BAB 2 DATA ANALISA. 2.1 Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 DATA ANALISA. 2.1 Penelitian"

Transkripsi

1 3 BAB 2 DATA ANALISA 2.1 Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan oleh peneliti, yaitu penelitian Etnografi. Dimana peneliti melakukan sebuah studi lapangan secara langsung dengan memberikan perhatian pada hal-hal yang terjadi di seputar keraton, yang berkaitan dengan sistem yang berlangsung didalamnya mulai dari sejarah, sampai antusiasme pengunjung yang datang ke keraton-keraton yang berada di Cirebon. Tidak hanya itu, penulis mempelajari sejarah keraton melalui sumber-sumber artefak yang berada didalamnya Pendekatan Penelitian Dalam penelitian yang dilakukan kali ini, pendekatan yang dilakukan ialah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan, karena pada dasarnya data-data yang akan diperoleh peneliti nantinya tidak akan dikuantifikasi. Karena penelitian yang dilakukan lebih kepada penggambaran suatu sikap masyarakat terhadap eksistensi keraton, dan keraton itu sendiri Lokasi Penelitian Dalam hal ini, lokasi penelitian yang diambil oleh penulis ialah kota Cirebon, yang mana didalamnya tersebar empat lokasi keraton tersebut. 2.2 Sumber Data Dalam melakukan penelitiannya, penulis memperoleh data dari beberapa sumber, baik yang sifatnya primer, maupun yang sekunder. Pengumpulan data tersebut bertujuan untuk mendukung penelitian, adapun data yang diperoleh sebagai berikut; Data Primer, dari sumber langsung: Sultan Sepuh Keraton Kasepuhan Bapak Eka Supriyatna selaku penduduk asli Cirebon dan pengamat Sejarah Cirebon. Bapak Chaerul Soleh selaku Kabid I dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Cirebon. Rosdiana dan Lisna selaku pemandu wisata kawasan Keraton Kasepuhan. Bapak Elang Bandi, Selaku staff kesultanan Keraton Kasepuhan. Bapak Nur Rochim (Aim) Selaku staff kesultanan Keraton Kanoman. Bapak Nono selaku staff kesultanan Keraton Kacirebonan dan Keprabonan. 3

2 4 Data Sekunder, dari Dokumen atau Tinjauan pustaka Agustina, Lia Lestari Ragam Hias Keraton Kasepuhan dan Kanoman Kasultanan Cirebon. Universitas Indonesia Irianto, Bambang Bendera Cirebon. Jakarta. Museum Tekstil Indonesia. Irianto, Bambang dan Dyah Komala Baluarti Keraton Kacirebonan. Perpustakaan Nasional RI. Argadikusuma, E Nurmas Baluarti Keraton Kasepuhan Cirebon. Cirebon. Tim Yayasan Mitra Budaya Indonesia Cerbon. Yayasan Mitra Budaya Indonesia. Sinar Harapan. Jakarta. Sedyawati, Edy Budaya Indonesia (Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah). Bentang Budaya. Jakarta. Supriyatna, Agus Napak Tilas Keraton Kanoman. Jakarta: Koran Jakarta. Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata Pesona Wisata dan Seni Budaya Kota Cirebon. Cirebon Sumber data Online (Internet) Metode Pengumpulan Data Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data, yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan keterangan secara lisan melalui proses percakapan secara langsung dan berhadapan dengan muka orang yang dapat memberikan data penelitian.(mardalis Metode penelitian suatu pendekatan proposal). Metode ini dianggap penting dilakukan oleh peneliti, karena dengan metode ini diharapkan dapat memeroleh data yang valid dan lebih teruji, adapun wawancara yang dilakukan dengan nara sumber berikut: Bapak Eka Supriyatna selaku penduduk asli Cirebon dan pengamat Sejarah Cirebon. Bapak Chaerul Soleh selaku Kabid I dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Cirebon. Rosdiana dan Lisna selaku pemandu wisata kawasan Keraton Kasepuhan. Bapak Elang Bandi, Selaku staff kesultanan Kasepuhan. Bapak Nur Rochim (Aim) Selaku staff kesultanan Kanoman. Bapak Nono selaku staff kesultanan Kacirebonan dan Keprabonan.

