segregation potential. Proceeding of the 3 rd International RILEM Symposium, Reykjavik, Iceland, August Takada, K., & Tangtermsirikul, S. (2000). Part IV-Testing of fresh concrete, in: A. Skarendahl, O. Petersson (Eds.), Self-Compacting Concrete, State-of-the-Art Report of RILEM Technical Committee, Tangtermsirikul, S and Khayat, K. (2000). Part III: Fresh concrete properties, in: A. Skarendahl, O. Petersson (Eds.), Self-Compacting Concrete, State-of-the-Art Report of RILEM Technical Committee, Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, Oktober 2013 M - 213
PENGARUH RASIO SEMEN - FLY ASH TERHADAP SIFAT SEGAR DAN KUAT TEKAN HIGH VOLUME FLY ASH - SELF COMPACTING CONCRETE (HVFA-SCC)
ISSN 2354-8630 PENGARUH RASIO SEMEN - FLY ASH TERHADAP SIFAT SEGAR DAN KUAT TEKAN HIGH VOLUME FLY ASH - SELF COMPACTING CONCRETE (HVFA-SCC) Nicken Anggini Putri 1), Stefanus A Kristiawan 2), Sunarmasto
Lebih terperinciPENGARUH KADAR FLY ASH TERHADAP KEBUTUHAN AIR DAN KUAT TEKAN HIGH VOLUME FLY ASH - SELF COMPACTING CONCRETE (HVFA SCC)
ISSN 2354-8630 PENGARUH KADAR FLY ASH TERHADAP KEBUTUHAN AIR DAN KUAT TEKAN HIGH VOLUME FLY ASH - SELF COMPACTING CONCRETE (HVFA SCC) Aisyiyah Fitria Ekasanti 1), Stefanus A Kristiawan 2), Sunarmasto 3)
Lebih terperinciKAJIAN PENGARUH VARIASI KOMPOSISI SILICA FUME TERHADAP PARAMETER BETON MEMADAT MANDIRI DENGAN KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI
KAJIAN PENGARUH VARIASI KOMPOSISI SILICA FUME TERHADAP PARAMETER BETON MEMADAT MANDIRI DENGAN KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI Sherli Pramudhita Hapsari 1), Wibowo 2), Endah Safitri 3) 1) Mahasiswa Fakultas
Lebih terperinciPENGARUH VOLUME AGREGAT HALUS TERHADAP SIFAT SEGAR DAN KUAT TEKAN PADA HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE (HVFAC)
PENGARUH VOLUME AGREGAT HALUS TERHADAP SIFAT SEGAR DAN KUAT TEKAN PADA HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE (HVFAC) Valentino Rio Andriawan 1), Stefanus A Kristiawan 2), Sunarmasto 3) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik
Lebih terperinciThe 1 st INDONESIAN STRUCTURAL ENGINEERING AND MATERIALS SYMPOSIUM Department of Civil Engineering Parahyangan Catholic University
PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI POWDER PADA SELF-COMPACTING CONCRETE Bernardinus Herbudiman 1 ; Chandra Januar 2 1 Dosen dan Peneliti Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional, Bandung 2 Alumni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyaknya inovasi desain bangunan dalam perkembangan dunia konstruksi, mendorong munculnya teknologi beton yang lebih baik dari beton konvensional. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciKAJIAN INTERVAL RASIO AIR-POWDER BETON SELF-COMPACTING TERKAIT KINERJA KEKUATAN DAN FLOW (009M)
KAJIAN INTERVAL RASIO AIR-POWDER BETON SELF-COMPACTING TERKAIT KINERJA KEKUATAN DAN FLOW (009M) Bernardinus Herbudiman 1, dan Sofyan Ependi Siregar 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penggunaan Agregat Halus untuk Beton Pujiono (2013) melakukan pengujian yang sama terhadap bahan susun beton yaitu agregat halus (pasir) yang berasal dari Sungai Progo.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi beton dalam bidang konstruksi semakin pesat, baik dari segi material maupun metode pelaksanaan konstruksi yang dilakukan. Dalam pekerjaan pembetonan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Persen lolos saringan (%) 89 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan Dasar Material Pengujian bahan dan benda uji dilaksanakan sesuai dengan tata cara dan standar pengujian yang
Lebih terperinciKATA KUNCI : rheology, diameter, mortar, fly ash, silica fume, superplasticizer.
