BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pola pikir, persepsi, emosi, bahasa, kesadaran diri, dan perilaku (WHO, 2014).

Transkripsi

1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia adalah gangguan jiwa berat yang ditandai dengan penyimpangan pola pikir, persepsi, emosi, bahasa, kesadaran diri, dan perilaku (WHO, 2014). Skizofrenia merupakan gangguan otak yang bersifat kronis, berat dan menyebabkan ketidakmampuan yang ditandai dengan waham, halusinasi, delusi, ketidakmampua dalam berpikir dan berkonsentrasi, serta penurunan motivasi (APA, 2007; NIMH, 2009). Kata schizophrenia diciptakan oleh Eugene Bleuler pada awal abad ke-20, diaman schizo berarti terpisah dan phrene berarti jiwa. Kedua kata tersebut menggambarkan ketidaksesuaian anatara pikiran dan perasaan (NAMI, 2008). Prevalensi dunia menunjukkan bahwa kurang lebih 21 juta jiwa menderita skizofrenia (WHO, 2014). Insidensi kasus skizofrenia sangat bervariasi, nilainya berbeda pada setiap penelitian, berkisar antara kasus per Prevalensi seumur hidup antara kasus dalam populasi atau 0.5 atau 1% (Gournay, 2009). Data Riskesdas 2013 menunjukan bahwa prevalensi gangguan jiwa berat (psikosis/skizofrenia) nasional adalah sebesar 1,7 per mil. Provinsi yang memiliki prevalensi tertinggi masing-masing adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (2,7%) dan Aceh (2,7%), sedangkan prevalensi terendah berada di Kalimantan Barat (0,7%). Pada tahun 2007, Kabupaten Bantul merupakan salah satu daerah di Yogyakarta yang memiliki prevalensi gangguan jiwa sebesar 0,2% dari jumlah penduduk (Dinkes Bantul, 2012). Berdasarkan 1

2 2 studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terdapat kurang lebih 164 penderita gangguan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Jetis 2, Bantul. Skizofrenia memiliki dampak bagi penderitanya. Gejala negatif yang dialami penderita menyebabkan rusaknya atau hilangnya fungsi normal seseorang. Selain itu, penderita skizofrenia juga mengalami kerusakan dalam fungsi sosial seperti pernikahan, pekerjaan, interaksi personal maupun sosial, rekreasi dan fungsi dalam merawat diri (Fervaha et al. 2014). Secara luas, hal ini dapat mengganggu fungsi penderita dalam kehidupan bermasyarakat (Rocca et al. 2014). Penderita gangguan jiwa seperti skizofrenia sering kali mendapatkan stigma dan diskriminasi yang menyebabkan penderitanya tercederai hak asasinya, termasuk hak dalam memperoleh pekerjaan, pendidikan, ekonomi, budaya, dan sosial (WHO, 2011). Setiap penderita skizofrenia memiliki respon yang berbeda dalam menanggapi masalah tersebut. Hal tersebut menimbulkan berbagai ekspresi emosi seperti takut, sedih, marah, depresi, putus asa, dan kehilangan kontrol yang tergantung dari kepribadian, pengalaman hidup sebelumnya, dan jenis koping yang digunakan (Gorman & Sultan, 2008). Koping merupakan kumpulan dari berbagai tindakan individu yang secara konstan berubah untuk mengatur, mentolerir, dan mengurangi stres yang berhubungan dengan peristiwa kehidupan tertentu agar terjadi keseimbangan psikologis (Falvo, 2014). Jenis koping yang digunakan penderita skizofrenia sangat penting untuk beradaptasi terhadap masalah yang mereka hadapi di masyarakat. Jenis koping juga mempengaruhi kualitas hidup dan keparahan skizofrenia (Mamah et. al, 2009 dalam Ritsner, 2011). Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa penderita skizofrenia mengalami kesulitan dalam menunjukkan respon koping terhadap stres yang ditimbulkan dari skizofrenia. Menurut penelitian Xu et.al (2013) penderita skizofrenia cenderung lebih

