BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu terkait program Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sudah pernah dilakukan. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Turkar, et.al (2011) dengan judul Various Methods Involved in Waste Water Treatment to Control Water Pollution. Penelitian ini dilakukan di sekitar pemukiman padat penduduk di India. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa air limbah hasil industri dan limbah rumah tangga sudah sangat mencemari lingkungan. Untuk itu diperlukan teknik-teknik dalam mengelola air limbah, mulai dari metode alami yang bersifat biologis hingga metode baru yang dikembangkan dengan bantuan media lain untuk mengurangi beban pencemar lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian terkait metode yang digunakan dalam pengolahan air limbah juga telah dilakukan oleh Samina, et.al (2013) yang berjudul Efektivitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Domestik di Kota Cirebon terhadap Penurunan Pencemar Organik dan E-coli. Hasil menunjukkan bahwa pembangunan IPAL domestik telah berhasil dilaksanakan tetapi operasional IPAL belum maksimal. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengamanan terhadap IPAL yang 9

2 10 menyebabkan kerusakan alat dan pendangkalan sehingga kapasitas kolam tidak terpakai secara efektif. Penelitian terakhir tentang pengelolaan limbah dilakukan oleh Prasojo et.al (2014) dengan judul Pengelolaan Limbah Cair di Rumah Sakit Dirgahayu Kota Samarinda. Lokasi penelitian adalah sebuah rumah sakit yang berada ditengah pemukiman warga. Banyaknya limbah medis yang dibuang mencetuskan sebuah konflik pelik yang terjadi antara pihak rumah sakit dengan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, demi menjaga kesehatan lingkungan, pihak rumah sakit bekeja sama dengan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur untuk mengelola limbah tersebut sebelum dibuang ke pemukiman. Hasil penelitian menyebutkan, limbah cair yang telah diolah menghasilkan cairan bening, tidak berbau dan memenuhi baku mutu limbah cair yang telah ditentukan. Keberhasilan ini tidak lepas dari adanya pengawasan yang rutin serta perawatan alat-alat penunjang yang dilakukan oleh pihak rumah sakit dengan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian lain tentang manajemen pengelolaan air limbah juga pernah dilakukan oleh Yousef, et.al (2015). Penelitian yang berjudul Management, Treatment and Disposal of Waste Water (Sewage) Plan at Kuwait Oil Company (KOC) ini menjelaskan tentang rencana pengolahan air limbah di perusahaan minyak Kuwait. Adanya isu pencemaran lingkungan akibat limbah dari pengolahan minyak membuat pihak perusahaan merancang tindakan preventif yakni dengan melakukan

3 11 treatment khusus terhadap air limbah sebelum dibuang. Pengolahan limbah yang dimaksud adalah proses menghilangkan kontaminan dari limbah untuk menghasilkan limbah cair dan padat yang cocok untuk dibuang ke lingkungan atau untuk digunakan kembali. Tabel 2.1. Matriks Penelitian Terdahulu No. Penulis/Tahun/ Judul 1. Turkar (2011) Various Method Involved in Waste Water Treatment to Control Water Pollution 2. Samina (2013) Efektivitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Domestik di Kota Cirebon terhadap Penurunan Pencemar Organik dan E-coli Metode Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan di sekitar pemukiman padat penduduk di India. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan komparatif. Lokasi penelitian berada di kawasan IPAL Kesenden dan IPAL Perumnas Selatan. Hasil - Hasil penelitian menunjukkan bahwa air limbah hasil industri dan limbah rumah tangga dan industri sudah sangat mencemari lingkungan. - Diperlukan teknikteknik dalam mengelola air limbah untuk mengurangi beban pencemar dalam air, baik secara langsung maupun tidak langsung. - Hasil menunjukkan bahwa pembangunan IPAL telah berhasil tetapi operasional IPAL belum maksimal. - Operasional IPAL yang belum optimal disebabkan adanya kerusakan pompa, serta kurangnya pengamanan terhadap IPAL, dan masih sedikitnya pelanggan atau pipa sambungan air limbah rumah tangga. Relevansi Persamaannya adalah mengkaji mengenai pengelolaan air limbah dan pencemaran lingkungan yang terjadi di pemukiman penduduk. Perbedaannya terletak pada pokok pembahasan yaitu mengenai teknikteknik yang digunakan dalam mengelola air limbah. Persamaannya adalah mengkaji operasional IPAL yang belum maksimal akibat adanya kerusakan. Perbedaannya terletak pada pokok pembahasan yaitu mengenai penggunaan IPAL Domestik dengan berfokus pada parameter BOD, COD dan Bakteri E- coli.

4 12 3. Prasojo (2014) Pengelolaan Limbah Cair di Rumah Sakit Dirgahayu Kota Samarinda 4. Yousef (2015) Management, Treatment and Disposal of Waste water (Sawage) Plan at Kuwait Oil Company (KOC) Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan metode pendekatan yuridis empiris. Lokasi penelitian berada di dalam area Rumah Sakit Dirgahayu, Kota Samarinda. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan di sebuah perusahaan minyak di Kuwait Pengelolaan limbah cair yang dilakukan oleh pihak RS Dirgahayu Kota Samarinda telah dilaksanakan dengan cara yang baik dan dengan menggunakan teknologi yang modern sehingga menghasilkan kualitas hasil air olahan yang baik dan sesuai dengan baku mutu limbah cair yang dipersyaratkan. Hasil penelitian menjelaskan tentang rencana pengolahan air limbah di perusahaan minyak Kuwait dengan merancang tindakan preventif yakni dengan melakukan treatment terhadap air limbah sebelum dibuang. Pengolahan limbah merupakan proses menghilangkan kontaminan untuk menghasilkan limbah cair dan padat yang cocok untuk dibuang ke lingkungan atau untuk digunakan kembali. Persamaannya yaitu mengkaji mengenai efektivitas pengelolaan limbah cair agar sesuai dengan baku mutu yang dipersyaratkan. Perbedaannya terletak pada hasil dari keluaran limbah cair yang digunakan kembali sebagai sumber air di Rumah Sakit tersebut. Persamaannya yaitu mengkaji tentang manajemen dalam pengelolaan limbah cair. Perbedaannya adalah dalam pengelolaan limbah cair di Kuwait Oil Company tidak melibatkan bantuan dari pemerintah setempat dan telah menggunakan teknologi modern dengan bantuan mesin-mesin berkapasitas besar. 2. Efektivitas Suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, biasanya dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Akan tetapi dalam pencapaian tujuan tersebut seringkali tidak sesuai dengan apa yang diharapkan karena adanya faktor-faktor yang menghambatnya. Oleh

