POLA CEDERA PADA KASUS KEKERASAN FISIK PADA ANAK DI RS. BHAYANGKARA MANADO PERIODE TAHUN 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLA CEDERA PADA KASUS KEKERASAN FISIK PADA ANAK DI RS. BHAYANGKARA MANADO PERIODE TAHUN 2013"

Transkripsi

1 POLA CEDERA PADA KASUS KEKERASAN FISIK PADA ANAK DI RS. BHAYANGKARA MANADO PERIODE TAHUN Chriselya L. Janise 2 Erwin G. Kristanto 2 James F. Siwu 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado 2 Bagian Forensik Kedokteran Forensik & Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado croriwo11_285@yahoo.com Abstract: Violence on children has high incidence in Indonesia. The total number of incidence, if compared to the total number of children, shows the large number of victims, when reaches 3%. This means that in every 1000 children, there can be 30 children who are possible to be victims of physical violence. Violence cases on children are troubling to the society, due to more cases rising annually. To improve the ability to detect violence cases on children to doctors by identifying the injury patterns of physical violence in children. Data from year 2013 is obtained from RS Bhayangkara Manado. This was a retrospective descriptive study using secondary data of medical records of live persons. The most common type of violence cases on children, type of injury, and location of injury were the variables of this research. Conclusions: The types of violence found on children were sexual violence and abuse. The types of lesion found were bruises, torn wounds, abrasions, swellings, and bleeding in pubic hollows. The most found location of injury in violence cases on children was the left eye area. Keywords: injury patterns, physical violence on children. Abstrak: Kekerasan pada anak punya angka kejadian yang tinggi di Indonesia. Jumlah tersebut, apabila dibandingkan dengan jumlah anak menujukkan besarnya korban kekerasan pada anak yang mencapai 3 persen. Yang berarti setiap 1000 anak, terdapat sekitar 30 anak yang berpeluang menjadi korban tindak kekerasan. Kasus kekerasan pada anak ini cukup meresahkan masyarakat, karena semakin meningkatnya kasus-kasus kekerasan pada anak yang didapat tiap tahunnya. Untuk meningkatkan kemampuan deteksi kasus kekerasan pada anak bagi para dokter melalui pola cedera kekerasan pada anak. Pengambilan data dilakukan di RS. Bhayangkara Manado periode tahun Metode penelitian ialah deskriptif retrospektif dengan menggunakan data sekunder yaitu rekam medis orang hidup. Jenis kekerasan yang paling sering terjadi pada kasus kekerasan anak, jenis cedera dan letak cedera sebagai Variabel penelitian. Simpulan: Jenis-jenis kekerasan yang ditemukan pada anak berupa kekerasan seksual dan penganiayaan. Jenis cedera yang ditemukan berupa memar, luka robek, luka lecet, bengkak dan pendarahan liang kemaluan. Letak cedera terbanyak yang ditemukan pada kasus kekerasan pada anak terdapat pada bagian mata kiri. Kata kunci: pola cedera, kekerasan fisik pada anak. Kasus kekerasan pada anak cukup meresahkan masyarakat, karena semakin meningkatnya kasus-kasus kekerasan pada anak yang didapat tiap tahunnya. 169 Kekerasan pada anak ini sangat penting untuk diperhatikan karena dari data yang didapat tiap tahunnya kekerasan pada anak terbanyak diseabkan oleh keluarganya

2 sendiri yaitu orang tua korban (ibu dan ayah). Kekerasan tersebut dikenal dengan perlakuan salah anak atau child abuse yang merupakan bagian dari kekerasan dalam rumah tangga (domestic violence) 1,2 Kekerasan pada anak tidak mudah untuk dikenali. Karena anak belum mampu untuk menyatakan sendiri keluhannya kepada dokter, terkait dengan kekerasan yang dialaminya. Maka, perlu kepekaan dokter karena pada usianya seorang anak sering mendapat luka atau goresan-goresan yang terjadi secara tidak sengaja dikarenakan aktifitas bermain anak tersebut. Oleh karena hal tersebut, masyarakat sering melewatkan apa penyebab sebenarnya yang menyebabkan anak tersebut mendapatkan luka atau goresan yang dimaksud. Adanya ketakutan pada diri anak, yang disebabkan oleh orang tua atau pengasuh dan juga faktor umur ang menyebabkan anak tersebut belum bisa berbicara, menjadi salah satu faktor yang menyebabkan sulitnya dokter untuk mengetahui apakah anak tersebut merupakan korban kekerasan atau bukan. Oleh karena itu, diperlukan metode-metode tertentu dari dokter untuk mendeteksinya. Dalam hal ini aspek-aspek dari forensi klinik sangatlah berperan. 3 Sebagai dokter, dokter harus bisa mengetahui keadaan psikologis dan keadaan fisik anak. Apakah luka anak tersebut murni karena anak tersebut lalaidalam bermain atau karena tindak kekerasan yang dilakukan seseorang kepada anak tersebut. TUJUAN PENELITIAN Untuk meningkatkan kemampuan deteksi kasus kekerasan pada anak bagi para dokter melalui pola cedera kekerasan pada anak. ILMU KEDOKTERAN FORENSIK Ilmu kedokteran forensik yang dikenal dengan nama Legal Medicine, merupakan salah satu cabang spesialistik dari Ilmu Kedokteran yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan. Karena sering didapatkannya peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia di masyarakat. Untuk itu pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah hukum ke tingkat yang lebih lanjut sampai akhirnya pemutusan perkara di pengadilan, diperlukan bantuan berbagai ahli yan terkait untuk memperjelas jalannya peristiwa serta keterkaitan antara tindakan yang satu dengan yang lain dalam rangkaian peristiwa tersebut. Dalam keterkaitannya terdapat korban baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal akibat peristiwa tersebut, diperlukan seorang ahli dalam bidang kedokteran untuk memberikan penjelasan bagi para pihak yang menangani kasus tersebut. 4 Dokter yang terkait sebagi seorang ahlindiharapkan membantu dalam proses peradilan ini, karena akan berbekal pengetahuan kedoteran yang dimilikinya yag akan terhimpun dalam khazanah Ilmu Kedokteran Forensik. Dalam bentuk yang masih sederhana, ilmu kedokteran forensik telah dikenal sejak zaman Babilonia, yang mencatat ketentuan bahwa dokter saat itu mempunyai kewajiban untuk memberi kesembuhan bagi para pasiennya dengan ketentuan ganti rugi bila hal tersebut tidak tercapai. Sejarah mencatat Anthitius, seorang dokter zaman Romawi kuno yang pada suatu Forum, semacam institusi peradilan waktu itu, menyatakan bahwa dari 21 luka yang ditemukan pada tubuh maharaja Julius Caesar, hanya terdapat satu luka saja yang menembus sela iga ke-2 sisi kiri depan yang merupakan luka mematikan. Kemudian dikatakan nama Kedokteran Forensik berasal dari kata forum ini. 4 Perkembangan lebih lanjut, ternyata ilmu kedokteran forensik tidak sematamata hanya untuk kepentingan dalam urusan penegakkan hukum dan keadilan di lingkungan pengadilan saja, tetapi juga bermanfaat dalam segi kehidupan masyarakat lain, misalnya dalam penyelesaian klaim asuransi yang adil, bagi pihak asuransi maupun pihak yang 173

