PENINGKATAN AKTIVITAS MURID DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALISTIK DI SD

Transkripsi

1 PENINGKATAN AKTIVITAS MURID DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALISTIK DI SD Kornilius toni, Sukmawati, Maridjo Abdul Hasjimy PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas fisik, mental, dan emosional murid pada pembelajaran matematika dengan menggunakan media realistik di kelas III SD Negeri 11 Entikong. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, jenis penelitiannya penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah guru dan murid yang berjumlah 12 orang. Teknik yang digunakan adalah teknik observasi langsung. Alat pengumpul data adalah lembar observasi aktivitas murid. Penelitian ini dilaksanakan dalam III siklus, prosedur penelitian meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian diperoleh peningkatan aktivitas murid pada base line sebesar 25,92%, siklus I sebesar 58,32%, siklus II sebesar 88,73%, dan siklus III sebesar 98,14% meningkat sebesar 72,22%. Dengan menggunakan media realistik dapat meningkatkan aktivitas murid pada pembelajaran matematika di kelas III SD Negeri 11 Entikong. Kata kunci: Aktivitas Belajar, Media Realistik, dan Matematika Abstract: The purpose of this study was to describe the increase in physical activity, mental, and emotional learning of students in mathematics by using realistic media in class III Elementary School 11 Entikong. The method used is descriptive research type of action research. Subjects were teachers and students numbering 12 people. The technique used is the technique of direct observation. Data collection tool is a student activity sheet observation. This study was conducted in the third cycle, the research procedures include the planning, implementation, observation, and reflection. The result showed an increase in student activity at baseline was 25.92%, 58.32% for the first cycle, the second cycle of 88.73%, and 98.14% for the third cycle increased by 72.22%. By using realistic media can increase the activity of students in learning mathematics in grade III Elementary School 11 Entikong. Keywords: Activity Learning, Media Realistic, and Mathematics 1

2 Paradigma pendidikan terus berubah dan berkembang seiring dengan dinamika perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi. Paradigma pendidikan dari pandangan behaviorisme ke pandangan konstruktivisme, maka perlu perubahan peran guru dari memindahkan informasi kepada murid ke arah pemberian pengalaman, dan pengembangan berpikir. Sehingga peran guru berubah dari memberi/mengajar menjadi fasilitator yang memfasilitasi murid agar mampu belajar secara mandiri. Dalam proses pembelajaran, ada dua peran yang tidak bisa dipisahkan, yaitu guru dan murid, keduanya saling terkait dalam proses interaksi. Guru perlu mendorong, mengaktifkan, dan memotivasi murid sehingga bisa belajar dan mengembangkan berpikirnya. Sedangkan murid berperan sebagai subyek yang diberdayakan. Dalam pembelajaran aktif dapat dipandang dari dua sisi: (1) bagaimana peran guru dalam pembelajaran dan (2) bagaimana murid belajar. Dari sisi guru, pembelajaran aktif diarahkan bagaimana guru membangkitkan berpikir murid, bagaimana guru menumbuhkan rasa ingin tahu murid yang tinggi, bagaimana guru memfasilitasi murid sehingga muncul aktivitas belajar yang tinggi, dan bagaimana guru membangun komunitas kelas yang bisa menumbuhkan interaksi berpikir antara murid dengan murid, murid dengan gurunya. Guru harus berusaha mempersiapkan rencana pembelajaran yang bisa membangkitkan aktivitas belajar, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan murid dimasa sekarang dan yang akan datang, dan merefleksikan pembelajaran guna memperbaiki proses pembelajaran. Murid belajar aktif bila: (1) terjadinya asimilasi maupun akomodasi pengetahuan yang diperoleh dengan pengetahuan sebelumnya melalui berbuat atau bertindak, (2) mampu memahami lebih dari sekedar tahu (3) mampu menjawab pertanyaan apa mengapa dan bagaimana (4) mampu memecahkan masalah, dan (5) mampu menginternalisaikan pengetahuan menjadi perilaku dan karakter diri. Dengan internalisai tersebut akan diaktualisasikan nilai-nilai kebaikan dalam perilaku jujur, cerdas, mau menghargai orang lain, dan selalu berpikir positif. Dalam praktiknya pembelajaran aktif dapat dibangun melalui pengembangan proses berpikir murid. Pembelajaran yang mengedepankan proses berpikir bisa menjadi modal utama pembelajaran aktif. Karena itu fokos pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru adalah membentuk pembelajaran aktif dengan mengamati apa yang sedang dipikirkan dan dilakukan oleh murid. Dengan pengamatan tersebut akan dijadikan evaluasi terhadap pelaksanan yang akan dikembangkan pada pembelajaran yang akan datang. Sumiati dan Asra (2007:239), Hasil pembelajaran dapat diperoleh dengan baik, jika pembelajaran memberikan kesempatan kepada setiap murid untuk aktif melakukan kegiatannya sendiri. Abdul Majid (2009:25), Murid akan belajar dengan baik apabila yang mereka pelajarai berhubungan dengan apa yang mereka ketahui; proses belajar akan produktif jika murid terlibat aktif dalam proses belajar. Dalam pembelajaran matematika menuntut aktivitas belajar sehingga pengalaman belajar akan lebih bermakna. Disinilah peran guru diperlukan untuk 2

