BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Model Pembelajaran Problem Based Learning

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Model Pembelajaran Problem Based Learning"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Problem Based Learning Sebagai guru seharusnya memiliki strategi dalam kegiatan belajar agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Pemilihan model pembelajaran merupakan salah satu langkah yang digunakan dalam menangani masalah - masalah yang ditemukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran menurut Sudrajat (2008) pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah model pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan siasat guru untuk mengoptimalkan interaksi antara peserta didik dengan komponen komponen pengajaran yang tidak hanya terjadi pada tahap perancangan tetapi juga terjadi pada tahap implementasi atau pelaksanaan, bahkan pada tahap pelaksanaan evaluasi. Pembelajaran Sistem Kelistrikan pada sekolah umumnya guru hanya merancang model pembelajaran dengan ceramah murni yang hanya terbatas pada sumber belajar yang ada di sekolah tersebut tanpa siswa melakukan kegiatan lain yang lebih menarik. Proses pembelajaran di sekolah formal, tengah mengalami kejenuhan. Rutinitas proses belajar yang cenderung kaku dan baku, tidak lagi mengutamakan ide kreativitas berpikir setiap siswa. Pembelajaran yang diterapkan adalah peserta didik 5

2 6 menjelaskan semirip mungkin dengan apa yang tertulis dalam buku kalau bisa hafal hingga koma dan titik, apabila tidak sama dalam buku dianggap salah. Beginilah rupa dan sistem pendidikan yang telah kita jalani saat ini. Sebagai guru otomotif yang akan mengembangkan model pembelajaran dituntut menguasai materi sistem kelistrikan secara luas dan mendalam. Pada penerapan kurikulum 2013 ini siswa dituntut mampu bekerja secara mandiri dan mendapatkan hasil belajar yang baik. Jadi perlu adanya model belajar yang tepat digunakan dalam kelas. Pada kurikulum 2013, model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang memprioritaskan peserta didik aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Model Problem Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang berprinsip kerjasama kelompok yang diperkirakan mampu mengembangkan kemampuan belajar siswa. Model ini merangsang siswa untuk menganalisis masalah, memperkirakan jawaban jawabannya, mencari data, menganalisis data dan menyimpulkan jawaban terhadap masalah. Pengertian PBL menurut Prof. Howard Barrows dan Kelson, adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan sehari-hari. (Taufik Amir.M: 2010). Model Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang membawa suasana belajar diarahkan oleh suatu permasalahan sehari-hari. Peserta didik menganalisis masalah yang terjadi pada kehidupan sehari-hari mengenai Sistem Kelistrikan. Dari

3 7 permasalahan yang mereka hadapi tersebut kemudian mendorong peserta didik berpikir kreatif dan kritis untuk mengemukakan pendapat mereka.jadi, dalam penerapan model Problem Based Learning ini peserta didik dapat melakukan penelitian sederhana yang berlatar belakang permasalahan sehari hari yang ada di dunia nyata terjadi di lingkungannya. (Yayuk, 2014:12) Proses pembelajaran yang dimulai dengan memberikan masalahmasalah dalam kehidupan nyata dan masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punya sebelum (pro-knowledge) sehingga knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Menurut Erna Tutik Yustiani (2011: 8) PBL adalah salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada penyelesaian masalah (Problem solving) dan dikembangkan dengan memanfaatkan teori-teori dari John Dewey. Menurut Arends Problem dengan PBL yaitu Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan derajat berfikir ketingkat lebih tinggi dan berorientasi pada masalah. Ada istilah-istilah lain yang sinonim dengan PBL yaitu anchored instruction(pembelajaran yang berakar pada kehidupan nyata), authentic learning, project Based teaching dan experiennced-based education(pendidikan berdasarkan pengalaman), Sedangkan penelitian yang relevan telah dilakukan oleh Afifah Purnamaningrum dengan judul skripsi Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Melalui Problem Based Learning (PBL) pada Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X-10 SMA Negeri 2 Surkarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan presentase setiap sapek kemampuan berpikir kreatif berdasarkan tes pada Siklus I belum memenuhi target, ketercapaian aspek fluency sebesar 69,70%, kemampuan berpikir luwes (flexibility) sebesar 63,64%, kemampuan berpikir orisinal

