5 PENGARUH PEMBERIAN RUMPUT LAUT PADA BERAS TIRUAN DALAM BENTUK RANSUM TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH DAN HISTOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) STRAIN ddy

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "5 PENGARUH PEMBERIAN RUMPUT LAUT PADA BERAS TIRUAN DALAM BENTUK RANSUM TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH DAN HISTOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) STRAIN ddy"

Transkripsi

1 32 5 PENGARUH PEMBERIAN RUMPUT LAUT PADA BERAS TIRUAN DALAM BENTUK RANSUM TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH DAN HISTOPATOLOGI MENCIT (Mus musculus) STRAIN ddy Latar belakang Pendahuluan Serat makanan didefinisikan sebagai komponen dalam makanan yang tidak terdegradasi secara enzimatis menjadi sub-unit yang dapat diserap di lambung dan usus halus. Pangan berserat tinggi dapat meningkatkan distensi (pelebaran) lambung yang berkaitan dengan peningkatan rasa kenyang. Serat pangan larut air dapat menurunkan respon glikemik pangan secara bermakna (Rimbawan dan Siagian 2004). Studi lain menyebutkan bahwa rumput laut coklat jenis Ecklonia stolonifer mengandung phlorotannin yang dapat dimanfaatkan untuk terapi diabetes. Rumput laut coklat jenis Ecklonia cava dapat memperbaiki respon hiperglikemik pada tikus percobaan yang menderita penyakit diabetes melitus tipe 1 setelah diinduksi dengan streptozotocin. Rumput laut coklat jenis Ecklonia stolonifera memiliki kemampuan antidiabetik setelah dicobakan pada mencit galur KK-A y (Thomas dan Kim 2011). Tingginya kadar glukosa darah merupakan masalah utama terjadinya diabetes melitus. Gula yang berlebihan akan merusak pembuluh darah dan akan mempermudah seseorang menderita penyakit jantung koroner (Lubis 2009). Beberapa penelitian sudah pernah dilakukan berkaitan dengan pemanfaatan rumput laut terhadap penurunan kadar glukosa darah yang dicobakan pada hewan percobaan. Mushollaeni et al. (2013) melakukan pemberian ekstrak rumput laut coklat (Padina 1% dan Sargassum binderi 0,5%) pada mencit yang diberi alloxan 125 mg/kg BB dapat menurunkan kadar glukosa darah sampai sebanyak 30 mg/dl. Roy et al. (2011) meneliti bahwa ekstrak rumput laut Ascophylum nodosum dapat menghambat alfa glukosidase dan alfa amilase dan berpengaruh terhadap penurunan darah pada konsentrasi ekstrak 7,5 mg/kg pada menit ke-120. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian beras tiruan dengan penambahan rumput laut E. cottonii atau S. polycstum yang ditambahkan ke dalam ransum mencit (Mus musculus) strain ddy yang disuntik aloksan terhadap perubahan berat badan, kadar glukosa darah dan profil pulau Langerhans dan jumlah sel β pankreas. Waktu dan tempat Metode Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Agustus Penelitian dilakukan di Q-lab (Laboratorium Farmakologi, Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila) dan Laboratorium Biologi, FMIPA-UI.

2 33 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit (Mus musculus) jantan strain ddy dan umur sekitar 2 bulan (berat g) yang diperoleh dari Fakultas Peternakan IPB, ransum standar, ransum perlakuan, air mineral, aloksan, metformin, alkohol 70%, alkohol 96%, alkohol 100%, xylol, hematosiklin-eosin, Gomori, larutan bouin, paraffin, dan albumin mayers. Pengukuran glukosa darah diperlukan darah mencit. Alat yang digunakan yaitu kandang yang dilengkapi dengan tutup berkawat, tempat makan, botol minum kaca berpipet, peralatan pembuat ransum (mesin pencampur buatan lokal, boiler buatan lokal, timbangan analitik merk Sartorius TE 3102S, pencetak pelet merk Alexander werk), timbangan untuk menimbang mencit merk OHAUS Balance Dial, Timbangan analitik merk Denver, Mikrotom putar merk American Optical 820, mikroskop cahaya, suntikan 1 ml, dissecting set, kotak paraffin, gelas kimia merk Pyrex, gunting bedah stainless steel, glukometer merk Acu-check, dan test strip untuk membaca glukosa darah. Pembuatan ransum Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan ransum mencit adalah jagung, dedak padi, bungkil kedelai, tepung ikan, beras tiruan sesuai perlakuan, minyak, kapur, premix dan garam. Komposisi ransum yang digunakan pada setiap perlakuan disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Komposisi ransum mencit (Mus musculus). Bahan Ransum standar (%) Ransum standar (%)+ obat metformin Ransum beras tiruan + rumput laut E. cottonii (%) Ransum beras tiruan + rumput laut S. polycystum (%) Tepung beras Tepung beras tiruan yang mengandung rumput laut Tepung jagung Dedak padi Bungkil kedelai Tepung ikan Minyak Kapur Vitamin 0,5 0,5 0,5 0,5 Garam 0,5 0,5 0,5 0,5 Metformin - Diberikan 3x sehari sesuai dosis - - Total Sumber acuan : Rogers (1979).

