commit to user BAB V ANALISIS PENDEKATAN KONSEP PERUANGAN WAHANA WISATA KULINER SOLO DI SOLO BARU DENGAN PENDEKATAN KONSEP RAMAH LINGKUNGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "commit to user BAB V ANALISIS PENDEKATAN KONSEP PERUANGAN WAHANA WISATA KULINER SOLO DI SOLO BARU DENGAN PENDEKATAN KONSEP RAMAH LINGKUNGAN"

Transkripsi

1 BAB V ANALISIS PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN WAHANA WISATA KULINER SOLO DI SOLO BARU DENGAN PENDEKATAN KONSEP RAMAH LINGKUNGAN Analisis Pendekatan Konsep Perancangan merupakan perumusan konsep melalui metoda induktif yaitu pendekatan berdasarkan pengetahuan empirik untuk memperoleh gambaran mengenai Wahana Wisata Kuliner Solo di Solo Baru Dengan Pendekatan Konsep Ramah Lingkungan serta metoda deduktif yaitu pendekatan berdasarkan teoritik yang membantu mengarahkan pembahasan sesuai dengan perencanaan yang diinginkan yaitu melalui metoda analisis dan sintesis. Metode tersebut dilakukan untuk mendapatkan pendekatan konsep perancangan yang sesuai, kemudian siap ditransformasikan ke dalam bentuk ungkapan fisik yang dikehendaki melalui building criteria design dengan menganalisis sesuai pendekatan program fungsional, program performansi dan program arsitektural. V.1. ANALISIS PENDEKATAN KONSEP PERUANGAN Tujuan dari analisis pendekatan konsep peruangan adalah untuk mendapatkan konsep peruangan yang sesuai dengan kebutuhan ruang serta karakter kegiatan. Pertimbangan dan kriteria analisis konsep peruangan ditujukan untuk mendapatkan macam kebutuhan ruang yang sesuai dengan karakter kegiatan, mendapatkan besaran ruang yang sesuai dengan kapasitas serta standart dan mendapatkan pola-pola aktivitas serta pengelompokan kegiatan yang akan menjadi acuan dalam menata ruang dan massa. V-1

2 V.1.1. Analisis Pola Kegiatan a. Kegiatan Pengunjung Memesan menu Menikmati makanan & minuman Kegiatan Bersantai Datang Memarkirkan kendaraan Ibadah metabolisme Kegiatan penunjang Belanja Playground (anak-anak) Smooking Area Pulang Ambil kendaraan Hotspot Area Bagan V.1 : Alur Kegiatan Pengunjung Sumber : Cahyani, 2014 V-2

3 b. Kegiatan Belanja Datang Menitipkan barang Melihat-lihat Metabolisme Ibadah Memarkirkan kendaraan Berbelanja Membayar Menikmati fasilitas lainnya Pulang Ambil kendaraan Bagan V.2 : Alur Kegiatan Belanja Sumber : Cahyani, 2014 c. Kegiatan Penjual Kuliner Datang Memarkirkan kendaraan Transaksi penjualan Makan / minum Ibadah Istirahat Metabolisme Ambil kendaraan Pulang Bagan V.3 : Alur Kegiatan Penjual Kuliner Sumber : Cahyani, 2014 V-3

4 d. Kegiatan Pengelola Absensi Datang Memarkirkan kendaraan Kegiatan pelayanan Makan / minum Ibadah Istirahat Metabolisme Ambil kendaraan Pulang Bagan V.4 : Alur Kegiatan Pengelola Sumber : Cahyani, 2014 e. Kegiatan Staff dan Karyawan Absensi Datang Memarkirkan kendaraan Kegiatan management administrasi Makan / minum Ibadah Istirahat Metabolisme Ambil kendaraan Pulang Bagan V.5 : Alur Kegiatan Staff dan Karyawan Sumber : Cahyani, 2014 V-4

5 f. Kegiatan Servis Absensi Ganti baju Datang Memarkirkan kendaraan Kegiatan servis Makan / minum Ibadah Istirahat Metabolisme Ambil kendaraan Pulang Bagan V.6 : Alur Kegiatan Servis Sumber : Cahyani, 2014 V.1.2. Analisis Kebutuhan Ruang Analisis kebutuhan ruang didasarkan pada standart kebutuhan ruang, hasil survei lapangan, asumsi dan disesuaikan dengan karakteristik kegiatan kuliner yang direncanakan. Adapun analisis kebutuhan ruang tersebut secara terperinci adalah sebagai berikut: Tabel V.1: Kebutuhan Ruang Kelompok Pelaku Aktivitas Kebutuhan Ruang Kegiatan Kegiatan Kegiatan Semua Datang pulang Pedestrian, hall Umum pelaku Memarkirkan kendaraan Area parkir kegiatan Jalan-jalan, melihat-lihat Pedestrian Pengunjung Memasuki area wisata Hall / lobby kuliner Mencari informasi Information desk Mengambil uang ATM V-5

6 Kegiatan Penyewa Melayani pengunjung Kios kuliner Utama Menyimpan barang Gudang Metabolisme Toilet Ibadah Mushola Pengunjung Makan Gazebo Bersantai / berkumpul Menunggu Ruang tunggu Istirahat Gazebo Metabolisme Toilet Melakukan ibadah Mushola Menyewa untuk rapat, Gazebo Utama dll Kegiatan Karyawan Mengawasi dan Retail penjualan Belanja mendampingi a. Toko pengunjung Buku dan Metabolisme Toilet Majalah Ibadah Mushola Memasak Pengunjung Melihat-lihat Retail penjualan b. Toko Membeli dan melakukan Kasir Perkakas transaksi membayar Dapur Metabolisme Toilet c. Toko Ibadah Mushola Bumbu Kasir Melayani pembayaran Kasir Masak Pengelola Mengelola segala Ruang pengelola d. Toko kegiatan pemasaran Souvenir Metabolisme Toilet e. Toko Ibadah Mushola Oleh-Oleh Supplier Dropping barang atau Loading dock Makanan bongkar muat Khas Soloraya V-6

7 Kegiatan Pengelolaan Kegiatan Servis Pengelola Kegiatan pengelolaan oleh direktur & wakil Kegiatan pengelolaan oleh General Manager (GM) Kegiatan pengelolaan oleh manager & wakil Menerima tamu Rapat Menyimpan barang Makan / Istirahat Metabolisme Ibadah Cleaning Menyimpan peralatan service kebersihan Menjaga kebersihan ruangan Membuang sampah Istirahat Metabolisme Ibadah Mengatur ME Teknisi Mengelola utilitas gedung Istirahat Metabolisme Ibadah Menjaga keamanan gedung Security Mengelola parkir Istirahat Ruang direksi Ruang tamu Ruang rapat Gudang Pantry/R.Istirahat Toilet Mushola Gudang alat Ruang sampah Ruang istirahat Toilet Mushola Ruang ME Ruang servis Ruang istirahat Toilet Mushola Ruang security Pos parkir Ruang istirahat V-7

8 Karyawan Metabolisme Ibadah Mengawasi dan mendampingi pengunjung Menyimpan baju ganti Istirahat Metabolisme Ibadah Toilet Mushola Retail penjualan Loker Ruang istirahat Toilet Mushola Sumber : Cahyani, 2014 V.1.3. Analisis Besaran Ruang a. Dasar Pertimbangan 1) Kapasitas ruang atau jumlah pemakai 2) Jenis, dimensi, layout peralatan yang digunakan 3) Standart luasan unit fungsi yang telah dibakukan 4) Kebutuhan flow (area gerak) menurut jenis kegiatan b. Dasar Perhitungan Perhitungan standart adalah perhitungan dari literatur, studi banding, survei lapangan dan asumsi, yaitu: 1) Luasan unit fungsi atau standart (Neufert Architect Data / Data Arsitek, Time Saver Standart for Building / TSS) 2) Perhitungan asumsi (besaran aktivitas, kenikmatan pemakaian ruang, peralatan yang digunakan, unit fungsi, dll) 3) Flow (area gerak) 4) Luasan unit fungsi atau standart (Neufert Architect Data / Data Arsitek, Time Saver Standart for Building / TSS) V-8

9 c. Perhitungan Besaran Ruang Tabel V.2 : Besaran Ruang 1) Kelompok Ruang Penerimaan Ruang Kapasitas Standart Luasan Information Desk 1,5 x 3 = 4,5 m 2 Flow 30% = 1,35 m 2 Jumlah = 5,85 m 2 = 6 m 2 Kanopi 18 m 2 Hall 24 orang 1,1 m 2 / org 1,1 m 2 x 21 = 23,1 m 2 Flow 30% = 6,93 m 2 Jumlah = 30,03 m 2 = 30 m 2 Luas total = 54 m 2 2) Kelompok Ruang Pengelola Ruang Kapasitas Standart Luasan Kanopi, hall dan 82 m 2 penerimaan R. General Manager 1 orang 1 set meja kerja = 2 m 2 1 set meja kursi tamu = 3,4 m 2 1 set almari = V-9

10 R. Assistant General Manager R. Sekretaris General Manager 4 m 2 Flow 30% = 2,82 m 2 Jumlah = 12,22 m 2 = 15 R. Manager Dept. 1 orang 1 set meja kerja = 2 m 2 2 kursi tamu = 0,96 m 2 V-10 m 2 1 orang 1 set meja kerja = 2 m 2 2 kursi tamu = 0,96 m 2 1 set almari = 4 m 2 Flow 30% = 2 m 2 Jumlah = 12 m 2 1 orang 1 set meja kerja = 2 m 2 2 kursi tamu = 0,96 m 2 1 set almari = 4 m 2 Flow 30% = 2 m 2 Jumlah = 12 m 2

11 R. Kabag Personal Dept R. Kabag Operational Dept R. Kabag Marketing, Promotion Dept 1 set almari = 4 m 2 Flow 30% = 2 m 2 Jumlah = 12 m 2 1 set meja kerja = 2 m 2 2 kursi tamu = 0,96 m 2 1 set almari = 4 m 2 Flow 30% = 2 m 2 Jumlah = 9,048 m 2 = 9 m 2 1 set meja kerja = 2 m 2 2 kursi tamu = 0,96 m 2 1 set almari = 4 m 2 Flow 30% = 2 m 2 Jumlah = 9,048 m 2 = 9 m 2 1 set meja kerja = 2 m 2 V-11

12 1 set meja kursi tamu = 3,4 m 2 1 set almari = 4 m 2 Flow 30% = 2,82 m 2 Jumlah = 12,22 m 2 = 15 R. Staff 4 orang 4,46 m 2 / org 4,46 m 2 x 4 = 17,84 m 2 Flow 30% = 5,352 m 2 Jumlah = 23,192 m 2 = 25 m 2 R. Rapat 25 orang 1,5 m 2 / org 1,5 m 2 x 25 = 37,5 m 2 Flow 30% = 11,25 m 2 Jumlah = 48,75 m 2 R. Sholat / Ibadah 10 orang 10 m 2 (asumsi) R. Wudhu 4 orang 3 m 2 (asumsi) Loker 6 m 2 (asumsi) Toilet 4 orang 9 m 2 Gudang 5 m 2 (asumsi) Luas total = 272,75 m 2 V-12 m 2

13 3) Kelompok Ruang untuk Menikmati Kuliner Ruang Kapasitas Standart Luasan Ruang Serbaguna 100 orang Modul orang 140 m 2 duduk 1,06 m 2, 100 x 1,06 m 2 = 106 m 2 Flow 30% = 31,8 m 2 Jumlah = 137,8 Gazebo Utama 150 orang Modul orang 200 m 2 duduk 1,06 m 2, 150 x 1,06 m 2 = 159 m 2 Flow 30% = 47,7 m 2 m 2 Jumlah = 206,7 Gazebo 10 orang / Modul orang 235 m 2 gazebo, total terdapat 17 buah duduk 1,06 m 2, 170 x 1,06 m 2 = 180,2 m 2 (kapasitas Flow 30% = total 170 org) 54,06 m 2 Jumlah = 234,26 Meja Payung 4 orang / meja 150 m 2 payung, total (asumsi) terdapat 24 buah V-13 m 2 m 2