3 mengasurans. Dalam membantu pemecahan masalah paternitas (penemuan ke-ayah-an, membantu upaya keselamatan kerja dalam bidang industri dan otomotif dengan pengumpulan data korban kecelakaan industri maupun kecelakaan lalu lintas dan sebagainya. 4 Adapun dalam menjalankan fungsinya sebagai dokter yang diminta untuk membantu dalam pemeriksaan kedokteran forensik oleh penyidik, dokter tersebut dituntut oleh undang-undang untuk melakukannya dengan sejujur-jujurnya serta menggunakan pengetahuan yang sebaik-baiknya. 4 REKAM MEDIS Menurut PERMENKES No.269/- MENKES/PER/III/2008 yang dimaksudkan rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Catatan merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka pelayanan kesehatan. 5 Bentuk rekam medis dapat berupa bentuk manual dan bentuk elektronik. Bentuk manual rekam medis yaitu tertulis lengkap dan jelas, dan pada rekam medis bentuk elektronik yaitu sesuai denga ketentuan. Rekam medis terdiri dari catatan-catatan data pasien yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Catatancatatan tersebut sangat penting untuk pelayanan bagi pasien karena dengan data yang lengkap dapat memberikan informasi dalam menentukan keputusan baik pengobatan, penanganan, tindakan medis dan lainnya. Dokter atau dokter gigi diwajibkan membuat rekam medis sesuai aturan yang berlaku. 5 IDENTIFIKASI Menentukan identitas atau jati diri atas seorang korban tindak pidana yang berakibat fatal, relatif lebih mudah bila dibandingkan dengan penentuan jati diri tersangka pelaku kejahatan. Hal tersebut oleh karena pada penentuan jati diri tersangka pelaku kejahatan, pelaku sematamata didasarkan pada penentuan secara visuil, yang sudah tentu banyak faktorfaktor yang mempengaruhinya sehingga hasil yang dicapai tidak memenuhi harapan. Dari sembilan metode identifikasi yang dikenal hanya metode penentuan jati diri dengan sidik jari (daktiloskopi), yang tidak lazim dikerjakan oleh dokter, melainkan dilakukan oleh pihak kepolisian. Delapan metode lain, yaitu : metode visual, pakaian, perhiasan, dokumen, medis, gigi, serologi dan metoda eksklusi. 6 Dengan diketahuinya jati diri korban, pihak penyidik dapat melakukan penyidikan untuk mengungkap kasus menjadi lebih terarah. Oleh karena secara kriminologis pada umumnyaada hubungan antara pelaku dan korbannya. Dengan diketahuinyajati diri korban, penyidik akan lebih mudah membuat satu daftar dari orang-orang yang patut dicurigai. Daftar tersebut akan lebih diperkecil lagi bila diketahui saat kematian korban serta alat yang dipakai oleh tersangka pelaku kejahatan. 6 POLA CEDERA KEKERASAN PADA ANAK Kekerasan pada anak semakin marak terjadi dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kekerasan merupakan suatu tindakan yang dilakukan satu individu terhadap individu lain yang mengakibatkan gangguan fisik atau mental. Jadi, kekerasan pada anak merupakan tindakan kekerasan yang dilakukan seseorang atau individu pada mereka yang belum genap berusia 18 tahun yang menyebabkan kondisi fisik dan mentalnya terganggu. 1,2 Istilah sempit tentang kekerasan pada anak ini yang dikaitkan dengan tidak terpenuhinya hak anak untuk mendapatkan perlindungan dari tindak kekerasan dan eksploitasi. Kekerasan pada anak juga sering dihubungkan dengan lapis pertama dan kedua pemberi atau tanggung jawab pemenuhan hak anak yaitu orang tua (ayah 174

4 dan ibu) dan keluarga. Kekerasan yang disebut terakhir ini di kenal dengan perlakuan salah terhadap anak yang merupakan bagian dari kekerasan didalam rumah tangga. 1,2 Jenis-jenis kekerasan pada anak: 7 1. Physical abuse terhadap anak Merupakan kekerasan yang mengakibatkan cedera fisik nyata ataupun potensial terhadap anak, sebagai akibat dari interaksi atau tidak adanya interaksi, yang layaknya berada dalam kendali orang tua atau orang dalam posisi hubungan tanggungjawab, kepercayaan atau kekuasaan. 2. Sexual abuse terhadap anak Kekerasan yang merupakan pelibatan anak dalam kegiatan seksual, dimana ia sendiri tidak sepenuhnya memahami, atau tidak mampu memberi persetujuan, atau yang melanggar hukum atau pantangan masyarakat. Kekerasan seksual sendiri ditandai dengan adanya aktifitas seksual antara anak dengan orang dewasa atau anak lain yang baik dari usia ataupun perkembangannya memiliki hubungan tanggung-jawab, kepercayaan atau kekuasaan; aktifitas tersebut ditujukan untuk memberikan kepuasan bagi orang tersebut. Kekerasan seksual meliputi eksploitasi seksual dalam prostitusi atau pornografi, pemaksaan anak untuk melihat kegiatan seksual, memperlihatkan kemaluan kepada anak untuk tujuan kepuasan seksual, stimulasi seksual, perabaan (molestation, fondling), memaksa anak untuk memegang kemaluan orang lain, hubungan seksual, incest, perkosaan dan sodomi. 3. Emotional abuse terhadap anak Merupakan kekerasan yang meliputi kegagalan penyediaan lingkungan yang mendukung dan memadai bagi perkembangannya, termasuk ketersediaan seorang yang dapat dijadikan figure primer, sehingga anak dapat berkembang secara stabil dan dengan pencapaian kemampuan sosial dan emosional yang diharapkan sesuai dengan potensi pribadinya dan dalam konteks lingkungannya. Kekerasan emosional dapat juga merupakan suatu perbuatan, terhadap anak yang mengakibatkan atau sangat mungkin akan mengakibatkan gangguan kesehatan atau perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial. Perbuatan-perbuatan tersebut harus dilakukan dalam kendali orang tua atau orang lain dalam posisi hubungan tanggung-jawab, kepercayaan atau kekuasaan terhadap si anak. Beberapa contoh kekerasan emosional adalah pembatasan gerak, sikap tindakan yang meremehkan anak, memburukkan atau mencemarkan, mengkambing-hitamkan, mengancam mankut-nakuti, mendiskriminasi, mengejek atau menertawakan, atau perlakuan lain yang kasar atau penolakan. 4. Child neglect (penelantaran anak) Penelantara merupakan kegagalan dalam menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya, seperti: kesehatan, pendidikan, perkembangan emosional, nutrisi, rumah atau tempat bernaung dan keadaan hidup yang aman, di dalam konteks sumber daya layaknya dimilki oleh keluarga atau pengasuh, yang mengakibatkan atau sangat mungkin mengakibatkan ganguan kesehatan atau gangguan perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial. Yang termasuk didalamnya adalah mengawasi dan melindungi secara layak dari bahaya atau gangguan. 5. Child exploitation (eksploitasi anak) Eksploitasi anak adalah penggunaan anak dalam pekerjaan atau aktivitas lain untuk keuntungan orang lai. Hal ini termasuk, tetapi tidak terbatas pada, pekerjaan anak dan prostitusi. Kegiatan ini merusak atau merugikan perkembangan pendidikan, spiritual, moral dan sosial-emosional anak. 175