3 34 Air yang digunakan untuk minum adalah akuades. Asupan nutrisi untuk ransum mencit mengacu pada Rogers et al. (1979). Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan ransum di uji proksimat sehingga dapat ditentukan formulasi yang tepat sesuai dengan asupan nutrisi mencit yang dianjurkan. Ransum dibuat dalam bentuk pelet. Tahap-tahap pembuatan pelet adalah pencampuran, pengaliran uap, pencetakan dan pengeringan. Bahan-bahan ditimbang sesuai dengan komposisi pada tiap perlakuan. Dilakukan pencampuran sampai homogen, bahan diuapkan dan dimasukkan ke dalam mesin pencetak pelet. Tahap selanjutnya adalah proses pengeringan dengan oven. Persiapan uji in vivo pada mencit Alur penelitian uji in vivo dapat dilihat pada Gambar 11. Mencit yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) jantan strain ddy umur sekitar 2 bulan dengan bobot badan g sebanyak 42 ekor. Mencit percobaan dibagi menjadi 7 kelompok perlakuan, tiap perlakuan terdiri atas 6 ekor mencit. Tahap persiapan mencit percobaan meliputi masa adaptasi selama 2 minggu dengan pemberian ransum standar dan air minum secara ad libitum. Setiap kandang berisi 6 ekor mencit dan ditempatkan pada ruangan yang telah diatur siklus udara dan cahaya dan berada pada suhu kamar (25 ± 2 C) (Depkes 2006). Pemberian ransum dilakukan setiap hari antara pukul WIB sampai dengan pukul WIB. Jumlah ransum yang diberikan sebanyak 5-10 g/hari/ekor. Banyaknya ransum yang dikonsumsi dihitung setiap hari berdasarkan jumlah ransum yang tersisa. Pemberian ransum dilanjutkan dengan ransum uji sesuai dengan kelompok mencit dengan masa percobaan selama 36 hari. Kelompok mencit diabetes diperoleh dengan menyuntikkan aloksan sebanyak 300 mg/kg BB secara interperitoneal. Aloksan akan merusak sel-sel β pankreas sehingga tidak mampu memproduksi insulin. Induksi aloksan pada mencit (Akinola et al. 2012) Mencit dibuat menjadi diabetes melalui induksi aloksan dengan tahapan sebagai berikut : a. Mencit dipuasakan selama paling sedikit 8 jam dan air tetap diberikan sebelum dilakukan induksi dengan aloksan. b. Serbuk aloksan ditimbang sesuai dengan kebutuhan dosis 300 mg/kgbb lalu dilarutkan dalam CMC Na 0,5%. Larutan dibuat homogen dengan batang pengaduk dan disimpan dalam lemari pendingin. c. Larutan aloksan harus disiapkan segar untuk setiap injeksi dan disuntik dalam waktu 5 menit sebelum dilakukan injeksi. d. Induksi mencit dengan aloksan dilakukan secara interperitoneal dengan menggunakan syringe 3 ml sebanyak 300 mg/kgbb untuk tiap ekor mencit. e. Mencit dikembalikan ke kandang dan diberi ransum standar hingga tercapai glukosa darah puasa yang stabil (> 300 mg/dl) selama 7 hari berturut-turut.

4 35 Kelompok Mencit Normal a. Ransum standar b. Ransum dengan beras tiruan rumput laut E. cottonii c. Ransum dengan beras tiruan rumput laut S. polycystum Kelompok Tikus Diabetes d. Ransum standar (kontrol negatif) e. Ransum standar + obat metformin (kontrol positif) f. Ransum dengan beras tiruan rumput laut E. cottonii g. Ransum dengan beras tiruan rumput laut S. polycystum h. Pengamatan : a. Jumlah Pakan yang dikonsumsi per hari per individu b. Berat badan (setiap hari) c. Kadar glukosa darah setiap 3 hari selama perlakuan d. Uji histopatologi setelah 36 hari (pulau Langerhans, jumlah sel β pankreas) Induksi aloksan 300 mg/kgbb Gambar 11 Uji in vivo pada mencit (Mus musculus). Pengukuran jumlah konsumsi ransum dan berat badan Jumlah konsumsi ransum diukur setiap hari selama masa percobaan (36 hari). Konsumsi ransum ditentukan dengan cara mengumpulkan dan menimbang ransum sisa yang ada dalam wadah makanan maupun yang tercecer. Ransum sisa selanjutnya ditimbang dan dinyatakan dalam satuan gram. Jumlah konsumsi ransum dihitung dengan mengurangi jumlah ransum yang diberikan dengan sisa ransum yang ditimbang. Tujuan dari pengukuran ini adalah untuk memonitor tingkat pertambahan atau penurunan berat badan mencit percobaan, dan untuk melihat pengaruh perlakuan ransum terhadap berat badan mencit. Pengambilan sampel darah melalui ekor (Hoff 2000) Mencit dimasukkan ke dalam kandang hewan, sehingga mencit tidak dapat bergerak. Ekor mencit dibersihkan dengan kapas yang telah dibasahi air hangat untuk melebarkan pembuluh darah. Darah diperoleh dari cuplikan darah vena ekor dengan cara memotong ujung ekor mencit (Smith dan Mangkoewidjojo 1988). Darah tersebut segera diteteskan pada glucose strip yang sudah terpasang pada glukometer. Pengambilan darah dilakukan melalui vena ekor mencit karena cara ini lebih mudah dan cepat dibandingkan melalui sinus orbital dan tidak perlu menganestesi terlebih dahulu. Sampel darah yang dibutuhkan untuk pengukuran kadar glukosa darah hanya sedikit sehingga sampel darah dari vena ekor cukup memberikan hasil. Pengukuran kadar glukosa darah dengan glukometer (Husseini et al. 2000) Pengukuran glukosa darah dengan glukometer dilakukan berdasarkan prinsip fotometri yang disebabkan oleh reaksi dari glukosa dengan bahan pereaksi

