BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia modern memerlukan energi lebih banyak dalam segi kuantitas maupun kualitasnya. Berbeda dengan tumbuhan dan hewan yang hanya memerlukan energi bagi pertumbuhan dan mobilitasnya yang dipenuhi dengan hanya sekedar makan. Tetapi manusia modern memerlukan jauh lebih dari itu. Manusia modern memerlukan berbagai macam penunjang kehidupan seperti mobilitas yang tinggi untuk bergerak dalam waktu singkat menempuh jarak yang jauh, medium penghangat lebih dari sekedar baju hangat dari kulit, dan lain-lain. Pemenuhan sumber energi dalam bentuk cair terutama solar pada sektor transportasi merupakan sektor paling kritis dan perlu mendapat perhatian khusus. Dengan meningkatnya konsumsi solar dalam negeri, berarti impor dari luar negeri adalah hal yang tidak bisa ditunda lagi, jika tidak maka kekurangan pasukan tidak dapat dihindari, pada saat ini kurang lebih 25% kebutuhan solar dalam negeri telah menjadi bagian yang di Impor yang artinya adalah pengurasan devisa negara. Oleh karena itu sudah saatnya dipikirkan untuk dapat disubtitusi dengan bahan bakar alternatif lainnya terutama bahan bakar yang berkesinambungan terus pengadaannya (renewable) dalam upaya meningkatkan security of supply dan mengurangi kuantitas impor bahan baku tersebut. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif dari bahan mentah terbaharukan (renewable) selain bahan bakar diesel dari minyak bumi. Biodiesel tersusun dari berbagai macam ester asam lemak yang dapat diproduksi dari minyak-minyak tumbuhan seperti minyak sawit (palm oil), minyak kelapa, minyak jarak pagar, minyak biji kapok randu, dan masih ada lebih dari 30 macam tumbuhan Indonesia yang potensial untuk dijadikan sumber energi bentuk cair ini. Biodiesel bisa digunakan dengan mudah karena dapat bercampur dengan segala komposisi dengan minyak solar, mempunyai sifat-sifat fisik yang mirip dengan solar biasa 1

2 sehingga dapat diaplikasikan langsung untuk mesin-mesin diesel yang ada hampir tanpa modifikasi, dapat terdegradasi dengan mudah (biodegradable), 10 kali tidak beracun dibanding minyak solar biasa, memiliki angka setana yang lebih baik dari minyak solar biasa, asap buangan biodiesel tidak hitam, tidak mengandung sulfur serta senyawa aromatic sehingga emisi pembakaran yang dihasilkan ramah lingkungan serta tidak menambah akumulasi gas karbondioksida di atmosfer sehingga lebih jauh lagi mengurangi efek pemanasan global atau banyak disebut dengan zero CO 2 emission. Oleh karena itu, pengembangan biodiesel di Indonesia dan dunia menjadi sangat penting seiring dengan semakin menurunnya cadangan bahan bakar diesel berbasis minyak bumi, isu pemanasan global, serta isu tentang polusi lingkungan. Pengembangan biodiesel didunia sudah dilakukan sejak tahun 1980-an sehingga pada saat ini ibeberapa bagian dunia telah dilakukan komersialisasi bahan bakar ramah lingkungan ini.. Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat, terutama di Eropa, Amerika Serikat, dan Asia, meskipun dalam pasar masih sebagian kecil saja dari penjualan bahan bakar. Pertumbuhan SPBU membuat semakin banyaknya penyediaan biodiesel kepada konsumen dan juga pertumbuhan kendaraan yang menggunalkan biodiesel sebagai bahan baker. 1.2 Tujuan Percobaan Memahami proses transesterifikasi dalam pembuatan alkyil ester (biodiesel) Mampu membuat alkil ester dari asam lemak melalui proses transesterifikasi Mampu menguji beberapa sifat fisika biodiesel seperti viskositas dan densitas. 2

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono--alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan. Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas. Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi, dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, dia lebih sering digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas. Biodiesel dibuat dari minyak nabati (minyak goreng) dan alkohol (metanol/etanol) menghasilkan metil ester dan gliserol. Proses pembuatan biodiesel merupakan proses transesterifikasi yang mengubah minyak nabati baik berasal dari CPO (crude palm oil) atau minyak jarak (castrol oil) menjadi ester (biodiesel) dan menghasilkan produk samping gliserin seperti pada persamaan reaksi yang ditunjukkan pada gambar-1. O O R 1 C O CH 2 H O CH 3 R 1 C O CH 3 H O CH 2 O O R 2 C O CH + H O CH 3 O Na + R 2 C O CH 3 + H O CH 2 O 3

4 R 1 C O CH 2 H O CH 3 R 3 C O CH 3 H O CH 2 Catalyst 1 Oil or Fat + 3 Methanols 3 Methylesters + 1 Glycerin 1 Triglyceride + 3 Alcohols Reaksi pembentukan metil ester Terdapat empat cara dalam pembuatan biodiesel yaitu, pencampuran langsung minyak nabati dengan solar, mikroemulsi, termal cracking, dan transesterifikasi. Teknologi proses yang digunakan dalam percobaan ini adalah proses transesterifikasi. Transesterifikasi dilakukan terhadap minyak nabati atau lemak hewan untuk menghasilkan biodiesel dan gliserol. Proses transesterifikasi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut ini hal hal yang mempengaruhi reaksi serta perolehan biodiesel melalui transesterifikasi adalah (Freedman,1984): a. Pengaruh air dan asam lemak bebas b. Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan minyak nabati c. Pengaruh jenis alkohol d. Pengaruh jenis katalis e. Metanolisis Crude dan Refined Minyak nabati f. Pengaruh temperatur Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya. Tanpa adanyakatalis, produk biodiesel yang diperoleh dapat mencapai maksimum, tetapi reaksiya berjalan lambat (Mittlebatch,2004). Proses transesterifikasi dapat menggunakan asam atau basa. Katalis yang paling banyak digunakan adalah katalis basa seperti NaOH atau KOH karena dapat mempercepat reaksi. Pada percobaan ini digunakan KOH sebagai katalis. Perbandingan antara methanol : minyak dalam perbandingan molar adalah 3 : 1 samapai 6 : 1. Pada pembuatan biodiesel (metil ester) terdapat beberapa tahap pengerjan yaitu : 4

5 Penentuan jumlah katalis Pembuatan katalis (sodium metoksida) Reaksi Transesterifikasi Pemisahan biodiesel dari gliserin Pencucian (penetralan) dan pengeringan Pengujian sifat fisik : densitas, viskositas, nilai kalor pembakaran dan uji pembakaran. Berikut ini adalah tahap-tahap reaksi transesterifikasi : trigliserida alkohol digliserida ester digliserida alkohol monogliserida ester monogliserida alkohol gliserin ester 5

