JIMVET. 01(4): (2017) ISSN :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JIMVET. 01(4): (2017) ISSN :"

Transkripsi

1 PERBEDAAN JUMLAH CEMARAN MIKROBA PADA TELUR AYAM YANG DISIMPAN PADA RAK PINTU LEMARI ES DAN DALAM LEMARI ES Differences In Number Of Microbial Contamination In Eggs Stored On The Door Shelves And In The Refrigerator Ainun Na im 1, Razali 2, Rastina 3 1 Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala 2 Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner Universitas Syiah Kuala 3 Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner Universitas Syiah Kuala ainunnaim916@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh tempat penyimpanan telur terhadap jumlah cemaran mikroba. Posisi penyimpanan telur dilakukan pada dua tempat yaitu pada rak pintu lemari es dan di dalam lemari es. Penelitian ini menggunakan 42 butir telur ayam ras berumur 2-3 hari, sebanyak 21 butir di tempatkan pada rak pintu lemari es dan 21 butir telur di tempatkan di dalam lemari es. Perlakuan buka tutup dilakukan 3,6 dan 9 kali perhari selama satu minggu. Setiap hari diperiksa yaitu jumlah Total Plate Count (TPC) untuk satu butir telur. Data yang didapat adalah Angka Lempeng Lotal (ALT) kerabang telur dan isi telur (cfu/gr) perhari sampai satu minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ALT pada telur yang disimpan pada rak pintu lemari es dan dalam lemari es yang dibuka tutup 3,6 dan 9 kali sehari adalah sama. Jumlah ALT pada hari pertama masih dibawah Standar Nasional Indonesia (SNI). Dapat disimpulkan bahwa nilai ALT pada telur yang disimpan pada rak pintu lemari es dan di dalam lemari es relative sama baik pada isi maupun pada kerabang telur. Kata kunci: Telur, Mikroba, TPC. ABSTRACT The aim of this research was to find out the effect of eggs position storage on the total microbial count. The eggs position storage was conducted in two places that were on the door shelf and inside shelf of refrigerator. This research used 42 eggs of 2 to 3 days old chicken. A total of 21 eggs were stored at the door shelf and 21 other inside the refrigerator which opened and closed 3, 6 and 9 times per day for one week. Every day in the check that is Total Plate Count (TPC) for one egg. The data obtained is the TPC of both shell anda white and yello eggs (cfu/gram) per day until one week. The results showed that long on eggs stored on the refrigerator door and in the refrigerator opened 3,6 dan 9 times a day. The first day is still below the SNI It can be concluded that the value of TPC on eggs stored on the refrigerator door and in the refrigerator is relatively the same both on the contents and on the eggshell. Keywords: Egg, Microba, TPC PENDAHULUAN Latar Belakang Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang cukup tinggi dengan susunan asam amino yang lengkap serta memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi, kandungan gizi sebutir telur dengan berat 100 gram terdiri dari protein 12,8 gram, karbohidrat 0,7 gram, lemak 11,5 gram, air 66,1 gram, vitamin 7,9 gram dan mineral 1 gram 720

2 (Afifah, 2013). Selain itu, telur juga mengandung lemak tak jenuh, vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh (Mulza dkk., 2013). Telur memiliki beberapa kelemahan antara lain kulit telur mudah pecah atau retak dan tidak dapat menahan tekanan mekanis yang besar, sehingga telur tidak dapat diperlakukan secara kasar dalam suatu wadah. Kelembaban relatif udara dan suhu ruang penyimpanan dapat mempengaruhi mutu telur, dan dapat menyebabkan perubahan secara kimia dan mikrobiologis (Mulza dkk., 2013). Kerusakan pada telur dapat terjadi secara fisik, kimia maupun biologis sehingga dapat mempengaruhi perubahan selama masa penyimpanan (Hardianto dkk., 2012). Secara biologis kerusakan pada telur ayam disebabkan oleh mikroorganisme diantaranya adalah bakteri. Masuknya bakteri ke dalam telur setelah telur berada di luar tubuh induknya misalnya berasal dari kotoran yang menempel pada kulit telur. Kotoran tersebut diantaranya adalah feses, tanah, atau suatu bahan yang banyak mengandung bakteri perusak. Bakteri ini masuk ke dalam telur melalui kulit telur yang retak atau menembus kulit ketika lapisan tipis protein yang menutupi kulit telur telah rusak dan lubang-lubang kecil yang terdapat pada permukaan telur yang disebut pori-pori. Beberapa bakteri yang dapat mencemari telur antara lain golongan Salmonella, Staphylococcus, Streptococcus, Bacillus, Proteus, Pseudomonas, Aeromonas, dan Coli-aerogenes (Lubis dkk., 2012). Penyimpanan telur ada dilakukan di suhu ruang ada juga yang di masukkan dalam lemari es. Penyimpanan telur dalam lemari es ini dapat memperpanjang masa simpan telur, sehingga kualitasnya dapat dipertahankan lebih lama. Hal ini disebabkan pada suhu rendah aktifitas mikroba dihambat. Suhu pada bagian tengah lemari pendingin biasanya antara 3,3 0 C-5,5 0 C, dan suhu dibawah ruang beku adalah 1,6 0 C atau lebih rendah (Muchtadi, 2013). Berdasarkan kenyataan sekarang bahwa penyimpanan telur biasa diletakkan pada rak telur di dinding pintu lemari es. Bahwa membuka dan menutup lemari es mengakibatkan perubahan kualitas telur karena suhu yang tidak stabil, oleh sebab itu kualitas kulit telur sangat berpengaruh terhadap penyimpanan telur. Berdasarkan keadaan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan jumlah cemaran mikroba terutama total plate count (TPC) pada telur ayam yang disimpan pada rak pintu dan di dalam lemari es. Rumusan Masalah Apakah ada perbedaan jumlah TPC pada telur ayam yang ditempatkan dalam rak pintu lemari es dan di dalam lemari es. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan jumlah cemaran mikroba pada telur ayam yang disimpan pada rak pintu lemari es dan dalam lemari es. Hipotesis Penelitian Cemaran mikroba pada telur ayam yang disimpan pada rak pintu lemari es lebih tinggi dibanding dengan di dalam lemari es. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang perbedaan jumlah cemaran mikroba pada telur ayam yang disimpan pada rak pintu lemari es dan di dalam lemari es. 721

