PERBEDAAN LATIHAN BACKHAND DRIVE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBEDAAN LATIHAN BACKHAND DRIVE"

Transkripsi

1 PERBEDAAN LATIHAN BACKHAND DRIVE DENGAN METODE SASARAN BERTAHAP KE BELAKANG DAN BERTAHAP KESAMPING TERHADAP KEMAMPUAN MELAKUKAN BACKHAND DRIVE PADA KLUB TENIS SMART SEMARANG TAHUN 2014 SKRIPSI diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang Oleh Nuara Galih Nugraha PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014

2 PERBEDAAN LATIHAN BACKHAND DRIVE DENGAN METODE SASARAN BERTAHAP KE BELAKANG DAN BERTAHAP KESAMPING TERHADAP KEMAMPUAN MELAKUKAN BACKHAND DRIVE PADA KLUB TENIS SMART SEMARANG TAHUN 2014 SKRIPSI diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang Oleh Nuara Galih Nugraha PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014 i

3 ABSTRAK Nuara Galih Nugraha Perbedaan Latihan Backhand Drive Dengan Metode Sasaran Bertahap Ke Belakang dan Bertahap Ke Samping Terhadap Kemampuan Melakukan Backhand Drive Pada Klub Tenis Smart Semarang Tahun Skripsi. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Dosen pembimbing Soedjatmiko, S.Pd, M.Pd. Kata Kunci : Latihan, Backhand Drive, Bertahap. Permasalahan penelitian: 1) apakah ada perbedaan latihan Backhand drive dengan metode sasaran bertahap ke belakang dan bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive pada klub tenis Smart Semarang tahun 2014, 2) jika ditemukan perbedaan mana yang lebih baik antara metode sasaran bertahap ke belakang dengan metode bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive pada klub tenis Smart Semarang tahun Penelitian bertujuan untuk : 1) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan latihan backhand drive antara menggunakan metode sasaran bertahap ke belakang dan metode bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive, 2) jika ditemukan perbedaan latihan backhand drive manakah yang lebih baik antara menggunakan metode sasaran bertahap ke belakang dengan metode bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive pada klub tenis Smart Semarang tahun Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah petenis klub tenis Smart Semarang tahun Sedangakan sampel yang digunakan sebanyak 10 pemain. Teknik sampling yang digunakan purposive random sampling. Variabel bebas penelitian adalah latihan backhand drive bertahap ke belakang dan bertahap ke samping. Adapun variabel terikat adalah kemampuan melakukan backhand drive. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi. Teknik tes yang dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen (pre-test) dan sesudah eksperimen (post-test). Desain atau pola yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Matched Subject Desaign atau pola M-S. Hasil analisis data diperoleh 1) uji beda post tes diperoleh = 2,74 yang berarti 2,74 > 2,31, maka ada perbedaan antara latihan backhand drive dengan metode sasaran bertahap ke belakang (eksperimen) dan metode sasaran bertahap ke samping (kontrol) terhadap kemampuan melakukan backhand drive, 2) Mean dari latihan backhand drive dengan metode sasaran bertahap ke belakang = 40,4, metode sasaran bertahap ke samping = 37,0, maka latihan backhand drive dengan metode sasaran bertahap ke belakang lebih baik dari pada metode sasaran bertahap ke samping. Berdasarkan hasil penelitian, saran penulis adalah : Bagi pelatih sebaiknya menggunakan latihan backhand drive metode sasaran bertahap ke belakang, selain latihan ini dapat meningkatkan keakurasian pukulan, latihan ini juga baik untuk meningkatkan kecepatan pukulan. Kepada peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding untuk penelitian yang sejenis. ii

4 iii

5 iv

6 v

7 MOTO DAN PERSEMBAHAN Motto : Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan lain, dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap (Qur an Surat Alam Nasyrah ayat 6-8). Persembahan : Skripsi ini ku persembahkan kepada : 1. Kepada kedua orang tua saya Annachonifiah dan Ayahanda Wardaya S.Pd, M.Pd dan seluruh keluarga yang saya sayangi. 2. Rina yang sudah setia menemani, membimbing, mendoakan, dan memberiku semangat. 3. Serta Almamaterku UNNES. vi

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan segala rahmat dan rizki-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan penulis menjadi Mahasiswa UNNES. 2. Dekan fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin dan kesempatan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Ketua jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNNES yang telah memberikan dorongan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini 4. Bapak Soedjatmiko, S.Pd, M.Pd selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan arahan untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Karyawan Tata Usaha FIK UNNES yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan layanan serta informasi kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 6. Seluruh Manajemen tenis Klub Smart Semarang yang telah banyak membantu dalam melakukan penelitian dan pengambilan data. 7. Ibu Terry selaku pelatih kepala klub tenis Smart Semarang yang telah memberikan ijin melakukan penelitian. 8. Semua atlet klub tenis Smart Semarang yang sudah meluangkan waktunya untuk melaksanakan penelitian. vii

9 9. Teman-teman PKLO yang sudah membantu penelitian di klub tenis Smart Semarang. 10. Teman teman kos Maryatun Riko, Aan, Rian, Aval, Hendra yang banyak membantu dan memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini. 11. Teman-teman BALOENK CILIK Purwokerto dan GT (garasi tua) yang sudah memberi suport serta doanya dalam penyusunan skripsi. 12. Semua pihak yang membantu dan mendoakan penulis dalam menyusun skripsi ini yang tidak dapat di sebutkan satu demi satu. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penyususun khususnya dan pembaca pada umumnya. Semarang, Oktober 2014 Penulis viii

10 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i ABSTRAK... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii LEMBAR PERSETUJUAN... iv LEMBAR PENGESAHAN... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah Pembatasan Masalah Rumusan Masalah Tujuan penelitian Manfaat Penelitian... 8 BAB 2 LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS 2. 1 Landasan Teori Olahraga Tenis Faktor Kondisi Fisik Pengertian dan Prinsip-Prinsip Latihan Teknik Dasar Tenis Macam-Macam Pukulan Tenis Jenis Pukulan Backhand Drive Backhand Drive Teknik Dasar Pegangan Backhand ix

11 Teknik Pukulan Backhand Drive Pengertian Latihan Metode Latihan Backhand Drive Metode Sasaran Bertahap ke Belakang Metode Sasaran Bertahap ke Samping Kerangka Berfikir Latihan Backhand Drive dengan Metode Bertahap ke Belakang Latihan Backhand Drive dengan Metode Bertahap ke Samping Latihan Backhand Drive dengan Metode Bertahap ke Belakang dan ke Samping Hipotesis BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Jenis dan Desain Penelitian Variabel Penelitian Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penelitian Teknik Analisis Data BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Penelitian Deskripsi Data Hasil Penelitian Uji Hasil Pra Syarat Analisis Hasil Analisis Tahap Akhir Uji Hipotesis Pembahasan Kelemahan Penelitian x

12 BAB V PENUTUP 5. 1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN xi

13 DAFTAR GAMBAR Gambar : Halaman 1. Pukulan backhand drive Pelaksanaan backhand drive Pegangan eastern backhand Pegangan continental backhand Pegangan backhand dua tangan Posisi sikap siap melakukan pukulan backhand Backswing melakukan backhnad drive Forward swing melakukan backhand Follow through melakukan backhand drive Rangkaian pukulan backhand drive Posisi siap backhand satu tangan Backswing backhand satu tangan Perkenaan raket pada bola backhand satu tangan Posisi awal backhand satu tangan Posisi persiapan backswing backhand dua tangan Backswing penuh backhand dua tangan Perkenaan bola dengan raket backhand dua tangan Posisi awal persiapan backswing Rangkaian latihan bertahap ke belakang Rangkaian latihan bertahap ke samping Instrumen tes penempatan backhand drive Dokumen Penelitian xii

14 DAFTAR TABEL Tabel : Halaman 1.Rencana penelitian Perhitungan statistik M-S Deskriptif data Pre-test dan post test kel eksperimen Uji normalitas pretest Uji homogenitas pretest uji deskriptif data posttest Uji normalitas posttest Uji homogenitas posttest Uji Beda Kelompok Eksperimen data pretest dan posttes Uji Beda Kel Kontrol data pretest dan Post test Uji beda data posttest eksperimen dan kontrol Uji beda posttest metode A dan metode B xiii

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran : Halaman 1.Usulan Topik Skripsi Usulan Dosen Pembimbing Penentuan Pembimbing Penetapan Dosen pembimbing Surat Ijin Penelitian Surat Balesan Penelitian Program Latihan Hasil Tes Awal (pre-test) Daftar Ranking (berdasarkan pre-test) Daftar Nama Pemain klub Smart Petujuk Pelaksanaan tes Backhand Drive Daftar Matching (Berdasarkan pre-test) Alat dan Perlengkapan Penelitian Petugas Penelitian Tabulasi Data Penelitian Backhand Drive Hasil Tes Akhir (post-test) Standar deviasi pretest kelompok eksperimen Standar deviasi pretest kelompok kontrol Hasil Posttest kelompok eksperimen dan kontrol Uji t pretest kelompok eksperimen dan kontrol Standar deviasi Posttest kelompok eksperimen Standar Deviasi Posttest kelompok kontrol Uji t posttest kelompok eksperimen dan kontrol Uji t pretest dan posttes kelompok eksperimen uji pretest dan posttest kelompok kontrol xiv

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia No 3 Tahun 2005 tentang sistem Keolahragaan Nasional pasal 1 ayat 4, olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial. Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan dilaksanakan dengan memperhatikan potensi, kemampuan, minat, dan bakat peserta didik secara menyeluruh baik melalui kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler (UU No.3 Tahun 2005, 25:4). Tujuan orang melakukan kegiatan olahraga salah satunya yaitu untuk mencapai prestasi, dalam kegiatannya harus dilakukan secara terprogram dan sistematis serta harus ditangani oleh orang yang ahli di bidangnya, yaitu orang yang menguasai ilmu keoahragaan. Olahraga sangat dibutuhkan untuk memperoleh kesegaran jasmani. Untuk memperolehnya dapat dilakukan dengan cara mengaktifkan seluruh anggota tubuh untuk bergerak, guna mencapai kondisi tubuh yang diinginkan. Berbagai cara dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, baik dengan olahraga ringan maupun olahraga berat. Keberadaan olahraga sekarang ini tidak lagi dipandang sebelah mata tetapi sudah menjadi kebutuhan masyarakat baik orang tua, remaja, maupun anak-anak, karena olahraga mempunyai makna tidak hanya kesehatan, tetapi lebih dari itu ialah juga sebagai sarana pendidikan bahkan prestasi. Sebagai salah satu cabang olahraga yang bukan hanya sekedar menyehatkan, akan tetapi juga prestasi ialah olahraga tenis. 1

17 2 Menurut Magethi B (1990:3) Tenis adalah jenis olahraga yang mencakup aspek-aspek teknis tertentu. Untuk dapat bermain tenis, baik kaum amatir lebihlebih bagi pemain profesional, pemain harus dituntut untuk menguasai teknikteknik memukul bola, langkah, serta gerakan tubuh yang sesuai. Untuk bermain tenis yang baik seorang petenis harus dituntut menguasai teknik dasar pukulan, supaya tercapai latihan yang benar-benar teratur. Tujuan orang bermain tenis berbeda-beda. Walaupun demikian, alangkah baiknya kalau orang belajar tenis, diajarkan tenis dengan cara yang sebagaimana mestinya. Permainan tenis lapangan dikenal ada beberapa macam jenis pukulan yaitu: forehand, backhand, serve, volley, smash, dropshot, dan lob. Dari ketujuh pukulan tersebut di atas, terdapat empat jenis pukulan yang menurut Schraff (1981:24) dikatakan bahwa kegembiraan bermain tenis tergantung usaha anda untuk menguasai empat pukulan dasar yaitu: serve, forehand drive, backhand drive, dan volley. Sedangkan menurut B. Yudoprasetio (1981:43) pukulanpukulan dalam tenis digolongkan dalam tiga golongan, yakni: groundstroke, volley, overhead stroke. Sedangkan untuk pukulan groundstroke dapat dibedakan lagi menjadi beberapa jenis antara lain: a). Forehand drive, b). Drop shot, c). Backhand drive, d). Half volley. Handono Murti (2002:3) mengatakan bahwa petenis handal adalah petenis yang memiliki groundstroke yang solid dikedua sisinya. Baik sisi forehand maupun sisi backhand. Bagi petenis pemula, pukulan drive baik backhand maupun forehand harus dikuasai terlebih dahulu sebelum berlatih dan menguasai jenis-jenis pukulan lain. B Yudoprasetio (1981:55) dengan berlatih dan menguasai pukulan drive seorang pelatih akan belajar dan berusaha untuk 2

18 3 meletakkan dasar-dasar pukulan yang yang kokoh dalam tenis dan menjadi dasar membangun pukulan yang lain. Teknik pukulan backhand drive hakekatnya sama dengan pukulan forehand drive. Hanya saja pada backhand drive dilakukan dari sisi kiri pemain (jika pemain menggunakan tangan kanan). Demikian juga sebaliknya dilakukan dari sisi kanan jika pemain menggunakan tangan kiri. Magethi B (1990:12) mengatakan bahwa backhand adalah pukulan yang dilakukan dengan mengayunkan raket lewat depan badan, ke belakang, selanjutnya diayunkan ke depan untuk bertumbukan dengan bola. Dalam permainan tenis, backhand drive merupakan pukulan yang sangat penting dan harus dikuasai oleh pemain tenis, karena sesungguhnya backhand drive merupakan suatu stroke alami dari pada pukulan forehand drive. Ayunan dari sisi memberi lengan dan tangan kontrol yang lebih besar terhadap raket, ayunan ini dapat memberikan kekuatan yang sama besarnya dan apabila backhand drive dapat dikuasai dengan baik maka akan menjadi andalan untuk serangan yang mematiakan. Setiap pemain memulai dengan dasar memukul yang baik dan benar, maka kemungkinan besar prestasi bermain tenisnya lebih cepat berkembang. Pada hakekatnya seorang pemain dapat memenangkan suatu pertandingan atau permainan, tidak hanya dengan memukul forehand drive namun backhand drive juga sangat berpengaruh untuk penentu kemenangan dalam pertandingan. Adapun beberapa bentuk latihan backhand drive yang dapat diterapkan agar pukulan yang dilakukan tidak monoton, misalnya dengan alat bantu berupa sasaran yang berfungsi memudahkan pemain untuk mengarahkan bola seperti latihan backhand drive menggunakan sasaran bertahap yaitu bertahap ke belakang dan bertahap ke samping. Kedua latihan tersebut selain menggunakan 3

19 4 metode yang berbeda, akan tetapi memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan melakukan backhand drive. Latihan backhand drive menggunakan metode adalah salah satu bentuk latihan yang meningkatkan kemampuan tenis lapangan yang diperuntukkan bagi petenis pemula yang masih asing dalam permainan tenis dan juga dapat untuk memperbaiki teknik pukulan terutama dalam penguasaan raket. Namun untuk petenis pemula, dalam melakukan backhand drive masih ditemukan beberapa kesalahan dalam memukul sehingga hanya terlihat monoton, dikarenakan masih banyak pemain tenis pemula masih kurang kuat pada genggaman maupun pergelangan tangan itu sendiri, maupun kurangnya variasi pukulan dalam latihan. Padahal variasi pukulan sangat penting didalam permainan tenis lapangan. Karena dengan adanya variasi pukulan akan memudahkan pemain tenis dalam mengatur tempo serta arah bola. Variasi latihan metode sasaran bertahap ke belakang adalah pukulan backhand drive yang dilakukan petenis dari garis baseline, pelatih mengumpan bola dari belakang net di sisi kiri garis servis, kemudian petenis memukul bola dan di arahkan ke lapangan lawan yang telah dipasang sasaran lurus kebelakang, petenis memukul bola diarahkan kesasaran dari yang paling dekat ke yang paling jauh, dan dilakukan berulang-ulang di usahakan bola mengenai sasaran. Variasi latihan metode sasaran bertahap kesamping adalah pukulan backhand drive yang dilakukan petenis dari garis baseline, pelatih mengumpan bola dari belakang net di sisi kiri garis servis, kemudian petenis memukul bola dan di arahkan ke lapangan lawan yang telah dipasang sasaran bertahap kesamping, petenis memukul bola diarahkan kesasaran dari yang paling kanan 4

20 5 ke yang paling kiri, dan dilakukan berulang-ulang, diusahakan bola mengenai sasaran. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pukulah backhand merupakan pukulan yang sangat penting untuk dipelajari bagi para petenis. Dikarenakan backhand drive merupakan komponen penting dalam sebuah permainan tenis. Bagi para pemula juga perlu diterapkan variasi-variasi pukulan agar petenis pemula dapat mengatur tempo serta menentukan arah bola yg akan dituju. oleh sebab itu maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Perbedaan Latihan backhand Drive dengan metode sasaran bertahap ke belakang dan bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive pada klub tenis Smart Semarang tahun Penulis melakukan observasi lapangan pada bulan juli di Klub tenis Smart Klub tenis Smart merupakan salah satu Klub di Semarang yang berperan sebagai penyalur dan pembinaan bakat tenis. Anggota Klub ini terdiri dari anakanak usia 9-14 tahun yang berjumlah 12 orang. Klub ini berlokasi di Gor Jatidiri Semarang pelatihan dilaksanakan tiap hari senin, rabu, jumat. Menurut hasil observasi di lapangan, Klub tenis ini dalam melatih pemainnya cenderung menggunakan metode latihan yang kurang bervariasi, atas dasar ini penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian di Klub tenis Smart Semarang dengan menerapkan metode latihan baru yang belum pernah dicoba digunakan dalam Klub ini, selain itu juga untuk menambah variasi jenis metode latihan yang ada. 5

21 6 1.2 Identifikasi Masalah diantaranya : Berdasarkan latar belakang di atas maka timbul suatu masalah Belum maksimalnya kemampuan melakukan backhand drive pada petenis klub Smart Semarang tahun Kurangnya variasi penerapan metode latihan backhand drive yang dapat meningkatkan kemampuan melakukan backhand drive pada petenis klub Smart Semaramg tahun Terdapat banyak metode latihan untuk meningkatkan backhand drive dimana belum diketahui latihan mana yang lebih baik sehingga perlu diadakan penelitian pada petenis klub Smart Semarang tahun Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diperoleh gambaran beberapa masalah yang ada, dan peneliti menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan sehingga perlu memberi batasan masalah secara jelas dan fokus pada analisis perbedaan latihan backhand drive menggunakan metode sasaran bertahap ke belakang dan bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive pada petenis klub Smart Semarang tahun Pembatasan masalah ini sebagai berikut : 6

22 Berfokus pada kemampuan dan metode variasi metode latihan terdahulu dengan cara memberikan perlakuan pada petenis klub Smart Semarang tahun Peneliti melakukan pengujian dan pengkajian, terhadap kemampuan melakukan backhand drive pada petenis klub Smart Semarang tahun Metode yang digunakan sebagai perlakuan dalam penelitian ini menggunakan metode latihan dengan sasaran bertahap ke belakang dan bertahap ke samping pada petenis klub Smart Semarang tahun Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah dan alasan pemilihan judul, maka muncullah permasalahan yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : Apakah ada perbedaan latihan backhand drive antara metode sasaran bertahap ke belakang dan bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive pada pemain tenis klub Smart Semarang tahun Jika ditemukan perbedaan manakah yang lebih baik antara metode sasaran bertahap ke belakang dan bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive pada pemain klub tenis Smart Semarang tahun

23 8 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk : mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil latihan backhand drive antara menggunakan metode sasaran bertahap ke belakang dan bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive pada klub tenis Smart Semarang tahun Jika ditemukan perbedaan latihan backhand drive manakah yang lebih baik antara menggunakan metode sasaran bertahap ke belakang dengan bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive klub tenis Smart Semarang tahun Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian ini diharapka dapat bermanfaat sebagai berikut : Manfaat teoritis Ikut serta menyumbangkan pengembangan metode latihan untuk backhand drive melalui karya ilmiah Manfaat praktis memberikan informasi kepada para pelatih tenis mengenai metode latihan yang lebih baik antara metode sasaran bertahap ke belakang dan bertahap ke samping. 8

24 Menambah bekal pengalaman bagi peneliti apabila kelak menjadi seorang pelatih atau sebagai tenaga ahli dibidang olahraga tenis Menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian yang sejenis tentang teknik pukulan backhand drive dengan menggunakan faktor-faktor lain. 9

25 10 10

26 10 BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Olahraga Tenis Menurut Scharff (1981:6) Tenis adalah olahraga (net) dan raket yang dimainkan oleh dua pemain (single = tunggal) satu dengan yang lain berhadapan, atau empat orang pemain (double = ganda) yang bermain dua lawan dua. Lapangannya juga disebut baan (bahasa belanda) atau court (bahasa inggris). Aslinya permainan ini dimainkan di atas rumput (lawn), karena itu nama tradisionalnya lawn tennis, mamun sekarang lapangan itu permukaannya ada yang terbuat dari kayu, semen, beton, aspal, pasir, atau tanah yang dikeraskan. Namun terkecuali dari bahan yang dipergunakan sebagai landasan, ukuran lapangan tenis diseluruh dunia tetap sama besar dan dinyatakan dengan cara yang sama. Untuk permainan single atau tunggal, lapangan berukuran panjang 78 kaki, lebar 27 kaki, dan di tengah dipisahkan oleh sebuah jaring (net) yang bagian tengahnya setinggi tiga kaki dan pada bagian dekat tiangnya setinggi 3 kaki dan 6 inci. Garis batas sebelah menyebelah pinggir disebut garis pinggir sedangkan garis batas lain disebut baseline. pada kedua belah jaring, pada jarak 21 kaki dan sejajar dengan garis itu terdapat garis yang dinamai service line dan membagi lapangan menjadi dua bagian sama besar, masing-masing disebut service court. Jadi seluruh untuk permainan single terbagi atas enam bidang : empat service 10

27 11 court, dua back court. Garis pendek yang menandai pertengahan dari baseline disebut center mark. Lapangan untuk permainan double diperluas dengan 4 kaki 6 inci kiri kanan, sehingga seluruhnya menjadi 36 kaki. Namun hal tersebut tidak mempengaruhi baik ruang main atau pada bidang service. Menurut jenis lapangan, ada lapangan dimana bola melambung keras dan cepat serta pula yang lunak. Urutan menurut jenis bahan adalah seperti : 1) rumput, 2) beton, 3) aspal, 4) tanah keras dan 5) pasir. Olahraga tenis memiliki latar belakang dan tradisi yang mengajarkan sikap perilaku yang positif dan juga nilai sopan santun serta menjujung tinggi aturan-aturan yang berlaku dalam permainan. Oahraga tenis juga membutuhkan latihan dan kesabaran serta sebagian juga membutuhkan petunjuk-petunjuk profesional untuk mencapai suatu kesuksesan. Keberhasilan seorang pemain tenis sebagian ditentukan oleh diri sendiri, karena kemampuannya dalam mengikuti proses latihan dengan didasari oleh niat yang kuat akan membawa perubahan pada peningkatan kemampuan. Setiap pemain tenis pasti ingin memiliki prestasi yang optimal, namun untuk mendapatkan prestasi tersebut seorang pemain tenis harus menguasai teknik dasar, kesiapan fisik yang prima, taktik, serta didukung oleh mental bertanding yang kuat yang dapat diperoleh dari pengalaman bertanding Faktor Kondisi Fisik Kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuh, dan komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja. Artinya bahwa didalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun secara 11

28 12 keseluruhan terutama dilakukan dengan sistem prioritas sesuai keadaan atau komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut (M. Sajoto, 1995:8). Kondisi fisik akan baik apabila semua komponen yang ada terpelihara dengan baik. Komponen kondisi fisik menurut M. Sajoto (1995:8-9) meliputi kekuatan, daya tahan, daya otot, kecepatan, daya lentur, kelincahan, kordinasi, keseimbangan, ketepatan, dan reaksi. Olahraga tenis memerlukan faktor pendukung kondisi fisik yang baik. Komponen kondisi fisik yang mendukung olahraga tenis meliputi kekuatan, daya tahan, kelincahan, kelentukan, daya ledak, kordinasi, keseimbangan, ketepatan, dan reaksi. Kekuatan adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Kekuatan merupakan komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan karena kekuatan merupakan daya penggerak aktifitas fisik, memegang peran penting dalam melindungi atlet/orang dari kemungkinan cedera, dan dapat memperkuat stabilitas sendisendi (Harsono, 1988:177). Daya tahan adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk bekerja dengan waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut (Harsono, 1988:155). Kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk mengubah posisi diarea tertentu. Seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan kordinasi yang baik, berarti kelincahannya cukup baik (M. Sajoto, 1995:9). Kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Latihan kelentukan berfungsi untuk memperluas ruang-ruang gerak persendian, selain itu juga bermanfaat untuk mengurangi/ menghindari cedera, 12

29 13 dan juga membantu gerak kordinasi teknik menjadi lebih baik dengan tenaga yang efisien (Harsono, 1988:163). Daya ledak adalah kemampuan otot untuk mengarahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat (Harsono, 1988:200). Daya ledak sangat diperlukan dalam berbagai macam olahraga, salah satunya adalah tenis. Kordinasi adalah kemampuan seseorang dalam meng-intergrasi-kan bermacam-macam gerakan yang berbeda dalam pola gerakan tunggal secara efektif (M. Sajoto, 1995:9). Dalam penerapan latian backhand drive metode bertahap ke belakang dan bertahap ke samping, yang dimaksud dengan kordinasi adalah urutan keseluruhan gerakan dalam satu kali memukul backhand drive. Keseimbangan adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ syaraf otot (M. Sajoto, 1995:9). Dalam penerapan latihan backhand drive metode bertahap ke belakang dan bertahap ke samping, yang dimaksud dengan keseimbangan adalah pada saat memukul backhand drive, posisi badan tetap seimbang. Ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerakgerak bebas terhadap suatu sasaran (M. Sajoto, 1995:9). Dalam penerapan metode latihan backhand drive dengan metode bertahap ke belakang dan metode bertahap ke samping yang dimaksud ketepatan adalah memukul bola pada sasaran yang tepat. Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menghadapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indra, syaraf atau feeling lainnya (M. Sajoto, 1995:10). dalam penerapan metode backhand drive dengan metode bertahap ke belakang dan bertahap ke samping yang 13

30 14 dimaksud reaksi adalah kemampuan dalam merespon datangnya bola dan perkenaan bola terhadap raket setelah bola diumpan Pengertian dan Prinsip-Prinsip Latihan Pengertian latihan dalam terminologi asing sering disebut dengan training, exercise, practice. Beberapa ahli mengemukakan pendapat tentang pengertian latihan olahraga sebagai berikut : 1) Proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya (Harsono, 1988:101). 2) Program pengembangan pemain untuk bertanding, berupa peningkatan keterampilan dan kepasitas energi (Bompa, 1999:394). 3) Proses yang sistematis untuk meningkatkan kebugaran pemain sesuai cabang olahraga yang dipilih (Thompson, 1993:61). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latihan olahraga pada hakekatnya adalah proses sistematis untuk menyempurnakan kualitas kinerja pemain berupa kebugaran, keterampilan, dan kapasitas energi dengan memperhatikan aspek pendidikan dan menggunakan metode ilmiah. Penyusunan dan pelaksanaan program latihan hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip latihan sebagai berikut : 1) Prinsip Partisipasi Aktif Pencapaian prestasi merupakan perpaduan usaha pemain itu sendiri dan kerja keras pelatih, sehingga keduanyalah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program latihan untuk menghasilkan prestasi yang tinggi. Pelatih 14

31 15 berkewajiban untuk mendidik pemain agar memiliki sikap bertanggung jawab disiplin, dan mandiri (Dwi Hatmisari Ambarukmi, dkk, 2007:9). 2) Prinsip Perkembangan Multilateral Prestasi yang tangguh perlu dipersiapkan melalui peletakan dasar bangunan prestasi yang dilaksanakan pada tahap dasar yakni perkembangan multilateral. Tahap perkembangan multilateral diletakkan pada awal program pembiasaan sebelum memasuki tahapan spesialisasi, yakni pada anak 6-15 tahun yang bertujuan mengembangkan dan mengoreksi gerak dasar (jalan, lari, lompat, loncat, lempar, tangkap). Aktivitas latihan berupa semua jenis olahraga dan aktivitas bermain yang mengandung gerakan seperti jalan, lari, lompat, loncat, memanjat, meniti, merangkak, melempar, dan menangkap (Dwi Hatmisari Ambarukmi, dkk, 2007:10). 3) Prinsip individual Setiap pemain memiliki potensi yang berbeda-beda dan berkarakter unik, dan setiap latihan menimbulkan respon yang berbeda pula. Untuk itu dalam penyusunan program latian, pelatih perlu mempertimbangkan perbedaan individual, yaitu : a) Keturunan, pada umumnya semua pemain mewarisi sifat fisik, mental dan emosi orang tuanya, b) Umur perkembangan, kematangan umur biologis setiap pemain tidak selalu sejalan dengan umur kronologisnya. Ada pemain yang lebih matang dengan pemain lain pada umur yang sama, c) Umur latihan, setiap pemain memiliki kebugaran dan kualitas biomotor berbeda bergantung terhadap lama latihan yang diikutinya, d) Kecerdasan, perbedaan kecerdasan akan berpengaruh ada kesiapan pemain dalam melaksanakan dan menjawab beban latihan (Dwi Hatmisari Ambarukmi, dkk, 2007:10). 15

32 16 4) Prinsip Overload Peningkatan kemampuan pemain perlu latihan dengan beban lebih (overload), yakni beban yang cukup menantang atau benar-benar membebani pada wilayah ambang batas kemampuan pemain (critical point). Beban awal akan menimbulkan respon awal tubuh berupa kelelahan bila pembebanan dihentikan maka akan terjadi proses pemulihan (recovery), selanjutnya tubuh akan beradaptasi terhadap beban tersebut berupa peningkatan kemampuan (super kompensasi) (Dwi Hatmisari Ambarukmi, 2007:11). 5) Prinsip Spesifikasi SAID : Spesfic Adaptation to Imposed Demand. Prinsip spesifikasi menjelaskan bahwa sifat khusus beban akan menghasilkan tanggapan khusus, untuk itu hendaknya program latihan dirancang khusus sesuai dengan : a) Cabang olahraga, b) Peran olahraga dalam cabang olahraga tertentu, c) Sistem energi, d) Pola gerak, d) Keterlibatan otot, f) Biomotor (Dwi Hatmisari Ambarukmi, 2007: 13). 6) Prinsip Kembali ke Asal (Resersible) Bila anda tak menggunakan, anda akan kehilangan, itulah filosofi prinsip reversibilitas yang diartikan sebagai kemunduran kemampuan pemain yang diakibatkan ketidak teraturan dalam menjalankan program latian (Dwi Hatmisari Ambarukmi, dkk, 2007:13) 7) Prinsip Variasi Tubuh manusia memiliki kemampuan beradaptasi termasuk adaptasi terhadap beban latihan, untuk memperoleh adaptasi yang optimal diperlukan 16

33 17 variari dalam pembebanan sehingga perlu dirancang hari latihan berat, hari latihan ringan, dan hari latihan sedang. Setelah itu model dan metode latihan yang monoton akan mengakibatkan kebosanan sehingga sasaran latihan tidak dapat dicapai, untuk itu perlu dirancang berbagai model dan metode latihan yang beraneka ragam, dengan tetap mengacu pada sasaran latihan (Dwi Hatmisari Ambarukmi, dkk, 2007:14) Teknik Dasar Tenis Teknik dasar dalam permainan tennis merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam menguasai permainan. Ada 4 (empat) teknik dasar dalam permainan tenis, seperti dikatakan Scharff (1981:24) bahwa empat teknik dasar yang harus dikuasai dalam tenis lapangan yaitu : service, forehand drive, backhand drive dan volley. Sedangkan menurut Handono (2002:20) mengatakan bahwa dalam permainan tenis lapangan dikenal ada 8 teknik dasar yaitu : forehand, backhand, approachshot, volley, serve, return serve, dropshot, lob Service Serve, seperti telah lebih dulu dikatakan, menurut Handono (2002:39) serve adalah awal dari permainan, tetapi bagi pemain top dunia, serve bisa menjadi senjata yang mematikan. Saat ini pemain-pemain berusaha untuk melakukan serve sekeras-kerasnya, seperti yang dilakukan mark philippoussis, pete sampras. Karena bagi mereka serve bisa langsung mendapatkan poin, melalui ace serve. Sekarang ini service keras merupakan usaha yang sangat menguntungkan. Menurut Borwn (2001:53) service merupakan bagian yang sangat penting khususnya dalam bermain tenis, karena angka tidak akan diperoleh tanpa melakukan service terlebih dahulu. Bahkan sebuah serve yang 17

34 18 efektif menjadi kunci kemenangan, dikarenakan apabila service lemah maka lawan akan mempunyai kesempatan untuk menyerang dan mendapatkan angka dari setiap serangan, sedangkan pendapat lain mengatakan service adalah pukulan yang mengawali setiap permainan. Menurut Handono Murti (2002:39), tidak mudah memang untuk memiliki serve yang keras, selain harus berlatih keras dan teratur, pemain-pemain yang memiliki servis keras juga harus memiliki tinggi badan yang cukup. Minimal 1,8 meter (180 cm). Untuk dapat melakukan serve yang keras pemain harus tahu bagaimana cara menimbulkan tenaga dan cara menggunakan gerak pecut (snapping), seperti yang mereka lakukan. Menurut Handono Murti (2002:41) ada beberapa macam teknik melakunan serve, yaitu kick serve, slice serve, twist serve Forehand drive Menurut Magethi B (1990:13), forehand drive merupakan suatu jenis pukulan dimana raket digerakan ke belakang melalui samping badan, kemudian diayunkan ke depan untuk memukul. Drive adalah suatu pukulan yang biasanya dilakukan dari belakang lapangan dan setelah bola memantul. Drive termasuk golongan groundstroke. Menurut Brown (2001:31) groundstroke adalah pukulan setelah bola memantul ke lapangan. Konsep dasar dari gerakan groundstroke adalah mengayun (swing). Ada beberapa drive dalam permainan tenis, yaitu forehand drive dan backhand drive. Forehand drive biasanya paling sering digunakan pada saat permainan. Sebagian besar dari permainan dan pertandingan tenis, pukulan forehand rata-rata lebih banyak digunakan dari pada pukulan lain. 18

35 19 Menurut Handono Murti (2002:21) mengatakan bahwa pukulan ini biasanya selalu digunakan sebagai senjata utama pemain karena pukulan forehand biasanya lebih keras dari pada pukulan backhand. Pendapat ini sebenarnya kurang tepat, karena kalau kita lihat pemain-pemain top dunia, maka akan terlihat bahwa kedua pukulan, baik forehand maupun backhand, dapat dilakukan sama kerasnya dan sama cepatnya Backhand drive Menurut Handono Murti (2002:25), mengatakan bahwa backhand sama halnya dengan forehand, setiap pemain harus memiliki backhand yang baik dan solid. Perbedaan utama terletak pada posisi pukulanya saja, tetapi caranya sama. Kalau forehand anda memukul dengan bagian depan tangan (face of the hand). sedangkan backhand anda memukul dengan bagian belakang tangan (back of the hand). Menurut Handono Murti (2002:27) perhatikan perbedaan backswing antara drive dan topspin. Drive dilakukan sebatas pinggang atau lebih tinggi sedikit, tetapi topspin dilakukan dari posisi lebih ke bawah. Pada drive ini paling baik kalau anda menjemput bola. Artinya, pukul bolanya waktu memantul ke atas (on the rise) atau pukul bolanya saat mencapai puncak pantulan (on the top) Volley Menurut Magethi B (1990:17), bahwa volley merupakan pemukulan bola sebelum menyentuh net, ada beberapa pukulan voley diantaranya half voley, lob volley, stop volley, volley drive. Voley dilakukan di dekat net, sehingga jarak pemukul dan lawan berada pada posisi yang dekat. Keadaan ini memaksa pemukul beraksi dengan cepat. 19

36 20 kecepatan bola yang keras maka tak ada kesempatan untuk backswing. Bola sebaliknya dipukul di depan badan dan lebih dekat dengan net dibanding pukulan drive, volley dilakukan sebelum bola menyentuh tanah. Magethi B (1990:17) volley adalah pemukulan bola sebelum bola menyentuh ke tanah. Sedangkan volley drive adalah pukulan yang dilakukan dengan mengayunkan raket jauh ke belakang, kemudian diayunkan ke muka memukul bola dengan daun raket tertutup, untuk memberi topspin pada bola yang dipukul agar tidak out. Pegangan raket dengan grip yang biasa digunakan untuk pukulan groundstroke drive. Konsep dasar dari gerakan volley adalah mengeblok. Sama dengan grounstroke, teknik volley juga terdiri dari forehand dan backhand. Grip yang digunakan umumnya continental. Jenis-jenis teknik volley antara lain: volley attack (hit volley), volley counter attack, volley block, touch volley, volley folow through Approachshot Handono Murti (2002:30) mengatakan bahwa pukulan approachshot juga bisa disebut pukulan serangan. Karena approachshot biasanya menekankan pada penempatan bola dengan tujuan untuk mempersulit lawan dan diakhiri dengan volley. Pemain-pemain yang bertipe serve and volley akan banyak melakukan approachshot ini. Terutama sesudah melakukan return serve. Demikian juga dengan pemain pemain speed and power game. Meskipun demikian pada pemain jenis ke dua tidak selalu diikuti dengan maju ke depan untuk melakukan volley, tetapi melakukan pukulan menyerang kemudian kembali ke belakang. Pukulan approachshot selalu diikuti dengan gerakan maju ke depat net, 20

37 21 sedangkan pukulan menyerang belum tentu diikuti dengan maju ke depan net. Pukulan menyerang adalah pukulan grounstroke biasa, hanya saja mereka melakukannya dengan tenaga penuh dan kecepatan pukulan on the top. Tujuan utamanya adalah untuk mempersiapkan mengambil bola selanjutnya Return serve Return serve menurut Handono Murti (2002:43) adalah pukulan yang sama dengan pukulan groundstroke biasa. Hanya bedanya tekanan yang terjadi pada return service lebih besar. Karena apabila return service gagal, artinya permainan tidak mungkin berlangsung. Kegagalan para pemain, mereka tidak bisa membedakan antara groundstroke dan return service. Mereka pikir, kalau sudah memiliki groundstroke yang baik dapat juga melakukan return serve dengan baik pula. Mereka lupa bahwa, meskipun tindakannya sama antara return serve dan groundstroke, tetapi pada retrun serve mereka menghadapi kecepatan bola yang lebih cepat. Karena pada permainan yang melakukan serve tenaga pukul yang dilontarkan jauh lebih besar dari ada pemain yang melakukan pukulan groundstroke biasa. Pemain tenis sebenarnya diawali oleh dua macam pukulan. Yang pertama return, bagi pemain yang memulai permainan dan return serve bagi yang mengembalikan pukulan Dropshot Salah satu senjata yang saling berguna setelah melakukan rally-rally panjang dalam permainan tenis adalah dropshot. Meskipun jenis pukulan ini baik, tetapi jangan terlalu sering dilakukan. Karena jika pelaksanaanya tidak sempurna akan berakibat fatal. Handono Murti (2002:45) dropshot yang baik adalah jika pantulan bolanya tidak tinggi dan jatuhnya didaerah servis tidak terlalu jauh dari net. 21

38 22 Pukulan backhand drive merupakan pukulan yang paling lemah. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor, seperti dikemukakan oleh B Yudiprasetio (1981:80-84) bahwa sebab-sebab hasil backhand tidak memuaskan diantaranya yaitu : (1) bahu kanan tidak terarah ke jaring, (2) badan tidak diputar kekiri sebelum backswing dimulai, dan tidak diputar lagi ke kanan pada saat melakukan forward swing, (3) bola tidak di samping pelajar, sehingga forward swing tidak dapat dipaksakan sebagai mana mestinya, (4) kaki kanan tidak dimuka, (5) backswing dimulai terlambat, sehingga pukulan dilakukan dengan tergesa-gesa, (6) pelaksanaan forward swing tidak dimulai dengan memutar bahu kanan, namun dengan mengayunkan lengan saja, (7) follow through tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya, namun merupakan lanjutan dari forward swing. Berdasarkan uraian di atas mengenai masih lemahnya pukulan backhand drive dibandingkan pukulan yang lain, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai metode latihan yang dapat meningkatkan penguasaan teknik backhand drive yaitu dengan metode bertahap ke belakang dan metode bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhan drive Macam-macam Pukulan Tenis Menurut B Yudoprasetio (1981:43) menyatakan bahwa : pukulanpukulan dalam permainan tenis digolongkan dalam tiga golongan, yakni : groundstroke, volley s dan overhead stroke. Yang tergolong dalam grounstroke adalah drive, lob, drop, shot, dan half volley. Half volley berarti setengah volley. Demkikian bola tidak didrive dan tidak divolley. Bola jatuh dilapangan dan pada saat bola memantul, bola diayunkan kembali. Karena bola sudah menyentuh tanah (lapangan), maka half volley tergolong dalam groundstroke juga. Tergolong 22

39 23 dalam volley adalah volley biasa, drop volley, volley drive, dan lob volley. Groundstroke dan volley dapat dilakukan baik dengan forehand maupun backhand. Tergolong dalam overhead stroke adalah serve dan smash. Overhead stroke adalah pukulan dalam permainan tenis yang dilakukan dengan cara perkenaan bola terhadap raket berada di atas kepala. Pukulan overhead stroke terdiri dari dua bentuk pukulan yaitu serve dan smash. Smash adalah pukulan yang dilakukan terhadap bola yang posisinya agak tinggi di atas kepala (B Yudoprasetio, 1981:113). Smash menurut Magethi B (1990:35) pukulan smash sering dianggap sebagi tembakan serangan yang paling banyak dilakukan dalam tenis. Konsep dasar dari gerakan smash adalah melempar atau (throwing) sama dengan teknik service. Perbedaan terletak pada datangnya bola, kalau service diumpan sendiri, tetapi kalau smash bola berasal dari lawan. Pada umumnya menggunakan flat service tetapi ada juga yang melakukan smash menggunakan cara seperti slice service. Magethi B (1990:79), lob merupakan pukulan lamban. Konsep dasar dari gerakan lob adalah mengangkat (pull-up). Lob merupakan salah satu teknik untuk menyerang dan menyelamatkan posisi tenis. Dalam lintasan bola pada teknik lob juga dapat dengan cara topspin, jadi tidak sekedar mengangkat bola saja. Drive yang dilakukan terhadap bola di samping kiri pemain disebut backhand drive. Menurut Handono Murti (2002:27) pukulan backhand drive dilakukan hanya sebatas pinggang atau lebih tinggi sedikit, pada drive ini paling baik kalau anda menjemput bola. Artinya, pukul bolanya waktu memantul ke atas atau (on the rise) atau pukul bolanya pada saat mencapai puncak pantulan (on the top). 23

40 24 Gambar 2.1 Pukulan Backhand drive sumber: Handono Murti 2002,26 Pukulan backhand drive dilakukan dari sisi kiri pemain yang menggunakan tangan kanan pemain atau dari sisi kanan pemain yang menggunakan tangan kiri (kidal) untuk memuklul bola. Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa backhand drive adalah suatu pukulan dalam permainan tenis lapangan yang dilakukan dalam suatu swing atau ayunan ke samping kiri secara penuh, kemudian dengan raket diayunkan ke samping badan lalu diayunkan ke depan untuk memukul bola secara datar di atas net setelah memantul sekali dilapangan. Ayunan raket saat pukulan backhand drive yang baik diperlukan teknik-teknik pukulan yang benar dari cara berdiri, ayunan ke belakang, ayunan depan, saat pukulan, dan gerakan lanjutan. Setiap tahap sama pentingnya untuk memperoleh pukulan keras dan berirama. Pukulan dari awal sampai akhir harus lancar dan merupakan kordinasi dari gerak kaki, gerak badan, dan gerak tangan. Disebut kordinasi karna sulit untuk memukul tanpa 24

41 25 gerak kaki yang baik, sedangkan pukulan yang dilakukan dengan tangan saja akan kekurangan tenaga dan kekuatan sebenarnya Jenis Pukulan Backhand Sama halnya dengan forehand, setiap pemain harus memiliki backhand yang solid dan baik. Perbedaan utamanya terletak pada posisi pukulnya saja, tetapi caranya sama. Kalau forehand anda memukulnya dengan bagian depan tangan (fore of the hand), sedangkan backhand anda memukul dengan bagian belakang tangan (back of the hand). Menurut Handono Murti (2002:25) pukulan backhand pada permainan tenis lapangan dibedakan menjadi 4 pukulan yaitu : 1) backhand topspin, 2) backhand drive, 3) backhand slice, 4) two handed backhand (atau backhand 2 tangan) Backhand Drive Backhand adalah pukulan yang dilakukan dengan mengayunkan raket lewat depan badan, ke belakang, selanjutnya diayunkan ke depan untuk bertubukan dengan bola (Magethi B, 1999:12). 25

42 26 Gambar 2.2 Pelaksanaan backhand drive Sumber: Jim Brown 2001:35 Sedangkan drive adalah jenis pukulan, biasanya pukulan dari belakang lapangan, setelah bola memantul (Magethi B, 1999:13). Kesimpulannya, bahwa backhand drive adalah pukulan yang dipukul dengan cara melewati depan badan yang dilakukan atau dipukul dari belakang lapangan setelah bola memantul Teknik Dasar Pegangan Backhand Pegangan backhand dengan satu tangan (single handed), menurut Magethi B (1990:42), secara umum ada tiga macam pegangan standar yang biasa digunakan pemain tenis lapangan. Ketiga jenis pegangan itu yaitu: 1) pegangan eastern, 2) pegangan western, 3) pegangan continental. Gambar 2.3 pegangan eastern backhand Sumber: Jim Brown 2001:33 Menurut Brown J (2001:33) anda dapat memegang raket untuk pukulan backhand setidaknya dengan 3 cara yang sesuai. Cara yang paling umum 26

43 27 adalah backhand eastern. Dengan cara ini, pada orang yg tidak kidal pergelangan harus berada agak kekiri dari bagian atas pegangan raket (menangkup raket, dengan tepinya tegak lurus terhadap lapangan) pada orang kidal pergelangan harus berada agak ke kanan dari bagian atas. Gambar 2.4 pegangan continenlat backhand Sumber: Jim brown 2001:34 Pemain-pemain dengan lengan bawah yang kuat mungkin ingin menggunakan cara memegang continental. Disini pergelangan di bagian atas pegangan raket. Ibu jari anda harus lebih membantu dari belakang sebab pergelangan tidak berada dibelakang raket. Kerugiannya adalah dari beberapa pemain tidak akan merasa nyaman dalam memukul dengan cara ini karena continental berada diantara cara forehand dan backhand. 27

44 28 Gambar 2.5 pegangan backhand dua tangan Sumber: Jim Brown 2001:34 Sedangkang untuk pegangan backhand dua tangan (two handed) menurut Magethi B (1990:49), pada dasarnya backhand dua tangan dapat membantu pemain untuk meletakan berat badan tubuhnya pada tembakan, tapi untuk mendapatkan posisi ideal untuk memukul diperlukan gerakan yang cepat dan baik. Pemain dengan dua tangan sering membutuhkan kecepatan kaki yang lebih tinggi untuk membuat pukulannya menjadi senjata mematikan Teknik Pukulan Backhand Drive Latihan penguasaan teknik dasar sangat penting untuk mengembangkan permainan tenis, karena dengan penguasaan teknik yang baik dan benar dapat meningkatkan kemampuan bermain tenis seara optimal Posisi siap (ready posisi) Posisi siap adalah siap menanti pada waktu menerima serve maupun mengembalikan bola dari lawan untuk bermain. Posisi berdiri untuk melakukan 28

45 29 pukulan backhand drive biasanya dilakukan disekitar garis belakang atau baseline. Demi berhasilnya kelangsungan pukulan backhand drive posisi siap ini perlu diperhatikan oleh setiap pemain. Dengan mulai dari posisi siap selagi menanti bola dan kembali lagi ke posisi siap akan memberikan kesempatan kepada setiap pemukulan yang dilancarkan dengan baik. Sikap siap harus selalu dilakukan oleh petenis waktu menyongsong bola yang akan datang dan juga harus dilakukan setelah pemain selesai memukul bola. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 2.6 Sikap siap (ready position) Sumber: elearning.unesa.ac.id 29

46 Backswing Pemain bukan kidal, tangan kiri menarik raket ke belakang, lengan kanan diluruskan, badan diputar ke kiri sehingga pemain menghadap pagar samping kiri, sehingga badan memutar kekiri dan badan akan memperoleh posisi tegak lurus terhadap jaring, berat badan bertumpu pada kaki kiri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2.7 Backswing melakukan backhand drive Sumber: Jim Brown 2001: Forward swing Kaki kanan dilangkahkan ke muka, sehingga ujung sepatu menunjuk garis samping sebelah kiri, dan bahu kanan terarah tegak lurus terhadap jaring. Langkahkan kaki kanan ke muka harus segera disusul dengan ayunan raket ke muka. Ayunan lengan ke muka dimulai dengan memutar bahu kanan, untuk meringankan ayunan lengan, lengan yang diayunkan harus tetap lurus, yang 30

47 31 menyapu bola harus lengan seluruhnya (bagian atas dan bagian bawah) beserta raketnya, bukan lengan bagian bawah saja. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar berikut : Gambar 2.8 Forwardswing melakukan backhand drive Sumber: Jim Brown 2001: Gerak lanjutan Gerak lanjutan merupakan gerakan setelah melakukan pukulan backhand. Gerakan ini harus dilakukan dengan lengan lurus, daun raket tetap tegak lurus terhadap lapangan, berakhir dengan tangan kanan kira-kira setinggi bahu kanan, dan badan menghadap jaring pada akhir follow through. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut : 31

48 32 Gambar 2.9 Follow through melakukan backhand drive Sumber: Jim Brown 2001: Gerakan kaki (foot work) Pemain harus bergerak ke kiri. Setelah diperoleh jarak yang tepat, selanjutnya kaki kiri ditarik ke belakang atau kaki kanan ditarik ke depan, tergantung posisi yang dianggap sesuai, setelah itu bola disapu pada posisi yang tepat yaitu pada saat bola berada diantara lutut dan pinggang (B. Yudoprasetio, 1981:78) lihat gambar berikut : Gambar 2.10 Rangkaian pelaksanaan pukulan backhand drive Sumber: Lardner 1996:49 32

49 33 Saat ini terdapat dua jenis pukulan backhand yang populer digunakan, yaitu: backhand menggunakan satu tangan dan backhand menggunakan dua tangan. Masing-masing pukulan memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun, saat ini pukulan backhand dua tangan lebih banyak dipakai oleh pemain pro karena efektivitasnya. Saya akan coba membahas kedua teknik pukulan ini satu per satu Backhand satu tangan Terdapat beberapa keuntungan dalam memakai backhand satu tangan. Pertama, anda memperoleh keuntungan dari jangkauannya yang panjang sehingga bola-bola yang melebar dapat ditangani dengan lebih mudah. Kedua lebih mudah untuk melakukan voli dari grip satu tangan dan umumnya pemain yang memiliki backhand satu tangan lebih jago dalam memukul voli dari pada pemain yang memiliki backhand dua tangan. Terdapat 2 jenis grip yang dapat anda pakai dalam melakukan backhand dua tangan, yaitu eastern dan fulleastern (western) grip. anda dapat melihat detailnya disini : Tahap-tahap gerakan backhand satu tangan adalah sbb: Dari posisi bersiap, anda bergerak ke arah bola datang dan telah menentukan zona pukulan serta grip yang akan anda pakai. Zona pukulan untuk pukulan backhand satu tangan yang baik adalah agak di depan badan anda. 33

50 34 Gambar 2.11 Posisi Siap Backhand Satu tangan Sumber: Raket diayunkan ke belakang beserta bahu dan punggung anda. Stance yang dipakai dalam backhand satu tangan umumnya adalah closed stance dimana posisi badan tegak lurus terhadap net atau garis baseline. Gambar 2.12 Backswing Backhand Satu Tangan Sumber: Raket diayunkan ke depan menuju titik kontak dengan bola dan usahakan kontak berada pada sweet spot dari raket. Ingat, titik kontak sebaiknya berada agak di depan badan dan bukan di samping. 34

51 35 Gambar 2.13 Perkenaan Raket Pada Bola Backhand Satu tangan Sumber: Kemudian ayunan diteruskan untuk melakukan tahap follow through kirakira ke arah jam 2 badan anda. Gambar 2.14 Posisi Awal Backhand Satu Tangan Sumber: Backhand dua tangan Backhand ini merupakan yang paling populer digunakan oleh pemain tenis saat ini. Keuntungan dari grip ini adalah ayunannya yang efisien dan tenaga ekstra yang dihasilkannya karena menggunakan dua tangan. Namun, kekurangannya terutama dalam menghadapi bola-bola yang melebar dikarenakan tumpuan ayunan yang menggunakan 2 bahu. Grip yang dipakai dalam melakukan pukulan ini adalah tangan kanan berada pada ujung gagang 35

52 36 raket dengan grip continental dan tangan kiri berada di atasnya dengan grip semi-western. Untuk selengkapnya dapat anda baca disini. Tahapan untuk melakukan backhand dua tangan adalah sbb: Dari posisi bersiap, anda bergerak ke arah bola datang dan telah menentukan zona pukulan serta grip yang akan anda pakai. Zona pukulan untuk pukulan backhand dua tangan yang baik adalah di samping badan anda disekitar daerah pinggang. Gambar 2.15 Posisi Persiapan Backswing Backhand dua tangan Sumber: Raket diayunkan ke belakang pada posisi kira-kira sejajar pinggang anda. Stance yang dipakai dalam backhand dua tangan umumnya closed stance, namun dapat pula dilakukan dengan open stance. 36

53 37 Gambar 2.16 Backswing Penuh Backhand Dua Tangan Sumber: Raket diayunkan ke depan menuju titik kontak dengan bola dan usahakan kontak berada pada sweetspot dari raket. Dalam ayunan ke depan ini, tangan kiri memegang peran yang dominan sedangkan tangan kanan sebagai penyeimbang dan pengarah bola. Gambar 2.17 Perkenaan Bola Dengan Raket Backhand Dua Tangan Sumber : Kemudian ayunan diteruskan ke samping badan anda hingga raket ke arah punggung untuk melakukan tahap follow through. 37

54 38 Gambar 2.18 Posisi Awal Persiapan Backswing Backhand Dua tangan Sumber: Bagi pemula yang mungkin pernah bermain bulutangkis atau tenis meja, cenderung agak janggal ketika berlatih tenis terutama untuk pukulan backhand dua tangan karena pukulan ini menggunakan tangan yang non dominan sebagai utamanya sedangkan tangan dominan sebagai penyeimbang dan pengarah bola. Untuk melatihnya anda bisa mencoba berlatih memukul forehand memakai tangan non-dominan anda. Apabila anda telah dapat memukul dengan baik dan konsisten, barulah mencoba untuk memukul dengan 2 tangan Pengertian Latihan Menurut Harsono (1988) dalam Rubianto Hadi (2007:55) latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan penambahan beban latihan atau pekerjaan. Selain penambahan beban latihan, frekuensi latihan juga harus diperhatikan untuk meningkatkan prestasi atlet. Frekuensi latihan yang baik dilakukan tiga kali dalam seminggu agar atlet tidak mengalami kelelahan. Petenis yang baik adalah petenis yang mampu menguasai teknik dasar. Untuk dapat menguasai teknik dasar tenis dengan baik petenis perlu melakukan 38

55 39 latihan setidaknya tiga kali dalam seminggu. Dalam hal ini teknik dasar yang dibahas adalah pukulan backhand drive. Terdapat beberapa macam metode latihan untuk dapat menguasai teknik dasar pukulan backhand drive, dalam penelitian ini menggunakan metode latihan jarak dua tahap dan tiga tahap Metode Latihan Backhand Drive Metode sasaran bertahap ke belakang Maksud dari latihan sasaran bertahap ke belakang adalah suatu proses latihan dimana petenis melakukan pukulan backhand drive mulai dari garis baseline kemudian mengarahkan bola kesasaran yang sudah ditata lurus kedepan tersebut. latihan yang diterapkan ini untuk meningkatkan kemampuan melakukan backhand drive. Gambar 2.19 Metode latihan sasaran bertahap ke belakang Sumber: variasi pukulan pelatih tenis klub Solo Raya 39

56 40 Keterangan : : Laju bola : Sasaran : Pengumpan : Atlet Metode Sasaran bertahap ke samping Latihan backhand drive dengan menggunakan metode sasaran bertahap ke samping merupakan salah satu bentuk latihan untuk meningkatkan kemampuan melakukan backhand drive. Jones. C.M dan Buxton. A (2009:31) mengatakan bahwa berdirilah dimana saja selama merasa nyaman akan dapat memukul bola secara diagonal ke seberang net. Tempat ini biasanya hanya 2 atau 3 yard dari net atau dekat garis service. Maksud dari latihan sasaran bertahap ke samping adalah suatu proses latihan dimana petenis melakukan pukulan backhand drive mulai dari garis baseline kemudian mengarahkan bola kesasaran yang sudah ditata lurus ke samping. latihan yang diterapkan untuk meningkatkan kemampuan melakukan backhand drive. 40

57 41 Gambar 2.20 Metode Latihan Sasaran bertahap Kesamping Sumber: variasi pukulan dari pelatih tenis klub Solo Raya Keterangan : : Laju bola : Sasaran : Pengumpan : Atlet 2.2 Kerangka Berfikir Kedua latihan tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh yang lebih baik antara latihan backhand drive dengan metode sasaran bertahap ke belakang dan metode bertahap ke samping maka perlu diperhatikan hal hal sebagai berikut : Latihan Backhand Drive dengan Metode Sasaran Bertahap ke Belakang 41

58 42 Latihan backhand drive dengan metode sasaran bertahap belakang terhadap kemampuan melakukan backhand drive mempunyai tujuan yaitu memukul bola dengan tepat dan keras setelah bola dilempar oleh pengumpan ke daerah baseline dan harus menjurus pada sasaran yang sudah ditentukan. Agar tujuan bisa tercapai, dalam latihan ini membutuhkan konsentrasi penuh karena bola yang diumpan ke daerah baseline harus dipukul menuju sasaran yang sudah ditentukan. Setiap pemain harus membutuhkan konsentrasi yang ekstra dalam mengambil posisi dan dalam memukul bola. Kelemahan dalam latihan ini yaitu dengan bola yang diumpan oleh pengumpan ke daerah baseline kemudian pemain memukul ke arah sasaran yg sudah ditentukan yaitu sasaran bertahap ke belakang sehingga dengan mudah pemain memukul bola dan mengarahkan ke sasaran yang sudah ditentukan. Namun demikian, dapat menimbulkan kecerobohan dalam memukul, selalu terburu buru dan terlalu nafsu dalam memukul dan akhirnya pukulan kurang begitu terarah dan benar secara teknik. Berdasarkan uraian tersebut, maka diduga ada perbedaan yang signifikan latihan backhand drive dengan metode sasaran bertahap ke belakang terhadap kemampuan melakukan backhand drive Latihan Backhand Drive Metode Sasaran Bertahap ke Samping Latihan backhand drive dengan metode sasaran bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive mempunyai tujuan yaitu memukul bola dengan tepat dan keras setelah bola diumpan oleh pengumpan ke daerah baseline. Kemudian pemain memukul bola tersebut dengan tujuan sasaran ke samping yg terletak didaerah baseline. Agar tujuan itu bisa tercapai, 42

59 43 dalam latihan ini membutuhkan konsentrasi penuh, serta langkah kaki yang tepat karena arah bola menuju sasaran ditentukan oleh langkah kaki atau penempatan kaki yang tepat. Salah langkah kaki atau penempatan kaki saja dapat mempengaruhi arah bola menuju sasaran. Kelemahan dalam latihan ini yaitu bola lebih sulit dikuasai, kurangnya konsentrasi dan teknik yg tidak selalu bagus atau sempurna. Pemain mengalami kesulitan dalam mengarahkan bola sesuai dengan sasaran bertahap samping karena kurangnya penempatan kaki yang tepat. Hal ini dapat menimbulkan pukulan kurang begitu terarah dan benar secara teknik. Berdasarkan uraian tersebut, maka diduga ada pengaruh yang signifikan latihan backhand drive dengan bertahap samping terhadap kemampuan penempatan backhand drive Latihan Backhand Drive dengan Metode Sasaran Bertahap ke Belakang dan Bertahap ke Samping Latihan backhand drive dengan metode sasaran bertahap ke belakang dan metode bertahap ke samping mempunyai tujuan yaitu memukul bola dengan tepat dan keras setelah bola dilempar oleh pengumpan ke daerah baseline kemdian dipukul oleh pemain yang harus menjurus pada sasaran. Agar tujuan ini bisa tercapai, dalam latihan ini membutuhkan konsentrasi penuh, kecepatan, dan kordinasi indra penglihatan yang bagus. Setiap pemain membutuhkan kecepatan tangan, kaki, ketepatan pukulan untuk mengarahkan bola ke sasaran, dan mengambil posisi untuk memukul bola. 43

60 44 Berdasarkan uraian tersebut, maka diduga ada perbedaan yang signifikan antara latihan backhand drive dengan metode sasaran bertahap ke belakang dan bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive. 2.3 Hipotesis Berdasarkan penjelasan kerangka berfikir tentang metode latihan sasaran ke belakang dan ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ada perbedaan hasil latihan backhand drive dengan menggunakan metode sasaran bertahap ke belakang dengan metode bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan pukulan backhand drive pada klub tenis Smart Semarang tahun Latihan backhand drive menggunakan metode sasaran bertahap ke belakang lebih baik dari pada latihan menggunakan metode bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan pukulan backhand drive pada klub tenis Smart Semarang tahun

61 45 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Suharsimi Arikunto, 2010:203). Sebab dalam penelitian ilmiah harus digunakan suatu metode penelitian yang mengarah pada tujuan penelitian, sehingga penelitian memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian. Metode penelitian merupakan syarat mutlak dalam suatu penelitian, berbobot atau tidaknya suatu penelitian tergantung pada pertanggung jawaban metodologi penelitian. Menurut Sutrisno Hadi (1987:4) Metodologi penelitian yang seperti kita kenal sekarang memberikan garis-garis yang cermat dan mengajukan syaratsyarat yang benar, maksudnya adalah untuk menjaga agar penelitian yang dicapai dari suatu penelitian memilik harga ilmiah yang setinggi-tingginya. Penelitian secara eksperimen yaitu suatu cara mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor yang mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan (Suharsimi Arikunto, 2010:09). Dalam bab ini yang akan dibahas adalah hal-hal sebagi berikut: 3.1 Jenis Dan Desain Penelitian 45

62 46 Sebelum melaksanakan penelitian, maka perlu adanya suatu rancangan penelitian. Adapun rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode eksperimen. Penelitian ini menggunakan pre-tes and post-test group design. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen (pre-tes) dan sesudah eksperimen (post-test). Tabel 3.1 Rencana Penelitian NO Variabel Tes awal Perlakuan Tes akhir 1 2 Metode bertahap belakang Metode bertahap ke samping 0¹ X 0² 0¹ X 0² Sumber : (Suharsimi Arikunto,2010:124) Keterangan: 0¹ : Tes awal (pre-test) X : Perlakuan 0² : Tes akhir (post-test) Observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen disebut pre-test, dan observasi yang dilakukan sesudah eksperimen disebut post-test. Perbedaan antara dan yakni - diasumsikan merupakan efek dari treatment atau eksperimen (Suharsimi Arikunto, 1996:85). Metode penelitian mencakup prosedur dan instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yaitu suatu cara mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau 46

63 47 mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor yang mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan (Suharsimi Arikunto, 2010:09). Pre-test dan post-test dilakukan untuk mengetahui kemampuan dalam melakukan pukulan backhand drive. Sedangkan treatment atau perlakuan yang diberikan adalah latihan backhand drive dimana untuk kelompok eksperimen diberi metode latihan bertahap ke belakang, sedangkan untuk kelompok kontrol diberi perlakuan dengan metode bertahap ke samping. Peneliti menggunakan metode eksperimen untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik eksperimen adalah metode yang memberikan dan menggunakan suatu gejala yang disebut latihan atau percobaan. Dengan adanya latihan tersebut akan terlihat adanya hubungan sebab akibat sebagai pengaruh dari pelaksanaan latihan. Menurut Sutrisno Hadi (1987:89) Salah satu tugas yang penting dalam research ilmiah adalah penetapan ada tidaknya hubungan sebab akibat antara fenomena-fenomena dan membuat hukum-hukum tentang hubungan sebab akibat. Metode eksperimen adalah metode yang paling jitu untuk menyelidiki hubungan sebab akibat Desain atau pola yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Matched Subject Desigh atau pola M-S, dengan pengertian: Matched Subject Desigh, yaitu eksperimen yang menggunakan kelompok kontrol yang sudah disamakan subjek demi subjek sebelum eksperimen dilaksanakan. Yang disamakan adalah satu variabel atau lebih yang telah diketahui pengaruh terhadap hasil eksperimen yaitu variabel diluar atau faktor yang dieksperimenkan (Sutrisno Hadi, 2004:278). menyamakan atau menyeimbangkan kedua grup tersebut dengan cara Subject Matching Ordinal pairing yaitu subjek yang hasilnya sama atau hampir 47

64 48 sama dengan tes awal kemudian dipasangkan dengan rumus A-B-B-A, maka terbentuk 2 kelompok, kedua kelompok tersebut mempunyai tingkat kemampuan yang seimbang. Hal ini dapat dilihat dari mean dari kedua kelompok tersebut yang sama atau hampir sama. Kedua kelompok yang mempunyai tingkat kemampuan seimbang diundi. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan yang sama pada kedua kelompok untuk menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sehingga subjektifitas diri peneliti tidak akan masuk didalamnya. Sehingga akan dapat ditentukan kelompok mana yang menjadi kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. 3.2 Variabel Penelitian Variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi obyek penelitian (Sutrisno Hadi, 1987:89). Sedangkan menurut suharsimi arikunto (2002:96), variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi suatu titik penelitian. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang diselidiki, yaitu : Variabel Bebas Variabel bebas (X) adalah variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, beban atau independent (Suharsimi Arikunto 1993:93). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah latihan backhand drive dengan metode bertahap ke belakang dan bertahap ke samping Variabel Terikat Variabel terikat (Y) adalah variabel yang tergantung atau variabel akibat. Adapun yang menjadi varibel terikat disini adalah kemampuan melakukan backhand drive. 48

65 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel Menurut Sutrisno Hadi (1987:220) Populasi adalah keseluruhan penduduk yang dimaksud untuk diselidiki. Populasi dibatasi dengan sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010:173). Populasi dalam penelitian ini adalah petenis pada klub Smart Semarang tahun 2014 yang berjumlah 12 orang dengan 10 orang putra dan 2 orang putri. Sifat dan karakteristik dari populasi 1) populasi adalah pemain tenis pada klub Smart Semarang tahun 2014, 2) Menguasai teknik dasar tenis lapangan, 3) Mendapatkan latihan dari pelatih berpengalaman. Dengan demikian maka petenis pada klub Smart Semarang tahun 2014 yang berjumlah 12 orang sudah memenuhi syarat populasi. Menurut Sutrisno Hadi (1987:219), sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi. Untuk penentuan jumlah sampel berpedoman pada yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2002:102) bahwa apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:174), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Penelitian ini dilaksanakan dengan keadaan subjek didalam populasi yang benar-benar homogen artinya mempunyai sifat sama untuk diteliti dan dapat mewakili seluruh populasi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive random sampel. Yang dimaksud adalah teknik 49

66 50 sampling gabungan antara purposive sampling dan random sapling. Purposive sampling adalah sampel berdasarkan maksud dan tujuan. Sedangkan random sampling adalah pembagian kelompok kontrol variabel dan eksperimen didasarkan acak atau random. Sampel yang digunakan adalah atlet tenis lapangan klup Smart Semarang tahun 2014, yang jumlahnya 10 orang putra. 3.4 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian menurut pendapat Suharsimi Arikunto (2010:203) adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasil lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, instrumen tes yang digunakan adalah : Tes Backhand Drive Dalam penelitian ini adalah The Hawit s Tennis Achievement Test. Tes pukulan drive dari Hewitt ini dirancang untuk digunakan sebagai alat pengelompokan dan penentuan tingkat. Tes ini mempunyai koevisien validitas 0,63 dan reabilitas 0,75. Liat gambar dibawah ini. 50

67 51 1,37m 1,37m 1,37m 1,37m Gambar 3.1 Instrumen test Backhand Drive Sumber: The Hawwit s Tennis Achievement Test Keterangan: : Atlet : Pengumpan 1 : Sasaran : Garis pembatas sasaran : Garis pembatas atas laju bola Pelaksanaan tes penempatan backhand drive : pemain mengembalikan bola dengan backhand drive sehingga bola melewati di atas net. Pada masingmasing tiang net tali diikatkan setinggi 7 kaki sehingga berada 7 kaki di atas 51

68 52 permukaan lapangan dan sejajar dengan bagian atas dari net. Pemain berdiri pada garis baseline (garis belakang) dan center service mark. Pengumpan berada di tengah dekat net. pengumpan memukul bola tenis ke pemain sebanyak 3 bola sebagai pukulan percobaan tepat di seberang daerah service pemain bergerak pada posisi yang benar untuk melakukan backhand drive memukul bola melewati net dan di bawah tali ke dalam daerah lapangan untuk memperoleh angka sebanyak mungkin. Pemain memilih 10 bola untuk dikembalikan dengan backhand drive. Bola-bola yang dipukul melewati atas tali dan masuk kedalam daerah sasaran penilaian, maka nilainya setengah dari nilai umum. Semua bola yang menyentuh net dan tali diulang. Nilai pemain adalah jumlah dari nilai yang diperoleh dari 10 pukulan backhand drive yang dilakukannya. Jika bola jatuh dan menyentuh tali diantara angka sasaran maka nilai yang diperoleh adalah nilai tertinggi dari antara angka sasaran tersebut. 3.5 Prosedur Penelitian Tahap Persiapan Beberapa tahap persiapan panitia melakukan pengambilan data antara lain: Persiapan Pengambilan Sampel Sebelum mendapatkan sampel, peneliti melakukan observasi terlebih dahulu untuk mengetahui jumlah pemain/atlet, waktu, dan jadwal. Peneliti menggunakan surat ijin penelitian sebagai syarat mengadakan penelitian Alat alat dan perlengkapan yang digunakan dalam penelitian Lapangan tenis 52

69 53 Lapangan yang digunakan adalah lapangan tenis yang memenuhi standar yaitu masih baik, cepat kering, menjamin keamanan pemain dan sesuai dengan standar ukuran baku serta memenuhi bagi pelaksanaan penelitian. Jumlah lapangan minimal dua buah. Untuk penelitian ini digunakan lapangan A dan B yang terletak di lapangan klub tennis Smart jatidiri semarang Bola tenis Penelitian ini menggunakan bola tenis sebanyak 50 buah bola untuk pelaksanaan tes awal dan tes akhir. Sedangkan untuk perlakuan dalam latihan disediakan bola yang sudah dipakai untuk bertanding dan masih layak digunakan dalam penelitian Raket tenis Raket tenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah raket tenis milik masing-masing sampel yang merupakan para atlet pada klub tenis Smart Semarang tahun Meteran Disediakan meteran 10meter yang digunakan untuk mengukur garis-garis di lapangan Rafia Rafia digunakan untuk membatasi tinggi bola yang melambung antara net dan tali yang terbentang di atas net dengan ukuran tertentu Isolasi/lakban Isolasi/lakban digunakan untuk membuat garis batas nilai atau membuat jarak antara daerah nilai yang satu dengan yang lainnya Keranjang bola 53

70 54 Keranjang bola digunakan sebagai tempat bola yang diletakkan di samping pengumpan Daftar presensi dan format penilaian Daftar presensi digunakan untuk mendata nama sampel yang akan diteliti. sedangkan format penelitian digunakan untuk mencatat hasil dari tes selama penelitian. 3.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penelitian Agar tujuan penelitian dapat terlaksana sesuai dengan program, maka diupayakan untuk memperkecil berbagai kendala yang dapat mempengaruhi penelitian. Faktor yang dapat mempengaruhi penelitian dicari jalan keluarnya, sehingga pengaruhnya dapat dihilangkan atau diminimalisasi, adapun faktorfaktor tersebut antara lain sebagai berikut : Faktor kesungguhan hati Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga dalam melakukan suatu tugas dari pelatih memiliki tingkat kesungguhan hati yang berbeda, hal tersebut dikhawatirkan mempengaruhi hasil suatu penelitian. Untuk menghindari hal tersebut peneliti bekerja sama dengan pelatih klub tenis Smart Semarang, berusaha memberikan pengawasan, kontrol dan motivasi kepada sampel agar pelaksanaan latihan dapat dilakukan dengan sungguh-sungguh. Dengan adanya motivasi serta dukungan dari berbagai pihak diharapkan dapat diperoleh hasil yang optimal. 54

71 Faktor kemampuan sampel Kondisi fisik setiap orang berbeda-beda, hal tersebut mempengaruhi kemampuan individu untuk menerima tugas gerak, yaitu dalam proses penerimaan informasi dari pelatih kurang dapat diserap secara optimal, sehingga kemungkinan melakukan kesalahan latihan masih terjadi, oleh karena itu perlu adanya koreksi secara kelompok maupun individu saat pelaksanaan latihan Faktor peralatan sampel Peralatan merupakan sarana pendukung utama dalam setiap cabang olahraga. Dalam penilitian ini seluruh peralatan disediakan oleh masing-masing sampel yaiktu raket tenis yang memiliki ukuran dan karakteristik yang sama, selain itu raket yang digunakan sampel adalah raket yang biasa digunakan dalam latihan sebelum diadakan penelitian sehingga faktor peralatan dapat dipastikan tidak mempengaruhi dalam latihan. sedangkan bola yang digunakan sebanyak 50 buah bola dengan kondisi yang masih baik Faktor kebosanan Faktor kebosanan adalah faktor yang sering dihadapi peneliti dilapangan. Hal tersebut dapat dikarenakan oleh model latihan yang monoton atau sama. Hal ini dapat diantisipasi dengan dengan memberikan suasana latihan yang menyenangkan dan tidak tegang, seperti adanya permainan lempar tangkap bola, sehingga latihannya menarik dan sampel selalu melakukan latihan dengan senang dan sungguh-sungguh Faktor lapangan Lapangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lapangan klub tenis smart Semarang yang ada di Jatidiri Semarang. Lapangan yang digunakan adalah lapangan A dan lapangan B. Karena lapangan yang digunakan adalah 55

72 56 lapangan terbuka maka faktor cuaca terutama jika hujan dapat mengganggu jalannya latihan. Bila ini terjadi maka latihan diundur atau diganti hari lain agar jumlah dan waktu latihan terpenuhi sesuai rencana Faktor kegiatan sampel diluar kegiatan penelitian Kegiatan-kegiatan yang dilakukan sampel diluar penelitian dapat mempengaruhi hasil penelitian misalnya menambah jumlah atau porsi latihan sendiri diluar penelitian. Penelitian bersama pelatih klub tenis Smart Semarang tahun 2014 menghimbau kepada sampel untuk tidak melakukan kegiatan diluar penelitian yang dapat mempengaruhi hasil penelitian Faktor ketelitian petugas Dalam upaya untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan yang dilakukan oleh petugas pembantu peneliti, sebelum penelitian dilaksanakan, penulis mengadakan pengarahan kepada petugas pembantu peneliti agar melakukan tugas sesuai dengan perannya masing-masing. 3.7 Teknik Analisis Data Analisis data merupakan langkah yang penting dalam penelitian karena merupakan upaya dalam mencari dan menata data-data hasil penelitian secara sistematis. Dengan analisis data maka dapat ditarik kesimpulan dari suatu penelitian yang sudah dilaksanakan. Sebelum melakukan analisis data diperlukan uji persyaratan analisis yang meliputi uji normalitas data yang menunjukkan data berdistribusi normal atau 56

73 57 tidak, serta uji homogenitas data yang menunjukkan data diambil dari sempel yang homogen atau tidak. Kemudian setelah data dapat dinyatakan berdistribusi normal dan diambil dari sempel yang homogen, maka dapat dilanjutkan dengan analisis data dan pengajuan hipotesis. Langkah awal adalah menyusun perhitungan statistik pada pola M-S terhadap hasil tes awal. Setelah diperoleh hasil test akhir ketepatan melakukan backhand drive yang terdapat pada lampiran, maka perlu diuji signifikannya dengan menggunakan rumus t-test rumus pendek. Sutrisno Hadi (2004:225) berpendapat: analisis terhadap hasil experimen didasarkan atas subjek matching selalu menggunakan rumus t-test pada correlated sample. Untuk menyelesaikan ini ada dua rumus yang tersedia. Kedua rumus itu adalah rumus panjang (long method) dan rumus pendek (short method). Dengan rumus panjang maupun rumus pendek akan mendapatkan hasil yang sama (memperoleh nilai t yang sama), maka penulis memilih rumus pendek untuk mengolah data, sebab lebih efisien penggunaanya dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan (d.b) yaitu N-1. Untuk menjabarkan data tes akhir kedalam rumus diperlukan table persiapan, seperti dibawah ini. Table 3.2. table persiapan penghitungan statistic dengan pola M-S. No Pasangan subjek Xk Xe D d d² 57

74 58 s.d (Sutrisno Hadi, 2004:230) Total Xk Xe D d d² Keterangan : Xk Xe D d : Nilai kelompok control : Nilai kelompok eksperimen : Perbedaan dari tiap-tiap pasangan : Deviasi perbedaan dari tiap-tiap pasangan d² : Kuadrat perbedaan dari tiap-tiap pasangan berikut : Langkah-langkah dalam mengerjakan penelitian ini adalah sebagai 1. Tiap-tiap pasangan subjek dimasukkan dalam kolom kedua, sesuai nomor urut. 2. Nilai tes akhir Dari kelompok eksperimen dimasukkan dalam kolom Xe. 3. Nilai tes akhir dari kelompok kontrol dimasukkan dalam kolom Xk. 4. Untuk mengisi kolom B berasal dari nilai kelompok control dikurangi nilai dari kelompok eksperimen (Xk Xe). 5. Untuk mengisi b diperoleh dari nilai D-MD dan MD berasal dari D/N, harus dicek D = (Xk Xe) dan b = 0,0. Perlu diperhatikan tanda Dan tanda + harus dipertahankan. 58

75 59 6. Kemudian setiap kolom dicari jumlah dan rekapitulasi dicatat nilai-nilai MD, d² dan N Penggunaan analisis data dengan analisis statistik dalam penelitian ini karna data yang di peroleh berupa angka-angka. Untuk memasukan data ke rumus t-test, harus diketahui terlebih dahulu nilai perbedaan dari mean perbedaan (MD), yang dapat di cari dengan rumus : MD = Σ𝐷 Keterangan : MD : Mean deviasi : Jumlah beda dari masing- 𝑁 masing pasangan subyek N : Jumlah subyek Rumus t-test yang digunakan : t= 𝑀𝐷 𝑑2 𝑁(𝑁 1) (Sutrisno Hadi,2004 :226) Keterangan : MD : Mean deviasi d² : Deviasi mean perbedaan N : Jumlah pasangan subjek Berdasarkan rumus di atas untuk mengetahui apakah perbedaan itu signifikan atau tidak maka harga t hitung tersebut perlu dibandingkan dengan harga t tabel bila t hitung lebih besar dengan ttabel, maka perbedaan itu signifikan, sehingga instrumen dinyatakan valid. Pengujian validitas dengan uji 59

76 60 beda ini di dasarkan asumsi bahwa kelompok respondn yang digunakan sebagai uji coba berdistribusi normal. Dngan demikian kelompok skor tinggi dan rendah harus berbeda secara signifikan, sesuai dengan bentuk kurve normal (Sugiyono,2010: ) Hipotesis nihil akan diuji kebenarannya berdasarkan taraf kesalahan 5% dengan d.b = N-1, 6-1 = 5, artinya bahwa dari 95% dari keputusan adalah benar dan akan menolak hipotesis yang salah adalah 5 diantara 100 kemungkinan. Sebelum analisis data dilaksanakan, terlebih dahulu penulis mengubah hipotesis alternatif atau Ha menjadi hipotesis nihil atau Ho. Hipotesis alternatif atau Ha yang menyatakan ada perbedaan hasil latian backhand drive dengan metode sasaran bertahap ke belakang dan metode sasaran bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive pada klub tenis Smart Semarang tahun 2014 diubah menjadi hipotesis nihil atau Ho yaitu tidak ada perbedaan hasil latihan backhand drive dengan metode sasaran bertahap ke belakang dan bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive pada klub tenis Smart Semarang tahun Untuk menguji signifikan hipotesis kerja atau Ha yang menyatakan ada perbedaan hasil latian backhand drive dengan metode bertahap ke belakang dan bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive pada klub tenis Smart Semarang tahun 2014 diubah menjadi hipotesis nihil atau Ho yaitu tidak ada perbedaan hasil latihan backhand drive dengan metode sasaran bertahap ke belakang dan bertahap ke samping terhadap kemampuan melakukan backhand drive pada klub tenis Smart Semarang tahun

77 77 Penelitian ini tentu memiliki beberapa kelemahan, walaupun berbagai antisipasi sudah dilakukan dalam rangka menjaga kemurnian hasil penelitian. Adanya berbagai keterbatasan menyebabkan ada beberapa factor yang sulit dikendalikan. Dengan adanya keterbatasan tersebut maka penelitian ini memiliki kelemahan-kelemahan sebagai berikut: a. Kontrol terhadap factor psikis tidak diperhitungkan, sehingga hasil penelitian bisa saja dipengaruhi oleh variabel-variabel tersebut. b. Kurangnya konsentrasi dalam melakukan pukulan kemampuan backhand drive. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan sebai berikut : Hasil dari penelitian, analisis data dan pembahasan diperoleh simpulan Ada perbedaan latihan backhand drive dengan metode sasaran bertahap ke belakang dan metode sasaran bertahap ke samping dalam 77

78 78 meningkatkan kemampuan melakukan backhand drive pada klub tenis Smart Semarang tahun Metode sasaran bertahap belakang leibh efektif dalam meningkatkan kemampuan melakukan backhand drive pada klub tenis Smart Semarang tahun Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka penulis akan mengajukan beberapa saran sebagai berikut: Bagi pelatih sebaiknya menggunakan latihan backhand drive metode sasaran bertahap ke belakang, selain latihan ini dapat meningkatkan keakurasian pukulan, latihan ini juga baik untuk meningkatkan kecepatan pukulan Kepada peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding untuk penelitian yang sejenis. DAFTAR PUSTAKA Brown, J Tenis Tingkat Pemula. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Depdiknas Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Pedoman Penulisan Skripsi. Semarang : FIK-UNNES. Handono Murti Tenis sebagai prestasi dan profesi. Jakarta : Tyas Biratno Pallal. Harsono, Coaching dan Speak-Speak Psikologi dalam Coaching.Jakata : P2LPTK. 78

79 79 Jones. C.M. and Buxton, A Belajar Tenis Untuk Pemula.Bandung : CV Pioner Jaya. Lardner, R Teknik Dasar Tenis Strategi dan Teknik Yang Akurat. Semarang : Dahara Prize. M. Sajoto Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang : Dahara Prize. Magethi, Bey. 1999, Tenis Bintang. Bandung : CV. Pioner Jaya. Pegangan Eastren.jpg. Online at [accesed 20/5/2014]. Rubianto Hadi Ilmu Kepelatian Dasar. Semarang : Rumah Indonesia. Scharff, R. 1981, Bimbingan Main Tenis Cepat dan Mudah. Jakarta: Mutiara. Sugiyono Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: PT. Melton Putra. Sutrisno Hadi Statistik Jilid 4. Yogyakarta : Andi Offset Teknik pukulan backhand drive. Online at [accesed 20/5/2014] W. J. S. Poerwardaminta Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Balai Pustaka Yudoprasetio Belajar Tenis Jilid 1. Jakarta : Bathara Karya Aksara Belajar Tenis Jilid 2. Jakarta : Bathara Karya Aksara 79

80 80 Lampiran 1 80

81 81 Lampiran 2 81

82 82 Lampiran 3 82

83 83 Lampiran 4 83

84 84 Lampiran 5 84

85 85 Lampiran 6 85

86 86 Lampiran 7 86

87 87 HASIL TES AWAL (pre test) NO NAMA KODE USIA (THN) SKOR JML SKO R 1 Manggi T Amos F T Fatima T Fauza R T Abid T Ariel T Septian T Adrian T Reno T Jesica T Hendri T Arief T Lampiran 8 87

88 88 DAFTAR RANKING (Berdasarkan hasil pre-test) NO NAMA UMUR JUMLAH PUKULAN KETERANGAN 1 Amos fichel A A 2 Hendri B 3 Fauza rusda B 4 Abid 9 28 A 5 Reno A 6 Arief B 7 Septian B 8 Manggi waldi F W A 9 Ariel A 10 Adrian B Lampiran 9 88

89 89 DAFTAR NAMA PEMAIN TENIS KLUB SMART SEMARANG TAHUN 2014 NO NAMA UMUR 1 Amos fichel A 14 2 Hendri 14 3 Fauza rusda 12 4 Abid 9 5 Fatima andiwitu 12 6 Reno 13 7 Arief 12 8 Jesica 12 9 Septian Manggi waldi F W Ariel Adrian 12 Lampiran 10 89

90 90 PETUNJUK PELAKSANAAN TES BACKHAND DRIVE Setelah mendapatkan enjelasan, sampel menempatkan diri di baseline dan pengumpan berdiri di daerah service bagian pinggir. Banyaknya bola yang harus dipukul berjumlah 13 bola yaitu 3 bola untuk percobaan dan 10 bola untuk test backhand drive. Berikut ini cara penilaian pelaksanaan tes. Cara pengambilan nilai : 1. Sampel di panggil satu persatu sesuaidaftar namayang telah disusun. 2. Sampel menempatkan diri pada daerah yang telah ditentukan, setelah pengumpan, pengawas sasaran, dan pencatat skor siap. Sampel melakukan tes backhand drive. 3. Sampel melakukan pukulan backhand drive sebanyak 13 kali, 3 kali percobaan dan 10 kali untuk tes backhand drive. 4. Setiap melakukan kesalahan backhand drive sesuai dengan peraturan maka mendapatkan nilai Skor akhir adalah jumlah poin yang di peroleh dari 10 kali pukulan backhand drive yang di lakukan. Lampiran 11 90

91 91 DAFTAR HASIL MATCHING BERDASARKAN PRE-TEST PUKULAN BACKHAND DRIVE DENGAN POLA M-S No No Test Skor Rumus Matched Pasangan match Pasangan test Pasan gan skor (a-b) 1 T A a-b T-02 T T B 3 T B a-b T-04 T T A 5 T A a-b T-03 T T B 7 T B a-b T-12 T T A 9 T A a-b T-07 T T B 11 T B a-b T-06 T T A Lampiran 12 91

92 92 Alat dan Perlengkapan Penelitian 1. Lapangan Tenis 2. Raket Tenis 3. Bola Tenis 4. Blanko Penelitian 5. Meteran 6. Alat Tulis 7. 5 angka Sasaran 8. Tali rafia 9. Lakban Lampiran 13 92

93 93 PETUGAS PENELITIAN NO NAMA TUGAS 1 Nuara Galih Nugraha Peneliti 2 Bu terry Pelatih 3 Pak sobri Pengumpan 4 Ivan Pencatat skor 5 Anang Pengambil bola 6 Hendra Dokumentasi 7 Eko Pengambil bola Lampiran 14 93

94 94 TABULASI DATA PENELITIAN HASIL BACKHAND DRIVE KELOMPOK NAMA KODE EKSPERIMEN USIA KELOMPOK SKOR KONTROL NO NAMA Pretest1 Posttest1 NO NAMA Pretest2 Posttest2 NO 1 Amos 30 (THN) 45 1 Hendri Abid Fauza Reno Arief Manggi Septian Ariel Adrian Maksimum 30,0 45,0 Maksimum Minimum 16,0 35,0 Minimum Rata-rata 24,0 40,4 Rata-rata 24,2 37 Simpangan Simpangan 5,8 4,3 baku baku 6, ,97218 JML SKOR Lampiran 15 94

95 Manggi T Amos F T Fatima T Fauza R T Abid T Ariel T Septian T Adrian T Reno T Jesica T Hendri T Arief T HASIL TES AKHIR (POST TEST) HASIL TES AKHIR Lampiran 16 Standar Deviasi Pretest Kelompok Eksperimen 95

96 96 No. Kelompok eksperimen No. Tes Nama Nilai (Xi) X 2 1 T-02 Amos T-04 Abid T-08 Reno T-01 Manggi T-05 Ariel Jumlah Rata-rata ( ) 24 Minimum 16 Maksimum 30 Standar Deviasi (SD) 5,215 = 5,215 Dari hasil tersebut di atas maka dapat dipahami sebagai berikut: 1. N kelompok eksperimen I : 5 2. Nilai maksimum : Nilai minimum : Nilai rata-rata : Nilai Standar Deviasi :5,215 Lampiran 17 Standar Deviasi Pretest Kelompok Kontrol 96

97 97 No. Kelompok Kontrol No. Tes Nama Nilai (Xi) X T-09 Hendri T-03 Fauza T-10 Arif T-06 Septian T-07 Adrian Jumlah Rata-rata ( ) 24 Minimum 14 Maksimum 29 Standar Deviasi (SD) 5,329 = 5,329 Dari hasil tersebut di atas maka dapat dipahami sebagai berikut: 1. N kelompokeksperimen II : 5 2. Nilaimaksimum : Nilai minimum : Nilai rata-rata : NilaiStandarDeviasi :5,329 Lampiran 18 Hasil Postest Kelompok Eksperimen 97

98 98 No. Kelompok eksperimen No. Tes Nama Nilai (Xi) T-02 T-04 T-08 T-01 T-05 Amos 45 Abid 41 Reno 44 Manggi 37 Ariel 35 Jumlah 202 Hasil Postest Kelompok Kontrol No. Kelompok Kontrol No. Tes Nama Nilai (Xi) T-09 T-03 T-10 T-06 T-07 Hendri 44 Fauza 45 Arif 41 Septian 30 Adrian 25 Jumlah 185 Lampiran 19 Perhitungan uji tterhadap Hasil Pre Test KelompokEksperimen dan Kelompok Kontrol 98

99 99 No No Pasangan X a X b D (X a -X b ) 1 T-02 T T-03 T T-08 T T-01 T T-05 T Jumlah d (D-Md) d t = 2 ( 1) = = 22 = = 0 ( 1) t hitung = 0 t tabel = 2,262 Jadi, t hitung < t tabel, berarti Ho diterima, maka tidak ada perbedaan hasil pre test antara kelompok eksperimen dan kelompok kelompok atau kedua kelompok tersebut mempunyai kemampuan yang sama. Lampiran 20 99

100 100 Standar Deviasi Postest Kelompok Eksperimen No. Kelompok eksperimen No. Tes Nama Nilai (Xi) X T-02 Amos 45 4,6 21,16 T-04 Abid 41 0,6 0,36 T-08 Reno 44 3,6 12,96 T-01 Manggi 37-3,4 11,56 T-05 Ariel 35-5,4 29,16 Jumlah ,2 Rata-rata ( ) 40,4 Minimum 35 Maksimum 45 Standar Deviasi (SD) 3,878 = 3,878 Dari hasil tersebut di atas maka dapat dipahami sebagai berikut: N kelompok Eksperimen I : 5 Nilai maksimum : 45 Nilai minimum : 35 Nilai rata-rata : 40,4 Nilai Standar Deviasi : 3,878 Lampiran

101 101 Standar Deviasi postest Kelompok Kontrol No. Kelompok Kontrol No. Tes Nama Nilai (Xi) X T-09 Hendri T-03 Fauza T-10 Arif T-06 Septian T-07 Adrian Jumlah Rata-rata ( ) 37 Minimum 25 Maksimum 44 Standar Deviasi (SD) 8,024 = 8,024 Dari hasil tersebut di atas maka dapat dipahami sebagai berikut: N kelompok eksperimen II : 5 Nilai maksimum : 44 Nilai minimum : 25 Nilai rata-rata : 37 Nilai Standar Deviasi : 8,024 Lampiran

102 102 Perhitungan Uji tterhadap Perbedaan Hasil Pos Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol No No Pasangan X a X b D (X a -X b ) 1 T-02 T T-04 T T-08 T T-01 T T-05 T Jumlah d (D-Md) d 2 1-2,4 5, ,4 54,76 3-0,4 0,16 7 3,6 12, ,6 43, ,2 t = = = ( 1) 2 = = 1,404 t hitung = 1,404 t tabel = 2,262 Jadi, t hitung < t tabel, berarti Ho diterima, maka tidak ada perbedaan hasil postest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Lampiran 23 Penghitungan Uji t 102

103 103 Terhadap Hasil Pre test dan Post test Kelompok Eksperimen No No Tes X a X b D (X a -X b ) d (D-Md) d 2 1 T T ,4 1, ,4 11,56 3 T ,6 2,56 4 T ,6 0,36 5 T ,6 6,76 Jumlah ,2 t = = = ( 1) 2 = = -15,227 t hitung -15,227 > t tabel 2,262 ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara data pre test dengan data post test pada kelompok eksperimen, dengan demikian dapat disimpulkan ada pengaruh latihan sasaran bertahap ke belakang terhadap kemampuan melakukan backhand drive. Lampiran

104 104 Penghitungan Uji t Terhadap Hasil Pre test dan Post test Kelompok Kontrol No No Tes X a X b D (X a -X b ) 1 T d (D-Md) d T T T T Jumlah t = 2 ( 1) = = = = -6, t hitung = -3,914>t tabel = 2,262 ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara data pre test dengan data post test pada kelompok kontrol, dengan demikian dapat disimpulkan ada pengaruh latihan sasaran bertahap ke samping terhadap kemampuan backhand drive. 104

105 105 Lampiran 25 DOKUMEN PENELITIAN Persiapan Penelitian 105

106 106 Lapangan Penelitian Alat Penelitian 106

107 107 Pengarahan Sebelum Tes Backhand Drive Pelaksanaan Tes Awal Backhand Drive 107

108

109

110

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015 PERBEDAAN LATIHAN BACKHAND DRIVE TENIS MENGGUNAKAN FIXED TARGET DAN MOVING TARGET TERHADAP KEMAMPUAN BACKHAND DRIVE (Study Eksperimen Pada Anggota Putra UKM Tenis Universitas Negeri Semarang Tahun 2015)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenis Lapangan merupakan salah satu jenis olahraga yang populer dan

BAB I PENDAHULUAN. Tenis Lapangan merupakan salah satu jenis olahraga yang populer dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenis Lapangan merupakan salah satu jenis olahraga yang populer dan banyak digemari semua lapisan masyarakat, juga merupakan suatu permainan yang sangat menyenangkan

Lebih terperinci

PERBEDAAN LATIHAN FOREHAND VOLLEY

PERBEDAAN LATIHAN FOREHAND VOLLEY PERBEDAAN LATIHAN FOREHAND VOLLEY SASARAN TETAP DENGAN SASARAN BERPINDAH TERHADAP KEMAMPUAN FOREHAND VOLLEY DALAM PERMAINAN TENIS PADA MAHASISWA PUTRA SEMESTER IV JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL LATIHAN FOREHAND DRIVE

PERBEDAAN HASIL LATIHAN FOREHAND DRIVE PERBEDAAN HASIL LATIHAN FOREHAND DRIVE ANTARA METODE LATIHAN JARAK DUA TAHAP DAN TIGA TAHAP TERHADAP KEMAMPUAN PENEMPATAN FOREHAND DRIVE PETENIS PUTRA KLUB DIKLAT TENIS PANDANARAN SEMARANG TAHUN 2011 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang menggeluti olahraga tenis lapangan atau menjadi sumber mata

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang menggeluti olahraga tenis lapangan atau menjadi sumber mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga tennis lapangan merupakan salah satu olahraga permainan yang sudah berkembang luas di masyarakat. Olahraga Tenis lapangan dilakukan dengan memainkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PERBEDAAN LATIHAN DRIVE DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIGHEST RALLY DAN CROSS-COURT PAIRS TERHADAP KEMAMPUAN MELAKUKAN DRIVE PADA PETENIS PUTRA KLUB RAJAWALI PURWOREJO TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan dalam rangka

Lebih terperinci

TENIS MODUL 3. Pendahuluan

TENIS MODUL 3. Pendahuluan MODUL 3 TENIS Pendahuluan Dalam permainan tenis pada saat sekarang ini, teknik dianggap sebagai fungsi dari prinsip-prinsip biomekanika dan sebagai alat untuk menggunakan taktik secara lebih efisien. Teknik

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Oleh : Sadhikul Aziz Eka Matif

SKRIPSI. Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Oleh : Sadhikul Aziz Eka Matif PERBEDAAN LATIHAN FOREHAND DRIVE DENGAN METODE HIGH VARIABILITY DRILLS DAN LOW VARIABILITY DRILLS TERHADAP KEMAMPUAN FOREHAND DRIVE PADA PETENIS PUTRA KLUB TENIS PHAPROS SEMARANG TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Tiap orang mempunyai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Tiap orang mempunyai tujuan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenis merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang sangat populer karena banyak diminati oleh masyarakat. Kebutuhan akan tenis lapangan semakin meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya maksud permainan tenis adalah untuk berolahraga. Tapi

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya maksud permainan tenis adalah untuk berolahraga. Tapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya maksud permainan tenis adalah untuk berolahraga. Tapi disamping itu masih ada bermacam-macam tujuan lain. Ada orang yang bermain tenis hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini yaitu olahraga Tenis lapangan. Tenis lapangan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini yaitu olahraga Tenis lapangan. Tenis lapangan merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga sangat berperan penting dalam kehidupan manusia, di antara sekian banyak olahraga permainan ada salah satu olahraga yang sangat populer pada saat ini

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN VOLLEY

PENGARUH LATIHAN VOLLEY PENGARUH LATIHAN VOLLEY BOLA DIUMPAN DENGAN METODE TWO BALL VOLLEY DAN CIRCLE VOLLEY TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN VOLLEY TENIS PADA PETENIS PUTRA KLUB PHAPROS SEMARANG TAHUN 2012 SKRIPSI Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Olahraga squash merupakan olahraga yang mulai berkembang di Indonesia. Terbukti sudah mulai munculnya klub-klub squash yang tersebar di Indonesia. Walaupun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Permainan Tenis Lapangan Tenis lapangan merupakan olahraga permainan yang dilakukan oleh seorang atau sepasang pemain yang berhadapan ke seberang jaring dengan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PUKULAN TOP SPIN DAN FLAT TERHADAP AKURASI BACKHAND GROUNDSTROKE TENIS LAPANGAN JAWA TENGAH

PERBEDAAN PUKULAN TOP SPIN DAN FLAT TERHADAP AKURASI BACKHAND GROUNDSTROKE TENIS LAPANGAN JAWA TENGAH ABSTRAK UNTUNG NUGROHO: Perbedaan Pukulan top spin dan flat terhadap akurasi backhand groundstroke Tenis lapangan Jawa Tengah. Surakarta: Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Universitas Tunas Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menyenangkan dan sangat menggairahkan, tidak ada batasan. menunjang permainan tenis menjadi lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menyenangkan dan sangat menggairahkan, tidak ada batasan. menunjang permainan tenis menjadi lebih baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenis Lapangan merupakan salah satu jenis olahraga yang populer dan banyak digemari semua lapisan masyarakat, juga merupakan suatu permainan yang sangat menyenangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hobby dan kesenangan sehingga bisa menghilangkan stress.

BAB I PENDAHULUAN. hobby dan kesenangan sehingga bisa menghilangkan stress. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sekarang ini manusia tidak dapat dipisahkan lagi dari yang namanya olahraga. Baik itu sebagai sarana untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat

Lebih terperinci

SKRIPSI diajukan untuk. Oleh Akhmad Amir

SKRIPSI diajukan untuk. Oleh Akhmad Amir PERBEDAAN LATIHAN FOREHAND DRIVE SASARAN MENJAUH DAN SASARAN MENYAMPING TERHADAP KEMAMPUAN FOREHAND DRIVE PADA PETENIS UMUR 14-16 TAHUN WALET TENIS KLUB KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2012 SKRIPSI diajukan dalam

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Oleh Andy Budi Prasetyo

SKRIPSI. Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Oleh Andy Budi Prasetyo 1 PERBEDAAN LATIHAN VOLLEY DENGAN METODE FORWARD AND VOLLEY DAN RALLYERS AND RUNNERS TERHADAP KEMAMPUAN VOLLEY FOREHAND PADA MAHASISWA PUTRA PESERTA IKK TENIS JURUSAN PKLO FIK UNNES TAHUN 2011 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia dewasa ini. Dalam era modernisasi tenis lapangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia dewasa ini. Dalam era modernisasi tenis lapangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenis lapangan merupakan olahraga yang diminati sebagian besar masyarakat Indonesia dewasa ini. Dalam era modernisasi tenis lapangan sekarang ini dipergunakan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEMAMPUAN MELAKUKAN DRIVE

PERBEDAAN KEMAMPUAN MELAKUKAN DRIVE PERBEDAAN KEMAMPUAN MELAKUKAN DRIVE ANTARA LATIHAN DIUMPAN MENYAMPING DAN DIUMPAN DEPAN BELAKANG DALAM TENIS PADA MAHASISWA PUTRA SEMESTER IV JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA TAHUN AKADEMIK 2008/2009

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping itu masih ada bermacam-macam tujuan lain. Ada orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping itu masih ada bermacam-macam tujuan lain. Ada orang yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya maksud permainan tenis adalah berolahraga. Tapi disamping itu masih ada bermacam-macam tujuan lain. Ada orang yang bermain tenis hanya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Manusia sadar dengan

BAB I PENDAHULUAN. badan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Manusia sadar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang selalu melakukan aktifitas jasmani, aktifitas itu berupa gerak yang membutuhkan keaktifan setiap anggota badan sesuai

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011 . PENGARUH LATIHAN GROUNDSTROKE DENGAN METODE ROTATION DAN RALLYERS AND RUNNERS TERHADAP KEMAMPUAN RALLY 3 MENIT PADA MAHASISWA PUTRA PESERTA IKK TENIS JURUSAN PKLO FIK UNNES TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demi menghadapi perkembangan jaman dan teknologi yang semakin pesat sudah semestinya manusia menyadari arti penting hidup sehat. Hidup sehat dapat tercapai melalui berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya yang bermain bulutangkis baik di ruangan tertutup (indoor)

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya yang bermain bulutangkis baik di ruangan tertutup (indoor) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bulutangkis merupakan cabang olahraga permainan yang digemari oleh masyarakat Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan, mulai dari anak-anak hingga dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya. Cabang olahraga ini banyak dilakukan oleh anak-anak, remaja, orang

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya. Cabang olahraga ini banyak dilakukan oleh anak-anak, remaja, orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga tenis meja merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak penggemarnya. Cabang olahraga ini banyak dilakukan oleh anak-anak, remaja, orang dewasa

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN FOREHAND DRIVE DENGAN METODE BALL SENSE APLLICATION

PENGARUH LATIHAN FOREHAND DRIVE DENGAN METODE BALL SENSE APLLICATION PENGARUH LATIHAN FOREHAND DRIVE DENGAN METODE BALL SENSE APLLICATION DAN METODE KONVENSIONAL TERHADAP KEMAMPUAN MELAKUKAN FOREHAND DRIVE PADA PETENIS PEMULA KLUB TENIS YUNIOR BLORA TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN MEMUKUL DENGAN POSISI BERGERAK MAJU MUNDUR DAN KE SAMPING KANAN-KIRI TERHADAP HASIL PUKULAN DRIVE PADA PETENIS PEMULA PUTRA KLUB POTENSI SEMARANG TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenis Meja merupakan salah satu cabang olahraga yang digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tenis Meja merupakan salah satu cabang olahraga yang digemari oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenis Meja merupakan salah satu cabang olahraga yang digemari oleh masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kompetisi yang diadakan mampu mengundang partisipasi

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Oleh. Andi Fahrur Rozi

SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Oleh. Andi Fahrur Rozi . PERBEDAAN LATIHAN DRIVE DENGAN DIUMPAN TERUS MENERUS DAN BERGANTIAN TERHADAP KEMAMPUAN DRIVE PADA MAHASISWA PUTRA PESERTA IKK TENIS JURUSAN PKLO FIK UNNES TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan banyak digemari di semua lapisan masyarakat. Permainan tenis

BAB I PENDAHULUAN. dan banyak digemari di semua lapisan masyarakat. Permainan tenis A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Zaman kehidupan modern ini, manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga. Tenis merupakan salah satu jenis olahraga yang sangat populer dan banyak digemari di

Lebih terperinci

PERBEDAAN LATIHAN FOREHAND DRIVE

PERBEDAAN LATIHAN FOREHAND DRIVE PERBEDAAN LATIHAN FOREHAND DRIVE MENGGUNAKAN ARAH BOLA DEPAN BELAKANG DAN POSISI PEMAIN MAJU MUNDUR TERHADAP KEMAMPUAN MELAKUKAN FOREHAND DRIVE PADA PETENIS KLUB PHAPROS SEMARANG TAHUN 2012 SKRIPSI diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Hampir semua negara menaruh perhatiannya terhadap olahraga. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Hampir semua negara menaruh perhatiannya terhadap olahraga. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Hampir semua negara menaruh perhatiannya terhadap olahraga. Hal ini disebabkan olahraga tidak hanya berfungsi untuk mendapatkan kesegaran sematamata, tetapi

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN SERVICE BERTAHAP DENGAN METODE LANGSUNG DAN METODE TIDAK LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN HASIL SERVICE SKRIPSI

PENGARUH LATIHAN SERVICE BERTAHAP DENGAN METODE LANGSUNG DAN METODE TIDAK LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN HASIL SERVICE SKRIPSI PENGARUH LATIHAN SERVICE BERTAHAP DENGAN METODE LANGSUNG DAN METODE TIDAK LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN HASIL SERVICE (Study eksperimen pada petenis pemula klub tenis Loyola College Semarang tahun 2015)

Lebih terperinci

TINGKAT PENGUASAAN KETERAMPILAN BERMAIN TENIS PADA MAHASISWA PUTRA SEMESTER 6 FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TAHUN AKADEMIK

TINGKAT PENGUASAAN KETERAMPILAN BERMAIN TENIS PADA MAHASISWA PUTRA SEMESTER 6 FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TAHUN AKADEMIK TINGKAT PENGUASAAN KETERAMPILAN BERMAIN TENIS PADA MAHASISWA PUTRA SEMESTER 6 FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TAHUN AKADEMIK 2008/2009 SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LATIHAN BEBAN RAKET TERHADAP HASIL PUKULAN LONG FOREHAND

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LATIHAN BEBAN RAKET TERHADAP HASIL PUKULAN LONG FOREHAND ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LATIHAN BEBAN RAKET TERHADAP HASIL PUKULAN LONG FOREHAND DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS BAGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TUNGKAL ULU OLEH NOLOSAPRIA A1D408087 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan sesuatu aktivitas yang selalu dilakukan oleh masyarakat, keberadaannya sekarang tidak lagi dipandang sebelah mata akan tetapi sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan kebutuhan jasmani setiap manusia. Setiap orang melakukan olahraga disamping menjaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan kebutuhan jasmani setiap manusia. Setiap orang melakukan olahraga disamping menjaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan kebutuhan jasmani setiap manusia. Setiap orang melakukan olahraga disamping menjaga kebugaraan tubuh juga bertujuan untuk rekreasi, memperluas

Lebih terperinci

KONTRIBUSI DAYA LEDAK OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN TERHADAP PUKULAN LOB ATLET BULUTANGKIS PB. MERAH PUTIH KOTA PADANG

KONTRIBUSI DAYA LEDAK OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN TERHADAP PUKULAN LOB ATLET BULUTANGKIS PB. MERAH PUTIH KOTA PADANG KONTRIBUSI DAYA LEDAK OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN TERHADAP PUKULAN LOB ATLET BULUTANGKIS PB. MERAH PUTIH KOTA PADANG Giri Prayogo 1 Universitas Islam 45 Bekasi giriprayogo91@gmail.com Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenis lapangan jarang digemari oleh masyarakat di pelosok-pelosok daerah.

BAB I PENDAHULUAN. tenis lapangan jarang digemari oleh masyarakat di pelosok-pelosok daerah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenis lapangan adalah permainan yang menggunakan raket dan bola dan dimainkan dalam sebuah lapangan yang dibagi menjadi dua oleh sebuah jaring. Permainan tenis

Lebih terperinci

Tatang Iskandar 1 Universitas Islam 45 Bekasi

Tatang Iskandar 1 Universitas Islam 45 Bekasi HUBUNGAN POWER LENGAN DAN KELENTUKAN PUNGGUNG DENGAN KETERAMPILAN PUKULAN BACKHAND GROUNDSTROKE PADA MAHASISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER TENIS LAPANG DI JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Permainan Tenis Meja Tenis meja merupakan salah satu cabang olahraga yang dimainkan di dalam gedung (indoor game) jenis permaian

Lebih terperinci

BULU TANGKIS Guru Pendamping : Bapak Hendra

BULU TANGKIS Guru Pendamping : Bapak Hendra KLIPING BULU TANGKIS Guru Pendamping : Bapak Hendra Disusun Oleh : Nama : Zurpa Kelas : X MIPA 5 SMA N 2 BATANG HARI BULU TANGKIS Bulu tangkis atau badminton adalah suatu olahraga raket yang dimainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional dan membangkitkan rasa kebangaan nasional. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional dan membangkitkan rasa kebangaan nasional. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembibitan dan pembinaan olahraga prestasi harus dilakukan secara sistematis, sehingga dapat ikut mengharumkan nama bangsa di forum internasional dan membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bulutangkis merupakan cabang olahraga yang diminati di berbagai penjuru dunia, dikarenakan bulutangkis merupakan cabang olahraga yang dapat dimainkan oleh berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cabang olahraga permainan yang diajarkan dalam pendidikan jasmani dan olahraga yang ada dilembaga pendidikan sekolah pada dasarnya membutuhkan perhatian khusus

Lebih terperinci

: MOCH. SEPTIAN IMAN ARIFFIN K

: MOCH. SEPTIAN IMAN ARIFFIN K HUBUNGAN KOORDINASI MATA-TANGAN, KELENTUKAN PERGELANGAN TANGAN DAN POWER LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS TINGGI PADA ATLET PEMULA PERSATUAN BULUTANGKIS PURNAMA SOLO TAHUN 2016 SKRIPSI Oleh : MOCH. SEPTIAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. teknik-teknik dasar dan teknik-teknik lanjutan untuk bermain bola voli secara

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. teknik-teknik dasar dan teknik-teknik lanjutan untuk bermain bola voli secara BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Bola Voli Permainan bola voli merupakan suatu permainan yang kompleks yang tidak mudah untuk dilakukan oleh setiap orang. Diperlukan

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS PERGELANGAN TANGAN DAN POWER OTOT LENGAN DENGAN KECEPATAN SMASH DALAM OLAHRAGA BULU TANGKIS

2015 HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS PERGELANGAN TANGAN DAN POWER OTOT LENGAN DENGAN KECEPATAN SMASH DALAM OLAHRAGA BULU TANGKIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bulutangkis adalah olahraga yang dapat dikatakan olahraga yang terkenal atau memasyarakat. Olahraga ini menarik minat berbagai kelompok umur, berbagai tingkat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 1 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Ketepatan Service 2.1.1 Pengertian Servis adalah pukulan pembuka suatu poin yang dilakukan pemain di sisi deuce court dan penerima adalah pemain yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenis lapangan merupakan salah satu jenis olahraga yang populer dan banyak digemari disemua lapisan masyarakat juga merupakan suatu permainan yang sangat menyenangkan.

Lebih terperinci

Perbedaan Grip Terhadap Akurasi Backhand Groundstroke Tenis Lapangan (Untung Nugroho)

Perbedaan Grip Terhadap Akurasi Backhand Groundstroke Tenis Lapangan (Untung Nugroho) PERBEDAAN GRIP TERHADAP AKURASI BACKHAND GROUNDSTROKE TENIS LAPANGAN Oleh: Untung Nugroho Universitas Tunas Pembangunan Surakarta ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pegangan eastern

Lebih terperinci

MODEL PENDEKATAN MINI TENIS DALAM PEMBELAJARAN PUKULAN FOREHAND DRIVE UNTUK PERKULIAHAN TENIS LAPANGAN

MODEL PENDEKATAN MINI TENIS DALAM PEMBELAJARAN PUKULAN FOREHAND DRIVE UNTUK PERKULIAHAN TENIS LAPANGAN Jurnal Penelitian Pendidikan Volume 27 Nomor 1 Tahun 2010 MODEL PENDEKATAN MINI TENIS DALAM PEMBELAJARAN PUKULAN FOREHAND DRIVE UNTUK PERKULIAHAN TENIS LAPANGAN Andry Akhiruyanto PJKR, FIK UNNES, lp2m@unnes.ac.id

Lebih terperinci

SKRIPSI diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang.

SKRIPSI diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang. PERBEDAAN HASIL LATIHAN VOLLEY DENGAN METODE VOLLEYS AGAINST THE FENCE DAN DOWN THE LINE VOLLEYS TERHADAP KEMAMPUAN BACKHAND VOLLEYPADA IKK TENIS UNNES TAHUN 2013 SKRIPSI diajukan dalam rangka penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah adanya Klub Jusma Table Tennis School. Klub ini melahirkan pemain. terus-menerus dan bertahap di Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. adalah adanya Klub Jusma Table Tennis School. Klub ini melahirkan pemain. terus-menerus dan bertahap di Yogyakarta. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan tenis meja di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai banyak digemari oleh masyarakat, terbukti bertambah banyak klub dan banyak lahir pemain-pemain baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kesehatan yang bersifat aktif. Olahraga merupakan bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kesehatan yang bersifat aktif. Olahraga merupakan bentuk-bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga sebagai kegiatan fisik atau jasmani memiliki peranan yang sangat penting untuk meningkatkan kebugaran jasmani seseorang. Olahraga juga berperan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. permainan tenis meja dikenal bangsa Indonesia kira-kira pada tahun 1930.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. permainan tenis meja dikenal bangsa Indonesia kira-kira pada tahun 1930. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bermain Tenis Meja Permainan tenis meja merupakan salah satu dari cabang olahraga permainan yang mempergunakan bola kecil. Menurut Sutarmin (2007: 4) permainan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan jasmani merupakan salah satu aspek penting dalam ranah pendidikan, karena dalam pendidikan jasmani pembelajaran yang disampaikan melalui aktivitas fisik dan

Lebih terperinci

lain adalah untuk mendapatkan kesenangan, memenuhi hasrat bergerak Dalam kehidupan modern ini manusia tidak dapat dipisahkan dengan PENDAHULUAN BAB I

lain adalah untuk mendapatkan kesenangan, memenuhi hasrat bergerak Dalam kehidupan modern ini manusia tidak dapat dipisahkan dengan PENDAHULUAN BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah salah satu bentuk dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang diarahkan pada pembentukan watak dan kepribadian, disiplin dan sportivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peningkatan prestasi olahraga di zaman moderen ini harus dimiliki bangsa Indonesia, terutama berbicara tentang olahraga khususnya olahraga prestasi, olahraga

Lebih terperinci

FOREHAND TAHUN 2012 SKRIPSI. diajukan untuk mencapai. Oleh

FOREHAND TAHUN 2012 SKRIPSI. diajukan untuk mencapai. Oleh PENGARUH LATIHAN FOREHAND DRIVE DENGAN METODE THREE BALL GROUNDSTROKE DAN FOREHAND ONLY TERHADAP KEMAMPUAN FOREHAND DRIVE PADAA PEMAIN TENIS KLUB PHAPROS SEMARANG TAHUN 2012 SKRIPSI diajukan dalam rangka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam sebuah penelitian dibutuhkan metode. Metode merupakan suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam sebuah penelitian dibutuhkan metode. Metode merupakan suatu 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam sebuah penelitian dibutuhkan metode. Metode merupakan suatu usaha untuk menemukan kebenaran suatu ilmu untuk memecahkan suatu permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Indonesia menurut Depdikbud (1978/1979: 129) menyatakan bulutangkis

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Indonesia menurut Depdikbud (1978/1979: 129) menyatakan bulutangkis BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Bulutangkis Permainan bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang tumbuh dan berkembang pesat mampu mengharumkan bangsa dan negara Indonesia

Lebih terperinci

PERBEDAAN GRIP TERHADAP AKURASI BACKHAND GROUNDSTROKE TENIS LAPANGAN. Oleh: Untung Nugroho Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

PERBEDAAN GRIP TERHADAP AKURASI BACKHAND GROUNDSTROKE TENIS LAPANGAN. Oleh: Untung Nugroho Universitas Tunas Pembangunan Surakarta PERBEDAAN GRIP TERHADAP AKURASI BACKHAND GROUNDSTROKE TENIS LAPANGAN Oleh: Untung Nugroho Universitas Tunas Pembangunan Surakarta ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pegangan eastern

Lebih terperinci

TEKNIK LANJUT BOLAVOLI

TEKNIK LANJUT BOLAVOLI TEKNIK LANJUT BOLAVOLI Oleh: Sb Pranatahadi. M.Kes. AIFO. JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Teknik lanjut sebaiknya dilatihkan setelah menguasai teknik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE BAGIAN DENGAN METODE KESELURUHAN TERHADAP FOREHAND DRIVE TENIS MEJA. Jurnal. Oleh ADITYA WIGUNA

PERBANDINGAN METODE BAGIAN DENGAN METODE KESELURUHAN TERHADAP FOREHAND DRIVE TENIS MEJA. Jurnal. Oleh ADITYA WIGUNA 1 PERBANDINGAN METODE BAGIAN DENGAN METODE KESELURUHAN TERHADAP FOREHAND DRIVE TENIS MEJA Jurnal Oleh ADITYA WIGUNA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015 2 ABSTRACT

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN TEHNIK DASAR PERMAINAN BOLA VOLLI OLEH SUARDI. B

PEMBELAJARAN TEHNIK DASAR PERMAINAN BOLA VOLLI OLEH SUARDI. B PEMBELAJARAN TEHNIK DASAR PERMAINAN BOLA VOLLI OLEH SUARDI. B Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas jasmani dan direncanakan secara sistimatis dan bertujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan sarana paling tepat untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap prima dan sehat, disamping

BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan sarana paling tepat untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap prima dan sehat, disamping BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan sarana paling tepat untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap prima dan sehat, disamping prestasi. Tiap orang dalam melakukan olahraga mempunyai

Lebih terperinci

PERBEDAAN LATIHAN DRIVE ARAH TETAP DAN ARAH BERUBAH TERHADAP KEMAMPUAN MELAKUKAN RALLY 3 MENIT PADA PETENIS PUTRA KLUB DIKLAT SEMARANG TAHUN 2009

PERBEDAAN LATIHAN DRIVE ARAH TETAP DAN ARAH BERUBAH TERHADAP KEMAMPUAN MELAKUKAN RALLY 3 MENIT PADA PETENIS PUTRA KLUB DIKLAT SEMARANG TAHUN 2009 PERBEDAAN LATIHAN DRIVE ARAH TETAP DAN ARAH BERUBAH TERHADAP KEMAMPUAN MELAKUKAN RALLY 3 MENIT PADA PETENIS PUTRA KLUB DIKLAT SEMARANG TAHUN 2009 Husni Fahritasani 1) 1) Universitas PGRI Palembang Jalan

Lebih terperinci

2015 PERBANDINGAN FOREHAND DRIVE ANTARA SKILLED DAN UNSKILLED DALAM CABANG OLAHRAGA TENIS LAPANGAN

2015 PERBANDINGAN FOREHAND DRIVE ANTARA SKILLED DAN UNSKILLED DALAM CABANG OLAHRAGA TENIS LAPANGAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Olahraga sebagai aktivitas yang banyak dilakukan oleh masyarakat keberadaannya sekarang ini tidak lagi dipandang sebelah mata tetapi sudah menjadi bagian

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL LATIHAN DAN PANJANG LENGAN TERHADAP PRESTASI OVERHEAD LOB SKRIPSI

PENGARUH MODEL LATIHAN DAN PANJANG LENGAN TERHADAP PRESTASI OVERHEAD LOB SKRIPSI PENGARUH MODEL LATIHAN DAN PANJANG LENGAN TERHADAP PRESTASI OVERHEAD LOB (Eksperimen pada pemain putra Persatuan Bulutangkis Pendowo Semarang usia 11-13 tahun 2014) SKRIPSI diajukan dalam rangka penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populer juga permainan yang menyenangkan dan menggairahkan, Tidak adanya

BAB I PENDAHULUAN. populer juga permainan yang menyenangkan dan menggairahkan, Tidak adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan jasmani manusia dalam kehidupannya adalah olahraga. Bersamaan dengan perkembangan zaman, sekarang ini ilmu tentang olahraga bukan saja didapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenis lapangan adalah permainan yang menggunakan raket dan bola dan dimainkan dalam sebuah lapangan yang dibagi menjadi dual eh sebuah jaring. Permainan tenis lapangan

Lebih terperinci

TINGKAT KETERAMPILAN PUKULAN FOREHAND DAN BACKHAND GROUNDSTROKE TENIS LAPANGAN SISWA SEKOLAH BANTUL TENIS CAMP DIY SKRIPSI

TINGKAT KETERAMPILAN PUKULAN FOREHAND DAN BACKHAND GROUNDSTROKE TENIS LAPANGAN SISWA SEKOLAH BANTUL TENIS CAMP DIY SKRIPSI TINGKAT KETERAMPILAN PUKULAN FOREHAND DAN BACKHAND GROUNDSTROKE TENIS LAPANGAN SISWA SEKOLAH BANTUL TENIS CAMP DIY SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dewasa ini olahraga tenis sudah tak asing lagi dimasyarakat. Olahraga

BAB I PENDAHULUAN. Pada dewasa ini olahraga tenis sudah tak asing lagi dimasyarakat. Olahraga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dewasa ini olahraga tenis sudah tak asing lagi dimasyarakat. Olahraga ini dimainkan oleh anak-anak, orang dewasa maupun yang sudah lanjut usia. Pada hakikatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakui bahwa peminat olahraga ini sebagian besar adalah orang-orang dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. diakui bahwa peminat olahraga ini sebagian besar adalah orang-orang dari tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah salah satu dari bentuk peningkatan kualitas manusia yang diarahkan pada pembentukan watak dan kepribadian, disiplin dan sportivitas yang tinggi,

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KEKUATAN GENGGAMAN DAN KELENTURAN PINGGANG TERHADAP KETEPATAN SERVICE SLICE ATLET TENIS PTL UNP Lolia Manurizal 1)

KONTRIBUSI KEKUATAN GENGGAMAN DAN KELENTURAN PINGGANG TERHADAP KETEPATAN SERVICE SLICE ATLET TENIS PTL UNP Lolia Manurizal 1) KONTRIBUSI KEKUATAN GENGGAMAN DAN KELENTURAN PINGGANG TERHADAP Lolia Manurizal 1) 1 Program Studi Pendidikan Olahraga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasir Pengaraian; e-mail: Loliamanurizal90@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota hingga desa hampir selalu ada sarana bermain tenis meja. Sekarang ini,

BAB I PENDAHULUAN. kota hingga desa hampir selalu ada sarana bermain tenis meja. Sekarang ini, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenis meja juga merupakan olahraga yang popular di Indonesia, dari kota hingga desa hampir selalu ada sarana bermain tenis meja. Sekarang ini, perkembangan tenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya kesehatan olahraga adalah upaya kesehatan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap manusia tidak pernah terlepas

Lebih terperinci

perkembangan olahraga itu bersifat dinamis, seiring dengan perkembangan yang digemari oleh masyarakat umum yaitu badminton.

perkembangan olahraga itu bersifat dinamis, seiring dengan perkembangan yang digemari oleh masyarakat umum yaitu badminton. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan prestasi olahraga sebenarnya merupakan suatu hal yang akan selalu diperbincangkan dan dipermasalahkan sepanjang masa, selama olahraga itu dijadikan sebagai

Lebih terperinci

Kata kunci : Pengaruh Latihan Medicine Ball, Kekuatan, Kemampuan Akurasi Groundstroke.

Kata kunci : Pengaruh Latihan Medicine Ball, Kekuatan, Kemampuan Akurasi Groundstroke. 1 PENGARUH LATIHAN MEDICINE BALL TERHADAP KEKUATAN DAN KEMAMPUAN AKURASI GROUNDSTROKE PADA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) TENIS LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Oleh : Uun Ina Prastiwi, Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGARUH HASIL LATIHAN PUKULAN FOREHAND VOLLEY SASARAN TETAP DAN SASARAN BERPINDAH TERHADAP KEMAMPUAN FOREHAND VOLLEY PADA PETENIS BIDANG KEGIATAN PKM-AI Diusulkan oleh: Ahmad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat pada zaman sekarang umumnya disibukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat pada zaman sekarang umumnya disibukkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat pada zaman sekarang umumnya disibukkan dengan aktifitas-aktifitas yang ada dalam kehidupan, misalnya bekerja. Masyarakat sering melupakan kesehatan

Lebih terperinci

PENGATURAN LATIHAN ACAK POLA TETAP DAN GABUNGAN POLA TETAP - ACAK TERHADAP HASIL PERTANDINGAN BULUTANGKIS

PENGATURAN LATIHAN ACAK POLA TETAP DAN GABUNGAN POLA TETAP - ACAK TERHADAP HASIL PERTANDINGAN BULUTANGKIS PENGATURAN LATIHAN ACAK POLA TETAP DAN GABUNGAN POLA TETAP - ACAK TERHADAP HASIL PERTANDINGAN BULUTANGKIS Satriya, Lius Risnuwanto Abstrak Situasi pertandingan bulutangkis terdiri dari beberapa kondisi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk menyelesaikan studi Strata I Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Oleh : Gigih Sarwo Edi Winoto

SKRIPSI. Diajukan untuk menyelesaikan studi Strata I Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Oleh : Gigih Sarwo Edi Winoto PERBEDAAN METODE LATIHAN FOREHAND DRIVE ANTARA METODE TIGA TAHAP DAN METODE GLOBAL TERHADAP KEMAKEMAMPUAN FORHAND DRIVE PADA PETENIS KLUB DIKLAT SEMARANG TAHUN 2009 SKRIPSI Diajukan untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belanda pada awal abad 20. Sebelum PELTI (Persatuan Tenis Lapangan Seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belanda pada awal abad 20. Sebelum PELTI (Persatuan Tenis Lapangan Seluruh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenis Lapangan merupakan olahraga permainan dari negara Yunani. Permainan Tenis lapangan dikenal oleh bangsa Indonesia sejak jaman penjajahan Belanda pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan mulai dari anak - anak, remaja, dan orang dewasa. Tiap orang

BAB I PENDAHULUAN. lapangan mulai dari anak - anak, remaja, dan orang dewasa. Tiap orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenis lapangan merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang sangat popular karena banyak diminati oleh masyarakat. Kebutuhan akan tenis lapangan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani yang di utamakan siswa di tuntut harus banyak bergerak aktif. Pada dasarnya pendidikan jasmani adalah upaya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini perlu mendapatkan perhatian yang besar, baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini perlu mendapatkan perhatian yang besar, baik untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga saat ini perlu mendapatkan perhatian yang besar, baik untuk meningkatkan kualitas manusia dalam kesegaran jasmani maupun untuk mencapai prestasi. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1895, William C. Morgan, seorang direktur YMCA di Holyke, Massachusetts, menemukan sebuah permainan yang bernama mintonette. Permainan aslinya dahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan motoriknya sehingga memberikan kemudahan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan motoriknya sehingga memberikan kemudahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga menjadi kebutuhan hidup masyarakat sekarang ini. Pekerjaan menuntut kondisi fisik yang prima sehingga perlu dijaga dengan aktivitas olahraga. Untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dengan menggunakan shutllecock (bola) dan raket sebagai alat untuk memukul

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dengan menggunakan shutllecock (bola) dan raket sebagai alat untuk memukul BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 KAJIAN TEORITIS 2.1.1 Hakikat Permainan Bulutangkis Bulutangkis adalah cabang olahraga yang termasuk dalam kelompok olahraga permainan bola kecil. dapat di mainkan

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN STRENGTH ENDURANCE TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN FOREHAND DALAM PERMAINAN TENIS LAPANGAN

PENGARUH LATIHAN STRENGTH ENDURANCE TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN FOREHAND DALAM PERMAINAN TENIS LAPANGAN PENGARUH LATIHAN STRENGTH ENDURANCE TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN FOREHAND DALAM PERMAINAN TENIS LAPANGAN Oleh: La Sawali Dosen Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi FKIP UHO Email: sawali@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permainan Bulutangkis adalah permainan yang sangat terkenal di dunia dan sangat digemari oleh semua kalangan masyarakat. Olahraga ini dapat menarik minat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rahmat Hidayatuloh, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rahmat Hidayatuloh, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan bulutangkis pada hakekatnya adalah suatu permainan yang saling berhadapan satu orang lawan satu orang atau dua orang lawan lawan dua orang, dengan

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN POSISI BERUBAH DAN TETAP TERHADAP HASIL DROPSHOT

PENGARUH LATIHAN POSISI BERUBAH DAN TETAP TERHADAP HASIL DROPSHOT PENGARUH LATIHAN POSISI BERUBAH DAN TETAP TERHADAP HASIL DROPSHOT (Studi Eksperimen Pemain Bulutangkis Putra Usia 11-14 tahun club Gatra Semarang Tahun 2016) SKRIPSI diajukan dalam rangka penyelesaian

Lebih terperinci

ABSTRAK. sebesar 3,18 dengan =0,05 ( t hitung > t tabel ) berarti H o ditolak dan H a diterima. Jadi, iii

ABSTRAK. sebesar 3,18 dengan =0,05 ( t hitung > t tabel ) berarti H o ditolak dan H a diterima. Jadi, iii ABSTRAK IMANUDDIN SIREGAR. Perbedaan Pengaruh Latihan Cross Court dan Latihan Down The Line Return to Center Mark Terhadap Kelincahan dan Kemampuan Groundstroke Dalam Permainan Tenis Lapangan Pada Siswa

Lebih terperinci