5 36 glukosa pada electrode strip. Strip uji mengandung bahan-bahan kimia yaitu glukosa dehidrogenase, qunoneimine, 2,18-asam fosfomolibdat, stabilisator dan bahan-bahan nonreaktif. Sampel darah diserap masuk ke dalam ujung strip uji berdasarkan reaksi kapilaritas. Apabila sampel darah mengisi ruangan reaksi pada strip uji, maka akan terjadilah reaksi enzimatis. Nilai kadar glukosa darah akan muncul pada monitor glukometer setelah 5 detik. Kadar glukosa darah dinyatakan dalam mg/dl. Pengambilan darah dilakukan untuk mengukur kadar glukosa darah puasa. Mencit dipuasakan selama 8 jam sebelum dilakukan pengambilan darah. Pembedahan mencit (Smith dan Mangkoewidjojo 1988) Mencit dibedah untuk diambil organ pankreasnya pada hari ke-36 masa percobaan. Teknik yang dipakai untuk membunuh mencit adalah dengan memutus sum-sum tulang belakang. Ibu jari dan jari telunjuk diletakkan di belakang kepala mencit. Tengkuk mencit ditekan dibarengi dengan penarikan ekor kuat-kuat dan tiba-tiba kemudian diletakkan di meja bedah setelah mencit dalam kondisi mati. Pembedahan dilakukan dengan menggunting bagian kulit bagian perut secara vertikal ke arah jantung lalu dilakukan pengambilan organ pankreasnya. Organ pankreas dimasukkan ke dalam larutan bouin selama 5 jam lalu dipindahkan ke dalam alkohol 70% sebelum dilakukan uji histopatologi. Uji histopatologi (Humason 1967; Suntoro 1983) Analisis histopatologi terhadap organ pankreas meliputi sampling, fiksasi, dehidrasi, embedding (pencetakan), sectioning (pemotongan) dan pewarnaan hematoxylin eosin (HE) dan Gomori untuk melihat pulau Langerhans dan jumlah sel β pankreas. Sediaan yang telah diwarnai kemudian diamati dibawah mikroskop cahaya, yang telah dilengkapi dengan kamera digital. Analisis data Rancangan percobaan (Steel dan Torrie 1993) Rancangan percobaan yang digunakan dalam pembuatan beras tiruan adalah rancangan acak lengkap. Perlakuan pada penelitian ini adalah mencit yang dibedakan berdasarkan konsumsi ransumnya. Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut: Y ij = μ + Ʈ i + ij Keterangan : Y ij = respon yang diamati dari satuan percobaan ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i μ = nilai tengah umum Ʈi = pengaruh perlakuan ke-i (i=pembagian mencit berdasarkan perbedaan kondisi mencit dan ransum yang dikonsumsi) ij = galat percobaan Sebelum dilakukan analisis ragam dilakukan terlebih dahulu uji kenormalan data. Uji kenormalan yang digunakan adalah uji Kolmogorov Smirnov. Apabila data yang diperoleh dengan analisis ragam (ANOVA) menunjukkan adanya pengaruh, maka dilanjutkan uji lanjut dengan menggunakan uji Tukey.

6 37 Hasil dan Pembahasan Induksi aloksan pada mencit (Mus musculus) Seseorang dikatakan menyandang diabetes mellitus jika kadar glukosa darah sesaat lebih tinggi dari 200 mg/dl dan kadar glukosa darah puasa lebih dari 126 mg/dl (FKUI 2006). Berdasarkan hasil orientasi terhadap mencit yang dinjeksi aloksan maka mencit yang digunakan pada penelitian ini memiliki kadar glukosa darah 360 mg/dl pada hari ke-9 dengan dosis aloksan 300 mg/kg BB. Hal tersebut membuktikan bahwa penginjeksian aloksan dapat menimbulkan kondisi hiperglikemia pada mencit sebelum diberi perlakuan. Senyawa aloksan merupakan salah satu zat diabetogenik yang bersifat toksik, terutama terhadap sel β pankreas. Aloksan masuk ke dalam sel β pankreas kemudian mengikat membran sel. Pengikatan aloksan menghasilkan radikalradikal bebas, yang kemudian akan bereaksi dengan senyawa-senyawa dalam membran, sehingga menyebabkan perubahan-perubahan dan atau kerusakan pada membran sel. Adanya senyawa radikal bebas dalam sel akan menyebabkan kerusakan-kerusakan pada molekul DNA dan komponen sel lainnya, dimana hal tersebut merupakan awal dari matinya sel (Nugroho 2006). Kerusakan sel β pankreas menyebabkan tubuh tidak bisa menghasilkan insulin sehingga menyebabkan kadar glukosa darah meningkat (terjadi keadaan hiperglikemia) (Ali 1981). Konsumsi ransum mencit (Mus musculus) Rata-rata konsumsi ransum dapat dilihat pada Tabel 9. Berdasarkan analisis ragam, rata-rata ransum yang dikonsumsi mencit dalam setiap perlakuan tidak menunjukkan perbedaan (Lampiran 12). Hal ini menunjukkan bahwa nafsu makan mencit normal dan diabetes masih dalam batas normal. Mencit menyukai komposisi ransum standar dan ransum yang diberi beras tiruan rumput laut. Hal ini menunjukkan bahwa ransum yang ditambahkan beras tiruan rumput laut tidak berpengaruh terhadap nafsu makan mencit. Tabel 9 Rata-rata ransum yang dikonsumsi mencit (Mus musculus) per hari. Perlakuan Rata-rata konsumsi ransum (g) I 3,51 ± 1,11 a II 5,15 ± 1,79 a III 3,80 ± 0,88 a IV 3,88 ± 1,17 a V 3,34 ± 1,28 a VI 4,83 ± 0,54 a VII 3,99 ± 0,94 a Keterangan : Angka-angka dalam huruf superscript yang berbeda (a,b,c,d) menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05). Mencit normal + ransum standar (I), Mencit normal + ransum beras tiruan + E. cottonii (II), Mencit normal + Ransum beras tiruan + S. polycystum (III), Mencit diabetes + ransum standar (IV), Mencit diabetes + ransum standar + metformin (V), Mencit diabetes + ransum beras tiruan + E. cottonii (VI), Mencit diabetes + ransum beras tiruan + S. polycystum (VII).

7 38 Berat badan mencit (Mus musculus) Salah satu gejala yang timbul akibat diabetes mellitus adalah penurunan berat badan. Selisih berat badan dapat dilihat pada Gambar 12 dan Tabel 8. Pada Gambar 12 dapat dilihat selisih berat badan awal (hari ke-0) dengan berat badan akhir (hari ke-36). Hasil analisis ragam terhadap berat badan mencit menunjukkan perbedaan (Lampiran 13). Hasil uji lanjut tukey, berat badan mencit diabetes yang diberi ransum standar menunjukkan nilai berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan lain dan bernilai negatif. Mencit diabetes yang hanya diberi ransum standar cenderung mengalami penurunan berat badan. Penurunan berat badan pada penderita diabetes melitus terjadi akibat tidak terpenuhinya kebutuhan energi dari metabolisme glukosa sehingga kebutuhan energi dipenuhi dengan meningkatkan katabolisme lipid dan protein yang menyebabkan penurunan massa otot (Suyono et al. 1995). Metformin dapat menurunkan nafsu makan (FKUI 2006). Hasil uji lanjut tukey, mencit diabetes yang diberi metformin, rumput laut E. cottonii atau S. polycystum memperlihatkan nilai yang tidak berbeda nyata (Lampiran 13). Gambar 12 Histogram selisih berat badan mencit (Mus musculus). Mencit normal + ransum standar (I), Mencit normal + ransum beras tiruan + E. cottonii (II), Mencit normal + Ransum beras tiruan + S. polycystum (III), Mencit diabetes + ransum standar (IV), Mencit diabetes + ransum standar + metformin (V), Mencit diabetes + ransum beras tiruan + E. cottonii (VI), Mencit diabetes + ransum beras tiruan + S. polycystum (VII). Angka-angka dalam huruf superscript yang berbeda (a,b,c,d) menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05). Metformin yang diberikan pada ransum standar (kontrol positif) mampu menekan laju peningkatan berat badan mencit. Rumput laut E. cottonii dan S. polycystum yang ditambahkan ke dalam beras tiruan memberikan dampak yang

8 39 positif terhadap kontrol berat badan mencit jika dibandingkan dengan mencit normal yang diberikan ransum standar. Hal ini membuktikan bahwa serat pangan yang terkandung dalam rumput laut cenderung menstabilkan berat badan mencit. Menurut Hall et al. (2012), rumput laut mengandung serat dan bahan aktif polifenol yang memegang peranan penting terhadap respon glikemik dan pengaturan berat badan. Rumput laut sebagai sumber serat pangan yang tinggi membantu memperlambat penyerapan pencernaan dan penyerapan kalori (Muhamed et al 2012). Menurut Astawan et al. (1990) dan Delzenne (2007), makanan kaya serat mempunyai beberapa keuntungan ditinjau dari segi kesehatan diantaranya mempunyai efek pengobatan pada penderita obesitas karena meningkatnya perasaan kenyang. Pengukuran kadar glukosa darah Selisih kadar glukosa darah pada tiap perlakuan disajikan pada Gambar 13. Hasil analisis ragam terhadap nilai kadar glukosa darah mencit menunjukkan adanya perbedaan (Lampiran 14). Hasil uji lanjut tukey, mencit diabetes yang diberi ransum beras tiruan rumput laut (E. cottonii atau S. polycystum) atau metformin menunjukkan nilai yang berbeda nyata dibandingkan dengan mencit normal (Lampiran 14). Hal ini disebabkan mencit dalam keadaan sehat sehingga tidak mengalami gangguan pada insulinnya. Mencit normal yang diberi makan ransum dengan penambahan rumput laut E. cotonii dan S. polycystum memperlihatkan kestabilan kadar glukosa darahnya. Pada mencit diabetes yang diberi ransum rumput laut mengalami penurunan kadar glukosa darah diduga karena serat yang terdapat pada rumput laut terutama serat pangan larut dapat memperlambat pengosongan lambung dan memperpendek waktu transit di usus sehingga memungkinkan sedikit penyerapan glukosa dan menghasilkan postprandial glikemik yang rendah. Peningkatan serat pangan di dalam diet berkaitan dengan reduksi resistensi insulin dan ini sangat bermanfaat bagi penderita diabetes (Rimbawan dan Siagian 2004). Sirait dan Sukesi (2012) melaporkan bahwa rumput laut mengandung polifenol termasuk rumput laut merah. Kadar polifenol dalam ekstrak rumput laut Eucheuma cottonii dengan menggunakan pelarut etanol sebesar 1,94 mg/g. Rumput laut coklat juga merupakan sumber tanaman yang kaya akan polifenol terutama phlorotanin. Prinsip aktifitas phlorotannin sebagai antihiperglikemik adalah pengikatan phlorotannin pada sisi aktif α- glukosidase dan α-amilase. Enzim α- glukosidase dan α-amilase adalah enzim yang berperan dalam pemecahan dan pemutusan polisakarida (pati) menjadi glukosa. Enzim α-amilase beraktivitas di rongga mulut sedang α- glukosidase di usus halus. Penghambatan aktivitas kedua enzim ini dapat menghambat kecepatan pemutusan pati sehingga glukosa darah tidak segera naik setelah mengkonsumsi makanan. Phlorotannin juga dapat meningkatkan sensitivitas insulin (Firdaus 2011). Persentase penurunan kadar gula darah pada hari ke-36 dibandingkan hari ke-9 pada mencit yang diberi perlakuan beras tiruan rumput laut atau metformin disajikan pada Tabel 10.

9 40 0,6 b 1,4 b -0,6 ab -14,6 ab -22,5 a -31,9 a -32,0 a Gambar 13 Histogram selisih kadar glukosa darah mencit (Mus musculus) selama 36 hari. Mencit normal + ransum standar (I), Mencit normal + ransum beras tiruan + E. cottonii (II), Mencit normal + Ransum beras tiruan + S. polycystum (III), Mencit diabetes + ransum standar (IV), Mencit diabetes + ransum standar + metformin (V), Mencit diabetes + ransum beras tiruan + E. cottonii (VI), Mencit diabetes + ransum beras tiruan + S. polycystum (VII). Angka-angka dalam huruf superscript yang berbeda (a,b,c,d) menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05). Pada hari ke-36, mencit yang diberi perlakuan ransum yang ditambah beras tiruan rumput laut atau metformin mengalami penurunan walaupun masih belum mencapai standar glukosa darah puasa yaitu 126 mg/dl. Penurunan kadar glukosa darah mencit yang diberi metformin berkisar 29%, sedangkan mencit yang diberi ransum yang mengandung rumput laut E.cottonii dan S.polycystum berturut-turut adalah 35% dan 41%. Berdasarkan hasil uji lanjut tukey (Lampiran 14), penurunan kadar glukosa darah mencit yang diberi metformin dan ransum yang mengandung beras tiruan rumput laut E. cottonii atau S. polycystum menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (Lampiran 14). Hal ini menunjukkan bahwa beras tiruan yang ditambahkan rumput laut dapat direkomendasikan sebagai alternatif terapi bagi para penderita diabetes melitus sebagai makanan fungsional karena dapat menurunkan kadar glukosa darah dan relatif lebih aman bagi kesehatan. Mencit diabetes yang diberi ransum standar (IV) masih memperlihatkan gejala hiperglikemik sampai pada hari ke-39 meskipun menunjukkan tren penurunan. Liu et al. (2013) melaporkan bahwa ekstrak jamur Coprinus comatus yang mengandung polisakarida dapat menurunkan kadar glukosa darah sebesar 22,9% pada hari ke-17 setelah mencit diinjeksi aloksan. Hal ini menunjukkan bahwa

10 41 polisakarida rumput laut dapat menurunkan kadar glukosa darah. Ekstrak rumput laut coklat Padina 0,5%, 0,75%, dan 1% dapat menurunkan kadar glukosa darah sebesar 30 mg/dl pada tikus wistar yang diinjeksi aloksan. Bahan aktif dan alginat yang terkandung dalam rumput laut coklat dapat menurunkan kadar glukosa darah (Mushollaeni et al. 2013). Tabel 10 Persentase penurunan kadar gula darah pada hari ke-36 dibandingkan hari ke-9 pada mencit yang diberi perlakuan beras tiruan rumput laut atau metformin. Perlakuan Kadar glukosa darah hari ke-9 (mg/dl) Kadar glukosa darah hari ke-36 (mg/dl) Persentase penurunan kadar glukosa darah (%) V 405,17 118,00 29,12 VI 450,33 161,67 35,90 VII 344,67 142,17 41,24 Keterangan : Mencit diabetes + ransum standar + metformin (V), Mencit diabetes + ransum beras tiruan + E. cottonii (VI), Mencit diabetes + ransum beras tiruan + S. polycystum (VII). Uji histopatologi pankreas Pulau Langerhans merupakan kumpulan kelenjar endokrin yang tersebar diseluruh organ pankreas, berbentuk seperti pulau dan banyak dilalui oleh kapilerkapiler darah. (a) Ransum standar (Normal) (b) Ransum E.cottonii (Normal) (c) Ransum S.polycystum (Normal) (d) Ransum standar (e) R.standar+Metformin (f) Ransum E.cottonii (g) Ransum S.polycystum Gambar 14. Profil pulau Langerhans mencit (Mus musculus). Perbesaran 100x.

11 42 Pada preparat hematoxylin dan eosin, pulau-pulau itu tampak sebagai kumpulan sel-sel berbentuk bola yang berwarna pucat yang didalamnya terdapat sel β pankreas yang bertanggung jawab untuk sekresi insulin (Bevelander dan Ramaley 1979). Mencit normal yang diberi ransum standar, ransum E. cottonii dan ransum S. polycystum (Gambar 14(a),14(b),14(c)), pulau Langerhans dalam keadaan normal. Mencit diabetes dengan ransum standar (Gambar 14(d)) terjadi peradangan yang ditunjukkan dengan banyaknya rongga intraseluler. Mencit yang diberi perlakuan ransum yang ditambah metformin, E. cottonii dan S.polycystum (Gambar 14(e),14(f),14(g)) selama 36 hari menunjukkan adanya perbaikan peradangan yang ditunjukkan dengan pulau Langerhans yang tampak lebih jelas dibandingkan dengan mencit diabetes tanpa perlakuan. Senyawa polifenol yang terkandung dalam rumput laut mampu memperbaiki kerusakan jaringan pankreas pada tikus diabetes melitus (Dewi et al. 2013). Mencit normal yang diberi ransum standar, ransum E. cottonii dan ransum S. polycystum (Gambar 15(a),15(b),15(c)), sel β pankreas teratur menyebar dan rapat di pulau Langerhans. Mencit diabetes dengan ransum standar (Gambar 15(d)) terjadi ketidakteraturan sel β pankreas dengan kerapatan yang renggang. Hal ini diduga telah terjadi kerusakan sel β pankreas akibat injeksi aloksan yang diberikan. Aloksan mampu merusak sel β pankreas sehingga menghambat kerja sekresi insulin oleh pankreas. Mencit yang diberi perlakuan ransum yang ditambah metformin, E. cottonii dan S.polycystum (Gambar 15(e),15(f),15(g)) selama 36 hari terjadi penambahan sel-sel β pankreas sehingga jauh lebih rapat dibandingkan dengan mencit diabetes tanpa perlakuan. (a) Ransum standar (Normal) (b) Ransum E.cottonii (Normal) (c) Ransum S.polycystum (Normal) (d) Ransum standar (e) R.standar+Metformin (f) Ransum E.cottonii (g) Ransum S.polycystum Gambar 15. Profil sel β pankreas mencit (Mus musculus). Perbesaran 400x.

12 43 Tabel 11 memperlihatkan rata-rata jumlah sel β pankreas pada tiap perlakuan. Hasil analisis ragam terhadap jumlah sel β pankreas menunjukkan adanya perbedaan (Lampiran 15). Kelompok mencit normal (perlakuan I,II,III) memiliki jumlah sel β pankreas rata-rata berturut-turut ± 0.05, 166,86 ± 5,26 dan 168,67±7,70 dan hasil uji lanjut tukey menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (Lampiran 25). Kelompok mencit diabetes yang hanya diberi ransum standar (perlakuan IV) menunjukkan nilai 46,47 ± 5,52. Kondisi ini memperlihatkan bahwa telah terjadi kerusakan sel-sel β pankreas. Jumlah sel β pankreas kelompok mencit diabetes yang diberi perlakuan ransum dengan penambahan metformin dan ransum yang mengandung rumput laut (perlakuan V,VI,VII) berturut-turut adalah 109,69 ± 3,01, 115,90 ± 2,42 dan 118,81 ± 2,76 dan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (Lampiran 15), namun perlakuan V,VI dan VII berbeda nyata terhadap perlakuan IV. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan Dewi et al. (2013) bahwa tikus Rattus novergicus yang diberi ekstrak rumput laut coklat selama 7 hari menunjukkan adanya perbaikan peradangan jaringan yang terlihat dari berkurangnya rongga-rongga intraseluler pada pulau Langerhans mendekati kondisi jaringan pankreas normal. Evacuasiany et al. (2005) meneliti bahwa ekstrak pare (Momordica carantia Lin) yang mengandung senyawa bioaktif dapat menstimulir pembentukan se-sel β pankreas yang baru oleh sel-sel β pankreas yang masih aktif. Tabel 11 Rata-rata jumlah sel β-pankreas pada mencit (Mus musculus). Keterangan Perlakuan Jumlah sel β pankreas I 178,34±0,05 c II 166,86±5,26 c III 168,67±7,70 c IV 46,47±5,52 a V 109,69±3,01 b VI 115,90±2,42 b VII 118,81±2,76 b : Angka-angka dalam huruf superscript berbeda (a,b,c,d) menunjukkan beda nyata (p<0.05). Mencit normal + ransum standar (I), Mencit normal + ransum beras tiruan + E. cottonii (II), Mencit normal + Ransum beras tiruan + S. polycystum (III), Mencit diabetes + ransum standar (IV), Mencit diabetes + ransum standar + metformin (V), Mencit diabetes + ransum beras tiruan + E. cottonii (VI), Mencit diabetes + ransum beras tiruan + S. polycystum (VII). Kesimpulan Mencit yang digunakan pada penelitian ini memiliki kadar glukosa darah 360 mg/dl pada hari ke-9 dengan dosis aloksan 300 mg/kg BB. Ransum rata-rata yang dikonsumsi mencit berkisar antara 3,34 5,15 g. Rata-rata ransum yang dikonsumsi mencit dalam setiap perlakuan tidak menunjukkan perbedaan nyata. Berat badan mencit normal memberikan laju peningkatan yang lebih tinggi

13 dibandingkan dengan berat badan mencit diabetes. Mencit diabetes yang diberi ransum beras tiruan rumput laut atau metformin menunjukkan penurunan nilai kadar glukosa darah yang berbeda nyata dengan mencit normal dan mencit diabetes yang diberikan ransum standar. Penurunan kadar glukosa darah mencit yang diberi metformin berkisar 29%, sedangkan mencit yang diberi ransum yang mengandung rumput laut E. cottonii dan S. polycystum berturut-turut adalah 35% dan 41%. Beras tiruan yang mengandung rumput laut E. cottonii atau S. polycystum dapat menjadi alternatif sebagai pangan fungsional bagi penderita diabetes melitus. Kelompok mencit yang diberi perlakuan ransum yang ditambah metformin, E. cottonii dan S. polycystum selama 36 hari menunjukkan adanya perbaikan pulau Langerhans serta bertambahnya sel-sel β pankreas yang nampak jauh lebih rapat dibandingkan dengan mencit diabetes tanpa perlakuan. 44

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi dan pembuatan ekstrak rimpang rumput teki (Cyperus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar glukosa darah dan histologi pankreas tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium 24 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium Zoologi dan Kimia Dasar FMIPA Universitas Lampung. Untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5 ulangan, perlakuan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian eksperimental. Penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan pengadaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuantitatif. Pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2007 sampai dengan bulan Juli 2008 di Laboratorium Bersama Hewan Percobaan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan. menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan. menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5 ulangan, perlakuan yang digunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis Hasil perhitungan konsumsi karbohidrat, protein, lemak dan sumbangan kalori dari karbohidrat, protein dan lemak dari ransum,

Lebih terperinci

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan pada hewan uji tikus putih yang diperoleh dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas Gadjah

Lebih terperinci

keterangan: T = jumlah perlakuan R= jumlah replikasi

keterangan: T = jumlah perlakuan R= jumlah replikasi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian Eksperimental. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuantitatif. Penelitian eksperimen merupakan penelitian dimana variabel yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013. Lokasi pengambilan sampel rumput laut merah (Eucheuma cottonii) bertempat di Perairan Simpenan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015.

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015. III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Pembuatan ekstrak rimpang teki dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar Jurusan Kimia. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, III. METODE PENELITIAN.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap morfologi dan histologi hepar mencit betina (Mus musculus)

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena dalam penelitian ini terdapat pengendalian perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian disertai

Lebih terperinci

MATERI. Lokasi dan Waktu

MATERI. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pelet ransum komplit

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Bandung untuk membuat teh hijau dan teh daun murbei; dan menganalisis kimia teh daun

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2008. Pembuatan biomineral dilakukan di Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi, sedangkan pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelainan metabolisme pada tubuh yang dicirikan dengan kadar gula yang tinggi atau hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies

4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies 4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies Pada penelitian ini daun yakon dipilih karena memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar glukosa darah yang telah dibuktikan dalam beberapa penelitian. Salah satu penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dasar yang menggunakan metode eksperimental. Penelitian eksperimen merupakan penelitian dimana variabel yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa Linn.) terhadap kadar transaminase hepar pada tikus (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme tubuh, termasuk dalam mekanisme keseimbangan kadar glukosa darah yang berperan penting dalam aktifitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Hewan coba yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berusia ± 2 bulan dengan berat badan gr. Subjek dibagi menjadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berusia ± 2 bulan dengan berat badan gr. Subjek dibagi menjadi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Subjek penelitian terdiri dari 21 ekor tikus putih jantan yang berusia ± 2 bulan dengan berat badan 150-200 gr. Subjek dibagi menjadi 4 kelompok dengan pembagian kelompok

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium Basah Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak orang yang masih menganggap penyakit diabetes merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang timbul karena faktor keturunan. Padahal diabetes merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava) terhadap kadar gula darah dan kadar transminase pada tikus (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok, BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan dan Desain Penelitian Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian eksperimen, rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini didesain sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu merepresentasikan aktivitas hipoglikemik yang dimiliki buah tin (Ficus carica L.) melalui penurunan kadar glukosa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian ini objek yang diteliti diberi perlakuan dan adanya kontrol sebagai pembanding. B.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri atas dua faktor. Kedua faktor yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein yang disebabkan kurangnya sekresi insulin, kurangnya sensitivitas insulin

Lebih terperinci

Lampiran 1. Identifikasi sampel

Lampiran 1. Identifikasi sampel Lampiran 1. Identifikasi sampel 48 Lampiran 2. Gambar 3.1 Teripang segar Pearsonothuria graeffei (Semper,1868) 49 Lampiran 2. (Lanjutan) Gambar 3.2 Teripang kering Pearsonothuria graeffei (Semper,1868)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava L) terhadap kadar gula darah dan gambaran histologi pankreas pada tikus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes merupakan salah satu penyakit yang kerap terjadi pada masyarakat saat ini. Ketua Federasi Diabetes Internasional untuk kawasan Asia Fasifik yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola perilaku makan seseorang dibentuk oleh kebiasaan makan yang merupakan ekspresi setiap individu dalam memilih makanan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar Superoksida Dismutase (SOD) dan Malondialdehide (MDA)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Identifikasi sampel

Lampiran 1. Identifikasi sampel Lampiran 1. Identifikasi sampel 74 Lampiran 2.Rekomendasi persetujuan etik penelitian 75 Lampiran 3. Gambar nanas segar Gambar Buah Nanas Segar Gambar Makroskopik Kulit Buah Nanas Segar 76 Lampiran 4.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes adalah penyakit tertua didunia. Diabetes berhubungan dengan metabolisme kadar glukosa dalam darah. Secara medis, pengertian diabetes mellitus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) terhadap perkembangan folikel ovarium mencit (Mus musculus) ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 200 SM sindrom metabolik yang berkaitan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein, diberi nama diabetes oleh Aretaeus, yang kemudian dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berkembang, sehingga banyak menimbulkan perubahan baik dari pola hidup maupun pola makan. Pola hidup seperti kurang berolahraga dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas Pendidikan Indonesia dan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah eksperimen karena dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah eksperimen karena dalam 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah eksperimen karena dalam penelitian ini diadakan manipulasi terhadap obyek penelitian serta diadakan kontrol terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.hewan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.hewan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.hewan coba yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group design. B. Subyek Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012). BAB III METODE PENILITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012). Pemeliharaan dan perlakuan terhadap hewan coba dilakukan di rumah hewan percobaan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2009 di Laboratorium Pemulian Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, sedangkan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Pegagan (Centella asiatica) adalah salah satu tumbuhan herbal yang dapat tumbuh

1. PENDAHULUAN. Pegagan (Centella asiatica) adalah salah satu tumbuhan herbal yang dapat tumbuh 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Pegagan (Centella asiatica) adalah salah satu tumbuhan herbal yang dapat tumbuh di negara tropis seperti Indonesia. Pegagan merupakan tanaman rumput-rumputan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Hal ini karena pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN PUSAT STUDI OBAT BAHAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Tanaman Pada penelitian ini digunakan Persea americana Mill yang diperoleh dari perkebunan Manoko, Lembang, sebanyak 800 gram daun alpukat dan 800 gram biji alpukat.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain rancangan acak lengkap (RAL). B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Kandang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Laboratorium Lapang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimen karena dalam penelitian ini menggunakan variabel yang akan diteliti (variabel terikat)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan the

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan the 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan the post test only group design. Penelitian eksperimental bertujuan untuk mengetahui kemungkinan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada Bab 1 ini akan dipaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis, dan manfaat penelitian yang dilakuakan. 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit

Lebih terperinci

Lampiran 1 Rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan

Lampiran 1 Rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan Lampiran 1 Rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan 48 Lampiran 2 Hasil determinasi tumbuhan daun Lidah mertua (Sansevieria trifasciata var.laurentii) 49 Lampiran3 Gambar hasil makroskopik Daun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perkembangan teknologi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat, salah satu dampak negatifnya ialah munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti Diabetes

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental, dengan rancangan acak lengkap dan menggunakan pendekatan posttest only control design

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik yang ditandai oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Hewan coba

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang untuk proses pembuatan silase daun singkong,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN mg/dl. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah

PENDAHULUAN mg/dl. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan umumnya mengandung karbohidrat, lemak dan protein. Salah satu monomer penyusun utama karbohidrat adalah glukosa yang berfungsi sebagai sumber utama energi bagi tubuh.

Lebih terperinci

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina Lama bunting Kawin sesudah beranak Umur sapih Umur dewasa kelamin Umur dikawinkan Siklus kelamin poliestrus (birahi) Lama estrus Saat perkawinan Berat lahir Berat dewasa Jumlah anak perkelahiran Kecepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adella Anfidina Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adella Anfidina Putri, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperglikemia adalah kondisi kadar gula darah (glukosa) yang tinggi. Pada semua krisis hiperglikemik, hal yang mendasarinya adalah defisiensi insulin, relatif ataupun

Lebih terperinci

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DA METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen, karena terdapat manipulasi pada objek penelitian dan terdapat kelompok kontrol (Nazir, 2003).

Lebih terperinci

UJI EFEK HIPOGLIKEMIK EKSTRAK ETANOL BATANG PARANG ROMANG (Boehmeria virgata (Forst) Guill) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) JANTAN

UJI EFEK HIPOGLIKEMIK EKSTRAK ETANOL BATANG PARANG ROMANG (Boehmeria virgata (Forst) Guill) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) JANTAN UJI EFEK HIPOGLIKEMIK EKSTRAK ETANOL BATANG PARANG ROMANG (Boehmeria virgata (Forst) Guill) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) JANTAN Muhammad Rusdi 1, Jumratul Jannah 2, Sitti Fauziah Noer 2, Hasyim Bariun

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Mei 2009. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA 19 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitan dengan judul Tampilan Protein Darah Laktosa dan Urea Susu akibat Pemberian Asam Lemak Tidak Jenuh Terproteksi dan Suplementasi Urea pada Ransum Sapi FH dilakukan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein 59 4. PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan pengujian peran sorbet buah naga yang ditambahkan isolat protein Spirulina platensis pada perubahan kadar gula darah. Pengujian dilakukan uji in vivo menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Dorlan, 2012). disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan

I. PENDAHULUAN. dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Dorlan, 2012). disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas adalah peningkatan berat badan melampaui batas kebutuhan fisik dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Dorlan, 2012). Obesitas terjadi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 22 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi, Farmasi dan Patologi Anatomi. 4.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina dalam fase

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina dalam fase 24 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina dalam fase grower berumur 4 bulan dengan simpangan baku bobot badan

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modernisasi menyebabkan dampak perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi khususnya di kota-kota besar di Indonesia yang berakibat pada meningkatnya berbagai macam penyakit

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proksimat Sampel Tabel 8 menyajikan data hasil analisis proksimat semua sampel (Lampiran 1) yang digunakan pada penelitian ini. Data hasil analisis ini selanjutnya

Lebih terperinci

Pengukuran Laju Metabolisme Berdasarkan Konsumsi O2. Tujuan: Mengukur laju metabolisme berdasarkan konsumsi O2 102CO2 + 92H2O

Pengukuran Laju Metabolisme Berdasarkan Konsumsi O2. Tujuan: Mengukur laju metabolisme berdasarkan konsumsi O2 102CO2 + 92H2O Metabolisme Pengukuran Laju Metabolisme Berdasarkan Konsumsi O2 Tujuan: Mengukur laju metabolisme berdasarkan konsumsi O2 Dasar teori Hewan dalam hidupnya selalu memerlukan energi untuk pertumbuhan, produksi,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin majunya zaman, mulai timbul berbagai macam penyakit tidak menular, yang berarti sifatnya kronis, dan tidak menular dari orang ke orang. Empat jenis penyakit

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi dua bagian yaitu penyakit

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi dua bagian yaitu penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi dua bagian yaitu penyakit menular dan penyakit tidak menular. Perkembangan penyakit menular dari waktu ke waktu cenderung lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015. 19 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015. Penginduksian zat karsinogen dan pemberian taurin kepada hewan uji dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,

BAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan, 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pemeliharaan, perlakuan, pengamatan jumlah, morfologi, viabilitas, dan motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM), merupakan penyakit yang dikenal di masyarakat awam dengan sebutan kencing manis. Sebutan tersebut bermula dari penderita DM yang kadar glukosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein (Ebadi, 2007). Diabetes mellitus juga dikenal sebagai penyakit

Lebih terperinci