6 Secara keseluruhan reaksi transesterifikasi adalah sebagai berikut : Trigliserida 3 (alkohol) gliserin 3 (ester) Keunggulan Biodiesel : 1. Bilangan setana tinggi, yakni ukuran baik tidaknya kualitas solar berdasar sifat antiknocking dalam ruang bakar pada saat solar dibakar, 2. Titik kilat tinggi, yakni temperatur terendah yang dapat menyebabkan uap biodiesel dapat menyala, sehingga biodiesel lebih aman dari bahaya kebakaran pada saat disimpan maupun pada saat didistribusikan dari pada solar, 3. Tidak mengandung sulfur dan benzen yang karsinogen serta dapat diuraikan secara alami, 4. Mempunyai sifat lubrikasi mesin yang lebih baik dari pada solar, 5. Emisi pembakaran biodiesel lebih ramah lingkungan, yakni hasil pembakaran lebih sempurna dari pada solar dan tidak menghasilkan gas bakar yang bersifat karsinogenik, 6. Dapat dengan mudah dicampur dengan solar biasa dalam berbagai komposisi Oleh karena itu, tidak memerlukan modifikasi mesin apapun. 7. Dapat mengurangi asap hitam dari gas buang mesin diesel secara signifikan walaupun penambahan hanya 5%-10% volum biodiesel kedalam solar. 6

7 STANDAR NASIONAL BIODIESEL Standar produksi biodiesel untuk penggunaan umum berdasarkan standar nasional indonesia-sni , sebagai berikut. Tabel Standar Nasional Biodiesel (SNI ) No Parameter Unit Nilai Metoda 1 Densitas (40 o C) Kg/m ASTM D Viskositas (40 o C) Mm2/s (cst) 2,3 6,0 ASTM D Cetane Number Min. 51 ASTM D Flash Point (close up) 5 Cloud point o C o C 6 Copper Strip Corrosion (3 jam, 50 o C) 7 Carbon residu - sample % dist. residu Max. No 3 % mass Max. 0,05 (Max. 0,3) ASTM D 130 ASTM D Air dan sedimen % vol Max. 0,05* ASTM D 2709 atau ASTM D Temperatur destilasi, o C Max. 360 ASTM D % recovered 10 Sulfated ash % mass Max. 0,02 ASTM D 874 7

8 11 Sulfur Ppm (mg/kg) 12 Phosphorous content Ppm (mg/kg) Max. 100 ASTM D 5453 atau ASTM D1266 Max. 10 AOCS Ca Bilangan asam (N A ) Mg-KOH/g Max. 0,8 AOCS Cd 3-36 atau ASTM D Free Gliserin % mass Max. 0,02 AOCS Ca atau ASTM D Total Gliserin (G ttl ) % mass Max. 0,24 AOCS Ca atau ASTM D Kandungan ester % mass Min. 96,5 Dihitung ** 17 Bilangan iod % mass (g I 2 /100g) Max. 115 AOCS Cd Halphen test Negative AOCS Cd 1-25 * dapat di uji secara terpisah, kandungan sedimen max. 0,01 (% vol) **Kandungan ester (% mass) = Ns = Saponification number, mg KOH/g biodiesel, metoda AOCS Cd

9 BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan Alat-alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum proses transesterifikasi (pembuatan biodiesel) : Alat yang digunakan : Alat Neraca teknis Labu erlenmeyer 250 ml Gelas kimia 100 ml 250 ml Gelas ukur 100 ml Reaktor dilengkapi dengan peralatan refluks Corong pemisah 500 ml Termometer Motor dan batang pengaduk Viskometer Botol semprot Spesifikasi 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 2 buah 1 buah 1 buah 1 buah Bahan yang digunakan : Minyak goreng Bahan : 227,61 ml Spesifikasi KOH - Metanol murni 121,24 ml Asam asetat anhydrous 0,25 ml pekat Indikator ph universal 7 Aquadest Secukupnya 9

10 3.2. Skema kerja biodiesel Flow Chart Skema kerja pembuatan biodiesel adalah sebagai berikut: a. Blok diagram proses Penentuan jumlah katalis, alcohol dan minyak Pembuatan katalis Reaksi transesterifikasi Control kualitas Penentralan, pencucian dan pengeringan Pemisahan biodiesel b.rangkaian Peralatan Refluks 1. Reaktor 1 buah 2. Penangan paraffin 1 buah 3. Kondensor 1 buah 4. Termometer 2 buah 5. Tabung CaCl2 6. Motor pengaduk 1 buah 7. Selang silikon 10

11 3.3 Proses Transesterifikasi KOH 121, 24 ml Metanol 227,61 ml Minyak goreng Pencampuran Pemanasan, T = 55 0 C Transesterifikasi, T = 60 0 C Pemisahan H 2 SO 4 anhydrous Biodiesel (ph = 7) Gliserol Penetralan /pencucian Pengeringan, T = C Sampai semua air menguap Pendinginan Proses Transesterifikasi AnalisisFisika (Pembuatan (uji Biodiesel) Viskositas, densitas) 11

12 3.4 Pemisahan Biodiesel Masukkan kedalam corong pisah Diamkan larutan sampai terbentuk dua lapisan Biodiesel (metilester,koh,air, methanol, minyak ) Gliserin, air 3.5 Pencucian dan Pengeringan Ukur Ph biodiesel bila basa+asam asetat glacial Dinginkan biodiesel sampai suhu kamar 12

13 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Tabel Data Komposisi pereaksi Table komposisi Minyak Kelapa Sumber : US:official&biw=1366&bih=567&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=-WGMVK3xC4yuATk8oGQAw&ved=0CDAQsAQ a. Persiapan NO Bahan BM 1 Minyak goreng (minyak kelapa ) Asam laurat (gr/mol) Volume (ml) Berat ( gram) Rumus ,61 C 12 H 24 O 2 2 Metanol ,24 CH 3 OH 3 Kalium Hidroksida 56 2,2761 gr KOH 13

14 4 Gliserin 92 CH 2 OH 78 CH OH CH 2 OH C 3 H 8 O 3 5 Biodiesel b. Reaksi Esterifikasi (Pembuatan katalis) NO. Bahan Volume/Berat (ml/gram) 1. KOH 2, 2761 gram 2. Metanol 121, 24 ml c. Kondisi Proses Waktu Media Suhu Suhu Pengamatan Keterangan penangas Reaktor 0 74 o C 64 0 C Belum terjadi perubahan fisik Warna keruh C 66 0 C Larutan mencampur Warna keruh C 62 0 C Larutan menjadi keruh dan bening C 60 0 C Larutan berubah menjadi keruh dan viskos 40 Penangas paraffin 62 0 C 58 0 C Larutan berubah menjadi keruh dan viskos C 58 0 C Larutan berubah menjadi keruh dan viskos Warna keruh Warna keruh dan bening Warna menjadi 2 lapisan Warna menjadi 2 lapisan 14