5 Faktor-faktor resiko terhadap kejadian kekerasan pada anak (child abuse) dapat ditinjau dari 3 aspek, yaitu: 7 1. Faktor masyarakat atau sosial, meliputi: Tingkat kriminalitas yang tinggi, layanan sosial yang rendah, kemiskinan yang tinggi, tingkat pengangguran yang tinggi, adat istiadat mengenai pola asuh anak, pengasuh pergeseran budaya, stress para pengasuh anak, budaya memberikan hukuman badan kepada anak dan pengaruh media massa. 2. Faktor orang tua atau situasi keluarga, meliputi: Riwayat orang tua dengan kekerasan fisik atau seksual pada masa kecil, orang tua yang masih remaja, imaturitas emosi, kurangnya kemampuan merawat anak, kepercayaan diri yang rendah, dukungan sosial rendah, keterasingan dari masyarakat, kemiskinan, kepadatan hunian (rumah tempat tinggal), masalah interaksi dengan lingkungan, kekerasan dalam rumah tangga, riwayat depresi dan masalah kesehatan mental yang lainnya (ansietas, skizopernia, dll), mempunyai banyak anak balita, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat penggunaan zat atau obat-obatan terlarang (NAPZA) atau alcohol, kurangnya dukungan sosial bagi keluarga, diketahui adanya riwayat kekerasan pada aank (child abuse) dalam keluarga, kurangnya persiapan menghadapi stre saat kelahiran anak, kehamilan yang disangkal, orang tua tunggal, riwayat bunuh diri pada orang tua/keluarga, pola asuh dan mendidik anak, nilai-nilai hidup yang dianut orang tua dan kurangnya pengertian mengenai perkembangan anak. 3. Faktor anak, meliputi: Prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat dan anak dengan masalah perilaku/emosi. Pada kasus kekerasan pada anak diperlukan pembuktian bahwa anak tersebut telah mendapat kekerasan dari perilaku. Bersangkutan dengan bukti kekerasan pada anak dibutuhkan ahli-ahli 176 medis yang dapat memberikan bukti dari pola cedera apa saja yang ditemukan pada tubuh korban. Salah satu yang dapat membuktikan kasus kekerasan pada anak adalah dengan penerapan Ilmu Kedokteran Forensik. Di dalam Ilmu Kedokteran Forensik ada yang dinamakan denga traumatologi. 4 Traumatologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa). Sedangkan setiap bentuk kekerasan yang menyebabkan luka pada seseorang dari segi mediko-legal, yang disebut dengan istilah cedera. Suatu kedaan dimana terputusnya kontinuuitas jaringan tubuh disebut dengan istilah luka. 4 Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat: 1. Mekanik, terdiri dari: 4 - Kekerasan oleh benda setengah tajam seperti jejas-gigit (bitemark). - Kekerasan oleh benda tajam, meliputi: luka iris atau sayat, luka tusuk, luka bacok. - Kekerasan oleh benda tumpul, meliputi: luka memar, luka lecet (luka lecet gores, luka lecet serut, luka lecet tekan dan luka lecet geser), luka robek, patah tulang jenis impersi, cedera kepala, cedera leher dan trauma pada kecelakaan lalu lintas. - Patah tulang - Tembakan senjata api 8 2. Fisika, terdiri dari: 4,8 - Suhu Cedera akibat suhu dingin: - Radang beku (frost-bite) - Radang kaki karena terendam air dingin (trench-foot) Cedera akibat suhu panas: - Luka bakar - Luka lepuh - Listrik dan petir - Perubahan tekanan udara - Akustik

6 - Radiasi: sinar-x, bahan radio aktif, dll. 3. Kimia, terdiri dari: 4 - Akibat zat asam kuat - Akibat zat basa kuat Walaupun kekerasan anak sudah nampak jelas, tapi sebagai dokter harus berhati-hati jangan sampai yang bukan kekerasan pada anak dianggap kekerasan pada anak. Dikarenakan ada beberapa penyakit yang gejalanya bisa menyerupai gejala dari korban kekerasan fisik pada anak, seperti memar. Tapi tentunya, diagnosisnya dapat dibedakan. Penyakitpenyakit dengan gejala yang dapat menyerupai gejala dari korban kekerasan fisik pada anak adalah : 1. Sindrom defisiensi Pada pasien dengan sindrom defisiensi bisa ditemukan kebiru-biruan/memar yang terlihat ditubuh pasien biasanya akibat dari terbenturnya bagian tubuh pasien. Syndrom defisiensi sendiri diakibatkan oleh kekurangan zat besi pada tubuh pasien. Hal tersebut bisa dilihat bahwa memar yang timbul akibat kekurangan zat besi seringkali dapat memberikan anggapan bahwa pasien tersebut adalah korban kekerasan fisik. 2. Osteogenesis Imperfecta Osteogenesis Imperfecta adalah kelainan genetik langka yang ditandai dengan tulang yang mudah rapuh dan pecah. Sehingga penyakit Osteogenesis Imperfecta bisa memberikan anggapan bahwa pasien tersebut adalah korban dari kasus penganiayaan pemukulan. 3. Sindrom antifosfolipid Sindrom antifosfolipid adalah gangguan dimana darah pada pasien tersebut sangat kental sehingga, pasien tersebut sering pingsan. Tetapi pasien tersebut tidak pingsan oleh karena pasien sering dipukul melainkan, oleh karena efek kentalnya darah yang mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa masuk ke otak. METODOLOGI PENELITIAN Desain penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif dengan menggunakan data sekunder. Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Bhayangkara Manado. Sampel penelitian ini yaitu semua anak yang menjadi korban kekerasan fisik di Rumah Sakit Bhayangkara Manado periode tahun 2013 yang sesuai dengan kriteria inklusi. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: anak laki-laki atau anak perempuan berusia dibawah 18 tahun dan pasien yang diterima di UGD Rumah Sakit Bhayangkara Manado, yang diminta visum et repertum korban hidup oleh pihak kepolisian. Sedangkan, kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah umur anak yang tidak jelas dan diduga berumur melebihi umur batasan anak. Variabel dari penelitian ini adalah jenis kekerasan yang paling sering terjadi pada kasus kekerasan pada anak, jenis cedera dan letak cedera pada kasus kekerasan pada anak. HASIL PENELITIAN Dari penelitian yang dilakukan total sampel yang didapat adalah 271 sampel. Sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi pada penelitian ini adalah 232 sampel. Jumlah kasus yang tidak memenuhi kriteria inklusi sehingga dieksklusikan pada penelitian ini adalah 39 kasus. Pada penelitian ini didapatkan usia terendah adalah 1 tahun dan usia tertinggi adalah 17 tahun. Rata-rata umur yang didapat adalah 14,1 tahun dan usia yang paling banyak menjadi korban adalah 16 tahun. Dari data yang didapat ternyata 78% kasus kekerasan tertinggi pada anak terjadi di Manado (Gambar 1 dan 2). 177