3 5 Dokumen Tidak kalah penting dari metode-metode lainnya, metode pengumpulan data melalui dokumen juga sangat penting dalam penelitian. Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan transkrip, buku, majalah, koran, notulen, prasasti, tabloid, brosur, booklet dan sebagainya (Suharsimi Arikunto Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik). Adapun dokumen serta naskah yang digunakan peneliti ialah: Ragam Hias Keraton Kasepuhan dan Kanoman Kasultanan Cirebon. Bendera Cirebon. Baluarti Keraton Kacirebonan. Baluarti Keraton Kasepuhan Cirebon. Cerbon. Budaya Indonesia (Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah). Napak Tilas Keraton Kanoman. 2.4 Analisa Data Penelitian Teori Kebudayaan Kata Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi yang berarti akal dan budi, sehingga kebudayaan disangkut pautkan dengan kebudayaan dan akal. Adapun istilah lain mengenai Kebudayaan adalah berasal dari bahasa asing yaitu culture, yang bermuara dari bahasa latin colere yang artinya ialah mengolah dan mengerjakan. Dari kata tersebut munculah makna bahwa culture ialah kegiatan mengolah atau mengerjakan alam. Koentjaraningrat dalam (Soerjono Soekanto. 1982:150 ) Dalam perjalannnya kemudian kebudayaan bertransformasi menjadi sesuatu pengertian yang tidak lagi sederhana, berkembang menjadi sebuah pengertian, bahwa budaya merupakan sebuah kegiatan untuk mengubah dan mengolah serta memanfaatkan kekayaan alam yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu peninggalan atau peradaban bagi masyarakat selanjutnya, karena pada dasarnya unsur geografis tiap wilayah memiliki karakter yang bebeda-beda, maka cara manusia mengolah dan memanfaatkan nya pun berbeda, sehingga kebudayaan yang muncul dari setiap wilayah juga berbeda pula, sehingga setiap wilayah dapat dipastikan memiliki kebudayaannya masing-masing. Soerjono Soekanto (1982:154) menyatakan Adapun unsur-unsur kebudayaan yang dianggap sebagai Cultural Universals adalah; Peralatan dan perlengkapan kehidupan manusia Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi Sistem kemasyarakatan Bahasa, baik verbal maupun non-verbal Kesenian Sistem pegetahuan Sistem kepercayaan atau religi

4 Teori Akulturasi Budaya Menurut peneitian Akulturasi memiliki banyak definisi (Soerjono Soekanto 2005:155) dimana akulturasi pada dasarnya ialah sebuah proses sosial adaptif masyarakat, yang muncul ketika masyarakat dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan asing sehingga dalam jangka waktu tertentu melalui tahap adaptasi, kebudayaan asing tersebut dapat diterima secara perlahan lahan dan diolah kedalam kebudayaannya sendiri tanpa kehilangan kebudayaan lama yang telah mengakar di masyarakat tersebut. Proses akulturasi pun telah ada sejak zaman dahulu kala. Indonesia merupakan salah satu contoh negara yang memiliki tingkat akulturasi budaya yang begitu majemuk, begitu kompleks, karena Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan, hal tersebut menjadikan posisinya begitu strategis, karena diapit oleh dua benua dan dua samudera, hal ini serta merta menjadikan Indonesia sebagai pusat pelabuhan dunia, tidak hanya itu, posisi tersebut menjadikannya sebagai negara yang memiliki percampuran budaya yang luas, dan memiliki hibriditas tinggi, karena hampir setiap kebudayaan Indonesia merupakan perpaduan dari kebudayaan lain yang secara perlahan menyatu dengan kebudayaan awal masyarakat Cirebon dan Akulturasi Budayanya Menurut Manuskrip Purwaka Caruban Nagari, pada abad 15 di pantai Laut Jawa ada sebuah desa nelayan kecil bernamamuara Jati. Pada waktu itu sudah banyak kapal asing yang datang untuk berniaga dengan penduduk setempat. Ki Gedeng Alang-Alang kemudian memindahkan tempat pemukiman ke tempat pemukiman baru di Lemahwungkuk, 5 km arah selatan mendekati kaki bukit menuju kerajaan Galuh. Sebagai kepala pemukiman baru diangkatlah Ki Gedeng Alang- Alang dengan gelar Kuwu Cerbon. Pada Perkembangan selanjutnya, Pangeran Walangsungsang, putra Prabu Siliwangi ditunjuk sebagai Adipati Cirebon dengan Gelar Cakrabumi. Pangeran inilah yang mendirikan Kerajaan Cirebon, diawali dengan tidak mengirimkan upeti kepada Raja Galuh. Raja Galuh kemudian mengirimkan bala tentara ke Cirebon Untuk menundukkan Adipati Cirebon, namun ternyata Adipati Cirebon terlalu kuat bagi Raja Galuh sehingga ia keluar sebagai pemenang. Dengan demikian berdirilah kerajaan baru di Cirebon dengan Raja bergelar Cakrabuana. Berdirinya kerajaan Cirebon menandai diawalinya Kerajaan Islam Cirebon dengan pelabuhan Muara Jati yang aktivitasnya berkembang sampai kawasan Asia Tenggara (Mitra Budaya Indonesia Cerbon) Cerita tersebut kemudian lantas berkembang, sehingga menimbulkan pendapat bahwa dikemudian hari Cirebon berasal dari kata Caruban yang berarti percampuran, hal ini lantas menjadi pertanda bahwa sudah dapat terlihat kaitan Akulturasi budaya memang telah ada sejak zaman dulu. Sebagai pusat pelabuhan internasional, menjadikan Cirebon sebagai tempat persinggahan masyarakat dari kebudayaan lain, baik Eropa, Timur tengah, Cina dan Afrika, melalui proses asimilasi budaya, maka terjadilah penerimaan budaya baru dengan budaya lama yang mengakibatkan sebuah akulturasi budaya. Akulturasi tersebut menyisakan peradaban yang kaya untuk wilayah Cirebon, banyak peninggalan-peninggalan yang merupakan bukti nyata adanya akulturasi di Cirebon. Bahkan akulturasi tersebut menyentuh sampai tingkat pusat pemerintahan yang dahulu berada di keraton.

5 7 Sehingga keraton-keraton di Cirebon sendiri mengalami dampak akulturasi yang dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan yang berada di dalamnya Definisi Keraton, dan Berdirinya Keraton-Keraton di Cirebon Keraton merupakan sebuah bangunan yang terdiri dari beberapa bagian bangunan, yang berfungsi sebagai tempat tinggal raja dan ratu menetap dan memerintah. Dengan demikian sama halnya, bahwa keraton Cirebon merupakan sebuah pusat pemerintahan tempat Raja dan Ratu tinggal, sekaligus memerintah kota Cirebon. Sejarah awal kesultanan Cirebon berdasarkan Baluarti Keraton Kasepuhan, ialah di mulai dalam Keraton Pakung Wati, dimana pada tahun 1430 Pangeran Cakrabuana sang putra mahkota Pajajaran membangun sebuah keraton yang dipersembahkan kepada anaknya Ratna Ayu Pakungwati. Kemudian Ratna Ayu Pakungwati menikah dengan sepupunya yaitu anak dari adik pangeran Cakrabuana, Putra Mas Larasantang yang dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati. Setelah itu Sunan Gunung Jati menetap di Cirebon dan memimpin Cirebon. Pada masa selanjutnya dibangun keraton baru yaitu keraton Kanoman. Karena sebagai keraton muda maka dinamakan Kanoman, sedangkan keraton Pakungwati sebagai yang sepuh, maka dinamakan keraton Kasepuhan. Kemudian dalam perjalanannya, unsur politik mewarnai pemerintahan dalam keraton yang menyebabkan Keraton Kanoman membangun keraton baru yaitu Keraton Kacirebonan dan Keraton Keprabonan yang lebih berfungsi sebagai pusat kesenian dan peguron Keraton-Keraton di Cirebon Keraton di wilayah Cirebon sendiri terdapat empat buah, yaitu; Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan dan Keprabonan. Keraton-keraton tersebut lahir melalui sejarah yang cukup panjang lewat permasalahan politik dan intervensi kekuasaan Belanda terhadap penguasa keraton pada waktu itu. Keraton Kasepuhan Keraton Kasepuhan, merupakan keraton tertua yang berada di Cirebon, itulah sebabnya keraton Kasepuhan dinamakan Kasepuhan yang berasal dari kata sepuh. bagian setiap keraton ini pun dikenal paling banyak memiliki makna sejarah didalamnya. Setiap inchi dari bangunan ini memiliki sejarah dan filosofinya sendiri, tidak heran keraton kasepuhan menjadi keraton yang paling banyak dikunjungi masyarakat, karena dari keraton inilah lahir keraton-keraton lain. Keraton Kanoman

6 8 Keraton Kanoman awalnya adalah pusat peradaban keraton Cirebon yang kemudian terpecah menjadi beberapa bagian: Kacirebonan dan Keprabonan. Keraton ini merupakan salah satu jejak peninggalan Sunan Gunung Jati. Keraton ini terbilang masih teguh dalam memegang pakem-pakem serta adat istiadat. Diantaranya melangsungkan acara-acara grebeg khas keraton. Keraton Kanoman terletak di wilayah Kanoman, didepan keraton sendiri terdapat pasar yang menjadi gerbang utama sebelum memasuki kompleks keraton Kanoman. Didalam keraton ini masih tersimpan benda-benda peninggalan jaman Sunan Gunung Jati seperti kereta Paksi Naga Lima dan Jempana yang masih terawat dengan baik hingga saat ini. Hal menarik yang berada di keraton ini ialah museum yang banyak menyimpan benda-benda bersejarah lain seperti piring-piring serta keramik peninggalan dari Cina. Selain itu berbagai macam hasil rampasan perang pun masih bisa dijumpai dimuseum keraton. Dibagian depan juga terdapat alun-alun untuk dilaksanakannya kegiatan masyarakat seperti muludan atau acara sura an. Keraton Kacirebonan Keraton Kacirebonan merupakan pecahan dari keraton Kanoman, keraton ini berdiri lebih sebagai pusat kesenian bagi keraton, sejarah awal keraton ini dimulai Setelah Pangeran Aria Cirebon meninggal, Kacirebonan awal ditiadakan oleh Belanda, selain itu campur tangan Belanda terhadap kehidupan keraton semakin sewenang-wenang, akibatnya semua warga keraton memilih untuk pergi dari Kacirebonan karena tidak suka dengan sikap Belanda. Berdasarkan penelitian melalui literatur...karena masyarakat merasa enggan dengan Belanda maka pemberontakan pun marak dilakukan, Pemberontakan yang dilakukan rakyat semakin meluas sehingga Belanda menganggap harus benar-benar menangkap dan mengasingkan Raja Kanoman. Setelah raja diasingkan dan masyarakat memintanya kembali, akhirnya sang raja kembali dan memiih untuk tidak memerintah, dan memutuskan hubungan dengan Belanda. Sampai akhirnya sang raja tidak mendapatkan hak apapun dari Belanda. Sampai akhirnya istri rajalah yang berinisatif mengumpulkan hak-hak raja atas kerjanya terhadap Belanda untuk kemudian membangun keraton ini, dan diwariskan pada anaknya... (Irianto.2012:4) Keraton Keprabonan Keprabonan pada dasarnya adalah sebuah peguron yang berarti sebuah kantor pembantu kesultanan keraton. Dalam perkembangannya keraton keprabon merupakan tempat untuk memperdalam dan belajar ilmu keagamaan, sehingga keprabonan lebih menjadi pusat belajar keagamaan bagi kasultanan Cirebon. Didalamnya juga terdapat pesantren yang menjadi tempat menimba dan mengajarkan ilmu agama.

7 Keraton kini Pada perkembangannya kini Keraton sudah banyak mengalami pergeseran fungsi. Setelah munculnya sistem demokrasi di masyarakat, maka sistem kekuasaan secara feodal dihapus digantikan dengan sistem pemerintahan yang demokratis. Hal ini lantas membuat keraton tidak lagi memiliki sebuah legitimasi atas rakyatnya, kewibawaan keraton kini menurun, sehingga pada masa sekarang keraton lebih berfungsi sebagai sebuah pusat kebudayaan. Tidak hanya itu, modernisasi serta masalah perekonomian membuat semua lapisan masyarakat yang berada dalam lingkungan keraton berpikir lebih rasional, hal ini dibuktikan kini banyak sultan-sultan yang telah membaur menjadi masyarakat biasa yang memiliki kehidupan yang sama dengan rakyat pada umumnya. Bahkan dari mereka kini banyak yang terjun menjadi pengusaha dan memiliki rumah pribadi diluar lingkungan keraton, selain itu banyak anakanak sultan pun yang telah mengenyam pendidikan diluar keraton bahkan sampai keluar negeri. Hal ini pelak membuktikan bahwa relevansi kehidupan keraton dengan gerusan globalisasi dan modernitas memang sudah tidak lagi sejalan, sehingga upaya-upaya adaptif pun dilakukan pihak keraton untuk bertahan hidup di era global. Meskipun demikian, usaha mereka untuk tetap melestarikan warisannya masih terlihat, hal ini ditunjukan dari acara-acara seperti grebeg, pajang jimat dan sebagainya yang masih dilakukan hingga saat ini, bukan hanya itu masyarakat pun masih antusias dalam merayakan tradisi tersebut, hanya saja konteks pemahamannya berbeda dengan konteks pemahaman masa lalu Masyarakat kini dan Keraton Meskipun masyarakat masih memperlihatkan antusiasmenya terhadap kehidupan keraton, namun gilasan modernisasi jauh lebih mendominasi pola pikir masyarakat. Hal ini menyebabkan sikap masyarakat, khususnya masyarakat modern menjadi lupa akan sejarah, dalam hal ini keraton. Keinginan mereka dalam mengenal keraton pun terkikis oleh laju modernisasi. Sehingga menjadikan keraton dan sejarahnya luput dari perhatian. 2.5 Data Wisatawan ke Cirebon Komparasi wisatawan kota Cirebon dan kunjungan ke Keraton Berikut ini adalah gambar tabel keterangan jumlah wisatawan, baik dalam maupun luar negeri yang datang ke kota Cirebon di tahun 2012.

8 10 No Bulan Wisatawan Jumlah Wisman Wisnus 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Table 2.1 Tabel Data Pengunjung Kota Cirebon tahun 2012 Dari tabel berikut, dapat diperoleh keterangan, bahwa pengunjung yang datang mengunjungi kota Cirebon ditahun 2012 mengalami peningkatan setiap bulannya. Merujuk pada data diatas, bisa dikatakan bahwa faktanya perkembangan pariwisata kota Cirebon menunjukan peningkatan yang positif. Hal ini berarti, Cirebon memiliki banyak potensi wisata yang sangat menarik, karena terbukti dari tingginya antusiasme para pengunjung yang mengunjungi kota ini. Melihat data tersebut, hal yang dikomparasi oleh peneliti ialah jumlah wisatawan yang datang ke Cirebon dan pengunjung yang datang ke keratonkeraton di Cirebon, yang ternyata tidak berbanding lurus, karena berdasarkan pengamatan peneliti, ternyata jumlah pengunjung yang mengunjungi keraton tidak lah terlalu banyak, kebanyakan para wisatawan berkunjung untuk sekedar wisata yang sifatnya komersil atau kepentingan ziarah ke makammakam suci di Kota Cirebon Data Pembanding CIREBON (bisnis-jabar.com) Tingkat kunjungan wisatawan di Kota Cirebon sepanjang 2012 meningkat sekitar 20% dari tingkat kunjungan tahun lalu yang hanya mencapai orang. Berdasarkan data dari Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon hingga Desember 2012 tercatat wisatawan yang berkunjung di sejumlah hotel dan obyek wisata di Kota Cirebon. Kabid Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon Chaerul Soleh mengatakan untuk peningkatan kunjungan wisatawan di Kota Cirebon pada 2012 sebesar 20% disumbang oleh kunjungan wisatawan asing yang bertambah sebanyk orang, dan wisatawan domestik sebanyak orang. Hal ini boleh dikatakan berbanding lurus dengan jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia dimana dikutip dari badan pusat statistik bahwa Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada

9 11 Agustus 2012 mencapai 634,2 ribu orang atau naik 2,11 persen dibandingkan jumlah wisman Agustus 2011, yang sebesar 621,1 ribu orang keduanya mengalami kenaikan meski persentasi kenaikannya berbeda (sumber Koran Bisnis Jabar) Data diatas jelas menjadi parameter mengenai kemajuan pariwisata Indonesia dan juga Cirebon yang semakin membaik tiap waktunya. Hal tersebut tentu tidak boleh disia-siakan, butuh adanya upaya untuk menciptakan mediamedia pendukung agar keingintahuan masyarakat tentang potensi wisata yang ada dapat terpenuhi. Selain itu mengingat potensi yang begitu positif, seharusnya dinas pariwisata kota Cirebon, harus bisa mengklasifikasikan jenis pariwisata kedalam kelompok tertentu, terutama wisata budaya, hal ini agar bisa dijadikan parameter lanjutan mengenai peran serta masyarakat dalam mengenal dan mempelajari budayanya sendiri 2.6 Data Khalayak Consumer Behaviour Perilaku Konsumen yang menjadi bidikan dari proyek ini adalah konsumen yang pada dasarnya berasal dari kalangan menengah atas, dimana rata-rata dari mereka berpikiran sangat terbuka dengan perubahan, dan akrab dengan modernisasi dan globalisasi, mereka juga senang dengan hal-hal baru, memiliki mobilitas yang tinggi dan aktivitas yang cukup padat. Mereka juga memiliki kecenderungan untuk menyukai hal-hal yang sifatnya modern dan komersil Data Demografi Usia: tahun Gender: Pria dan Wanita Kelas: Menengah Atas (A) Pekerjaan: Pengusaha, Pekerja, Eksekutif muda, Ekspatriat Data Geografis Secara Geografis, target yang disusur ialah masyarakat perkotaan dan pinggiran perkotaan yang sudah banyak merasakan perubahan sosial di masyarakat Data Psikologis Seperti yang telah dibahas diatas, berdasarkan psikologisnya target market yang disasar ialah masyarakat yang aktif, mobilitasnya tinggi, modern, dan lebih cenderung mencintai hal-hal yang sifatnya komersil.

10 Analisa SWOT Berikut beberapa analisa yang mengacu pada Strength. Weakness, opportunity dan threat untuk menganalisa data, dan membaca kecenderungan peluang terhadap proyek yang akan dijalankan. Strength Belum ada buku sejarah mengenai keraton-keraton Cirebon secara spesifik dan kaya sajian visual. Weakness Tidak secara eksplisit membahas seluruh keraton-keraton di Cirebon. Opportunities Menjadi media informasi tentang keraton yang edukatif, sekaligus inpiratif untuk memprovokasi pembaca, agar kembali menyadari dan mencintai peninggalan budayanya keraton. Berisi sajian visual menarik yang dikemas menyerupai foto essay. Tidak ada buku yang menjelaskan keraton-keraton di Cirebon dengan sajian visual yang optimal. Kebanyakan informasi yang disajikan hanya melalui media internet, dan jarang ada yang dibukukan. Threat Tidak semua orang menyukai buku yang sifatnya tektual dan terlalu hystorical. Banyak yang lebih memilih destinasi yang lebih komersil dibanding Keraton-Keraton di Cirebon. Minat masyarakat terhadap Keraton masih sangat minim. Kurangnya promosi mengenai keraton di Cirebon, membuatnya tidak familiar di telinga masyarakat.

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Cirebon adalah salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada dipesisir utara Jawa Barat dan termasuk ke dalam wilayah III (Cirebon,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor prioritas yang memiliki peran penting dalam kegiatan perekonomian suatu Negara. Bahkan sektor pariwisata melebihi sektor migas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata sebagai salah satu industri jasa ikut membantu meningkatkan perekonomian negara seiring dengan industri lainnya seperti pertanian, pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi upacara panjang jimat keraton kasepuhan sebagai aset budaya lokal kota

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi upacara panjang jimat keraton kasepuhan sebagai aset budaya lokal kota A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan sebuah bangsa yang terbentuk dari beragam kultur dan struktur sosial yang berbeda-beda. Kultur yang ada di negara ini sangat heterogen. Salah

Lebih terperinci

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Kebudayaan nasional dalam pandangan

Lebih terperinci

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cirebon sejak lama telah mendapat julukan sebagai Kota Wali. Julukan Kota Wali disebabkan oleh kehidupan masyarakatnya yang religius dan sejarah berdirinya

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Untuk pembuatan buku Kuliner Cirebon ini, dilakukan pengumpulan data melalui : - Literatur Internet - Situs resmi Kota Cirebon (www.cirebonkota.go.id) - Blog blog kuliner

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 SEJARAH KERAJAAN CIREBON DAN KERAJAAN BANTEN Disusun Oleh Kelompok 3 Rinrin Desti Apriani M. Rendi Arum Sekar Jati Fiqih Fauzi Vebri Ahmad UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KERAJAAN CIREBON Kerajaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman dan kekayaan akan budaya yang telah dikenal luas baik oleh masyarakat baik dalam maupun luar negeri, sehingga menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berawal dari latar belakang Cirebon yang merupakan border land atau daerah perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan kebudayaan yang berbeda antara budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Definisi Batik Batik, adalah salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia, Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang dimiliki

Lebih terperinci

I. Pendahuluan Bahasa adalah salah satu alat perhubungan paling utama untuk berkomunikasi karena dengan adanya bahasa seseorang akan mampu

I. Pendahuluan Bahasa adalah salah satu alat perhubungan paling utama untuk berkomunikasi karena dengan adanya bahasa seseorang akan mampu I. Pendahuluan Bahasa adalah salah satu alat perhubungan paling utama untuk berkomunikasi karena dengan adanya bahasa seseorang akan mampu berinteraksi dengan sesama anggota masyarakat lainnya. Seperti

Lebih terperinci

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak penduduk yang di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda suku, adat, kepercayaan (agama) dan kebudayaan sesuai daerahnya masing-masing.

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 SUMBER DATA Dalam pembuatan tugas akhir ini, Penulis memperoleh data melalui: 1. wawancara dengan pihak-pihak terkait di bagian promosi dan pemasaran di kantor Departemen Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kuliner adalah suatu kata yang sering kita dengar di masyarakat yang berarti masakan yang berupa makanan atau minuman. Informasi mengenai kuliner sendiri saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seseorang wisatawan melakukan perjalanan itu sendiri, atau dengan kata lain aktivitas dan kejadian yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat dengan banyaknya perkembangan bisnis industri dan pembangunannya. Namun dimata

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri khasnya masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada pengaruh karya seni rupa peninggalan kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Cirebon memiliki banyak sekali potensi obyek wisata yang dapat dikembangkan. Berdasarkan data-data yang penulis peroleh, ada berbagai jenis alternatif wisata yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh setiap daerah merupakan modal penting untuk meningkatkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ±

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± 18.110 pulau yang dimilikinya dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Negara Indonesia memiliki potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan

Lebih terperinci

TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA

TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA WILAYAH BANTEN Menurut berita dari Tome Pires (1512-1515) menyebutkan bahwa di daerah Cimanuk, kota pelabuhan dan batas kerajaan Sunda dan Cirebon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas dan terdiri dari lima pulau besar dan belasan ribu pulau kecil. Letak antara satu pulau dengan pulau lainnya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terbentang dari sabang hingga merauke. Oleh karena itu Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman suku dan budaya serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Itu terjadi tidak saja di hampir setiap negara di dunia ini, tetapi juga di dalam negeri sendiri, yang

BAB I PENDAHULUAN. Itu terjadi tidak saja di hampir setiap negara di dunia ini, tetapi juga di dalam negeri sendiri, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata sekarang sudah merupakan suatu tuntutan hidup dalam zaman modern ini. Permintaan orang-orang untuk melakukan perjalanan wisata, dari tahun ke tahun terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, yang memiliki seni budaya, dan adat istiadat, seperti tarian tradisional. Keragaman yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah kekayaan warisan yang harus tetap dijaga, dan dilestarikan dengan tujuan agar kebudayaan tersebut bisa bertahan terus menerus mengikuti perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang. manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha. Di era globalisasi

BAB 1 PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang. manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha. Di era globalisasi BAB 1 PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang kepariwisataan adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha. Di era globalisasi saat ini, sektor pariwisata akan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Majalengka merupakan sebuah kabupaten disebelah timur Jawa Barat. Dengan memiliki luas 1204,24 Km 2, atau sekitar 2,71% dari luas Provinsi Jawa Barat, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN 2.1 Uraina Tentang Seni Kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Menurut kajian ilmu di eropa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara di dunia yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaan di Indonesia tersebar di hampir semua aspek kehidupan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain itu kesenian juga mempunyai fungsi lain, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cerita yang khas dan tidak lepas dari cerita magis yang sampai saat ini bisa. dirasakan oleh siapapun ketika berada didalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. cerita yang khas dan tidak lepas dari cerita magis yang sampai saat ini bisa. dirasakan oleh siapapun ketika berada didalamnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki warisan budaya yang beragam salah satunya keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Warisan budaya ini bukan sekedar peninggalan semata, dari bentangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan suatu sektor yang sangat penting bagi suatu Negara. Karena sektor pariwisata merupakan sektor yang menguntungkan banyak pihak. Dengan berkembangnya

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dikenal sebagai salah satu cabang ilmu yang mempelajari peristiwa pada masa lampau untuk kemudian diaplikasikan pada masa kini bahkan diproyeksikan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki banyak kekayaan dan keindahan, letak geografis yang strategis dan membentang hijau digaris

Lebih terperinci

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL Nama : Heru Hermawan NPM : 13110283 Kelas : 1KA34 PROGRAM PASCA SARJANA : SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: 1101002.3274.030 STATISTIK DAERAH KECAMATAN PEKALIPAN 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN PEKALIPAN 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN PEKALIPAN 2015 No. Publikasi : 3274.1511 Katalog BPS : 1101002.3274.030

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi perekonomian masyarakatnya. Tidak heran jika dewasa ini banyak masyarakat bersikap positif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, arus penyampaian informasi berkembang dengan cepat, apalagi didukung dengan teknologi canggih melalui berbagai media. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jakarta Utara merupakan salah satu wilayah bagian dari DKI Jakarta yang merupakan Ibukota Negara Indonesia. Sebagaimana diketahui, Jakarta Utara yang terletak

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan kegiatan ekonomi yang cukup potensial bagi Indonesia. Akselerasi globalisasi yang terjadi sejak tahun 1980-an semakin membuka peluang bagi kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang menyumbangkan pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak wisatawan mancanegara yang berkunjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Modernisasi sangat berpengaruh terhadap tolak ukur maju atau tidaknya keberadaan suatu daerah. Pengaruh tesebut akan muncul dan terlihat melalui sebuah kompetisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat penting bagi negara-negara diseluruh dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seperti kita ketahui, Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan kesenian. Keberagaman budaya inilah yang membuat Indonesia dikenal oleh negara-negara

Lebih terperinci

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia, telah menjadi daya tarik tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beragam kebudayaan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya peninggalan peninggalan sejarah yang tersebar luas hampir

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin PERNYATAAN Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin Topik Makalah/Tulisan RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA Kelas : 1-IA21 Tanggal Penyerahan Makalah : 25 Juni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam potensi alam, seni dan budaya. Potensi-potensi itu tentu harus dikembangkan agar dapat membawa dampak positif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia

BAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta Kuda dalam perkembangannya telah ada ketika manusia mulai melakukan aktivitas produksi yang tidak dapat dipenuhi dari hasil produksinya sendiri. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Palembang merupakan salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan ibu kota dari Sumatra Selatan. Salah satu tempat wisata yang terkenal di kota Palembang adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, dan merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman seni dan budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena proses akulturasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Nias merupakan sebuah pulau yang berada di sebelah barat Pulau Sumatera, terletak antara 0 0 12 1 0 32 Lintang Utara (LU) dan 97 0 98 0 Bujur Timur (BT). Secara adimistratif

Lebih terperinci

1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN

1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN 1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cirebon adalah sebuah kota yang berada di pesisir utara pulau Jawa, berbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Karena letak geografisnya yang strategis membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, Kementerian Pariwisata mempublikasikan bahwa industri

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, Kementerian Pariwisata mempublikasikan bahwa industri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir, Kementerian Pariwisata mempublikasikan bahwa industri pariwisata selalu menempati urutan ke-4 atau ke-5 penghasil devisa bagi Negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lima pulau besar yang dimiliki serta pulau-pulau kecil yang tersebar dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan lima pulau besar yang dimiliki serta pulau-pulau kecil yang tersebar dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan lima pulau besar yang dimiliki serta pulau-pulau kecil yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 32 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 32 TAHUN 2010 TENTANG KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah suatu Negara yang berbentuk Republik, dengan banyak Pulau di dalamnya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan di dalamnya tumbuh berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi penting di Indonesia. Pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum adalah lembaga permanen dan tempat terbuka yang bersifat umum. Museum memiliki fungsi sebagai tempat atau sarana untuk merawat, menyajikan, menyimpan, melestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rempah-rempah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan manusia di dunia. Kehidupan masyarakat Indonesia pun sangat dekat dengan beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata di berbagai penjuru dunia semakin berkembang dan menjadi salah satu pemasukan bagi negara. Menurut Bappenas (2010) pada awalnya pariwisata hanya dinikmati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <www.expat.or.id/infi/info.html#culture>

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <www.expat.or.id/infi/info.html#culture> BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan museum tidak hanya sekedar untuk menyimpan berbagai bendabenda bersejarah saja. Namun dari museum dapat diuraikan sebuah perjalanan kehidupan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa kini pembangunan sedang berkembang. Terbukti dengan banyaknya pembangunan yang makin banyak dalam hal pembangunan Mall, Hotel, dan Pemukiman. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu elemen paling penting dalam kemajuan suatu daerah pada umumnya di Indonesia. Di Indonesia sektor pariwisata merupakan penunjang ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu proses kepergian seseorang menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Hal yang mendorong kepergiannya seperti kepentingan agama,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN A. Deskripsi Teoretis 1. Hakikat Tradisi dan Kebudayaan Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat berperan dalam pertumbuhan ekonomi pada suatu negara tidak terkecuali di Indonesia. Pariwisata juga tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang teletak di bagian Asia tenggara yang dilalui garis khatulistiwa. Indonesia berada diantara benua Asia dan Australia serta diantara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Memiliki 17.504 pulau dengan luas wilayah perairan mencapai 5,8 juta km2, dan panjang pantai 95.181 Km. Juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua,

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan beragam suku dengan adat dan istiadat yang berbeda, serta memiliki banyak sumber daya alam yang berupa pemandangan

Lebih terperinci

Pulau Lombok. Sedangkan saluran informasi melalui audiovisual diperoleh dari televisi, compact disk (rekaman lokasi dan gambaran berbagai macam obyek

Pulau Lombok. Sedangkan saluran informasi melalui audiovisual diperoleh dari televisi, compact disk (rekaman lokasi dan gambaran berbagai macam obyek 23 KERANGKA PEMIKIRAN Pemasaran suatu produk barang dan jasa tidak akan bisa lepas dari konteks komunikasi. Transaksi tersebut tidak saja menyangkut komunikasi satu arah tetapi menyangkut dua arah. Komunikasi

Lebih terperinci

BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA DPR RI KOMISI X TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2016

BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA DPR RI KOMISI X TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2016 BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA DPR RI KOMISI X TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2016 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. YTH

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1. Konsep Komunikasi 3.1.1. Target market Target market adalah para wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang sedang mencari informasi mengenai alternatif

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan hotel bintang dan non-bintang di Daerah

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan hotel bintang dan non-bintang di Daerah BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan hotel bintang dan non-bintang di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami peningkatan mulai tahun 2011 hingga 2013. Menurut data yang dihimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota. GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota. GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang mempunyai keindahan alam yang pantas untuk diperhitungkan.

Lebih terperinci