3 MATERIAL DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, pada bulan Februari-Maret Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah catton swab, kapas, tabung reaksi, cawan petri, gelas Erlenmeyer, gelas ukur, pipet 1 ml, bunsen, lemari es, label, plastik penutup, inkubator dan kamera. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah telur, alkohol, NaCL fisiologis, buffered pepton water (BPW) dan plate count agar (PCA). Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah telur ayam ras yang berumur 2-3 hari yang berasal dari penyalur telur. Telur di[ilih dengan warna, besar, berat dan kebersihan yang homogen dan tanpa cacat dan retak. Metode penelitian Penelitian dilakukan dengan metode TPC, yaitu dengan metode tuang. Sebanyak masing-masing 21 butir telur disimpan di dalam lemari es dan 21 butir telur disimpan di rak lemari es selama satu minggu. Setiap hari setelah dibuka tutup sebanyak 3,6 dan 9 kali, masing-masing telur diambil 1 butir di hitung ALT baik yang di dalam lemari es maupun pada rak pintu lemari es. Penghitungan jumlah kuman adalah dengan metode tuang. Prosedur penelitian Teknik pengambilan sampel Sampel telur ayam diperoleh dari distributor telur di daerah Darussalam, dengan umur, besar, warna dan bentuk yang sama. Sampel telur di tempatkan didalam kantong plastik dan di masukkan ke lemari es pada laboratorium kesmavet, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala untuk di analisis. Pengujian kualitas mikrobiologi telur : Pengujian kualitas mikrobiologi telur dengan metode total plate count (TPC) Dewan Standardisasi Nasional (DSN, 1992). 1. Kerabang telur Cotton swab yang telah diswab pada kerabang telur kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml BPW, selanjutnya sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml larutan BPW. Campuran dihomogenkan dan didapatkan pengenceran satu per sepuluh (PI). Selanjutnya dari PI dipipet sebanyak 1 ml dan dilarutkan ke dalam 9 ml larutan pengencer BPW untuk memperoleh PII, demikian seterusnya dengan cara sama dilakukan sampai diperoleh PIV. Pemupukan dilakukan terhadap semua pengenceran yang telah dilakukan (PI sampai PIV) dengan cara 1 ml pengenceran dipipet ke dalam cawan petri secara duplo dan ditambahkan medium agar PCA sebanyak ml. Campuran dihomogenkan dengan cara digerakkan membentuk angka delapan diatas bidang datar dan dibiarkan hingga agar-agar mengeras. Cawan petri selanjutnya di tutup dengan plastik warm dan diinkubasi pada suhu 37 C dengan posisi terbalik selama 24 jam. 2. Isi telur 722

4 Tuangkan isi telur ke dalam gelas beker dan aduk dengan batang pengaduk kemudian dimasukkan ke dalam tabung erlemeyer yang berisi 90 ml BPW, selanjutnya sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml larutan BPW. Campuran dihomogenkan dan didapatkan pengenceran satu per sepuluh (PI). Selanjutnya dari PI dipipet sebanyak 1 ml dan dilarutkan ke dalam 9 ml larutan pengencer BPW untuk memperoleh PII, demikian seterusnya dengan cara sama dilakukan sampai diperoleh PIV. Pemupukan dilakukan terhadap semua pengenceran yang telah dilakukan (PI sampai PIV) dengan cara 1 ml pengenceran dipipet ke dalam cawan petri secara duplo dan ditambahkan medium agar PCA sebanyak ml. Campuran dihomogenkan dengan cara digerakkan membentuk angka delapan diatas bidang datar dan dibiarkan hingga agar-agar mengeras. Cawan petri selanjutnya di tutup dengan plastik wrap dan diinkubasi pada suhu 37 C dengan posisi terbalik selama 24 jam. 3. Penghitungan koloni Penghitungan koloni yang tumbuh dilakukan setelah inkubasi 24 jam. Cara penghitungan jumlah koloni adalah : Jumlah bakteri = rata-rata jumlah koloni x 1 faktor pengenceran. Parameter penelitian Parameter penelitian adalah jumlah cemaran mikroba pada telur ayam yang disimpan pada rak pintu dan di dalam lemari es. Analisis data Data hasil penghitungan jumlah total plate count (TPC) disajikan secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Cemaran Mikroba Pada Telur Ayam Yang Disimpan Pada Rak Pintu Lemari Es Dan Dalam Lemari Es Pemeriksaan dilakukan tehadap 44 sampel telur ayam dengan perlakuan yang berbeda seperti dibuka 3, 6, dan 9 kali yang disimpan pada rak pintu lemari es dan di dalam lemari es untuk membedakan jumlah cemaran mikroba. Sebanyak 2 telur digunakan selama seminggu tanpa dibuka tutup di rak pintu dan didalam lemari es. Tabel 1. Jumlah cemaran mikroba (cfu/gram) pada penyimpanan telur di rak pintu lemari es selama 3 kali buka tutup Rak pintu dibuka 3x Sampel Jumlah cemaran mikroba (cfu/gram) Hari 1 Kerabang 1,7x10 2 Isi 7,3x10 2 Hari 2 Kerabang 9,2x10 4 Isi 4,6x10 3 Hari 3 Kerabang 1,5x10 5 Isi 4,1x10 4 Hari 4 Kerabang 1,1x10 5 Isi 4,0x10 4 Hari 5 Kerabang 7,2x10 5 Isi 6,5x10 4 Hari 6 Kerabang 8,1x10 5 Isi 7,5x10 4 Hari 7 Kerabang 8,8x10 5 Isi 9,1x