3 membangkitkan aktivitas belajar murid. Murid tidak hanya datang dan mendengarkan pembelajaran yang disampaikan oleh guru melainkan murid harus aktif dalam pembelajaran. Hal ini hanya akan terjadi bila guru sebagai fasilitator mampu merancang pembelajaran sehingga membuat murid aktif. Heruman (2007:4), Dalam pembelajaran matematika SD diharapkan terjadinya penemuan kembali. Untuk itulah pembelajaran aktif dalam pembelajaran matematika merupakan kebutuhan. Relasi antar murid-guru akan semakin sejajar dan menuntut guru mengupayakan penciptaan suasana belajar yang aktif. Berdasarkan pengamatan peneliti di SD Negeri 11 Entikong tentang aktivitas murid dalam pembelajaran matematika masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh: 1) Kurang kreatifnya guru dalam menghadirkan media pembelajaran saat pembelajaran berlangsung: 2) Pembelajaran masih bersifat konvensional: 3) Guru belum memberikan layanan pembelajaran secara utuh, terpadu, dan komprehensif dalam memantau proses maupun hasil belajar murid. Kenyataan diatas menjadi perhatian serius peneliti dan harus diatasi segera sehingga murid dalam pembelajaran matematika menjadi aktif. Untuk itu akan diterapkan media realistik dalam pembelajaran matematika di kelas III SD Negeri 11 Entikong. Belajar tidak hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik dalam konsep maupun faktanya. Bahkan dalam realitasnya belajar seringkali bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat kompleks, maya, dan berada dibalik realitas. Karena itu media memiliki andil untuk menjelaskan hal-hal yang bersifat abstrak dan menunjukan hal-hal yang bersifat tersembunyi. Ketidakjelasan atau kerumitan bahan ajar dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Media sangat berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan, termasuk peningkatan kualitas pendidikan matematika. Dengan menggunakan media, konsep dan simbol matematika yang tadinya bersifat abstrak menjadi konkret. Media peraga juga dapat meningkatkan aktivitas murid dalam pembelajaran matematika (Rostina sundayana, 2013: 22). CTGV (Mayadiana Suwarma, 2009:30) persoalan realistik dapat menstimulasi berpikir kompleks karena mudah untuk diingat, lebih terlibat, dan berhubungan dengan matematika dunia nyata.bahkan dalam hal-hal tertentu media dapat mewakili kekurangan guru dalam mengkomonikasikan materi pelajaran. Sumiati dan Asra (2011:163), mengemukakan manfaat media yaitu: 1) Menjelaskan materi pembelajaran atau objek yang abstrak menjadi konkret. 2) Memberikan pengalaman nyata dan langsung. 3) Mempelajari materi pembelajaran berulang-ulang. 4) Memungkinkan persamaan pendapat dan persepsi yang benar terhadap suatu materi pembelajaran atau objek. 5) Menarik perhatian siswa. 7) Membentu siswa belajar individual, kelompok, atau klasikal. 9) Materi pembelajaran lebih mudah diingat dan lebih mudah diungkapkan kembali dengan cepat dan tepat. 10) Mempermudah dan mempercepat guru menyajikan materi pembelajaran dalam proses pembelajaran. 11) Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. Nana Sudjana (Pupuh Fathurrohman, 2007:66) menyebutkan 6 fungsi media yaitu : 1) Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan 3