7 6% 0% 1% 14% 1% Gambar 1. Kekerasan Pada Anak Berdasarkan Daerah Tempat Pelaporan Kekerasan Pada Anak Berdasarkan Daerah Tempat Pelaporan 78% MANADO MINAHASA MINUT TOMOHON MINSEL MITRA Jumlah Kasus Kekerasan Pada Anak Berdasarkan Daerah Tempat Pelaporan MANADO MINAHASA MINUT TOMOHON Jumlah Korban Kekerasan Pada Anak 80 Kekerasan Seksual 152 Penganiayaan Gambar 4. Jumlah Korban Kekerasan Pada Anak Dari total kasus yang didapat ternyata 16% korban kekerasan seksual pada anak hamil. Korban Hamil Pada Kasus Kekerasan Seksual 16% Anak MINSEL MITRA Gambar 2. Jumlah Kasus Kekerasan Pada Anak Berdasarkan Daerah Tempat Pelaporan 84% Hamil Tidak Hamil Dari data yang didapat ternyata 66% kasus kekerasan tertinggi adalah penganiayaan berdasarkan jenis kekerasan pada anak. Jenis Kekerasan Pada Anak 66% 34% Gambar 5. Korban Hamil Pada Kasus Kekerasan Seksual Anak Jumlah Korban Hamil Pada Kasus Kekerasan Seksual Anak Hamil Tidak Hamil Kekerasan Seksual Penganiayaan Gambar 3. Jenis Kekerasan Pada Anak 178 Gambar 6. Jumlah Korban Hamil Pada Kasus Kekerasan Seksual Anak

8 Dari total kasus yang didapat berdasarkan jenis cedera pada kasus kekerasan anak tertinggi adalah 28% memar. Jenis Cedera Pada Kasus Kekerasan Anak Memar 1% Robek Dari data yang didapat 51% anak perempuan yang menjadi korban tertinggi, kekerasan pada anak berdasarkan jenis kelamin (Gambar 9). Dari 232 sampel anak korban kekerasan, didapat 119 anak korban kekerasan yang berjenis kelamin perempuan. Jumlah Korban Kekerasan Pada Anak 24% 21% 28% 26% Luka Lecet Bengkak Perdarahan Liang Kemaluan 113 Laki-laki 119 Perempuan Gambar 7. Jenis Cedera Pada Kasus Kekerasan Anak Jumlah Korban Kekerasan Anak Berdasarkan Jenis Cedera Memar Grafik 10. Jumlah Korban Kekerasan Pada Anak Berdasarkan Jenis Kelamin Robek Luka lecet Bengkak Gambar 8. Jumlah Korban Kekerasan Anak Berdasarkan Jenis Cedera Korban Kekerasan Pada Anak 49% 51% Perempuan Laki-laki Gambar 9. Korban Kekerasan Pada Anak Berdasarkan Jenis Kelamin Gambar 11. Letak Cedera Pada Kekerasan Anak. 179

9 cedera yang paling banyak ditemukan pada penelitian ini. Gambar 12. Letak Cedera Pada Kekerasan Anak Dari total kasus kekerasan yang didapat, ternyata 19.83% kasus kekerasan terbanyak terjadi dibagian mata kiri berdasarkan letak cedera pada kasus kekerasan pada anak. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai pola cedera kekerasan fisik pada anak di RS Bhayangkara Manado periode tahun 2013 diperoleh, korban terbanyak adalah anak perempuan. Jenis kekerasan terbanyak adalah penganiayaan pada anak. Lokasi kejadian kasus kekerasan pada anak terbanyak, terdapat di Kota Manado. SARAN Setelah melakukan penelitian dan melihat hasil yang diperoleh, maka penting untuk memperhatikan dengan teliti pola cedera yang terjadi pada anak, korban kekerasan. Bagian mana yang paling banyak mengalami kekerasan fisik, karena jika ada kasus kekerasan pada anak yang lain, dapat diperiksa pertama kali letak DAFTAR PUSTAKA 1. Anak Korban Kekerasan (Fisik dan Mental) dan Perlakuan Salah (Child Abuse) [homepage on the internet]. Nodate [cited 2014 Sep 12]. Available from: http// p/datadaninformasi/perlindungananak?download=3anak-korbankekerasan 2. Solihin L. Tindakan Kekerasan Pada Anak Dalam Keluarga (Vol. III). Jakarta: Jurnal Pendidikan Penabur, Satyo AC. Aspek Medikolegal Luka Pada Forensik Klinik (Vol. 39). Medan: Majalah Kedokteran Nusantara, Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun im TWA, Sidhi, Hertian S. Ilmu Keodkteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Informasi Rekam Medis dan Bidang Kesehatan [homepage on the internet]. c2014 [update 2009 Feb 25; cited 2014 Okt 12]. Available from: http// com/2009/02/25/definisi-dan-isi- rekam-medis-sesuai-permenkes-no- 269menkesperiii2008/ 6. Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Proses Penyidikan. Jakarta: Sagung Seto, Sampurna B, Dharmono S, Serena R, Kalibonso, Wiguna T, Sekartini R. Buku Pedoman Deteksi Dini, Pelaporan dan Rujukan Kasus Kekerasan dan Penelantaran Anak Bagi Tenaga Kesehatan Bahan Bacaan. Jakarta: UNICEF, Indonesia Printer, IDI dan BAKTI HUSADA, Chadha PV. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi (Edisi V). Jakarta: Widya Medika,