5 Hasil pemeriksaan mikroba pada kerabang telur yang disimpan pada rak pintu lemari es yang dibuka tutup 3 kali sehari pada hari pertama dan kedua adalah 1,7x10 2 dan 9,2x10 4. Sedangkan jumlah mikroba pada isi telur yang disimpan pada rak pintu lemari es yang dibuka tutup 3 kali sehari pada hari pertama sampai hari ke tujuh adalah 7,3x10 2 dan 9,1x10 4. Berdasarkan dua hari pertama pemeriksaan mikroba pada kerabang telur dan tujuh hari pertama pemeriksaan isi telur belum melebihi batas cemaran maksimum seperti SNI. Sedangkan pada hari ke tiga sampai hari ke tujuh pada kerabang telur telah melebihi batas maksimum SNI. Faktor yang mepengaruhi kualitas telur yaitu suhu lingkungan dan lama penyimpanan serta bau yang yang terdapat di sekitar tempat penyimpanan. Telur dapat mengalami kerusakan yang di sebabkan oleh mikroba yang masuk melalui pori-pori kerabang telur baik melalui air, udara maupun feses ayam. Telur harus mendapat penyimpanan yang baik agar kualitas telur terjaga (Mangalisu, 2015). Tabel 2. Jumlah cemaran mikroba (ccfu/gram) pada penyimpanan telur di dalam lemari es selama 3 kali buka tutup. Dalam lemari es dibuka 3x Sampel Jumlah cemaran mikroba (cfu/gram) Hari 1 Kerabang 8,4x10 3 Isi 8.9x10 3 Hari 2 Kerabang 1,2x10 5 Isi 4,5x10 4 Hari 3 Kerabang 1,7x10 5 Isi 1,3x10 5 Hari 4 Kerabang 1,5x10 5 Isi 5,1x10 5 Hari 5 Kerabang 8,7x10 5 Isi 1,3x10 5 Hari 6 Kerabang 1,2x10 5 Isi 1,1x10 5 Hari 7 Kerabang 1,2x10 5 Isi 1,3x10 5 Hasil pemeriksaan mikroba pada kerabang telur yang disimpan pada lemari es yang dibuka tutup 3 kali sehari pada hari pertama adalah 8,4x10 3. Sedangkan jumlah mikroba pada isi telur yang disimpan pada lemari es yang dibuka tutup 3 kali sehari pada hari pertama dan kedua adalah 8.9x10 3 dan 4,5x10 4. Berdasarkan hari pertama pemeriksaan mikroba pada kerabang telur dan dua hari pertama pemeriksaan mikroba pada isi telur belum melebihi batas cemaran maksimum seperti SNI. Sedangkan pada hari ke dua sampai hari ke tujuh pada kerabang telur telah melebihi batas maksimum SNI dan pada isi telur pada hari ketiga sampai hari ke tujuh telah melebihi standar SNI. Tabel 3. Jumlah cemaran mikroba (cfu/gram) pada penyimpanan telur di rak pintu lemari es selama 6 kali buka tutup Rak pintu dibuka 6x Sampel Jumlah cemaran mikroba (cfu/gram) Hari 1 Kerabang 7,2x10 4 Isi 8,0x10 4 Hari 2 Kerabang 1,2x10 4 Isi 4,5x10 4 Hari 3 Kerabang 1,6x10 5 Isi 2,0x10 5 Hari 4 Kerabang 2,1x10 5 Isi 7,9x10 5 Hari 5 Kerabang 2,1x10 5 Isi 1,0x

6 Hari 6 Kerabang 1,5x10 5 Isi 8,3x10 5 Hari 7 Kerabang 7,0x10 5 Isi 1,3x10 5 Hasil pemeriksaan mikroba pada kerabang telur yang disimpan pada rak pintu lemari es yang dibuka tutup 6 kali sehari pada hari pertama dan kedua adalah 7,2x10 4 dan 1,2x10 4 Sedangkan jumlah mikroba pada isi telur yang disimpan pada rak pintu lemari es yang dibuka tutup 3 kali sehari pada hari pertama dan kedua adalah 8,0x10 4 dan 4,5x10 4. Berdasarkan dua hari pertama pemeriksaan mikroba baik pada kerabang maupun pada isi telur belum melebihi batas cemaran maksimum seperti SNI. Sedangkan pada hari ke tiga sampai hari ke tujuh pada kerabang telur dan isi telur telah melebihi batas maksimum SNI. Tabel 4. Jumlah cemaran mikroba (cfu/gram) pada penyimpanan telur di dalam lemari es selama 6 kali buka tutup. Dalam lemari es dibuka 6x Sampel Jumlah cemaran mikroba (cfu/gram) Hari 1 Kerabang 1,8x10 4 Isi 5,0x10 4 Hari 2 Kerabang 1,4x10 5 Isi 1,5x10 5 Hari 3 Kerabang 1,9x10 5 Isi 1,4x10 5 Hari 4 Kerabang 6,7x10 5 Isi 6,3x10 5 Hari 5 Kerabang 5,7x10 5 Isi 5,3x10 5 Hari 6 Kerabang 1,6x10 5 Isi 5,7x10 5 Hari 7 Kerabang 6,8x10 5 Isi 6,9x10 5 Hasil pemeriksaan mikroba pada kerabang telur yang disimpan pada lemari es yang dibuka tutup 6 kali sehari pada hari pertama adalah 1,8x10 4 Sedangkan jumlah mikroba pada isi telur yang disimpan pada lemari es yang dibuka tutup 3 kali sehari pada hari pertama adalah 5,0x10 4. Berdasarkan hari pertama pemeriksaan mikroba baik pada kerabang maupun pada isi telur belum melebihi batas cemaran maksimum seperti SNI. Sedangkan pada hari ke dua sampai hari ke tujuh pada kerabang telur dan isi telur telah melebihi batas maksimum SNI. Jumlah bakteri dalam telur makin meningkat sejalan dengan lamanya penyimpanan (Nurjanna, 2015). Mencegah kerusakan telur diperlukan penyimpanan yang bertujuan untuk mencegah masuknya patogen dari luar ke dalam isi telur dan menghambat patogen yang mungkin ada di dalam isi telur untuk tumbuh dan memperbanyak diri. Salah satu cara mempertahankan mutu telur dalam jangka waktu yang lama adalah dengan pendinginan (Wijaya, 2013). Telur harus disimpan pada suhu serendah mungkin namun tidak menyebabkan isi telur membeku, karena dengan membekunya isi telur mengakibatkan volume isi telur membesar, sehingga dapat menyebabkan pecahnya kerabang telur. Oleh karena itu penyimpanan telur harus dilakukan pada suhu refrigerasi diatas suhu -2 C (28 F ) untuk mencegah kerusakan telur karena pada suhu penyimpanan tersebut pelepasan CO2 dan air dari dalam telur dapat dihambat (Suradi, 2006). Mencegah terabsorbsinya bau tajam dari makanan lain, maka penyimpanan telur dalam lemari es sebaiknya dimasukkan didalam wadah tempat telur (Afifah, 2013). Psikrofil 725

7 adalah bakteri yang mempunyai suhu optimum pertumbuhan C, dengan suhu minimum pertumbuhan -5 sampai 0 0 C (Hardianto, 2012). Tabel 5. Jumlah cemaran mikroba (cfu/gram) pada penyimpanan telur di rak pintu lemari es selama 9 kali buka tutup. Rak pintu dibuka 9x Sampel Jumlah cemaran mikroba (cfu/gram) Hari 1 Kerabang 1,9x10 4 Isi 3,2x10 4 Hari 2 Kerabang 1,5x10 4 Isi 1,0x10 4 Hari 3 Kerabang 1,1x10 5 Isi 2,1x10 5 Hari 4 Kerabang 2,3x10 5 Isi 1,2x10 5 Hari 5 Kerabang 6,0x10 5 Isi 8,6x10 5 Hari 6 Kerabang 1,5x10 5 Isi 1,9x10 5 Hari 7 Kerabang 9,5x10 5 Isi 8,6x10 5 Hasil pemeriksaan mikroba pada kerabang telur yang disimpan pada rak pintu lemari es yang dibuka tutup 9 kali sehari pada hari pertama dan kedua adalah 1,9x10 4 dan 1,5x10 4 Sedangkan jumlah mikroba pada isi telur yang disimpan pada rak pintu lemari es yang dibuka tutup 3 kali sehari pada hari pertama dan kedua adalah 3,2x10 4 dan 1,0x10 4. Berdasarkan dua hari pertama pemeriksaan mikroba baik pada kerabang maupun pada isi telur belum melebihi batas cemaran maksimum seperti SNI. Sedangkan pada hari ke tiga sampai hari ke tujuh pada kerabang telur dan isi telur telah melebihi batas maksimum SNI. Tabel 6. Jumlah cemaran mikroba (cfu/gram) pada penyimpanan telur di dalam lemari es selama 9 kali buka tutup. Dalam lemari es dibuka 9x Sampel Jumlah cemaran mikroba (cfu/gram) Hari 1 Kerabang 1,9x10 4 Isi 5,6x10 4 Hari 2 Kerabang 2,1x10 5 Isi 5,6x10 5 Hari 3 Kerabang 9,1x10 5 Isi 2,1x10 5 Hari 4 Kerabang 5,6x10 5 Isi 1,6x10 5 Hari 5 Kerabang 8,6x10 5 Isi 7,0x10 5 Hari 6 Kerabang 1,0x10 5 Isi 7,5x10 5 Hari 7 Kerabang 1,0x10 5 Isi 1,1x10 5 Hasil pemeriksaan mikroba pada kerabang telur yang disimpan pada rak pintu lemari es yang dibuka tutup 9 kali sehari selama satu hari adalah 1,9x10 4 Sedangkan jumlah mikroba pada isi telur yang disimpan pada rak pintu lemari es yang dibuka tutup 3 kali sehari selama satu hari adalah 5,6x10 4. Berdasarkan hari pertama pemeriksaan mikroba baik pada kerabang maupun pada isi telur belum melebihi batas cemaran maksimum seperti SNI. Sedangkan pada hari ke dua sampai hari ke tujuh pada kerabang telur dan isi telur telah melebihi batas maksimum SNI. 726

8 Jumlah mikroba dalam telur makin meningkat sejalan dengan lama penyimpanan. Mikroba ini akan mendegradasi atau menghancurkan senyawa-senyawa yang ada di dalam telur menjadi senyawa berbau khas yang mencirikan kerusakan telur. Cara mempertahankan mutu telur yaitu dengan mencegah penguaan air dan terlepasnya gas-gas lain dari dalam isi telur, serta mencegah masuk dan tumbuhnya mikroba di dalam telur. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengatur kelembapan dan kecepatan aliran udara dalam ruangan penyimpanan (Mangalisu, 2015). Bakteri penyebab kebusukan telur terutama bakteri Gram negatif seperti Pseudomonas, Serratia, Alcaligenes dan Citrobacter (Nugroho, 2012). Berdasarkan hasil tersebut, cemaran mikroba di setiap tempat yang berbeda terlihat bahwa jumlah total mikroba berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti perbedaan kondisi penempatan telur, air, jumlah dan jenis bakteri, suhu kelembaban dan udara. Hasil tersebut jika dibandingkan dengan SNI 3926:2008 yaitu 1 x 10 5 cfu/g. Isi telur mudah terkontaminasi jika telur dicuci atau disimpan dengan cara yang salah. Mutu isi telur tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya kondisi dan mutu telur, cara pencucian dan sanitasi telur, sanitasi wadah, dan suhu serta waktu penyimpanan telur (Nugroho, 2012). PENUTUP Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa Angka Lempeng Total (ALT) mikroba pada telur ayam yang disimpan pada rak pintu lemari es dan di dalam lemari es adalah relatif sama. Nilai ALT mikroba pada kerabang dan isi telur pada penyimpanan di rak pintu lemari dan di dalam lemari es adalah sama. Nilai ALT mikroba pada kedua tempat penyimpanan tersebut hanya memenuhi standar nasional Indonesia untuk hari pertama saja Saran Perlu diperhatikan sebaiknya telur yang dibeli terlebih dahulu dibersihkan kerabang telur dan di simpan di rak pintu lemari es. Penyimpanan telur sebaiknya tidak terlalu lama karena akan menyebabkan cemaran mikroba semakin banyak. DAFTAR PUSTAKA Afifah, N Uji salmonella-shigella pada telur ayam yang disimpan pada suhu dan waktu yang berbeda. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Jurnal Ilmiah Edu Research. Universitas pasir pengaraian. 2(1):36. Dewan Standardisasi Nasional Metode Pengujian Cemaran Mikroba, Standar Nasional Indonesia, Jakarta. SNI Fibrianti, S. M,. I. K Suada, M. D Rudyanto Kualitas Telur Ayam Konsumsi yang Dibersihkan dan Tanpa Dibersihkan Selama Penyimpanan Suhu Kamar. Indonesia Medicus Veterinus. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. 1(3):408. Hardianto, G. K. Suarjana dan M. D. Rudyanto Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Telur Ayam Kampung Ditinjau dari Angka Lempeng Total Bakteri. Indonesia Medicus Veterinus. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Udayana. 1(1):72. Haryuni, N., E. Widodo, E. Sudjarwo Aktivitas Antibakteri Jus Daun Sirih (Piper Bettle Linn) Terhadap Bakteri Patogen Dan Kualitas Telur Selama Penyimpanan. Jurnal Ternak Tropika. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. 16(1):

9 Idayanti., S. Darmawati, U. Nurullita Perbedaan variasi lama simpan telur ayam pada penyimpanan suhu almari es dengan suhu kamar terhadap total mikroba. Jurnal Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Semarang. 2(1):20. Jazil A,dkk Penurunan kualitas telur ayam ras dengan intensitas warna coklat kerabang berbeda selama penyimpanan. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 2(1). Lubis, H.A., G. K. Suarjana, dan M. D. Rudyanto Pengaruh suhu dan lama penyimpanan telur ayam kampung terhadap jumlah eschericia cilo. Indonesia Medicus Veterinus Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Udayana. 1(1):145. Mangalisu, A Kemampuan Fermentasilactobacillus Plantarum Pada Telur Infertil Dengan Waktu Inkubasi Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar. Muchtadi, T. R Prinsip Proses Dan Teknologi Pangan. Alfabeta. Bandung. Mulza, D. P., Ratnawulan dan Gusnedi Uji Kualitas Telur Ayam Ras Terhadap Lamanya Penyimpanan Berdasarkan Sifat Listrik. Pillar of Physics. Universitas Negeri Padang. 1(2):111. Nugroho, E. E. S Jumlah Total Mikroorganisme Pada Telur Ayam Dan Bebek Yang Dijual Di Pasar Tradisional Di Wilayah Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nurjanna, S Kontaminasi Bakteri Telur Ayam Ras Yang Dipelihara Dengan Sistem Pemeliharaan Intensif Dan Free Range Dengan Waktu Pemberian Naungan Alami Berdeda. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makasar. Saraswati, D Uji Bakteri Salmonella sp Pada Telur Bebek, Telur Puyuh dan Telur Ayam Kampung yang Di Perdagangkan di Pasar Liluwo Kota Gorontalo. Skripsi. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan. Universitas Negeri Gorontalo. Suradi, K Perubahan Kualitas Telur Ayam Ras Dengan Posisi Peletakan Berbeda Selama Penyimpanan Suhu Refrigerasi. Jurnal Ilmu Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. 6(2):21. Wijaya, V. P Daya Antibakteri Albumen Telur Ayam (Gallus Domesticus) Dan Ayam Kate (Gallus Bantam) Terhadap Spesies Bakteri Coliformfekal Pada Cangkang Telur. Jurnal Pendidikan Sains. Pendidikan Biologi-Pascasarjana. Uninersitas Negeri Malang. 1(4) :

4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air

4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air TINJAUAN PUSTAKA Telur Telur merupakan bahan pangan asal hewan yang mempunyai daya pengawet alamiah yang paling baik, karena memiliki suatu pelindung kimia dan fisis terhadap infeksi mikroba. Mekanisme

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

JUMLAH CEMARAN MIKROBA PADA TELUR AYAM RAS YANG DIJUAL DI SWALAYAN DAERAH DARUSSALAM KECAMATAN SYIAH KUALA KOTA BANDA ACEH

JUMLAH CEMARAN MIKROBA PADA TELUR AYAM RAS YANG DIJUAL DI SWALAYAN DAERAH DARUSSALAM KECAMATAN SYIAH KUALA KOTA BANDA ACEH JUMLAH CEMARAN MIKROBA PADA TELUR AYAM RAS YANG DIJUAL DI SWALAYAN DAERAH DARUSSALAM KECAMATAN SYIAH KUALA KOTA BANDA ACEH The level of contamination microbe in chicken eggs sold in several minimarkets

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Data yang diperoleh dari Dinas Kelautan, Perikanan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Gorontalo memiliki 10 Tempat Pemotongan Hewan yang lokasinya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar Lampung, Laboratorium Penguji Balai Veteriner Lampung, dan Laboratorium Nutrisi

Lebih terperinci

ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA. Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia

ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA. Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia ARTIKEL PENELITIAN ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA 1 Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia 1 Dosen Pengajar Program Studi D-III Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK Bayu Nor Khotib 1, Yuliana Prasetyaningsih 2, Fitri Nadifah 3 1,2,3 D3 Analis Kesehatan STIKes Guna Bangsa

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015 di Kota

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015 di Kota III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015 di Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pasca Panen Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda pada pollard terhadap kandungan total bakteri, Gram positif/negatif dan bakteri asam laktat telah

Lebih terperinci

Angka Lempeng Total Bakteri pada Broiler Asal Swalayan di Denpasar dan Kabupaten Badung

Angka Lempeng Total Bakteri pada Broiler Asal Swalayan di Denpasar dan Kabupaten Badung Angka Lempeng Total Bakteri pada Broiler Asal Swalayan di Denpasar dan Kabupaten Badung (TOTAL PLATE COUNT OF BACTERIA IN BROILER SOLD IN RETAIL MARKETS IN DENPASAR AND BADUNG REGENCY ) Magfirah Syahruddin,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian deskripsi dengan metode observasi. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi kandungan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan Kunak, Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Sampel diuji di laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Departemen

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN MIKROBA TELUR

KOMPOSISI DAN MIKROBA TELUR KOMPOSISI DAN MIKROBA TELUR KELOMPOK 7 Septika Irjawati Siti Zubaidah Antonius Marianus Weri Ernestus Dok Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi tercapainya kecukupan gizi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup sempurna karena mengandung zat zat gizi yang lengkap dan mudah

I. PENDAHULUAN. cukup sempurna karena mengandung zat zat gizi yang lengkap dan mudah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Dari sebutir telur didapatkan gizi yang cukup

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampai Desember Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan

BAB III METODE PENELITIAN. sampai Desember Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ± 3 bulan dimulai bulan Oktober sampai Desember 2013. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian

Lebih terperinci

JUMLAH TOTAL MIKROORGANISME PADA TELUR AYAM DAN BEBEK YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL DI WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT ELLANGGA EKO SURYO NUGROHO

JUMLAH TOTAL MIKROORGANISME PADA TELUR AYAM DAN BEBEK YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL DI WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT ELLANGGA EKO SURYO NUGROHO JUMLAH TOTAL MIKROORGANISME PADA TELUR AYAM DAN BEBEK YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL DI WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT ELLANGGA EKO SURYO NUGROHO FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu (uji kimia dan mikrobiologi) dan di bagian Teknologi Hasil Ternak (uji organoleptik), Departemen Ilmu Produksi dan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penilitian dilaksanakan selama bulan Mei sampai Juli 2017 di Laboratorium

BAB III MATERI DAN METODE. Penilitian dilaksanakan selama bulan Mei sampai Juli 2017 di Laboratorium 14 BAB III MATERI DAN METODE Penilitian dilaksanakan selama bulan Mei sampai Juli 2017 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

15 Penanganan telur yang dilakukan oleh para pedagang di pasar tradisional di Provinsi Jawa Barat tidak menyimpan telur dengan pendinginan. Semua peda

15 Penanganan telur yang dilakukan oleh para pedagang di pasar tradisional di Provinsi Jawa Barat tidak menyimpan telur dengan pendinginan. Semua peda HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Pedagang, Tempat Penjualan, dan Penanganan Telur Data kuesioner mencakup pendidikan pedagang, lama waktu, jenis pemasok, lama waktu telur di tempat penjualan, cara penanganan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang baik bagi manusia karena mengandung zat gizi yang tinggi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu adalah suatu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

Telur ayam konsumsi SNI 3926:2008

Telur ayam konsumsi SNI 3926:2008 Standar Nasional Indonesia Telur ayam konsumsi ICS 67.120.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Materi

METODE Lokasi dan Waktu Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan, Laboratorium mikrobiologi, SEAFAST CENTER, Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP)

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah eksplanatori research adalah menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan melalui

Lebih terperinci

UJI KUALITAS MIKROBIOLOGI MAKANAN BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL KOLONI BAKTERI

UJI KUALITAS MIKROBIOLOGI MAKANAN BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL KOLONI BAKTERI UJI KUALITAS MIKROBIOLOGI MAKANAN BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL KOLONI BAKTERI LAPORAN PRAKTIKUM Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi Yang Dibimbing Oleh Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan peningkatan jumlah penduduk di Indonesia yang diikuti dengan tingginya kesadaran

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. hingga Agustus 2016 di Laboratorium Teknobio-Pangan, Universitas Atma Jaya

METODE PENELITIAN. hingga Agustus 2016 di Laboratorium Teknobio-Pangan, Universitas Atma Jaya III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai pada bulan Mei 2016 hingga Agustus 2016 di Laboratorium Teknobio-Pangan, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Lebih terperinci

Y ij = µ + B i + ε ij

Y ij = µ + B i + ε ij METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2008 sampai bulan September 2009. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Bagian Teknologi Hasil Ternak Perah dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3 perlakuan, sedangkan

Lebih terperinci

Peneliti Ir. Endang Soesetyaningsih

Peneliti Ir. Endang Soesetyaningsih LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROGRAM PENELITIAN PEMBINAAN BAGI TENAGA FUNGSIONAL NON DOSEN UNIVERSITAS JEMBER AKURASI TPC BAKTERI PADA DAGING SAPI UNTUK PERBAIKAN PRAKTIKUM DAN PENELITIAN MAHASISWA Peneliti

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Sampel

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan  Metode Penelitian Sampel 16 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2012 di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

PENGAMBILAN SAMPEL MAKANAN UNTUK PARAMETER MIKROBIOLOGI, PENGIRIMAN, PEMERIKSAAN DAN INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN SAKRIANI

PENGAMBILAN SAMPEL MAKANAN UNTUK PARAMETER MIKROBIOLOGI, PENGIRIMAN, PEMERIKSAAN DAN INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN SAKRIANI PENGAMBILAN SAMPEL MAKANAN UNTUK PARAMETER MIKROBIOLOGI, PENGIRIMAN, PEMERIKSAAN DAN INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN SAKRIANI Penularan Penyakit Melalui Makanan Sumber Kontaminasi:penjamah makanan Bakteri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan dilanjutkan dengan identifikasi jenis bakteri Escherichia coli, Salmonella sp,

BAB III METODE PENELITIAN. dan dilanjutkan dengan identifikasi jenis bakteri Escherichia coli, Salmonella sp, 48 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu termasuk dalam penelitian deskriptif kuantitatif. Dimana penelitian ini tertuju pada

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2013 Maret 2014

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2013 Maret 2014 III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2013 Maret 2014 di Laboratorium Teknologi Pascapanen, Laboratorium Patologi, Entomologi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Eksperimen murni dengan menggunakan rancangan One Group Pretest Posttest. Pada rancangan ini dilakukan randomisasi, artinya pengelompokkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau.

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di Laboratorium Teknologi Pascapanen dan Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi Fakultas

Lebih terperinci

Kata Kunci :Ronto, jumlah mikroba, kadar air, kadar garam

Kata Kunci :Ronto, jumlah mikroba, kadar air, kadar garam HUBUNGAN ANTARA KADAR GARAM DAN KADAR AIR TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA PADA MAKANAN TRADISIONAL RONTO DARI KOTABARU KALIMANTAN SELATAN Meiliana Sho etanto Fakultas Farmasi Meilianachen110594@gmail.com

Lebih terperinci

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April Penelitian ini

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April Penelitian ini BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April 26. Penelitian ini dilakukan di Pasar Tradisional di Kabupaten Semarang yaitu Pasar Projo Ambarawa, Pasar Sumowono, Pasar Babadan,

Lebih terperinci

Kualitas Telur Ayam Konsumsi yang Dibersihkan dan Tanpa Dibersihkan Selama Penyimpanan Suhu Kamar

Kualitas Telur Ayam Konsumsi yang Dibersihkan dan Tanpa Dibersihkan Selama Penyimpanan Suhu Kamar Kualitas Telur Ayam Konsumsi yang Dibersihkan dan Tanpa Dibersihkan Selama Penyimpanan Suhu Kamar SISKA MAHARGIAN FIBRIANTI, I KETUT SUADA, MAS DJOKO RUDYANTO Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada pellet calf starter dengan penambahan bakteri asam laktat dari limbah kubis terfermentasi telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Pembinaan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Pembinaan dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi Gorontalo. Waktu penelitian dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPT Pengembangan Agrobisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen Biologi,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan selama 8 bulan yaitu dari bulan Oktober 2011 sampai Mei 2012. Lokasi penelitian di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Laboratorium Terpadu

Lebih terperinci

Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN

Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN VI. PEMBAHASAN Praktikum yang dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2011 mengenai pengaruh suhu penyimpanan beku terhadap mikroba pada bahan pangan. Praktikum ini dilaksanakan agar praktikan dapat mengerjakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2012 di Bagian Mikrobiologi Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera utara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam penyehatan makanan dan minuman, kebersihan alat makan merupakan bagian yang sangat penting dan berpengaruh terhadap kualitas makanan dan minuman. Alat makan yang

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013 di PT. AGB Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi-Jawa Barat. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Desember 2011. Kegiatan ini dilakukan di laboratorium Bagian Mikrobiologi Medik Departemen

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KAJIAN SIFAT FISIK, KIMIA DAN MIKROBIOLOGI KUNING TELUR DENGAN PENAMBAHAN MADU PADA UMUR TELUR YANG BERBEDA

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KAJIAN SIFAT FISIK, KIMIA DAN MIKROBIOLOGI KUNING TELUR DENGAN PENAMBAHAN MADU PADA UMUR TELUR YANG BERBEDA 1 USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KAJIAN SIFAT FISIK, KIMIA DAN MIKROBIOLOGI KUNING TELUR DENGAN PENAMBAHAN MADU PADA UMUR TELUR YANG BERBEDA Bidang Kegiatan: PKM AI Diusulkan Oleh: Rithoh Yahya D14070049

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari 32 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari 2015 di Laboratorium Teknologi Pakan dan Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Universitas Diponegoro, Semarang.

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Telur Ayam Kampung Terhadap Angka Lempeng Total dan Angka Staphylococcus aureus

Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Telur Ayam Kampung Terhadap Angka Lempeng Total dan Angka Staphylococcus aureus Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Telur Ayam Kampung Terhadap Angka Lempeng Total dan Angka Staphylococcus aureus Ni matul Aulia, Didimus Tanah Boleng, Sonja V.T. Lumowa Program Studi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi:

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian akan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor pertama adalah kadar kitosan yang terdiri dari : 2%, 2,5%, dan 3%.

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. Pengujian yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daging adalah semua jaringan hewan, baik yang berupa daging dari karkas, organ, dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE 21 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. 3.1. Materi

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1. Metode Pengumpulan Data 2.1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel nasi bungkus diambil dari penjual nasi bungkus di wilayah sekitar kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas manusia merupakan faktor yang mendukung nilai ekonomi dalam

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas manusia merupakan faktor yang mendukung nilai ekonomi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan bahan pokok yang penting dalam kehidupan manusia. Sebagai salah satu kebutuhan pokok, makanan dan minuman dibutuhkan manusia untuk hidup,

Lebih terperinci

POPULASI BAKTERI PADA TELUR AYAM LEGHORN SETELAH PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

POPULASI BAKTERI PADA TELUR AYAM LEGHORN SETELAH PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI POPULASI BAKTERI PADA TELUR AYAM LEGHORN SETELAH PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : INDRA MIFTAHUL HUDA A 420 090 023 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam

BAB III METODA PENELITIAN. Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Metoda Percobaan Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK), desain faktorialnya 4 x 4 dengan tiga kali ulangan.

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari 2017

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari 2017 19 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari 2017 untuk pengujian TPC di Laboratorium Mikrobiologi PPOMN (Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional), Badan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dibagi menjadi lokasi pengambilan sampel dan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dibagi menjadi lokasi pengambilan sampel dan lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dibagi menjadi lokasi pengambilan sampel dan lokasi pengujian sampel. Untuk lokasi pengambilan sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah True Experimen yaitu penelitian yang dilakukan di Laboratorium. Rancangan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013. Ikan teri (Stolephorus sp) asin kering yang dijadikan sampel berasal dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian perbedaan jenis kemasan terhadap total bakteri dan sifat organoleptik ikan Pari asap yang diproduksi di Bandarharjo Semarang adalah eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diuji di Laboratorium Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo. Waktu penelitian yaitu pada tanggal 4-23 Desember tahun 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. diuji di Laboratorium Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo. Waktu penelitian yaitu pada tanggal 4-23 Desember tahun 2013. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada penjual daging sapi di tempat pemotongan hewan di Kota Gorontalo dan selanjutnya diambil sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LUAR HALAMAN SAMPUL DALAM LEMBAR PENGESAHAN

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LUAR HALAMAN SAMPUL DALAM LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LUAR... i HALAMAN SAMPUL DALAM... ii LEMBAR PENGESAHAN... Error! Bookmark not defined. RIWAYAT HIDUP... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMAKASIH... Error! Bookmark not

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah Cross Sectional. Penelitian dilaksanakan di tiga buah rumah makan di sekitar kampus IPB Darmaga, jalan Babakan Raya, Kelurahan Babakan, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental. Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Lebih terperinci

Pengaruh Pencelupan pada Air Mendidih dan Air Kapur Sebelum Penyimpanan Terhadap Kualitas Telur Ayam Ras (Gallus L.)

Pengaruh Pencelupan pada Air Mendidih dan Air Kapur Sebelum Penyimpanan Terhadap Kualitas Telur Ayam Ras (Gallus L.) Pengaruh Pencelupan pada Air Mendidih dan Air Kapur Sebelum Penyimpanan Terhadap Kualitas Telur Ayam Ras (Gallus L.) *Muhammad Anwar Djaelani *Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Berbagai jenis makanan dan minuman yang dibuat melalui proses fermentasi telah lama dikenal. Dalam prosesnya, inokulum atau starter berperan penting dalam fermentasi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimental dengan menguji isolat bakteri endofit dari akar tanaman kentang (Solanum tuberosum

Lebih terperinci

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 1 Summary STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 TRI ASTUTI NIM 811408115 Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penambahan bentonit pada proses Pelleting

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penambahan bentonit pada proses Pelleting 8 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh penambahan bentonit pada proses Pelleting terhadap total bakteri dan total fungi pada Pellet limbah penetasan dilaksanakan pada bulan Maret Juni

Lebih terperinci

MICROBIOLOGICAL TEST OF Euthynnus affinis IN FISH LANDING SITE (TPI) LAMPULO, BANDA ACEH

MICROBIOLOGICAL TEST OF Euthynnus affinis IN FISH LANDING SITE (TPI) LAMPULO, BANDA ACEH UJI MIKROBIOLOGI IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) YANG DIDISTRIBUSIKAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) LAMPULO DAN OLEH PEDAGANG IKAN KELILING (PIK) DI KOTA BANDA ACEH MICROBIOLOGICAL TEST OF Euthynnus

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul kadar air, total mikroba dan kesukaan telur

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul kadar air, total mikroba dan kesukaan telur 14 BB III MTERI DN METODE Penelitian dengan judul kadar air, total mikroba dan kesukaan telur homogen dengan penambahan kunyit, gula aren, dan garam selama penyimpanan 6 hari dilaksanakan pada tanggal

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE

III BAHAN DAN METODE meliputi daerah Jawa, Kalimantan dan Sumatera. Tanaman Kilemo di daerah Jawa banyak ditemui pada daerah dengan ketinggian 230 700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Tanaman ini terutama banyak ditemui

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2011 sampai dengan bulan Maret 2012. Kegiatan ini dilakukan di laboratorium Bagian Mikrobiologi Medik Departemen

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5 6 Juni 2015 Potensi Produk Farmasi dari Bahan Alam Hayati untuk Pelayanan Kesehatan di Indonesia serta Strategi Penemuannya ANALISIS CEMARAN MIKROBA

Lebih terperinci

ABSTRAK Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Telur Konsumsi Ayam Kampung Dan Ayam Lohman Brown

ABSTRAK Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Telur Konsumsi Ayam Kampung Dan Ayam Lohman Brown ABSTRAK Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Telur Konsumsi Ayam Kampung Dan Ayam Lohman Brown Oleh: Putu Riski Ananta Widyantara Program Studi Ilmu Peternakan Program Pascasarjana Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo kemudian diteruskan dengan pemeriksaan bakteri Salmonella sp. di

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo kemudian diteruskan dengan pemeriksaan bakteri Salmonella sp. di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian dilakukan pada warung-warung minuman yang menjual Susu Telur Madu Jahe (STMJ) di taman kota Damay kecamatan Kota Selatan

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi, Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Materi Penelitian Bahan yang akan digunakan meliputi ikan plati, kultur mikroorganisme yang diisolasi dari asinan sawi, Paramaecium sp.,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Kuisioner Penyediaan telur yang aman dan berkualitas sangat diperlukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Penanganan telur mulai dari sesaat setelah

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Materi Rancangan

METODE Lokasi dan Waktu Materi Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Bagian IPT Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan mulai bulan Februari 2008 sampai

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM HIGIENE DAN SANITASI

PENUNTUN PRAKTIKUM HIGIENE DAN SANITASI PENUNTUN PRAKTIKUM HIGIENE DAN SANITASI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA Uji Kontaminasi Udara Ruang Pengolahan - Nutrient Agar ( ) Steril - Potato Dextrose

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae Dalam Ransum Terhadap Populasi Mikroba, Panjang serta Bobot Relatif Seka Ayam Kampung dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi pada udara di inkubator

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif, yaitu penelitian yang menjajaki sesuatu informasi sementara atau kasus yang belum dikenal atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini diaksanakan dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2012. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti variabel bebas yaitu konsentrasi kunyit dan lama penyimpanan nasi kuning, juga variabel terikat yaitu daya

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel tanah diambil dari Hutan Larangan Adat Rumbio Kabupaten Kampar. Sedangkan Enumerasi dan Analisis bakteri dilakukan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul pengaruh variasi periode pemanasan pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah dilaksanakan sejak tanggal 11 April

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS DAGING AYAM BEKU YANG DILALULINTASKAN MELALUI PELABUHAN PENYEBERANGAN MERAK MELANI WAHYU ADININGSIH

ASPEK MIKROBIOLOGIS DAGING AYAM BEKU YANG DILALULINTASKAN MELALUI PELABUHAN PENYEBERANGAN MERAK MELANI WAHYU ADININGSIH ASPEK MIKROBIOLOGIS DAGING AYAM BEKU YANG DILALULINTASKAN MELALUI PELABUHAN PENYEBERANGAN MERAK MELANI WAHYU ADININGSIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci