EFEKTIVITAS SENAM DISMENORE DALAM MENGURANGI DISMENORE PADA REMAJA PUTRI. Achmad Suparto STKIP PGRI Sumenep ABSTRACT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS SENAM DISMENORE DALAM MENGURANGI DISMENORE PADA REMAJA PUTRI. Achmad Suparto STKIP PGRI Sumenep ABSTRACT"

Transkripsi

1 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei EFEKTIVITAS SENAM DISMENORE DALAM MENGURANGI DISMENORE PADA REMAJA PUTRI Achmad Suparto STKIP PGRI Sumenep ABSTRACT Dismenore is the pain that is felt by teenagers when having menstruation. Dismenore is caused by the imbalance of progesterone hormone in blood, prostaglandin,and psychological factors that cause dismenore to some adolescents. The pain when having menstruation is often felt by most of the women. Based on the data of previous research, dismenore can disturb approximately 50% of the women in reproduction period, and % to the teenage age. It causes them to be absent from their school and office. To overcome the problem, some women use medicines that function curatively. This research will give simple therapy alternatives which are preventive and can be done easily. The purpose of this research was to know the effectivness of dismenore when teenagers get menstruation. This research was done on March until April 2009 were using quasi experiment in one group (one group pre test post test design). The samples were taken using purposive sampling technique, for 15 respondent. The research result was analyzed using T-test, which was paired simple T- test since the distribution of the samples were normal. The result showed that t value > t table (1.761) and the significancy value of paired sample T-test was and the value was < (ά) 0.05 from the significancy values 95%. It meant that Ho was rejected and Ha was accepted. It could be concluded that the effectiveness hypothesis of dismenore gymnastics in decreasing dismenore pain of teenagers was accepted. The next research was suggested to add the number of respondents, pay attention to the psychical factors which could influence the effectiveness of dismenore gymnastics and the need of observation and the fixed time of gymnastics implementation so that dismenore gymnastics can be done correctly, continuously and seriously. Keyword : Dismenore, teenagers, dismenore gymnastics PENDAHULUAN Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial (F.J Monks, Koers,Haditomo,2002). Perubahan paling awal muncul yaitu perkembangan secara biologis. Salah satu tanda keremajaan secara

2 2 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011 biologi yaitu mulainya remaja mengalami menstruasi. Menstruasi dimulai saat pubertas dan kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak atau masa reproduksi. Menstruasi biasanya dimulai antara usia 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Walaupun begitu, pada kenyataannya banyak wanita yang mengalami masalah menstruasi, diantaranya nyeri haid/ dismenore (Sumudarsono,1998). Nyeri haid/ dismenore m e r u p a k a n a d a l a h k e t i d a k s e i m b angan h o r m o n progesteron dalam darah sehingga mengakibatkan rasa nyeri timbul, faktor psikologis juga ikut berperan terjadinya dismenore pada beberapa wanita. Wanita pernah mengalami dismenore sebanyak 90%. Masalah ini setidaknya mengganggu 50% wanita masa reproduksi dan 60-85% pada usia remaja, yang mengakibatkan banyaknya absensi pada sekolah maupun kantor. Pada umumnya 50-60% wanita diantaranya memerlukan obatobatan analgesik untuk mengatasi masalah dismenore ini (Annathayakheisha, 2009). Latihan-latihan olahraga yang ringan sangat dianjurkan untuk mengurangi dismenore. Olahraga/ senam merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri. Hal ini disebabkan saat melakukan olahraga/ senam tubuh akan menghasilkan endorphin. Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak sehingga menimbulkan rasa nyaman (Harry,2007). Dari hasil penelitian ternyata dismenore lebih sedikit terjadi pada olahragawati dibandingkan wanita yang tidak melakukan olahraga/ senam (Sumudarsono, 1998). Dari uraian diatas dan mengingat sering timbulnya masalah dismenore pada remaja yang dapat mengganggu aktivitas belajar mengajar maka perlu adanya penelitian untuk mencari alternative terapi yang mudah dilakukan dan tidak memerlukan biaya untuk mencegah dan mengatasi masalah dismenore tersebut dengan senam dismenore dalam mengurangi maupun mengatasi masalah nyeri haid ini. Tujuan dari penelitian ini yaitu 1). Untuk mengetahui dan menganalisa efektivitas dari senam dismenore dengan adanya perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah melakukan senam dismenor pada remaja putri 2). Mengukur perbedaan tingkatan nyeri siswa saat mengalami dismenore sebelum dan setelah melakukan senam dismenore. Manfaat dari penelitian ini antara lain a). Dapat membantu remaja yang

3 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei mengalami dismenore dalam mengurangi dan mencegah nyeri saat menstruasi sehingga dapat mengikuti pembelajaran dari awal hingga akhir mata pelajaran b). Sebagai informasi bagi institusi pendidikan bahwa senam merupakan salah satu alternatif terapi untuk mengatasi dan mengurangi siswa-siswa yang mengalami dismenore sehingga mereka dapat lebih berkonsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran dan dapat mengajarkan gerakan senam tersebut kepada siswa-siswanya c). Dapat menjadikan senam sebagai salah satu alternatif terapi ke dalam intervensi yang diterapkan perawat untuk memberikan pelayanan asuhan keperawatan bagi masalah dismenoreyang sering dialami remaja d). Memberi pengalaman baru bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian dan dapat mengetahui keefektifan terapi senam secara langsung dalam menangani masalah dismenore remaja dan mengaplikasikan teori yang telah didapat untuk mengatasi masalah dismenore pada peneliti sendiri. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan quasi eksperimen dalam satu kelompok (one group pre test post test design). Karena rancangan ini merupakan bentuk desain eksperimen yang lebih baik validitas internalnya daripada pre-eksperimen namun lebih lemah dari true eksperimen. Dengan mengobservasi sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Kelompok diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi kembali setelah intervensi di lain waktu yang telah ditentukan (Setiadi,2007). Di sini peneliti mengukur pengalaman skala nyeri remaja yang mengalami dismenore pada bulan lalu sebelum melakukan senam dismenore, kemudian diukur skala nyeri kembali setelah melakukan senam dismenore saat siklus menstruasi bulan berikutnya. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dimana purposive sampling didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, dengan ciri dan syarat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoadmojo, 2005). Berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti maka populasi yang telah ditetapkan untuk diambil sampel adalah 15 orang. Variabel dalam penelitian ini adalah Variabel Independen dan Variable dependen. 1. Variabel Independen Senam Dismenore a) Definisi Operasional Teknik relaksasi merupakan salah satu teknik dalam memberikan kondisi yang

4 4 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011 nyaman dan rileks pada remaja saat mengalami dismenore dengan melakukan senam dismenore gerakan sederhana minimal selama 3 hari sebelum menstruasi setiap pagi dan atau sore hari. Diharapkan senam tersebut memberikan efek dalam mengurangi dan mencegah dismenore. Karena senam dapat menyebabkan tubuh menjadi relaks dengan menghasilkan hormon endorphin. b) Alat ukur Berupa gerakan senam sederhana yang dilakukan minimal 3 hari sebelum menstruasi pada pagi dan atau sore hari. 2. Variabel dependen a) Nyeri saat menstuasi sebelum melakukan senam 1) Definisi Operasional Perasaan tidak nyaman yang dirasakan remaja saat menstruasi akibat kontraksi uterus (dismenore) sebelum melakukan teknik relaksasi dengan senam gerakan sederhana. 2) Alat Ukur Lembar skala nyeri Universal Pain Assessment Tool yang menampilkan tingkatan nyeri 1-10 dan ekspresi wajah yang ditampilkan dan lembar kuesioner untuk mengetahui lebih mendalam tentang siswa yang mengalami dismenore (Kristiono, 2007). b) Nyeri saat menstuasi setelah melakukan senam 1) Definisi Operasional Perasaan tidak nyaman yang dirasakan remaja saat menstruasi akibat kontraksi uterus (dismenore) sebelum melakukan teknik relaksasi dengan senam gerakan sederhana. 2) Alat Ukur Lembar skala nyeri Universal Pain Assessment Tool yang menampilkan tingkatan nyeri 1-10 dan ekspresi wajah yang ditampilkan dan lembar kuesioner untuk mengetahui lebih mendalam tentang siswa yang mengalami dismenore (Kristiono, 2007). Peneliti mengidentifikasi remaja putri yang mengalami dismenore,

5 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei mengidentifikasi skala nyeri dismenore yang mereka rasakan dari pengalaman menstruasi bulan lalu, serta waktu remaja tersebut mengalami menstruasi dengan menyebar lembar observasi sebagai tahap pretest. Melakukan pendekatan pada remaja-remaja putri tersebut satu persatu dan melakukan kontrak tempat dan waktu. Kemudian peneliti menjelaskan tujuan dan maksud dari pertemuan yang telah disepakati dan memberikan surat kesediaan mereka menjadi responden. Peneliti mengajarkan tentang gerakan senam dismenore dan tata cara pelaksanaan, kemudian membuat kesepakatan agar remaja bersedia untuk melakukan senam dismenore tersebut di rumah selama minimal 3 hari sebelum menstruasi setiap pagi dan atau sore hari. Peneliti memantau remaja tersebut dengan bertemu langsung dengan remajaremaja putri tersebut untuk memastikan remaja tersebut, terus bersedia melakukan senam yang telah diajarkan sesuai aturan secara mandiri di rumah. Untuk post test, didapatkan setelah remaja tersebut mengalami dismenore saat menstruasi dan telah melakukan senam selama minimal 3 hari sebelum menstruasi, kemudian diukur skala nyeri yang dirasakan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam waktu tersebut telah didapatkan 15 responden remaja putri yang mengalami dismenore. Responden-responden tersebut telah memenuhi kriteria inklusi dan telah melakukan senam dismenore untuk mengetahui kefektifan senam tersebut dalam mengatasi maupun mengurangi nyeri haid/dismenore. Tabel 1. Distribusi Frekuensi tingkatan skala nyeri sebelum melakukan senam dismenore pada remaja di SMU N 2 Sumenep bulan Maret-April 2009 n = 15 Skala nyeri Nyeri ringan f Prosentase (%) 1 7 Nyeri sedang 8 53 Nyeri berat 6 40 Jumlah Dari tabel diatas menunujukkan tingkatan nyeri sebelum melakukan senam dismenore terbanyak adalah siswa dengan skala nyeri sedang sejumlah 8 siswa (53%). Untuk skala nyeri ringan sejumlah 1 orang siswa (7%) dan skala nyeri berat sebanyak 6 orang siswa (40%).