PENGARUH DARI PENGGUNAAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP RHEOLOGY PASTA DAN MORTAR DENGAN CEMENTITIOUS MATERIALS Sam Wahyudi Winata 1, Fanuel Jeffry Christianto 2, Antoni 3, Djwantoro Hardjito 4 ABSTRAK : Tercapainya
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN SLAG BESI TERHADAP KEKUATAN TEKAN DAN FLOWABILITY PADA SELF COMPACTING CONCRETE
PENGARUH PENAMBAHAN SLAG BESI TERHADAP KEKUATAN TEKAN DAN FLOWABILITY PADA SELF COMPACTING CONCRETE Apryangki Wahono 1, Agustinus Andy Nugroho 2, Handoko Sugiharto 3 ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciBETON RINGAN SELF-COMPACTING DENGAN AGREGAT DAN POWDER LIMBAH PECAHAN GENTING MERAH
BETON RINGAN SELF-COMPACTING DENGAN AGREGAT DAN POWDER LIMBAH PECAHAN GENTING MERAH Bernardinus Herbudiman 1, Lady Dinarti Dewi 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung, Jl.
Lebih terperinciPENELITIAN MENGENAI PENINGKATAN KEKUATAN AWAL BETON PADA SELF COMPACTING CONCRETE
Civil Engineering Dimension, Vol. 8, No., 87 9, September 6 ISSN 11-953 PENELITIAN MENGENAI PENINGKATAN KEKUATAN AWAL BETON PADA SELF COMPACTING CONCRETE Handoko Sugiharto Dosen Fakultas Teknik Sipil &
Lebih terperinciPengaruh Penambahan Admixture Jenis F dan Substitusi Silica Fume terhadap Semen pada Kuat Tekan Awal Self Compacting Concrete
Pengaruh Penambahan Admixture Jenis F dan Substitusi Silica Fume terhadap Semen pada Kuat Tekan Awal Self Compacting Concrete Larry Djono 1, Rahmi Karolina 2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciSIFAT RHEOLOGY SEMEN PASTA DITINJAU DARI CAMPURAN MATERIAL PENYUSUNNYA DAN PENGGUNAAN SUPERPLASTICIZER
SIFAT RHEOLOGY SEMEN PASTA DITINJAU DARI CAMPURAN MATERIAL PENYUSUNNYA DAN PENGGUNAAN SUPERPLASTICIZER Ignatius Kevin Wibowoputra 1, Christian Wanandi, Antoni 3, Effendy Tanojo 4 ABSTRAK : Rheology merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton High Volume Fly Ash (HVFA) Herbudiman dan Akbar (2015) melakukan penelitian mengenai beton High Volume Fly Ash (HVFA) dengan maksud untuk mengkaji secara eksperimental
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Zai, dkk (2014), melakukan penelitian Pengaruh Bahan Tambah Silica
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Zai, dkk (2014), melakukan penelitian Pengaruh Bahan Tambah Silica Fume dan Superplasticizer Terhadap Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi dengan Metode ACI. Pada penelitian tersebut dilakukan
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP FLOWABILITY DAN KUAT TEKAN SELF COMPACTING CONCRETE ABSTRAK
VOLUME 12 NO. 2, OKTOBER 2016 PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP FLOWABILITY DAN KUAT TEKAN SELF COMPACTING CONCRETE Dhany Setyawan 1, Fadillawaty Saleh 1, Hakas Payuda 1 ABSTRAK Self
Lebih terperinciPENGARUH KOMPOSISI PASIR DAN UKURAN AGREGAT KASAR MAKSIMUM TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN, POROSITAS, DAN KUAT TEKAN BETON MEMADAT MANDIRI
PENGARUH KOMPOSISI PASIR DAN UKURAN AGREGAT KASAR MAKSIMUM TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN, POROSITAS, DAN KUAT TEKAN BETON MEMADAT MANDIRI Influence of Sand Composition and Coarse Aggregate Maximum Size on
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium beton PT. Pionirbeton, Cimareme, Ngamprah, Bandung Barat. Bentuk sampel penelitian ini berupa
Lebih terperinciKOMPATIBILITAS ANTARA SUPERPLASTICIZER TIPE POLYCARBOXYLATE DAN NAPHTHALENE DENGAN SEMEN LOKAL
Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 1 Mei 7 KOMPATIBILITAS ANTARA SUPERPLASTICIZER TIPE POLYCARBOXYLATE DAN NAPHTHALENE DENGAN SEMEN LOKAL Antoni
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Pembentuk Beton Beton adalah salah satu bahan bangunan yang telah umum digunakan untuk bangunan gedung, jembatan, jalan dan lain-lain. Umumnya beton tersusun dari tiga
Lebih terperinciBerat Tertahan (gram)
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Sifat Bahan Penyusun Beton Sebelum membuat mix design untuk sebagai acuan dalam membuat benda uji beton silinder, tentunya hal yang dilakukan yaitu pengujian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Kemajuan teknologi telah berdampak positif dalam bidang konstruksi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kemajuan teknologi telah berdampak positif dalam bidang konstruksi di dunia. Kemajuan teknologi konstruksi tersebut sering dikaitkan sumber daya alam yang sangat berlimpah
Lebih terperinciPENGGUNAAN FLY ASH PADA SELF COMPACTING CONCRETE (SCC)
PENGGUNAAN FLY ASH PADA SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) Jurusan Teknik Sipil UPN Veteran Jawa Timur ABSTRACT The concept new concrete of technology is effective and efficient is Self Compacting Concrete
Lebih terperinciPENGARUH KUAT TEKAN DAN HUBUNGAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI BETON SELF COMPACTING CONCRETE DENGAN MATERIAL TAMBAHAN SERAT BAJA
PENGARUH KUAT TEKAN DAN HUBUNGAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI BETON SELF COMPACTING CONCRETE DENGAN MATERIAL TAMBAHAN SERAT BAJA Bayu Pinasthika 1 dan Eduardi Prahara 2 1 Universitas Bina Nusantara, Jl. K.
Lebih terperinciUJI KARAKTERISTIK BETON SEGAR AKIBAT PENAMBAHAN SERAT POLYPROPYLENE DALAM ADUKAN SELF-CONSOLIDATING CONCRETE ABSTRAK
UJI KARAKTERISTIK BETON SEGAR AKIBAT PENAMBAHAN SERAT POLYPROPYLENE DALAM ADUKAN SELF-CONSOLIDATING CONCRETE Slamet Widodo Dosen Jurusan Pendidikan Sipil dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Lebih terperinciPENGARUH PROPORSI AGREGAT KASAR DAUR ULANG DALAM SCC TERHADAP KINERJA BETON SEGAR DAN KUAT TEKANNYA
PENGARUH PROPORSI AGREGAT KASAR DAUR ULANG DALAM SCC TERHADAP KINERJA BETON SEGAR DAN KUAT TEKANNYA Sholihin As ad 1, Endah Safitri 2, Novi Andi Setiana 3 dan Kurnia Widiantoro 4 1 Jurusan Teknik Sipil,
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PENGOLAHAN
BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN Bab ini berisi tentang penyajian data yang dihasilkan dari percobaan yang dilakukan. Penyajian data berupa tabel tabel dan gambar grafik. 4.1 Pengujian Beton Segar 4.1.1 Pengujian
Lebih terperinciSTUDI PERANCANGAN BETON HEMAT ENERGI (SELF COMPACTING CONCRETE) UNTUK BETON NORMAL, ƒc = 25MPa DENGAN METODE ACI MODIFIKASI
STUDI PERANCANGAN BETON HEMAT ENERGI (SELF COMPACTING CONCRETE) UNTUK BETON NORMAL, ƒc = 25MPa DENGAN METODE ACI MODIFIKASI Irfani Asraar, 1) Syahruddin imansyah, 2) dan Crisna Djaja Mungok 2) Abstrak
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). B. Peralatan Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton adalah suatu material yang terdiri dari campuran semen, agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambahan (admixture) bila diperlukan dengan perbandingan
Lebih terperincikeywords: high strength self compacting concrete, metakaolin, compressive strength, setting time, workability