3 3 menggunakan koping negatif seperti: menghindar, sering melamun, menyalahkan diri sendiri, dan sedikit menggunakan koping positif seperti mencari bantuan dalam menghadapi masalah yang terjadi. Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan, beberapa penderita skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas Jetis 2 Bantul masih menghindari dan tidak mau berinteraksi dengan warga sekitar karena malu dengan keadaannya dan sering menyalahkan diri sendiri karena menjadi beban keluarga. Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan profesional, secara aktif mendampingi pasien, keluarga, atau masyarakat untuk mengurangi atau menghilangkan masalah, mengurangi faktor resiko, mencegah timbulnya masalah, dan mempromosikan gaya hidup sehat (Carpenito, 2013). Pelaksanaan terkait hal tersebut, memerlukan sebuah kerangka yang disebut dengan proses keperawatan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada pasien secara individu, holistik, efektif, dan efisien (DeLaune & Ladner, 2010). Salah satu bagian dari proses keperawatan adalah perumusan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan berfokus pada respon masalah kesehatan individu, keluarga, atau komunitas, baik yang bersifat aktual maupun potensial dan menyediakan terminologi untuk menjelaskan respon-respon tersebut (Carpenito, 2013). NANDA International (NANDA-I) merupakan salah satu standard nursing language atau bahasa keperawatan standar dalam perumusan diagnosis keperawatan (Herdman, 2012). Diagnosis keperawatan terdiri dari beberapa bagian yang salah satunya adalah batasan karakteristik. Batasan karakteristik merupakan tanda/gejala yang muncul dan/atau pernyataan yang dibuat oleh pasien/keluarga/orang lain yang memvalidasi adanya masalah aktual atau area promosi kesehatan (Herdman & Kamitsuru, 2014). Batasan karakteristik menjadi penentu keakuratan diagnosis keperawatan yang ditegakkan (Estes, 2014). Apabila batasan karakteristik sesuai

4 4 dengan keadaan pasien, maka diagnosis yang ditegakkan dan intervensi yang dilakukan pun juga tepat (Ackley et.al, 2014). Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan, perawat di Puskesmas Jetis 2 pernah mengkaji masalah psikososial pada penderita skizofrenia namun belum pernah mengkaji diagnosis keperawatan ketidakefektifan koping pada penderita skizofrenia, sehingga batasan karakteristik ketidakefektifan koping pada penderita skizofrenia masih belum diketahui. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai gambaran batasan karakteristik diagnosis keperawatan NANDA-I: Ketidakefektifan Koping pada penderita skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas Jetis 2 Bantul, Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang dapat diangkat berdasarkan latar belakang tersebut adalah Bagaimana gambaran batasan karakteristik diagnosis keperawatan NANDA-I: Ketidakefektifan Koping pada penderita skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas Jetis 2 Bantul, Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran batasan karakteristik diagnosis keperawatan NANDA-I: Ketidakefektifan koping pada penderita skizofrenia. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui frekuensi batasan karakteristik diagnosis keperawatan NANDA-I: ketidakefektifan koping pada penderita skizofrenia.

5 5 b. Mengetahui batasan karakteristik diagnosis keperawatan NANDA-I: Ketidakefektifan Koping yang paling sering muncul pada penderita skziofrenia. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembanding dan bahan rujukan oleh civitas akademika maupun peneliti lain untuk penelitian selanjutnya, khususnya mengenai batasan karakteristik diagnosis keperawatan NANDA-I: ketidakefektifan koping pada penderita skizofrenia di komunitas. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Mahasiswa Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan, wawasan, ataupun menjadi bahan pembelajaran mahasiswa mengenai batasan karakteristik diagnosis keperawatan NANDA-I: ketidakefektifan koping pada penderita skizofrenia di komunitas dan dapat melakukan penelitian yang jauh lebih baik. b. Bagi Tenaga Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan Puskesmas di Yogyakarta khususnya perawat dalam menegakkan diagnosis keperawatan dan melakukan asuhan keperawatan yang tepat mengenai masalah ketidakefektifan koping pada penderita skizofrenia.