4 8 (originality) sebesar 47,73%, kemampuan memerinci (elaborasi) 56,82%, kemampuan menilai (evaluasi) 49,24%. Hasil siklus II meningkat namun ada aspek yang belum mencapai target. Ketercapaian aspek pada Siklus II yaitu fluency 79,55%, flexibility sebesar 73,11%, originality sebesar 54,55%, elaborasi 60,23%, evaluasi 57,58%. Belum seluruhnya aspek memenuhi target, sehingga tindakan dilanjutkan ke Siklus III. Hasil yang dicapai pada siklus III aspek fluency 85,86%, flexibility sebesar 78,03%, originality sebesar 63,64%, elaborasi 60,23%, evaluasi 62,12%. Seluruh aspek kemampuan berpikir kreatif sudah memenuhi target, sehingga tindakan dihentikan. Penelitian lain juga dilakukan oleh Masayuki (2016) yang berjudul The Effects of Problem-Based-Learning on the Academic Achievements of Medical Students in One Japanese Medical School, Over a Twenty-Year Period. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai akademik siswa perempuan dan laki laki mengalami kenaikan yang signifikan setelah diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Dari beberapa teori tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Problem Based Learning mempunyai pengertian membantu siswa untuk mengembangkan kreativitas berfikir dan ketrampilan mengatasi masalah, mempelajari peran-peran orang dewasa dan menjadi pelajar yang mandiri. Tujuan Problem Based Learning menurut Ibrahim dan Nur adalah PBL dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri yang mendorong mereka untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri serta belajar untuk menyelesaikan tugas tugas itu secara mandiri dalam hidupnya kelak (Yayuk 2014:13).

5 9 PBL adalah pedagogi yang berpusat pada siswa di mana siswa belajar tentang subjek dalam konteks masalah yang kompleks, multifaset, dan realistis (tidak harus bingung dengan pembelajaran berbasis proyek). Tujuan dari PBL adalah untuk membantu siswa mengembangkan pengetahuan yang fleksibel, keterampilan pemecahan masalah yang efektif, belajar mandiri, keterampilan kolaborasi yang efektifdan motivasi intrinsik, bekerja dalam kelompok. Peran instruktur adalah sebagai fasilitator pembelajaran yang menyediakan perancah yang tepat dan dukungan dari proses, pemodelan proses, dan pemantauan belajar. Menurut Depdiknas, ciri utama pembelajaran berbasis masalah meliputi mengorientasikan siswa kepada masalah atau pertanyaan autentik, multidisiplin, menuntut kerjasama dalam penyeledikan dan menghasilkan karya. Jadi, dalam pembelajaran berbasis masalah situasi atau masalah yang terjadi menjadi titik tolak pembelajaran untuk memahami konsep, prinsip dan mengembangkan keterampilan memecahkan masalah. Problem Based Learning menekankan bahwa siswa berperan sebagai seorang profesional dalam menghadapi permasalahan yang muncul, meskipun dengan sudut pandang yang tidak jelas dan informasi yang minimal, siswa tetap dituntut menentukan solusi terbaik yang mungkin ada. Problem Based Learning membuat perubahan dalam proses pembelajaran khususnya dalam segi peranan guru. Guru tidak hanya berdiri di depan kelas dan berperan sebagai pemandu siswa dalam menyelesaikan masalah dengan memberikan langkah-langkah penyelesaian yang sudah jadi, melainkan guru berkeliling kelas memfasilitasi diskusi, memberikan pertanyaan, dan membantu siswa lebih sadar akan proses pembelajaran. Menurut Ibrahim dan Nur Problem Based Learning terdapat lima tahap utama, yaitu (1). Tahap orientasi pada masalah, (2).Tahap mengorganisasikan siswa untuk belajar, (3).Tahap membimbing

6 10 penyelidikan individu maupun kelompok, (4).Tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5). Tahap menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Yayuk,2014:15). Hal tersebut dijelaskan dalam tabel berikut. Tabel 2.1. Tahap Utama dan Tingkah Laku Guru dalam Problem Based Learning Tahap Tahap 1: Orientasi siswa kepada masalah. Tahap 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar Tingkah Laku Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Tahap 5: Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan

7 11 2. Kreativitas Berpikir a. Pengertian Kreativitas Berpikir Kreativitas berpikir dalam prosesnya lebih banyak menekankan pada aspek kelancaran, keluwesan, kebaruan dan keterincian menurut Isaken et al (Ali, 2010: 8). Sedangkan menurut Mc Gregor merupakan berpikir secara luas lebih dari apa yang diajarkan dan mengarah pada penemuan gagasan baru, pendekatan baru, perspektif baru atau cara baru dalam memahami sesuatu (Ali, 2010: 8). Sementara Martin berpendapat bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir yang dapat menghasilkan ide baru maupun cara baru dalam menghasilkan sesuatu yang baru atau kreatif. Permasalahan yang menantang dapat memunculkan ataupun menumbuhkan kreativitas dalam berpikir (Ali, 2010: 8). Kreativitas berpikir merupakan sebuah bentuk inovasi baru dalam berpikir. Berpikir tidak selalu monoton pada hal yang itu-itu saja melainkan bisa lebih dikembangkan secara luas berupa kelancaran, keluwesan, keterperincian, kepekaan, keaslian, kebaruan dan pendekatan baru dalam menemukan gagasan atau ide baru.hasil dari berpikir yang lebih luas dapat menghasilkan sesuatu yang baru dan hebat. Penelitian tentang kreativitas berpikir yang dilakukan oleh Esen Ersoy dengan judul The Effects of Problem-based Learning Method in Higher Education on Creative Thinking menunjukkan hasil bahwa tidak hanya kemampuan kreativitas berpikir siswa perempuan saja yang mengalami peningkatan, tetapi siswa laki-laki juga mengalami peningkatan dalam kemampuan kreativitas berpikir. Jadi seluruh siswa mengalami peningkatan dalam kemampuan kreativitas berpikir setelah diterapkan model pembelajaran Problem Based Learnin. Penelitian lain juga telah dilakukan oleh Ulfi Atmaha Rohmawati dengan judul skripsi Peningkatan Kreativitas Berpikir

8 12 Dan Hasil Belajar Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Dalam Mata Pelajaran Mekanika Teknik II SMK Negeri 2 Surakarta. Terdapat 7 indikator kreativitas berpikir, penjelasan setiap indikator kreativitas berpikir sebagai berikut : 1) Kelancaran (fluency), siswa dapat menghasilkan ide dalam berbagai kategori atau bidang. 2) Keluwesan (flexibility), kemampuan siswa untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan terhadap suatu permasalahan 3) Keterperincian (elaboration), kemampuan siswa untuk memecahkan masalah secara detail, yang didalamnya dilengkapi dengan tabel, grafik, gambar, model, dan kata-kata. 4) Kepekaan (sensitivity), kemampuan siswa mendeteksi (mengenali dan memahami) serta menanggapi suatu pernyataan situasi atau masalah. 5) Keaslian (originality) kemampuan siswa dalam mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli tidak klise dan jarang diberikan oleh kebanyakan orang. 6) Kebaruan siswa memiliki kemampuan untuk menghasilkan gagasan atau ide baru. 7) Pendekatan baru, siswa memiliki kemampuan untuk menganalisa masalah dengan metode yang berbeda. Berdasarkan uaraian diatas maka kesimpulan kreativitas berpikir sesuai dengan pendapat Torrance menyatakan kemampuan kreativitas berpikir merupakan kemampuan dalam memikirkan masalah, membuat perkiraan, menghasilkan ide baru, kemudian mengkomunikasikan hasil (Ulfi, 2015: 10). Berdasarkan pendapat tersebut kreativitas berpikir membuat kegiatan yang meliputi memikirkan masalah, kemudian membuat hipotesis untuk menghasilkan ide baru kemudian dibagikan hasil pemikiran tersebut.

9 13 b. Prinsip-prinsip Kreativitas Berpikir Teori kreativitas didasarkan pada suatu filosofi from nothing to get or create something.berdasarkan filosofi tersebut dapat diketahui dari sesuatu yang awalnya tidak ada, kita dapat menciptakan sesuatu yang bernilai. Proses pembelajaran pasti menemukan kekurangan maupun kelebihan dalam materi pelajaran. Hal ini menuntut siswa untuk berpikir lebih dalam untuk menemukan gagasan-gagasan baru. Terdapat tujuh prinsip dalam kreativitas berpikir (the basic of creative thinking) menurut Hendro (Ulfi, 2015: 11) yaitu : 1) Memposisikan diri berbeda dengan yang lain (opposite atau think differently) 2) Berpikir dengan cara yang berbeda dari awalnya tidak ada untuk memberikan hasil yang menakjubkan. 3) Berpikir lebih detail atau rinci 4) Berpikir jika ada yang ingin dicapai itu lebih sempurna dari orang lain 5) Apapun kesulitannya pasti ada jalan keluarnya 6) Kesulitan dan inspirasi itu saling melekatkan diri, yang satu selangkah lebih depan dan yang lainnya di belakang 7) Pengetahuan hanya sebesar 1% sedangkan imajinasi sebesar 99%, pengetahuan adalah alat sedangkan imajinasi adalah cara untuk menemukan inspirasi. Sebagian tokoh besar dunia memiliki pola pikir imajinasi yang kuat salah satunya Einstein. c. Kegunaan Kreativitas Berpikir Kreativitas berpikir harus didasarkan pada pola kreatif untuk membantu memecahkan permasalahan guna menemukan pemecahan solusinya. Kreativitas berpikir memiliki banyak manfaat dalam proses pembelajaran. Ada beberapa kegunaan kreativitas dalam berpikir menurut Hendro (Ulfi,2015:11):

10 14 1) Menemukan gagasan, ide, peluang dan inspirasi baru 2) Mengubah suatu permasalahan atau kesulitan dan kegagalan dalam pembelajaran menjadi sebuah pemikiran yang cemerlang untuk menemukan penemuan baru 3) Menemukan solusi yang inovatif 4) Mengubah keterbatasan yang sebelumnya ditemui dalam pembelajaran menjadi sebuah kekuatan atau keunggulan 3. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar terdiri dari kata prestasi dan belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895), Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sedangkan menurut Soenarto (2009:1) tentang definisi dari prestasi adalah bukti dari kemampuan, ketrampilan, sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Jadi, prestasi belajar mempunyai pengertian penguasaan pemahaman dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Angka tersebut mencerminkan tingkat keberhasilan dalam hal sejauh mana ia mengusai pengetahuan, keterampilan yang diperoleh dalam setiap mata pelajaran. Prestasi belajar memberikan informasi seberapa banyak peserta didik dapat menguasai pelajaran yang diberikan selama proses belajar mengajar berlansung. Informasi tersebut dapat diketahui melalui alat ukur yang berupa tes mauun non tes dalam proses evaluasi. Dari penilaian hasil belajar tersebut dapat diperoleh bahwa guru bisa mengetahui seberapa jauh pencapaian keberhasilan, penguasaan dari peserta didik terhadap materi pelajaran yang disampaikan, dan ketepatan atau keefektifan metode pelajaran. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah suatu usaha maksimal yang dilakukan siswa setelah

11 15 mengikuti proses pembelajaran di kelas yang diakhiri dengan tes, berupa kemampuan menguasai dan memahami materi pembelajaran siswa, diwujudkan dalam bentuk angka atau huruf atau kalimat yang menginformasikan sejauh mana penguasaan dan pemahaman materi pembelajaran. b. Faktor faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar Seseorang tidak dapat mengandalkan kecerdasannya saja untuk memperoleh prestasi belajar yang baik, sebab masih banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, yakni faktor dari dalam dan faktor dari luar diri siswa. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut : 1) Faktor dari dalam diri siswa Faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi Prestasi Belajar adalah dapat dijadikan menjadi, pertama faktor fisiologis atau kondisi jasmaniah. Kondisi fisilogis ini umumnya sangat berpengaruh terhadapprestasi Belajar yang lebih baik daripada orang yang kekurangan gizi. Di samping kondisi fisiologis umum, seperti tersebut di atas kondisi pancaindra, terutama penglihatan dan pendengaran merupakan hal yang tidak kalah pentingnya, oleh karena itu penyediaan alat-alat pembelajaran serta perlengkapan yang memenuhi syarat serta penempatan murid-murid secara baik dikelas akan sangat membantu. Faktor kedua adalah kondisi psikologis. Semua keadaan dan fungsi psikologis besar pengaruhnya terhadap proses belajar yang juga besifat psikologis. Minat sangat mempengaruhi Prestasi Belajar seseorang. Jika seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, maka dia tidak akan berhasil dengan baik mempelajari hal tersebut. 2) Faktor dari luar diri siswa

12 16 Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi Prestasi Belajar bisa digolongkan menjadi dua, pertama faktor-faktor non sosial, yang termasuk dalam kelompokkelompok faktor ini, misalnya keadaan udara, suhu, cuaca, waktu (pagi, siang dan malam), tempat (letak gedungnya), instrumentnya (seperti alat tulis-menulis dan alat-alat peraga). Faktor-faktor tersebut di atas dapat membantu meningkatkan Prestasi Belajarsiswa. Letak sekolah atau tempat belajar misalnya harus memenuhi syarat. (Soenarto, 2009 : 125). Kedua, faktor-faktor sosial dalam belajar. Yang dimaksudkan faktor-faktor sosial adalah faktor manusia dan perwakilannya (manusia itu sendiri tidak langsung hadir). Kehadiran orang lain pada waktu sesorang sedang belajar sering kali merupakan suatu gangguan, misalnya paa waktu satu kelas sedang mengadakan ujian, lalu banyak anak-anak lainnya bercakap-cakap disamping kelas. Hal ini akan membawa pengaruh terhadap hasil prestasi belajarnya. Kecuali kehadiran yang langsung mungkin juga orang lain hadir secara tidak langsung, contohnya potret seseorang, nyanyian lewat radio taperecorder, dimana hal-hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor penganggu konsentrasi, sehingga perhatian tidak ditujukan kepada sesuatu yang sedang dipelajari atau aktifitas belajar. (Soenarto, 2009 : 86). c. Fungsi Prestasi Belajar Prestasi Belajar penting untuk dipermasalahkan karena mempunyai beberapa fungsi utama lain : 1) PrestasiBelajarsebagai indikator kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. 2) Prestasi Belajar sebagai indikator dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan

13 17 indikator untuk mengukur bagus tidaknya suatu institusi pendidikan. 3) Prestasi Belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam proses belajar-mengajar anak didik merupakan masalah yang utama, karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah diprogamkan dalam kurikulum. Prestasi Belajar yang dicapai seseorang akan tergantung dari tingkat potensinya (kemauannya) baik yang berupa kecerdasan maupun bakat. Siswa yang berpotensi tinggi, cenderung untuk memperoleh Prestasi Belajar yang tinggi pula, sebaliknya yang berpotensi rendah akan cenderung mendapat prestasi yang rendah pula. B. Kerangka Berfikir Kerangka berpikir merupakan model konseptual antara teori dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting. Pendekatan model pembelajaran Problem Based Learning dirancang dan dipersiapkan oleh guru yang berfungsi sebagai pemicu semangat belajar serta membantu siswa dalam menyelesaikan masalah dan bekerja secara tim. Pada kondisi awal diketahui rendahnya siswa dalam memahami materi dari Sistem Kelistrikan, metode yang digunakan pada proses pembelajaran kurang memaksimalkan kreativitas siswa dalam berpikir sehingga hasil belajar siswa menurun. Guru sebagai fasilitator menerapkan model pembelajaran Problem Based Learningdan merencanakan tahapan pembelajaran melalui tahap Siklus I dan Siklus II. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning diharapkan dapat meningkatkan semangat belajar siswa terutama pada mata pelajaran Sistem Kelistrikan, dapat memaksimalkan kreativitas dalam berpikir, sehingga prestasi belajar dapat meningkat.

14 18 Sebagai gambaran penelitian tindakan kelas ini dapat dibuat kerangka berpikir sebagai berikut : Kondisi Awal 1. Rendahnya pemahaman materi 2. Metode yang digunakan kurang memaksimalkan siswa dalam berpikir kreatif 3. Prestasi belajar siswa rendah Penelitian Kondisi yang diharapkan Guru menerapkan model Problem Based Learning 1. Siswa lebih bersemangat 2. Kreatifitas berpikir meningkat 3. Prestasi Belajar meningkat Siklus I Siklus II Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir C. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir seperti uraian di atas, diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: 1. Penerapan Problem BasedLearning dapat meningkatkan Kreativitas Berpikir pada Kelas XI TKRD SMK Negeri 2 Surakarta. 2. Penerapan ProblemBased Learning dapat meningkatkan Prestasi Belajar pada Kelas XI TKRD SMK Negeri 2 Surakarta.

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : LAKSMI PUSPITASARI K4308019

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 1. Pengertian Berpikir Kreatif Berpikir dapat diartikan sebagai alur kesadaran yang setiap hari muncul dan mengalir tanpa kontrol, sedangkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua dengan pembelajaran berbasis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) PBL merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem pendidikan nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Peradaban manusia akan sangat diwarnai oleh tingkat penguasaan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SKRIPSI OLEH: YENNY PUTRI PRATIWI K4308128 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) 7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan

Lebih terperinci

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH Winny Liliawati Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Pembelajaran Fisika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global sekarang ini menuntut individu untuk berkembang menjadi manusia berkualitas yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Risa Meidawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Risa Meidawati, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Peranan pendidikan adalah menyiapkan generasi masa depan yang lebih baik dari generasi sekarang. Harus disadari bersama, bahwa kita saat ini berada di era globalisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Berdasarkan Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang terus menerus, tidak berhenti. Di dalam proses pendidikan ini, keluhuran martabat manusia dipegang erat karena manusia adalah

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING)

MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING) MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING) MAKALAH INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS SEMINAR PENDIDIKAN DISUSUN OLEH KALAM SIDIK PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan dapat dibentuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling melengkapi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Pengertian Berpikir Kreatif Kreatif merupakan istilah yang banyak digunakan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Umumnya orang menghubungkan kreatif dengan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya terampil dalam suatu bidang

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3c MODEL PROBLEM BASED LEARNING 2 Model Problem Based Learning 3 Definisi Problem Based Learning : model pembelajaran yang dirancang agar peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH 43 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ( EFFORTS TO IMPROVE THE ABILITY TO SOLVE MATHEMATICAL PROBLEMS THROUGH PROBLEM-BASED LEARNING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk berargumentasi atau mengemukakan ide-ide.pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk berargumentasi atau mengemukakan ide-ide.pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu komponen yang paling penting dalam pembentukan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia dalam menghadapi kemajuan zaman.

Lebih terperinci

Widhati 1), Chumdari 2), Siti Kamsiyati 3) PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta

Widhati 1), Chumdari 2), Siti Kamsiyati 3) PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG MELALUI MODEL PBL (PROBLEM BASED LEARNING) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 KIRINGAN KECAMATAN BOYOLALI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2011/2012 Widhati

Lebih terperinci

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X-MIA 1 SMA Negeri 1 Gondang Tulungagung Puspa Handaru Rachmadhani,

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 BIREUEN PADA MATERI KALOR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN - ENDED PROBLEM

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 BIREUEN PADA MATERI KALOR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN - ENDED PROBLEM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 BIREUEN PADA MATERI KALOR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN - ENDED PROBLEM (MASALAH TERBUKA) Fatimah 1*) 1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses Meningkatkan sikap belajar siswa dengan model problem based learning yang dikombinasikan dengan model cooperative learning pada mata pelajaran geografi kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena pentingnya, matematika diajarkan mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi.