4 merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mengujudkan situasi belajar mengajar yang efektif. 2) Penggunaan media pembelajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti media pembelajaran merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru. 3) Media dalam pengajaran, penggunaannya bersifat integral dengan tujuan dan isi pelajaran. 4) Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata mata sebagai alat hiburan yang digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa. 5) Penggunaan media pembelajaran lebih digunakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan oleh guru. 6) Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. Pupuh Fathorruhman dan Sobry. S (2007:67), menyebutkan 10 fungsi media, yaitu : 1) Menarik perhatian siswa. 2) Untuk membantu mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran. 3) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalitas. 4) Mengatasi keterbatasan ruang. 5) Pembelajaran lebih komonikatif dan produktif. 6) Waktu pembelajaran bisa dikondisikan. 8) Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar. 9) Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu/menimbulkan gairah belajar. 10) Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam, serta; 11) Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Zainal Aqib (2013;51), ada 8 manfaat media realistik yaitu; 1) Menyeragamkan penyampaian materi. 2) Pembelajaran lebih jelas dan menarik. 3) Proses pembelajaran lebih interaksi. 4) Efiseinsi waktu dan tenaga. 5) Meningkatkan kualitas hasil belajar. 6) Belajar dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. 7) Menumbuhkan sikap positif belajar terhadap proses dan materi belajar. 8) Meningkatkan peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif. Subanji (2012:102), Dalam pembelajaran matematika sangat penting untuk menekankan media (peraga) untuk mengembangkan pemahaman murid. Benda-benda fisik atau manipulative untuk memodelkan konsep-konsep matematika merupakan alat-alat penting untuk membantu murid belajar matematika. Dalam hal ini konsep matematika berisi hubungan-hubungan logis yang dikonstruksikan di dalamnya dan yang ada dalam pikiran sebagai bagian dari jaringan ide. Model untuk sebuah konsep matematika merujuk kepada sebarang objek atau gambar yang menyatakan kosep tersebut atau yang padanya hubungan konsep dapat dikaitkan. Yang tidak benar adalah sebuah model menggambarkan /menunjukkan sebuah konsep. Ini berarti model hanyalah sebuah contoh dari konsep. Secara teknis, semua yang dilihat oleh murid adalah objek fisik dan hanya otak murid yang dapat mengaitkan hubungan matematika dengan objek tersebut. Thomson (Subanji, 2012:102), Bagi murid yang belum memiliki hubungan, maka model tidak bisa menggambarkan suatu konsep. Berdasarkan pendapat Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno dapat dijabarkan langkah-langkah penggunaan media realistik yang akan diterapkan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1) Menentukan jenis-jenis media yang akan dipakai; 2) Menyiapkan media yang sudah ditentukan; 3) Memperkenalkan media tersebut kepada murid, bagaimana cara penggunaannya; 4) Membagikan 4

5 media kepada murid; 5) Memulai aktivitas penggunaan media tersebut dan mengamati prosesnya dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah disiapkan; 6) Merefleksikan proses kegiatan yang sudah berlangsung; 7) Menyimpulkan hasil kegiatan penggunaan media. METODE Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Sifat penelitian nya adalah penelitian tindakan kelas. Beberapa pertimbangan penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini yaitu ; Dalam penelitian tindakan kelas fokus penelitiannya adalah untuk mendiskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya. Objek yang diteliti tidak diberikan perlakuan-perlakuan atau manipulasi. Nana Syaodih Sukmadinata (2010:18), dalam penelitian deskriptif dapat digunakan pendekatan kuantitatif, pengumpulan dan pengukuran data yang berbentuk angka-angka, atau pendekatan kualitatif, penggambaran keadaan secara naratif kualitatif. Schwalbach (Paul Suparno, 2008:8-9), Penelitian kualitatif mempunyai landasan filosofis bahwa pengetahuan itu relatif, tidak tetap, tergantung pada orang yang mengerti, dan ada latarnya. Pengetahuan itu kompleks, tidak dapat dikontrol secara penuh. Oleh karena itu pendekatan penelitian kualitatif adalah holistik, deskriptif, dan terbuka. Rochiati Wiriaatmadja (2005:10), mengemukakan karakteristik penelitian kualitatif yaitu : (a) Penelitian kualitatif berlangsung dalam latar alamiah, tempat kejadian dan perilaku manusia berlangsung. (b) Teori atau hipotesis tidak secara apriori diharuskan. (c) Peneliti adalah instrumen utama penelitian dalam pengumpulan data. (d) Data yang dihasilkan bersifat deskriptif, dalam kata-kata. (e) Proses sama pentingnya dengan produk, perhatian peneliti diarahkan kepada pemahaman bagaimana berlangsungnya kejadian. (f) Objektivitas dan kebenaran dijunjung tinggi. Hadari Nawawi (2005:68) mengatakan bahwa, Bentuk-bentuk pokok dari metode penelitian deskriptif digolongkan menjadi tiga bentuk seperti: 1) Survei (survey studies), 2) Studi hubungan (interrelationship studies), 3) Studi perkembangan (developmental studies). Berdasarkan bentuk penelitian tersebut maka bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah survei (Survey studies), dengan jenis survei yaitu survei kelembagaan (Institusional Survey). Subjek penelitian yaitu, Guru dan Murid, kelas yang diberikan tindakan adalah murid kelas III SD Negeri 11 Entikong yang berjumlah 12 (duabelas) murid, yang terdiri dari 8 (delapan) perempuan, dan 4 (empat) laki-laki. Dalam penelitian ini digunakan teknik observasi langsung dan teknik komonikasi langsung. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengunakan Lembar Obsevasi peningkatan aktivitas belajar murid. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas dengan tiga siklus. Masing-masing siklus terdiri atas beberapa pertemuan, melalui tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi 5

6 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tabel 1 Peningkatan Aktivitas Murid dalam Pembelajaran Matematika Indikator A. Aktivitas fisik 1. Murid mencatat pelajaran 2. Murid memanipulasi media pembelajaran 3. Murid menyajikan hasil kerja di depan kelas Base Line Siklus I Siklus II Siklus III Muncul Muncul Muncul Muncul Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % 4 33, , , , , Rata-rata A 22,22% 63,88% 94,44% 100% B. Aktivitas Mental 1. Murid bertanya , Murid menjawab pertanyaan 3. Murid mengemukakan pendapat , , ,6 4 33, Rata-rata B 22,22% 44,44% 85,88% 100% C. Aktivitas Emosional 1. Murid ceria/gembira selama pembelajaran berlangsung 5 41, , ,6 2. Murid sungguhsungguh mengikuti pembelajaran 3. Murid semangat dalam pembelajaran 4 33,3 8 66, ,6 Rata-rata C 33,33% 66,66% 88,88% 94,44% Rata-rata A+B+C 25,92% 58,32% 88,73% 98,14% Data yang diperoleh menunjukan pada penelitian awal baik aktivitas fisik, mental, dan atau emosional murid dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan media realistik di kelas III SD Negeri 11 Entikong masih sangat rendah. Hal ini dikarenakan pada saat pembelajaran belum menggunakan media realistik sehingga mengakibatkan murid kurang terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Pada penelitian siklus I, pembelajaran dilaksanakan sudah menggunakan media realistik. Secara keseluruhan murid ikut terlibat secara aktif namun 6