6 6 c. Bagi Pemegang Kebijakan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada pemegang kebijakan khususnya pemerintah daerah untuk peduli terhadap masalah aktual dan potensial yang dialami penderita skizofrenia di komunitas agar dapat membantu meningkatkan kesejahteraan penderita skizofrenia. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran literatur yang telah peneliti lakukan, penelitian mengenai gamabaran batasan karakteristik diagnosis keperawatan NANDA-I: Ketidakefektifan Koping pada penderita skizofrenia masih jarang dilakukan. Namun, terdapat beberapa penelitian serupa yang berkaitan dengan tema diatas antara lain: 1. Penelitian oleh Farahdiba Anisa (2015) dengan judul Identifikasi Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaborasi pada Remaja Korban Kekerasan Seksual pada Domain 6 dan 9 NANDA Taxonomy dengan Menggunakan 6 Steps Method in Diagnostic. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diagnosis keperawatan dan masalah kolaborasi yang mungkin muncul pada remaja korban kekerasan seksual yang terdapat di domain 6 dan domain 9 NANDA Taxonomy Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, semi struktur dilengkapi dengan studi observasi. Penentuan sampel populasi menggunakan purposive sampling dan didapatkan 2 orang responden. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah diagnosis keperawatan yang terdapat di domain 6 yang dapat ditegakkan pada remaja korban kekerasan seksual yaitu Kesiapan meningkatkan

7 7 yaitu Risiko sindrom pascatrauma kekerasan dan Risiko harga diri rendah situasional. Persamaan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui diagnosis keperawatan NANDA yang muncul pada suatu populasi. Perbedaan penelitian ini adalah subyek penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, dan diagnosis yang diteliti. 2. Penelitian oleh Evindiah Sasrawati (2013) yang berjudul Gambaran Diagnosis Keperawatan Terkait Penampilan Peran dengan Pendekatan NANDA-I (North American Nursing Diagnosis Association-International) pada Kelompok Risiko Masalah Psikososial di Wilayah Kerja Puskesmas Jetis II Bantul. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran penampilan peran berdasarkan NANDA-I pada masyarakat dengan risiko masalah psikososial di Wilayah Kerja Puskesmas Jetis II Bantul. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Jumlah responden adalah 74 orang. Hasil penelitian ini yaitu penilaian stressor Holmes-Rahe memiliki skor rendah atau low sebanyak 43 responden (58,1%). Hasil pengkajian diagnosis ineffective role performance NANDA-I sebanyak 61 responden (82%) tidak terdiagnosis ineffective role performance. Batasan karakteristik diagnosis ineffective role performance dengan pendekatan NANDA-I yang paling banyak adalah gangguan dan konflik peran sebanyak 9 responden (69,2%). Persamaan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran diagnosis keperawatan yang muncul pada suatu populasi. Perbedaan dari penelitian ini

8 8 adalah subyek penelitian, diagnosis keperawatan yang diteliti, dan variabel penelitian. 3. Hernandez et.al, (2015) dengan judul A Retrospective Study of Nursing Diagnoses, Outcomes, Interventions for Patients with Mental Disorders. Penelitian Hernandez et.al (2015) merupakan penelitian multicentric cross sectional, dan data dikumpulkan secara restospektif dari 690 data elektronik pasien psikiatrik atau psikogeriatri di unit long and medium term dan pusat perawatan psikogeriatri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui diagnosis keperawatan NANDA, NOC, dan NIC yang paling sering muncul pada penderita gangguan jiwa. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif, koefisien korelasi Pearson, dan multiple regresi. Hasil penelitian ini yaitu pada kelompok I (Pasien skizofrenia, skizotipal, dan gangguan delusi) yang berjumlah 362 pasien, diagnosis keperawatan NANDA paling sering muncul adalah Defisit Perawatan Diri: Mandi (57,1%), NOC yaitu: Self Care: Bathing (46,2%), NIC yaitu: Self Care Assistance: Bathing/Hygiene (62,4%). Pada kelompok II (Gangguan Mental Organik) yang berjumlah 182 pasien, diagnosis keperawatan NANDA yang paling sering muncul adalah Defisit Perawatan Diri: Berpakaian (67%), NOC yaitu: Self Care: ADL (82,4%), NIC yaitu: Environmental Management (87%). Pada kelompok III (Retardasi Mental) yang berjumlah 37 orang diagnosis keperawatan paling sering muncul adalah Defisit Perawatan Diri: Mandi (45,9%), NOC yaitu: Self Care: ADL (51,35%), NIC yaitu: Teaching: Individu (64,8%). Diagnosis keperawatan NANDA yang paling sering muncul pada kelompok IV (Gangguan