KAJIAN PENGARUH VARIASI KOMPOSISI METAKAOLIN TERHADAP PARAMETER BETON MEMADAT MANDIRI DAN KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI Emir Ahmad Dharmawan 1), Wibowo 2), Antonius Mediyanto 3) 1)Mahasiswa Program Studi
Lebih terperinciPerlu adanya suatu alternatif bahan yang bisa mengurangi kadar semen, tetapi tidak mengurangi kekuatan (strength) beton itu sendiri dan sifat-sifat
OLEH : Dwiputro Raharjo PEMBIMBING : I Aman Ir. A S b kti MS Subakti, Tavio, ST., MT., Ph.D LATAR BELAKANG Perlu adanya suatu alternatif bahan yang bisa mengurangi kadar semen, tetapi tidak mengurangi
Lebih terperinciKAJIAN PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN BAHAN ACCELERATOR TERHADAP PARAMETER BETON MEMADAT MANDIRI DAN KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI
KAJIAN PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN BAHAN ACCELERATOR TERHADAP PARAMETER BETON MEMADAT MANDIRI DAN KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI Abstract Yuda Fadillah 1), Wibowo 2), Sunarmasto 3) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton SCC ( Self Compacting Concrete) Self Compacting Concrete atau yang umum disingkat dengan istilah SCC adalah beton segar yang sangat plastis dan mudah mengalir karena berat
Lebih terperinciJURNAL REKAYASA SIPIL DAN LINGKUNGAN Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Ketekniksipilan dan Lingkungan
JURNAL REKAYASA SIPIL DAN LINGKUNGAN Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Ketekniksipilan dan Lingkungan ISSN 0000-0000, Jurnal homepage: http://jurnal.unej.ac.id/index.php/jrsl Pengaruh Campuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baja sehingga menghasilkan beton yang lebih baik. akan menghasilkan beton jadi yang keropos atau porous, permeabilitas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang cukup pesat diikuti dengan bertambah banyaknya jumlah penduduk mengakibatkan terjadinya peningkatan yang menonjol serta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. digunakan bahan tambah yang bersifat mineral (additive) yang lebih banyak bersifat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan perkembangan di bidang struktur dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut berlangsung diberbagai bidang, misalnya gedung-gedung
Lebih terperinciPengaruh Penggunaan Bambu Sebagai Pengganti Agregat Split terhadap Kuat Tekan Beton Ringan
JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 15, No. 2, 143-148, November 2012 143 Pengaruh Penggunaan Bambu Sebagai Pengganti Agregat Split terhadap Kuat Tekan Beton Ringan (Effect of Using Bamboo as Split Aggregate
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Quality control yang kurang baik di lapangan telah menjadi masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Quality control yang kurang baik di lapangan telah menjadi masalah terhadap kualitas beton di dunia konstruksi beton saat ini. Salah satunya adalah saat proses pemadatan
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS
PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS Wahyu Kartini Jurusan Sipil Fakultas Teknik UPN Veteran Surabaya ABSTRAK Teknologi beton baru
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Lebih terperinciDehn, F., Holschemacher, K. and Weiβe, D., 2000, Self-Compacting Concrete (SCC). Time Development of the Material Properties and the Bond Behaviour,
DAFTAR PUSTAKA Adinda, NR., 2015. Pemanfaatan Spent Catalyst Rcc-15 Sebagai Agregat Mikro Dalam Self-Compacting Concrete, ISSN : 2459-9727, Seminar Nasional Teknik Sipil V Tahun 2015 UMS. ASTM C 33-74a.