15 C 62 0 C Larutan berubah menjadi keruh dan viskos sudah terpisah menjadi 2 lapisan Warna menjadi 2 lapisan d. Perhitungan Hasil Proses No Hasil Proses Besaran 1. Biodiesel Kasar 320 ml 2. Gliserol 78 ml 3. Biodiesel murni 242 ml 4. Yield % e. Pencucian / penetralan NO Bahan Volume/Berat (ml/gram) 1 Air 100 ml Asam asetat yang dibutuhkan sampai netral (ph = 7) 0,25 ml 4.2 Identifikasi Produk Biodiesel Identifikasi Sifat Fisika Uji analisa sebelum menjadi produk NO Sifat Fisika Nilai 1. Viskositas 2. Densitas 3. ph 145 cp 0,7728 gr/ml 8 15

16 Uji analisa setelah menjadi produk (Biodiesel) NO Sifat Fisika Biodiesel 1. Viskositas 2. Densitas Nilai 135 cp 0,9108 gr/ml 3 ph produk setelah ditambah asam asetat anhydrous ( 0.25 ml) Pembahasan Nama : Rita Inayah NIM : Pada percobaan kali ini praktikan melakukan pembuatan biodiesel dengan proses transesterifikasi, bahan baku yang digunakan adalah minyak goreng (minyak kelapa) yang direaksikan dengan senyawa alkohol (metanol) dengan katalis basa (KOH). Biodiesel biasanya dibuat pada ester asam lemak dari minyak goreng cair yang mempunyai sifat lebih encer tidak mudah membeku.pada percobaan ini bertujuan untuk memahami proses transesterifikasi dalam pembuatan alkil ester (biodiesel), membuat biodiesel dari asam lemak melalui proses transesterifikasi, dan menguji sifat fisika kimianya. a. Proses Penentuan Jumlah Pereaksi Pada proses transesterifikasi, reaksi yang terjadi merupakan reaksi kesetimbangan dari 1 mol trigliserida dan 3 mol methanol menghasilkan 1 mol gliserol dan 3 mol metil aster(biodiesel). Untuk mendorong agar kesetimbangan reaksi bergeser ke arah produk (kanan) maka jumlah methanol yang ditambahkan harus berlebih dari jumlah stoikiometrinya. Seharusnya pada praktikum perbandingan mol methanol : mol minyak yang digunakan adalah 4 : 1. Tetapi praktikan melanjutkan praktikum dengan perbandingan 3:1 16

17 Dengan Methanol yang digunakan sebanyak 121,24 ml dan minyak 227,61 ml. Penggunaan methanol sebagai alcohol yang digunakan karena methanol lebih reaktif dibandingkan alkohol yang lain seperti etanol dan butanol. Apabila jumlah alkohol terlalu berlebih akan menyebabkan gliserol dan biodiesel bercampur dan sulit dipisahkan, selain itu juga akan mengotori produk dan menyulitkan dalam pencucian. b. Penambahan Katalis Katalis yang digunakan adalah KOH sebanyak 1% dari berat minyak (2,2761 gr). Hal ini dengan pertimbangan bahwa penggunaan katalis KOH lebih baik dibandingkan NaOH karena KOH memiliki BM lebih besar sehingga pada proses pemisahan, fasa biodiesel dan gliserol dapat terlihat jelas. Penggunaan katalis basa akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila dibandingkan dengan katalis asam. Penggunaan katalis ini bertujuan untuk menetralkan kandungan FFA (free fatty acid) / asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak. Methanol dan katalis mengalami pencampuran membentuk senyawa alkoksi. Pelarutan KOH dalam methanol ini bertujuan untuk mencegah adanya kandungan air karena adanya kandungan air akan menyebabkan jumlah katalis (KOH) berkurang. Penggunaan jumlah katalis yang cukup besar akan memberikan efek buruk terhadap hasil reaksi. Jumlah katalis yang cukup besar akan memperbesar kemungkinan terjadinya reaksi antara katalis KOH dan metanol membentuk sabun. c. Proses Transesterifikasi Sebelum dicampurkan dengan minyak goreng terlebih dahulu metanol dicampurkan dengan KOH sehingga membentuk alkoksi berupa Kalium metoksida, dan pemanasan minyak dilakukan terlebih dahulu bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan air dalam produk. Reaksi antara metanol dan KOH dituliskan dalam reaksi di bawah ini: 2CH 3 OH + 2KOH ===> 2CH 3 OK + H 2 O (metanol) (kalium hidroksida) (kalium metoksida) (air) Minyak pada suhu ruang berbentuk semisolid maka suhu minimum yang digunakan adalah 60 o C. Apabila suhu dibawah 60 o C maka reaksi tidak akan berlangsung secara sempurna. Setelah minyak mencapai suhu 60 o C, campuran methanol dan KOH dicampurkan dalam reaktor. Suhu maksimum dalam percobaan ini dijaga pada range o C. Suhu 60 o C dipilih agar laju 17

18 penguapan metanol tidak terlalu besar dimana titik didih methanol hanya 68 o C. Pada proses refluks selama 60 menit warna campuran semakin lama semakin bening dan viskositas larutan semakin rendah dan larutan terpisah menjadi 2 lapisan. d. Pemisahan Setelah dingin dan didiamkan ±2 jam larutan yang terdapat dalam corong pisah membentuk 2 lapisan. Lapisan paling bawah (merah kecoklatan) merupakan gliserin dan lapisan paling atas (putih keruh) adalah biodiesel. Terbentuknya gliserin disebabkan karena penggunaan KOH yang terlalu banyak. e. Peneralan, Pencucian, dan Pengeringan Biodiesel kasar ber-ph 8 sehingga perlu dinetralkan dengan menggunakan larutan asam asetat anhydrous. Hal ini bertujuannya untuk mengikat kadar air dalam produk. Biodiesel harus pada ph netral (ph 7) untuk menghindari kerusakan pada mesin yang menggunakan biodiesel. Biodiesel mengalami penyaringan dan volume biodiesel yang didapat 242 ml dengan berat gliserol 78 ml dengan berat biodiesel kasar 320 ml. f. Kontrol Kualitas Analisis produk yang dihasilkan dilakukan dengan mengukur viskositas dan densitas dari biodiesel murni yang dihasilkan. Viskositas dari biodiesel hasil percobaan yaitu sebesar 135 cp dengan density 0,9108 g/ml. Densitas biodiesel seharusnya sekitar 890 gr/ml (SNI ). Sehingga biodiesel yang dihasilkan dari praktikum ini masih kurang memenuhi standar biodiesel yang seharusnya. g. Yield Berdasarkan data tersebut diperoleh volume biodiesel sebanyak 242 ml dan berat biodiesel sebesar 220,4653 gram sehingga % yield yang diperoleh sebesar 41,77 %. Yield kurang dari 100 % karena : 1. Minyak nabati yang digunakan kemungkinan besar bukan minyak kelapa murni, sehingga perolehan biodiesel kurang murni juga. 2. Pemisahan yang tidak sempurna. 3. Adanya sedikit biodiesel yang tertinggal di alat ketika proses pencucian, pengeringan,dll. 18