9 9 Bipolar) yang berjumlah 33 orang yaitu: Self Care: Bathing (48,4%), NOC yaitu: Weight Control (27,2%), NIC yaitu: Exercise Promotion (69,7%). Persamaan dari penelitian Hernandez et.al (2015) dengan penelitian ini adalah pada subjek penelitian yaitu pasien dengan diagnosis psikiatrik dan variabel bebas yaitu diagnosis keperawatan NANDA-I. Perbedaan terletak pada analisis data, diagnosis psikiatrik pasien (pada penelitian ini hanya pada pasien yang terdiagnosis skizofrenia) dan tempat penelitian. 4. Penelitian Güler et.al, (2012) dengan judul Nursing Diagnoses in Elderly Resident of a Nursing Home. Penelitian Güler et.al (2012) bertujuan untuk menggambarkan diagnosis keperawatan yang paling sering diangkat pada lansia di rumah perawatan lansia (nursing home elder care) dan pusat rehabilitasi. Data dikumpulkan menggunakan Elderly Individual s Introduction Form pada 74 lansia, kemudian data dianalisis menggunakan chi-square, dan konsistensi diagnosis keperawatan yang dilakukan oleh 2 peneliti secara terpisah dievaluasi dengan menggunakan Cohen s Kappa (k). Hasil penelitian ini menyebutkan diagnosis keperawatan yang paling sering muncul yaitu Ineffective Role Performance (86,5%), Ineffective Health Maintenance (81,2%), Risk for Fall (77%), Impaired Physical Mobility (73%). Persamaan penelitian Güler et.al (2012) dengan penelitian ini adalah variabel bebas yaitu diagnosis keperawatan NANDA-I. sedangkan perbedaan penelitian Güler et.al (2012) dengan penelitian ini terdapat pada subjek penelitian, analisis data, dan tempat penelitian.

10 10 5. Penelitian Minthorn et. al, (2012) dengan judul Participant Action Research with Bedside Nurses to Identify NANDA-International, Nursing Intervention Classification, and Nursing Outcomes Classification Categories for Hospitalized Persons with Diabetes yang bertujuan untuk mengidentifikasi relevansi istilah NANDA-I, NIC, NOC yang sering digunakan pada penderita DM dewasa yang dirawat di pelayanan kesehatan komunitas menurut sudut pandang perawat. Terdapat 14 diagnosis keperawatan, 76 outcome, dan 78 intervensi yang sebelumnya telah teridentifikasi. Partisipan penelitian ini adalah 4 orang RN yang memiliki pengalaman hampir 15 tahun menjadi perawat medikal bedah klinis dan bersertifikat mendampingi pasien. Peneliti menggunakan metode Participant Action Research (PAR) yang merupakan metode kualitatif dengan diskusi terbuka membahas NANDA-I, NIC, dan NOC yang menurut mereka relevan dari jumlah diagnosis, outcome, dan intervensi yang telah ditentukan. Persamaan dengan penelitian ini adalah menganalisis diagnosis keperawatan NANDA-I. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah subjek, metode, dan variabel yang diteliti.