7 demikian aktivitas mental murid masih sangat rendah kendati terjadi peningkatan dari penelitian awal. Hal ini dikarenakan guru belum secara aktif dan terbuka memberikan dan menumbuhkan keberanian kepada murid untuk merespon dan mengajukan pertanyaan. Penelitian siklus II dilakukan berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan peneliti dengan kolaborator. Dalam pembelajaran siklus II Guru menyajikan materi pembelajaran dengan mengggunakan media realistik yang lebih menarik dan beragam. Data menunjukkan terjadinya peningkatan yang cukup signifikan terhadap aktivitas murid. Penelitian siklus III terjadi peningkatan yang sangat baik terhadap aktivitas murid. Guru telah berusaha maksimal dalam penyampaiyan matri pembelajaran dengan media yang lebih baik, menarik, dan menantang. Hal ini mengakibatkan murid lebih tertarik dan berani melakukan aktivitas pembelajaran baik fisik, mental, maupun emosional. Pembahasan Aktivitas fisik murid meningkat dari base line sebesar 22,22% ke siklus I sebesar 63,88% meningkat sebesar 41,66%, dari base line sebesar 22,22% ke siklus II sebesar 94,44% meningkat sebesar 72,22%, dari base line sebesar 22,22% ke siklus III sebesar 100% meningkat sebesar 77,78% kategori tinggi. Aktivitas mental murid meningkat dari base line sebesar 22,22% ke siklus I sebesar 44,44% meningkat sebesar 22,22%, dari base line sebesar 22,22% ke sklus II sebesar 85,88% meningkat sebesar 63,66%, dari base line sebesar 22,22% kesiklus III sebesar 100% meningkat sebesar 77,78% kategori tinggi. Aktivitas emosional murid meningkat dari base line sebesar 33,33% ke siklus I sebesar 66,66% meningkat sebesar 33,33%, dari base line sebesar 33,33% ke siklus II sebesar 88,88% meningkat sebesar 55,55%, dari base line sebesar 33,33% kesiklus III sebesar 94,44% meningkat sebesar 61,11% kategori tinggi. Aktivitas murid meningkat dari base line sebesar 25,92% ke siklus I sebesar 58,32% meningkat sebesar 32,4%, dari base line sebesar 25,92% ke siklus II sebesar 88,73% meningkat sebesar 62,81%, dari base line sebesar 25,92% ke siklus III sebesar 98,14% meningkat sebesar 72,22% kategori tingi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari penelitian yang berjudul Peningkatan Aktivitas Murid Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Media Realistik Di Kelas III SD Negeri 11 Entikong, yang dilaksanakan selama dua bulan yaitu sejak bulan Februari hingga Maret 2014 oleh peneliti dapat disimpulkan : 1) Aktivitas fisik murid dalam pembelajaran matematika meningkat dari base line 22,22% ke siklus III 100%, meningkat sebesar 77,78% kategori tinggi. 2) Aktivitas mental murid dalam pembelajaran matematika meningkat dari base line 22,22% ke siklus III 100%, meningkat sebesar 77,78% kategori tinggi. 3) Aitivitas emosional murid dalam pembelajaran matematika meningkat dari base line 33,33% ke siklus III 94,44% meningkat sebesar 61,11% kategori tinggi. 4) Aktivitas murid dalam pembelajaran matematika meningkat pada base line 25,92% ke siklus III 98,14 meningkat sebesar 72,22% kategori tinggi. 7

8 Saran Setelah melihat hasil kajian secara deskriptif kwalitatif terhadap penelitian ini yang membuktikan bahwa penggunaan media realistik dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika di SD Negeri 11 Entikong dapat meningkatkan aktivitas belajar murid, maka peneliti menyarankan kepada segenap elemen pendidikan terutama rekan guru SD pengampu mata pelajaran matematika khususnya dapat menerapkan penggunaan media realistik dalam pembelajaran matematika di Sekolah. Selain itu perlu kemauan dan usaha nyata untuk mengembangkan pembelajaran matematika dengan menggunakan media realistik mengingat pentingnya mata pelajaran matematika dalam dunia anak sekolah dasar sebagai landasan berpikir kritis dan logis. Penerapan pembelajaran matematika dengan menggunakan media realistik harus memberikan manfaat pedagogik bagi pebelajar untuk itu perlu kajian dan senergitifitas antar sesama pengajar atau MGMP dalam merancang pembelajaran dengan penggnaan media realistik. DAFTAR RUJUKAN Aqip, Zainal. (2013). Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual. Bandung: CV Yrama Widya. Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, M. Sobry. (2007). Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Reflika Aditama. Heruman. (2007). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Majid, Abdul. (2009). Rosadakarya. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Nawawi, Hadari Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Suarma, Dina Mayadinata. (2009). Suatu Alternatif Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika. Jakarta: Cakra Maha Karya Subanji. (2012). Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovativ. Malang: Universitas Malang. Sukmadinata, Nana Syaodih, (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 8

9 Sumiati dan Asra. (2011). Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima. Sundayana, Rostina. (2013). Media Pembelajaran Matematika. Bandung: Afabeta. Suparno, Paul. (2007). Riset Tindakan untuk Pendidik. Jakarta: Grasindo. Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 9