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN KOMBINASI VISCOSITY MODIFYING ADMIXTURES DAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP RHEOLOGI MORTAR DAN BETON SELF COMPACTING CONCRETE
PENGARUH PENGGUNAAN KOMBINASI VISCOSITY MODIFYING ADMIXTURES DAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP RHEOLOGI MORTAR DAN BETON SELF COMPACTING CONCRETE Masyogo Pangestu 1, Ariyanto Mulya Sim 2, Antoni 3, Djwantoro
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengujian Terdahulu Agregat Halus Habibi (2016) dalam penelitiannya yang berjudul Kajian Perbandingan Kuat Tekan Beton Terhadap Jenis Pasir Di Yogyakarta melakukan pemeriksaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton adalah suatu material yang menyerupai batu yang terdiri dari semen, kerikil, pasir, air, serta tambahan material lainnya. Maraknya penggunaan beton di dunia konstruksi
Lebih terperinciSTUDI MENGENAI PERANCANGAN CAMPURAN BETON DENGAN GRADASI BERCELAH MENGGUNAKAN PEMODELAN PERILAKU RANGKAIAN PEGAS SERI
STUDI MENGENAI PERANCANGAN CAMPURAN BETON DENGAN GRADASI BERCELAH MENGGUNAKAN PEMODELAN PERILAKU RANGKAIAN PEGAS SERI Alfons Tommy Prasetyo 1 dan Priyanto Saelan 2 1,2 Program Studi Teknik Sipil, Institut
Lebih terperinciPENGARUH KADAR FLY ASH TERHADAP KINERJA BETON HVFA
Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 PENGARUH KADAR FLY ASH TERHADAP KINERJA BETON HVFA Angelina Eva Lianasari 1 dan Choirul Prahastama Aji 2 1 Program Studi
Lebih terperinciPEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.7, Juni 213 (479-485) ISSN: 2337-6732 PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD Maria M. M. Pade E. J. Kumaat,
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME DAN FILLER PASIR KWARSA
PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME DAN FILLER PASIR KWARSA Marsianus Danasi 1 dan Ade Lisantono 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl.Babarsari
Lebih terperinciPERILAKU BETON SEGAR BETON MEMADAT MANDIRI MENGGUNAKAN AGREGAT DAUR ULANG
digilib.uns.ac.id PERILAKU BETON SEGAR BETON MEMADAT MANDIRI MENGGUNAKAN AGREGAT DAUR ULANG Fresh State Behavior of Self Compacting Concrete Using Recycled Aggregate SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Dengan semakin banyaknya pemakaian bahan alternatif untuk beton, maka penelitian yang bertujuan untuk membuka wawasan tentang hal tersebut sangat dibutuhkan, terutama penggunaan
Lebih terperinciPENGGUNAAN FLY ASH DAN VISCOCRETE PADA SELF COMPACTING CONCRETE
Dimensi Teknik Sipil, Vol. 3, No. 1, Maret 21, 3-35 ISSN 141-953 PENGGUNAAN FLY ASH DAN VISCOCRETE PADA SELF COMPACTING CONCRETE Handoko Sugiharto, Gideon Hadi Kusuma Dosen Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini, para insinyur dituntut untuk memberikan inovasi-inovasi baru agar bisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia dalam bidang konstruksi saat ini menjadi suatu topik khusus tertentu yang sedang disorot banyak pihak. Seiring dengan perkembangan ini, para insinyur
Lebih terperinciKoNTekS 6 Universitas Trisakti, Jakarta November 2012
KoNTekS 6 Universitas Trisakti, Jakarta 01-02 November 2012 PENGGUNAAN MATERIAL LOKAL ZEOLIT SEBAGAI FILLER UNTUK PRODUKSI BETON MEMADAT MANDIRI (SELF COMPACTING CONCRETE) Angelina Eva Lianasari Program
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Self Compacting Concrete (Beton memadat Mandiri) adalah campuran
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Self Compacting Concrete (Beton memadat Mandiri) adalah campuran beton yang dapat memadat dengan sendirinya tanpa bantuan alat pemadat. Berikut hasil penelitian terkait SCC. a.
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium, Laboratorium yang digunakan pada penelitian ini adalah Laboratorium Teknologi Bahan, Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Pembuatan beton pada umumnya didapatkan dari pencampuran semen Portland atau semen hidraulik, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang
Lebih terperinciPENGARUH PEMANFAATAN ABU KERTAS DAN ABU SEKAM PADI PADA CAMPURAN POWDER TERHADAP PERKEMBANGAN KUAT TEKAN SELF-COMPACTING CONCRETE ABSTRAK
PENGARUH PEMANFAATAN ABU KERTAS DAN ABU SEKAM PADI PADA CAMPURAN POWDER TERHADAP PERKEMBANGAN KUAT TEKAN SELF-COMPACTING CONCRETE Ir. Krisnamurti, M.T. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciJUDUL MODUL II: PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BETON DI LABORATORIUM MODUL II.a MENGUJI KELECAKAN BETON SEGAR (SLUMP) A. STANDAR KOMPETENSI: Membuat Adukan Beton Segar untuk Pengujian Laboratorium B. KOMPETENSI
Lebih terperinciKETAHANAN DI LINGKUNGAN ASAM, KUAT TEKAN DAN PENYUSUTAN BETON DENGAN 100% FLY ASH PADA JANGKA PANJANG
KETAHANAN DI LINGKUNGAN ASAM, KUAT TEKAN DAN PENYUSUTAN BETON DENGAN 100% FLY ASH PADA JANGKA PANJANG Ryan Renaldo Wijaya 1, Antoni 2, Djwantoro Hardjito 3 ABSTRAK : Penggunaan bahan sisa pada beton sebagai
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. benda uji, sifat fisik beton SCC meliputi : slump flow test, L-Shape box test, V
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang diperoleh setelah melakukan penelitian di Laboratorium Struktur dan Bahan Bangunan yaitu berupa pemeriksaan dan pengujian agregat kasar dan agregat
Lebih terperinciPENGARUH KOMBINASI SEMEN-FLY ASH DAN VARIASI WATER CONTENT DENGAN PENAMBAHAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP KEPADATAN PASTA
PENGARUH KOMBINASI SEMEN-FLY ASH DAN VARIASI WATER CONTENT DENGAN PENAMBAHAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP KEPADATAN PASTA Dewanti Ratna Paramitha 1, Lydia Yuniarti Meok 2, Djwantoro Hardjito 3, Antoni 4 ABSTRAK:
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Beton Beton merupakan campuran antara semen porthland, agregat kasar, agregat halus dan air yang semuanya saling mengikat kuat dan membentuk massa padat. Beton normal adalah beton
Lebih terperinciTEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI PERTEMUAN KE-6 BETON SEGAR
Ferdinand Fassa TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI PERTEMUAN KE-6 BETON SEGAR Outline Pertemuan 5 Pendahuluan Workabilitas Segregasi Bleeding Slump Test Compacting Factor Test Tugas Pendahuluan Beton segar atau
Lebih terperinciSIKA VISCOCRETE SEBAGAI DISPERSAN UNTUK SELF COMPACTING CONCRETE
Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 12 Mei 2007 SIKA VISCOCRETE SEBAGAI DISPERSAN UNTUK SELF COMPACTING CONCRETE Handi Prajitno PT. Sika Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang, beton merupakan salah satu bahan elemen struktur bangunan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era-globalisasi sekarang, proses pembangunan sudah sangat berkembang, beton merupakan salah satu bahan elemen struktur bangunan yang telah banyak digunakan
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN ZAT ADDITIVE BESTMITTEL TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Oleh : Reni Sulistyawati. Abstraksi
PENGARUH PENGGUNAAN ZAT ADDITIVE BESTMITTEL TERHADAP KUAT TEKAN BETON Oleh : Reni Sulistyawati Abstraksi Berbagai jenis dan merk dagang bahan campuran beton yang dapat digunakan untuk menambahkan campuran
Lebih terperinciPENGARUH RASIO SEMEN-FLY ASH TERHADAP POROSITAS HIGH VOLUME FLY ASH - SELF COMPACTING CONCRETE SKRIPSI
PENGARUH RASIO SEMEN-FLY ASH TERHADAP POROSITAS HIGH VOLUME FLY ASH - SELF COMPACTING CONCRETE (Effect Of Cement-Fly Ash Ratio On Porosity High Volume Fly Ash-Self Compacting Concrete) SKRIPSI Disusun
Lebih terperinciPERILAKU FISIK DAN MEKANIK SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) DENGAN PEMANFAATAN ABU VULKANIK SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PENGGANTI SEMEN ABSTRAK
PERILAKU FISIK DAN MEKANIK SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) DENGAN PEMANFAATAN ABU VULKANIK SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PENGGANTI SEMEN Nama : Andika Ade Indra Saputra NRP : 3107.100.029 Jurusan : Teknik Sipil
Lebih terperinciPEMANFAATAN HIGH-FLOWABLE CONCRETE UNTUK PELAKSANAAN KONSTRUKSI BETON DI BAWAH AIR
PEMANFAATAN HIGH-FLOWABLE CONCRETE UNTUK PELAKSANAAN KONSTRUKSI BETON DI BAWAH AIR Oleh : Slamet Widodo Staf Pengajar FT-UNY Abstract Concrete used for underwater construction needs to be proportioned
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan penyusun beton yang telah dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan dan Konstruksi UMY telah selesai dikerjakan, dimana
Lebih terperinciMUHAMMAD TAIB MIRZA ADITYA NIM I
digilib.uns.ac.id PENGARUH KADAR FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN TERHADAP SUSUT KERING DAN AUTOGENOUS PADA HIGH VOLUME FLY ASH SELF COMPACTING CONCRETE Effect of Fly Ash Content as a Substitute
Lebih terperinciKAJIAN PENGARUH VARIASI KOMPOSISI HIGH VOLUME FLY ASH TERHADAP PARAMETER BETON MEMADAT MANDIRI DAN KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI
KAJIAN PENGARUH VARIASI KOMPOSISI HIGH VOLUME FLY ASH TERHADAP PARAMETER BETON MEMADAT MANDIRI DAN KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI Study On Influence Of High Volume Fly Ash Composition On Self Compacting
Lebih terperinciSTUDI PERANCANGAN SELF-COMPACTING CONCRETE
STUDI PERANCANGAN SELF-COMPACTING CONCRETE (SCC) UNTUK BETON BERKEKUATAN TINGGI (HIGH PERFORMANCE CONCRETE) DENGAN METODE ACI Daniel Wongso 1) Chrisna Djaja Mungok 2) dan Asep Supriyadi 2) Abstrak Karya
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. dibandingkan beton normal biasa. Menurut PD T C tentang Tata Cara
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Mutu Tinggi Beton mutu tinggi adalah beton yang memiliki kuat tekan lebih tinggi dibandingkan beton normal biasa. Menurut PD T-04-2004-C tentang Tata Cara Pembuatan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beton merupakan salah satu bahan material yang selalu hampir digunakan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan salah satu bahan material yang selalu hampir digunakan pada setiap pelaksanaan konstruksi di bidang teknik sipil. Beton merupakan campuran antara semen,
Lebih terperinciSifat Beton Segar 1. Kemudahan Pengerjaan ( Workability /Kelecakan) Kompaktibilitas Mobilitas Stabilitas
Sifat Beton Segar 1. Kemudahan Pengerjaan (Workability/Kelecakan) Sifat ini merupakan ukuran tingkat kemudahan beton segar untuk diaduk, diangkut, dituang dan dipadatkan serta tidak terjadi pemisahan /segregasi.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA
BAB IV HASIL DAN ANALISA Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil serta analisa dari pengujianpengujian yang telah dilakukan. 4.1. HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN TERHADAP AGREGAT 4.1.1. Hasil dan Analisa
Lebih terperinciPENGARUH ADITIF SIKACIM TERHADAP CAMPURAN BETON K 350 DITINJAU DARI KUAT TEKAN BETON
PENGARUH ADITIF SIKACIM TERHADAP CAMPURAN BETON K DITINJAU DARI KUAT TEKAN BETON Novrianti 1, Rida Respati 2, dan Anwar Muda 3 Novrianti 1 Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL KUAT TEKAN BETON SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL PASIR LAUT DAN AIR LAUT.
STUDI EKSPERIMENTAL KUAT TEKAN BETON SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL PASIR LAUT DAN AIR LAUT. M.W. Tjaronge 1, A.A.Amiruddin 1, A.M.Hamka. 2 ABSTRAK : Beton self compacting concrete
Lebih terperinciJIPTEK, Vol. VII No.2, Juli
OPTIMALISASI PENGGANTIAN BAHAN IKAT SMART CONCRETE (SELF HEALING CONCRETE) UNTUK DAERAH RAWAN GEMPA Rima Sri Agustin 1, Stefanus Adi Kristiawan 2 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI
PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI Petrus Peter Siregar 1 dan Ade Lisantono 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl.
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN STELL FIBER TERHADAP UJI KUAT TEKAN, TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON MUTU f c 25 MPa
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN STELL FIBER TERHADAP UJI KUAT TEKAN, TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON MUTU f c 25 Sukismo 1), Djoko Goetomo 2), Gatot Setya Budi 2) Abstark Dewasa
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
66 BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Peralatan Penelitian 1.
Lebih terperinciBETON STRUKTURAL MENGGUNAKAN AGREGAT PASIR - BATU ALAM
BETON STRUKTURAL MENGGUNAKAN AGREGAT PASIR - BATU ALAM Yulius Rief Alkhaly 1), Fahrurrazi 2) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh (email: yr.alkhaly@gmail.com) Abstrak Kuat tekan
Lebih terperinciNILAI KUAT TARIK BELAH BETON DENGAN VARIASI UKURAN DIMENSI BENDA UJI
NILAI KUAT TARIK BELAH BETON DENGAN VARIASI UKURAN DIMENSI BENDA UJI Renaldo Glantino Regar Marthin D. J. Sumajouw, Servie O. Dapas Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado
Lebih terperinciPERBANDINGAN KARAKTER ASPAL PORUS MENGGUNAKAN AGGREGATE GRAVEL DAN KERIKIL MERAPI DENGAN AGGREGATE KONVENSIONAL (268M)
PERBANDINGAN KARAKTER ASPAL PORUS MENGGUNAKAN AGGREGATE GRAVEL DAN KERIKIL MERAPI DENGAN AGGREGATE KONVENSIONAL (268M) Agus Sumarsono 1, Sri Widyastuti 2 dan Ary Setyawan 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Lebih terperinciMuhammad Wihardi Tjaronge 1 ABSTRACT PENDAHULUAN
Studi Dasar Mengenai Beton yang Menggunakan Agregat Buatan Yang Ringan Sebagai Agregat Kasar STUDI DASAR MENGENAI BETON YANG MENGGUNAKAN AGREGAT BUATAN YANG RINGAN SEBAGAI AGREGAT KASAR Muhammad Wihardi
Lebih terperinciKAJIAN KORELASI RASIO-AIR-POWDER DAN KADAR ABU TERBANG TERHADAP KINERJA BETON HVFA
KAJIAN KORELASI RASIO-AIR-POWDER DAN KADAR ABU TERBANG TERHADAP KINERJA BETON HVFA Bernardinus Herbudiman 1, dan Taufik Akbar 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung, Jl.
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Lebih terperinciPERUBAHAN KUAT TEKAN SELF COMPACTING CONCRETE
PERUBAHAN KUAT TEKAN SELF COMPACTING CONCRETE YANG MENGGUNAKAN BAHAN ACCELERATOR CONCRETE ADMIXTURE TYPE C YANG DISEBABKAN OLEH LINGKUNGAN AGRESIF (MgSO4) DI AWAL PERKERASAN BETON TUGAS AKHIR Oleh : I
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI KADAR SUPERPLASTICIZER TERHADAP NILAI SLUMP BETON GEOPOLYMER
PENGARUH VARIASI KADAR SUPERPLASTICIZER TERHADAP NILAI SLUMP BETON GEOPOLYMER Anggie Adityo Aer Marthin D. J. Sumajouw, Ronny E. Pandaleke Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan campuran tambahan (admixture). Beton akan semakin
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton merupakan salah satu bahan dasar yang umumnya digunakan dalam membangun suatu bangunan seperti bangunan gedung, jalan raya, jembatan, bendungan dan lain-lain. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium beton PT. Pionirbeton, Cimareme, Ngamprah, Bandung Barat. Bentuk sampel penelitian yang digunakan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
51 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan Pembuatan Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciPENGARUH TREATMENT PADA BOTTOM ASH TERHADAP KUAT TEKAN BETON HIGH VOLUME FLY ASH
PENGARUH TREATMENT PADA BOTTOM ASH TERHADAP KUAT TEKAN BETON HIGH VOLUME FLY ASH Kevin Desailly, Singgih Suryajaya 2, Antoni 3, Djwantoro Hardjito 4 ABSTRAK : Pembangunan dalam bidang konstruksi di Indonesia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian adalah urutan-urutan kegiatan yang meliputi pengumpulan data, proses rekayasa, pengujian sampel, dan diteruskan penarikan kesimpulan. Tahapan
Lebih terperinci