19 Nama : Wynne Raphaela NIM : Pada praktikum ini dilakukan proses transesterifikasi pembuatan biodiesel dari minyak kelapa murni. Tujuan dari percobaan ini adalah memahami proses transesterifikasi dalam pembuatan alkyil ester (biodiesel), mampu membuat alkil ester dari asam lemak melalui proses transesterifikasi, dan mampu menguji beberapa sifat fisika biodiesel seperti viskositas dan densitas. Transesterifikasi adalah sebuah reaksi untuk menghasilkan ester baru dari suatu ester yang direaksikan dengan alcohol, dalam hal ini reaksi transeterifikasi digunakan untuk pembuatan biodiesel dengan bahan baku minyak kelapa murni dan methanol. Pembuatan biodiesel ini dilakukan dengan mereaksikan bahan baku minyak kelapa, dimana yang akan bereaksi dengan methanol untuk membentuk alkil ester adalah asam lemaknya. Berdasarkan literature, kandungan asam lemak terbanyak dari minyak kelapa murni adalah asam laurat dengan presentasi 48,2%. Untuk mendapatkan biodiesel secara maksimal digunakan katalis alkali yaitu kalium hidroksida. Proses transesterifikasi dipengaruhi beberapa faktor yaitu Pengaruh air dan asam lemak bebas, Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan minyak nabati, Pengaruh jenis alkohol, jenis katalis, Metanolisis Crude dan Refined Minyak nabati, dan Pengaruh temperatur. Demi optimalnya proses transterifikasi tahap pertama yang dilakukan adalah menentukan jumlah pereaksi. Jumlah pereaksi yang digunakan harus mampu mengonversi asam lemak dalam minyak menjadi biodiesel dengan direaksikan dengan methanol pada perbandingan tertentu. Pada praktikum ini dilakukan perbandingan komposisi miyak : methanol sebesar 1 : 3. Penggunaan methanol dilakukan karena methanol memiliki keraeaktifan yang lebih tinggi daripada etanol dan butanol. Pencampuran methanol dengan KOH akan membentuk katalis kalium metoksida yang akan mengonversi asam lemak dalam minyak menjadi produk biodiesel. Dari perhitungan diperoleh volume minyak : methanol yang digunakan adalah 227,61 ml : 121,24 ml. perbandingan yang digunakan sebesar 1: 3 karena utuk menghasilkan biodiesel salah 19

20 satu reaktan harus digunakan berlebih, dalam hal ini methanol digunakan berlebih sebanyak 3 mol sedangkan minyak kelapa 1 mol. Tahap selanjutnya yang dilakukan dalam proses ini adalah pembuatan katalis kalium metoksida. Kalium metoksida yang dipakai adalah campuran KOH sebnyak 1% dari volume minyak (2,2761 gr) dengan methanol. Penggunaan KOH untuk pembentukan kalium metoksida karena KOH memiliki kereaktifan yang lebih besar daripada NaOH. Pencampuran katalis ini harus dilakukan bebas air, karena bila tercampur dengan uap air sedikt pun kalium metoksida tidak akan terbentuk. Penggunaan katalis kalium metoksida akan mempercepat reaksi transesterifikasi, kalium metoksida akan menetralkan kandungan asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak. Penggunaan KOH yang hanya 2,2761 gr yang dilarutkan dalam 121,24 ml methanol dilakukan untuk mencegah terjadinya reaksi penyabunan ketika KOH bereaksi dengan asam lemak dalam minyak. Tahap selanjutnya adalah reaksi transtesterifikasi. Minyak dipanaskan hingga mencapai 55 o C, Setelah mencapai suhu tersebut minyak dicampurkan dengan katalis kalium metoksida. Pemanasan minyak sebelum dicampur dengan katalis bertujuan untuk menguapkan kelebihan air dalam minyak. Setelah mencapai suhu 55 o C dilakukan penambahan katalis secara perlahan, dan suhu baru dinaikkan hingga 60 o C. proses dilakukan secara refluks selama 60 menit disertai pengadukan. Saat suhu mencapai 60 o C reaksi transterifikasi berlangsung pada suhu 60 o C agar terbentuk biodiesel secara optimal. Suhu harus dipertahankan agar tetap stabi pada Rentang 60 o C untuk menghindari penguapan methanol yang memiliki titik didih rendah. Selama refluks terjadi reaksi antara asam lemak dalam minyak dengan methanol ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi kecoklatan dan terjadi pemisahan fasa menjadi 2 lapis larutan berwarna putih keruh di lapisan atas dan merah kecoklatan dilapisan bawah ketika refluks dihentikan dan mulai dilakukan proses pemisahan dalam corong pisah. Tahap selanjutnya adalah pendinginan larutan dalam corong pisah selama 24 jam. 2 lapisan yang terbentuk pada lapisan atas yang merupakan biodiesel berwarna putih keruh dan lapisan bawah yang berwarna merah kecoklatan adalah gliserin yang merupakan hasil samping reaksi transesterifikasi. 20

21 Tahapan selanjutnya yang dilakukan adalah tahap pemurnian biodiesel. Biodisesl kasar yang terbentuk mempunyai Ph yang basa yaitu 8. Sehingga perlu dilakukan penetralan dengan asam (asam asetat glaisal). Selanjutnya dilakukan pencucian dan pengeringan biodiesel. Dari serangkaian proses tersebut didapat volume biodisel murni didapat sebesar 242 ml disertai hasil samping berupa gliserin sebanyak 78 ml. biodisesl murni harus dianalisis kemurniannya dengan menganalisis sifat fisika berupa massa jenis dan viskositas produk. Biodiesel hasil percobaan memliki densitas 0,9108 gr/ml dan viskositas kinematic sebesar 135 Cp. Parameter telah terbentuknya biodiesel dari reaksi transterifikasi adalah salah satunya dari penurunan viskositas kinematic dari minyak kelapa (bahan baku) sebesar 145 Cp menjadi 135 Cp setelah menjadi produk. Parameter lainya adalah dari peningkatan massa jenis dari 0,7728 gr/ml menjadi 0,9108 gr/ml. menurut standar nasional biodiesel massa jenis yang standar adalah 0,850-0,890 gr/ml, sedangkan biodiesel percobaan 0,9108 gr/ml. hal ini mengindikasikan biodiesel hasil percobaan masih belum memenhui standar nasional. Total gliserin dalam produk percobaan juga masih beum memenuhi standar nasional yang hanya mengizinkan total gliserin sebanyak 24% dari total biodiesel. Total gliserin hasil percobaan adalah 32% dari total biodiesel yang dihasilkan. Konversi minyak kelapa menjadi biodiesel dihitung dan menghasilkan %yield 41,77 % dari berat teorotis yang seharusnya dihasilkan. Perolehan yield yang tidak mencapai 100% adalah diantaranya faktor jumlah pereaksi yang berlebih yang menurut literature jumlah methanol yang digunakan berbading lurus dengan konversi minyak kelapa menjadi biodisesl. Dalam percobaan ini dilakukan perbandingan minyak : methanol yang paling minimum 1:3 sehingga hanya dihasilkan yield sebesar 41,77% saja. Faktor lainnya adalah kemungkinan minyak kelapa yang digunakan kandungan asam lemak bebasnya terlampau banyak, sehingga menghambat proses transestrifikasi. Faktor lainnya juga bisa terjadi ketika proses pemisahan, dimana ada biodisesl yang terbuang ketika pencucian. 21

22 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pembuatan biodiesel dapat dilakukan dengan proses transesterifikasi antara asam lemak dalam minyak kelapa direaksikan dengan methanol membentuk alkil ester (biodiesel). Berat biodiesel hasil percobaan sebesar 220,4136 gram Densitas biodiesel sebesar 0,9108 gr/ml Viskositas kinematic biodiesel sebesar 135 cp % yield biodiesel yang diperoleh sebesar 41,77 % 5.2 Saran Pengaruh Suhu pada saat pemanasan dan tahap pencucian biodiesel sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan. Pastikan saat pembuatan katalis kalium metoksida harus bebas air agar katalis kalium metoksida dapat terbentuk sempurna 22

23 DAFTAR PUSTAKA Andrijanto,Eko Transesterifikasi (Pembuatan Biodiesel). Bandung: POLBAN. Djenar, Nancy Siti Proses Transesterikasi (Pembuatan Biodiesel) Edisi Revisi. Bandung:POLBAN. Farida,Mutia Kemala. My kampus site(kelapa sawet). From: diakses 23 Desember Fessenden, R.J dan Fessenden J.S Kimia Organik Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Hambali,Erliza,dkk Teknologi Bioenergi. Jakarta : Agromedia. - Sentra Teknologi Polimer (Generated:20 Desember, 2014, 07:34). ITB dan PT Rekayasa Industri Intensifikasi Proses Produksi Biodiesel, Laporan Penelitian. Mittlebach, M. Remschmidt, Claudia Biodiesel The Comprehensive Handbook. Vienna: Baersedruct Ges. Utami,Tania Surya,dkk.2007.Kinetika Reaksi Transesterifikasi CPO terha-dap Produk Metil Palmitat dalam Reaktor Tumpak.Depok: Departemen Teknik Kimia,Fakultas Teknik Universitas Indonesia. 23

24 LAMPIRAN Pengolahan Data dan Perhitungan Perhitungan berat biodiesel secara teoritis Reaksi yang terjadi : Trigliserid laurat + 3 Metanol 3 Metil ester + Gliserin CH 3 (CH 2 ) 11 COOH + 3CH 3 OH 3HOCH 2 CH(OH)COOCH 3 + CH 2 OHCHOHCH 2 OH Menurut Teori 1. Perhitungan mol minyak Volume minyak = 227,61 ml ρ minyak = 0,880 g/ml Mr minyak = g/mol Ditanyakan : Massa minyak goreng = ρ minyak goreng Vol minyak goreng = 0,880 g/ml x 227,61 ml = 200,3 gram Mol minyak goreng = massa minyak goreng Mr minyak goreng = 1 mol 2.Perhitungan mol metanol Perbandingan mol metanol 3 : 1 mol minyak Mol metanol = 3 x 1 = 3 mol 24

25 ρ metanol Mr metanol = 0,7918 g/ml = 32 g/mol Ditanyakan : Massa metanol = mol metanol Mr metanol = 3 mol 32 gr/mol = 96 gram Volume metanol = massa metanol ρ metanol = 121,24 ml Mol metanol = gram metanol Mr metanol = 3 mol 4. Perhitungan Yield Biodiesel 1. Menghitung % Yield Massa biodiesel hasil percobaan Vol biodiesel murni = 242 ml Densitas biodiesel = 0,9108 gr/ml gr biodiesel = 242 ml x 0,9108 gr/ml = 220,4136 gr Massa biodiesel secara teoritis 25

26 Volume minyak ρ minyak gr minyak = 227,61 ml = 0,7728 gr/ml = Vminyak x ρ minyak = 227,61 x 0,7728 = gr mol minyak = = = 0,6223mol Volume methanol ρ methanol massa methanol = 121,24 ml = 0,7918 gr/ml = ρ x V = 0,7918 x 81 = gr mol methanol = = = 2,9999 mol Reaksi yang terjadi: Dalam perbandingan 1:3 (perhitungan terlampir) Reaksi : 1 trigliserida + 3 methanol 3 alkil ester asam lemak + gliserol Mula-mula : 0,6223 mol 2,999 mol - - Bereaksi : 0,6223 mol 1,8669 mol 1,8669 mol 0,6223 Sisa : 0 1,1291 mol 1,8669mol 0,6223 mol Mol Biodiesel Massa teoritis = 1,8669 mol = mol x Mr = 1,8669 mol x 282,64 gr/mol = 527,66 gr. 26

27 Perolehan % Yield % yield = x 100% = x 100% = 41,77 % 2. LAMPIRAN FOTO PRAKTIKUM Proses refluks Proses pemisahan Viskositas 27

28 ph 7 28

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit Sumber minyak dari kelapa sawit ada dua, yaitu daging buah dan inti buah kelapa sawit. Minyak yang diperoleh dari daging buah disebut dengan minyak kelapa

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN : PENGARUH PENAMBAHAN KATALIS KALIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU PADA PROSES TRANSESTERIFIKASI BIODIESEL MINYAK BIJI KAPUK Harimbi Setyawati, Sanny Andjar Sari, Hetty Nur Handayani Jurusan Teknik Kimia, Institut

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar rendah emisi pengganti diesel yang terbuat dari sumber daya terbarukan dan limbah minyak. Biodiesel terdiri dari ester monoalkil dari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METDE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sebagian besar sumber bahan bakar yang digunakan saat ini adalah bahan bakar fosil. Persediaan sumber bahan bakar fosil semakin menurun dari waktu ke waktu. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biodiesel Biodiesel adalah bahan bakar yang terdiri atas mono-alkil ester dari fatty acid rantai panjang, yang diperoleh dari minyak tumbuhan atau lemak binatang (Soerawidjaja,

Lebih terperinci

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN Harimbi Setyawati, Sanny Andjar Sari,Nani Wahyuni Dosen Tetap Teknik Kimia Institut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL. Disusun oleh : Dhoni Fadliansyah Wahyu Tanggal : 27 Oktober 2010