6 6 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011 Tabel 2. Distribusi Frekuensi tingkatan skala nyeri setelah melakukan senam dismenore pada remaja di SMU N 2 Sumenep bulan Maret-April 2009 n = 15 Skala nyeri f Prosentase (%) Nyeri ringan 11 73,33 Nyeri sedang 4 26,67 Nyeri berat 0 0 Jumlah Tabel diatas menunjukkan perubahan skala nyeri setelah melakukan senam dismenore dengan skala nyeri ringan sebanyak 11 orang siswa (73,33%) dan skala nyeri sedang sebanyak 4 orang siswa (26,67%). Tabel 3. Hasil Uji Paired Sample Test efektivitas senam dismenore dalam mengurangi dismenore di SMU N 2 Sumenep pada bulan Maret-April 2009 n = 15 Uji Paired Sample t-test didapatkan nilai signifikansi yaitu 0,000 yang nilainya lebih kecil dari taraf kesalahan (α) 0,05 atau dengan signifikansi 95 % dan nilai mean 3,733, standart deviasi 3,195, standart error mean 0,825. Nilai t tabel adalah 1,761, maka daerah penerimaan Ho antara -1,761 sampai dengan 1,761. Pada penelitian ini, nilai t hitung 4,525, maka nilai di luar daerah penerimaan Ho, artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat diputuskan bahwa hipotesis efektifitas senam dismenore dalam mengurangi nyeri haid/ dismenore pada remaja diterima. Dismenore atau nyeri haid adalah normal, namun dapat berlebihan apabila dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis seperti stress serta pengaruh dari hormon prostaglandin dan progesteron. Selama dismenore, terjadi kontraksi otot rahim akibat peningkatan prostaglandin sehingga menyebabkan vasospasme dari arteriol uterin yang menyebabkan terjadinya iskemia dan kram pada abdomen bagian bawah yang akan merangsang rasa nyeri di saat datang bulan (Robert dan David, 2004). Pengeluaran prostaglandin F2alfa dipengaruhi oleh hormon progesteron selama fase luteal dari siklus menstruasi dan mencapai puncaknya pada saat menstruasi (Wiknjosastro, 1999). Siswa yang mengalami dismenore menyatakan mereka minum obat atau jamu untuk mengatasi nyeri saat haid/dismenore. Untuk itu perlu adanya alternatif lain yang bersifat preventif untuk mengatasi dismenore. Setelah

7 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei melakukan senam dismenore terbukti sebagian besar siswa melaporkan adanya perubahan dalam rasa nyeri yang mereka rasakan. Olahraga atau senam dismenore ini merupakan salah satu teknik relaksasi. Olahraga atau latihan fisik dapat menghasilkan hormon endorphin. Endorphin adalah neuropeptide yang dihasilkan tubuh pada saat relaks/ tenang. Endorphin dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak yang melahirkan rasa nyaman dan meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh untuk mengurangi rasa nyeri pada saat kontraksi. Olahraga terbukti dapat meningkatkan kadar b-endorphin empat sampai lima kali di dalam darah. Sehingga, semakin banyak melakukan senam/olahraga maka akan semakin tinggi pula kadar b- endorphin. Ketika seseorang melakukan olahraga/senam, maka b- endorphin akan keluar dan ditangkap oleh reseptor di dalam hipothalamus dan sistem limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi. Peningkatan b-endorphin terbukti berhubungan erat dengan penurunan rasa nyeri, peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu makan, kemampuan seksual, tekanan darah dan pernafasan (Harry,2007). Sehingga olahraga atau senam akan efektif dalam mengurangi masalah nyeri terutama nyeri dismenore. Tubuh bereaksi saat mengalami stress. Faktor stress ini dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Tanda pertama yang menunjukan keadaan stress adalah adanya reaksi yang muncul yaitu menegangnya otot tubuh individu dipenuhi oleh hormon stress yang menyebabkan tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, dan pernafasan meningkat. Disisi lain saat stress, tubuh akan memproduksi hormon adrenalin, estrogen, progesteron serta prostaglandin yang berlebihan. Estrogen dapat menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan, sedangkan progesteron bersifat menghambat kontraksi. Peningkatan kontraksi secara berlebihan ini menyebabkan rasa nyeri. Selain itu hormon adrenalin juga meningkat sehingga menyebabkan otot tubuh tegang termasuk otot rahim dan dapat menjadikan nyeri ketika haid (Handrawan, 2008). KESIMPULAN DAN SARAN Hasil data dan analisa yang telah dilakukan maka dapat dikatakan bahwa senam dismenore efektif untuk mengurangi dismenore pada remaja. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah

8 8 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011 responden, memperhatikan faktor psikis yang dapat mempengaruhi keeefektifan senam dismenore dan diharapkan dalam pelaksanaan penelitian perlu adanya pemantauan dalam melaksanakan senam dan waktu senam ditetapkan secara pasti sehingga responden dapat dipantau dan senam dismenore benar-benar dilakukan dengan gerakan yang benar, rutin dan serius/rileks. Karena semakin rutin dan serius/rileks dalam melaksanakannya maka keefektifan senam dismenore ini akan dapat nyatakan hasilnya. DAFTAR PUSTAKA F.J. Monks, Koers, Haditomo.S.R Psikologi perkembangan : pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Sumodarsono,S Pengetahuan praktis kesehatan dalam olahraga. Jakarta : PT.Gramedia. Annathayakeishka. Nyeri haid Available at Diposkan tanggal 10 Januari Harry. Mekanisme endorphin dalam tubuh Available at + endorphin + dalam + tubuh. Diposkan tanggal 10 Januari 2009 Setiadi Konsep dan penulisan riset keperawatan. Cetakan pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu. Notoadmojo, S Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Dempsey, Patricia Ann dan Arthur Riset keperawatan buku ajar dan latihan. Alih bahasa : Palupi Widiastuti. Edisi 4. Jakarta : EGC. Kristiono. Perkembangan psikologi remaja Available at April 23, Diposkan tanggal 10 januari Robert dan David Apa yang ingin diketahui remaja tentang seks. Jakarta : Bumi Aksara. Wiknjosastro.H Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan bina pustaka. Adil, S. Tingkatannyeri Available at Diposkan tanggal 25 Desember Handrawan.H Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan bina pustaka.

9 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG PROFESIONALISME GURU DAN MINAT SISWA DENGAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PENJASORKES Sunardi Universitas Sebelas Maret ABSTRACT The purpose of this research is: (1) To See correlation between student perceptions of teacher professionalism penjasorkes subjects with the results of learning subjects penjasorkes, (2) To See correlation between the interest the students towards subjects penjasorkes with the results of learning subjects penjasorkes, and (3) To See correlation between student perceptions of teacher professionalism penjasorkes subjects and student interests against penjasorkes subjects with subjects learning outcomes students. This study used descriptive correlation approach. The population of this study was the students semester 2 class XI IPS Surakarta SMA Negeri 5 academic year 2009/2010 some 200 were students. Determination of the number of samples using the formula of Isaac and Michael in order to obtain 127 people as respondents. Samples taken by simple random sampling using lottery. Data collection technique for variable student perception about the professionalism of teaching staff, penjasorkes (X 1 ) and interest the students towards subjects penjasorkes (X 2 ) used questionnaire, the variable Y is used to value students' report cards. The data analysis technique used is the technique of correlation analysis and multiple linear regression. Based on the research conclusions were taken: (1) There is a significant positive relationship between students 'perception about the professionalism of teaching staff, penjasorkes (X 1 ) with the results of learning subjects penjasorkes students (Y), (2) There was a significant positive relationship between students' interests against foreign penjasorkes lessons (X 2 ) with the results of learning subjects penjasorkes students (Y), (3) There was a significant positive relationship between students' perceptions about the professionalism of teaching staff, penjasorkes (X 1 ) and interest the students towards subjects penjasorkes (X 2 ) with learning outcomes eye penjasorkes lesson students (Y).

10 10 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011 Keyword : teacher professionalism, interest the students, results of learning physical education. PENDAHULUAN Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. J. S. Husdarta (2009: 18) menyatakan, Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Dalam kegiatan belajar mata pelajaran penjasorkes (pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan) terjadi interaksi antara siswa dengan gurunya yang dikenal dengan istilah interaksi paedagogis. Menurut Uyoh Saduloh (2010: 143), Interaksi paedagogis pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara anak didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Dari interaksi ini akan timbul persepsi yang berbeda-beda dari masingmasing siswa tentang profesionalisme dari guru tersebut. Contoh adanya persepsi negatif dari siswa tentang guru mata pelajaran penjasorkes adalah siswa tidak bisa menghargai namun takut kepada gurunya. Hal ini dipicu dari beberapa hal seperti dinyatakan beberapa praktisi bahwa guru mata pelajaran penjasorkes secara umum belum menunjukkan profesionalnya. Contohnya yaitu: guru mengajar hanya duduk di pinggir lapangan, sedangkan siswa suruh latihan sendiri tanpa ada motivasi, penghargaan, dan perhatian yang serius. Contoh yang lain guru mengajar hanya secara tradisional yaitu tanpa menggunakan media dan metode yang sesuai dengan yang seharusnya. Selain itu pola mengajar guru mata pelajaran penjasorkes yang masih konvensional. Pembelajaran yang diberikan oleh guru kurang adanya variasi sehingga terkesan membosankan. Kasus yang sering terjadi adalah penyampaian materi dan pengambilan nilai pada hari yang sama. Hal ini kurang menarik bagi siswa karena siswa dituntut untuk belajar melakukan suatu aktifitas olahraga, misalnya lempar cakram pada jam pertama pelajaran untuk kemudian dituntut harus mampu mempraktikkannya dengan benar dalam ujian pada jam

11 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei kedua. Sementara pada waktu lain, siswa tidak diberikan materi secara khusus dan dibebaskan untuk melakukan aktifitas jasmani pada jam pelajaran penjasorkes. Pola pembelajaran yang terkesan kurang diperhatikan secara khusus oleh guru mata pelajaran penjasorkes dan siswa tersebut dipastikan akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Driscoll dalam Hamzah B. Uno (2009: 15) menyatakan ada dua hal yang perlu diperhatikan terutama oleh guru dan siswa dalam belajar, yaitu: (1) belajar adalah suatu perubahan yang menetap dalam kinerja seseorang, dan (2) hasil belajar yang muncul dalam diri siswa merupakan akibat atau hasil dari interaksi siswa dengan lingkungan. Dari pernyataan Driscoll tersebut dapat disimpulkan apabila proses belajar tidak berjalan dengan benar, maka hasil belajar tidak akan maksimal. Harapan yang timbul dari suatu proses belajar adalah agar hasil belajar siswa baik. Namun, dewasa ini kebanyakan anak-anak dan remaja kurang memiliki minat yang baik terhadap aktifitas jasmani baik itu di sekolah maupun diluar sekolah. Hal ini tercermin pada aktifitas siswa pada saat mengikuti pelajaran penjasorkes di sekolah. Beberapa siswa lebih menyukai bermain dengan teman dan kurang memperhatikan ketika guru menyampaikan materi pelajaran. Mereka hanya mau melakukan aktifitas jasmani sesuai dengan instruksi guru hanya pada saat pengambilan nilai. Kenyataan tersebut seolah menunjukkan bahwa siswa mengikuti mata pelajaran penjasorkes hanya sekedar untuk memperoleh nilai dan bukan karena siswa tertarik untuk mengikuti dan memiliki minat yang baik terhadap mata pelajaran penjasorkes. PEMBAHASAN Persepsi a. Pengertian Persepsi Persepsi berasal dari bahasa Inggris yaitu kata perception, yang diambil dari bahasa latin perceptio, yang berarti menerima atau mengambil. Menurut Leavitt dalam Desmita (2009: 117), Perception dalam pengertian sempit adalah penglihatan, yaitu bagaimana seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas, perception adalah pandangan, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat penting. Hal ini memungkinkan manusia untuk mengetahui dan memahami dunia sekelilingnya. Persepsi diawali melalui sebuah penginderaan dari stimulus yang diterima seseorang, stimulus tersebut dilanjutkan sebagai sebuah proses persepsi untuk kemudian

12 12 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011 diinterpretasikan. Dengan persepsi, manusia dapat menangkap dan memaknai berbagai fenomena, informasi atau data yang senantiasa mengitarinya. Riset mengenai persepsi menunjukkan bahwa individu yang berbeda dapat melihat hal yang sama namun memahaminya secara berbeda. Individu menginterpretasikan apa yang dilihat dan menyebutnya sebagai realitas. Persepsi sebagai sebuah konstruk psikologis akan sulit diartikan secara utuh atau dijabarkan dengan tepat dalam sebuah rumusan, namun berdasar pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan tanggapan atau penilaian seseorang terhadap rangsangan (stimulus) yang diterima melalui alat inderanyanya, dimana rangsangan itu dapat berupa fenomena, benda mati, maupun individu lain. b. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persepsi Guna memahami persepsi lebih dalam, perlu diketahui faktor-faktor yang berperan dalam persepsi. Bimo Walgito (2004: 90) menyatakan, Beberapa faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu (1) Objek atau stimulus yang dipersepsi; (2) Alat indera dan syaraf-syaraf serta pusat susunan syaraf, yang merupakan syarat fisiologis; dan (3) Perhatian yang merupakan syarat psikologis. c. Prinsip-Prinsip Persepsi Perlu dipahami mengenai prinsip-prinsip persepsi agar tidak terjadi salah interpretasi atau salah pengertian. Slameto (2010: ) mengemukakan lima prinsip dasar tentang persepsi, yaitu: (1) Persepsi itu relatif bukannya absolut, (2) Persepsi itu selektif, (3) Persepsi itu mempunyai tatanan, (4) Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan (penerima rangsangan), dan (5) Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh bebeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama. d. Komponen Persepsi Persepsi sebagai suatu interaksi antara manusia dengan lingkungan maupun dengan manusia lain terdapat beberapa komponen pembentuknya. Desmita (2009: 120) menyatakan, Persepsi meliputi suatu interaksi rumit yang melibatkan setidaknya tiga komponen utama, yaitu: seleksi, penyusunan, dan penafsiran. Profesionalisme Guru a. Pengertian Profesi dan Profesionalisme

13 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei Istilah profesi berasal dari bahasa Inggris profession yang berakar dari bahasa latin profesus yang memiliki arti mengakui atau menyatakan mampu atau ahli dalam suatu pekerjaan. Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan, melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Profesionalisme guru dalam pendidikan diartikan bahwa guru haruslah orang yang memiliki insting pendidik, paling tidak mengerti dan memahami siswa. Guru harus menguasai secara mendalam minimal satu bidang keilmuan. Guru harus memiliki sikap integritas profesional. Dengan integritas itulah, guru menjadi teladan atau role model bagi siswanya. Empat kompetensi dasar seorang pendidik yaitu Kompetensi Paedagogi, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional, Kompetensi Sosial. Untuk dapat menangani tugas dalam proses belajar-mengajar, menurut Husdarta (2009: 64) sekurang-kurangnya ada lima kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh guru penjaskes, yaitu: (1) Penghayatan tentang landasan falsafah profesi dan sikap sebagai profesional; (2) Kemampuan menerapkan prinsip dan teori yang tersumber dari ilmu keolahragaan kedalam praktik pembinaan; (3) Kemampuan dalam cabang olahraga atau pemahaman tentang tugas gerak; (4) Pengelolaan proses belajar mengajar; (5) Keterampilan sosial, termasuk kepemimpinan. Seseorang guru pendidikan jasmani saat sekarang dan mendatang sangat dituntut profesionalismenya. Hal ini selaras dengan persaingan dalam beberapa aspek, yaitu aspek sosial, teknologi, dan kemanusiaan, karena persyaratan kemampuan seseorang yang profesional untuk melakukan pekerjaan semakin meningkat. Dalam pembelajaran penjasorkes, seorang guru penjasorkes saat sekarang dan mendatang sangat dituntut profesionalismenya. Hal ini selaras dengan persaingan dalam beberapa aspek, yaitu aspek sosial, teknologi, dan kemanusiaan, karena persyaratan kemampuan seseorang yang profesional untuk melakukan pekerjaan semakin meningkat. Profesi guru pendidikan jasmani secara umum sama dengan guru mata pelajaran yang lain pada umumnya, namun secara khusus ada letak perbedaan yang prinsip dan ini merupakan ciri khas tersendiri. Guru pendidikan jasmani tentunya telah melewati sebuah proses pendidikan melalui suatu lembaga pendidikan yang profesional pula sehingga

14 14 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011 tercapai kompetensi yang diharapkan, serta layak dan mampu untuk mengajar. Sehingga diharapkan seorang guru pendidikan jasmani memiliki kompetensi sebagai berikut: Minat 1) Pengetahuan disiplin keilmuan Pengetahuan tentang dimensi filosofis pendidikan jasmani termasuk etika sebagai aturan dan profesi. 2) Pengetahuan dan keterampilan professional. Komponen ini meliputi aspek humanistik dan tingkah laku tentang pendidikan profesi. 3) Pengetahuan dan keterampilan kependidikan. Komponen ini termasuk belajar dan mengajar penerapan teori dan aplikasi professional dari batang tubuh pengetahuan. a. Pengertian Minat Minat (interest), adalah keadaan mental yang menghasilkan respon terarah kepada sesuatu, situasi atau obyek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan kepadanya (statisfiers). Slameto (2010: 180) mendefinisikan, Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Heru Suranto (2005: 30) mengemukakan bahwa, Minat dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk memilih dan atau melakukan sesuatu hal atau obyek tertentu, diantara sejumlah obyek yang tersedia. Minat muncul dari masingmasing individu ketika dihadapkan pada beberapa pilihan akan benda, aktifitas atau hal tertentu untuk kemudian menentukan satu sebagai pilihannya. Seseorang yang menginginkan berprestasi dalam bidang tertentu, secara pasti memiliki minat yang tinggi pada bidang tersebut. Demikian juga minat dapat menimbulkan sikap yang merupakan suatu kesiapan berbuat bila ada stimulus sesuai dengan keadaan tersebut. Timbulnya minat seseorang disebabkan oleh beberapa hal, yaitu rasa tertarik atau rasa senang, perhatian dan kebutuhan. Minat timbul karena perasaan senang serta tendensi yang dinamis untuk berperilaku atas dasar ketertarikan seseorang pada jenis-jenis kegiatan tertentu. Perasaan senang seseorang akan menimbulkan dorongandorongan dalam dirinya untuk segera beraktifitas. Sehubungan dengan minat terhadap salahsatu mata pelajaran, dapat disimpulkan bahwa minat merupakan sumber motivasi intrinsik bagi seseorang untuk

15 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei memperoleh sesuatu yang diminatinya. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Minat seseorang tidak timbul secara tiba-tiba. Minat tersebut ada karena pengaruh dari beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa, yaitu faktor Internal, faktor Eksternal Faktor-faktor yang menimbulkan minat pada diri seseorang terhadap sesuatu dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Faktor kebutuhan dari dalam. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan. 2. Faktor motif sosial. Timbulnya minat dalam diri seseorang dapat didorong oleh motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, penghargaan dari lingkungan dimana ia berada. 3. Faktor emosional. Faktor yang merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap suatu kegiatan atau objek tertentu. Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran Penjasorkes Seringkali masyarakat rancu pada pengertian penjas dan olahraga. Pada dasarnya penjas dan olahraga adalah berbeda. Menurut Husdarta (2009: 21), Penjas berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga. Selanjutnya, Sedangkan, pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak agar menguasai cabang olahraga tertentu (Husdarta. 2009: 21). Mengingat penjasorkes merupakan bagian dari pendidikan, tak selayaknya penjasorkes dikesampingkan dari pendidikan secara keseluruhan. Proses dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran penjasorkes juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa secara keseluruhan. Seperti telah dijelaskan mengenai minat dan pentingnya minat dalam belajar, pada pembelajaran penjasorkes juga dibutuhkan minat dari siswa agar siswa tersebut memberi perhatian sehingga dapat mengikuti pembelajaran dengan baik kemudian memperoleh hasil yang baik dari proses belajarnya itu. Minat siswa terhadap mata pelajaran penjasorkes adalah sikap tertarik dan keinginan yang kuat dari diri siswa untuk mengikuti dan berprestasi dalam mata pelajaran penjasorkes tanpa ada paksaan atau suruhan dari pihak lain.

16 16 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011 Hasil Belajar Penjasorkes Siswa Pada tahun ajaran baru, mutu pendidikan yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pendidikan secara umum disegala jenjang pendidikan formal, termasuk SMA sering dipermasalahkan. Permasalahan ini seringkali dikaitankan dengan adanya kecenderungan merosotnya minat belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar diperoleh melalui proses belajar. Menurut Slameto (2010: 2), Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secar keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2005: 68), Secara umum, belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Dalam belajar terjadi sebuah proses untuk memperoleh hasil yang baik dan sesuai harapan. Muhibbin Syah (2005:109) mendefinisikan, Proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan itu bersifat positif, dalam arti perubahan yang terjadi adalah perubahan ke arah yang lebih baik dari keadaan siswa sebelumnya. Dalam proses belajar siswa ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Slameto (2010: 54) mengolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dalam 2 golongan, yaitu: (1) Faktor intern yang meliputi: faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan; (2) Faktor ekstern yang meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Mimin Haryati (2007: 22) menyatakan hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu: a. Ranah kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. b. Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap yang terdiri dai lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi penilaian, organisasi dan internalisasi. c. Ranah Psikomotorik Berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemauan bertindak, ada enam aspek yaitu gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, ketrampilan membedakan secara visual, ketrampilan

17 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei dibidang fisik, ketrampilan komplek dan komunikasi. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Hasil kognitif diukur pada awal dan akhir pembelajaran, sedangkan untuk hasil belajar afektif dan psikomotorik diukur pada proses pembelajaran untuk mengetahui sikap dan ketrampilan siswa. Ketiganya dikonversi dalam bentuk nilai, yang salah satunya berupa nilai akhir semester yang dicantumkan dalam raport. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan korelasional. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS semester 2 SMA Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 dengan jumlah 200 orang dari 5 kelas. Diperoleh sampel sebanyak 127 orang siswa dari populasi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Sedangkan, untuk data variabel hasil belajar mata pelajaran penjasorkes siswa yang berupa nilai mata pelajaran penjasorkes siswa diperoleh dari dokumen yang dimiliki oleh guru mata pelajaran penjasorkes. Sebelum angket digunakan untuk pengambilan data penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba angket tersebut untuk memperoleh data yang nantinya akan dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Tujuannya adalah agar diketahui angket tersebut valid dan reliabel. Uji coba dilakukan tidak pada responden penelitian. Pada penelitian ini uji coba angket dilaksanakan di SMA Negeri 4 Surakarta. Angket uji coba terdapat pada lampiran 5. Pada uji coba angket ini dipilih 30 orang responden siswa kelas XI SMA Negeri 4 Surakarta. Setelah dilakukan uji coba dan diperoleh data hasil uji coba tersebut, maka dilakukan penghitungan statistik guna mengetahui validitas item pernyataan dan reliabilitas angket. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi data dalam penelitian ini meliputi persepsi siswa tentang profesionalisme guru mata pelajaran penjasorkes sebagai variabel bebas pertama (X 1 ), minat siswa terhadap mata pelajaran penjasorkes sebagai variabel bebas kedua (X 2 ), dan hasil belajar mata pelajaran penjasorkes siswa kelas XI IPS semester 2 SMA Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 sebagai variabel terikat (Y). Pembahasan Hasil Analisis Data Berdasarkan analisis data hasil penelitian terhadap siswa kelas XI IPS semester 2 SMA Negeri 5

18 18 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010, dilakukan pembahasan sebagai berikut: 1. Dari hasil analisis korelasi variabel persepsi siswa tentang profesionalisme guru mata pelajaran penjasorkes (X 1 ) dengan variabel hasil belajar mata pelajaran penjasorkes siswa (Y) diperoleh nilai korelasi sebesar 0,631 dan nilai t hitung sebesar 9,087 yang berarti bahwa hubungan antara persepsi siswa tentang profesionalisme guru mata pelajaran penjasorkes (X 1 ) dengan hasil belajar mata pelajaran penjasorkes siswa (Y) positif dan signifikan. 2. Dari hasil analisis korelasi variabel minat siswa terhadap mata pelajaran penjasorkes (X 2 ) dan variabel hasil belajar mata pelajaran penjasorkes siswa (Y) diperoleh nilai korelasi sebesar 0,697 dan nilai t hitung sebesar 10,876 yang berarti bahwa hubungan antara minat siswa terhadap mata pelajaran penjasorkes (X 2 ) dengan hasil belajar mata pelajaran penjasorkes siswa (Y) positif dan signifikan. 3. Dari hasil analisis regresi linier ganda diperoleh nilai R X X Y 0, 722 dan 1 2 F 67,167 yang berarti hitung bahwa hubungan antara persepsi siswa tentang profesionalisme guru mata pelajaran penjasorkes (X 1 ) dan minat siswa terhadap mata pelajaran penjasorkes (X 2 ) dengan hasil belajar mata pelajaran penjasorkes siswa (Y) kuat, searah dan signifikan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data dan pembahasannya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi siswa tentang profesionalisme guru mata pelajaran penjasorkes (X 1 ) dengan hasil belajar mata pelajaran penjasorkes siswa (Y) sebesar 0,631. Artinya, siswa yang memiliki persepsi positif tentang profesionalisme guru mata pelajaran penjasorkes akan memperoleh hasil belajar mata pelajaran penjasorkes yang baik. Sebaliknya, siswa yang memiliki persepsi negatif tentang profesionalisme guru penjasorkes akan memperoleh hasil belajar mata pelajaran penjasorkes yang buruk. 2. Ada hubungan positif yang signifikan antara minat siswa terhadap mata pelajaran penjasorkes (X 2 ) dengan variabel hasil belajar mata pelajaran penjasorkes siswa (Y) sebesar 0,697. Artinya, siswa yang memiliki minat yang tinggi

19 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei terhadap mata pelajaran penjasorkes akan memperoleh hasil belajar mata pelajaran penjasorkes yang baik. Sebaliknya, siswa yang tidak memiliki minat yang tinggi terhadap mata pelajaran penjasorkes akan memperoleh hasil belajar mata pelajaran penjasorkes yang buruk. 3. Ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi siswa tentang profesionalisme guru mata pelajaran penjasorkes (X 1 ) dan minat siswa terhadap mata pelajaran penjasorkes (X 2 ) dengan hasil belajar mata pelajaran penjasorkes siswa (Y) sebesar 0,722. Yang dapat diartikan bahwa hasil belajar mata pelajaran penjasorkes siswa dapat ditingkatkan dengan membuat persepsi yang positif dari siswa tentang profesionalisme guru dan meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran. DAFTAR PUSTAKA Achmad Dasuki, dkk Sertifikasi Guru Dalam Jabatan. Jakarta: Dirjen Peningkatan Mutu pendidik dan tenaga Kependidikan Bimo Walgito Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: CV. Andi Offset Desmita Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Hamzah B. Uno Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara Heru Suranto Psikologi Olahraga. Surakarta: UNS Press \J. S. Husdarta Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung: CV. Alfabeta Jamal Ma mur Asani Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional. Yogyakarta: Power Books (Ihdina) Mimin Haryati Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press Muhibbin Syah Psikologi Belajar. Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada Riduan Dasar-Dasar Statistika. Bandung: CV. Alfabeta Samsunuwiyati, Lieke Indieningsih Kartono Perilaku Manusia. Bandung: PT. Refika Aditama

20 20 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011 Slameto Belajar dan faktor Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta Stephen P. Robbins Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. Alfabeta Suharsimi Arikunto Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta Sumadi Suryabrata Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Syaiful Sagala Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: CV. Alfabeta Uyoh Saduloh Pedagogik. Bandung: CV. Alfabeta Wagiman, Suharto, Noorhadi, Th., & H. Djono, R Profesi Kependidikan I. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

21 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN LATIHAN DAN KOORDINASI MATA-KAKI TERHADAP KEMAMPUAN PASSING MENDATAR DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA PADA PSB BONANSA KELOMPOK UMUR Pomo Warih Adi Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRACT The objectives of this study are to find out: (1) The differences between the effect of practice approach of massed practice and distributed practice toward the short passing skill in football to the students in PSB BONANSA of the group age years old in (2) The differences between the effect of high eyeleg coordination and low eye-leg coordination toward the short passing skill to the students in PSB BONANSA of the group age years old in (3) The interaction among the practice approach of massed practice, distributed practice, and eye-leg coordination toward the short passing skill in football to the students in PSB BONANSA of the group age years old in It is an experimental study. The population in this study is the students of PSB BONANSA year years old in 2010 consisting of 50 students. The sampling of the study used stratified random sampling, in which 40 students were as the sample of the study. The data collected were gained by using test and measurement covering: eye-leg coordination by using soccer wall volley test and test of short passing with the accuracy passing. The analyzed by using ANAVA 2X2. Based on the result of the study, it concludes that: (1) There were significant differences between the practice approach of massed practice and distributed practice toward the short passing skill of the students in PSB BONANSA year of in (2) There were significant differences between high eye-leg coordination and low eye-leg coordination toward the short passing skill in football to the students year of in PSB BONANSA (3) There were no interaction between the practice approach and eye-leg coordination toward the short passing skill in football to the students of PSB BONANSA year of in Keyword : massed practice, distributed practice, passing skill in football PENDAHULUAN Permainan sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang digemari diseluruh dunia. Cabang permainan sepak bola cukup berkembang pesat termasuk di Indonesia. Namun perkembangan prestasi sepak bola di Indonesia

22 22 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011 kurang memuaskan, berbagai strategi dan upaya pembinaan yang dapat ditempuh untuk meningkatkan prestasi sepak bola nasional diantaranya melalui penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembibitan dan pemanduan bakat. Untuk membenahi hal ini yang pertama dilakukan adalah pembinaan prestasi yang dimulai sejak anakanak yang diharapkan dapat memunculkan bibit-bibit pemain sepak bola yang akan dibina untuk menjadi pemain yang berprestasi. Sehingga akan menjunjung tinggi nama baik Bangsa dan Negara. Teknik dasar bermain yang harus dikuasai dalam permainan sepak bola antara lain adalah menendang bola, menyundul bola, menggiring bola, melmpar bola dan sebagainya. Soekatamsi (1991: 14) mengemukakan bahwa, teknik bermain merupakan kelengkapan yang fundamental sebagai dasar bermain, disamping pembinaan lain. Berlatih teknik dasar dengan teratur memungkinkan anak memiliki ketrampilan teknik bermain sepak bola yang lebih baik. ketrampilan teknik bermain sepak bola merupakan penerapan teknik dasar dalam bermain sepak bola (Soekatamsi, 1995: 14). Ketrampilan teknik bermain bola merupakan hal yang sistematis, terus menerus dan berkelanjutan, sehingga menghasilkan kerjasama yang baik antara sekumpulan otot-otot untuk pembentukan gerakan yang harmonis. Salah satu teknik dasar bermain sepak bola adalah menendang bola. Menurut Wahjoedi (1999: 120) menendang bola merupakan ketrampilan paling penting dan mendasar yang harus dikuasai dalam permainan sepak bola. Oleh karena itu yang pertama kali harus dikuasai oleh setiap pemain adalah teknik dasar menendang bola. Mengingat pentingnya latihan passing mendatar tersebut maka kemampuan passing mendatar ini harus mendapat perhatian yang serius dalam latihan sepak bola. Setiap individu pemain sepak bola perlu dilatih kemampuan passing mendatar. Demikian juga dengan PSB BONANSA Solo dalam rangka untuk meningkatkan prestasinya, kemampuan passing mendatar para

23 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei pemainnya pun harus ditingkatkan. Untuk meningkatkan kemampuaan passing mendatar para pemainnya diperlukan bentuk latihan yang sesuai. Ada beberapa bentuk latihan yang dapat diberikan untuk meningkatkan kemampuan passing mendatar diantaranya adalah dengan metode latihan messed practice dan metode distributed practice. Kedua metode latihan ini memiliki tingkat kesulitan dan efektifitas yang berbeda dalam meningkatkan kemampuan passing mendatar. Koordinasi mata-kaki mempunyai peran penting dalam aktivitas olahraga salah satunya dalam sepak bola. Koordinasi dibutuhkan untuk semua aktivitas yang membutuhkan ketepatan terhadap suatu sasaran. Koordinasi pada prinsipnya merupakan pengaturan syaraf-syaraf pusat dan tepi secara harmonis dalam menghubungkan gerakan-gerakan otot synergis dan antogonis selaras. Menurut Suharno HP. (1993: 61) koordinasi adalah kemampuan atlet untuk merangkaikan beberapa gerak menjadi satu gerak yang utuh dan selaras. Koordinasi yang dimiliki seseorang akan berpengaruh terhadap kemampuan passing mendatar. Apakah benar, baik tidaknya koordinasi yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi kemampuan passing mendatar dalam permainan sepak bola. Nampaknya hal itu perlu dipertanyakan lagi dan perlu dikaji lebih mendalam baik secara teori atau praktik melalui penelitian eksperimen. Permainan Sepak Bola Sepak bola merupakan salah satu jenis permainan yang memiliki prinsip-prinsip yang sederhana, yaitu berusaha memasukan bola ke gawang lawannya sebanyak mungkin dan berusaha menggagalkan serangan lawan untuk melindungi atau menjaga gawang agar tidak kemasukan bola. Jozef Sneyers (1998: 3) berpendapat bahwa Prinsip dalam sepak bola sederhana sekali yaitu membuat gol dan mecegah jangan sampai lawan berbuat sama ke gawang sendiri Teknik dasar bermain bola merupakan bagian yang penting untuk mencapai ketrampilan teknik bermain bola. Dapat dikatakan

24 24 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011 kualitas menang-kalahnya suatu tim dapat ditentukan oleh tingkat penguasaan teknik dasar oleh para pemainnya. Dalam hal ini Jozef Sneyers (1988: 10) menyatakan bahwa, Mutu permainan suatu kesebelasan ditentukan oleh suatu penguasaan teknik dasar tentang sepak bola. Taktik tanpa teknik tidak mungkin, kecuali bila taktik itu sangat sederhana. Pendapat diatas menujukan bahwa, penguasaan teknik dasar bermain sepak bola merupakan faktor yang akan mempengaruhi penampilan pemain maupun tim secara kolektif, kualitas permainan dan penerapan taktik bermain sepak bola. Taktik permainan sepak bola tidak akan mempunyai arti, jika pemainnya tidak menguasai teknik dasar bermain sepak bola. F a k t o r - F a k t o r y a n g Memp engaruhi Kema mp u an Menendang Bola Tujuan utama permainan sepak bola adalah mencetak gol ke gawang lawan sebanyak-banyaknya dan mencegah lawan melakukan hal yang sama pada gawang kesebelasannya. Gol dapat diciptakan melalui tendangan yang baik dan tepat pada gawang. Menurut Richard Widdows dan Paul Backle (1981:26) pertandingan-pertandingan sepak bola dimenangkan dengan mencetak gol lebih tujuh puluh persen dari golgol itu berasal dari tembakan. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan untuk melakukan tendangan yang tepat dan akurat merupakan faktor yang penting untuk melakukan operan atau mencetak gol ke gawang lawan. Kemampuan dan ketepatan tendangan dalam permainan sepak bola dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Wahjoedi (1999: 120) menendang bola pada prinsipnya dapat dilakukan dengan kaki kanan maupun kiri, pada (1) bagian dalam kaki, (2) bagian punggung kaki, (3) bagian luar kaki. Menurut Joseph A. Luxbacher (1997:105) kemampuan untuk melakukan tembakan dengan kuat dan akurat menggunakan kedua kaki adalah faktor yang paling penting. Kualitas seperti antisipasi, kemantapan dan ketenangan dibawah

25 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei tekanan lawan juga tak kalah penting. Menendang Bola Dengan Kaki Bagian Dalam Menendang bola dengan kaki bagian dalam merupakan salah satu tendangan yang sering dilakukan dalam permainan sepak bola. Tendangan kaki bagian dalam umumnya disebut juga passing. Tendangan kaki bagian dalam ini biasa digunakan untuk operan jarak pendek. Dilihat dari macam tendangan, tendangan kaki bagian dalam merupakan tendangan rendah, bola bergulir diatas tanah. Menurut Joseph A. Luxbacher (1997: 12) ketrampilan pengoperan bola yang paling dasar dan harus dipelajari terlebih dahulu biasanya disebut push pass (operan dorong). Teknik pengoperan ini digunakan untuk menggerakan bola sejauh 5 hingga 15 yard. Menurut Danny Mielke (2003: 20) kebanyakan passing dilakkukan dengan menggunakan kaki bagian dalam karena di kaki bagian itulah terdapat permukaan yang lebih luas bagi pemain untuk menendang bola, sehingga memberikan kontrol bola yang lebih baik. Selain itu, kaki bagian dalam merupakan permukaan yang lebih tepat untuk melakukan passing. Analisa Gerakan Tendangan Mendatar Teknik menendang bola dalam sepak bola menurut fungsinya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu passing (mengoper bola ke teman) dan shooting (menendang dengan kuat kearah gawang). Seluruh kaki dapat digunkan untuk menendang bola dengan hasil yang berlainan pula. Berdasarkan hal itu menendang bola dapat dibedakan menjadi: menendang bola dengan menggunakan sisi dalam kaki (inside), sisi luar kaki (outside) dan punggung kaki penuh (instep). Maka dari itu akan dijelaskan analisis gerakan passing bawah dengan sisi kaki bagian dalam. Dalam melakukan passing bawah dengan kaki bagian dalam tingkat ketepatan umpan ke teman sangat besar, agar dapat mengirimkan bola dengan teliti kepada seorang kawan perlu dilatih terus dan diperhatikan selalu kecermatannya (Sneyers, 1989: 83).

26 26 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011 Operan ini sering dipergunakan tim sepak bola yang mengandalkan kecepatan permainan untuk melakukan penyerangan maupun pertahanan. Teknik dasar ini dipergunakan untuk jenis operan datar. Operan ini relatif lebih cepat dibandingkaan operan lainnya. Secara umum teknik pelaksanaannya adalah berdiri dengan bahu menghadap sasaran, letakkan kaki tumpu disamping bola, letakkan kaki ayun menyamping dengan jari-jari kaki mengarah ke atas, kemudian tendang bola tepat ditengahnya dengan menggunakan kaki bagian sisi dalam ayun, lanjutkan gerakan tendangan kearah depan dengan tetap menjaga posisi kaki. Prinsip-Prinsip Latihan Dalam pelaksanaan latihan, baik atlet maupun pelatih harus memperhatikan prinsip-prinsip latihan. Dengan mempetimbangkan prinsip latihan tersebut diharapkan latihan yang dilakukan dapat meningkat dan tidak berakibat buruk baik terhadap fisik maupun teknik atlet. Menurut A. Hamidsyah Noer (1996: 8-11) prinsip-prinsip dalam latihan olahraga meliputi : (1) Latihan-latihan yang dilakukan hendaknya diulang-ulang, (2) Latihan yang diberikan hendaknya harus cukup berat, (3) Latihan yang diberikan harus cukup meningkat, (4) Latihan harus dilakukan secara teratur dan (5) Kemampuan berprestasi. Komponen-Komponen Latihan Untuk lebih jelasnya komponenkomponen latihan dapat dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut : 1) Volume Latihan Sebagai komponen utama, volume adalah prasarat yang sangat penting untuk mendapatkan teknik yang tinggi dan pencapaian fisik yang baik. Menurut Sukardiyanto dalam Andi Suhendro (1999: 3.17) bahwa, volume latihan adalah ukuran yang menunjukkan jumlah repetisi, seri atau set dan panjang jarak yang ditempuh. Sedangkan repetisi menurut Suharno HP. (1993: 32) adalah ulangan gerak brerapa

27 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei kali atlet harus melakukan gerak setiap giliran. Pengertian seri atau set menurut M. Sajoto (1995: 34) adalah suatu rangkaian gerakan dalam satu repetisi. Peningkatan volume latihan merupakan puncak latihan dari semua cabang olahraga yang memiliki komponen relatif dan juga pada cabang olahraga yang menutut kesempurnaan teknik atau ketrampilan taktik. Hanya pengulangan latihan yang tinggi yang dapat menjamin akumulasi jumlah ketrampilan yang diperlukan untuk perbaikan penampilan secara kuantitatif. Perbaikan penampilan seorang atlet merupakan hasil dari adanya peningkatan jumlah satuan latihan serta jumlah kerja yang diselesaikan setiap satuan latihan. 2) Intensitas Latihan Disamping volume dan densitas, intensitas latihan merupakan komponen yang sangat penting untuk dikaitkan dengan komponen kualitatif kerja yang dilakukan dalam kurun waktu yang diberikan. Lebih banyak kerja yang dilakukan dalam satuan waktu akan lebih tinnggi pula intensitasnya. Intensitas adalah fungsi dari kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan dalam latihan, dan kekuatan rangsangan tergantunng dari berapa kecepatan geraknya, variasi interval atau istirahat diantara tiap ulangannya. Suharno HP. (1993: 31) menyatakan, Intensitas adalah takaran yang menunjukan kadar atau tingkatan pengeluaran energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan. Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka intensitas latihan yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka pengaruh latihan yang ditimbulkan sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali. Sebaliknya bila intensitas latihan terlalu tinggi dapat menimbulkan cidera. 3) Densitas Latihan Menurut Sukadiyanto dalam Andi Suhendro (1999: 3.24) Density merupakan ukuran derajat kepadatan suatu latihan yang dilakukan. Dengan demikian densitas berkaitan dengan suatu hubungan yang dinyatakan dalam waktu antara kerja dan pemulihan. Densitas yang mencukupi akan

28 28 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011 menjamin efisiensi latihan, menghindarkan atlet dari kelelahan yang berlebihan. Densitas yang seimbang akan mengarah kepada pencapaian rasio optimal antara rangsangan latihan dan pemulihan. Istirahat yang direncanakan diantara dua rangsangan bergantung langsung pada intensitasnya dan lamanya setiap rangsangan yang diberikan. Rangsangan diatas tingkat intensitas submaksimal menuntut interval istirahat yang relatif lama, dengan maksud untuk memudahkan pemulihan seseorang dalam menghadapi rengsangan berikutnya. Sebaliknya rangsangan pada tingkat rendah membutuhkan sedikit waktu untuk pemulihan, kerena tuntutan terhadap organismenya pun juga rendah. 4) Kompleksitas Latihan Kompleksitas dikaitkan pada tingkat kerumitan latihan yang dilaksanakan dalam latihan. Kompleksitas dari suatu ketrampilan membutuhkan koordinasi, dapat menjadi penyebab yang penting dalam menambah intensitas latihan. Ketrampilan yang sulit atau rumit, mungkin akan menimbulkan permasalahan dan akhirnya akan menyebabkan tekanan terhadap otot, khususnya selama tahap dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan lemah. Suatu gambaran kelompok individual terhadap ketrampilan yang komplek, dapat membedakan dengan cepat mana yang memiliki koordinasi yang baik dan yang jelek. Komponen-komponen latihan yang telah disebutkan diatas harus dipahami dan diperhatikan dalam pelaksanaan latihan. Untuk memperoleh hasil latihan yang optimal, Komponen-komponen latihan tersebut harus diterapkan dengan baik dan benar. Peranan Koordinasi Mata-Kaki dengan Menendang Bola Menendang bola merupakan teknik dalam sepak bola yang membutuhkan koordinasi yang baik. Dalam gerakannya, koordinasi yang dibutuhkan adalah koordinasi matakaki. Koordinasi mata-kaki berperan untuk mengoper bola dengan baik dan tepat sasaran. Harsono (1988: 220) menyatakan, suatu ketrampilan atau skill menuntut adanya

29 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei koordinasi. Koordinasi yang dibutuhkan dalam ketrampilan di antaranya koordinasi mata-kaki (foot-eye coordination) dan koordinasi mata-tangan (eye hand coordination). Koordinasi mata-kaki dibutuhkan dalam gerakan seperti dalam skill menendang bola, menggiring bola. Pendapat tersebut menunjukan bahwa, ketepatan passing dalam sepak bola merupakan suatu keterampilan yang memiliki cukup gerakan komplek. Kemampuan seorang pemain menendang bola baik untuk mengoper kepada kawan atau menembak ke gawang lawan dibutuhkan koordinasi mata-kaki. Koordinasi mata-kaki yang baik, maka gerakan menendang bola dapat dilakukan dengan baik dan tepat sasaran. Namun sebaliknya, koordinasi mata-kaki yang buruk, maka gerakan menendang bola tidak akan baik dan tepat sasaran. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Penelitian menggunakan rancangan faktorial 2 X 2. Variabel bebas (independent) variabel manipulatif terdiri atas : Latihan dengan pendekatan massed practice.dan Latihan dengan pendekatan distributed practice.variabel atributif dibedakan atas : Koordinasi mata-kaki tinggi dan Koordinasi mata-kaki rendah. Sedangkan variabel terikat (dependen) adalah kemempuan menendang bola. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa PSB BONANSA Solo kelompok umur tahun tahun 2010 berjumlah 50 anak. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Stratified Random Sampling. Sampel sejumlah 40 anak ini kemudian dikelompokkan sesuai rancangan faktorial 2 x 2 yaitu menjadi 4 kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 10 anak, utuk pengelompokkanya dilakukun secara acak (random). Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini diadakan tes dan pengukuran. Untuk mengukur koordinasi mata-kaki adalah menggunakan soccer wall voley test dan tes menendang bola untuk

30 30 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei 2011 mengukur kemampuan passing mendatar. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi hasil analisis data dan hasil kemapuan tendangan mendatar pada siswa PSB BONANSA kelompok umur tahun tahun 2010 yang dilakukan sesuai dengan kelompok yang dibandingkan, disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 1. Ringkasan Angka-Angka Statistik Deskripsi Data Hasil Kemampuan Tendangan Mendatar Tiap kelompok Perlakuan. 1. Jika kelompok siswa dengan koordinasi mata-kaki tinggi yang mendapat perlakuan dengan bentuk pendekatan massed practice mempunyai rata-rata peningkatan tes Sedangkan kelompok siswa dengan koordinasi mata-kaki tinggi yang mendapat perlakuan dengan bentuk pendekatan distributed practice mempunyai rata-rata peningkatan tes Bila kedua pendekatan latihan dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok perlakuan dengan bentuk pendekatan massed practice lebih baik dari pada kelompok perlakuan dengan bentuk pendekatan distributed practice. 2. Jika kelompok siswa dengan koordinasi mata-kaki rendah yang mendapat perlakuan dengan bentuk pendekatan massed practice mempunyai rata-rata peningkatan tes Sedangkan kelompok siswa dengan koordinasi mata-kaki rendah yang mendapat perlakuan dengan bentuk pendekatan distributed practice mempunyai rata-rata peningkatan tes Bila kedua pendekatan latihan dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok perlakuan dengan bentuk pendekatan massed practice lebih baik dari pada kelompok perlakuan dengan bentuk pendekatan distributed practice.

31 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei Pembahasan Hasil Penelitian 1. Perbedaan Pengaruh Pendekatan Latihan Massed Practice dan Distributed practice terhadap Kemampuan Tendangan Mendatar dalam Permainan Sepak Bola Berdasar pengujian hipotesis pertama menunjukan bahwa, ada pengaruh antara pendekatan latihan massed practice dan distributed practice dalam terhdap kemampuan tendangan mendatar pada siswa usia tahun PSB BONANSA tahun Kelompok yang mendapat perlakuan pendekatan latihan massed practice memiliki peningkatan lebih dibanding dengan kelompok yang mendapat perlakuan dengan pendekatan distributed practice. Ditinjau dari hasil kemampuan tendangan mendatar yang dihasilkan ternyata kelompok perlakuan pendekatan latihan massed practice lebih baik daripada kelompok dengan bentuk pendekatan latihan distrbuted practice. Hal ini dapat dilihat dari nilai peningkatan massed practice yaitu 3,30 sedang distributed practice hanya 1, Perbedaan Pengaruh Koordinasi Mata-Kaki Tinggi dan Koordinasi Rendah terhadap Kemampuan Tendangan Mendatar dalam Permainan Sepak Bola Berdasarkan pengujian hipotesis kedua menunjukan bahwa, ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara koordinasi mata-kaki tinggi dan koordinasi mata-kaki rendah teradap kemampuan tendangan mendatar pada siswa usia tahun PSB BONANSA. Siswa yang memiliki koordinasi tinggi mempunyai peningkatan kemampuan tendanngan mendatar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki koordinasi mata-kaki rendah. Dari angka-angka yang dihasilkan dalama analisis data menunjukan bahwa perbandingan rata-rata peningkatan hasil kemampuan tendangan mendatar pada siswa yang memiliki koordinasi tinggi lebih baik 1,5 dari pada kelompok yang memiliki kelincahan rendah.

32 32 Phederal Vol. 4 No. 1, Mei Interaksi antara Pendekatan Massed Practice, Distributed Practice dan Koordinasi Mata-Kaki terhadap Kemampuan tendangan Mendatar dalam Permainan Sepak Bola Untuk kepentingan pengujian interaksi faktor utama terbentuklah tabel sebagai berikut : Tabel 8. Pengaruh sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor Utama terhadap Peningkatan Kemampuan Tendangan Mendatar dalam Permainan Sepak Bola. Gambar7. Bentuk Interaksi Koordinasi dan Pendekatan Latihan. Berdasarkan gambar 7 menunjukkan bahwa, bentuk garis perubahan besarnya nilai peningkatan kemampuan tendangan mendatar yaitu tidak sejajar, sehingga jika garis tersebut diteruskan akan terdapat satu titik pertemuan atau berpotongan. Hal ini artinya, ada kecenderungan interaksi antara koordinasi mata-kaki dan pendekatan berlatih. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai Fhit = 0,9866 ternyata lebih kecil dari Ftabel = 4,11 pada taraf signifikansi 5%. Ini menunjukkan bahwa antara keduanya belum diketemukan interaksi. Hal ini bisa dikarenakan sampel penelitian yang terbatas dan bisa juga karena waktu penelitian yang singkat. Tetapi dilahat dari interaksi koordinasi dan pendekatan latihan (gambar 7) yang menunjukkan dua garis yang tidak sejajar melainkan cenderung bertemu disatu titik itu artinya memungkinkan ada interaksi antara koordinasi mata-kaki dan pendekatan berlatih.

EFEKTIVITAS SENAM DISMENORE DALAM MENGURANGI DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI SMU N 5 SEMARANG

EFEKTIVITAS SENAM DISMENORE DALAM MENGURANGI DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI SMU N 5 SEMARANG EFEKTIVITAS SENAM DISMENORE DALAM MENGURANGI DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI SMU N 5 SEMARANG The Effectiveness of Dismenore Gymnastics for the Teenagers in SMU N 5 Semarang Dosen Pembimbing : Ns. Fatikhu

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN MASSED PRACTICE, DISTRIBUTED PRACTICE, DAN KOORDINASI MATAKAKI TERHADAP KEMAMPUAN PASSING MENDATAR SEPAKBOLA

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN MASSED PRACTICE, DISTRIBUTED PRACTICE, DAN KOORDINASI MATAKAKI TERHADAP KEMAMPUAN PASSING MENDATAR SEPAKBOLA PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN MASSED PRACTICE, DISTRIBUTED PRACTICE, DAN KOORDINASI MATAKAKI TERHADAP KEMAMPUAN PASSING MENDATAR SEPAKBOLA Dwi Hartanto 1, Ramdani Amrullah 2, Abdillah 3, Putra Sastaman 4,

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN MASSED PRACTICE, DISTRIBUTED PRACTICE, DAN KOORDINASI MATA-KAKI TERHADAP KEMAMPUAN PASSING MENDATAR

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN MASSED PRACTICE, DISTRIBUTED PRACTICE, DAN KOORDINASI MATA-KAKI TERHADAP KEMAMPUAN PASSING MENDATAR PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN MASSED PRACTICE, DISTRIBUTED PRACTICE, DAN KOORDINASI MATA-KAKI TERHADAP KEMAMPUAN PASSING MENDATAR Dwi Hartanto 1, Ramdani Amrullah 2, Abdillah 3, Putra Sastaman 4, Agusniwati

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR SEJARAH DENGAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA SMA SANTO MIKAEL SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR SEJARAH DENGAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA SMA SANTO MIKAEL SLEMAN YOGYAKARTA i HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR SEJARAH DENGAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA SMA SANTO MIKAEL SLEMAN YOGYAKARTA ABSTRAK Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Minat belajar sejarah siswa

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR Nur Widia Wardani Nurul Ulfatin E-mail: nurwidia_wardani@yahoo.co.id, Universitas Negeri Malang, Jl.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA WAKTU REAKSI DAN KEKUATAN OTOT LENGAN DENGAN KEMAMPUAN SERVIS BAWAH BOLA VOLI PADA MAHASISWA PUTRA SEMESTER II STKIP-PGRI PONTIANAK

HUBUNGAN ANTARA WAKTU REAKSI DAN KEKUATAN OTOT LENGAN DENGAN KEMAMPUAN SERVIS BAWAH BOLA VOLI PADA MAHASISWA PUTRA SEMESTER II STKIP-PGRI PONTIANAK HUBUNGAN ANTARA WAKTU REAKSI DAN KEKUATAN OTOT LENGAN DENGAN KEMAMPUAN SERVIS BAWAH BOLA VOLI PADA MAHASISWA PUTRA SEMESTER II STKIP-PGRI PONTIANAK Stephani Yane Dosen Program Studi Pendidikan Jasmani,

Lebih terperinci

*Hp: /

*Hp: / PERSEPSI SISWA TENTANG PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI MIA 3 SMA N 2 UJUNGBATU KAB. ROKAN HULU Sudur Nurhidayah* ), Silvia Rita 1), Ika Daruwati 2) 1&2) Program Studi

Lebih terperinci

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore Gambaran Perbedaan Intensitas Dismenore Setelah Melakukan Senam Dismenore Pada Remaja OCTA DWIENDA RISTICA, RIKA ANDRIYANI *Dosen STIKes Hang Tuah ABSTRAK Dismenore merupakan gangguan menstruasi yang sering

Lebih terperinci

Oleh : Watak Putra Wijaya Kusuma, Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh : Watak Putra Wijaya Kusuma, Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi PERBEDAAN KETEPATAN PASSING SHORT PASS DAN PASSING LONG PASS MENGGUNAKAN KAKI KANAN DAN KAKI KIRI PESERTA EKSTRAKULIKULER SEPAKBOLA SISWA SMP NEGERI 2 WATES Oleh : Watak Putra Wijaya Kusuma, Program Studi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MEMORI DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI RANAH KOGNITIF SISWA SMA NEGERI 2 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MEMORI DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI RANAH KOGNITIF SISWA SMA NEGERI 2 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MEMORI DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI RANAH KOGNITIF SISWA SMA NEGERI 2 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : AFRISA MUSTIKA HABSARI NIM K4307002

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi.

NASKAH PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. NASKAH PUBLIKASI PENGARUH INTENSITAS BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA DALAM PELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS SMA NEGERI 3 WONOGIRI TAHUN AJARAN 2015/2016 Usulan

Lebih terperinci

HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 4 PADANG JURNAL

HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 4 PADANG JURNAL HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 4 PADANG JURNAL Diajukansebagaisalahsatusyaratuntukmemperoleh GelarSarjanaPendidikan S1 ( strata satu) SUCI RAHMADANI NIM.11030016

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KEBERADAAN GURU PPL MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN TERHADAP MINAT BELAJARNYA

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KEBERADAAN GURU PPL MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN TERHADAP MINAT BELAJARNYA PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KEBERADAAN GURU PPL MATA PELAJARAN BAHASA JERMAN TERHADAP MINAT BELAJARNYA E-mail: yunialk@yahoo.com Kautsar, Silvia Dwi Yunial Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN BOLA LEWAT NET DAN LATIHAN DRILL PASSING

PENGARUH LATIHAN BOLA LEWAT NET DAN LATIHAN DRILL PASSING PENGARUH LATIHAN BOLA LEWAT NET DAN LATIHAN DRILL PASSING ATAS DENGAN FORMASI 3 TERHADAP KEMAMPUAN PASSING ATAS SISWA PEREMPUAN YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLAVOLI TAHUN AJARAN 2015/2016 DI SMK YPKK

Lebih terperinci

ABSTRAK. by Desty Yusniarti. S. A, Sumadi, Dedy Miswar ABSTRACK

ABSTRAK. by Desty Yusniarti. S. A, Sumadi, Dedy Miswar ABSTRACK ABSTRAK HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP KEMAMPUAN GURU DALAM MENGGUNAKAN METODE DAN MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI MAN 1 BANDAR LAMPUNG by Desty Yusniarti.

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R)

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R) HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R) DAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KEBAKKRAMAT TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012 Skripsi

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI Erma Yuni, I Komang Winatha, dan Nurdin Pendidikan Ekonomi PIPS FKIP Unila Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

PENGARUH INTENSITAS PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PENGARUH INTENSITAS PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

TINGKAT KESULITAN BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SISWA KELAS V SD NEGERI SE KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

TINGKAT KESULITAN BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SISWA KELAS V SD NEGERI SE KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 Tingkat Kesulitan Belajar... (Surya Aditama) 1 TINGKAT KESULITAN BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SISWA KELAS V SD NEGERI SE KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 THE LEVEL

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI BELAJAR SENI MUSIK SISWA SMP NEGERI 2 PEKALONGAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI BELAJAR SENI MUSIK SISWA SMP NEGERI 2 PEKALONGAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi (Lulut Kusumaningtyas) 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI BELAJAR SENI MUSIK SISWA SMP NEGERI 2 PEKALONGAN FACTORS INFLUENCING STUDENT S MUSIC LEARNING CONDITION

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN WALLPASS TERHADAP KEMAMPUAN SHOOTING PERMAINAN SEPAKBOLA PADA MAHASISWA PENJASKESREK. (Jurnal) Oleh CHOIRUL UMAM

PENGARUH LATIHAN WALLPASS TERHADAP KEMAMPUAN SHOOTING PERMAINAN SEPAKBOLA PADA MAHASISWA PENJASKESREK. (Jurnal) Oleh CHOIRUL UMAM PENGARUH LATIHAN WALLPASS TERHADAP KEMAMPUAN SHOOTING PERMAINAN SEPAKBOLA PADA MAHASISWA PENJASKESREK (Jurnal) Oleh CHOIRUL UMAM PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MINAT SISWA KELAS XI SMA N 1 PUNDONG KABUPATEN BANTUL TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TAHUN AJARAN 2015/2016

MINAT SISWA KELAS XI SMA N 1 PUNDONG KABUPATEN BANTUL TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TAHUN AJARAN 2015/2016 Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Penjasorkes... (Aris Bintarko) 1 MINAT SISWA KELAS XI SMA N 1 PUNDONG KABUPATEN BANTUL TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TAHUN AJARAN 2015/2016

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TENTANG PEMANFAATAN FASILITAS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR

PERSEPSI SISWA TENTANG PEMANFAATAN FASILITAS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PERSEPSI SISWA TENTANG PEMANFAATAN FASILITAS DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR Mega Anastasia Widyati Bety Nur Achadiyah Universitas Negeri Malang, Fakultas Ekonomi Mega_0603@yahoo.com Abstract:

Lebih terperinci

Oleh: Sri Arita dan Susi Evanita ABSTRACT

Oleh: Sri Arita dan Susi Evanita ABSTRACT PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN VARIASI GURU MENGAJAR, LINGKUNGAN KELUARGA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI KOTA BATAM Oleh: ABSTRACT

Lebih terperinci

FACTUM Volume 6, Nomor 1, April 2017 HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

FACTUM Volume 6, Nomor 1, April 2017 HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG Oleh: Baiti Nur Atika dan Yani Kusmarni 1 ABSTRAK Skripsi ini berjudul Hubungan Antara

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN, KELINCAHAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGIRING BOLA PEMAIN SEPAKBOLA SSB BENGKULU USIA TAHUN

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN, KELINCAHAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGIRING BOLA PEMAIN SEPAKBOLA SSB BENGKULU USIA TAHUN Hubungan antara Kecepatan... (Jerry Patraserasah) 1 HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN, KELINCAHAN DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGIRING BOLA PEMAIN SEPAKBOLA SSB BENGKULU USIA 13-15 TAHUN CORRELATION

Lebih terperinci

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No 2, Juli 2016

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No 2, Juli 2016 UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No 2, Juli 2016 HUBUNGAN PERSEPI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MATEMATIKA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP N

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI Rofli Marlinda *)Rosalina, S.Kp.,M.Kes **), Puji Purwaningsih, S.Kep., Ns **) *) Mahasiswa PSIK

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT (EQ) DAN KESIAPAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : RESTY HERMITA NIM K4308111 FAKULTAS

Lebih terperinci

RATIH DEWI PUSPITASARI K

RATIH DEWI PUSPITASARI K HUBUNGAN ANTARA IQ, MOTIVASI BELAJAR DAN PEMANFAATAN SARANA PRASARANA PEMBELAJARAN DENGAN HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: RATIH DEWI PUSPITASARI K4308021

Lebih terperinci

ABSTRACT. 'perceptions of teaching students skills PPL Department of PIPS with seventh grade students'

ABSTRACT. 'perceptions of teaching students skills PPL Department of PIPS with seventh grade students' STUDENT PERCEPTION OF RELATIONSHIP SKILLS TEACHING STUDENTS WITH MOTIVATION PIPS PPL DEPARTMENT STUDENT LEARNING IN THE SUBJECT IPS SMP CITY STATE 3 JAMBI 2) 3) Evi Febriyanti 1), Amin Saib 2), Kuswanto

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN VARIASI UMPAN TERHADAP KETERAMPILAN SEPAK SILA PADA SISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 2 GODEAN

PENGARUH LATIHAN VARIASI UMPAN TERHADAP KETERAMPILAN SEPAK SILA PADA SISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 2 GODEAN Latihan Variasi Umpan...(Mymo Septian)1 PENGARUH LATIHAN VARIASI UMPAN TERHADAP KETERAMPILAN SEPAK SILA PADA SISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 2 GODEAN Oleh: Mymo Septian, Fakultas Ilmu Keolahragaan,

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS ATAS DI SDN KEDUNGWADUK 1 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENGARUH FREKUENSI DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS ATAS DI SDN KEDUNGWADUK 1 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PENGARUH FREKUENSI DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS ATAS DI SDN KEDUNGWADUK 1 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Artikel Publikasi Ilmiah Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan Mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menstruasinya semakin mendekat. Keadaan ini tidak selalu terjadi pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. menstruasinya semakin mendekat. Keadaan ini tidak selalu terjadi pada setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kebanyakan wanita pada masa reproduksi mengalami beberapa gejala psikologik (alam perasaan negatif) atau gejala fisik pada fase luteal siklus menstruasi. Sifat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PELAJARAN KIMIA DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA NEGERI 9 PEKANBARU

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PELAJARAN KIMIA DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA NEGERI 9 PEKANBARU HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PELAJARAN KIMIA DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA NEGERI 9 PEKANBARU 1 Siti Nazhifah 1, Jimmi Copriady, Herdini fhazhivnue@gmail.com 081372751632 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN LATIHAN TERHADAP KEMAMPUAN SMASH BOLA VOLI. Slamet Riyadi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS Surakarta

PENGARUH PERBEDAAN LATIHAN TERHADAP KEMAMPUAN SMASH BOLA VOLI. Slamet Riyadi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS Surakarta PENGARUH PERBEDAAN LATIHAN TERHADAP KEMAMPUAN SMASH BOLA VOLI Slamet Riyadi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS Surakarta ABSTRACT The purpose of this research was (1) to compare the difference

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh NIO WICAK KUNCORO BAHARUDDIN RISYAK RIYANTO M.

HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL. Oleh NIO WICAK KUNCORO BAHARUDDIN RISYAK RIYANTO M. 1 HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA JURNAL Oleh NIO WICAK KUNCORO BAHARUDDIN RISYAK RIYANTO M.TARUNA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

Lebih terperinci

Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT PENGARUH MINAT BELAJAR, CARA BELAJAR DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMAN 1 LINTAU Indah 1, Stevani 2, Dina Amaluis 2 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN TAKTIS TERHADAP KETERAMPILAN SEPAKBOLA SISWA KELAS XI SMA LABSCHOOL UPI KOTA BANDUNG

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN TAKTIS TERHADAP KETERAMPILAN SEPAKBOLA SISWA KELAS XI SMA LABSCHOOL UPI KOTA BANDUNG 62 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN TAKTIS TERHADAP KETERAMPILAN SEPAKBOLA SISWA KELAS XI SMA LABSCHOOL UPI KOTA BANDUNG fernandoricky@edu.uir.ac.id Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PENUGASAN DAN MINAT SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SMA NEGERI 1 RANTAU TAHUN PELAJARAN 2013/2014

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PENUGASAN DAN MINAT SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SMA NEGERI 1 RANTAU TAHUN PELAJARAN 2013/2014 HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PENUGASAN DAN MINAT SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SMA NEGERI 1 RANTAU TAHUN PELAJARAN 2013/2014 H. Moch. Ardi Yannoor SMA Negeri 1 Rantau moch.ardiyannoor@gmail.com

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI PESERTA DIDIK KELAS XI SMK ISLAM DDI PONIANG MAJENE

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI PESERTA DIDIK KELAS XI SMK ISLAM DDI PONIANG MAJENE PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI PESERTA DIDIK KELAS XI SMK ISLAM DDI PONIANG MAJENE Rusdiah 1, Sainab 2 1,2 Prodi Pendidikan Biologi Fmipa Universitas Sulawesi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN HITUNG, KEMANDIRIAN BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN HITUNG, KEMANDIRIAN BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA UNION: Jurnal Pendidikan Matematik, Vol 5 No 1, Maret 2017 HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN HITUNG, KEMANDIRIAN BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA Siti Bariroh Program Studi

Lebih terperinci

Antok Dian Pranadi, Dr. H. Roemintoyo. S.T., M.Pd., Drs. Bambang Sulistyo Budhi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP Universitas Sebelas Maret

Antok Dian Pranadi, Dr. H. Roemintoyo. S.T., M.Pd., Drs. Bambang Sulistyo Budhi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP Universitas Sebelas Maret HUBUNGAN MEDIA PEMBELAJARAN, PERAN ORANG TUA DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X RUMPUN BANGUNAN SMK NEGERI 1 BENDO MAGETAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Antok Dian Pranadi, Dr.

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA (EFFECT ON STUDENT MOTIVATION TO LEARN MATHEMATICS ACHIEVEMENT OF STUDENT)

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA (EFFECT ON STUDENT MOTIVATION TO LEARN MATHEMATICS ACHIEVEMENT OF STUDENT) PENGARUH MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA (EFFECT ON STUDENT MOTIVATION TO LEARN MATHEMATICS ACHIEVEMENT OF STUDENT) Anis Susanti (Aniessciutee_baikhati@yahoo.co.id) Siti

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERHATIAN ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 2 MAGELANG

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERHATIAN ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 2 MAGELANG HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERHATIAN ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 2 MAGELANG TAHUN PELAJARAN2014/2015 SKRIPSI Oleh : RENNISA ANGGRAENI K8411061

Lebih terperinci

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No 1, Maret 2016

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No 1, Maret 2016 UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No 1, Maret 2016 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KEMAMPUAN MENGAJAR GURU, KEAKTIFAN BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI BELAJAR, DAN GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS. Eddi Artanti Puji Lestari L.A

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI BELAJAR, DAN GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS. Eddi Artanti Puji Lestari L.A PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI BELAJAR, DAN GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS Eddi Artanti Puji Lestari L.A La.tanti@yahoo.co.id Abstract This study aims to determine whether parenting

Lebih terperinci

FAKTOR PENDUKUNG PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI DI SMK MUHAMMDIYAH 1 PRAMBANAN KLATEN TAHUN AJARAN 2015/2016

FAKTOR PENDUKUNG PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI DI SMK MUHAMMDIYAH 1 PRAMBANAN KLATEN TAHUN AJARAN 2015/2016 FAKTOR PENDUKUNG PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI DI SMK MUHAMMDIYAH 1 PRAMBANAN KLATEN TAHUN AJARAN 2015/2016 SUPPORTING FACTOR OF VOLLEYBALL LEARNING IN SMK MUHAMMADIYAH 1 PRAMBANAN, KLATEN ACADEMIC YEAR

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD MUHAMMADIYAH WIROBRAJAN 3 YOGYAKARTA

PENGARUH TINGKAT PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD MUHAMMADIYAH WIROBRAJAN 3 YOGYAKARTA PENGARUH TINGKAT PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD MUHAMMADIYAH WIROBRAJAN 3 YOGYAKARTA Rohmah Nurhayati Universitas PGRI Yogyakarta 104nurhayati@gmail.com

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SMA N 2 KARANGANYAR

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SMA N 2 KARANGANYAR PENGARUH PENGGUNAAN MODEL ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SMA N 2 KARANGANYAR SKRIPSI Oleh: ASRI NAFI A DEWI X4307018 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN SHOOTING

PENGARUH LATIHAN SHOOTING 2 Jurnal Pendidikan Kepelatihan Olahraga 2 PENGARUH LATIHAN SHOOTING DENGAN LATIHAN IMAGERY MENGGUNAKAN AUDIO VISUAL (VIDEO) TERHADAP AKURASI SHOOTING /PLEASSING ATLET SEPAKBOLA FOOTBALL CLUB UNY ACADEMY

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KETERAMPILAN DOSEN DALAM MENGELOLA KELAS DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KETERAMPILAN DOSEN DALAM MENGELOLA KELAS DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA Jurnal Euler, ISSN: 2087-9393 Juli 2014, Vol.2, No.2, Hal.129-134 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KETERAMPILAN DOSEN DALAM MENGELOLA KELAS DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Pudyastuti Widhasari ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR The influence of study motivation through students study achievement in student of class XI IPS at SMA Negeri 2 Metro Academic year 2012/2013 Mar atur

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan FT UNY Maret, 2015

Jurnal Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan FT UNY Maret, 2015 PENGARUH MINAT BACA DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KONSTRUKSI BANGUNAN SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN SMK NEGERI PRINGSURAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh:

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA SKRIPSI Oleh : VERA IRAWAN WINDIATMOJO NIM K4308058

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 03 Tahun 2014,

Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 03 Tahun 2014, PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR PASSING BAWAH BOLAVOLI (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Takeran, Kabupaten Magetan) Aditya Andri Kusuma Mahasiswa

Lebih terperinci

MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI PADA MATA PELAJARAN MENGHIAS BUSANA DI SMK NEGERI 3 SUNGAI PENUH PERA WETTI

MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI PADA MATA PELAJARAN MENGHIAS BUSANA DI SMK NEGERI 3 SUNGAI PENUH PERA WETTI MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI PADA MATA PELAJARAN MENGHIAS BUSANA DI SMK NEGERI 3 SUNGAI PENUH PERA WETTI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS SENAM DISMENORE DALAM MENGURANGI DISMENEORE PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN KARAWANG TAHUN 2013

EFEKTIFITAS SENAM DISMENORE DALAM MENGURANGI DISMENEORE PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN KARAWANG TAHUN 2013 Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No. 2 April-Juni 2014: 56-61 EFEKTIFITAS SENAM DISMENORE DALAM MENGURANGI DISMENEORE PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN KARAWANG TAHUN 2013 Maria Alia Rahayu, S.SiT

Lebih terperinci

Resti Tresnasih*) Purwati Kuswarini Suprapto*)

Resti Tresnasih*) Purwati Kuswarini Suprapto*) APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE OF GAMES TOURNAMENT TEAMS (TGT) WITH EXPLORE ACTIVITY STUDENT LEARNING RESULT IN CONCEPT PLANT STRUCTURE (Experimental Study in Fourth Grade Salebu Elementary

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU PRO-SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU PRO-SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU PRO-SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Dian Setyorini ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL Oleh RENANTI WIDYA DARA NAZARUDDIN WAHAB ERNI MUSTAKIM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 NGUTER SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015. Oleh : Hesti Karmila Wulandari NIM :

TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 NGUTER SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015. Oleh : Hesti Karmila Wulandari NIM : PENGARUH LAYANAN INFORMASI DALAM BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 NGUTER SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh : Hesti Karmila Wulandari NIM : 11500067 ABSTRAK :

Lebih terperinci

Ikeu Dwi Astuti*) Purwati Kuswarini Suprapto*)

Ikeu Dwi Astuti*) Purwati Kuswarini Suprapto*) Application of Cooperative Learning Model Type of Question Student Have on The Human Body Excretion System Concept (Experimental Studies at II th Grade Science of the 1 st Public Senior High School Singaparna

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PART AND WHOLE TERHADAP HASIL BELAJAR TEKNIK DASAR SERVIS BAWAH BOLAVOLI PADA EKSTRAKURIKULER BOLAVOLI DI SMP N 4 PACITAN

PENGARUH METODE PART AND WHOLE TERHADAP HASIL BELAJAR TEKNIK DASAR SERVIS BAWAH BOLAVOLI PADA EKSTRAKURIKULER BOLAVOLI DI SMP N 4 PACITAN Pengaruh Metode Part... (Gleggo Cahyo Winbiyanto) 1 PENGARUH METODE PART AND WHOLE TERHADAP HASIL BELAJAR TEKNIK DASAR SERVIS BAWAH BOLAVOLI PADA EKSTRAKURIKULER BOLAVOLI DI SMP N 4 PACITAN THE INFLUENCE

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEKUATAN TUNGKAI PANJANG TUNGKAI DAN LINGKAR PAHA TERHADAP AKURASI PASSING. Jurnal. Oleh CAHYO PRASETYO

HUBUNGAN KEKUATAN TUNGKAI PANJANG TUNGKAI DAN LINGKAR PAHA TERHADAP AKURASI PASSING. Jurnal. Oleh CAHYO PRASETYO 1 HUBUNGAN KEKUATAN TUNGKAI PANJANG TUNGKAI DAN LINGKAR PAHA TERHADAP AKURASI PASSING Jurnal Oleh CAHYO PRASETYO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015 2 ABSTRAK

Lebih terperinci

FAKTOR EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI I TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT JURNAL

FAKTOR EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI I TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT JURNAL FAKTOR EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI I TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Journal of Sport Sciences and Fitness

Journal of Sport Sciences and Fitness JSSF 3 (4) (2014) Journal of Sport Sciences and Fitness http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jssf PENGARUH LATIHAN TENDANGAN DENGAN PERUBAHAN JARAK DAN LATIHAN TENDANGAN DENGAN MENGUBAH UKURAN TARGET

Lebih terperinci

Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Ekspositori, dan Hasil Belajar. Abstract

Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Ekspositori, dan Hasil Belajar. Abstract PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN PEMBELAJARAN EKSPOSITORI TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS IV SISWA SD ATHIRAH KOTA MAKASSAR 1 Nurhadifah Amaliyah, 2 Waddi Fatimah,

Lebih terperinci

OLEH : DELVIZA SURYANI

OLEH : DELVIZA SURYANI PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU, PERHATIAN ORANG TUA DAN KESIAPAN BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII MTsN LEMBAH GUMANTI JURNAL OLEH :

Lebih terperinci

HUBUNGAN MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL KETERAMPILAN SEPAKBOLA. Jurnal. Oleh NOVI SUSANTI

HUBUNGAN MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL KETERAMPILAN SEPAKBOLA. Jurnal. Oleh NOVI SUSANTI HUBUNGAN MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL KETERAMPILAN SEPAKBOLA Jurnal Oleh NOVI SUSANTI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 014 1 HUBUNGAN MINAT DAN MOTIVASI

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh REMILDA TRINORA RISWANDI ERNI MUSTAKIM

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh REMILDA TRINORA RISWANDI ERNI MUSTAKIM 1 HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL Oleh REMILDA TRINORA RISWANDI ERNI MUSTAKIM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015 2 HALAMAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUATAN GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMPN 25 KABUPATEN SOLOK SELATAN

HUBUNGAN PENGUATAN GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMPN 25 KABUPATEN SOLOK SELATAN HUBUNGAN PENGUATAN GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMPN 25 KABUPATEN SOLOK SELATAN Helmadona 1 Zafri 2 Liza Husnita 3 Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 MARAWOLA

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 MARAWOLA 1 PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 MARAWOLA BABUL HASANAH A 351 09 037 JURNAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL 0 HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE CLASS CONCERN DENGAN PEMBELAJARAN METODE KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS X SMK KARTIKA 1-2 PADANG Oleh: Nama

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN GADGET

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN GADGET HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN GADGET DENGAN POLA KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DALAM KELUARGA PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 17 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : MASYITHOH PUTRI PERTIWI 12500041 ABSTRAK:

Lebih terperinci

KEMAMPUAN DASAR BERMAIN SEPAKBOLA SISWA KELAS VIII SMP N 2 PANDAK. Oleh Fitri Hermawan N dan Soni Nopembri Universitas Negeri Yogyakarta

KEMAMPUAN DASAR BERMAIN SEPAKBOLA SISWA KELAS VIII SMP N 2 PANDAK. Oleh Fitri Hermawan N dan Soni Nopembri Universitas Negeri Yogyakarta KEMAMPUAN DASAR BERMAIN SEPAKBOLA SISWA KELAS VIII SMP N 2 PANDAK Oleh Fitri Hermawan N dan Soni Nopembri Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan

Lebih terperinci

Bravo s Jurnal Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan STKIP PGRI Jombang ISSN:

Bravo s Jurnal Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan STKIP PGRI Jombang ISSN: Bravo s Jurnal ISSN: 2337-7674 PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN TEACHING GAMES FOR UNDERSTANDING (TGFU) TERHADAP HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLAVOLI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 JOMBANG TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

PENGARUH MINAT DAN KEDISIPLINAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SDN GESI 1 TAHUN AJARAN 2015/2016

PENGARUH MINAT DAN KEDISIPLINAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SDN GESI 1 TAHUN AJARAN 2015/2016 PENGARUH MINAT DAN KEDISIPLINAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SDN GESI 1 TAHUN AJARAN 2015/2016 Artikel Publikasi Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 PENGARUH PEMANFAATAN LKS, MINAT BACA, KREATIVITAS BELAJAR DAN KETERAMPILAN GURU DALAM MENGELOLA KELAS TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI KELAS XI IPS DI SMA N 1 TANJUNG MUTIARA KABUPATEN AGAM Delni Fitri Dewi

Lebih terperinci

Cooperative Learning Model Group Investigation And Learning Together Type, Students Achievement, Ecosystem.

Cooperative Learning Model Group Investigation And Learning Together Type, Students Achievement, Ecosystem. Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Dan Learning Together (LT) (Studi Eksperimen pada Materi Ekosistem di Kelas

Lebih terperinci

PENJASKESREK FKIP UNS JOURNAL OF PHEDHERAL

PENJASKESREK FKIP UNS JOURNAL OF PHEDHERAL PENJASKESREK FKIP UNS JOURNAL OF PHEDHERAL http://jurnal.fkip.uns.ac.id http://penjaskesrek.fkip.uns.ac.id PENDEKATAN LATIHAN MASSED PRACTICE DAN DISTRIBUTED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN PASSING BOLA BAWAH

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA REALIA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA JURNAL. Oleh NUR INDAH KURNIAWATI NAZARUDDIN WAHAB RIYANTO M TARUNA

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA REALIA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA JURNAL. Oleh NUR INDAH KURNIAWATI NAZARUDDIN WAHAB RIYANTO M TARUNA 1 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA REALIA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA JURNAL Oleh NUR INDAH KURNIAWATI NAZARUDDIN WAHAB RIYANTO M TARUNA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR JURNAL. Oleh YOCIE CALLISTA PUTRI BAHARUDDIN RISYAK SYAIFUDDIN LATIF

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR JURNAL. Oleh YOCIE CALLISTA PUTRI BAHARUDDIN RISYAK SYAIFUDDIN LATIF HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR JURNAL Oleh YOCIE CALLISTA PUTRI BAHARUDDIN RISYAK SYAIFUDDIN LATIF FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR

Lebih terperinci

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN TAKTIS DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN PASSING DAN STOPING

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN TAKTIS DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN PASSING DAN STOPING 35 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN TAKTIS DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN PASSING DAN STOPING fernandoricky@edu.uir.ac.id, kamarudin@edu.uir.ac.id Program Studi

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 01 Tahun 2014, 56-60

Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 01 Tahun 2014, 56-60 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR SHOOTING SEPAKBOLA (Studi pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Kediri) Bijak Adhi Suroyo

Lebih terperinci

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN DENGAN KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA. Jurnal. Oleh. Chandra Sasongko

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN DENGAN KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA. Jurnal. Oleh. Chandra Sasongko HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN DENGAN KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA Jurnal Oleh Chandra Sasongko FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 2 ABSTRACT

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 6 BINTAN KABUPATEN BINTAN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 6 BINTAN KABUPATEN BINTAN HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 6 BINTAN KABUPATEN BINTAN Gatot Pranoto 1, Annika Maizeli 2, Evrialiani Rosba 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Akuntasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Akuntasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ANALISIS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DAN MANAJEMEN WAKTU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN SMK MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 Disusun

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MATEMATIKA

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MATEMATIKA 1.224 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 13 Tahun ke-5 2016 PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MATEMATIKA LEARNING HABITS AND PARENTS CONCERN EFFECT

Lebih terperinci

Rika Anggela. Program Studi Pendidikan Geografi IKIP-PGRI Pontianak Jl. Ampera No.88 Telp. (0561)

Rika Anggela. Program Studi Pendidikan Geografi IKIP-PGRI Pontianak Jl. Ampera No.88 Telp. (0561) HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DAN MOTIVASI KERJA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA SMA DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 Rika Anggela Program Studi Pendidikan Geografi IKIP-PGRI

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETERAMPILAN HITUNG, PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN GURU MENGAJAR, CARA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI

HUBUNGAN KETERAMPILAN HITUNG, PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN GURU MENGAJAR, CARA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI HUBUNGAN KETERAMPILAN HITUNG, PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN GURU MENGAJAR, CARA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI Elok Muliani Musa, Nurdin, Teddy Rusman Pendidikan Ekonomi PIPS FKIP Unila Jl.

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SKRIPSI Oleh: VALENT SARI DANISA K4308123 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PADA

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PADA PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 17 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : ANGGI WAHYU YULIANA NPM : 12500040

Lebih terperinci

Oleh : ABSTRACT. Keywords : the level of parent s education, learning outcomes, student interest to college to continue their study ABSTRAK

Oleh : ABSTRACT. Keywords : the level of parent s education, learning outcomes, student interest to college to continue their study ABSTRAK PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DAN HASIL BELAJAR TERHADAP MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI PADA SISWA SMA NEGERI 1 KOTO BARU TAHUN AJARAN 2013/2014 KABUPATEN DHARMASRAYA Oleh :

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN LISTENING TEAM

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN LISTENING TEAM PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN LISTENING TEAM DISERTAI TALKING STICK TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

Bravo s Jurnal Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan STKIP PGRI Jombang ISSN:

Bravo s Jurnal Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan STKIP PGRI Jombang ISSN: PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL KETEPATAN DAN KECEPATAN SERVIS SLICE TENIS LAPANGAN (Studi Pada Mahasiswa Angkatan 2012 A Prodi Penjaskes STKIP PGRI Jombang) Achmed Zoki achmedzokistkipjb@gmail.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII MTs UNIT SEKOLAH BARU (USB) SAGULUNG BATAM

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII MTs UNIT SEKOLAH BARU (USB) SAGULUNG BATAM SIMBIOSA, 5 (2): 84-90 HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII MTs UNIT SEKOLAH BARU (USB) SAGULUNG BATAM THE CORRELATION BETWEEN SELF-CONCEPT AND STUDENTS OUTCOMES ON LEARNING

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DAN PERSEPSI CARA MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL KOGNITIF BELAJAR FISIKA SISWA SMA

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DAN PERSEPSI CARA MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL KOGNITIF BELAJAR FISIKA SISWA SMA HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DAN PERSEPSI CARA MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL KOGNITIF BELAJAR FISIKA SISWA SMA Skripsi Oleh : Muhammad Irfan Jaya K 2308103 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci