KAJIAN INTERVAL RASIO AIR-POWDER BETON SELF-COMPACTING TERKAIT KINERJA KEKUATAN DAN FLOW (009M)
|
|
- Sudomo Oesman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KAJIAN INTERVAL RASIO AIR-POWDER BETON SELF-COMPACTING TERKAIT KINERJA KEKUATAN DAN FLOW (009M) Bernardinus Herbudiman 1, dan Sofyan Ependi Siregar 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung, Jl. PHH. Mustofa 23 Bandung herbudiman@itenas.ac.id; herbudimanb@yahoo.com 2 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung, Jl. PHH. Mustofa 23 Bandung ABSTRAK Beton self-compacting mampu memadat sendiri tanpa penggetaran. Parameter kinerja yang utama dari beton ini adalah kekuatan tekan dan flow. Rasio air-powder yang rendah cenderung meningkatkan kekuatan beton. Namun, reduksi air harus diperhatikan, karena air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga akan mempengaruhi flowabilitas dan kekuatan beton. Untuk mengatasi kebutuhan mendapatkan beton mutu tinggi dengan faktor air powder rendah dapat menggunakan superplasticizer. Dalam perancangan komposisi beton self-compacting, kajian eksperimen ini berkontribusi memberikan rekomendasi sejauh mana level rasio-air powder dapat diturunkan dengan memperhatikan flowabilitas melalui parameter slump spread. superplasticizer dibatasi pada rentang 1-1,8%. Beton self-compacting dalam penelitian ini menggunakan fly ash sebagai powder. fly ash yang digunakan adalah 15% dan 30%. Pada kadar fly ash 15%, rasio air-powder yang digunakan adalah 0,320, 0,301, 0,292, dan 0,282, yang terkait dengan kadar air sebesar 170, 160, 155 dan 150 kg/m 3. Pada kadar fly ash 30%, rasio air-powder yang digunakan adalah 0,320, 0,301, dan 0,292, yang terkait dengan kadar air sebesar 170, 160, dan 155 kg/m 3. Rekomendasi interval rasio air-powder untuk kadar fly ash 15% adalah 0,292-0,320 dengan rasio air-powder optimum 0,292 yang menghasilkan kekuatan tekan 28-hari sebesar 58,95 MPa dengan slump spread 525 mm. Untuk kadar fly ash 30%, rekomendasi interval rasio air-powder adalah 0,301-0,320 dengan rasio air-powder optimum 0,301 yang menghasilkan kekuatan tekan 28-hari sebesar 51,01 MPa dengan slump spread 540 mm. Kata kunci: beton self-compacting, rasio air-powder, kekuatan, flowabilitas 1. PENDAHULUAN Self Compacting Concrete (SCC) merupakan beton yang mampu mengalir dengan beratnya sendiri dan tidak memerlukan proses penggetaran seperti pada beton normal karena mampu memenuhi atau mengisi bekisting dan mencapai kepadatan tertingginya. Keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan SCC antara lain dapat mengurangi lamanya proses konstruksi dan upah pekerja, pemadatan dan penggetaran beton yang optimum, serta dapat mengurangi kebisingan yang dapat mengganggu lingkungan sekitarnya. Komposisi material SCC sendiri terdiri dari semen, agregat kasar, pasir, bahan pengisi (filler), air dan superplasticizer. Dalam pembuatan SCC ini, penggunaan filler dapat menggunakan fly ash, serbuk batu kapur, silica fume atau bahan lainnya. Dalam penelitian ini, akan digunakan limbah fly ash yang diperoleh dari hasil residu industri Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Fly ash sendiri mempunyai bentuk butiran partikel sangat halus dan juga mempunyai sifat pozzolanik, yaitu dapat bereaksi dengan kapur bebas yang dilepaskan semen saat proses hidrasi dan membentuk senyawa yang bersifat mengikat pada temperatur normal dengan adanya air sehingga akan mengurangi porositas yang terjadi pada beton. Menurut Mardiono (2010), besar dan kecilnya porositas juga dipengaruhi oleh besar dan kecilnya faktor air semen (fas) yang digunakan. Semakin besar fas yang digunakan maka porositas semakin besar, sebaliknya semakin kecil fas yang digunakan maka porositas semakin kecil. Untuk mendapatkan beton mutu tinggi maka harus dipergunakan fas rendah, namun jika fas-nya terlalu kecil pengerjaan beton akan semakin sulit, sehingga pemadatannya tidak bisa maksimal dan akan mengakibatkan beton menjadi keropos, sehingga mengakibatkan menurunnya kuat tekan beton. Pada SCC, istilah faktor air semen lebih dikenal sebagai faktor air powder. Powder adalah campuran antara semen dengan filler. Untuk mengatasi kebutuhan mendapatkan beton mutu tinggi dengan faktor air powder rendah dapat menggunakan superplasticizer yang sifatnya dapat mengurangi air (dengan menggunakan faktor air powder yang Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, Oktober 2013 M - 1
2 kecil) tetapi mudah dikerjakan. Fungsi dari superplasticizer sendiri adalah untuk mendispersikan (menyebarkan) partikel semen menjadi merata dan memisahkannya menjadi partikel-partikel yang halus sehingga reaksi pembentukan C-S-H (gel pengikat) akan lebih merata dan lebih aktif. Pengurangan air yang dilakukan pada pengerjaan SCC juga harus diperhatikan, karena air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga akan mempengaruhi flowabilitas dan kekuatan beton. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan flowabilitas dan kekuatan yang sesuai dengan yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh perubahan rasio water per powder (w/p) terhadap kekuatan dan flowabilitas SCC dengan membatasi kadar fly ash sebesar 15 % dan 30 %. Penelitian ini juga hendak mengobservasi pengaruh reduksi rasio w/p terhadap peningkatan kadar superplasticizer yang masih menghasilkan flowabilitas yang baik. Sebagai tambahan, penelitian ini juga hendak mengamati pertumbuhan kekuatan tekan SCC. 2. SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) Self Compacting Concrete (SCC) adalah campuran beton yang mempunyai karakteristik dapat memadat dengan sendirinya tanpa menggunakan alat pemadat (vibrator). SCC dapat memadat ke setiap sudut dari struktur bangunan dan dapat mengisi tinggi permukaan yang diinginkan dengan rata (self leveling) tanpa mengalami bleeding dan segregasi sehingga dapat meminimalisir adanya air yang masuk ke dalam beton yang dapat menyebabkan karat pada besi tulangan. Gradasi yang tepat dari agregat yang dipakai dan kombinasi dari komposisi material