5 13 karena itu, diperlukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan dari kebijakan tersebut. Salah satu kriteria dasar dalam menilai suatu program adalah dengan efektivitas. Efektivitas berasal dari kata efektif, yang mempunyai arti berhasil atau tepat guna. Menurut Effendy (1989), efektivitas dapat didefinisikan sebagai berikut: Komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang ditentukan (Effendy, 1989:14). Dikutip dari Ensiklopedi Administrasi, The Liang Gie (1981:36) pemahaman tentang efektivitas dijelaskan sebagai berikut: Efektivitas adalah suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki, kalau seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud tertentu yang memang dikehendaki. Maka orang itu dikatakan efektif kalau menimbulkan atau mempunyai maksud sebagaimana yang dikehendaki. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam sebuah program atau kegiatan. Suatu hasil dapat disebut efektif apabila tujuan dan sasaran yang telah ditentukan dapat tercapai. Menurut Casley dan Kumar (dalam Wibawa, 1994:17), efektivitas implementasi kebijakan sangat ditentukan oleh perilaku birokrasi pelaksananya. Perilaku ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan kebijakan. Lingkungan sendiri dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti lingkungan biofisik, teknologi, struktur sosial, peristiwa atau kejadian, nilai, sikap, emosi dan peran dalam organisasi.

6 14 Sedangkan menurut Siagian (2001:24), definisi dari efektivitas dapat dijabarkan sebagai berikut: Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankan. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. Handoko (2003:65), mengemukakan bahwa efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih peralatan, metode atau cara yang tepat dalam proses pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Drucker (dalam Handoko, 2003:103), menyebutkan bahwa efektivitas adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing the right things). Dengan kata lain, efektivitas adalah hasil yang dicapai dibandingkan jumlah hasil produksi lain dengan jangka waktu tertentu. Kata kunci dari kata efektif adalah bahwa suatu keberhasilan pemimpin dan instansi atau organisasi yang dipimpinnya dapat diukur dengan konsep efektivitas itu sendiri. Efektivitas seringkali berarti kuantitas atau kualitas keluaran barang atau jasa. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu hal dapat dikatakan efektif apabila hal tersebut sesuai dengan yang dikehendaki. Artinya, pencapaian hal yang dimaksud merupakan pencapaian tujuan dilakukannya tindakan-tindakan untuk mencapai hal tersebut. Efektivitas dapat diartikan sebagai suatu proses pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Suatu usaha atau kegiatan dapat dikatakan efektif

7 15 apabila usaha atau kegiatan tersebut telah mencapai tujuannya. Apabila tujuan yang dimaksud adalah tujuan suatu instansi maka proses pencapaian tujuan tersebut merupakan keberhasilan dalam melaksanakan program atau kegiatan menurut wewenang, tugas dan fungsi instansi tersebut. Berdasakan pendapat Sujud (1990:151), aspek-aspek yang mempengaruhi efektivitas suatu program dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Aspek tugas atau fungsi Suatu instansi atau organisasi dapat dikatakan efektif apabila dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. Begitu pula suatu program akan dianggap efektif apabila tugas dan fungsinya dapat dilaksanakan dengan baik, dan pelanggan atau konsumen mendapatkan tingkat kepuasan yang tinggi atas pelayanan yang diberikan. b. Aspek rencana program Yang dimaksud dengan rencana program adalah bentuk rancangan kegiatan yang telah terprogram. Apabila seluruh rancangan kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik, maka program tersebut dikatakan sebagai program yang efektif. c. Aspek ketentuan dan aturan Efektivitas suatu program juga dapat dilihat dari berfungsi atau tidaknya aturan yang telah dibuat dalam rangka menjaga

8 16 ketertiban ketika suatu program berlangsung. Aspek ini mencakup aturan-aturan baik yang berhubungan dengan cara pelaksanaan maupun yang berhubungan dengan respon masyarakat. Apabila aturan ini dilaksanakan dan dipatuhi dengan baik, maka ketentuan atau aturan tersebut telah berlaku secara efektif. d. Aspek tujuan atau kondisi ideal Suatu program kegiatan dapat dikatakan efektif dari sudut hasil apabila tujuan atau kondisi ideal program tersebut dapat terlaksana dengan baik. Hal ini berarti sebuah tujuan yang menjadi cita-cita organisasi telah tercapai dengan baik. Untuk menilai berhasil atau tidaknya suatu kebijakan, maka diperlukan beberapa pedoman atau acuan dasar untuk menilainya. Melalui pedoman tersebut maka dapat diketahui apakah suatu program dapat mencapai tujuannya atau belum. Henry, Brian dan White (dalam Wibawa, 1994:65) mengemukakan beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas program, yaitu: a. Waktu pencapaian, b. Tingkat pengaruh yang diinginkan, c. Perubahan perilaku masyarakat, d. Pelajaran yang diperoleh, e. Tingkat kesadaran masyarakat akan kemampuan dirinya. Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah

9 17 diwujudkan. Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai, maka hal itu dikatakan tidak efektif. Berikut adalah ukuran mengenai efektif atau tidaknya pencapaian tujuan, sebagaimana dikemukakan oleh Siagian (1978:77), yaitu: a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksudkan supaya upaya pencapaian tujuan menjadi terarah dan tepat sasaran. b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, hal ini berarti dalam mencapai sasaran, implementor harus mengikuti aturan-aturan yang telah disusun dalam pencapaian tujuan. c. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan strategi apa yang ditetapkan untuk menjembatani usaha usaha pemerintah dalam mencapai tujuan. d. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan apa yang harus dikerjakan di masa mendatang. e. Penyusunan program yang tepat, perlu dilakukannya penjabaran terhadap program-program yang tepat untuk menjadi pedoman bagi implementor dalam bertindak dan bekerja. f. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, menjadi salah satu indikator dalam meningkatkan produktivitas dalam bekerja. g. Pelaksanaan yang efektif dan efisien h. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik mengingat sifat manusia yang tidak sempurna.