POLA LUKA PADA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA TERHADAP PEREMPUAN DI RS BHAYANGKARA MANADO PERIODE 2013

POLA LUKA PADA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA TERHADAP PEREMPUAN DI RS BHAYANGKARA MANADO PERIODE 2013 Jurnal e-clinic (ecl), Volume, Nomor, Mei-Agustus 05 POLA LUKA PADA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA TERHADAP PEREMPUAN DI RS BHAYANGKARA MANADO PERIODE 0 Emmanuela R. Molenaar Nola T. S. Mallo Erwin G. Kristanto

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1399, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Pemberi Layanan Kesehatan. Memberikan Informasi. Kekerasan Terhadap Anak. Kewajiban. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (ruda paksa). Luka

BAB I PENDAHULUAN. cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (ruda paksa). Luka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Traumatologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (ruda paksa). Luka merupakan suatu keadaan ketidaksinambungan

Lebih terperinci

Karakteristik Anak Usia Sekolah

Karakteristik Anak Usia Sekolah 1 Usia Sekolah Usia Sekolah 2 Informasi Umum dengan Disabilitas 3 Usia Sekolah Anak dengan Disabilitas Anak Dengan Disabilitas adalah anak yang mempunyai kelainan fisik dan/ atau mental yang dapat mengganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi. penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi. penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang banyak ini tentu akan menyebabkan Indonesia memiliki perilaku dan

Lebih terperinci

POLA CEDERA KASUS KEKERASAN FISIK PADA ANAK DI R. S. BHAYANGKARA MANADO PERIODE TAHUN 2013

POLA CEDERA KASUS KEKERASAN FISIK PADA ANAK DI R. S. BHAYANGKARA MANADO PERIODE TAHUN 2013 POLA CEDERA KASUS KEKERASAN FISIK PADA ANAK DI R. S. BHAYANGKARA MANADO PERIODE TAHUN 2013 Chriselya L. Janise Erwin G. Kristanto James F. Siwu Bagian Forensik Kedokteran Forensik & Medikolegal Fakultas

Lebih terperinci

Kualitas Visum et Repertum Perlukaan di RSUD Indrasari Kabupaten Indragiri Hulu Periode 1 Januari Desember 2013

Kualitas Visum et Repertum Perlukaan di RSUD Indrasari Kabupaten Indragiri Hulu Periode 1 Januari Desember 2013 Kualitas Visum et Repertum Perlukaan di RSUD Indrasari Kabupaten Indragiri Hulu Periode 1 Januari 2009-31 Desember 2013 Dedi Afandi 1, Tuti Restuastuti 2, Winda Kristanti 3 ABSTRACT Visum et Repertum (VeR)

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

Luka Akibat Trauma Benda Tumpul a Luka Lecet (Abrasi)

Luka Akibat Trauma Benda Tumpul a Luka Lecet (Abrasi) Secara umum, luka atau cedera dibagi kepada beberapa klasifikasi menurut penyebabnya yaitu, trauma benda tumpul, trauma benda tajam dan luka tembak (Vincent dan Dominick, 2001). a. Trauma Benda Tumpul

Lebih terperinci

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni 2010 26 PENDAHULUAN Pengertian aborsi menurut hukum adalah tindakan menghentian kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi semakin merisaukan segala pihak. Wikipedia mendefinisikan kriminalitas adalah segala sesuatu perbuatan manusia yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV 4.1.Hasil Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan di Instalasi Gawat Darurat Puskesmas Rawat Inap Wilayah Sleman Yogyakarta sebanyak 4 puskesmas yang terdiri atas Puskesmas Mlati II,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kekerasan pada anak telah menjadi perhatian dunia, begitu banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s Fund (UNICEF) (2012)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Di rumah sakit Dr. Sardjito, angka kejadian kasus forensik klinik (hidup) yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Di rumah sakit Dr. Sardjito, angka kejadian kasus forensik klinik (hidup) yang dilakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Di rumah sakit Dr. Sardjito, angka kejadian kasus forensik klinik (hidup) yang dilakukan dengan kekerasan tajam maupun tumpul atau keduanya, seksual, kecelakaan lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga gejala sosial yang bersifat universal. Pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, hingga kejahatan-kejahatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini adalah kekerasan seksual terhadap anak. Anak adalah anugerah tidak ternilai yang dikaruniakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak salah jika pasangan yang telah berumah tangga belum merasa sempurna jika belum dikaruniai

Lebih terperinci

Pelayanan Forensik Klinik terhadap Perempuan & Anak Korban Kekerasan

Pelayanan Forensik Klinik terhadap Perempuan & Anak Korban Kekerasan Pelayanan Forensik Klinik terhadap Perempuan & Anak Korban Kekerasan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Kesehatan dalam Penanganan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Berau. Tanjung Redeb, Berau -

Lebih terperinci

POLA LUKA PADA KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS DI BLU RSU PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE

POLA LUKA PADA KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS DI BLU RSU PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE POLA LUKA PADA KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS DI BLU RSU PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE 21-211 Zella Anggy Angela Djemmy Ch. Tomuka James Siwu Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua kalangan. Problematika anak dapat disebut juga sebagai unfinished agenda,

BAB I PENDAHULUAN. semua kalangan. Problematika anak dapat disebut juga sebagai unfinished agenda, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika berbicara mengenai masalah sosial di Indonesia, anak merupakan kajian permasalahan yang sensitif dibahas dan selalu mendapat perhatian khusus oleh semua

Lebih terperinci

Analisis Kualitas Visum et Repertum Beberapa Dokter Spesialis pada Korban Kekerasan Seksual di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Analisis Kualitas Visum et Repertum Beberapa Dokter Spesialis pada Korban Kekerasan Seksual di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Mutiara Medika Edisi Khusus Vol. 9 No. 1: 51-60, April 2009 Analisis Kualitas Visum et Repertum Beberapa Dokter Spesialis pada Korban Kekerasan Seksual di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta The Analysis of

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya. Istilah ini sangat populer di masyarakat termasuk media massa dan aparat penegak hukum. Masalah

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dikalangan masyarakat kerap terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah

Lebih terperinci

MODUL FORENSIK FORENSIK KLINIK dan VeR. Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat

MODUL FORENSIK FORENSIK KLINIK dan VeR. Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat MODUL FORENSIK FORENSIK KLINIK dan VeR Penulis : Dr.dr. Rika Susanti, Sp.F Dr. Citra Manela, Sp.F Dr. Taufik Hidayat BAGIAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2015