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dalam konteks pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu

Lebih terperinci

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2005: 461).

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2005: 461). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

Lebih terperinci

KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo

KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo Abstrak: Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat Kelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU No. 20 Tahun 2003. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bidang studi yang diajarkan pada sekolah dasar yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pengajaran IPA di sekolah dasar ditujukan untuk memajukan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, teknologi dan budaya masyarakat. Pendidikan dari masa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Problem Based Learning (PBL) Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakekat pendidikan adalah suatu usaha untuk mencerdaskan dan membudayakan manusia serta mengembangkannya menjadi sumber daya yang berkualitas. Berdasarkan UU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan pembelajaran pemecahan masalah dalam menyelesaikan persoalan matematika begitu penting.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan pembelajaran pemecahan masalah dalam menyelesaikan persoalan matematika begitu penting. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan pembelajaran pemecahan masalah dalam menyelesaikan persoalan matematika begitu penting. Kemampuan pemecahan masalah perlu dimiliki siswa agar

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SKRIPSI OLEH: IHDA NURIA AFIDAH K

PENGARUH PENERAPAN METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SKRIPSI OLEH: IHDA NURIA AFIDAH K PENGARUH PENERAPAN METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SKRIPSI OLEH: IHDA NURIA AFIDAH K4308091 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup khususnya pada Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan termasuk ke dalam materi yang sangat menarik, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membekali setiap sumber daya manusia dengan pengetahuan, kecakapan dan

BAB I PENDAHULUAN. membekali setiap sumber daya manusia dengan pengetahuan, kecakapan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan merupakan suatu tuntutan bagi setiap warga negara, baik yang tua maupun yang masih muda. Penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat membekali

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar UMI CHASANAH A 54A100106

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar UMI CHASANAH A 54A100106 PENINGKATAN MINAT BELAJAR PKn MELALUI PEMANFAATAN MEDIA KARTU KUIS WHO AM I BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 BOLONG KARANGANYAR. TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perubahan hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan tersebut membawa manusia ke dalam era

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Dunia pendidikan merupakan salah satu dari aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar yang diselenggarakan di lingkungan pendidikan formal atau sekolah dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana

Lebih terperinci

Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia SEMANTIK MENULIS POSTER DAN SLOGAN MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING): Suatu Alternatif Peningkatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 4 No 2 Maret 2017 Halaman 43-56 e-issn : 2356-5225 http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/jpg PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan Tentang Problem Based Instruction (PBI)

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan Tentang Problem Based Instruction (PBI) BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Tinjauan Tentang Problem Based Instruction (PBI) Problem Based Instruction (PBI) merupakan model pembelajaran yang dapat memecahkan masalah yang bertujuan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR Murhima A. Kau Universitas Negeri Gorontalo Email : murhimakau@ymail.com ABSTRAK Permasalahan kreativitas menjadi sangat penting untuk dibicarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan dan persaingan global tersebut. Adanya sumber daya. masyarakat luas, khususnya di dunia pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan dan persaingan global tersebut. Adanya sumber daya. masyarakat luas, khususnya di dunia pekerjaan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan IPTEK pada abad 21 berimbas pada tantangan dan persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya Indonesia. Terciptanya sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi terjadi persaingan antar bangsa di dunia. Bangsa yang mampu menguasai sejumlah pengetahuan, teknologi, dan keterampilan akan menjadi

Lebih terperinci

BAB I. pola pikir siswa tidak dapat maju dan berkembang. pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang

BAB I. pola pikir siswa tidak dapat maju dan berkembang. pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kurang aktifnya siswa dalam proses KBM, dipengaruhi banyak faktor, salah satunya strategi pembelajaran yang kurang menarik bagi siswa. Siswa yang cenderung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemecahan Masalah Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara tingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibbin Syah, 2003:10).