yang dipergunakan, yang memiliki kadar bahan semen yang tinggi adalah hal utama dalam memenuhi syarat-syarat dari SCC. Suatu campuran beton dapat dikatakan SCC jika memiliki sifat-sifat sebagai berikut: pada beton segar, harus memiliki tingkat workabilitas yang baik, yaitu: a) filling-ability, kemampuan dari campuran beton segar untuk dapat mengisi ruangan tanpa vibrasi; b) passing-ability, kemampuan dari campuran beton segar untuk dapat melewati tulangan; c) segregation resistance, campuran beton yang tidak mengalami segregasi; pada beton keras (hardened concrete): a) memiliki tingkat absorpsi dan permeabilitas yang rendah, b) memiliki tingkat durabilitas yang tinggi, c) mampu membentuk campuran beton yang homogen. Kelebihan-kelebihan dalam penggunaan SCC antara lain: a) tidak memerlukan pemadatan dengan menggunakan vibrator, b) tenaga kerja yang diperlukan menjadi lebih sedikit, c) mengurangi kebisingan yang mengganggu lingkungan sekitar, d) pengecoran pada bagian elemen struktur beton yang sulit dipadatkan dengan vibrator menjadi lebih mudah, e) waktu pelaksanaan proyek menjadi lebih cepat, dan f) meningkatkan durabilitas struktur. Kekurangan-kekurangan dalam penggunaan SCC antara lain : a) dari segi biaya, SCC lebih mahal dari beton konvensional, b) pembuatan bekisting beton harus sangat diperhatikan karena mudah terjadi kebocoran akibat encernya campuran beton yang dihasilkan. Kelemahan yang paling mendasar dan paling penting untuk diperhatikan adalah beton tidak boleh mengalami segregasi namun tetap harus memenuhi syarat flowabilitas. Untuk membuat campuran SCC yang baik, metode mix design yang biasa tidak dapat digunakan. Okamura (1993), mengusulkan metode mix design yang sederhana dengan mengacu pada material yang sudah tersedia pada pabrik beton ready-mix. agregat kasar dan halus ditentukan terlebih dahulu dan self compacting (pemadatan sendiri) dapat didapatkan dengan mengatur faktor water-per powder dan dosis superplasticizer saja. Spesifikasinya antara lain: 1) agregat kasar yang digunakan adalah 50% volume solid, agar mortar dapat melewati sela-sela dari agregat kasar yang kurang rapat tersebut, 2) volume agregat halus ditetapkan hanya 40% dari total volume mortar, yang bertujuan mengisi void dari agregat kasar, 3) rasio volume untuk air dan powder yang rendah, dan 4) dosis superplasticizer yang tinggi. Pada beton konvensional, faktor air-semen digunakan untuk mendapatkan kekuatan akhir, sementara pada SCC faktor air-semen digunakan untuk mendapatkan sifat self compacting (pemadatan sendiri). Faktor ini sangat mempengaruhi sifat beton segarnya, dan kekuatan hanya sebagai quality control. Mix design SCC dirancang dan diuji untuk memenuhi kebutuhan proyek. Kemampuannya yang dapat mengalir membuat beton jenis ini dapat dipompa dan dialirkan melalui pipa. Hal ini sangat membantu sekali dalam pekerjaan di proyek terutama ketika hendak mengerjakan struktur dengan elevasi yang tinggi. Selain itu, pencegahan segregasi agregat yang tinggi membuat SCC lebih unggul karena dengan tinggi jatuh mencapai kurang lebih 2 meter beton jenis ini tidak mengalami segregasi. Dalam penelitian ini mix design yang digunakan mengacu pada metode mix design Okamura. Menurut Ardiansyah (2010), pengujian SCC yang penting dan yang paling dikembangkan adalah pengujian slump flow, dikarenakan kondisi workabilitas beton dapat terlihat dari sebaran beton segarnya. Selain itu, pengaplikasian di lapangan lebih mudah jika dibandingkan dengan pengujian yang lain. Atas dasar inilah, penelitian ini hanya akan difokuskan pada pengujian slump flow. M - 2 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, Oktober 2013
3 Menurut Brouwers (2005), komposisi material penyusun SCC terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Komposisi Material Penyusun SCC Filler yang digunakan dalam penelitian ini adalah fly ash. Fly ash (abu terbang) didefinisikan sebagai butiran halus hasil residu pembakaran batubara dan berwarna abu-abu kehitaman. Fly ash mempunyai kadar bahan semen yang tinggi dan mempunyai sifat pozzolanic. Superplasticizer mempunyai pengaruh yang besar dalam meningkatkan workabilitas beton. Ini merupakan sarana untuk menghasilkan beton mengalir tanpa terjadi pemisahan (segregasi/bleeding) yang umumnya terjadi pada beton dengan jumlah air yang besar, maka bahan ini berguna untuk pencetakan beton di tempat-tempat yang sulit seperti tempat pada penulangan yang rapat. Superplasticizer dapat memperbaiki workabilitas namun tidak berpengaruh besar dalam meningkatkan kuat tekan beton untuk faktor air semen yang diberikan. Namun kegunaan superplasticizer untuk beton mutu tinggi secara umum sangat berhubungan dengan pengurangan jumlah air dalam campuran beton. Pengurangan ini tergantung dari kandungan air yang digunakan, dosis dan tipe dari superplasticizer yang dipakai. Kegunaan dari superplasticizer dapat diuraikan sebagai berikut: 1) meningkatkan workabilitas sehingga menjadi lebih besar daripada water reducer biasa, 2) mengurangi kebutuhan air (25-35%), 3) memudahkan penuangan pada tulangan yang rapat atau pada bagian yang sulit dijangkau oleh pemadatan yang memadai. Adva Cast 512 adalah pencampur pengurang air dengan range tinggi yang dibuat khusus untuk memproduksi beton berkekuatan awal tinggi di aplikasi precast. Kemampuan Adva Cast 512 melebihi kemampuan normal pencampur pereduksi air (tipe WR) dan pereduksi air rentang tinggi (tipe HWR), sehingga dosis superplasticizer yang dibutuhkan lebih rendah dan mengurangi kebutuhan air secara ekstrem, menjadikan beton memiliki flowabilitas yang baik dan menjadikan beton berperilaku SCC. 3. METODOLOGI PENELITIAN Pemeriksaan Agregat Pemeriksaan agregat halus: berat volume: gembur (gram/cm 3 ) 1,43; padat (gram/cm 3 ) 1,58; bulk specific-gravity kondisi SSD 2,55; kadar lumpur (%) 2,67; modulus kehalusan (FM) 2,8. Pemeriksaan agregat kasar: berat volume: gembur (gram/cm 3 ) 1,24; padat (gram/cm 3 ) 1,40; bulk specific-gravity kondisi SSD 2,59; kadar lumpur (%) 1,21; modulus kehalusan (FM) 6.9. Trial Mix Pembuatan komposisi campuran ini diawali dengan mengacu pada metode Standar Nasional Indonesia (SNI ), water/powder diambil sebesar 0,32 dengan kuat tekan rencana f c 40 MPa. Komposisi agregat kasar yang digunakan mengikuti simple mix design Okamura, diambil sebesar 45% dari berat volumenya. fly ash yang digunakan sebesar 15% dari berat binder dan kadar superplasticizer sebesar 1,2 % dari berat binder. Trial mix design percobaan pertama ini menghasilkan beton SCC dengan diameter sebaran adukan beton segarnya rata-rata sebesar 59,5 cm. Sebaran telah memenuhi syarat untuk beton SCC yang mengharuskan sebaran yang terjadi minimal 50 cm. Namun dari hasil pengamatan, hasil sebaran adukan semen tersebut terlalu besar akibat dari kadar superplasticizer yang dipakai terlalu besar. Untuk efisiensi, maka dilakukan percobaan kedua dengan menurunkan kadar superplasticizer-nya. Pada percobaan kedua diharapkan didapatkan sebaran beton yang lebih kecil dari sebaran tersebut tetapi masih memenuhi syarat minimum sebaran SCC, agar mix design yang dihasilkan lebih efisien. superplasticizer sebesar 1 % dari berat binder. Percobaan kedua menghasilkan beton SCC dengan diameter sebaran adukan beton segar sebesar 55 cm. Sebaran ini lebih kecil daripada percobaan pertama, tetapi masih memenuhi syarat untuk beton SCC yang Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, Oktober 2013 M - 3
4 mengharuskan sebaran minimal 50 cm, oleh karena itu percobaan ini dapat dijadikan acuan untuk trial mix design selanjutnya. Selanjutnya, pada percobaan ketiga, kadar fly ash dinaikkan menjadi 30%. Rasio water/powder diambil sebesar 0,32 dengan kuat tekan rencana f c 40 MPa. Komposisi agregat kasar yang digunakan 45 % dari berat volumenya. superplasticizer sebesar 1 % dari berat binder. Percobaan ketiga ini menghasilkan beton SCC dengan diameter sebaran adukan beton segarnya rata-rata sebesar 42,5 cm. Sebaran yang terjadi tidak memenuhi syarat untuk beton SCC dengan sebaran minimal 50 cm, sehingga mengharuskan dilakukannya trial mix design selanjutnya untuk mendapatkan flowabilitas minimum yang ditetapkan. Pada percobaan keempat dilakukan perubahan dengan menaikkan kadar superplasticizer-nya sebesar 1,2 %. Pada percobaan keempat ini dihasilkan sebaran adukan beton segar sebesar 56,5 cm. Sebaran ini telah memenuhi syarat untuk beton SCC yang mengharuskan sebaran minimal 50 cm, oleh karena itu percobaan ini dapat dijadikan acuan untuk dilakukannya trial mix design selanjutnya pada kadar fly ash 30%. Dalam perencanaan trial mix design selanjutnya ini dilakukan beberapa variasi komposisi material, dimana dari komposisi mix design tersebut dilakukan perubahan-perubahan komposisi material untuk mendapatkan karakteristik material terhadap segi flowabilitas dan kekuatan, sehingga dapat menjadi acuan untuk mendapatkan komposisi campuran yang optimal. Adapun komposisi campuran untuk trial mix design lanjutan dapat terlihat pada Tabel 1. Trial mix design ini dilakukan guna untuk mengetahui pengaruh variasi faktor nilai air powder terhadap flowabilitas dan kuat tekan SCC dengan kadar fly ash 15% dan 30%. Variasi faktor air powder yang dilakukan pada tahap ini adalah dengan melakukan variasi pengurangan air yang dibutuhkan sampai batas maksimal air yang dapat dikurangi tetapi dengan flowabilitas yang masih tercapai. Dengan pengurangan air dan powder yang tetap, akan berpengaruh terhadap kuat tekan dan flowabilitas yang terjadi, yang disebabkan karena nilai dari water per powder (w/p) yang menjadi lebih kecil. Pada kadar fly ash 15%, pengurangan air dibatasi sampai 155 kg/m 3, karena ketika air dikurangi lebih kecil dari 155 kg/m 3, sebaran beton atau flowabilitas yang terjadi tidak memenuhi syarat minimal untuk SCC yaitu 50 cm. Sedangkan pada kadar fly ash 30%, pengurangan air dibatasi sampai 160 kg/m 3. Tabel 1. Komposisi trial mix design Trial Mix Design PCC Fly Ash Fly Ash Agregat Halus Agregat Kasar Ratio W/P Air Superplasticizer Superplasticizer Pengujian SCC I % 79, ,54 769, % 5,313 II % 79, ,54 769, % 5,313 III % 79, ,54 769, % 9,563 IV % 79, ,54 769, % 9,563 V % 159, ,54 769, % 6,375 VI % 159, ,54 769, % 6,375 VII % 159, ,54 769, % 9,563 Pada penelitian ini, dilakukan beberapa pengujian untuk mengetahui karakteristik dan batasan-batasan yang harus dicapai suatu varian beton untuk memenuhi kriteria SCC dengan dilakukan beberapa pengujian baik pada beton segar ataupun beton keras yaitu: 1) untuk beton segar dilakukan pengujian slump flow; 2) untuk pengujian beton keras hanya dilakukan pengujian kuat tekan. Pengujian slump flow bertujuan untuk mengetahui kemampuan beton segar untuk mengalir serta mengetahui kemampuan beton segar dalam mengisi ruangan (fillingability). Adapun langkah-langkah kerja dari metode pengujian slump flow ini adalah sebagai berikut: 1) sebelum dilakukan pengujian, dilakukan persiapan terhadap alat slump flow; persiapan yang dilakukan adalah dengan membasahi alat dengan air sehingga seluruh permukaan alat ini basah; 2) alat slump flow (kerucut Abram) diletakkan seperti sebagaimana melakukan pengujian slump pada beton normal. Alat slump flow diletakkan pada papan datar yang lebar. Papan tersebut digunakan sebagai alas agar beton dapat mengalir dengan baik tanpa ada hambatan; 3) setelah adukan beton siap, adukan beton segar dimasukkan ke dalam kerucut Abram sampai dengan volume penuh dan tidak dilakukan penusukan terhadap M - 4 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, Oktober 2013
5 campuran beton tersebut; 4) kemudian kerucut Abram diangkat secara perlahan dan konstan. Aliran beton tidak boleh terputus; 5) data yang diambil hanyalah data nilai akhir diameter sebaran adukan beton segar (diameter maksimum yang dihasilkan) sampai beton tersebut tidak mengalir (diam), seperti tampak pada Gambar 2. Kemudian dari pengujian slump flow ini dapat diamati kondisi workabilitas dari campuran beton tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mengamati kondisi sebagai berikut: 1) homogenitas dari beton tersebut, dilihat dengan kondisi beton tidak terjadi segregasi; 2) tidak boleh terjadi bleeding dan agregat halus tersebar merata. Gambar 2. Pengukuran slump spread pada pengujian slump flow 4. HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Slump Spread Karakteristik campuran beton segar SCC diukur melalui pengujian slump flow. Dalam pengujian slump flow ini penelitian menitikberatkan pada panjang diameter sebaran adukan beton segar yang dihasilkan dengan mengabaikan waktu yang dibutuhkan beton untuk mengalir. Hasil pengujian slump flow dari trial mix design yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2. Trial Mix Design Tabel 2. Hasil Pengujian Slump Spread dari Trial Mix Design PCC Fly Ash Ratio W/P Air Superplasticizer Diameter Slump Spread (cm) I % % 55 II % % 54.5 III % % 45.5* IV % % 52.5 V % % 56.5 VI % % 54 VII % % 44* Ket : (*) Tidak memenuhi flowabilitas yang diharapkan, yaitu > 50 cm Pada Tabel 2, tampak bahwa diameter sebaran beton segar terbesar yang diperoleh adalah 56,5 cm. Pada trial mix design I s.d IV dengan kadar fly ash 15 %, diameter sebaran beton yang terjadi mengalami penurunan akibat penurunan kadar air yang dilakukan, sehingga mempengaruhi flowabilitas yang terjadi. Pada saat pengurangan air hingga 150 kg/m 3, diameter sebaran yang terjadi sebesar 45.5 cm. Sebaran tersebut tidak memenuhi syarat minimum SCC, meskipun dengan penambahan superplasticizer hingga 1,8%. Kemudian dilakukan percobaan dengan menaikkan kadar air menjadi 155 kg/m 3, yang bertujuan untuk mengetahui apakah kadar air tersebut dapat mencapai sebaran yang diharapkan dengan kadar superplasticizer sebesar 1,8%. Dengan diameter sebaran yang terjadi sebesar 52,5 cm, maka sebaran ini masih memenuhi syarat minimal untuk beton SCC, yaitu sebesar 50 cm. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, Oktober 2013 M - 5
6 Sedangkan pada trial mix design V s.d VII dengan kadar fly ash 30%, diameter sebaran beton yang terjadi juga mengalami penurunan akibat dari reduksi kadar air yang dilakukan. Pada saat pengurangan air dari 170 kg/m 3 menjadi 160 kg/m 3, sebaran yang dihasilkan masih memenuhi syarat flowabilitas yang diharapkan. Sehingga tidak diperlukan adanya penambahan superplasticizer untuk campuran beton tersebut. Tetapi pada saat pengurangan air menjadi 155 kg/m 3 dengan kadar superplasticizer 1,8%, diameter sebaran yang dihasilkan adalah sebesar 44 cm. Dan hal ini tidak memenuhi flowabilitas beton SCC yang diharapkan. Sehingga percobaan yang dilakukan pada kadar fly ash 30% dibatasi pada kadar air 160 kg/m 3. Pengaruh Variasi Faktor Air Powder (W/P) terhadap Flowabilitas dan Kuat Tekan SCC Sifat mekanis beton yang ditinjau adalah nilai kuat tekan beton ketika berumur 28 hari. Adapun hasil pengujian kuat tekan beton yang terjadi berdasarkan variasi water per powder pada kadar fly ash 15% ditunjukkan pada Gambar 3, sedangkan pada kadar fly ash 30 % ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 3. Kuat tekan rata-rata 28 hari versus kadar w/p pada SCC dengan kadar fly ash 15% Gambar 4. Kuat tekan rata-rata 28 hari versus kadar w/p pada SCC dengan kadar fly ash 30% Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan SCC dengan kadar fly ash 15% yang terlihat pada Gambar 3, trial mix design IV menghasilkan kuat tekan sebesar MPa, dengan flowabilitas yang masih memenuhi syarat yang diharapkan.. Nilai kuat tekan ini tercapai dengan menggunakan komposisi campuran rasio water per powder sebesar 0,29. Sedangkan pada trial mix design III kuat tekan yang dihasilkan lebih tinggi, yaitu 58,95 MPa, namun flowabilitas yang terjadi tidak memenuhi syarat minimal sebaran yang diharapkan, meskipun dengan menaikkan kadar superplasticizer hingga sebesar 1,8 %. Sedangkan untuk kadar fly ash 30% kuat tekan yang dihasilkan juga semakin besar dengan faktor air powder yang semakin kecil. Pengujian variasi rasio water per powder terhadap kuat tekan beton pada trial mix design VI menghasilkan nilai kuat tekan sebesar 47,03 MPa, dengan flowabilitas yang baik. Untuk trial mix design VII terjadi kenaikan kuat tekan beton sebesar 51,01 MPa, tetapi flowabilitas yang terjadi tidak memenuhi syarat minimal sebaran yang diharapkan. Jika dibandingkan antara hasil kuat tekan pada kadar fly ash 15% dengan 30%, kuat tekan yang dihasilkan pada kadar fly ash 15% lebih besar daripada menggunakan kadar fly ash 30%. Hal ini disebabkan karena pada kadar fly ash 30%, kadar semen yang digunakan pada campuran beton lebih sedikit, sehingga hasil hidrasi antara semen dengan air berkurang. Meskipun kuat tekan yang dihasilkan pada kadar fly ash 30% lebih kecil dibandingkan M - 6 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, Oktober 2013
7 dengan fly ash 15%, kuat tekan yang dihasilkan pada kadar fly ash 30% masih cukup tinggi, yaitu sebesar 47,03 MPa. Pertumbuhan Kuat Tekan SCC Pengujian beton keras SCC dilakukan pada umur beton 3 hari, 7 hari, 14 hari, dan 28 hari, dan 56 hari dengan tujuan agar diketahui perkembangan kuat tekan beton. Hasil pengujian kuat tekan berdasarkan umur beton dengan kadar fly ash 15% tampak pada Gambar 5a, dan untuk kadar fly ash 30% tampak pada Gambar 5b. Gambar 5. Pertumbuhan sifat mekanis beton pada trial mix design II dengan kadar fly ash 15 % dan 30% Dari Gambar 5a tampak bahwa kuat tekan rata-rata SCC pada umur 3 hari, 7 hari, dan 14 hari secara berturut-turut adalah sebesar 33 MPa (61,02%), 36 MPa (67,49%), dan 54,08 (82,68%). Kuat tekan yang terjadi mempunyai sifat early strength jika dibandingkan dengan beton normal pada umur 3 hari, 7 hari, dan 14 hari secara berturut-turut berkisar sebesar 40 %, 65 %, dan 88 %. Sedangkan pada umur 56 hari kuat tekan yang terjadi masih mengalami kenaikan, yaitu sebesar 54,23 MPa atau 0,277 % dibandingkan dengan umur 28 hari. Dari Gambar 5b tampak bahwa kuasedangkan pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.5 menunjukkan pertumbuhan nilai kuat tekan terhadap umur beton dengan fly ash 30 % dari berat powdernya. Kuat tekan rata-rata yang terjadi pada umur 3 hari, 7 hari, dan 14 hari secara berturut-turut sebesar 26,95 MPa (54,42%), 32,83 MPa (66,29%), dan 45,58 MPa (85,98%). Kenaikan kuat tekan yang terjadi pada campuran beton ini juga mempunyai sifat early strength jika dibandingkan beton normal. Sedangkan pada umur 56 hari kuat tekan yang terjadi juga mengalami kenaikan, yaitu sebesar 49,71 MPa atau 0,384 % dibandingkan dengan umur 28 hari. 5. KESIMPULAN Pada kadar fly ash 15 % batas penurunan water powder ratio direduksi dari 0,32 sampai 0,292, dengan kadar air pada w/p 0,292 sebesar 155 kg/m 3, superplasticizer sebesar 1,8 %, flowabilitas yang dihasilkan sebesar 52,5 cm, dan kuat tekan sebesar 56,47 MPa. Pada kadar fly ash 30 % batas penurunan water powder ratio direduksi dari 0,32 sampai 0,301, dengan kadar air pada w/p 0,301 sebesar 160 kg/m 3, superplasticizer sebesar 1,2 %, flowabilitas yang dihasilkan sebesar 54 cm, dan kuat tekan sebesar 47,03 MPa. Pada kadar fly ash 15 % kuat tekan yang terjadi pada umur 3 hari, 7 hari, dan 14 hari secara berturut-turut adalah sebesar 61,021 %, 67,493 %, dan 82,678 % dari umur 28 hari. Pada kadar fly ash 30 % kuat tekan yang terjadi pada umur 3 hari, 7 hari, dan 14 hari secara berturut-turut adalah sebesar 54,422 %, 66,291 %, dan 85,98 % dari umur 28 hari. Hal ini menunjukkan sifat early strength jika dibandingkan dengan beton normal. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, Oktober 2013 M - 7
8 DAFTAR PUSTAKA Ardiansyah, R Slump Flow Test. [Online]. Tersedia: ronymedia.wordpress.com/slump-flow-test/. ASTM C Standard Test Method for Compressive Cylindrical Concrete Specimen [ASTM, 1993]. ASTM C94-92A Standard Specification for Ready Mixed Concrete. Brouwers, R Cement and Concrete Research. [Online]. Tersedia: Mardiono, Pengaruh Pemanfaatan Abu Terbang (Fly Ash) dalam Beton Mutu Tinggi. Tersedia : Nugraha, P. dan Antoni Teknologi Beton dari Material, Pembuatan, ke Beton Kinerja Tinggi. Jakarta: Andi. Okamura, H. and Ozawa, K Self-Compactable High Performance Concrete. Detroit: American Concrete Institute. Okamura, H. and Ouchi, M Self-Compacting Concrete, Journal of Advanced Concrete Technology Vol 1, No 1, SNI Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, Badan Litbang PU. Rahardianto T. dan Sugiharti Kajian Pemilihan Faktor Air Semen Optimal pada Kuat Tekan Beton. Tersedia: Wibawa, T Bahan Superplasticizer Untuk Beton. [Online]. Tersedia: M - 8 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, Oktober 2013
The 1 st INDONESIAN STRUCTURAL ENGINEERING AND MATERIALS SYMPOSIUM Department of Civil Engineering Parahyangan Catholic University
PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI POWDER PADA SELF-COMPACTING CONCRETE Bernardinus Herbudiman 1 ; Chandra Januar 2 1 Dosen dan Peneliti Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional, Bandung 2 Alumni
Lebih terperinciBETON RINGAN SELF-COMPACTING DENGAN AGREGAT DAN POWDER LIMBAH PECAHAN GENTING MERAH
BETON RINGAN SELF-COMPACTING DENGAN AGREGAT DAN POWDER LIMBAH PECAHAN GENTING MERAH Bernardinus Herbudiman 1, Lady Dinarti Dewi 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung, Jl.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi beton dalam bidang konstruksi semakin pesat, baik dari segi material maupun metode pelaksanaan konstruksi yang dilakukan. Dalam pekerjaan pembetonan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyaknya inovasi desain bangunan dalam perkembangan dunia konstruksi, mendorong munculnya teknologi beton yang lebih baik dari beton konvensional. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciKAJIAN KORELASI RASIO-AIR-POWDER DAN KADAR ABU TERBANG TERHADAP KINERJA BETON HVFA
KAJIAN KORELASI RASIO-AIR-POWDER DAN KADAR ABU TERBANG TERHADAP KINERJA BETON HVFA Bernardinus Herbudiman 1, dan Taufik Akbar 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung, Jl.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Kemajuan teknologi telah berdampak positif dalam bidang konstruksi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kemajuan teknologi telah berdampak positif dalam bidang konstruksi di dunia. Kemajuan teknologi konstruksi tersebut sering dikaitkan sumber daya alam yang sangat berlimpah
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton SCC ( Self Compacting Concrete) Self Compacting Concrete atau yang umum disingkat dengan istilah SCC adalah beton segar yang sangat plastis dan mudah mengalir karena berat
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Persen lolos saringan (%) 89 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan Dasar Material Pengujian bahan dan benda uji dilaksanakan sesuai dengan tata cara dan standar pengujian yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penggunaan Agregat Halus untuk Beton Pujiono (2013) melakukan pengujian yang sama terhadap bahan susun beton yaitu agregat halus (pasir) yang berasal dari Sungai Progo.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium beton PT. Pionirbeton, Cimareme, Ngamprah, Bandung Barat. Bentuk sampel penelitian ini berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton adalah suatu material yang terdiri dari campuran semen, agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambahan (admixture) bila diperlukan dengan perbandingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang, beton merupakan salah satu bahan elemen struktur bangunan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era-globalisasi sekarang, proses pembangunan sudah sangat berkembang, beton merupakan salah satu bahan elemen struktur bangunan yang telah banyak digunakan
Lebih terperinciPEMANFAATAN SPENT CATALYST RCC-15 SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PCC
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 PEMANFAATAN SPENT CATALYST SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN Bernardinus Herbudiman 1, dan Bonty Wilman Silaen 2 1 Dosen dan Peneliti,
Lebih terperinciKATA KUNCI : rheology, diameter, mortar, fly ash, silica fume, superplasticizer.
PENGARUH DARI PENGGUNAAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP RHEOLOGY PASTA DAN MORTAR DENGAN CEMENTITIOUS MATERIALS Sam Wahyudi Winata 1, Fanuel Jeffry Christianto 2, Antoni 3, Djwantoro Hardjito 4 ABSTRAK : Tercapainya
Lebih terperinciPengaruh Penambahan Admixture Jenis F dan Substitusi Silica Fume terhadap Semen pada Kuat Tekan Awal Self Compacting Concrete
Pengaruh Penambahan Admixture Jenis F dan Substitusi Silica Fume terhadap Semen pada Kuat Tekan Awal Self Compacting Concrete Larry Djono 1, Rahmi Karolina 2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton adalah suatu material yang menyerupai batu yang terdiri dari semen, kerikil, pasir, air, serta tambahan material lainnya. Maraknya penggunaan beton di dunia konstruksi
Lebih terperinciPENGARUH KADAR FLY ASH TERHADAP KINERJA BETON HVFA
Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 PENGARUH KADAR FLY ASH TERHADAP KINERJA BETON HVFA Angelina Eva Lianasari 1 dan Choirul Prahastama Aji 2 1 Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Quality control yang kurang baik di lapangan telah menjadi masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Quality control yang kurang baik di lapangan telah menjadi masalah terhadap kualitas beton di dunia konstruksi beton saat ini. Salah satunya adalah saat proses pemadatan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil pemeriksaan material (bahan-bahan) pembentuk beton dan hasil pengujian beton tersebut. Tujuan dari pemeriksaan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton PT. Pionir Beton
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Sampel penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton PT. Pionir Beton Cimareme, Padalarang, Bandung. Sampel dalam penilitian menggunakan benda uji
Lebih terperinciPENGGUNAAN FLY ASH PADA SELF COMPACTING CONCRETE (SCC)
PENGGUNAAN FLY ASH PADA SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) Jurusan Teknik Sipil UPN Veteran Jawa Timur ABSTRACT The concept new concrete of technology is effective and efficient is Self Compacting Concrete
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PENGOLAHAN
BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN Bab ini berisi tentang penyajian data yang dihasilkan dari percobaan yang dilakukan. Penyajian data berupa tabel tabel dan gambar grafik. 4.1 Pengujian Beton Segar 4.1.1 Pengujian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. digunakan bahan tambah yang bersifat mineral (additive) yang lebih banyak bersifat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan perkembangan di bidang struktur dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut berlangsung diberbagai bidang, misalnya gedung-gedung
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS
PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS Wahyu Kartini Jurusan Sipil Fakultas Teknik UPN Veteran Surabaya ABSTRAK Teknologi beton baru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Pembuatan beton pada umumnya didapatkan dari pencampuran semen Portland atau semen hidraulik, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah membuat program untuk membangun pembangkit listrik dengan total
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jumlah penduduk dan perkembangan berbagai sektor di wilayah Indonesia saat ini sedang tumbuh pesat. Seiring dengan hal tersebut maka kebutuhan akan energi
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Dengan semakin banyaknya pemakaian bahan alternatif untuk beton, maka penelitian yang bertujuan untuk membuka wawasan tentang hal tersebut sangat dibutuhkan, terutama penggunaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton High Volume Fly Ash (HVFA) Herbudiman dan Akbar (2015) melakukan penelitian mengenai beton High Volume Fly Ash (HVFA) dengan maksud untuk mengkaji secara eksperimental
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN SLAG BESI TERHADAP KEKUATAN TEKAN DAN FLOWABILITY PADA SELF COMPACTING CONCRETE
PENGARUH PENAMBAHAN SLAG BESI TERHADAP KEKUATAN TEKAN DAN FLOWABILITY PADA SELF COMPACTING CONCRETE Apryangki Wahono 1, Agustinus Andy Nugroho 2, Handoko Sugiharto 3 ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT
LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT 137 DAFTAR PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS, AGREGAT KASAR 1. Analisa Ayak Agregat Halus 2. Analisa Ayak Agregat Kasar 3. Berat Jenis dan Absorbsi Agregat Halus 4. Berat
Lebih terperinciPEMANFAATAN BETON DAUR ULANG SEBAGAI SUBSTITUSI AGREGAT KASAR PADA BETON MUTU TINGGI
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 PEMANFAATAN BETON DAUR ULANG SEBAGAI SUBSTITUSI AGREGAT KASAR PADA BETON MUTU TINGGI Hari Bardosono 1, dan Bernardinus Herbudiman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Zai, dkk (2014), melakukan penelitian Pengaruh Bahan Tambah Silica
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Zai, dkk (2014), melakukan penelitian Pengaruh Bahan Tambah Silica Fume dan Superplasticizer Terhadap Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi dengan Metode ACI. Pada penelitian tersebut dilakukan
Lebih terperinciPerlu adanya suatu alternatif bahan yang bisa mengurangi kadar semen, tetapi tidak mengurangi kekuatan (strength) beton itu sendiri dan sifat-sifat
OLEH : Dwiputro Raharjo PEMBIMBING : I Aman Ir. A S b kti MS Subakti, Tavio, ST., MT., Ph.D LATAR BELAKANG Perlu adanya suatu alternatif bahan yang bisa mengurangi kadar semen, tetapi tidak mengurangi
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME DAN FILLER PASIR KWARSA
PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME DAN FILLER PASIR KWARSA Marsianus Danasi 1 dan Ade Lisantono 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl.Babarsari
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP FLOWABILITY DAN KUAT TEKAN SELF COMPACTING CONCRETE ABSTRAK
VOLUME 12 NO. 2, OKTOBER 2016 PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP FLOWABILITY DAN KUAT TEKAN SELF COMPACTING CONCRETE Dhany Setyawan 1, Fadillawaty Saleh 1, Hakas Payuda 1 ABSTRAK Self
Lebih terperinciPENELITIAN MENGENAI PENINGKATAN KEKUATAN AWAL BETON PADA SELF COMPACTING CONCRETE
Civil Engineering Dimension, Vol. 8, No., 87 9, September 6 ISSN 11-953 PENELITIAN MENGENAI PENINGKATAN KEKUATAN AWAL BETON PADA SELF COMPACTING CONCRETE Handoko Sugiharto Dosen Fakultas Teknik Sipil &
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya beton digunakan sebagai salah satu bahan konstruksi yang sering dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material penyusunnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baja sehingga menghasilkan beton yang lebih baik. akan menghasilkan beton jadi yang keropos atau porous, permeabilitas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang cukup pesat diikuti dengan bertambah banyaknya jumlah penduduk mengakibatkan terjadinya peningkatan yang menonjol serta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Self Compacting Concrete (Beton memadat Mandiri) adalah campuran
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Self Compacting Concrete (Beton memadat Mandiri) adalah campuran beton yang dapat memadat dengan sendirinya tanpa bantuan alat pemadat. Berikut hasil penelitian terkait SCC. a.
Lebih terperinciKoNTekS 6 Universitas Trisakti, Jakarta November 2012
KoNTekS 6 Universitas Trisakti, Jakarta 01-02 November 2012 PENGGUNAAN MATERIAL LOKAL ZEOLIT SEBAGAI FILLER UNTUK PRODUKSI BETON MEMADAT MANDIRI (SELF COMPACTING CONCRETE) Angelina Eva Lianasari Program
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup yang akan diteliti adalah penggantian sebagian semen Portland dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan
Lebih terperinciSIFAT RHEOLOGY SEMEN PASTA DITINJAU DARI CAMPURAN MATERIAL PENYUSUNNYA DAN PENGGUNAAN SUPERPLASTICIZER
SIFAT RHEOLOGY SEMEN PASTA DITINJAU DARI CAMPURAN MATERIAL PENYUSUNNYA DAN PENGGUNAAN SUPERPLASTICIZER Ignatius Kevin Wibowoputra 1, Christian Wanandi, Antoni 3, Effendy Tanojo 4 ABSTRAK : Rheology merupakan
Lebih terperinciPERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE
PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton merupakan campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Beton sering
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH BERBAGAI KADAR VISCOCRETE PADA BERBAGAI UMUR KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI f c = 45 MPa
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH BERBAGAI KADAR VISCOCRETE PADA BERBAGAI UMUR KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI f c = 45 MPa Willyanto Wantoro NRP : 0221107 Pembimbing : Ny. Winarni Hadipratomo, Ir. FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam dunia konstruksi modern saat ini.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dalam dunia konstruksi kian hari semakin tak dapat di prediksi. Begitu banyak hal - hal baru yang muncul dalam dunia konstruksi, salah satunya yaitu banyak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengujian Terdahulu Agregat Halus Habibi (2016) dalam penelitiannya yang berjudul Kajian Perbandingan Kuat Tekan Beton Terhadap Jenis Pasir Di Yogyakarta melakukan pemeriksaan
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL KUAT TEKAN BETON SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL PASIR LAUT DAN AIR LAUT.
STUDI EKSPERIMENTAL KUAT TEKAN BETON SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL PASIR LAUT DAN AIR LAUT. M.W. Tjaronge 1, A.A.Amiruddin 1, A.M.Hamka. 2 ABSTRAK : Beton self compacting concrete
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
III-1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Dalam penelitian ini yang digunakan adalah variabel bebas dan terikat. Variabel bebas meliputi prosentase Silica fume dalam campuran beton (5%) dan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. dibandingkan beton normal biasa. Menurut PD T C tentang Tata Cara
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Mutu Tinggi Beton mutu tinggi adalah beton yang memiliki kuat tekan lebih tinggi dibandingkan beton normal biasa. Menurut PD T-04-2004-C tentang Tata Cara Pembuatan dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton sejak dulu dikenal sebagai material dengan kekuatan tekan yang memadai, mudah dibentuk, mudah diproduksi secara lokal, relatif kaku, dan ekonomis. Tapi di sisi
Lebih terperinciJUDUL MODUL II: PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BETON DI LABORATORIUM MODUL II.a MENGUJI KELECAKAN BETON SEGAR (SLUMP) A. STANDAR KOMPETENSI: Membuat Adukan Beton Segar untuk Pengujian Laboratorium B. KOMPETENSI
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium beton PT. Pionirbeton, Cimareme, Ngamprah, Bandung Barat. Bentuk sampel penelitian yang digunakan
Lebih terperinciTEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI PERTEMUAN KE-6 BETON SEGAR
Ferdinand Fassa TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI PERTEMUAN KE-6 BETON SEGAR Outline Pertemuan 5 Pendahuluan Workabilitas Segregasi Bleeding Slump Test Compacting Factor Test Tugas Pendahuluan Beton segar atau
Lebih terperinciBAB I BETON MUTU TINGGI (HIGH STRENGHT CONCRETE)
BAB I BETON MUTU TINGGI (HIGH STRENGHT CONCRETE) 1.1 PENGERTIAN BETON MUTU TINGGI Beton adalah elemen yang digunakan sebagai struktur dalam konstruksi teknik sipil yang dapat dimanfaatkan untuk banyak
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan campuran tambahan (admixture). Beton akan semakin
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton merupakan salah satu bahan dasar yang umumnya digunakan dalam membangun suatu bangunan seperti bangunan gedung, jalan raya, jembatan, bendungan dan lain-lain. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton banyak digunakan secara luas sebagai bahan kontruksi. Hal ini dikarenakan beton memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh bahan yang lain, diantaranya
Lebih terperinciStudi Lanjut Mengenai Faktor Granular Tinggi pada Perancangan Beton Cara Dreux Gorrise
Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 3 Vol. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional September 2017 Studi Lanjut Mengenai Faktor Granular Tinggi pada Perancangan Beton Cara Dreux Gorrise EDWAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar permukaan bumi merupakan wilayah laut. Di dalamnya terkandung berbagai sumber daya alam yang sangat besar dan sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN JUDUL ENGLISH... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR ISTILAH... xi DAFTAR NOTASI...
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Menurut Tjokrodimuljo (1996), beton merupakan hasil pencampuran portland cement, air, dan agregat. Terkadang ditambah menggunakan bahan tambah dengan perbandingan tertentu,
Lebih terperinciPEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON
PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON Maria 1, Chris 2, Handoko 3, dan Paravita 4 ABSTRAK : Beton pozzolanic merupakan beton dengan penambahan material
Lebih terperinciTinjauan Kembali Mengenai Pengaruh Modulus Kehalusan Pasir terhadap Kuat Tekan Beton
Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Vol. 2 No. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional September 2016 Tinjauan Kembali Mengenai Pengaruh Modulus Kehalusan Pasir terhadap Kuat Tekan Beton BRAYN GILANG
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Beton Beton merupakan campuran antara semen porthland, agregat kasar, agregat halus dan air yang semuanya saling mengikat kuat dan membentuk massa padat. Beton normal adalah beton
Lebih terperinciPERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. Saya menyatakan bahwa tugas akhir yang berjudul Pengaruh Silica Fume
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Saya menyatakan bahwa tugas akhir yang berjudul Pengaruh Silica Fume Terhadap Beton Mutu Tinggi Self compacting Concrete ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI KADAR SUPERPLASTICIZER TERHADAP NILAI SLUMP BETON GEOPOLYMER
PENGARUH VARIASI KADAR SUPERPLASTICIZER TERHADAP NILAI SLUMP BETON GEOPOLYMER Anggie Adityo Aer Marthin D. J. Sumajouw, Ronny E. Pandaleke Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciSifat Beton Segar 1. Kemudahan Pengerjaan ( Workability /Kelecakan) Kompaktibilitas Mobilitas Stabilitas
Sifat Beton Segar 1. Kemudahan Pengerjaan (Workability/Kelecakan) Sifat ini merupakan ukuran tingkat kemudahan beton segar untuk diaduk, diangkut, dituang dan dipadatkan serta tidak terjadi pemisahan /segregasi.
Lebih terperinciHeru Indra Siregar NRP : Pembimbing : Ny. Winarni Hadipratomo, Ir. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT DENGAN KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI f c = 45 MPa PADA BENDA UJI SILINDER DIAMETER 150 mm DAN TINGGI 300 mm Heru Indra Siregar NRP : 0321086 Pembimbing
Lebih terperinciJurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014
JURNAL PENGARUH PENAMBAHAN MATERIAL HALUS BUKIT PASOLO SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN PASIR TERHADAP KUAT TEKAN BETON dipersiapkan dan disusun oleh PRATIWI DUMBI NIM: 5114 08 051 Jurnal ini telah disetujui
Lebih terperinciPENGARUH PEMANFAATAN SERAT KELAPA TERHADAP KINERJA BETON MUTU TINGGI
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 PENGARUH PEMANFAATAN SERAT KELAPA TERHADAP KINERJA BETON MUTU TINGGI Diena Muliasari 1 dan Bernardinus Herbudiman 2 1 Mahasiswa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Non Pasir Beton merupakan bahan bangunan yang amat populer di masyarakat karena bahan dasarnya mudah diperoleh. Salah satu kekurangan dari beton adalah berat jenisnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses yang sangat penting dalam rangka meningkatkan infrastruktur suatu wilayah. Pada saat ini pembangunan di Indonesia sedang mengalami peningkatan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian
11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN ANALISA
BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4.1. HASIL PENGUJIAN MATERIAL Sebelum membuat benda uji dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan berbagai pengujian terhadap material yang akan digunakan. Tujuan pengujian
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). B. Peralatan Penelitian
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN SILICA FUME DAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI DENGAN METODE ACI (AMERICAN CONCRETE INSTITUTE)
PENGARUH PENAMBAHAN SILICA FUME DAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI DENGAN METODE ACI (AMERICAN CONCRETE INSTITUTE) TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Lebih terperinciPengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak
Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** *Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan **
Lebih terperinciPENGGUNAAN PASIR WEOL SEBAGAI BAHAN CAMPURAN MORTAR DAN BETON STRUKTURAL
PENGGUNAAN PASIR WEOL SEBAGAI BAHAN CAMPURAN MORTAR DAN BETON STRUKTURAL Irenius O.R Kadimas 1 (ireniuskadimas@gmail.com) Jusuf J.S. Pah 2 (yuserpbdaniel@yahoo.co.id) Rosmiyati A. Bella 3 (qazebo@yahoo.com)
Lebih terperinciSTUDI BETON BERKEKUATAN TINGGI (HIGH PERFORMANCE CONCRETE) DENGAN MIX DESIGN MENGGUNAKAN METODE ACI (AMERICAN CONCRETE INSTITUTE)
STUDI BETON BERKEKUATAN TINGGI (HIGH PERFORMANCE CONCRETE) DENGAN MIX DESIGN MENGGUNAKAN METODE ACI (AMERICAN CONCRETE INSTITUTE) Abstrak Riyu 1) Chrisna Djaja Mungok 2) dan Aryanto 2) Dalam pembuatan
Lebih terperinciStudi Tentang Faktor Granular Tinggi pada Perancangan Campuran Beton Cara Dreux Gorrise
Reka Racana @ Jurusan Teknik Sipil Vol. 2 No. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional September 2016 Studi Tentang Faktor Granular Tinggi pada Perancangan Campuran Beton Cara Dreux Gorrise AFINA AZKA,
Lebih terperinciPEMANFAATAN ABU TERBANG (FLY ASH) SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI SEMEN PADA BETON MUTU NORMAL
PEMANFAATAN ABU TERBANG (FLY ASH) SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI SEMEN PADA BETON MUTU NORMAL Ilham Jaya Kusuma Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil S1, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru 28293, email: ilham.dastos6@yahoo.com
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI PERAWATAN BETON TERHADAP SIFAT MEKANIK HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE UNTUK MEMPRODUKSI BETON KUAT TEKAN NORMAL
PENGARUH VARIASI PERAWATAN BETON TERHADAP SIFAT MEKANIK HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE UNTUK MEMPRODUKSI BETON KUAT TEKAN NORMAL Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Beton merupakan unsur yang sangat penting dan paling dominan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Beton merupakan unsur yang sangat penting dan paling dominan sebagai material pada struktur bangunan. Pada umumnya beton tersusun dari semen, agregat halus, agregat
Lebih terperinciSIKA VISCOCRETE SEBAGAI DISPERSAN UNTUK SELF COMPACTING CONCRETE
Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 12 Mei 2007 SIKA VISCOCRETE SEBAGAI DISPERSAN UNTUK SELF COMPACTING CONCRETE Handi Prajitno PT. Sika Indonesia
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
digilib.uns.ac.id BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode penelitian adalah langkah-langkah atau metode yang dilakukan dalam penelitian suatu masalah, kasus, gejala, issue atau lainnya dengan jalan
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR AIR TERHADAP KUAT TEKAN BETON PADA BETON SCC (SELF COMPACTING CONCRETE) TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Penyelesaian
PENGARUH TEMPERATUR AIR TERHADAP KUAT TEKAN BETON PADA BETON SCC (SELF COMPACTING CONCRETE) TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Penyelesaian Pendidikan Sarjana Teknik Sipil Disusun Oleh : NOVAN
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Nilai kuat tekan beton rerata pada umur 28 hari dengan variasi beton SCC
59 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Nilai kuat tekan beton rerata pada
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek
25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek Holcim, didapatkan dari toko bahan bangunan
Lebih terperinciKUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN
KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN Rudolvo Wenno Steenie E. Wallah, Ronny Pandaleke Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas
Lebih terperinciPENGGUNAAN FLY ASH DAN VISCOCRETE PADA SELF COMPACTING CONCRETE
Dimensi Teknik Sipil, Vol. 3, No. 1, Maret 21, 3-35 ISSN 141-953 PENGGUNAAN FLY ASH DAN VISCOCRETE PADA SELF COMPACTING CONCRETE Handoko Sugiharto, Gideon Hadi Kusuma Dosen Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan,
Lebih terperinciTINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)
TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Self Compacting Concrete atau yang biasa disingkat dengan SCC merupakan beton inovatif yang dapat memadatkan sendiri dan mampu mengalir dengan beratnya sendiri untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan konstruksi bangunan di Indonesia telah berkembang dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan konstruksi bangunan di Indonesia telah berkembang dengan pesat seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, terutama di kotakota besar yang mengakibatkan
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
PENGARUH PENAMBAHAN LY ASH DAN SUPERPLASTICIZER DALAM MENCAPAI LOW CEMENT CONCRETE Diah Ayu Restuti Wulandari 1 Dosen Universitas Narotama Surabaya Diah.wulandari@narotama.ac.id ABSTRAK Tidak dapat dipungkiri
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan. pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
77 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Nilai kuat tekan beton rerata pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia nesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia nesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Laju pertumbuhan penduduk yang semakin pesat menyebabkan kebutuhan akanan
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENUANGAN ADUKAN BETON READY MIX KE DALAM FORMWORK TERHADAP MUTU BETON NORMAL
STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENUANGAN ADUKAN BETON READY MIX KE DALAM FORMWORK TERHADAP MUTU BETON NORMAL Hardiyanto Eka Putra 1)., Dharma Sardjana 2)., Eddy Samsurizal 2) ABSTRACT In the manufacture
Lebih terperinciPENGARUH KUAT TEKAN DAN HUBUNGAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI BETON SELF COMPACTING CONCRETE DENGAN MATERIAL TAMBAHAN SERAT BAJA
PENGARUH KUAT TEKAN DAN HUBUNGAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI BETON SELF COMPACTING CONCRETE DENGAN MATERIAL TAMBAHAN SERAT BAJA Bayu Pinasthika 1 dan Eduardi Prahara 2 1 Universitas Bina Nusantara, Jl. K.
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Pembentuk Beton Beton adalah salah satu bahan bangunan yang telah umum digunakan untuk bangunan gedung, jembatan, jalan dan lain-lain. Umumnya beton tersusun dari tiga
Lebih terperinci