Lebih terperinci

Jessica R. Labora Erwin G. Kristanto James F. Siwu

Jessica R. Labora Erwin G. Kristanto James F. Siwu POLA CEDERA TORAKS PADA KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENYEBABKAN KEMATIAN DI BAGIAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL RSUP PROF. Dr. R.D. KANDOU PERIODE JANUARI 2013- JANUARI 2014 Jessica R. Labora Erwin G. Kristanto

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antropometri Antropometri adalah pengukuran manusia dan lebih cenderung terfokus pada dimensi tubuh manusia. Ilmu pengetahuan mengenai antropometri berkembang terutama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada disekitar kita. Pemerkosaan merupakan suatu perbuatan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. berada disekitar kita. Pemerkosaan merupakan suatu perbuatan yang dinilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat perkembangan kasus perkosaan yang terjadi di masyarakat pada saat ini dapat dikatakan bahwa kejahatan pemerkosaan telah berkembang dalam kuantitas maupun kualitas

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN Oleh I Gusti Ngurah Agung Darmasuara A.A. Ngurah Yusa Darmadi Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract Domestic violence which is affecting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekerasan adalah semua bentuk perilaku verbal maupun non verbal yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga menyebabkan efek negatif secara fisik,

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 260-657X Karakteristik Luka dan Jenis Kekerasan pada Kecelakaan Lalu Lintas di RS. Sartika Asih Periode 2012-2016 Ghea Rosna Juwita 1, Fahmi Arief Hakim 2, Mirasari Putri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun. Pada usia ini anak mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak, dan mengabungkan diri

Lebih terperinci

Pola Kekerasan Senjata Api di Sulawesi Utara Periode

Pola Kekerasan Senjata Api di Sulawesi Utara Periode Pola Kekerasan Senjata Api di Sulawesi Utara Periode 2012-2017 1 Fauziyyah N. S. E. Djaafara 2 James F. Siwu 2 Erwin G. Kristanto 1 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

JENIS KEKERASAN DAN POLA LUKA PADA KORBAN MATI KECELAKAAN LALU LINTAS DI RSUD ARIFIN ACHMAD PERIODE

JENIS KEKERASAN DAN POLA LUKA PADA KORBAN MATI KECELAKAAN LALU LINTAS DI RSUD ARIFIN ACHMAD PERIODE JENIS KEKERASAN DAN POLA LUKA PADA KORBAN MATI KECELAKAAN LALU LINTAS DI RSUD ARIFIN ACHMAD PERIODE 2007-2011 Pratiwi Rukmana 1), Dedi Afandi 2), Laode Burhanuddin 3) ABSTRACT Traffic accident is one of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infantisid yaitu pembunuhan dengan sengaja. terhadap bayi baru lahir oleh ibunya (Knight, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. Infantisid yaitu pembunuhan dengan sengaja. terhadap bayi baru lahir oleh ibunya (Knight, 1997). BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Infantisid yaitu pembunuhan dengan sengaja terhadap bayi baru lahir oleh ibunya (Knight, 1997). Infantisid adalah pembunuhan orok (bayi) yang dilakukan oleh ibu kandungnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak mempunyai hak yang bersifat asasi sebagaimana yang dimiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak mempunyai hak yang bersifat asasi sebagaimana yang dimiliki BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak mempunyai hak yang bersifat asasi sebagaimana yang dimiliki orang dewasa, hak asasi manusia (ham). Namun pemberitaan yang menyangkut hak anak tidak segencar sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Status dan kondisi anak Indonesia adalah paradoks. Secara ideal, anak adalah pewaris dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih

Lebih terperinci

DASAR HUKUM PEMERIKSAAN FORENSIK 133 KUHAP

DASAR HUKUM PEMERIKSAAN FORENSIK 133 KUHAP DASAR HUKUM PEMERIKSAAN FORENSIK Pasal 133 KUHAP (1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut. tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana.

BAB I PENDAHULUAN. terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut. tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembuktian merupakan tahap paling menentukan dalam proses peradilan pidana mengingat pada tahap pembuktian tersebut akan ditentukan terbukti tidaknya seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Berbagai peristiwa yang terjadi ditanah air seperti. kecelakaan pesawat, kecelakaan mobil, pencurian organ,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Berbagai peristiwa yang terjadi ditanah air seperti. kecelakaan pesawat, kecelakaan mobil, pencurian organ, BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Berbagai peristiwa yang terjadi ditanah air seperti kecelakaan pesawat, kecelakaan mobil, pencurian organ, bom bunuh diri, mutilasi, dan pemerkosaan tidak pernah lepas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk kekerasan fisik, psikis, ekonomi, dan pembatasan ruang gerak. Kedua, publik yaitu

I. PENDAHULUAN. bentuk kekerasan fisik, psikis, ekonomi, dan pembatasan ruang gerak. Kedua, publik yaitu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian kekerasan terhadap perempuan berdasarkan wilayah terjadinya kekerasan terbagi dalam tiga ranah, pertama privat yaitu kekerasan yang terjadi dalam ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan child abuse disebut juga child maltreatment merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan child abuse disebut juga child maltreatment merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan merupakan masalah kesehatan masyarakat di samping menjadi masalah hukum dan sosial. Hal ini sesuai dengan pendapat Jordan (2001) dalam Hastuti (2014) yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepolisian Republik Indonesia 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia disebutkan

Lebih terperinci

Kata kunci: Kejahatan Seksual, Forensik, Bukti Medis

Kata kunci: Kejahatan Seksual, Forensik, Bukti Medis ABSTRAK Dorongan seksual yang besar dapat mendorong seseorang untuk melakukan kejahatan seksual untuk memenuhi keinginannya. Secara umum, kejahatan seksual banyak terjadi di dunia, dan cenderung semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diantaranya adalah tindak kekerasan dan pelecehan seksual yang mengarah

BAB I PENDAHULUAN. dan diantaranya adalah tindak kekerasan dan pelecehan seksual yang mengarah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak terjadi tindak kekerasan yang terjadi di berbagai tempat di lingkungan sekitar kita. Tindak kekerasan yang terjadi berbagai macam dan diantaranya

Lebih terperinci

CEDERA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS DI KOTA MANADO

CEDERA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS DI KOTA MANADO CEDERA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS DI KOTA MANADO Erwin Kristanto 1 Johannis F. Mallo 1 Aria Yudhistira 2 1 Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Lebih terperinci

KONSEP MATI MENURUT HUKUM

KONSEP MATI MENURUT HUKUM KONSEP MATI MENURUT HUKUM A. DEFINISI KEMATIAN Menurut UU no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 117, kematian didefinisikan sebagai Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi system jantung-sirkulasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Visum et Repertum 2.1.1. Pengertian Visum et Repertum Secara harfiah kata Visum et Repertum berasal dari kata visual (melihat) dan reperta (temukan), sehingga Visum et Repertum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemeriksaan suatu perkara pidana dalam suatu proses peradilan pada hakekatnya adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam. yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam. yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam pembangunan nasional di bidang kesehatan. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bukti yang dibutuhkan dalam hal kepentingan pemeriksaan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bukti yang dibutuhkan dalam hal kepentingan pemeriksaan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bukti yang dibutuhkan dalam hal kepentingan pemeriksaan suatu perkara pidana, seringkali para aparat penegak hukum dihadapkan pada suatu masalah atau hal-hal tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) prestasi belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atas keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan

Lebih terperinci

PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA. Oleh : Yulia Monita dan Dheny Wahyudhi 1 ABSTRAK

PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA. Oleh : Yulia Monita dan Dheny Wahyudhi 1 ABSTRAK Peranan Dokter Forensik, Pembuktian Pidana 127 PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA Oleh : Yulia Monita dan Dheny Wahyudhi 1 ABSTRAK Di dalam pembuktian perkara tindak pidana yang berkaitan

Lebih terperinci

VISUM et REPERTUM dr, Zaenal SugiyantoMKes

VISUM et REPERTUM dr, Zaenal SugiyantoMKes VISUM et REPERTUM dr, Zaenal SugiyantoMKes visum et Repertum Keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik yang berwewenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun mati

Lebih terperinci

1 Kevin G. Pitojo 2 Adrian Tangkilisan 2 Alwin Monoarfa.

1 Kevin G. Pitojo 2 Adrian Tangkilisan 2 Alwin Monoarfa. Pola trauma tumpul toraks non penetrans, penanganan, dan hasil akhir di Instalasi Rawat Darurat Bedah RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2014 Juni 2016 1 Kevin G. Pitojo 2 Adrian Tangkilisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ilmu pengetahuan hukum dikatakan bahwa tujuan hukum adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ilmu pengetahuan hukum dikatakan bahwa tujuan hukum adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam ilmu pengetahuan hukum dikatakan bahwa tujuan hukum adalah untuk menjamin adanya kepastian hukum bersendikan keadilan agar ketertiban, kemakmuran dan

Lebih terperinci

KUALITAS VISUM ET REPERTUM PERLUKAAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DUMAI PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

KUALITAS VISUM ET REPERTUM PERLUKAAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DUMAI PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 KUALITAS VISUM ET REPERTUM PERLUKAAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DUMAI PERIODE 1 JANUARI 2008-31 DESEMBER 2012 Ridho Maulana Dedi Afandi Fifia Chandra rydomaulana@yahoo.com ABSTRACT About 50%-70% of case

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN MAKSIAT DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN MAKSIAT DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN MAKSIAT DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN, Menimbang Mengingat : : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2006 T E N T A N G PEMBERANTASAN MAKSIAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2006 T E N T A N G PEMBERANTASAN MAKSIAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2006 T E N T A N G PEMBERANTASAN MAKSIAT DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING ULU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap Anak (KtA) merupakan semua bentuk tindakan/perlakuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap Anak (KtA) merupakan semua bentuk tindakan/perlakuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap Anak (KtA) merupakan semua bentuk tindakan/perlakuan menyakitkan secara fisik ataupun emosional, penyalahgunaan seksual, penelantaran, ekploitasi

Lebih terperinci

Angka Kejadian Korban Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Luar Visum Et Repertum

Angka Kejadian Korban Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Luar Visum Et Repertum Angka Kejadian Korban Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Luar Visum Et Repertum di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011-2013 Sharanjit Kaur Autar Singh 1, Indra Syakti Nasution

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia, jumlah. kriminalitas yang disertai kekerasan juga ikut

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia, jumlah. kriminalitas yang disertai kekerasan juga ikut BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia, jumlah kriminalitas yang disertai kekerasan juga ikut meningkat. Di Indonesia, Wakil Kepala Badan Reserse Kriminal Polri

Lebih terperinci

Perlakuan Salah Pada Anak (Child Abuse)

Perlakuan Salah Pada Anak (Child Abuse) Perlakuan Salah Pada Anak (Child Abuse) Oleh Kelompok 2 A4-B: 1. AA. SG Mirah Purnamawati (10.321.0731)(A4-B) 2. Desak Made Arista Dewi (10.321.0732)(A4-B) 3. I Gusti Agung Gede Winantara (10.321.0735)

Lebih terperinci

KUALITAS VISUM ET REPERTUM PERLUKAAN DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013

KUALITAS VISUM ET REPERTUM PERLUKAAN DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013 KUALITAS VISUM ET REPERTUM PERLUKAAN DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE 1 JANUARI 2009-31 DESEMBER 2013 Rieskariesha Kiswara Dedi Afandi Laode Burhanuddin Mursali rieska.kiswara@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan di berbagai instansi kesehatan dengan dukungan dari

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan di berbagai instansi kesehatan dengan dukungan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyedia sarana pelayanan kesehatan harus selalu memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh lapisan masyarakat agar dapat terwujud derajat kesehatan yang optimal.

Lebih terperinci

Kata kunci: kekerasan seksual, CSA, tingkat pengetahuan, orang tua, media massa, sekolah dasar

Kata kunci: kekerasan seksual, CSA, tingkat pengetahuan, orang tua, media massa, sekolah dasar Abstrak HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA MASSA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK-ANAK DI SDK 1 SANTO YOSEPH DENPASAR BALI Child sexual abuse (CSA) atau kekerasan seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia menurut laporan hak asasi manusia

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia menurut laporan hak asasi manusia BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Di Indonesia menurut laporan hak asasi manusia triwulan ke 2 tahun 1998 yang dikeluarkan oleh ELSAM (Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat) tercatat 102

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN, PELAYANAN DAN PEMULIHAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Kalender Doa. Oktober Berdoa Bagi Wanita Yang Menderita Karena Aborsi

Kalender Doa. Oktober Berdoa Bagi Wanita Yang Menderita Karena Aborsi Kalender Doa Oktober 2017 Berdoa Bagi Wanita Yang Menderita Karena Aborsi Dengan adanya 56 juta aborsi di seluruh dunia, maka tak terbilang jumlah wanita yang menghadapi penderitaan, rasa bersalah, kemarahan

Lebih terperinci

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, SALINAN BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232]

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232] PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232] BAB III TINDAK PIDANA TERORISME Pasal 6 Setiap orang yang dengan sengaja

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KELENGKAPAN PENGISIAN REKAM MEDIS ANTARA DOKTER UMUM DAN DOKTER SPESIALIS JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