14 Luas total = 725 m 2 4) Kelompok Ruang Penjualan Kuliner / Belanja Ruang Kapasitas Standart Luasan Kios Kuliner dengan 36 buah Kios: 2,6 m 2 x 367 m 2 dapur 2,84 m 2 = 7,384 m 2 (asumsi) Dapur: 1,6 m 2 x 1,75 m 2 = 2,8 m 2 (asumsi) Jumlah = 36 x 10,184 m 2 = 366,62 m 2 Kios Jajanan Kuliner 24 buah 3 m 2 x 2 m 2 = m 2 m 2 (asumsi) Jumlah = 24 x 6 m 2 = 144 m 2 Toko Souvenir 1 buah 80 m 2 (asumsi) Toko Oleh-Oleh khas Soloraya 1 buah 80 m 2 (asumsi) Toko Buku dan 1 buah 40 m 2 Majalah Memasak (asumsi) Toko Perkakas Dapur 1 buah 80 m 2 (asumsi) Toko Bumbu Masak 1 buah 40 m 2 (asumsi) Luas total = 1439 m 2 V-14

15 5) Kelompok Ruang Penunjang Ruang Kapasitas Standart Luasan R. Sholat 50 orang 0,6 m 2 x 1,2 m 2 x 50 = 36 m 2 Flow 30% = 10,8 m 2 Jumlah = 46,80 m 2 46,80 m 2 R. Wudhu 8 orang 1,1 m 2 / org 11,4 m 2 Teras Mushola 16,80 m 2 ATM Area Bermain Anak Toilet Jungkat-jungkit (2 buah) Peluncuran (2 buah) Ayunan (4 buah) Tangga melingkar (2 buah) Terowongan (1 buah) 4 orang 4 orang 4 buah untuk pria, 4 buah untuk wanita 1 m x 4 m (asumsi) 7,2 m x 9 m = 64,80 m 2 4,8 m x 9,6 m = 46,08 m 2 4,8 m x 7,2 m = 46,08 m 2 1 m x 3 m = 3 m 2 (asumsi) 8 m 2 (asumsi) 8 m 2 129,60 m 2 138,24 m 2 69,12 m 2 3 m 2 33,24 m 2 2 x 3 = 100 m 99,72 m 2 Luas total = 530,96 m 2 V-15

16 6) Kelompok Ruang Keamanan Ruang Kapasitas Standart Luasan Pos jaga Keamanan Ruang Jaga (2 Tiap unit unit) Toilet terdiri 2 org 2 buah 2 m x 2 m = 4 m 2 4 m 2 x 2 = 8 m 2 2 m x 2 m = 4 m 2 x 2 = 8 m 2 Luas total = 16 m 2 7) Kelompok Ruang Servis Ruang Kapasitas Standart Luasan Loading Dock Satu loading 3 x 6 = 18 m 2 x 3 86,4 m 2 dock untuk 3 mobil = 54 m 2 Sirkulasi 60% = 32,4 m 2 Gudang Maintenance 54 m 2 (asumsi) Ruang Genset 18 m 2 (asumsi) Ruang Trafo 9 m 2 (asumsi) Ruang Pompa 5 m 2 (asumsi) Ruang Panel 5 m 2 (asumsi) Ruang Mekanikal 9 m 2 (asumsi) Luas total = 186,40 m 2 8) Kelompok Ruang Parkir Ruang Kapasitas Standart Luasan 2 Parkir Bus 8 buah 13,7 m x 2,7 m = 473,47 m 36,99 m 2 V-16

17 36,99 m 2 x 8 = 295,92 m 2 Flow 60% = 177,552 m 2 Jumlah = 473,47 Parkir Truk 1 buah 8,6 m x 2,4 m = 20,64 m 2 33 m 2 Flow 60% = 12,384 m 2 Jumlah = 33 m 2 Mobil Pribadi 50 buah 2,3 m x 4,6 m = 10,58 m 2 x 50 = 529 m 2 846,4 m 2 Flow 60% = 317,4 m 2 Jumlah = 846,4 Motor Pribadi 123 buah 0,75 m x 1,5 m = 1,125 m 2 1,125 m 2 x 123 = 138,375 m 2 221,4 m 2 Flow 60% = 83,025 m 2 Jumlah = 221,4 m 2 m 2 m 2 Luas total = 1574,27 m 2 Sumber : Cahyani, 2014 V-17

18 Total kebutuhan ruang = 4717,732 m 2 Penghijauan dan area outdoor = 9685,741 m 2 Sirkulasi 50%, total kebutuhan site = 21605,173 m 2 d. Analisis Hubungan Ruang Tujuan dari analisis hubungan ruang adalah untuk mengetahui susunan sifat fisik ruang yang dibutuhkan sehingga mendapatkan pola peletakan ruang. Dasar pertimbangan untuk menentukan kriteria pola hubungan ruang adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan yang diwadahi, sifat kegiatan dan hubungan antar kegiatan. 2) Keterkaitan hubungan antar fungsi ruang. 3) Keterkaitan hubungan antar fungsi kegiatan dan pola pencapaian aktivitas. Dari kebutuhan ruang yang didapatkan berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh user, kemudian ruang dikelompokan berdasarkan kesamaan sifat kegiatan. Dan berikut zona peruangan yang didapat: Tabel V.3 : Pengelompokan Zona Peruangan Zona Peruangan Nama Ruang Kelompok Penerimaan - Kanopi - Hall - Information Desk Kelompok Pengelola - R. General Manager - R. Assistant General Manager - R. Sekretaris General Manager - R. Manager Dept. - R. Kabag Personal Dept. - R. Kabag Operational Dept. - R. Kabag Marketing Promotion Dept - R. Staff V-18

19 - R. Rapat - R. Sholat / Ibadah - Loker - R. Wudhu - Toilet - Gudang Kelompok Penjualan - Kios Kuliner - Kios kuliner dengan dapur - Toko Souvenir - Toko Oleh-Oleh khas Soloraya - Toko Buku dan Majalah Memasak - Toko Perkakas Dapur - Toko Bumbu Masak Kelompok Penunjang - R. Sholat - R. Wudhu - Teras Mushola - ATM - Area Bermain Anak Kelompok Keamanan - Pos Jaga Keamanan - Toilet Kelompok Servis - Loading Dock - Gudang Maintenance - Ruang Genset - Ruang Trafo - Ruang Pompa - Ruang Panel - Ruang Mekanikal - Toilet Umum Kelompok Parkir - Parkir Bus - Parkir Truk V-19

20 - Mobil Pribadi - Motor Pribadi Kelompok Outdoor - Taman (ruang hijau) - Gazebo Utama - Gazebo - Meja Payung - Area Lesehan Outdoor Sumber : Cahyani, 2014 Dari zona peruangan yang didapat tersebut kemudian dilakukan analisis hubungan antar ruang untuk menentukan hubungan kedekatan antar ruang untuk mendukung konsep penataan ruang dan massa. a. Matrik Hubungan Ruang Makro 1. Kegiatan Penerimaan 2. Kegiatan Utama (Kuliner) 3. Kegiatan Belanja 4. Kegiatan Pengelolaan 5. Kegiatan Penunjang 6. Kegiatan Servis V-20

21 Penerimaan Keg. Kuliner Keg. Belanja Keg. Pengelolaan Keg. Penunjang Keg. Servis Bagan V.7 : Pola Hubungan Ruang Makro Sumber : Cahyani, 2014 b. Matrik Hubungan Ruang Mikro 1) Kegiatan Umum 1. Area Parkir 2. Pedestrian 3. Hall / Lobby 4. Information Desk 5. ATM centre Parkir Pedestrian Hall / Lobby Information Desk Bagan V.8 : Pola Hubungan Ruang Kelompok Kegiatan Umum Sumber : Cahyani, 2014 V-21

22 2) Kegiatan Belanja 1. Hall 2. Retail Penjualan 3. Kasir 4. R. Karyawan 5. R. Pengelola 6. Gudang 7. Toilet Hall Kasir R. Penjualan R. Karyawan R. Pengelola Gudang Toilet Bagan V.9 : Pola Hubungan Ruang Kelompok Kegiatan Belanja Sumber : Cahyani, 2014 V-22

23 3) Kegiatan Pengelola 1. R. Direksi 2. R. Bid. Administrasi 3. R. Bid. Operasional 4. R. Makan / Pantry 5. R. Pertemuan / Rapat 6. R. Tamu 7. Resepcionist 8. R. Tunggu 9. Toilet 10. Gudang R. Direksi R. Bid. Administrasi R. Bid. Operasional R. Rapat R. Tamu Receptionist R. Makan / Pantry Toilet R. Tunggu Bagan V.10 : Pola Hubungan Ruang Kelompok Kegiatan Pengelola Sumber : Cahyani, 2014 V-23

24 4) Kegiatan Servis 1. R. Panel 2. R. Genset 3. R. Simpan Sampah Organik 4. R. Simpan Sampah Anorganik 5. R. Tangki Air 6. R. Pompa R. Genset R. Panel R. Tangki Air R. Simpan Sampah Organik R. Pompa R. Simpan Sampah Anorganik Bagan V.11: Pola Hubungan Ruang Kelompok Kegiatan Servis Sumber : Cahyani, 2014 V-24

25 5) Kegiatan Pelayanan 1. Loading Dock 2. Dropping Area 3. R. Teknisi 4. R. Ganti & Loker 5. Mushola 6. Toilet Loading Dock R. Ganti & Loker Mushola Toilet Dropping Area R. Teknisi Bagan V.12 : Pola Hubungan Ruang Kelompok Kegiatan Pelayanan Sumber : Cahyani, 2014 V.2. ANALISIS PENENTUAN LOKASI SITE V.2.1. Analisis Penentuan Lokasi Tujuan dari analisis penentuan lokasi adalah untuk mendapatkan lokasi yang sesuai dengan rencana kota atau master plan yang merupakan daerah untuk bangunan komersil, perdagangan dan jasa. Dasar pertimbangan penentuan lokasi didasarkan pada pertimbangan antara lain sebagai berikut : a. Pencapaian 1) Lokasi yang mudah dicapai dan terletak dekat dengan jalur transportasi utama yang dapat dicapai dari dalam kota maupun dari luar kota. 2) Lokasi di sekitarnya dapat mendukung dari segi daya tarik atau komersil. V-25

26 3) Luasan lokasi yang memenuhi kriteria yang dapat mendukung segala kegiatan dalam Wahana Wisata Kuliner. 4) Kelengkapan sarana dan prasarana transportasi kota (jalan dan angkutan kota). 5) Infrastruktur kota yang memadai. 6) Kondisi lalu lintas yang aman dan lancar. b. Sesuai dengan Rencana Umum Tata Rencana Kota atau Master Plan Kota. Adapun kriteria penentuan lokasi didasarkan pada : 1) Sesuai dengan rencana kota atau master plan yang merupakan daerah untuk bangunan komersil, perdagangan dan jasa. 2) Aksesibilitas yang tinggi. 3) Dekat dengan simpul kota dan jalur sirkulasi utama. 4) Lingkungan sekitar yang mampu mendukung sebagai kawasan komersil, perdagangan dan jasa. 5) Adanya daya dukung sasaran penunjang seperti pedestrian. 6) Pengusaan tanah yang mudah. Alternatif wilayah berdasarkan survei di lapangan terpilih 2 alternatif wilayah yang mempunyai penilaian tinggi sebagai lokasi berdirinya Wahana Wisata Kuliner yang direncanakan: a. Alternatif 1 : Berada di Jalan Ir. Soekarno, Solo Baru b. Alternatif 2 : Berada di Jalan Sukoharjo Baki Site 2 Site 1 Gambar V.1 : Alternatif Pemilihan Wilayah Sumber : Google Maps V-26