PEMBUATAN BIODIESEL. Disusun oleh : Dhoni Fadliansyah Wahyu Tanggal : 27 Oktober 2010 PEMBUATAN BIODIESEL Disusun oleh : Dhoni Fadliansyah Wahyu 109096000004 Kelompok : 7 (tujuh) Anggota kelompok : Dita Apriliana Fathonah Nur Anggraini M. Rafi Hudzaifah Tita Lia Purnamasari Tanggal : 27

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Penelitian penelitian pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan jenis penstabil katalis (K 3 PO 4, Na 3 PO 4, KOOCCH 3, NaOOCCH 3 ) yang

Lebih terperinci

LAPORAN TETAP TEKNOLOGI BIOMASSA PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH

LAPORAN TETAP TEKNOLOGI BIOMASSA PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH LAPORAN TETAP TEKNOLOGI BIOMASSA PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH DISUSUN OLEH : AGUSTIAWAN 0610 4041 1381 ANJAR EKO SAPUTRO 0610 4041 1382 NURUL KHOLIDAH 0610 4041 1393 RAMANTA 0610 4041 1395

Lebih terperinci

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum)

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum) PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum) Disusun oleh : Dyah Ayu Resti N. Ali Zibbeni 2305 100 023

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BIDIESEL Biodiesel merupakan sumber bahan bakar alternatif pengganti solar yang terbuat dari minyak tumbuhan atau lemak hewan. Biodiesel bersifat ramah terhadap lingkungan karena

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pada penelitian yang telah dilakukan, katalis yang digunakan dalam proses metanolisis minyak jarak pagar adalah abu tandan kosong sawit yang telah dipijarkan pada

Lebih terperinci

4 Pembahasan Degumming

4 Pembahasan Degumming 4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Kimia Dan Peralatan. 3.1.1. Bahan Kimia. Minyak goreng bekas ini di dapatkan dari minyak hasil penggorengan rumah tangga (MGB 1), bekas warung tenda (MGB 2), dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Goreng Curah Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan pangan. Minyak goreng berfungsi sebagai media penggorengan yang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Merujuk pada hal yang telah dibahas dalam bab I, penelitian ini berbasis pada pembuatan metil ester, yakni reaksi transesterifikasi metanol. Dalam skala laboratorium,

Lebih terperinci

Bab III Metode Penelitian

Bab III Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian Metode yang akan digunakan untuk pembuatan monogliserida dalam penelitian ini adalah rute gliserolisis trigliserida. Sebagai sumber literatur utama mengacu kepada metoda konvensional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, kebutuhan manusia akan bahan bakar semakin meningkat. Namun, peningkatan kebutuhan akan bahan bakar tersebut kurang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel adalah suatu energi alternatif yang telah dikembangkan secara luas untuk mengurangi ketergantungan kepada BBM. Biodiesel merupakan bahan bakar berupa metil

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN BAHAN 1. Ekstraksi Biji kesambi dikeringkan terlebih dahulu kemudian digiling dengan penggiling mekanis. Tujuan pengeringan untuk mengurangi kandungan air dalam biji,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU L1.1 KOMPOSISI TRIGLISERIDA BAHAN BAKU MINYAK SAWIT MENTAH CPO HASIL ANALISA GC-MS Tabel L1.1 Komposisi Trigliserida CPO Komponen Penyusun Komposisi Berat Mol %Mol %Mol x (%)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan energi tidak pernah habis bahkan terus meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini.

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR

PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR Galih Prasiwanto 1), Yudi Armansyah 2) 1. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI )

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI ) LAMPIRAN 39 Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI 01-3555-1998) Cawan aluminium dipanaskan di dalam oven pada suhu 105 o C selama 1 jam, kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO Dosen Pembimbing : Dr. Lailatul Qadariyah, ST. MT. Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA. Safetyllah Jatranti 2310100001 Fatih Ridho

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Biodiesel. Badan Standardisasi Nasional

SNI Standar Nasional Indonesia. Biodiesel. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Biodiesel ICS 75.160 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 2 4 Syarat mutu...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) Minyak nabati (CPO) yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak nabati dengan kandungan FFA rendah yaitu sekitar 1 %. Hal ini diketahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Crude Palm Oil (CPO) CPO merupakan produk sampingan dari proses penggilingan kelapa sawit dan dianggap sebagai minyak kelas rendah dengan asam lemak bebas (FFA) yang tinggi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada penelitian ini, proses pembuatan monogliserida melibatkan reaksi gliserolisis trigliserida. Sumber dari trigliserida yang digunakan adalah minyak goreng sawit.

Lebih terperinci

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave)

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave) Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave) Dipresentasikan oleh : 1. Jaharani (2310100061) 2. Nasichah (2310100120) Laboratorium

Lebih terperinci

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST]

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST] MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST] Disusun oleh: Lia Priscilla Dr. Tirto Prakoso Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Bahan Baku Sebelum digunakan sebagai bahan baku pembuatan cocodiesel, minyak kelapa terlebih dahulu dianalisa. Adapun hasil analisa beberapa karakteristik minyak

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU L1.1 KOMPOSISI ASAM LEMAK BAHAN BAKU CPO HASIL ANALISIS GCMS Tabel L1.1 Komposisi Asam Lemak CPO Dari perhitungan, maka diperoleh berat molekul rata-rata FFA CPO sebesar 272,30

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Hasil penentuan asam lemak bebas dan kandungan air Analisa awal yang dilakukan pada sampel CPO {Crude Palm Oil) yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Bahan Baku, Pengepressan Biji Karet dan Biji Jarak Pagar, dan Pemurnian Minyak Biji karet dan biji jarak pagar yang digunakan sebagai bahan baku dikeringanginkan selama 7

Lebih terperinci

III. METODA PENELITIAN

III. METODA PENELITIAN III. METODA PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium Proses Balai Besar Industri Agro (BBIA), Jalan Ir. H. Juanda No 11 Bogor. Penelitian dimulai pada bulan Maret

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga, 24 BAB III METODA PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah semua alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar yang menjanjikan yang dapat diperoleh dari minyak tumbuhan, lemak binatang atau minyak bekas melalui transesterifikasi

Lebih terperinci

lebih ramah lingkungan, dapat diperbarui (renewable), dapat terurai

lebih ramah lingkungan, dapat diperbarui (renewable), dapat terurai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini bahan bakar minyak bumi merupakan sumber energi utama yang digunakan di berbagai negara. Tingkat kebutuhan manusia akan bahan bakar seiring meningkatnya

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Bab III Pelaksanaan Penelitian Bab III Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas transesterifikasi in situ pada ampas kelapa. Penelitian dilakukan 2 tahap terdiri dari penelitian pendahuluan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dapat dilaporkan dalam dua analisa, yakni secara kuantitatif dan kualitatif. Data analisa kuantitatif diperoleh dari analisa kandungan gliserol total, gliserol

Lebih terperinci

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT. SKRIPSI/TUGAS AKHIR APLIKASI BAHAN BAKAR BIODIESEL M20 DARI MINYAK JELANTAH DENGAN KATALIS 0,25% NaOH PADA MOTOR DIESEL S-111O Nama : Rifana NPM : 21407013 Jurusan Pembimbing : Teknik Mesin : Dr. Rr. Sri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

Lebih terperinci

Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi

Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No. 2, Mei 2011 79 Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi Wara Dyah Pita Rengga & Wenny Istiani Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Jumlah cadangan minyak bumi dunia semakin menipis. Sampai akhir tahun 2013, cadangan minyak bumi dunia tercatat pada nilai 1687,9 miliar barel. Jika tidak

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI BAB 2 DASAR TEORI Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang diproduksi dari sumber nabati yang dapat diperbaharui untuk digunakan di mesin diesel. Biodiesel mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Nabati Minyak nabati adalah cairan kental yang diambil atau diekstrak dari tumbuhtumbuhan. Komponen utama penyusun minyak nabati adalah trigliserida asam lemak, yang

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.9 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar mesin

Lebih terperinci

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi Rita Arbianti *), Tania S. Utami, Heri Hermansyah, Ira S., dan Eki LR. Departemen Teknik Kimia,

Lebih terperinci

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah gliserol kasar (crude glycerol) yang merupakan hasil samping dari pembuatan biodiesel. Adsorben

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Crude Palm Oil (CPO) Pohon kelapa sawit merupakan tanaman tropis yang berasal dari Afrika Barat. Kelapa sawit memiliki Penggunaan sebagai makanan dan obatobatan. Minyak sawit

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi. Rendemen (%) 1. Volume Pelarut n-heksana (ml)

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi. Rendemen (%) 1. Volume Pelarut n-heksana (ml) LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi Berat Mikroalga Kering (gr) Volume Pelarut n-heksana Berat minyak (gr) Rendemen (%) 1. 7821 3912 2. 8029 4023 20 120 3. 8431

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dimulai pada bulan Mei hingga Desember 2010. Penelitian dilakukan di laboratorium di Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (Surfactant

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan Bahan Peralatan yang diperlukan pada penelitian ini meliputi seperangkat alat gelas laboratorium kimia (botol semprot, gelas kimia, labu takar, erlenmeyer, corong

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN 4.1 Data Bahan Baku Minyak Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak jarak. Minyak jarak sendiri memiliki karakteristik seperti Densitas, Viskositas, Flash

Lebih terperinci

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP Eka Kurniasih Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan km. 280 Buketrata Lhokseumawe Email: echakurniasih@yahoo.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini terdiri dari bahan utama yaitu biji kesambi yang diperoleh dari bantuan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa sawit yang ada. Tahun 2012 luas areal kelapa sawit Indonesia mencapai 9.074.621 hektar (Direktorat

Lebih terperinci

Karakteristik Biodiesel Dari Minyak Jelantah Dengan Menggunakan Metil Asetat Sebagai Pensuplai Gugus Metil. Oleh : Riswan Akbar ( )

Karakteristik Biodiesel Dari Minyak Jelantah Dengan Menggunakan Metil Asetat Sebagai Pensuplai Gugus Metil. Oleh : Riswan Akbar ( ) Karakteristik Biodiesel Dari Minyak Jelantah Dengan Menggunakan Metil Asetat Sebagai Pensuplai Gugus Metil Oleh : Riswan Akbar (4207 100 091) Latar Belakang Terjadinya krisis energi, khususnya bahan bakar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

Reaksi Transesterifikasi Multitahap-Temperatur tak Seragam untuk Pengurangan Kadar Gliserol Terikat

Reaksi Transesterifikasi Multitahap-Temperatur tak Seragam untuk Pengurangan Kadar Gliserol Terikat PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : 1411-4216 Reaksi Transesterifikasi Multitahap-Temperatur tak Seragam untuk Pengurangan Kadar Gliserol Terikat Tirto Prakoso, Tatang H Soerawidjaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia dan merupakan kunci utama diberbagai sektor. Semakin hari kebutuhan akan energi mengalami kenaikan seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini pemakaian bahan bakar yang tinggi tidak sebanding dengan ketersediaan sumber bahan bakar fosil yang semakin menipis. Cepat atau lambat cadangan minyak bumi

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PROSES

BAB II DISKRIPSI PROSES 14 BAB II DISKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku a. CPO (Minyak Sawit) Untuk membuat biodiesel dengan kualitas baik, maka bahan baku utama trigliserida yang

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA MELALUI PROSES TRANS-ESTERIFIKASI. Pardi Satriananda ABSTRACT

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA MELALUI PROSES TRANS-ESTERIFIKASI. Pardi Satriananda ABSTRACT Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA MELALUI PROSES TRANS-ESTERIFIKASI Pardi Satriananda ABSTRACT Ethyl ester and gliserol produce by reacting coconut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Karakteristik Bahan Baku Biodiesel. Propertis Minyak Kelapa (Coconut Oil)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Karakteristik Bahan Baku Biodiesel. Propertis Minyak Kelapa (Coconut Oil) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Bahan Baku Minyak Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini diantaranya yaitu minyak Jarak dan minyak Kelapa. Kedua minyak tersebut memiliki beberapa karakteristik

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

Sunardi 1, Kholifatu Rosyidah 1 dan Toto Betty Octaviana 1

Sunardi 1, Kholifatu Rosyidah 1 dan Toto Betty Octaviana 1 PEMANFAATAN CANGKANG BEKICOT (ACHATINA FULICA) SEBAGAI KATALIS UNTUK REAKSI TRANSESTERIFIKASI (Kajian Pengaruh Temperatur Reaksi dan Rasio Mol Metanol: Minyak) Sunardi 1, Kholifatu Rosyidah 1 dan Toto

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI DAN OPTIMASI PEMBENTUKAN BIODIESEL DARI CRUDE FISH OIL PENELITIAN

KINETIKA REAKSI DAN OPTIMASI PEMBENTUKAN BIODIESEL DARI CRUDE FISH OIL PENELITIAN KINETIKA REAKSI DAN OPTIMASI PEMBENTUKAN BIODIESEL DARI CRUDE FISH OIL PENELITIAN Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Kimia Oleh : ENY PURWATI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN y BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini, adalah : heksana (Ceih), aquades, Katalis Abu Tandan Sawit (K2CO3) pijar, CH3OH, Na2S203, KMn04/H20,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan yang pokok dalam suatu proses. Sumber energi yang paling mudah didapat berasal dari bahan bakar minyak (BBM) atau yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kebutuhan bahan bakar bagi penduduk di seluruh dunia semakin meningkat, sementara cadangan bahan bakar fosil semakin menipis. Oleh karena itu banyak negara

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI LANGSUNG

PEMBUATAN BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI LANGSUNG JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.1 ; Juni 2015 PEMBUATAN BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI LANGSUNG Yuli Ristianingsih, Nurul Hidayah

Lebih terperinci

BAB III RENCANA PENELITIAN

BAB III RENCANA PENELITIAN BAB III RENCANA PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Untuk pembuatan MCT yang memenuhi kualitas pangan dari asam lemak dan gliserol maka perlu dilakukan : a. Penelitian keefektifan metode Hartman dkk tentang

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU L1.1 KOMPOSISI ASAM LEMAK BAHAN BAKU CPO HASIL ANALISIS GCMS Tabel L1.1 Komposisi Asam Lemak CPO Asam Lemak Komposisi Berat (%) Molekul Mol %Mol %Mol x BM Asam Laurat (C 12:0

Lebih terperinci

: Muhibbuddin Abbas Pembimbing I: Ir. Endang Purwanti S., MT

: Muhibbuddin Abbas Pembimbing I: Ir. Endang Purwanti S., MT KALOR BIODIESEL DARI HASIL ESTERIFIKASI DENGAN KATALIS PdCl 2 DAN TRANSESTERIFIKASI DENGAN KATALIS KOH MINYAK BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum Inophyllum) Oleh : Muhibbuddin Abbas 1407100046 Pembimbing I: Ir.

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN NaOH DAN METANOL TERHADAP PRODUK BIODIESEL DARI MINYAK GORENG BEKAS (JELANTAH) DENGAN METODE TRANSESTERIFIKASI

PENGARUH PENAMBAHAN NaOH DAN METANOL TERHADAP PRODUK BIODIESEL DARI MINYAK GORENG BEKAS (JELANTAH) DENGAN METODE TRANSESTERIFIKASI PENGARUH PENAMBAHAN NaOH DAN METANOL TERHADAP PRODUK BIODIESEL DARI MINYAK GORENG BEKAS (JELANTAH) DENGAN METODE TRANSESTERIFIKASI Wiwik Indrawati, Mudatsir Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Proses pembuatan MCT dapat melalui dua reaksi. Menurut Hartman dkk (1989), trigliserida dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi asam lemak kaprat/kaprilat

Lebih terperinci

Pemurnian Gliserin dari Produk Samping Pembuatan Biodiesel

Pemurnian Gliserin dari Produk Samping Pembuatan Biodiesel ISBN 978-979-3541-25-9 Pemurnian Gliserin dari Produk Samping Pembuatan Biodiesel H.N. Chamidy Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir, Ds. Ciwaruga, Bandung INDONESIA E-mail:

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED

LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA Oleh : M Isa Anshary 2309 106

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET Dwi Ardiana Setyawardhani*), Sperisa Distantina, Hayyu Henfiana, Anita Saktika Dewi Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

BABffl METODOLOGIPENELITIAN BABffl METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Baban dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah CPO {Crude Palm Oil), Iso Propil Alkohol (IPA), indikator phenolpthalein,

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN TABEL DATA HASIL PENELITIAN Tabel 1. Perbandingan Persentase Perolehan Rendemen Lipid dari Proses Ekstraksi Metode Soxhlet dan Maserasi Metode Ekstraksi Rendemen Minyak (%) Soxhletasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. o C dan dinginkan lalu ditimbang. Labu lemak yang akan digunakan

LAMPIRAN. o C dan dinginkan lalu ditimbang. Labu lemak yang akan digunakan LAMPIRAN 63 LAMPIRAN Lampiran 1 Prosedur analisis proksimat biji karet dan biji jarak pagar 1. Kadar air ( AOAC 1999) Metode pengukuran kadar air menggunakan metode oven. Prinsip pengukuran kadar air ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakterisasi Minyak Goreng Bekas. Minyak goreng bekas yang digunakan dalam penelitian adalah yang berasal dari minyak goreng bekas rumah tangga (MGB 1), minyak goreng

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. Bahan dan Alat 1. Alat 2. Bahan

III. METODOLOGI A. Bahan dan Alat 1. Alat 2. Bahan III. METODOLOGI A. Bahan dan Alat 1. Alat Peralatan yang digunakan untuk memproduksi MESA adalah Single Tube Falling Film Reactor (STFR). Gambar STFR dapat dilihat pada Gambar 6. Untuk menganalisis tegangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil & Pembahasan 22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Biodiesel dari Mikroalga Chlorella sp Pada penelitian ini, digunakan mikroalga Chlorella Sp sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Penelitian ini

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU L1.1 KOMPOSISI ASAM LEMAK BAHAN BAKU CPO HASIL ANALISA GCMS Tabel L1.1 Komposisi Asam Lemak CPO Asam Lemak Komposisi Berat (%) Molekul Mol %Mol %Mol x BM Asam Laurat (C 12:0

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di Laboratorium Pengolahan Limbah Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Industri Kimia Banyak proses kimia yang melibatkan larutan homogen untuk meningkatkan laju reaksi. Namun, sebagian besar pelarut yang digunakan untuk reaksi adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil 4.1.1. Hasil penentuan asam lemak bebas Penentuan asam lemak bebas sangat penting untuk mengetahui kualitas dari minyak nabati. Harga asam lemak bebas kurang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu

BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat dihindari ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu bangsa di masa sekarang

Lebih terperinci

Pengaruh Ukuran Arang Aktif Ampas Tebu sebagai Biomaterial Pretreatment terhadap Karakteristik Biodiesel Minyak Jelantah

Pengaruh Ukuran Arang Aktif Ampas Tebu sebagai Biomaterial Pretreatment terhadap Karakteristik Biodiesel Minyak Jelantah JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-268 Pengaruh Ukuran Arang Aktif Ampas Tebu sebagai Biomaterial Pretreatment terhadap Karakteristik Biodiesel Minyak Jelantah

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang begitu pesat telah menyebabkan penambahan banyaknya kebutuhan yang diperlukan masyarakat. Salah satu bahan baku dan bahan penunjang

Lebih terperinci

Bab III Metoda, Peralatan, dan Bahan

Bab III Metoda, Peralatan, dan Bahan Bab III Metoda, Peralatan, dan Bahan III.1 Metodologi Penelitian Metodologi yang diterapkan dalam penelitian ini secara garis besar meliputi beberapa tahap, yaitu penyiapan aditif penurun titik tuang,

Lebih terperinci

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR Jurnal Rekayasa Produk dan Proses Kimia JRPPK 2015,1/ISSN (dalam pengurusan) - Astriana, p.6-10. Berkas: 07-05-2015 Ditelaah: 19-05-2015 DITERIMA: 27-05-2015 Yulia Astriana 1 dan Rizka Afrilia 2 1 Jurusan

Lebih terperinci