PERBANDINGAN KELENGKAPAN PENGISIAN REKAM MEDIS ANTARA DOKTER UMUM DAN DOKTER SPESIALIS JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA PERBANDINGAN KELENGKAPAN PENGISIAN REKAM MEDIS ANTARA DOKTER UMUM DAN DOKTER SPESIALIS Pada Praktik Swasta Mandiri di Kecamatan Semarang Selatan Kota Semarang JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian tidak wajar yang kadang-kadang belum. diketahui penyebabnya saat ini semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian tidak wajar yang kadang-kadang belum. diketahui penyebabnya saat ini semakin meningkat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian tidak wajar yang kadang-kadang belum diketahui penyebabnya saat ini semakin meningkat. Berbagai faktor ikut berperan di dalam meningkatnya angka kematian

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik, BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik, dilakukan secara aktif maupun dengan cara pasif (tidak berbuat), dikehendaki oleh pelaku, dan ada akibat yang

Lebih terperinci

FORMULIR KLAIM CACAT TETAP TOTAL ATAU SEMENTARA

FORMULIR KLAIM CACAT TETAP TOTAL ATAU SEMENTARA FORMULIR KLAIM CACAT TETAP TOTAL ATAU SEMENTARA PENTING Formulir ini harus dilengkapi oleh Pemegang Polis, diisi dengan jelas dan dikembalikan kepada Penanggung, disertai Surat Keterangan Dokter untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia telah mencapai tingkat perkembangan kota yang pesat dan cukup tinggi. Kecelakan merupakan salah satu faktor penyebab kematian terbesar

Lebih terperinci

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018 KAJIAN KRITIS DAN REKOMENDASI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA TERHADAP RANCANGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (R-KUHP) YANG MASIH DISKRIMINATIF TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK SERTA MENGABAIKAN KERENTANAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Tindakan. Penggunaan Kekuatan. Pencabutan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Tindakan. Penggunaan Kekuatan. Pencabutan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.6, 2009 POLRI. Tindakan. Penggunaan Kekuatan. Pencabutan PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Senjata tajam adalah hal yang tidak asing yang. digunakan dalam banyak kegiatan sehari-hari, seperti

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Senjata tajam adalah hal yang tidak asing yang. digunakan dalam banyak kegiatan sehari-hari, seperti BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Senjata tajam adalah hal yang tidak asing yang digunakan dalam banyak kegiatan sehari-hari, seperti pisau dapur yang digunakan dalam hal rumah tangga. Dengan berbagai

Lebih terperinci

GAMBARAN VISUM ET REPERTUM PERLUKAAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUANTAN SINGINGI PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013

GAMBARAN VISUM ET REPERTUM PERLUKAAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUANTAN SINGINGI PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013 GAMBARAN VISUM ET REPERTUM PERLUKAAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUANTAN SINGINGI PERIODE 1 JANUARI 2009-31 DESEMBER 2013 Wilda Septi Pratiwi Dedi Afandi Huriatul Masdar wildaseptipratiwi@gmail.com ABSTRACT

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN ABORTUS PROVOCATUS CRIMINALIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

PENANGGULANGAN ABORTUS PROVOCATUS CRIMINALIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA PENANGGULANGAN ABORTUS PROVOCATUS CRIMINALIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA Oleh : Angga Indra Nugraha Pembimbing : Ibrahim R. Program Kekhususan: Hukum Pidana, Universitas Udayana Abstract: The rise of

Lebih terperinci

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE 1 Definisi Suicidum (bunuh diri) adalah kematian yang dengan sengaja dilakukan oleh diri sendiri. Tentamen suicidum (percobaan bunuh diri) adalah

Lebih terperinci

HANDOUT KETERAMPILAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

HANDOUT KETERAMPILAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL HANDOUT KETERAMPILAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL Laboratorium Keterampilan Klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar 2012 Daftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia telah mencapai tingkat perkembangan kota yang pesat dan cukup tinggi. Kecelakan merupakan salah satu faktor penyebab kematian terbesar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta merupakan bentuk diskriminasi. Tindak kekerasan (violence)

Lebih terperinci

MODUL-1 LUKA / TRAUMA

MODUL-1 LUKA / TRAUMA MODUL-1 LUKA / TRAUMA Pegangan untuk Mahasiswa Diberikan kepada mahasiswa semester 6 KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2018 LUKA / TRAUMA Setelah kelulusan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara berdasarkan hukum bukan semata-mata kekuasaan penguasa. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, maka seluruh warga masyarakatnya

Lebih terperinci

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya B A B 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi, dan tingkah laku dimana individu tidak mampu menyesuaikan diri

Lebih terperinci

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Chandra Dewi Puspitasari Pendahuluan Kekerasan terutama kekerasan dalam rumah tangga merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari ketidakpuasan seseorang terhadap kondisi hidupnya sehingga melihat anak yang tidak berdaya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang pengguguran kandungan atau aborsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1, aborsi /abor.si/ berarti

Lebih terperinci

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

ISNANIAR BP PEMBIMBING I: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR MANUSIA, LINGKUNGAN, MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PENYAKIT DAN KECELAKAAN KERJA PADA PERAWATDI RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TESIS OLEH: ISNANIAR BP.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kejang demam adalah kejang yang terjadi karena adanya suatu proses ekstrakranium tanpa adanya kecacatan neurologik dan biasanya dialami oleh anak- anak.

Lebih terperinci

PANDUAN PELEPASAN INFORMASI REKAM MEDIS

PANDUAN PELEPASAN INFORMASI REKAM MEDIS PANDUAN PELEPASAN INFORMASI REKAM MEDIS Pendahuluan Rumah Sakit yang salah satu pelayanannya adalah menyelenggarakan pelepasan informasi isi Rekam Medis pasien yang sesuai dengan standar yakni berisi informasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang TINGKAT KEKERASAN TERHADAP ANAK JALANAN YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA PELECEHAN SEKSUAL Oleh : I Komang Putrayasa I Gusti Ngurah Wairocana Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Tingkat

Lebih terperinci

Gambaran Tanda Kardinal Asfiksia Pada Kasus Kematian Gantung Diri di Departemen Forensik RSU Dr. Muhammad Hoesin Palembang Periode Tahun

Gambaran Tanda Kardinal Asfiksia Pada Kasus Kematian Gantung Diri di Departemen Forensik RSU Dr. Muhammad Hoesin Palembang Periode Tahun Gambaran Tanda Kardinal Asfiksia Pada Kasus Kematian Gantung Diri di Departemen Forensik RSU Dr. Muhammad Hoesin Palembang Periode Tahun 2011-2012 Indra Sakti Nasution 1, RA Tanzila 2., Irfanuddin 3 Abstrak

Lebih terperinci

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum VISUM et REPERTUM Pengertian Menurut bahasa: berasal dari kata latin yaitu visum (sesuatu yang dilihat) dan repertum (melaporkan). Menurut istilah: adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter berdasarkan

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: 13 Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id KEKERASAN TERHADAP ANAK Kekerasan

Lebih terperinci