27 Adapun kriteria Pemilihan Alternatif Lokasi adalah sebagai berikut: Tabel V.4 : Kriteria Pemilihan Alternatif Wilayah Site KRITERIA ALT. 1 ALT. 2 Sesuai RUTRK Sukoharjo sebagai daerah komersil, 2 2 perdagangan dan jasa Aksesibilitas yang tinggi 2 2 Dekat dengan simpul kota dan jalur sirkulasi utama 2 1 Lingkungan sekitar yang mampu mendukung 2 1 sebagai kawasan komersil, perdagangan dan jasa Adanya daya dukung sasaran pengunjung seperti 2 1 pedestrian Penguasaan tanah yang mudah 1 1 Sarana transportasi umum maupun pribadi mudah 2 2 dijangkau Infrastruktur kota yang memadai 2 2 Prospek kedepannya 2 1 Jumlah Sumber : Cahyani, 2014 Keterangan: 1 = tinggi 2 = sangat tinggi Berdasarkan pertimbangan dan hasil analisa, maka wilayah terpilih untuk perancangan Wahana Wisata Kuliner adalah alternatif 1 yang berada di Jalan Ir. Soekarno, Solo Baru, Sukoharjo. V-27

28 Site 2 Site 1 Gambar V.2 : Alternatif Pemilihan Site Sumber : Google Maps Alternatif pemilihan site 1: a. Merupakan kawasan yang potensial untuk bisnis dan pariwisata. b. Perkembangan ekonomi dan bisnis di sekitar site cukup pesat. c. Sarana dan prasarana yang mendukung. d. Kontur tanah yang relatif datar. e. Akses menuju site mudah karena dapat dilalui transportasi umum dan pribadi. f. Luas tapak 21605,173 m 2 Alternatif pemilihan site 2: a. Merupakan kawasan yang potensial untuk bisnis dan pariwisata. b. Perkembangan ekonomi dan bisnis di sekitar site kurang pesat. c. Sarana dan prasarana yang mendukung. d. Kontur tanah yang relatif datar. e. Akses menuju site mudah karena dapat dilalui transportasi umum dan pribadi. f. Luas tapak 16325,831 m 2 V-28

29 Penilaian Lokasi Site Tabel V.5 : Penilaian Lokasi Site KRITERIA LOKASI SITE ALT. 1 ALT. 2 Sesuai dengan peruntukan lahan yang terdapat 2 2 dalam RUTRK Kab. Sukoharjo Kemudahan akses menuju site dari dan keluar site 2 2 Memiliki nilai komersial 2 1 Terdapat sarana dan prasarana yang menunjang 2 2 Mempunyai orientasi dan view yang baik 2 1 Utilitas dan jaringan infratruktur kota yang 2 2 memadai Jumlah Sumber : Cahyani, 2014 Keterangan: 1 = tinggi 2 = sangat tinggi Berdasarkan pertimbangan dan hasil analisis yang ada, maka tapak terpilih untuk perancangan bangunan Wahana Wisata Kuliner adalah alternatif 1 yaitu yang berada di Jalan Ir. Soekarno, Solo Baru, Sukoharjo. a. Situasi Site Lokasi site berada di jalan utama Solo Baru, Sukoharjo yaitu Jalan Ir. Soekarno sehingga mudah dijangkau oleh transportasi umum maupun pribadi. Lokasi site tersebut merupakan kawasan perekonomian (bisnis) yang berkembang cukup pesat dengan infrastruktur kota yang memadai. Adapun batas-batas site adalah sebagai berikut: V-29

30 Utara Timur Selatan Barat : Pemukiman : Persawahan : Persawahan, Solo Sehat & Jalan Arah Sukoharjo-Baki : Patung Kuda Putih, Ruko & Jalan Ir. Soekarno Gambar V.3 : Batas-Batas Site Sumber : Google Maps dan Dokumentasi Cahyani 2013 Keterangan Gambar : Utara : Pemukiman Timur : Persawahan Selatan : Persawahan (A) (B) (C) V-30

31 Selatan : Jln Arah Skh-Baki Selatan : Bangunan Solo Sehat Barat : Kawasan Ruko (D) (E) (F) Barat : Patung Kuda Putih (G) Barat : Jl. Ir. Soekarno (H) b. Potensi Site Alternatif site 1 merupakan site yang terpilih. Adapun kelebihankelebihan yang dimiliki site tersebut antara lain: 1) Sesuai dengan RUTRK Kab. Sukoharjo dimana lokasi site tersebut sebagai wilayah pengembangan peruntukan perdagangan, jasa dan pariwisata. 2) Pada wilayah site terpilih didominasi olah bangunan dengan fungsi komersial seperti perdagangan, bisnis, pariwisata dan pemukiman penduduk. 3) Luas lahan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ruang bangunan Wahana Wisata Kuliner yang direncanakan. 4) Lokasi site yang mudah diakses baik dalam maupun luar kota, karena dapat dilalui kendaraan umum dan pribadi. V-31

32 5) Site berada pada lokasi yang tidak jauh dengan pemukiman. 6) Lokasi site yang memiliki jaringan utilitas memadai seperti saluran drainase, saluran PDAM, jaringan listrik, jaringan telepon dan pemadam kebakaran. 7) Site memiliki nilai lebih sebab berada di sudut dan di tepi jalan utama sehingga view keluar site maupun orientasinya tidak terhalang oleh bangunan lainnya. V.3. ANALISIS PENDEKATAN KONSEP PENGOLAHAN SITE Tujuan dari analisis pendekatan konsep pengolahan site adalah untuk mendapatkan konsep penyesuaian massa dengan kondisi eksisting site, sesuai dengan prinsip-prinsip dari konsep ramah lingkungan dan mendapatkan konsep penataan massa pada site berupa komposisi antara massa-massa yang saling terhubung sesuai dengan pola aktivitas user. Dasar-dasar pertimbangan untuk mendapatkan pendekatan konsep pengolahan site adalah: a. Berdasarkan teori ramah lingkungan dari berbagai sumber yang telah dijelaskan pada tinjauan teori, dalam mengolah site diperlukan pertimbangan antara lain: 1) Tetap memelihara keseimbangan sumber lingkungan (air, tanah dan udara). 2) Kedekatan dan kemudahan akses dari dan ke bangunan. 3) Perlunya penghijauan dan penanaman kawasan sehingga tanah tetap subur. 4) Perlunya pengolahan limbah dan sampah secara baik agar dapat meminimalisir terjadinya pencemaran dan kerusakan di lingkungan sekitar site. b. Kondisi eksisting site. c. Sesuai peraturan daerah yang berlaku dalam hal mendirikan obyek perancangan bangunan. V-32

33 d. Sifat kegiatan dan pengelompokkan ruang yang telah dianalisis dalam pendekatan konsep peruangan. V.3.1. Analisis Pola Pencapaian Main Entrance (ME) dan Side Entrance (SE) merupakan salah satu faktor penting dalam pertimbangan sebuah bangunan, yaitu sebagai penghubung antar dunia luar dengan bangunan tersebut di dalam site. Keberadaan sebuah entrance juga merupakan faktor penting dalam pembentukan karakter dan persepsi masyarakat ketika akan memasuki sebuah bangunan. a. Dasar pertimbangan 1) Main Entrance (ME) : a) Kemudahan pencapaian bagi pengunjung dan pengelola. b) Letak akses yang tidak mengganggu sirkulasi arus lalu lintas umum. c) Letak akses yang menunjang kegiatan akomodasi. d) Faktor keamanan dan kenyamanan pengunjung. 2) Side Entrance (SE) : a) Kemudahan pencapaian bagi pengunjung dan pengelola. b) Dapat dilalui oleh kendaraan besar. c) Letak SE tidak mengganggu sirkulasi ME. d) Ditempatkan sedemikian rupa agar tidak bersilangan dengan jalur pedestrian 3) Jalur Pedestrian : a) Aman dilalui, didesain sedemikian rupa agar jalur pedestrian tidak dapat diterobos kendaraan. b) Adanya peneduh di sepanjang jalur pedestrian. b. Kriteria Pencapaian antar ruang dan antar massa bangunan hendaknya harus mempertimbangkan hubungan antar masing-masing kegiatan dari massa bangunan tersebut. 1) Pencapaian ke dalam tapak diusahakan mudah dan terlihat jelas. V-33

34 2) Untuk memudahkan sirkulasi dilakukan pemisahan antara jalur masuk dan jalur keluar kendaraan. 3) Letak yang strategis. 4) Tidak mengganggu arus lalu lintas di sekitar site. 5) Pencapaian juga mempertimbangkan arah datang pengunjung terbanyak. c. Analisa ME in ditujukan untuk jalur masuk bagi pengunjung menuju bangunan Wahana Wisata Kuliner. Area parkir bagi pengunjung dan pengelola dipisah sehingga tidak menimbulkan kebingungan saat pengunjung hendak memarkirkan kendaraannya. ME out ditujukan untuk jalur keluar bagi pengunjung. SE in dan out ditujukan untuk jalur masuk dan keluar bagi pengelola. Di setiap jalur masuk dan keluar terdapat petugas keamanan sehingga keamanan lebih terjamin. d. Hasil Gambar V.4 : Pencapaian Site Sumber : Cahyani, 2014 V-34

35 V.3.2. Analisis Sistem Sirkulasi pada Bangunan a. Sistem Sirkulasi di dalam Bangunan 1) Tujuan : untuk mendapatkan bagaimana sistem sirkulasi yang tepat baik itu secara vertikal maupun horizontal. 2) Dasar Pertimbangan : a) Pelaku kegiatan b) Jenis kegiatan c) Jenis sistem sirkulasi 3) Analisa dan Hasil : Bangunan Wahana Wisata Kuliner yang direncanakan hanya terdiri dari 1 lantai saja. Maka sistem sirkulasi bangunan hanya terdapat sirkulasi horizontal yaitu dipilihlah sirkulasi cluster guna mempermudah pengunjung menuju suatu kelompok ruang tertentu. b. Sistem Sirkulasi di luar Bangunan 1) Tujuan : untuk mendapatkan sistem sirkulasi jalur masuk dan keluar yang tepat bagi pengunjung maupun pengelola. 2) Dasar Pertimbangan : a) Pelaku kegiatan b) Kemudahan dan keleluasaan pencapaian ke bangunan c) Jenis transportasi yang digunakan d) Sirkulasi bagi pengunjung dan pengelola 3) Analisa Alternatif pemilihan pola sirkulasi yaitu dibuat mengelilingi bangunan. Untuk area parkir pengunjung dan pengelola dipisah sebab masing-masing pelaku memiliki sifat yang berbeda berkaitan dengan jenis kegiatan dan waktu kegiatannya. Sistem parkir terbagi kedalam beberapa jenis yaitu : V-35

36 Gambar V.5 : Sistem Parkir Sumber : Data Arsitek, Ernst Neufert, 1973 a) Sistem parkir paralel Kelebihan : - Efisien diterapkan di badan jalan - Sirkulasi keluar-masuk sulit - Daya tampung kendaraan sedikit b) Kelebihan : - Efisien diterapkan di area parkir - Sirkulasi keluar-masuk lancar - Daya tampung kendaraan cukup banyak - Hanya dapat digunakan untuk jalur searah c) Kelebihan : - Efisien diterapkan di area parkir - Sirkulasi keluar-masuk lancar - Daya tampung kendaraan jauh lebih banyak - Dapat digunakan untuk sirkulasi 2 arah V-36

37 4) Hasil Adapun sistem parkir yang akan digunakan pada bangunan ini adalah ini adalah lebih efisien diterapkan di area parkir, sirkulasi keluar-masuk lancar, daya tampung kendaraan jauh lebih banyak dan dapat digunakan untuk sirkulasi 2 arah (Neufert Architect Data). V.3.3. Analisis View dan Orientasi a. Analisis View 1) View to site a) Tujuan : untuk menentukan gambaran posisi bangunan yang tepat agar mendapatkan perhatian masyarakat terbanyak berdasarkan kedudukan pengamat. b) Dasar pertimbangan : keberadaan jalan di sekitar tapak. 2) View from site a) Tujuan : Untuk menentukan posisi terbaik peletakan ruang dan massa bangunan sehingga dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung serta mampu memberikan kenyamanan visual. b) Dasar pertimbangan : kondisi view lingkungan sekitar tapak. Gambar V.6 : View from Site Sumber : Google Maps dan Dokumentasi Cahyani, 2014 V-37

38 Keterangan Gambar : Dinding Pemukiman (A) Persawahan (B) Persawahan Jl. Skh-Baki Dinding bangunan Solo Sehat (C) (D) (E) Kawasan Ruko Patung Kuda Putih Jl. Ir. Soekarno (F) (G) (H) V-38

39 3) Penzoningan berdasarkan view Gambar V.7 : Penzoningan berdasarkan View Sumber Gambar : Cahyani, 2014 a) Zone publik, pemberian view yang menarik dengan mengolah taman untuk ruang publik. b) Zone semi publik, keberadaananya yang cukup jauh dengan view keluar sehingga view lebih banyak ke dalam ruangan, hanya sedikit yang dapat melihat view keluar bangunan. c) Zone servis, pemberian view tambahan di sekitar servis. b. Analisis Orientasi 1) Tujuan : untuk menentukan arah pandang bangunan Wahana Wisata Kuliner terhadap lingkungan atau kawasan di sekitarnya. 2) Dasar Pertimbangan : a) Eksisting pola jalan di sekitar tapak b) Arah datang pelaku kegiatan terbanyak c) Respon terhadap pelaku kegiatan V-39

40 3) Analisa dan Hasil : Gambar V.8 : Hasil Analisis View dan Orientasi Sumber : Cahyani, 2014 V.3.4. Analisis Noise Kebisingan lingkungan adalah kebisingan yang ditimbulkan oleh sumber bunyi yang ada di sekitar site dan berasal dari luar bangunan. Kebisingan dapat berupa kebisingan kendaraan, kebisingan yang berasal dari bangunan di sekitar site maupun kebisingan hewan dan manusia. a. Tujuan : untuk mendapatkan solusi yang tepat akibat adanya kebisingan yang ada di sekitar tapak dan sebagai dasar peletakan peruangan dalam bangunan. b. Dasar pertimbangan : 1) Intensitas kebisingan yang dihasilkan dari lingkungan sekitar site. 2) Potensi yang mungkin menghasilkan kebisingan, baik itu kebisingan tetap (bengkel) maupun kebisingan bergerak (kendaraan). 3) Ruang-ruang apa saja yang membutuhkan ketenangan sebaiknya diletakkan pada zona yang memiliki tingkat kebisingan relatif rendah. V-40

41 c. Analisa Gambar V.9 : Hasil Analisis Noise Sumber : Cahyani, 2014 d. Hasil Adapun langkah-langkah yang akan diambil sebagai bentuk antisipasi dari adanya kebisingan yang ditimbulkan di sekiar site adalah sebagai berikut : 1) Mengatur jarak sumber kebisingan. 2) Memanfaatkan taman, tanaman peneduh sebagai penghalang kebisingan ruang luar tanpa mengganggu sirkulasi jalur masuk-keluar dan arah pandang terhadap bangunan. 3) Menempatkan ruang sesuai dengan penzoningannya. Hasil analisa untuk mengantisipasi kebisingan antara lain : 1) Pemberian barier pohon berupa tanaman perdu dan pohon tinggi untuk mengurangi intensitas kebisingan. 2) Memberikan jarak yang sesuai antara bangunan dan jalan di depan site. 3) Peletakkan massa bangunan pada zona paling tenang untuk ruang-ruang yang memang membutuhkan ketenangan. V-41

42 Memanfaatkan taman, tanaman peneduh sebagai penghalang kebisingan ruang luar tanpa mengganggu sirkulasi jalur masuk-keluar dan arah pandang terhadap bangunan. Memberikan jarak yang sesuai antara bangunan dan jalan di depan site. Gambar V.10 : Hasil Analisis Kebisingan Sumber : Cahyani, 2014 V.3.5. Analisis Faktor Klimatologi (Matahari dan Angin) a. Tujuan : untuk mendapatkan solusi yang tepat akibat iklim terhadap site dan sebagai pertimbangan peletakan bangunan pada site. b. Dasar pertimbangan : 1) Arah datang sinar matahari pagi hari, siang hari dan sore hari. 2) Arah angin yang menuju site. V-42

43 c. Analisis Gambar V.11 : Analisis Klimatologi (Matahari dan Angin) Sumber : Cahyani, 2014 Masalah yang berhubungan dengan iklim mempunyai beberapa alternatif pemecahan dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut : 1) Bukaan, peletakan bukaan memerlukan pertimbangan dimana seharusnya bukaan tersebut dapat menangkap sinar matahari ke dalam bangunan ataupun bukaan bagi angin sebagai penghawaan alami. 2) Barier, dapat berupa vegetasi ataupun pagar bangunan yang didesain dengan baik mampu menghalangi sinar matahari ataupun angin yang dapat merugikan bangunan dan aktivitas yang ada di dalamnya. 3) Material, material yang akan digunakan adalah material lokal yang mudah didapat di Indonesia ataupun material bekas yang masih dapat dimanfaatkan. Namun, dalam pemilihan material juga perlu mempertimbangkan apakah material tersebut dapat berfungsi sebagai filter sinar matahari dan mengurangi silau ke dalam bangunan. V-43

44 d. Hasil Gambar V.12 : Hasil Analisis Klimatologi (Matahari dan Angin) Sumber : Cahyani, 2014 V.3.6. Analisis Penzoningan a. Tujuan : mendapatkan analisa penzoningan dari ruang-ruang yang akan berpengaruh terhadap sirkulasi di dalam tapak. b. Dasar Pertimbangan : 1) Program ruang 2) Analisis pencapaian, view, noise, orientasi, angin dan matahari c. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, secara umum zoning dibagi dalam 4 bagian yaitu publik, semi publik, privat dan servis. Tabel V.6 : Analisis Penzoningan Jenis kegiatan Sangat tenang Cukup tenang Tidak tenang Kegiatan publik : hall, penunjang, penjualan Kegiatan semi publik : pengelola, informasi & V-44

45 promosi, gazebo Kegiatan servis d. Hasil Gambar V.13 : Hasil Penzoningan Akhir Sumber : Cahyani, 2014 V.3.7. Analisis Tata Lanskap Tujuan : memperoleh suasana lanskap pada Wahana Wisata Kuliner dengan memanfaatkan potensi site serta mendukung keberadaan site. Pada dasarnya keberadaan suatu vegetasi adalah sebagai elemen estetika pada site dan juga berfungsi sebagai soft space yakni penyeimbang keberadaan hard space pada obyek rancangan. Secara tidak langsung keberadaan vegetasi akan mempengaruhi kondisi lingkungan di kawasan tersebut. Karena pada pengolahan suatu site tidak lepas dengan adanya pemilihan jenis vegetasi sebagai elemen pendukung obyek rancangan. Vegetasi juga untuk mengatasi beberapa masalah terhadap polusi udara, kebisingan, debu, radiasi, matahari, hembusan angin, penunjuk arah dan pembatas kawasan. Dengan demikian peletakan vegetasi diharapkan dapat berfungsi secara maksimal pada site. Hasil : Untuk memperoleh tata lanskap yang dapat berfungsi secara maksimal maka langkah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : a. Memilih jenis tanaman yang sesuai dengan iklim pada site dan masing-masing tanaman memiliki fungsi terhadap bangunan. V-45

46 b. Mengurangi keberadaan perkerasan agar tidak dominan atau terlalu banyak memakan area hijau. Selain itu, hendaknya digunakan perkerasan yang jenisnya mampu melewatkan air sehingga air dapat terserap ke dalam tanah seperti paving grass. c. Pengadaan elemen air pada tata lanskap untuk membantu terciptanya iklim mikro dan menambah nilai estetika lanskap. d. Menggunakan material lokal pada tata lanskap. e. Tata lanskap / ruang terbuka dibuat mengelilingi bangunan agar memberikan kesempatan pada bangunan untuk menerima aliran udara dari lebih banyak arah. V.4. ANALISIS PENDEKATAN KONSEP BENTUK DAN GUBAHAN MASSA V.4.1. Analisis Penentuan Konsep Bentuk Dasar Massa Tujuan dari analisis konsep bentuk dasar massa adalah untuk mendapatkan bentuk dasar massa sebagai dasar merancang wadah kegiatan. Bentuk dasar massa adalah bentuk yang dipakai sebagai dasar dalam merancang bangunan, meskipun tidak menutup kemungkinan bentuk dasar tersebut mengalami penambahan ataupun pengurangan. Dasar pertimbangan dalam memilih dan menentukan bentuk dasar massa yang akan dipakai adalah kondisi site, bentuk site, aspek fungsi dan efisiensi ruang. Adapun bentuk dasar massa adalah sebagai berikut : a. Persegi V-46

47 Persegi adalah sebuah bidang datar yang mempunyai empat sisi sama panjang dan empat buah sudut siku-siku. Sifat dan karakter : menunjukkan sesuatu yang murni dan rasional. Bentuk ini merupakan bentuk yang statis dan netral serta tidak memiliki arah tertentu. Bentuk-bentuk segiempat lainnya dapat dianggap sebagai variasi dari bentuk bujur sangkar yang berubah dengan penambahan tinggi dan lebarnya. b. Segitiga Segitiga adalah sebuah bidang datar yang dibatasi oleh tiga sisi dan mempunyai tiga buah sudut. Sifat dan karakter : menunjukkan stabilitas. Apabila terletak pada salah satu sisinya, segitiga merupakan bentuk yang sangat stabil. Jika diletakkan berdiri pada salah satu sudutnya, dapat menjadi seimbang bila terletak dalam posisi yang tepat pada suatu keseimbangan atau menjadi tidak stabil dan cenderung jatuh ke salah satu sisinya. c. Lingkaran Lingkaran adalah sederetan titik-titik yang disusun dengan jarak yang sama dan seimbang terhadap sebuah titik tertentu di dalam lingkaran. V-47

48 Sifat dan karakter : suatu yang terpusat berarah ke dalam dan pada umumnya bersifat stabil dan dengan sendirinya menjadi pusat dari lingkungannya. Komposisi dari lingkaran bisa mencapai titik netral, stabil, tidak stabil, seimbang, terpusat sendiri, diam di tempat dan dinamis. Hasil : Pada bangunan ini dipilih bentuk dasar segiempat dengan pengembangan transformasi bentuknya. Dengan pertimbangan macam sifat yang diwadahi, pengkoordinasian kegiatan, penyesuaian terhadap fisik lingkungan, estetika bentuk, penampilan bangunan dibuat sesuai citra wilayah di sekitarnya. V.4.2. Analisis Gubahan Massa Gubahan massa segiempat dengan pengembangan bentuk transformasinya adalah bentuk dasar yang terpilih berikut penjelasnnya : a. Massa 1 merupakan massa bangunan penerimaan. Massa tersebut terdiri dari kanopi, ruang hall / lobby dan information desk. Bangunan menghadap ke arah jalan utama yaitu Jalan Ir. Soekarno dengan diberi gapura untuk memperjelas agar terlihat bahwa massa bangunan tersebut sebagai area masuk utama menuju fasilitas kegiatan kuliner. Gambar V.14 : Analisis Gubahan Massa Bangunan Penerimaan Sumber : Cahyani, 2014 b. Massa 2 merupakan massa bangunan pengelolaan. Adapun ruang pengelola pusat meliputi ruang general manager, ruang assistant general manager, ruang sekretaris general manager, ruang kabag operational department, kabag personal department, kabag marketing & promotion department, ruang kabag V-48