10 18 Manurut Campbell (1989:121), pengukuran efektivitas yang paling menonjol terletak pada unsur keberhasilan program dan sasaran, kepuasan terhadap program, tingkat input dan output serta pencapaian tujuan secara menyeluruh. Sehingga dalam hal ini, efektivitas program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional dalam melaksanakan semua tugas dan kewajiban pokoknya sesuai dengan target yang telah ditentukan sebelumnya. Budiani dalam Jurnal Ekonomi Sosial (2007:53) menyatakan bahwa untuk mengukur efektivitas suatu program dapat dilakukan dengan menggunakan variabel-variabel sebegai berikut: a. Ketepatan sasaran program, yaitu sejauh mana peserta program tepat dengan sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya. b. Sosialisasi program, yaitu kemampuan penyelenggara program dalam melakukan sosialisasi mengenai program yang dijalankan sehingga informasi penting mengenai pelaksanaan program dan tujuan yang telah ditetapkan dapat tersampaikan kepada masyarakat pada umumnya dan tepat pada sasaran peserta program pada khususnya. c. Tujuan program, yaitu sejauh mana peserta program mendapatkan kesesuaian antara hasil pelaksanaan program dan output yang dihasilkan dengan tujuan-tujuan program yang telah ditetapkan sebelumnya.

11 19 d. Pemantauan program, yaitu sejauh mana pengawasan yang dilakukan setelah dilaksanakannya program sebagai bentuk perhatian kepada peserta program. Sedangkan Nakamura (dalam Wahab, 1997:43), mengemukakan bahwa beberapa kriteria keberhasilan dari implementasi program kebijakan adalah sebagai berikut: a. Pencapaian tujuan dan hasil Suatu kebijakan atau program dibuat untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Meskipun kebijakan telah dirumuskan dan diimplementasikan tetapi hasil yang dicapai tidak dapat diukur, dirasakan, maupun diamati dan dinikmati secara langsung oleh warga masyarakat, maka program tersebut dianggap tidak berhasil atau gagal. b. Efisiensi Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber atau biaya untuk kinerja yang telah dilakukan. Efisiensi pelaksanaan program bukan saja berkaitan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan, tetapi juga berkaitan dengan kualitas pelaksanaan program, waktu pelaksanaan dan sumber daya yang digunakan. Dengan demikian, suatu program dapat dikatakan telah diimplementasikan dengan baik apabila terdapat perbandingan yang baik antara kualitas program dengan biaya, waktu dan tenaga yang digunakan.

12 20 c. Kepuasan kelompok sasaran Kriteria kepuasan kelompok sasaran sangat menentukan bagi keikutsertaan maupun respon masyarakat dalam mengimplementasikan program dan mengelola hasil-hasil program tersebut. Tanpa adanya kepuasan kelompok sasaran kebijakan maka program tidak mempunyai arti penting bagi kelompok sasaran tersebut. d. Daya tanggap klien Dengan adanya daya tanggap klien yang positif, maka dapat dipastikan peran serta mereka akan meningkat. Masyarakat akan mempunyai perasaan ikut memiliki dan bertanggungjawab terhadap kebijakan dan keberhasilan pelaksanaannya. Hal ini berarti kebijakan tersebut akan lebih mudah untuk diimplementasikan. e. Sistem pemeliharaan Artinya dilakukan pemeliharaan terhadap hasil-hasil yang dicapai. Tanpa adanya sistem pemeliharaan yang memadai dan kontinyu maka betapapun baiknya suatu program atau hasil yang didapat, program tersebut dapat berhenti seiring dengan berjalannya waktu. Suatu program yang tidak mengarah pada kriteria-kriteria tersebut dipandang tidak efektif. Melalui beberapa kriteria yang telah disebutkan tadi, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pelaksanaan suatu program juga merupakan proses belajar bagi para pelaksananya. Selain

13 21 itu, proses pelaksanaan program yang akan dilakukan oleh pemerintah semestinya mengarah pada peningkatan kemampuan masyarakat dan juga dipandang sebagai usaha penyadaran masyarakat. 3. Implementasi Mengenai konsep implementasi, Ripley dan Franklin (dalam Winarno, 2007:145), mengatakan bahwa definisi dari implementasi adalah sebagai berikut: Apa yang terjadi setelah undang-undang yang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan atau suatu jenis keluaran yang nyata. Pengertian implementasi dalam hal ini adalah menunjuk pada sejumlah kegiatan yang mengikuti pernyataan/maksud tentang tujuan-tujuan program dan hasil-hasil yang diinginkan oleh para pejabat pemerintah. Sementara itu konsep implementasi menurut Nugroho (2011:618) merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya, tidak lebih dan tidak kurang. Dalam mengimplementasikan sebuah kebijakan publik dapat melalui 2 (dua) langkah, yaitu dengan langsung mengimplementasikannya dalm bentuk program kerja maupun kegiatan, atau dengan melakukan formulasi kebijakan turunan. Implementasi merupakan salah satu tahap dalam proses kebijakan publik. Biasanya implementasi dilaksanakan setelah sebuah kebijakan dirumuskan dengan tujuan yang jelas. Implementasi adalah suatu rangkaian aktifitas dalam rangka menghantarkan kebijakan kepada masyarakat agar dapat membawa hasil sebagaimana yang diharapkan.

14 22 Untuk melihat sejauh mana keberhasilan implementasi dari suatu kebijakan, ada beberapa teori yang bisa digunakan untuk menilai keberhasilan implementasi tersebut. Adapun beberapa teori implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai berikut: a. Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn (1975) Menurut Van Meter dan Van Horn, implementasi kebijakan berjalan secara linear dari kebijakan publik, implementor dan kinerja kebijakan publik. Van Meter dan Van Horn dalam Subarsono (2005) menjelaskan bahwa ada 6 variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu: 1) Standar dan sasaran kebijakan Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur, sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang dapat menyebabkan terjadinya konflik di antara para implementor. 2) Sumber daya Kebijakan perlu didukung oleh sumber daya, baik itu sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia. 3) Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas Dalam berbagai kasus, implementasi sebuah program terkadang perlu didukung dan dikoordinasikan dengan instansi lain agar tercapai keberhasilan yang diinginkan. 4) Karateristik agen pelaksana

15 23 Sejauh mana kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan. Termasuk didalamnya karateristik para partisipan yakni mendukung atau menolak, kemudian juga bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan dan apakah elite politik mendukung kebijakan. 5) Kondisi sosial, ekonomi dan politik Kondisi sosial, ekonomi dan politik mencakup sumber daya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan. 6) Disposisi implementor Disposisi implementor mencakup tiga hal penting, yaitu: a) Respons implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan; b) Kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan; c) Intensitas disposisi implementor yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementasi. b. Teori George C. Edwards III (1980) Menurut pandangan Edwards (dalam Nugroho, 2011:636), ada empat faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan, yaitu: 1) Komunikasi Komunikasi berkaitan dengan bagaimana kebijakan di komunikasikan pada organisasi publik, keterlibatan sumber

16 24 daya, sikap dan tanggapan dari para pihak yang terkait, struktur organisasi dan pelaksanaan kebijakan. 2) Sumberdaya Sumber daya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif. Implementasi tidak akan berjalan efektif tanpa adanya sumberdaya untuk melaksanakannya, khususnya sumber daya manusia. 3) Disposisi Disposisi berkenaan dengan kesediaan para implementor untuk melaksanakan kebijakan. Disposisi berupa watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti: komitmen, kejujuran dan sifat demokratis. 4) Struktur Birokrasi Struktur birokrasi berkaitan dengan bagaimana kesesuaian organisasi dalam melaksanakan kebijakan. Struktur birokrasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. c. Teori Merilee S. Grindle (1980) Keberhasilan implementasi menurut Grindle dalam Soebarsono (2005) dipengaruhi oleh dua variabel besar, yaitu isi kebijkan (content of policy) dan lingkungan implementasi (context of implementation). 1) Variabel isi kebijakan (content of policy) mencakup:

17 25 a) Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran termuat dalam isi kebijakan; b) Jenis Manfaat yang diterima oleh kelompok sasaran; c) Sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan; d) Apakah letak sebuah program sudah tepat; e) Apakah sebuah program telah menyebutkan implementornya dengan rinci; f) Apakah sumber dayanya telah memadai. 2) Sedangkan variabel lingkungan implementasi (context of implementation) mencakup: a) Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh aktor yang terlibat implementasi kebijakan; b) Karakteristik institusi dan rezim yang sedang berkuasa; c) Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran. d. Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1983) Mazmanian dan Sabatier dalam Nugroho (2011), menjelaskan bahwa ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yakni: (1) karakteristik dari masalah (tractability of the problems); (2) karakteristik kebijakan/undangundang (ability of statute to structure implementation); (3) variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting implementations). 1) Karakteristik masalah:

18 26 a) Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan. b) Tingkat kemajemukan kelompok sasaran. c) Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi. d) Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan. 2) Karakteristik kebijakan: a) Kejelasan isi kebijakan. b) Seberapa jauh kebijakan memiliki dukungan teoritis. c) Besarnya alokasi sumberdaya finansial terhadap kebijakan. d) Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai institusi pelaksana. e) Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana. f) Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan. g) Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi dalam implementasi kebijakan. 3) Lingkungan kebijakan: a) Kondisi sosial ekonomi dan tingkat kemajuan teknologi. b) Dukungan publik terhadap suatu kebijakan. c) Sikap kelompok pemilih (constituency groups). Kelompok pemilih yang ada dalam masyarakat dapat mempengaruhi implementasi kebijakan melalui berbagai cara yaitu:

19 27 (1) Kelompok pemilih dapat melakukan intervensi terhadap keputusan yang dibuat melalui berbagai komentar dengan maksud mengubah keputusan; (2) Kelompok pemilih dapat memiliki kemampuan untuk mempengaruhi badan-badan pelaksana secara tidak langsung melalui kritik yang dipublikasikan terhadap kinerja badan-badan pelaksana, dan membuat pernyataan yang ditujukan kepada badan legislatif. d) Tingkat komitmen dan ketrampilan dari aparat dan implementor. 4. Program Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) a. Definisi Program Program dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengandung pengertian Rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha (dalam ketatanegaraan, perekonomian dan sebagainya) yang akan dijalankan. Pendapat lain dikemukakan oleh Arikunto dan Jabar (2004:5), yang menyebutkan bahwa Program terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan dan saling memanjang dalam rangka mencapai tujuan. Ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam menentukan program, yaitu:

20 28 1) Realisasi atau implementasi suatu kebijakan. 2) Terjadi dalam waktu yang relatif lama, karena bukan merupakan kegiatan tunggal tetapi kegiatan jamak yang berkesinambungan satu sama lainnya. 3) Terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang. (dalam Arikunto dan Jabar, 2004: 3) Dalam PP No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan dijelaskan bahwa Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah, lembaga atau organisasi untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah. Program kerja juga digunakan sebagai sarana untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan instansi atau organisasi. Ada dua alasan pokok mengapa program kerja perlu disusun oleh suatu instansi: 1) Fungsi Efisiensi Efisiensi menunjukkan kemampuan suatu organisasi dalam menggunakan sumber daya dengan tepat guna dan tepat sasaran sehingga tidak ada pemborosan baik secara material maupun non-material. 2) Fungsi Efektivitas

21 29 Efektivitas menunjukkan kemampuan suatu organisasi dalam usahanya untuk mencapai tujuan dan sasaran-sasaran atau hasil akhir yang telah ditetapkan sebelumnya secara tepat dan jelas. Program juga dapat dibedakan melalui jenis-jenisnya. Berikut adalah pengelompokan program kerja menurut jenisnya: 1) Menurut rentang perencanaan waktu a) Program kerja untuk satu periode kepengurusan. Karena dibuat untuk satu kali periode kepengurusan, maka rapat kerja (raker) hanya dilakukan sekali dan selanjutnya diadakan evaluasi dan koordinasi dari program kerja yang telah ditentukan. b) Program kerja untuk waktu tertentu. Dibuat dalam jangka waktu tertentu, seperti triwulan, caturwulan, semester dan lain-lain, sehingga rapat kerja (raker) dalam organisasi biasanya dilakukan lebih dari sekali dalam satu periode kepengurusan. 2) Menurut sifat program kerja a) Program kerja yang bersifat terus menerus (continue). Program kerja ini dilakukan secara berkesinambungan dalam beberapa periode kepengurusan. Kesulitan implementasi umumnya dihadapi saat pertama kali melaksanakan program kerja ini.

22 30 b) Program kerja yang bersifat insidental. Program kerja ini umumnya hanya dilakukan pada suatu waktu, mengambil momentum-momentum waktu yang penting atau darurat. c) Program kerja yang bersifat tentatif. Program kerja ini dilakukan sesuai dengan kondisi yang akan terjadi di masa mendatang, karena adanya faktor yang kurang terjamin ketika direncanakannya duatu program. 3) Menurut target dari instansi a) Program kerja jangka panjang. Program kerja ini harus sesuai dengan tujuan serta visi dan misi instansi. b) Program kerja jangka pendek. Program kerja ini merupakan program kerja yang dirancang untuk memenuhi berbagai kebutuhan instansi dalam suatu periode kepengurusan. b. Program Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal Menurut Sugiharto (dalam Junaidi, 2006), limbah cair adalah cairan yang berasal dari sisa proses kegiatan dan usaha lainnya yang tidak dimanfaatkan kembali. Sebelum dibuang, limbah cair harus diolah dahulu untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan zat berbahaya didalamnya, sehingga tidak membahayakan kesehatan manusia dan tidak mengganggu ekosistem hewan dan tumbuhan dalam air. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal, merupakan serangkaian unit operasi, unit proses dan segala peralatan

23 31 yang digunakan dalam pengolahan limbah, agar kadar pencemaran limbah berada tepat atau dibawah baku mutu limbah yang dipersyaratkan pemerintah. IPAL Komunal juga dikenal sebagai sistem pengolahan limbah cair secara terdesentralisasi untuk pengolahan air limbah organik dan sanitasi yang berbasis masyarakat. Teknologi IPAL banyak diaplikasikan sebagai pengolahan limbah peternakan, industri pengolahan makanan, limbah domestik (sanimas), serta limbah rumah sakit dan hotel. IPAL Komunal secara garis besar mengolah limbah domestik yang memiliki karakteristik sama, dengan tujuan menghemat biaya pembangunan IPAL Individual, dan mempermudah perawatan dalam skala besar. Misalnya limbah di suatu kawasan yang terdiri dari banyak usaha atau industri kecil dan menengah. Pertimbangannya adalah bahwa IPAL Komunal memiliki efisiensi pengolahan yang tinggi dengan catatan debit limbah yang diolah dalam jumlah yang besar. Jika limbah yang diolah tidak terlalu besar, maka akan boros energi (suplai udara) dan biaya perawatan. Selain itu, kondisi bentang alam dan posisi penghasil limbah pun perlu diperhitungkan agar tetap efisien. Bagaimanapun juga, pembangunan IPAL Komunal perlu mempertimbangkan asas kelayakan (feasibility) sebagai upaya dalam merekayasa interaksi pembangunan dan lingkungan agar menjadi

24 32 lebih baik bagi keberlanjutan daya dukung lingkungan. Tujuan dari pembangunan IPAL Komunal adalah sebagai berikut: 1) Mengurangi beban pencemaran akibat pembuangan limbah cair. 2) Mencegah pencemaran pada tanah permukaan dan sumber air rumah tangga. 3) Melindungi hewan dan tumbuhan yang hidup dalam air. 4) Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit penyakit. Program pembangunan IPAL Komunal bagi usaha atau industri kecil menegah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sragen Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup. Perda ini merupakan acuan bagi pemerintah dalam mengusahakan sarana dan prasarana pembuangan atau pengolahan limbah untuk industri rumah tangga dan industri kecil, serta dalam upaya menurunkan kadar pencemar dalam limbah, agar diperoleh limbah cair dengan kualitas baik dan memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Prinsip-prinsip pengolahan air limbah secara garis besar dapat digolongkan menjadi 3, yaitu: 1) Pengolahan secara fisika, yaitu pengolahan yang ditujukan untuk air limbah yang tidak larut (bersifat tersuspensi), atau dengan kata lain buangan cair yang mengandung padatan, sehingga menggunakan metode ini digunakan untuk proses pemisahan. Pada umumnya sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan yang diinginkan, bahan-bahan tersuspensi yang

25 33 berukuran besar dan mudah mengendap atau bahan-bahan yang mudah mengapung harus disisihkan terlebih dahulu. Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan sisa yang mengapung seperti minyak dan lemak, agar tidak mengganggu pada proses berikutnya. 2) Pengolahan secara kimia yaitu proses pengolahan yang menggunakan bahan kimia untuk mengurangi konsentrasi zat pencemar dalam air limbah. Proses ini menggunakan reaksi kimia untuk mengubah air limbah yang berbahaya menjadi kurang berbahaya. Proses yang termasuk dalam pengolahan secara kimia adalah netralisasi, presipitasi, khlorinasi, koagulasi dan flokulasi. Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan pertikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa phospor dan zat organik beracun, dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Pengolahan secara kimia dapat memperoleh efisiensi yang tinggi akan tetapi biaya menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia. 3) Pengolahan secara biologis yaitu pengolahan air limbah dengan menggunakan mikroorganisme seperti ganggang, bakteri, protozoa, untuk mengurai senyum organik dalam air limbah menjadi senyawa yang sederhana. Pengolahan tersebut mempunyai tahapan seperti pengolahan secara aerob, anaerob dan fakultatif.

26 34 Pengolahan air limbah secara biologis, antara lain bertujuan untuk menghilangkan zat organik, anorganik, amonia dan posphat dengan bantuan mikroorganisme. Konsep teknologi IPAL Komunal memanfaatkan energi gravitasi secara bejana berhubungan dengan proses biologis, sehingga tidak diperlukan input energi listrik dan bahan kimia. Penggunaan teknologi IPAL memiliki beberapa keuntungan, antara lain mudah dalam operasional dan perawatan, serta estimasi biaya yang murah (low costs). Bekerjanya seluruh komponen atau sub sistem tersebut akan menjamin keberlangsungan dan keberhasilan dalam mengatasi permasalahan limbah batik, yang secara singkat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Sistem Jaringan Air Limbah dan IPAL Komunal Sentra Batik Kliwonan

27 35 Berikut adalah penjelasan secara ringkas dari gambar diatas: Limbah cair batik ditampung di bak penampungan air limbah di masing-masing pabrik, kemudian dialirkan ke dalam saluran jaringan air limbah. Dalam jarak tertentu, dibangun bak kontrol (A) yang berfungsi untuk memeriksa aliran air limbah apabila terjai kemacetan dalam sistem jaringan. Setelah melewati bak kontrol, air limbah ditampung pada bak pengurai aerob (B). Di dalam bak B sudah mulai terjadi proses pengendapan (sedimentasi) awal, netralisasi dan proses homogenitas dari limbah yang berasal dari beberapa pabrik. Dari bak B, air limbah kemudian disalurkan melalui pipa dan masuk ke bak pengolahan lanjut. Air limbah masuk ke bal stabilisasi anaerob (C) dan berlanjut ke bak anaerob filter (D) untuk di diabsorb. Air yang keluar dari pengolahan ini dilairkan ke kolam kontrol akhir (E) untuk kemudian dibuang ke aliran sungai. Untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air, pengelolaan air limbah harus dilakukan secara terpadu dengan pendekatan ekosistem sehingga dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Pengelolaan air limbah harus dilakukan dengan cermat, dimulai dengan perencanaan yang teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas dan pengoperasian IPAL Komunal yang benar dan optimal,

28 36 pemeliharaan serta adanya pemantauan berkala terhadap hasil pengolahan tersebut. 5. Efektivitas Pelaksanaan Program IPAL Komunal Dalam penelitian ini, aspek yang dikaji adalah mengenai efektivitas dari program IPAL Komunal di Sentra Batik Kliwonan. Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan yang telah ditentukan. Tujuan yang ingin dicapai dalam program IPAL Komunal ini adalah untuk mengurangi beban pencemaran akibat pembuangan limbah cair pembatikan pada aliran sungai Bengawan Solo. Sedangkan sasaran program adalah para pemilik usaha batik yang ada di Kawasan Sentra Batik Kliwonan, yakni Desa Kliwonan dan Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Berdasarkan beberapa teori untuk mengukur efektivitas program yang dikemukakan diatas, maka penulis akan menggunakan salah satu pedoman untuk mengukur efektivitas program, yaitu pencapaian tujuan dan hasil. Suatu program dapat dikatakan efektif apabila bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas dari suatu program menunjukkan keberhasilan apabila hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan dari program tersebut. Efektivitas juga dianggap berhasil apabila dampak positif yang dihasilkan jauh lebih besar dari dampak negatifnya. Sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Nakamura, penelitian ini lebih memfokuskan pada 4 (empat) indikator untuk menilai

29 37 keberhasilan dan efektivitas program, yaitu: a) Pencapaian tujuan, b) Kepuasan kelompok sasaran, c) Daya tanggap klien, dan d) Sistem pemeliharaan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas program IPAL di Kawasan Sentra Batik Kliwonan adalah sebagai berikut: a. Sikap Positif Pelaksana Sikap positif pelaksana timbul sejalan dengan pemahaman terhadap tujuan program, yang didukung dengan ketersediaan sumber daya dan lancarnya komunikasi. Kreativitas dalam pelaksanaan program akan muncul dari sikap pelaksana yang mendukung program. Sikap ini ditentukan oleh tingkat pemahaman pelaksanaan terhadap tujuan program yang terlihat dalam sikap penerimaan aparat pelaksana guna mensukseskan program dan kepatuhan aparat pelaksana dalam memenuhi prosedur/ketentuan yang telah ditetapkan. b. Komunikasi dan Koordinasi Program atau kebijakan akan berjalan efektif bila ukuran dan tujuan dapat dipahami oleh individu-individu yang bertanggung jawab dalam kinerja program atau kebijakan. Dengan begitu, ketepatan komunikasi antar pelaksana dan konsistensi dari tujuan yang dikomunikasikan menjadi sangat penting. Komunikasi dan koordinasi di dalam dan diantara organisasi-organisasi merupakan suatu proses yang kompleks dan sulit. Dalam meneruskan pesan-

30 38 pesan ke bawah dalam suatu organisasi atau dari suatu organisai ke organisasi lainnya, para komunikator dapat menyimpangkannya atau menyebarluaskannya, baik secara sengaja atau tidak sengaja. c. Sumber Daya yang Memadai Tersedianya sumber daya yang memadai akan mendukung dalam pelaksanaan suatu program untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Sumber daya tersebut dapat berupa materi/bahan pokok, sumber dana/anggaran, perlengkapan, sarana dan prasarana yang dibutuhkan maupun sumber daya manusia. d. Dukungan dan Partisipasi Masyarakat Daya dukung masyarakat bisa meliputi kepatuhan dan partisipasi kelompok sasaran dalam pelaksanaan program. Untuk keberhasilan program, mutlak diperlukan sikap patuh dan daya dukung dari kelompok sasaran sebagai bentuk partisipasi yang mendukung setiap kegiatan program. Penulis menggunakan kriteria dari Nakamura dan menyimpulkan faktor yang mempengaruhi implementasi dari beberapa ahli untuk mendapatkan informasi guna menentukan tingkat keberhasilan dan efektivitas program, serta untuk membandingkan desa mana yang lebih efektif dalam menjalankan program tersebut. Setiap poin dianggap tepat dan dapat mewakili informasi yang dibutuhkan oleh penulis.

31 39 B. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir diterapkan sebagai dasar dalam pengembangan konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Kerangka berpikir ini akan menjelaskan alur pemikiran dari penulis dalam melakukan penelitian. Kerangka berpikir ini diawali dengan adanya Peraturan Daerah yang dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten Sragen mengenai pengendalian lingkungan hidup. PERDA Nomor 6 Tahun 2008 ini merupakan acuan bagi pemerintah dalam mengusahakan sarana dan prasarana pembuangan atau pengolahan limbah untuk industri rumah tangga dan industri kecil, serta dalam upaya menurunkan kadar pencemar dalam agar diperoleh limbah dengan kualitas baik dan memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sragen sebagai perpanjangan tangan dari Kementerian Lingkungan Hidup dalam pelaksanaan program Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal. Kawasan Sentra Batik Kliwonan sendiri merupakan gabungan antara dua desa penghasil batik di Kabupaten Sragen, yaitu Desa Kliwonan dan Desa Pilang. Industri ini menjadi salah satu komuditas ekonomi utama yang berkembang pesat di Kabupaten Sragen. Pada tahap implementasi program, beberapa faktor dianggap mempunyai pengaruh kuat untuk menentukan program tersebut akan berjalan baik atau tidak. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah sikap positif pelaksana, komunikasi dan koordinasi, sumber daya yang memadai, serta dukungan dan partisipasi masyarakat. Selain itu ada 4 indikator penilai

32 40 efektivitas yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pencapaian tujuan, kepuasan kelompok sasaran, daya tanggap klien, dan sistem pemeliharaan. Berikut adalah gambar kerangka berpikir dalam penelitian ini: Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Pencemaran Lingkungan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) akibat Pembuangan Limbah Cair Sisa Bahan Kimia Batik PERDA Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup Program Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal di Kawasan Sentra Batik Kliwonan IMPLEMENTASI Indikator Efektivitas Program: 1. Pencapaian Tujuan 2. Kepuasan Kelompok Sasaran 3. Daya Tanggap Klien 4. Sistem Pemeliharaan Faktor-faktor yang Mempengaruhi: 1. Sikap Positif Pelaksana 2. Komunikasi dan Koordinasi 3. Sumber Daya yang Memadai 4. Dukungan dan Partisipasi Masyarakat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Thomas Dye dalam Subarsono (2013: 2), kebijakan publik adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Thomas Dye dalam Subarsono (2013: 2), kebijakan publik adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebijakan Publik 1. Konsep Kebijakan Publik Menurut Thomas Dye dalam Subarsono (2013: 2), kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Implementasi Kebijakan Publik. a. Konsep Implementasi:

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Implementasi Kebijakan Publik. a. Konsep Implementasi: BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Implementasi Kebijakan Publik a. Konsep Implementasi: Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak

Lebih terperinci

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah cair atau yang biasa disebut air limbah merupakan salah satu jenis limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat. Sifatnya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai usaha telah dilaksanakan oleh pemerintah pada akhir-akhir ini untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan yaitu masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Limbah merupakan sisa suatu kegiatan atau proses produksi yang antara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, industri, pertambangan dan rumah sakit. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap kebutuhannya, tidak hanya untuk makan minum melainkan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. setiap kebutuhannya, tidak hanya untuk makan minum melainkan menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu sumber daya alam yang penting bagi manusia. Telah ratusan bahkan jutaan tahun lamanya manusia sudah mulai memanfaatkan air dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, menjelaskan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era modern ini, proses modernisasi akan menaikkan konsumsi sejalan dengan berkembangnya proses industrialisasi. Dengan peningkatan industrialisasi tersebut maka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai saat ini sepertiga populasi dunia tinggal di negara yang mengalami kesulitan air dan sanitasi yang bervariasi dari mulai sedang hingga sangat tinggi. Masalah

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN Rizal 1), Encik Weliyadi 2) 1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL Berdasarkan hasil pengamatan sarana pengolahan limbah cair pada 19 rumah sakit di Kota Denpasar bahwa terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberadaan industri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun juga tidak jarang merugikan masyarakat, yaitu berupa timbulnya pencemaran lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota besar, semakin banyak didirikan Rumah Sakit (RS). 1 Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Proses ini yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang industri dan teknologi membawa kesejahteraan khususnya di sektor ekonomi. Namun demikian, ternyata juga menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan kegiatan terencana dalam upaya merubah suatu keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu membawa dampak positif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air lindi atau lebih dikenal dengan air limbah sampah merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan yang sangat potensial. Air lindi akan merembes melalui tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan industri merupakan salah satu kegiatan di sektor ekonomi yang dilakukan oleh manusia yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimana didalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air buangan merupakan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Jenis limbah cair ini dibedakan lagi atas sumber aktifitasnya,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan 25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL 34 3.1. Uraian Proses Pengolahan Air limbah dari masing-masing unit produksi mula-mula dialirkan ke dalam bak kontrol yang dilengkapi saringan kasar (bar screen) untuk menyaring

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Air Kualitas air secara biologis ditentukan oleh banyak parameter, yaitu parameter mikroba pencemar, patogen dan penghasil toksin. Banyak mikroba yang sering bercampur

Lebih terperinci

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL 5.1 Masalah Air Limbah Layanan Kesehatan Air limbah yang berasal dari unit layanan kesehatan misalnya air limbah rumah sakit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

Lebih terperinci

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH 5 2.1 Proses Pengolahan Air Limbah Domestik Air limbah domestik yang akan diolah di IPAL adalah berasal dari kamar mandi, wastavel, toilet karyawan, limpasan septik tank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui

Lebih terperinci

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat 1 2 Dengan semakin meningkatnya jumlah fasilitas pelayanan kesehatan maka mengakibatkan semakin meningkatnya potensi pencemaran lingkungan. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah sakit mengandung senyawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput).

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah tersebut dapat

Lebih terperinci

LAMPIRAN Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 122 Tahun 2005

LAMPIRAN Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 122 Tahun 2005 LAMPIRAN Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 122 Tahun 2005 GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 122 TAHUN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri,

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran air yang terus meningkat telah menurunkan kualitas air di seluruh dunia. Pencemaran air disebabkan oleh jumlah manusia dan kegiatan manusia yang beragam.

Lebih terperinci

4.1. Baku Mutu Limbah Domestik

4.1. Baku Mutu Limbah Domestik Bab iv Rencana renovasi ipal gedung bppt jakarta Agar pengelolaan limbah gedung BPPT sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor seperti pariwisata, industri, kegiatan rumah tangga (domestik) dan sebagainya akan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum sehingga merupakan modal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. administration atau to administear yang berarti mengelola (to manage) atau. usaha seperti tulis menulis, surat menyurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. administration atau to administear yang berarti mengelola (to manage) atau. usaha seperti tulis menulis, surat menyurat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka a. Administrasi dan Administrasi Negara Administrasi secara etimologi berasal dari Bahasa Inggris yaitu administration atau to administear yang berarti mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan industri mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dapat menciptakan lapangan kerja. Akan tetapi kegiatan industri sangat potensial untuk menimbulkan dampak

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup, karena selain dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup, juga dibutuhkan untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas manusia yang semakin beragam di berbagai sektor sekarang ini sehingga menimbulkan dampak positif dan dampak negatif, salah satu dampak negatif dari aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebijakan Publik dan Implementasi Kebijakan Publik. kegiatan tertentu. Istilah kebijakan dalam bahasa Inggris policy yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebijakan Publik dan Implementasi Kebijakan Publik. kegiatan tertentu. Istilah kebijakan dalam bahasa Inggris policy yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebijakan Publik dan Implementasi Kebijakan Publik Secara umum, istilah kebijakan atau policy digunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin besarnya limbah yang di hasilkan dari waktu ke waktu. Konsekuensinya adalah beban badan air selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemui pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. ditemui pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan penduduk yang semakin meningkat, pencemaran lingkungan menjadi salah satu permasalahan yang banyak ditemui pada daerah dengan kepadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Di

Lebih terperinci

BAB 2 STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PROPINSI DKI JAKRTA

BAB 2 STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PROPINSI DKI JAKRTA BAB 2 STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PROPINSI DKI JAKRTA 41 2.1 Azas, Tujuan Dan Sasaran Pengelolaan Air Limbah Domestik Untuk mengatasi masalah pencemaran air di wilayah DKI Jakarta sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi manfaat maupun penggunaannya. Hal ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi manfaat maupun penggunaannya. Hal ini dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air atau sungai dapat menjadi sumber malapetaka apabila tidak di jaga, baik dari segi manfaat maupun penggunaannya. Hal ini dapat dilihat sebagaimana yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK 286 12.1 PENDAHULUAN 12.1.1 Permasalahan Masalah pencemaran lingkungan di kota besar misalnya di Jakarta, telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit bebas bulu dan urat di bawah kulit. Pekerjaan penyamakan kulit mempergunakan air dalam jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia, dan manusia selama hidupnya selalu membutuhkan air. Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK 59 6.1 Perawatan Yang Perlu Diperhatikan Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC Perawatan unit IPAL yang perlu diperhatikan antara lain : Hindari sampah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak bermanfaat lagi (Sri Moertinah, 2010:104). Limbah dapat dihasilkan dari

BAB I PENDAHULUAN. tidak bermanfaat lagi (Sri Moertinah, 2010:104). Limbah dapat dihasilkan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Limbah merupakan suatu barang sisa dari sebuah kegiatan produksi yang tidak bermanfaat lagi (Sri Moertinah, 2010:104). Limbah dapat dihasilkan dari beranekaragam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun

I. PENDAHULUAN. bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan institusi pelayanan bidang kesehatan dengan bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun promotif (Kusumanto,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 186 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Secara umum suhu air perairan Teluk Youtefa berkisar antara 28.5 30.0, dengan rata-rata keseluruhan 26,18 0 C. Nilai total padatan tersuspensi air di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai flokulan alami yang ramah lingkungan dalam pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai flokulan alami yang ramah lingkungan dalam pengolahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bioflokulan DYT merupakan material polimer alami yang telah diuji dapat digunakan sebagai flokulan alami yang ramah lingkungan dalam pengolahan limbah cair

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI DAN STANDAR KOMPETENSI MANAJER PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS 12.1. Pendahuluan Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi, kwalitas lingkungan hidup juga menurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius,

BAB I PENDAHULUAN. air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan khususnya masalah pencemaran air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius, penyebab dari pencemaran tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Lingkungan Hidup Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang disempurnakan dan diganti dengan Undang Undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber protein dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain mengandung gizi yang baik,

Lebih terperinci

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN PABRIK PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA Dosen Pengampu: Ir. Musthofa Lutfi, MP. Oleh: FRANCISKA TRISNAWATI 105100200111001 NUR AULYA FAUZIA 105100200111018

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH PENGELOLAAN LIMBAH MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT STUDI KASUS: CUT MEUTIA DI KOTA LHOKSEUMAWE

TUGAS MATA KULIAH PENGELOLAAN LIMBAH MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT STUDI KASUS: CUT MEUTIA DI KOTA LHOKSEUMAWE TUGAS MATA KULIAH PENGELOLAAN LIMBAH MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT STUDI KASUS: CUT MEUTIA DI KOTA LHOKSEUMAWE Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Limbah Oleh: Laila Rismawati

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit Pencemaran air limbah sebagai salah satu dampak pembangunan di berbagai bidang disamping memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat. Selain itu peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Batam merupakan salah satu kota di Propinsi Kepulauan Riau yang perkembangannya cukup pesat yang secara geografis memiliki letak yang sangat strategis karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah era globalisasi ini industri pangan mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan industri pangan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK Wahyu Widayat Pusat Teknologi Lingkungan, Kedeputian TPSA Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jl. M.H. Thamrin No. 8, Lantai 12, Jakarta 10340 e-mail: wdytwahyu@yahoo.com

Lebih terperinci

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG KONTEN Pendahuluan Skema Pengolahan Limbah Ideal Diagram Pengolahan Limbah IPAL Bojongsoang Pengolahan air limbah di IPAL Bojongsoang: Pengolahan Fisik

Lebih terperinci

sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, sangat banyak perusahaan atau industri yang menghasilkan produk baik dalam skala kecil, menengah dan bahkan dalam skala besar. Selain menghasilkan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota-kota besar di Indonesia pada umumnya memiliki masalah tipikal yaitu peningkatan penduduk yang disebabkan oleh laju urbanisasi dan pertumbuhan penduduk kota. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang berasal dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan dan panen kelapa sawit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh cukup pesat. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN (1)Yovi Kurniawan (1)SHE spv PT. TIV. Pandaan Kabupaten Pasuruan ABSTRAK PT. Tirta Investama Pabrik Pandaan Pasuruan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1990-an paradigma pembangunan ekonomi Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1990-an paradigma pembangunan ekonomi Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 1990-an paradigma pembangunan ekonomi Indonesia mengarah kepada industrialisasi. Sektor industri makin berperan sangat strategis sebagai motor penggerak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 54 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DAN ZAT KIMIA PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA DAN BANDAR UDARA DENGAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung terus berkembang dengan melakukan pembangunan di segala bidang yang diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk yang cukup signifikan, sehingga menuntut

Lebih terperinci

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M. Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB V ANALISA AIR LIMBAH BAB V ANALISA AIR LIMBAH Analisa air limbah merupakan cara untuk mengetahui karakteristik dari air limbah yang dihasilkan serta mengetahui cara pengujian dari air limbah yang akan diuji sebagai karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan. Aliran permukaan sendiri memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas air yang dimilikinya selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang sedang berkembang, sektor perekonomian di Indonesia tumbuh dengan pesat. Pola perekonomian yang ada di Indonesia juga berubah, dari yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung pada mulanya milik Belanda didirikan tahun 1916 dengan nama Water Leiding Bednif (Perusahaan Air). Seiring dengan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI MANAJER PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. 1. Kualifikasi : Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran Air 2. Definisi

STANDAR KOMPETENSI MANAJER PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. 1. Kualifikasi : Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran Air 2. Definisi Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 03 Tahun 2009 Tanggal : 23 Maret 2009 STANDAR KOMPETENSI MANAJER PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR 1. Kualifikasi : Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran

Lebih terperinci

PENGARUH LIMBAH INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI KABUPATEN KLATEN. Darajatin Diwani Kesuma

PENGARUH LIMBAH INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI KABUPATEN KLATEN. Darajatin Diwani Kesuma PENGARUH LIMBAH INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI KABUPATEN KLATEN Darajatin Diwani Kesuma daradeka@gmail.com M.Widyastuti m.widyastuti@geo.ugm.ac.id Abstract The amis of this study are to

Lebih terperinci

Pengolahan AIR BUANGAN

Pengolahan AIR BUANGAN Pengolahan AIR BUANGAN (WASTE WATER TREATMENT) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang 2011 Self purification Dahulu, alam memiliki kemampuan untuk mengolah air limbah secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah cair Menurut PP No 82 tahun 2001 limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Limbah cair berasal dari dua jenis sumber yaitu

Lebih terperinci

BAB III KONDISI DAN ANALISIS LINGKUNGAN

BAB III KONDISI DAN ANALISIS LINGKUNGAN BAB III KONDISI DAN ANALISIS LINGKUNGAN 3.1 Kondisi Umum Kondisi kualitas udara jika dilihat dari parameter debu masih cukup baik. Berdasarkan pemantauan parameter debu di 13 titik menunjukkan bahwa kesemua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA Afry Rakhmadany dan Mohammad Razif Jurusan Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan unit sosial yang dengan sengaja diatur, terdiri atas dua orang atau lebih yang berfungsi secara relatif terus menerus untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA 2. 1 Pengumpulan Air Limbah Air limbah gedung PT. Sophie Paris Indonesia adalah air limbah domestik karyawan yang berasal dari toilet,

Lebih terperinci