BAB I PENDAHULUAN. cara tingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibbin Syah, 2003:10). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metodemetode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara tingkah laku yang sesuai dengan

Lebih terperinci

Oleh : Muhammad Abdul Wahid A

Oleh : Muhammad Abdul Wahid A UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI OPTIMALISASI PENGGUNAAN MEDIA DENGAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) SISWA KELAS XI MAN 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan telah mendorong berbagai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan guru terhadap keberhasilan pengajaran, sangat dominan. Hal ini tampak pada sebagian rincian tugas dan tanggung jawab para guru dalam pelaksanaan pengajaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses komunikasi transaksional yang melibatkan guru, siswa, media, bahan ajar dan komponen lainnya sehingga tercipta proses interaksi belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Pendidikan Nasional terus berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan digulirkannya Kurikilum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, masing-masing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sebagian orang beranggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa dan interaksi antara keduanya, serta didukung oleh berbagai unsurunsur

BAB I PENDAHULUAN. siswa dan interaksi antara keduanya, serta didukung oleh berbagai unsurunsur BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembelajaran dikatakan berkualitas apabila pembelajaran melibatkan seluruh komponen utama proses belajar mengajar, yaitu guru, siswa dan interaksi antara keduanya, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membenahi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membenahi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membenahi dan meningkatkan mutu hidup seseorang. Pendidikan bertujuan untuk menumbuhkembangkan potensi yang ada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebagai proses pemberian bimbingan terhadap anak oleh orang dewasa dengan sengaja untuk mempengaruhi potensi anak agar mencapai kedewasaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning Teori yang melandasi Problem Based Learning adalah teori Vygotsky, Bruner dan Dewey. Teori Vgostky menjelaskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan

I. PENDAHULUAN. manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan ` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh semua manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan pendidikan. Dalam UU RI Nomor

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD

2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) yang selama ini berlangsung di Sekolah Dasar lebih menekankan pada pembelajaran yang bersifat ekspositori. Dimana siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang telah diterapkan terdapat masalah klasik yang sulit dipecahkan. Data-data

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang telah diterapkan terdapat masalah klasik yang sulit dipecahkan. Data-data BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran (PKn) tepatnya pada proses pembelajaran yang telah diterapkan terdapat masalah klasik yang sulit dipecahkan. Data-data

Lebih terperinci

MEMBANGUN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI MODEL T3C DI SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA

MEMBANGUN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI MODEL T3C DI SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA MEMBANGUN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI MODEL T3C DI SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. 2 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Menurut NCTM (2000) pemecahan masalah berarti melibatkan diri dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. Menyelesaikan

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED Dian Nopitasari Universitas Muhammadiyah Tangerang, Jl. Perintis Kemerdekaan 1/33, d_novietasari@yahoo.com ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah Pengertian Kurikulum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan Pemerintah Negara Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Perwujudan dari amanat itu, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan dunia pendidikan pada abad ke-21 akan tergantung pada sejauh mana kita mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan dunia pendidikan pada abad ke-21 akan tergantung pada sejauh mana kita mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan dunia pendidikan pada abad ke-21 akan tergantung pada sejauh mana kita mengembangkan keterampilan-keterampilan yang tepat untuk menguasai kekuatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Pengertian Berpikir Kreatif Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah atau terencana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pelaksanaan kegiatan pembelajaran khususnya pada tahapan kegiatan inti merupakan proses yang diselenggarakan untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Herman S. Wattimena,2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Herman S. Wattimena,2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembelajaran dalam pendidikan sains seperti yang diungkapkan Millar (2004b) yaitu untuk membantu peserta didik mengembangkan pemahamannya tentang pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kecerdasan bangsa. Melalui pendidikan diharapkan akan terbentuk generasi yang beriman dan memiliki ilmu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Problem Based Learning Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Gagne pada tahun 1970-an. Awang dan Ramly (2008:1) mengungkapkan

Lebih terperinci