49 marketing & promotion department, ruang manager department, ruang staff, ruang rapat, ruang ibadah, ruang wudhu, loker, gudang dan toilet. Bangunan terdiri dari satu lantai, bentuk bangunan memanjang (jajar ganda) pada arah timur-barat dengan tujuan untuk pengoptimalan pencahayaan alami. Sedangkan bukaan diarahkan pada arah utara-selatan untuk memperoleh penghawaan secara optimal. Berikut adalah analisis peletakan ruang-ruang dalam bangunan agar mendapatkan akses cahaya dan udara alami : Gambar V. 15 : Jenis penataan ruang, kemungkinan aliran udara dan masuknya cahaya (notasi anak panah). Ruang-ruang yang ditandai dengan tanda tanya (?) tidak memiliki akses pada cahaya dan ventilasi alami melalui dinding Sumber : Mediastika, 2012 V-49

50 Gambar V.16 : Analisis Gubahan Massa Bangunan Pengelola Sumber : Cahyani, 2014 c. Massa 3 merupakan massa bangunan penjualan dan area untuk menikmati kuliner seperti gazebo. Massa penjualan meliputi ruang penjualan kuliner, ruang penjualan souvenir, ruang penjualan oleh-oleh khas, ruang penjualan buku dan majalah memasak, ruang penjualan perkakas dapur dan ruang penjualan bumbu masak. Gambar V.17: Analisis Gubahan Massa Bangunan Penjualan Sumber : Cahyani, 2014 V-50

51 Gambar V.18 : Analisis Gubahan Massa Gazebo Sumber : Cahyani, 2014 d. Massa 4 merupakan massa bangunan servis. Orientasi atap bangunan juga diarahkan menuju timur-barat. Gambar V.19 : Analisis Gubahan Massa Bangunan Servis Sumber : Cahyani, 2014 V-51

52 V.4.3. Analisis Tatanan Massa Tabel V.7 : Analisis Tatanan Massa Komposisi Penjelasan Gambar Linier Tata massa yang terdiri dari urutan yang berulang, bersifat fleksibel dan tanggap terhadap kondisi tapak. Terpusat Tata massa di mana adanya ruang pemersatu antar massa bangunan yang terdiri dari pusat yang dikelilingi massa sekunder. Grid Merupakan tata massa pengulangan modul secara teratur, sehingga terkesan kaku. Radial Cluster Tata massa perpaduan dari organisasi massa terpusat dan linear yang terdiri dari ruang pusat dengan beberapa organisasi linear berkembang membentuk jari. Tata massa penggabungan dari ruang yang berlainan V-52

53 bentuk tapi tetap berhubungan satu dengan yang lain berdasarkan penempatan. Sumber : Cahyani, 2014 Dari analisis tatanan massa yang telah dijelaskan diatas, dipilihlah tatanan massa dengan komposisi cluster untuk memudahkan pencapaian bagi para pelaku kegiatan menuju suatu kelompok ruang tertentu. V.4.4. Analisis Respon Bentuk terhadap Pencahayaan Tujuan dari analisis respon bentuk terhadap pencahayaan adalah untuk mendapatkan bentuk massa yang adaptif terhadap sinar matahari untuk menunjang kenyamanan visual baik di dalam maupun diluar ruangan. Kriteria bentuk bangunan yang adaptif terhadap sinar matahari berdasarkan aplikasi rancangan konsep ramah lingkungan adalah sebagai berikut: a. Mampu mengalirkan cahaya alami kedalam ruangan secara optimal sehingga mampu mengurangi pemakaian lampu dan listrik. b. Bentuk bangunan mampu mengurangi efek negatif yang dihasilkan dari pencahayaan alami yaitu panas yang muncul dan efek silau yang ditimbulkan. c. Di daerah iklim tropika perlu suatu perlindungan terhadap bangunan agar cahaya yang terpancar secara langsung atau tidak langsung perlu suatu lubang yang bertujuan agar sinar menyebar keseluruh ruangan. d. Untuk fasade bangunan yang terbuka menghadap ke utara atau ke selatan diletakkan agar tidak terkena sinar radiasi langsung, sehingga tidak menimbulkan pertambahan panas yang tinggi (Gunawan, Yurika, Arsitektur Ekologis Dalam Bangunan Rumah Tinggal, 2000 : 49). V-53

54 Dalam suatu desain bangunan, kenyamanan penghuni merupakan prioritas utama, desain bangunan yang adaptif terhadap sinar matahari sangatlah penting untuk menunjang kenyamanan pengguna. Pada iklim tropis Indonesia, saat musim kemarau, puncak terik matahari (titik kulminasi) terjadi mulai pukul Pada rentang waktu tersebut sinar matahari langsung harus benar-benar dicegah agar tidak masuk ke dalam ruangan karena akan memanaskan udara di dalam ruangan. Pencegahan ini sedapat mungkin dipertahankan sampai matahari terbenam. Oleh karena itu, untuk bangunan Indonesia, orientasi bukaan utara-selatan lebih disarankan. Pada posisi timur dapat ditempatkan bukaan dengan kanopi pembatas, namun posisi barat wajib dihindari. Bahkan, pada dinding bangunan di sisi barat yang terpapar sinar matahari sebaiknya diberi tanaman peneduh atau pembayang (Mediastika, 2012 : 162). Sedangkan orientasi bangunan terhadap sinar matahari yang paling tepat dan menguntungkan terdapat sebagai hubungan letak antara bangunan berarah dari timur ke barat dan tegak lurus terhadap arah angin (Frick, 1998 : 56). Dari analisis respon bentuk massa terhadap matahari, maka dibuatlah seluruh massa berorientasi menuju arah timur dan barat. Dengan begitu hampir seluruh bangunan mendapatkan cahaya penuh matahari. Untuk mengurangi efek panas berlebih yang dihasilkan oleh matahari bisa dilakukan dengan membuat bentuk-bentuk atap yang melindungi bangunan dari sinar matahari langsung, pemberian vegetasi di sekitar bangunan maupun dengan menghindari bukaan pada posisi horizontal di atap. Berikut adalah gambar analisis yang dibuat oleh penulis untuk memperoleh bentuk bangunan yang adaptif terhadap sinar matahari. V-54

55 Gambar V.20 : Analisis Respon Bentuk terhadap Cahaya Matahari Sumber : Cahyani, 2014 Dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk penempatan cahaya di dinding, penempatan lubang cahaya pada posisi hampir horizontal seperti di atap dapat dipilih, namun dalam dimensi yang tidak terlalu besar dan menggunakan teknik berbelok atau tidak menerus. Meskipun tidak terletak secara horizontal, bukaan transparan vertikal di dinding juga sangat potensial memasukkan terik matahari apabila tidak dibatasi. Pembatas dapat berupa pembayang atau peneduh. Pembayang alami dapat diperoleh dari pohon besar atau tanaman dalam pot gantung. Sementara pembayang buatan dapat diperoleh dengan berbagai cara seperti penambahan teras, teritisan, kerai dan sebagainya (Mediastika, 2012 : 163). Hasil : Dari analisis yang telah dilakukan maka diperoleh hasil dan kesimpulan sebagai berikut : a. Pemberian vegetasi di sekitar bangunan sebagai peneduh alami ataupun pemberian peneduh buatan seperti penambahan teras, teritisan dan kerai untuk mencegah masuknya sinar matahari siang dan sore hari secara langsung. b. Memberikan bukaan yang maksimal pada arah yang berpotensi mendapatkan sinar matahari pagi. V-55

56 c. Orientasi bangunan mengarah timur-barat untuk pengoptimalan pencahayaan alami. Sedangkan bukaan diarahkan utara-selatan untuk memperoleh penghawaan alami secara optimal. V.4.5. Analisis Respon Bentuk Terhadap Angin Tujuan dari analisis respon bentuk terhadap angin adalah untuk mendapatkan bentuk bangunan yang tepat serta mampu merespon gerak dan tekanan angin. Di mana bentuk bangunan nantinya akan berpengaruh terhadap kekuatan struktur dan kenyamanan ruang. Untuk menciptakan suatu bentuk bangunan yang kokoh dan mampu memberi kenyamanan terhadap penghuninya sebagai respon dari efek yang ditimbulkan oleh angin, adapun kriteria yang tepat untuk memilih bentuk sebagai respon terhadap angin yaitu mampu mengalirkan sirkulasi udara masuk dan keluar secara lancar demi kenyamanan penghuninya. Setiap bentuk dasar memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk mendapatkan bentuk-bentuk yang adaptif dan merespon angin dengan baik maka dilakukan analisa dari bentuk dasar sebagai berikut : Tabel V.8 : Tekanan Angin Pada Bentuk Dasar V-56

57 Sumber : thesis.binus.ac.id Keterangan : Tekanan positif buruk, tekanan negatif buruk Tekanan positif buruk, tekanan negatif baik Tekanan positif baik, tekanan negatif buruk Tekanan positif baik, tekanan negatif baik Gambar V.21 : Analisis Respon Bentuk Bangunan terhadap Angin Sumber : Cahyani, 2014 V.4.6. Analisis Respon Bentuk Terhadap Hujan Tujuan dari analisis respon bentuk terhadap hujan adalah untuk mendapatkan bentuk bangunan yang mampu merespon salah satu fenomena cuaca yaitu hujan. Maka, diperlukan suatu desain bentuk bangunan yang kokoh dan mampu melindungi penghuninya dari hujan. Bentuk bangunan yang dimaksud harus mampu mengalirkan air hujan dengan baik dan melindungi penghuninya sesuai fungsi utamanya sebagai tempat berteduh. Adapun kriteria bentuk bangunan yang adaptif terhadap hujan: a. Mampu mengatur debet air hujan dengan baik b. Mampu mengalirkan air hujan dengan lancar V-57

58 c. Kokoh dan membuat penghuni yang ada di dalamnya merasa aman Untuk mendapatkan bentuk bangunan yang sesuai dengan kriteria dan pertimbangan di atas, berikut adalah gambar analisis bentuk bangunan dalam merespon hujan. Gambar V.22 : Analisis Respon Bentuk terhadap Hujan Sumber : Cahyani, 2014 Dari analisis di atas, bentuk yang paling efektif untuk mengalirkan air hujan dengan baik adalah bentuk-bentuk yang memiliki kemiringan. Bentukbentuk tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap bentuk atap bangunan. Hasil : Dari analisis respon bentuk bangunan terhadap hujan maka diperoleh kesimpulan bahwa bentuk-bentuk yang memiliki kemiringan adalah bentukbentuk yang dipilih dan paling efektif untuk mengalirkan serta mengatur debet air hujan dengan baik. V.5. ANALISIS PENDEKATAN KONSEP STRUKTUR Tujuan dari analisis pendekatan konsep struktur adalah untuk menentukan konsep struktur bangunan yang kuat dan ramah terhadap lingkungan baik dalam pemilihan jenis material maupun dalam hal pemasangan. Struktur bangunan adalah susunan kegiatan yang dibutuhkan untuk membangun, memelihara dan membongkar suatu bangunan. Yang berarti bahan V-58

59 bangunan, sistem penggunaan (produksi dan pemasangan) dan teknik serta konstruksi bangunan harus memenuhi tuntunan ramah lingkungan. Sehingga nilai kualitas struktur digolongkan menjadi : a. Fungsi : antara bentuk, lingkungan dan bangunan. b. Integralistik dengan alam. c. Kesinambungan pada struktur : hubungan antara masa pakai bahan bangunan dengan struktur bangunan. Dasar pertimbangan dalam menentukan konsep struktur adalah sebagai berikut: a. Menggunakan struktur yang memiliki tingkat pencemaran alam rendah. b. Mudah dalam pemasangannya dan tidak menyebabkan pencemaran atau kerusakan yang fatal terhadap lingkungan. c. Bangunan dapat berdiri kokoh dengan ketinggian 1 lantai. d. Pemenuhan syarat dasar sistem struktur antara lain : 1) Stabilitas : terhindar dari resiko roboh. 2) Kekuatan : terjamin hubungan antar daya dukungnya. 3) Kegunaan : struktur yang dapat memenuhi tuntutan kebutuhan pemakai. 4) Estetika : struktur tersebut memiliki nilai estetis dan dapat menampilkan konsep ramah lingkungan. V.5.1. Analisis Pendekatan Konsep Sub-Structure Tujuan dari analisis pendekatan konsep sub-structure adalah untuk mendapatkan konsep sub-structure yang sesuai dengan bentuk bangunan, material bangunan yang akan digunakan dan karakteristik site. Sub-structure merupakan bagian bangunan yang terdapat di dalam tanah dan berfungsi menyalurkan beban pada bangunan menuju tanah. Dasar pertimbangan jika akan menggunakan sub-structure adalah : a. Ketinggian bangunan yaitu 1 lantai. V-59

60 b. Mengurangi penurunan bangunan dan menghindari pergeseran pada lapisan tanah teratas. c. Jenis tanah pada site. d. Material struktur dan konstruksi bangunan yang akan digunakan. Dari kriteria-kriteria tersebut maka dilakukan analisis untuk mendapatkan alternatif sub-structure yang sesuai dengan karakteristik site terpilih dan desain bangunan : a. Pondasi Umpak Pondasi umpak dipakai untuk bangunan sederhana yang umumnya dibuat dari rangka kayu atau bambu dengan dinding dari papan atau anyaman bambu. Pondasi umpak dipasang dibawah setiap tiang-tiang penyangga. Tiang-tiang ini satu dan lainnya saling dihubungkan dengan balok-balok kayu / bambu yang dipasang dibagian bawah tiang yang juga untuk menumpu papan-papan lantainya dan di bagian atas tiang yang menyatu dengan rangka atapnya. Untuk memelihara keawetan kayu / bambu, pondasi umpak dibuat sampai keluar dari permukaan tanah setinggi ± 1,00 meter. Pondasi umpak dapat dibuat dari bahan-bahan seperti pasangan bata yang disusun bertangga, pasangan batu kali, cor beton tidak bertulang dan batu alam yang dibentuk menjadi umpak. Kelebihan Pondasi Umpak : 1) Pelaksanaannya mudah. 2) Waktu pengerjaan pondasi cepat. 3) Batu belah mudah didapat (khususnya pulau Jawa). 4) Pondasi umpak dapat dikatakan sebagai pondasi yang tahan gempa. Pondasi ini membentuk rigtifitas struktur yang dilunakkan, sehingga sistem membuat bangunan dapat menyelaraskan goyangan-goyangan yang terjadi pada permukaan tanah, sehingga bangunan tidak akan patah pada tiang-tiangnya jika terjadi gempa. Kekurangan Pondasi Umpak : 1) Batu belah di daerah tertentu sulit dicari. V-60

61 2) Membuat pondasi ini memerlukan biaya yang besar. 3) Untuk bangunan bertingkat pondasi ini juga memerlukan biaya yang lebih mahal. b. Pondasi Batu Kali Pondasi batu kali digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi tanah aslinya cukup baik. Biasanya kedalaman pondasi ini antara cm dengan lebar tapak sama dengan tingginya. Kebutuhan bahan baku untuk pondasi ini adalah batu belah (batu kali), pasir pasang dan semen PC (abuabu). Kelebihan Pondasi Batu Kali : 1) Pelaksanaan pondasi mudah. 2) Waktu pengerjaan pondasi cepat. 3) Batu kali mudah didapat (khususnya Pulau Jawa). Kekurangan Pondasi Batu Kali : 1) Batu kali di daerah tertentu sulit dicari. 2) Membuat pondasi ini memerlukan biaya yang mahal jika diterapkan pada bangunan di daerah yang sulit mendapatkan batu kali. 3) Memerlukan biaya yang lebih mahal jika diterapkan pada bangunan bertingkat. c. Pondasi Foot Plate Pondasi foot plate merupakan pondasi yang biasa digunakan untuk bangunan bertingkat atau bangunan di atas tanah lembek. Pondasi ini terbuat dari beton bertulang dan letaknya tepat dibawah kolom atau tiang dan kedalamannya sampai pada tanah keras. Pondasi foot plate dapat dikombinasikan dengan pondasi batu belah kali. Pengaplikasiannya juga dapat langsung menggunakan sloof beton dengan dimensi tertentu untuk kepentingan pemasangan dinding. Pondasi ini juga dapat dipersiapkan untuk bangunan di tanah yang sempit yang akan dikembangkan ke atas. V-61

62 Kelebihan Pondasi Foot Plate : 1) Pondasi ini lebih murah bila dihitung dari sisi biaya. 2) Galian tanah lebih sedikit (hanya pada kolom struktur saja). 3) Untuk bangunan bertingkat penggunaan pondasi foot plate lebih handal daripada pondasi batu belah. Kekurangan Pondasi Foot Plate : 1) Harus dipersiapkan bekisting atau cetakan terlebih dahulu (persiapan lebih lama). 2) Diperlukan waktu pengerjaan lebih lama (harus menunggu beton kering atau sesuai umur beton). 3) Pekerjaan rangka besi dibuat dari awal dan harus selesai setalah dilakukan galian tanah. Hasil : Mengingat bahan material struktur dan konstruksi yang akan digunakan pada bangunan Wahana Wisata Kuliner yang direncanakan adalah material bambu untuk beberapa massa bangunannya, maka dipilihlah pondasi umpak sebagai alternatif sub-structure. Disini bambu tidak dimasukkan ke tanah tetapi hanya ditaruh diatas umpak, diikat dengan struktur besi kaki ayam di dalam umpak sebab bambu tidak boleh terkena air tanah maupun air hujan. (a) (b) Gambar V.23 : Konstruksi Pondasi Umpak dengan memasukkan bambu ke dalam lubang dan di cor semen (a) dan sebelumnya bambu dipasang angkur dari arah berlawanan agar lebih kuat di dalam lubang cor pondasi (b) Sumber : Cahyani, 2014 V-62

63 Selain menggunakan pondasi umpak, pada Wahana Wisata Kuliner ini juga menggunakan pondasi batu kali untuk beberapa massa bangunannya. Pondasi batu kali dipilih karena bangunan yang direncanakan hanya terdiri dari satu lantai, kondisi tanah aslinya baik dan batu kali mudah didapatkan di daerah tersebut. Gambar V.24 : Konstruksi Pondasi Batu Kali Sumber : proyeksipil.blogspot.com V.5.2. Analisis Pendekatan Konsep Supper-Structure Tujuan dari analisis pendekatan konsep supper-structure adalah untuk mendapatkan supper-structure yang sesuai dengan bentuk bangunan dan karakteristik site. Supper-structure merupakan bagian bangunan yang berada di atas substructure yang memiliki fungsi sebagai pemikul beban atap diatasnya sekaligus juga sebagai pembatas visual maupun akustik ruang dalam. Supper-structure terdiri atas komponen kolom, balok dan dinding. Supper-structure terdiri dari bermacam-macam sistem diantaranya adalah sistem rangka atau frame dan sistem dinding pemikul. V-63

64 Dasar pertimbangan dalam pemilihan supper-structure adalah sebagai berikut : a. Kekuatan dan kekakuan struktur, mampu menahan beban dari atap untuk disalurkan ke pondasi dan tanah. b. Efisiensi, yaitu efisiensi dalam penyaluran beban pelaksanaan, penggunaan bahan dan pembiayaan. c. Fleksibilitas, yaitu dapat dikombinasikan dengan jenis struktur lain, dapat memenuhi bentuk dan karakter yang dikehendaki. d. Ekonomis, nilai ekonomis struktur ditinjau dari pembiayaan bahan, ekonomis penggunaan ruang dan ekonomis dalam pemeliharaan. e. Estetis, sistem struktur yang digunakan tidak mengurangi keindahan pada penampilan interior dan eksterior bangunan. Berikut adalah analisis mengenai jenis-jenis supper-structure beserta kelebihan dan kekurangannya : a. Sistem Struktur Rangka Sistem struktur rangka bangunan 2 lantai yang paling banyak dipakai di Indonesia (kecuali daerah-daerah tertentu) adalah sistem rangka beton bertulang atau disebut rangka kaku (rigid frame) karena inti dari struktur ini adalah kakunya sambungan-sambungan betonnya. Bentuk dari sistem struktur ini adalah kolom balok yang dapat digabung dengan sistem plat lantai beton bertulang. Karena bersifat rangka, maka dinding-dinding hanya berfungsi sebagai pembatas atau pembentuk ruang saja. Dinding ini bahkan dapat dihilangkan. Beban-beban pada bangunan pada intinya ditopang oleh kolom dan balok, sehingga dari atas hingga ke bawah bangunan, letak titik-titik beban seharusnya dipasang pada titik-titik tumpunya. Sehingga idealnya kuda-kuda harus ditopang oleh kolom dan kolom harus ditopang oleh pondasi titik di bawahnya. Kelebihan Sistem Struktur Rangka : 1) Ruang lebih fleksibel karena dinding dapat dipasang atau dihilangkan. V-64

65 2) Pelaksanaan konstruksi di lapangan yang lebih cepat karena dinding dan ruangan dapat dipasang kemudian. 3) Pondasi dapat dibuat lebih sederhana dengan menggunakan pondasi setempat atau titik. Kekurangan Sistem Struktur Rangka : 1) Beban-beban diutamakan diletakkan pada titik-titik hubungnya, sehingga relatif sulit untuk mendapatkan kedudukan sistem struktur yang benarbenar ideal pada penerapannya. 2) Bangunan harus terdiri dari kolom-kolom dan balok yang posisi dan letaknya harus memenuhi persyaratan jarak tertentu yang dipengaruhi oleh sifat-sifat teknis bahan bangunan struktur utamanya. b. Sistem Struktur Dinding Pemikul Sistem struktur dinding pemikul menggunakan dinding sebagai penopang struktur utama selain sebagai pembatas ruang. Dinding pada struktur ini menerima beban dari semua beban bangunan dan meneruskannya ke dalam tanah (tanpa dibantu dengan rangka), dengan demikian dinding harus menerus dari bawah (pondasi) sampai atas (atap). Beban pada dinding ini dapat dipasang di sembarang tempat sepanjang dinding dengan demikian kuda-kuda dapat dipasang dimana saja dan pondasi harus berbentuk garis di sepanjang dindingnya. Kelebihan Sistem Struktur Dinding Pemikul : 1) Tanpa harus meletakkan kolom-kolom pada ruang bangunan. 2) Letak tumpuan beban dapat dimana sepanjang dinding sehingga posisi kuda-kuda, balok dan sebagainya mudah ditempatkan dan disesuaikan dengan aspek lain dalam bangunan. Kekurangan Sistem Struktur Dinding Pemikul : 1) Ruang akan relatif terikat dengan posisi garis dinding sehingga ruang fungsi harus mengikuti ruang yang ada. 2) Pondasi yang digunakan harus sesuai sepanjang dinding sehingga relatif besar dimensinya dan mahal. V-65

66 3) Konstruksi dinding yang tebal dan besar akan mengakibatkan bangunan menjadi relatif lebih mahal karena volume waktu dan bahan (atokpelangi.blogspot.com). Hasil : Berdasarkan analisis dan kelebihan serta kekurangan yang telah dijelaskan sebelumnya maka struktur rangka dipilih sebagai alternatif supperstructure. Gambar V.25 : Sistem Struktur Rangka Dinding Sumber : V.5.3. Analisis Pendekatan Konsep Upper-Structure Tujuan dari analisis pendekatan konsep upper-structure adalah untuk mendapatkan upper-structure yang sesuai dengan bentuk bangunan dan karakteristik site. Atap merupakan bagian dari bangunan yang letaknya berada di bagian paling atas, sehingga untuk perencanaannya atap ini haruslah diperhitungkan dan harus mendapat perhatian yang khusus dari si perencana (arsitek). Karena dilihat dari penampakannya ataplah yang paling pertama kali terlihat oleh pandangan setiap yang memperhatikannya. Untuk itu dalam merencanakan bentuk atap harus mempunyai daya arstistik. Bisa juga dikatakan bahwa atap merupakan mahkota dari suatu bangunan. Atap sebagai penutup seluruh ruangan yang ada di V-66

67 bawahnya, sehingga akan terlindung dari panas, hujan, angin dan binatang buas serta keamanan. Atap merupakan bagian dari struktur bangunan yang berfungsi sebagai penutup atau pelindung bangunan dari panas terik matahari dan hujan untuk memberikan kenyamanan bagi pengguna bangunan. Untuk mendapatkan upper-structure yang sesuai dengan desain dan karakteristik site maka diperlukan kriteria-kriteria sebagai berikut: a. Mampu menahan beban statis maupun beban dinamis. b. Sesuai dengan desain bangunan. c. Sesuai dengan karakteristik lokasi. d. Mampu dikombinasikan dengan jenis struktur lain. Untuk mendapatkan struktur atap yang sesuai dengan desain dan kondisi lingkungan yang ada maka dilakukan analisis dan beberapa alternatif struktur atap yang dipilih yaitu: a. Struktur rangka bambu 1) Bentangan relatif besar, kemungkinan variasi bentuk atap lebih luas 2) Relatif tahan lama 3) Cukup ekonomis 4) Relatif ringan 5) Cukup atraktif dalam mendukung fasade dan interior 6) Perawatan mudah b. Struktur rangka baja ringan 1) Beban yang harus ditanggung oleh struktur dibawahnya seperti pondasi, dinding, kolom menjadi lebih rendah. Hal ini dikarenakan bobot yang ringan dari jenis bahan ini. 2) Baja ringan tahan terhadap karat, rayap dan perubahan cuaca dan kelembaban. 3) Bila dibandingkan dengan rangka kayu atau baja konvensional, pemasangan rangka atap baja ringan relatif lebih cepat. V-67

68 4) Baja ringan bersifat tidak merambatkan atau membesarkan api (noncombustible). Karena dalam baja ringan terdapat sistem proteksi khusus yang disebut fire resistance yakni rakitan sistem struktur untuk membatasi penyebaran api pada suatu daerah atau kemampuan untuk secara menerus berperan menahan struktur ketika terpapar api. 5) Baja ringan juga tidak memiliki nilai muai susut sebagai mana material kayu. 6) Baja ringan lebih efisien dan ekonomis karena biaya pemeliharaan lebih kecil dan memiliki daya tahan lebih lama karena tidak terkena rayap dan tidak lapuk sehingga masa waktu manfaatnya menjadi lebih lama. Hasil : Berdasarkan analisis dan kriteria-kriteria yang telah dijelaskan maka struktur rangka atap dengan bahan bambu dan baja ringan dipilih sebagai alternatif upper-structure. V.6. ANALISIS PENDEKATAN KONSEP PEMILIHAN MATERIAL Tujuan dari analisis konsep pemilihan material adalah untuk mendapatkan konsep pemilihan dan penggunaan material yang sesuai dengan konsep ramah lingkungan tanpa mengurangi pertimbangan kenyamanan user. Adapun kriteria bahan bangunan yang ramah lingkungan adalah sebagai berikut : a. Bahan bangunan yang dapat dibudidayakan kembali seperti kayu, bambu dan rotan. b. Bahan bangunan yang dapat digunakan kembali seperti tanah, pasir dan kapur. c. Bahan bangunan buatan yang dapat digunakan kembali dalam fungsi yang berbeda seperti bahan bangunan yang berasal dari limbah atau sampah perusahaan industri yaitu kardus, kertas, kaleng ataupun botol bekas. d. Bahan bangunan alam yang mengalami perubahan transformasi sederhana seperti batu bata dan genting tanah liat. V-68

69 Analisis dan Hasil : Dalam pemilihan material bangunan dipilihlah material yang memenuhi tuntunan ramah lingkungan seperti bambu, alang-alang, batu bata, batu alam, kayu kelapa (glugu) dan genting tanah liat yang akan digunakan pada bangunan Wahana Wisata Kuliner yang direncanakan. Berikut adalah penjelasan mengenai kelebihan, kelemahan dan penerapan material pada bangunan tersebut : a. Bambu Kelebihan Bambu : 1) Bambu mudah dipotong, dilubangi, diangkat serta mudah perawatannya, hanya dengan peralatan sederhana kita bisa membuat bangunan bambu. 2) Karakter dan struktur fisiknya, bambu dapat dikatakan cocok untuk segala jenis struktur konstruksi. Baik untuk konstruksi permanen maupun bangunan sementara. Selain itu, kelenturan dan kekuatannya terbukti sebagai bahan yang aman untuk daerah yang rentan gempa seperti Indonesia. 3) Bambu tidak bersifat polutif, seluruh bagian bambu dapat digunakan dan tidak ada yang terbuang. Dalam praktiknya, batang bambu dapat digunakan untuk konstruksi, bagian pucuknya yang lebih kecil dapat dijadikan atau penyangga tanaman, daun bambu dapat dijadikan makanan ternak dan juga kompos serta tunas muda bambu dapat dimakan sebagai sayuran yang lezat. Bahkan sisa-sisa dari industri furniture bangunan bambu dapat dijadikan arang yang bermutu dan bernilai ekonomi tinggi. 4) Bagian permukaan luar bambu sudah secara alami licin dan bersih dengan warna yang alami dan menarik. Sehingga bambu tidak memerlukan pengecatan atau amplasan. Bambu juga dapat dikombinasikan dan cocok dengan material lain seperti kayu, batu dan baja. Kelemahan Bambu : 1) Ketika ditebang, kumbang bubuk akan segera menginfeksi bambu, oleh sebab itu sangat dianjurkan untuk langsung mengawetkan bambu. 2) Bambu yang bersentuhan langsung dengan tanah dalam waktu lama, akan mengalami pelapukan dan mengundang serangan serangga, hal ini juga V-69

70 terjadi pada kayu. Oleh sebab itu, struktur bambu harus menghindari kontak langsung dengan tanah. 3) Sama seperti kayu, bambu yang kering sangat mudah terbakar, oleh sebab itu sangat dianjurkan untuk mengawetkan bambu dengan bahan pengawet yang dapat meningkatkan tingkat fire retardant bambu. 4) Banyak tukang yang sulit mengerjakan bahan bambu karena ukuran diameter bambu dari pangkal ujung seringkali tidak sama, demikian pula ketebalannya. Namun, para perajin dan tukang yang berpengalaman menangani bambu tidak ada kesulitan dengan kondisi ini. Artinya diperlukan pelatihan bagi yang belum mengenal karakteristik bambu. 5) Konstruksi bambu yang baik membutuhkan keahlian khusus dalam hal sambungan dan ikatan. Aplikasi yang salah akan mengurangi kekuatan struktur dan juga keindahan bangunan bambu. Diperlukan peningkatan ketrampilan bagi yang baru mulai bekerja dengan bambu (bambuawet.com). Penerapan Material Bambu pada Bangunan Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya material bambu memiliki kelebihan dan kelemahan jika digunakan sebagai material bangunan, tetapi saat ini sudah banyak cara yang dapat dilakukan untuk menutupi kelemahan tersebut. Berdasarkan analisis bagian bangunan yang akan menggunakan material bambu adalah untuk beberapa massa bangunan seperti pada massa bangunan penerimaan sebagai ornamen atau untuk menambah tampilan bangunan menjadi menarik. b. Genteng tanah liat Kelebihan genteng tanah liat : ( 1) Tidak memunculkan hawa yang panas pada ruang meski matahari bersinar dengan panas dan terik sehingga tidak perlu menggunakan pendingin ruangan (AC) dan tentunya lebih hemat biaya. 2) Malam hari atau saat cuaca sedang dingin, genteng tanah liat justru dapat memberi kehangatan. Hal ini bisa terjadi karena pada waktu siang hari, V-70

71 panas dan sinar matahari dapat terserap lalu disimpan oleh genteng dan dikeluarkan secara pelan-pelan pada ruang ketika cuaca berubah dingin. 3) Genteng dari tanah liat tidak pernah menimbulkan efek negatif pada kesehatan. Sedangkan genteng dari asbes dapat memicu timbulnya penyakit kanker sebab panas matahari masuk ke genteng asbes hingga mencemari udara dalam ruangan akibatnya pengguna bangunan akan menghirup udara tersebut. 4) Warna genteng yang coklat tidak dapat memunculkan kebisingan sama sekali. Bentuknya yang melengkung serta punya ukuran lebih tebal sehingga ketika kejatuhan air hujan maka tidak akan menimbulkan suara yang gaduh. 5) Dari sisi keindahan, genteng tanah liat mempunyai tampilan yang sangat cantik dan mampu memunculkan kesan yang lebih artistic. 6) Perawatan genteng tanah liat tidak membutuhkan sistem yang rumit. Penerapan Material Genteng Tanah Liat pada bangunan : Material ini digunakan sebagai penutup atap untuk beberapa massa bangunan seperti ruang utama, ruang serbaguna, ruang pengelola, ruang penjualan, mushola dan ruang-ruang servis. c. Kayu kelapa (glugu) Kelebihan kayu kelapa : 1) Pohon kelapa mempunyai banyak kegunaan baik mulai dari akar sampai daunnya. Kelapa mempunyai struktur batang yang terpisah-pisah serat kambiumnya, hal itu memungkinkan membentuk serat yang padat ketika mencapai umum tua dari pohon tersebut. 2) Mempunyai struktur yang kuat dengan seratnya yang padat pada sisi diameter terluarnya. 3) Harganya yang relatif murah dan mudah didapat karena mudah tumbuh pada dataran rendah. V-71

72 Kelemahan kayu kelapa : 1) Memiliki kekuatan yang baik untuk konstruksi bangunan jika masa panen sudah tepat dan tidak terlalu muda untuk dijadikan konstruksi, karena jika merupakan serpihan-serpihan yang disatukan oleh unsur kayunya, akan melepaskan serat-serat utamanya. 2) Kayu kelapa mudah terserang binatang rayap bubuk, untuk dan tahan rayap, adapula yang direndam pada unsur kimiawi. 3) Kayu kelapa juga mudah terserang jamur sehingga sebelum digunakan direndam terlebih dahulu dalam larutan anti bakteri dan jamur. Begitu juga pasca pengawetan dan sebelum kayu digunakan sebaiknya dilakukan finishing dengan menggunakan bahan finishing yang memiliki karakter fleksibilitas lapisan film yang dapat mengikuti pergerakan kembang susut kayu. Sebab serangan jamur kayu sering muncul pada sudut-sudut sambungan kayu akibat dari pergerakan alami kayu yang mengakibatkan lapisan film cat atau coating tersebut tidak melindungi substrate dari kelembaban udara. Penerapan Material Kayu Kelapa pada Bangunan : Dalam desain Wahana Wisata Kuliner yang direncanakan, material kayu kelapa akan lebih banyak digunakan di bagian dalam bangunan atau bagian yang tidak terkena matahari dan hujan secara langsung. Adapun bagian bangunan yang akan menggunakan material kayu kelapa antara lain: 1) Pada kusen dan furniture bangunan. 2) Pada lantai dan tiang-tiang penyangga gazebo. V-72

73 Gambar V.26 : Penerapan Material Kayu Kelapa pada Desain Sumber : Cahyani, 2014 d. Bata Merah Kelebihan bata merah : 1) Kedap air, sehingga jarang terjadi rembesan pada tembok akibat air hujan. 2) Jarang terjadi keretakan pada tembok. 3) Kuat dan tahan lama. Kelemahan batu merah : 1) Waktu pemasangannya lebih lama dibanding dengan dinding lainnya. Penerapan Material Bata Merah pada Bangunan : Penggunaan material bata merah digunakan antara lain pada bangunan pengelola, kios penjualan, bangunan servis dan bangunan penerimaan. e. Batu Alam Kelebihan batu alam : 1) Berkesan natural, elegan dan mewah. 2) Tidak cepat rusak jika dipasang pada lantai. 3) Jika ada yang rusak, lantai batu alam tidak akan terlihat jelek. 4) Ukurannya fleksibel dapat disesuaikan dengan kebutuhan. V-73

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN WAHANA WISATA KULINER SOLO DI SOLO BARU DENGAN PENDEKATAN KONSEP RAMAH LINGKUNGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN WAHANA WISATA KULINER SOLO DI SOLO BARU DENGAN PENDEKATAN KONSEP RAMAH LINGKUNGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN WAHANA WISATA KULINER SOLO DI SOLO BARU DENGAN PENDEKATAN KONSEP RAMAH LINGKUNGAN Konsep Perencanaan dan Perancangan merupakan tahap penjabaran dari hasil olah

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Yang menjadi dasar dari perencanaan dan perancangan Mesjid di Kebon Jeruk adalah : Jumlah kapasitas seluruh mesjid pada wilayah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik tolak pada konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Umum Perancangan 5.1.1 Dasar Perancangan Pasar tradisional merupakan suatu tempat bertemunya para pelaku ekonomi dalam hal ini pedagang dan penjual, dimana mereka melakukan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program dasar perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan, yang berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building Rumah Susun dan Pasar ini adalah adanya kebutuhan hunian

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Fungsi Dalam merancang sebuah bangunan, hal yang utama yang harus diketahui adalah fungsi bangunan yang akan dirancang, sehingga terciptalah bangunan dengan desain

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik 3.1.1 Lokasi Site Gambar 6 Lokasi Site Makro Gambar 7 Lokasi Site Berdampingan Dengan Candi Prambanan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 26 Lokasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN PRINSIP TEMA Keindahan Keselarasan Hablumminal alam QS. Al-Hijr [15]: 19-20 ISLAM BLEND WITH NATURE RESORT HOTEL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP DASAR KONSEP TAPAK KONSEP RUANG KONSEP BENTUK KONSEP STRUKTUR

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang. BAB V KONSEP V. 1. KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di awal, maka konsep dasar perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Menciptakan sebuah ruang

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG V. KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam merancang sebuah sekolah mengengah luar biasa tunanetra ialah dengan cara membuat skenario perancangan pada desain yang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini memiliki sebuah konsep berasal dari obyek yang dihubungkan dengan baju muslim yaitu Libasuttaqwa (pakaian taqwa)

Lebih terperinci

RESORT DENGAN FASAILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep dasar perancanagan. 5.2 Konsep perancangan

RESORT DENGAN FASAILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep dasar perancanagan. 5.2 Konsep perancangan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep dasar perancanagan Konsep dasar perancangan Resort dengan Fasilitas Meditasi ialah untuk mendukung potensi wisata pantai di Anyer. Memaksimalkan pengolahan ruang dalam

Lebih terperinci

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2 BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH AKULTURASI BUDAYA KAMPUNG LAYUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Berdasarkan analisa mengenai kebutuhan dan besaran ruang pada Rumah Akulturasi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK 3.1 Lokasi Proyek 3.1.1 Umum Berdasarkan observasi, KAK dan studi literatur dari internet buku naskah akademis detail tata ruang kota Jakarta Barat. - Proyek : Student

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik mengaplikasikan konsep metafora gelombang yang dicapai dengan cara mengambil karakteristik dari gelombang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Rancangan Tapak Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN 5.1 Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Tempat Istirahat KM 166 di Jalan Tol Cipoko-Palimanan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Desain Kawasan 6.1.1 Rancangan Obyek Dalam Tapak Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena kesesuian dengan fungsi dan kriteria obyek perancangan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut : BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan Untuk mendukung tema maka konsep dasar perancangan yang digunakan pada Pasar Modern adalah mengutamakan konsep ruang dan sirkulasi dalam bangunannya,

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Dasar Pendekatan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur. Dengan metode pendekatan diharapkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA BAB III ANALISIS 3.1 Analisis tapak Stasiun Gedebage terletak di Bandung Timur, di daerah pengembangan pusat primer baru Gedebage. Lahan ini terletak diantara terminal bis antar kota (terminal terpadu),

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN IV.1. Analisa Tapak dan Lingkungan IV.1.1 Data Fisik Tapak PETA LOKASI / SITE Utara - 19 - Data fisik tapak / kondisi tapak saat ini tidak banyak berbeda dengan apa yang akan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari bangunan kostel ini adalah adanya kebutuhan akan hunian khususnya kos-kosan bertaraf

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang kemudian disintesis. Sintesis diperoleh berdasarkan kesesuaian tema rancangan yaitu metafora

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan merupakan proses pengambilan keputusan dalam melakukan desain pengembangan kawasan Agrowisata berdasarkan analisis perancangan. Konsep perancangan tersebut di

Lebih terperinci

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program a. Kelompok Kegiatan Utama Terminal Antarmoda Tabel 5.1 Program Kegiatan Utama Fasilitas Utama Terminal

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar Perancangan Pusat Pemasaran Mebel di Kota Pasuruan ini adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian konsep perancangan

Lebih terperinci

Sampit. Desain Shopping Arcade ini juga merespon akan natural setting, Dalam aktivitas urban, desain Shopping Arcade dapat menjadi

Sampit. Desain Shopping Arcade ini juga merespon akan natural setting, Dalam aktivitas urban, desain Shopping Arcade dapat menjadi ZDhoppinq Arcade Mahendrata - 015 12131 X BAB IV LAPORAN PERANCANGAN 4.1 Perkembangan desain 4.1.1 Kriteria Desain Shopping Arcade Desain Shopping Arcade yang dirancang di kota Sampit ini merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN 5.1 Program Perencanaan 5.1.1 Program Ruang Tabel 5.1 Program ruang Sumber : Analisa Jenis Ruang Luas Kegiatan Administrasi Kepala Dinas 42,00 Sekretariat

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. Konsep Perencanaan 4.1.1. Konsep Zoning Tapak AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis Kawasan Sekolah Seni Rupa untuk

Lebih terperinci

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan mixed use building adalah kebutuhan akan hunian yaitu rumah susun bagi masyarakat menengah

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan kostel ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi mahasiswa Binus University, khususnya

Lebih terperinci

BAB III PROGRAM PERANCANGAN

BAB III PROGRAM PERANCANGAN 29 BAB III PROGRAM PERANCANGAN A. Tata Ruang Makro 1. Penentuan Lokasi Site Gambar 3.1 Peta Kabupaten Bone Bolango (Sumber: Dokumen Faksi Bone Bolango) Pemilihan lokasi site harus memperhatikan beberapa

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep BAB V KONSEP V. 1. Konsep Dasar Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep perancangan yang berkaitan dengan tujuan dan fungsi proyek, persyaratan bangunan dan ruang serta proses penerapan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Perencanaan Di lihat dari kenyataan yang sudah ada beberapa permasalahan yang ada pada terminal bus Terminal Kabupaten Tegal Slawi sekarang

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan V.1.1. Luas Total Perancangan Total luas bangunan adalah 6400 m 2 Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perancangan Kegiatan Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama mahasiswa Universitas Bina Nusantara, adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar perancangan Hasil perancangan sentra industri batu marmer adalah penerapan dari tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, Social dan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.

Lebih terperinci

BAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. PENDEKATAN ASPEK FUNGSIONAL 4.1.1. Studi Pelaku Kegiatan Galeri Batik berskala Kawasan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat kota Pekalongan

Lebih terperinci

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Kabupaten Pamekasan paling berpotensi untuk membangun sentra batik di Madura. Sentra batik di pamekasan ini merupakan kawasan yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Perancangan 6.1.1 Program 1. Kelompok Kendaraan Tabel 6.1 Kelompok Kendaraan Emplasement kedatangan Bus AKAP Bus AKDP Angkuta Angkudes Emplasement

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1. HasilPerancanganTapak 6.1.1 Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak Pada PerancanganPusat Industri Jajanan di Sanan Kota Malang ini mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai. BAB IV ANALISA IV.1. ANALISA ASPEK LINGKUNGAN IV.1.1. Analisis Pemilihan Tapak Penentuan tapak dilakukan melalui perbandingan 2 tapak yang dipilih sebagai alternatif dalam memperoleh tapak dengan kriteria-kriteria

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 160 BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang di gunakan dalam perancangan ini adalah konsep yang berlandaskan pada tema sustainable building. Perancangan ini mengambil prinsip sustainable

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Rusun dan pasar di Jakarta Barat merupakan bangunan yang bersifat sosial dan komersial dimana bangunan nantinya

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN. karena itu, dalam perkembangan pariwisata ini juga erat kaitannya dengan

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN. karena itu, dalam perkembangan pariwisata ini juga erat kaitannya dengan BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN Perancangan Taman Rekreasi dan Wisata Kuliner di Madiun berangkat dari semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap sarana rekreasi baik yang bersifat rekreatif

Lebih terperinci

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. Konsep perencanaan 6.1.1. Pelaku dan kategori kebutuhan ruang, dan Besaran Ruang. 6.1.1.1. Pelaku Dan Kategori Kebutuhan Ruang Dari analisis yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. pemikiran mengenai sirkulasi angin kawasan serta pemaksimalan lahan sebagai

BAB 6 HASIL RANCANGAN. pemikiran mengenai sirkulasi angin kawasan serta pemaksimalan lahan sebagai BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1. Rancangan Tapak Hasil akhir dari rancangan mengacu pada konsep yang telah ada. Dengan demikian rancangan yang dihasilkan tidak jauh berbeda dari konsep yang telah dibuat. Konsep

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman

BAB VI HASIL PERANCANGAN. 3. Pembangunan sebagai proses 2. Memanfaatkan pengalaman BAB VI HASIL PERANCANGAN 1.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Eduwisata Kakao di Glenmore Banyuwangi mempunyai dasar tema Arsitektur Ekologis dengan mengacu pada ayat Al-quran. Tema Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

BAB II PEMROGRAMAN. Perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat,

BAB II PEMROGRAMAN. Perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, BAB II PEMROGRAMAN Perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, khususnya kota Medan. Hal ini terkait dengan berbagai bidang yang juga mengalami perkembangan cukup pesat seperti bidang

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian BAB VI HASIL RANCANGAN Hasil perancangan yang menggunakan konsep dasar dari prinsip teritorial yaitu privasi, kebutuhan, kepemilikan, pertahanan, dan identitas diaplikasikan dalam perancangan tapak dan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar tradisional di Kabupaten Jember menggunakan konsep extending tradisional. Pada bab-bab sebelumnya telah dijelaskan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. KONSEP MAKRO Secara makro, konsep perencanaan dan perancangan Museum Tekstil Indonesia ini merupakan sebuah alat untuk mendekatkan masyarakat Indonesia agar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Nusantara ini dibagi menjadi beberapa bagian kegiatan, yaitu :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Nusantara ini dibagi menjadi beberapa bagian kegiatan, yaitu : BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Kegiatan. Konsep perancangan kegiatan dalam Asrama Mahasiswa Universitas Bina Nusantara ini dibagi menjadi beberapa bagian kegiatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan 5.1.1 Aspek Fungsional Pengelompokan berdasarkan area aktivitas besar : Pelatihan pelatihan kerja (teori&praktek) uji sertifikasi,informasi

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB III : DATA DAN ANALISA BAB III : DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik Gambar 29. Lokasi Tapak 1. Data Teknis Lokasi : Area Masjid UMB, JL. Meruya Selatan Luas lahan : 5.803 m 2 Koefisien Dasar Bangunan : 60 % x 5.803

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Pusat Pelatihan Otomotif PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur, BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah sebagai tempat menerima pendidikan dan mengasah keterampilan yaitu mengambil

Lebih terperinci

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA] 5.1. Konsep Dasar BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep Dasar yang akan di terapkan pada bangunan Stasiun Televisi Swasta ini berkaitan dengan topik Ekspresi Bentuk, dan tema Pendekatan ekspresi bentuk pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci