BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI"

Transkripsi

1 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 TINJAUAN BAB II : BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Kemajuan pelaksanaan SSK. Data dasar Drainase kosong PETA AREA BERISIKO BELUM ADA Permasalahan mendesak persampahan dan drainase masih kosong Narasi Tabel Tabel belum lengkap 2.1 Gambaran Wilayah Kondisi Administratif Kabupaten Wonogiri memiliki luas wilayah ,02 Hektar atau 5.59% dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah, dan secara geografis terletak antara dan Lintang Selatan (LS) dan dan Bujur Timur (BT) Kabupaten ini berada 32 km di sebelah selatan Kota Solo, 17 km Kabupaten Sukoharjo, 67 km Kabupaten Klaten dan berjarak 133 km Kota Semarang serta berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur di sebelah timur dan Samudera Indonesia di sebelah barat dengan batas sebagai berikut : - Sebalah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar. - Sebalah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ponorogo Provinsi Jawa Timur. - Sebalah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa Timur dan Samudra Indonesia. - Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Gunung kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi 25 kecamatan dengan jumlah desa / kelurahan 294 desa / kel, terdiri dari 51 desa dan 43 kelurahan serta dusun / lingkungan. Kecamatan dengan desa / kelurahan terbanyak adalah Kecamatan Pracimantoro sebanyak 18 desa / kel sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan Karangtengah dengan 5 desa / kel. Ada 3 kecamatan yang tidak memiliki kelurahan yaitu Kecamatan Baturetno, Kecamatan Karangtengah dan Kecamatan Paranggupito. II - 1

2 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 Untuk peta menyangkut administrasi dari Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada peta 2.1 di bawah ini: II - 2

3 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 Peta 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Wonogiri Sumber: Bappeda Kabupaten Wonogiri. II - 3

4 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 Topografi Kabupaten Wonogiri sebagian tanahnya berupa perbukitan, dengan ± 20% bagian wilayah merupakan perbukitan kapur, terutama yang berada di wilayah selatan Wonogiri. Sebagian besar topografi tidak rata dengan kemiringan rata-rata 30 0, sehingga terdapat perbedaan antara kawasan yang satu dengan kawasan lainnya yang membuat kondisi sumberdaya alam yang saling berbeda. Hanya sebagian kecil wilayah yang memiliki kesuburan dan potensial untuk pertanian. Dengan topografi daerah yang tidak rata, perbedaan antara satu kawasan dengan kawasan lain membuat kondisi sumber daya alam juga saling berbeda. Di Kabupaten Wonogiri hampir sebagian besar tanahnya tidak terlalu subur untuk pertanian, berbatuan dan kering membuat penduduknya lebih banyak merantau (boro). Kabupaten Wonogiri mempunyai Waduk buatan yaitu Gajah Mungkur yang selain menjadi sumber mata pencaharian petani nelayan dan sumber irigasi persawahan juga merupakan aset wisata yang telah banyak dikunjungi oleh para wisatawan domestik.disamping itu Kabupaten Wonogiri juga mempunyai 2 (dua) pantai yaitu Pantai Sembukan dan Pantai Nampu yang mempunyai pasir putih yang sangat tebal dan cocok untuk berwisata. Secara Klimatologi, Kabupaten Wonogiri beriklim tropis, mampunyai 2 musim yaitu penghujan dan kemarau dengan suhu rata-rata antara dengan curah hujan rata-rata 1,845 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 100 hari/tahun. Besarnya hujan potensial pertahun rata-rata m 3 dengan tingkat evaporasi sebesar 10% maka jumlah air hujan efektif di Kabupaten Wonogiri pertahun rata - rata sebesar m 3 dengan penyebaran daerah hujan yang tidak merata. Tabel 2.1. Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Wonogiri No Nama DAS Wilayah Luas (Ha) 1. Keduang Kec. Slogohimo, Kec. Jatipurno, Kec. Jatisrono, Kec. Jatiroto, Kec. Girimarto, Kec. Sidoharjo, Kec. Ngadirojo, Kec. Nguntoronadi, Kec. Wonogiri, 2. Tirtomoyo Kec. Tirtomoyo. Kec. Nguntoronadi, Kec. Batuwarno, Kec.Baturetno, Kec. Jatiroto 40, , Temon Kec. Batuwarno, Kec. Baturetno 6, Solo Hulu Kec. Karangtengah, Kec. Giriwoyo, Kec. Baturetno, Kec. Giritontro, Kec. Batuwarno 5. Alang Ngunggahan Kec. Pracimantoro, Kec. Eromoko, Kec. Giritontro, Kec. Giriwoyo 19, , Wuryantoro Kec. Wuryantoro, Kec. Manyaran 5, Bengawan Solo Kec. Wonogiri, Kec. Selogiri, Kec. Ngadirojio 16, II - 4

5 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun Sub DAS Prov. DIY Laut Selatan Kec. Giritontro, Kec. Pracimantoro, Kec. Manyaran, Kec. Paranggupito Sumber : Bappeda Peta Kolaborasi Tahun , Untuk peta pembagian Daerah aliran sungai di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada peta 2.2 di bawah ini : II - 5

6 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 Peta 2.2 Peta Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Wonogiri Sumber: Bappeda Kabupaten Wonogiri. II - 6

7 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 Tabel 2.2 Nama, Luas Wilayah Per-Kecamatan Dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Wonogiri Luas Wilayah No Jumlah Administrasi Terbangun Nama Kelurahan (%) thd Kecamatan / Desa total (%) thd luas (Ha) (Ha) administra administrasi si 1 Pracimantoro 18 14, , Paranggupito 8 6, Giritontro 7 6, Giriwoyo 16 10, , Batuwarno 8 5, Karangtengah 5 8, , Tirtomoyo 14 9, , Nguntoronadi 11 8, , Baturetno 13 8, , Eromoko 15 12, , Wuryantoro 8 7, , Manyaran 7 8, , Selogiri 11 5, , Wonogiri 15 8, , Ngadirojo 11 9, , Sidoharjo 12 5, , Jatiroto 15 6, , Kismantoro 10 6, , Purwantoro 15 5, , Bulukerto 10 4, , Puhpelem 6 3, , Slogohimo 17 6, , Jatisrono 17 5, Jatipurno 11 5, , Girimarto 14 6, , Jumlah , , Sumber : Bappeda Kab. Wonogiri, BPS Kab. Wonogiri Tahun Wilayah Kajian SSK Wilayah kajian SSK adalah seluruh wilayah Kabupaten Wonogiri berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Daerah (RTRW) dan / atau berdasarkan kebijakan daerah lain (Perda, Kesepakatan Pokja dll). Penyusunan dokumen strategis sanitasi sebagai Wilayah Kajian dalam Strategi Sanitasi Kabupaten II - 7

8 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 Wonogiri ini adalah seluruh wilayah Kabupaten Wonogiri yang terdiri dari 25 kecamatan, 251 desa dan 43 kelurahan serta dusun / lingkungan. Penetapan wilayah studi ini didasarkan skala prioritas dan potensi resiko santasi yang berpotensi di Kabupaten Wonogiri pada tingkatan yang didasarkan oleh peningkatan jumlah penduduk, kepadatan penduduk, banyaknya jaringan sungai yang masih digunakan BABS, ketersediaan sarana sanitasi yang belum memadai dan potensi daerah genangan air di wilayah perkotaan maupun perdesaan. Di samping itu landasan penetapan wilayah ini juga mengacu pada pedoman petunjuk praktis program PPSP yang telah dirilis oleh kementerian pekerjaan umum. Untuk wilayah Studi EHRA setelah dipilih dengan menggunakan teknik random sampling serta dengan melihat dokumen RTRW Kabupaten Wonogiri, diperoleh 10 Kecamatan dari 25 Kecamatan Kependudukan Dari data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonogiri jumlah penduduk Tahun 2015 menurut regristrasi sebanyak 976,219 jiwa dengan rincian sebagai berikut laki-laki jiwa dan perempuan jiwa dengan rincian sebagai berikut : Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan Per-Kecamatan No Nama Kecamatan Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah Penduduk (Jiwa) 1 Pracimantoro 28,369 31,347 59,716 2 Paranggupito 7,919 8,845 16,764 3 Giritontro 9,121 10,435 19,556 4 Giriwoyo 17,262 19,122 36,384 5 Batuwarno 8,241 8,902 17,143 6 Karangtengah 11,069 11,402 22,471 7 Tirtomoyo 24,064 25,266 49,330 8 Nguntoronadi 11,248 11,716 22,964 9 Baturetno 21,762 23,176 44, Eromoko 24,033 23,704 41, Wuryantoro 12,370 13,462 25, Manyaran 16,562 17,659 34, Selogiri 29,749 29,236 58,985 II - 8

9 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun Wonogiri 38,532 39,860 78, Ngadirojo 26,262 27,305 53, Sidoharjo 19,601 20,623 40, Jatiroto 17,333 18,787 36, Kismantoro 17,661 18,338 35, Purwantoro 23,882 24,835 48, Bulukerto 14,459 14,796 29, Puhpelem 9,261 9,950 19, Slogohimo 22,281 23,455 45, Jatisrono 35,248 34,999 70, Jatipurno 15,369 15,757 31, Girimarto 18,782 19,428 38,210 Jumlah 480, , ,219 Sumber : Bappeda Kab. Wonogiri, BPS Kab. Wonogiri Tahun 2014 II - 9

10 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 No Nama Kecamatan Tabel 2.4 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun Jumlah Penduduk Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Total Tahun Tahun Tahun Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK 1 Pracimantoro 7, ,481 2,158 7,509 2,166 7,538 2,174 7,566 2,183 52,943 19,195 53,143 19,268 53,343 19,340 53,545 19,413 53,747 19,487 60,395 21,345 60,624 21,426 60,853 21,507 61,082 21,588 61,313 21,669 2 Paranggupito ,938 6,234 16,997 6,256 17,055 6,277 17,114 6,299 17,173 6,320 16,938 6,234 16,997 6,256 17,055 6,277 17,114 6,299 17,173 6,320 3 Giritontro ,787 7,218 19,864 7,246 19,942 7,275 20,020 7,303 20,098 7,332 19,787 7,218 19,864 7,246 19,942 7,275 20,020 7,303 20,098 7,332 4 Giriwoyo ,763 12,801 36,890 12,845 37,017 12,890 37,145 12,934 37,273 12,979 36,763 12,801 36,890 12,845 37,017 12,890 37,145 12,934 37,273 12,979 5 Batuwarno ,341 6,051 17,408 6,074 17,474 6,098 17,542 6,121 17,609 6,144 17,341 6,051 17,408 6,074 17,474 6,098 17,542 6,121 17,609 6,144 6 Karangtengah ,840 6,819 22,964 6,856 23,089 6,893 23,215 6,931 23,341 6,969 22,840 6,819 22,964 6,856 23,089 6,893 23,215 6,931 23,341 6,969 7 Tirtomoyo 4, ,932 2,250 4,947 2,257 4,963 2,264 4,978 2,271 44,875 17,564 45,014 17,619 45,154 17,673 45,294 17,728 45,435 17,783 49,791 19,807 49,946 19,869 50,101 19,930 50,257 19,992 50,413 20,054 8 Nguntoronadi 2, , , , , ,816 8,300 20,890 8,330 20,965 8,359 21,039 8,389 21,114 8,419 23,210 9,168 23,293 9,201 23,376 9,233 23,459 9,266 23,543 9,299 9 Baturetno 16, ,388 4,811 16,443 4,827 16,498 4,843 16,553 4,859 29,056 9,784 29,153 9,817 29,250 9,849 29,348 9,882 29,446 9,915 45,390 14,579 45,541 14,628 45,693 14,677 45,846 14,726 45,999 14, Eromoko ,580 14,343 41,737 14,397 41,895 14,452 42,054 14,507 42,213 14,561 41,580 14,343 41,737 14,397 41,895 14,452 42,054 14,507 42,213 14, Wuryantoro 3, ,368 1,095 3,379 1,099 3,389 1,102 3,400 1,106 22,714 7,704 22,784 7,728 22,855 7,752 22,925 7,776 22,996 7,800 26,072 8,796 26,153 8,823 26,233 8,850 26,314 8,878 26,395 8, Manyaran 14, ,731 4,889 14,794 4,909 14,857 4,930 14,920 4,951 19,989 6,964 20,074 6,994 20,159 7,023 20,245 7,053 20,331 7,083 34,658 11,832 34,805 11,882 34,953 11,933 35,101 11,983 35,250 12, Selogiri 42, ,423 11,220 40,810 11,054 40,206 10,891 39,611 10,730 14,359 3,649 14,147 3,595 13,937 3,542 13,731 3,489 13,528 3,438 56,405 15,038 55,570 14,815 54,747 14,596 53,937 14,380 53,139 14, Wonogiri 47, ,707 15,201 47,871 15,253 48,036 15,306 48,201 15,359 31,661 11,035 31,769 11,073 31,879 11,111 31,988 11,149 32,098 11,188 79,204 26,184 79,476 26,274 79,750 26,364 80,024 26,455 80,299 26, Ngadirojo 9, ,085 3,409 9,120 3,422 9,154 3,435 9,189 3,448 45,134 19,635 45,307 19,710 45,480 19,786 45,654 19,861 45,829 19,937 54,184 23,031 54,392 23,119 54,600 23,208 54,809 23,296 55,019 23, Sidoharjo 19, ,807 6,355 19,931 6,394 20,056 6,434 20,181 6,475 21,300 6,732 21,433 6,774 21,567 6,817 21,702 6,859 21,838 6,902 40,984 13,047 41,240 13,129 41,499 13,211 41,758 13,293 42,020 13, Jatiroto ,535 14,158 36,674 14,212 36,814 14,266 36,954 14,321 37,095 14,375 36,535 14,158 36,674 14,212 36,814 14,266 36,954 14,321 37,095 14, Kismantoro ,410 10,974 36,548 11,016 36,686 11,057 36,825 11,099 36,965 11,141 36,410 10,974 36,548 11,016 36,686 11,057 36,825 11,099 36,965 11, Purwantoro 14, ,472 7,130 14,522 7,155 14,572 7,179 14,622 7,204 34,798 16,078 34,917 16,133 35,037 16,189 35,158 16,244 35,278 16,300 49,221 23,184 49,390 23,264 49,559 23,343 49,729 23,424 49,900 23, Bulukerto 3, ,478 1,373 3,490 1,378 3,502 1,382 3,514 1,387 26,095 8,741 26,185 8,771 26,276 8,802 26,367 8,832 26,459 8,863 29,561 10,109 29,663 10,144 29,766 10,179 29,869 10,215 29,973 10, Puhpelem ,407 7,422 19,472 7,447 19,538 7,472 19,604 7,498 19,671 7,523 19,407 7,422 19,472 7,447 19,538 7,472 19,604 7,498 19,671 7, Slogohimo 15, ,756 5,024 15,797 5,037 15,838 5,050 15,880 5,064 30,381 10,509 30,461 10,537 30,541 10,564 30,621 10,592 30,701 10,619 46,096 15,520 46,217 15,561 46,338 15,601 46,459 15,642 46,581 15, Jatisrono 83, ,325 13, ,516 16, ,726 20, ,768 26,388 56,192 7,542 70,698 9,489 88,949 11, ,912 15, ,803 18, ,905 18, ,023 22, ,465 28, ,638 35, ,571 45, Jatipurno 2, , , , , ,737 12,236 28,838 12,279 28,940 12,323 29,043 12,366 29,145 12,410 31,457 13,194 31,569 13,241 31,680 13,287 31,792 13,334 31,905 13, Girimarto 8, ,824 3,334 8,854 3,345 8,884 3,357 8,914 3,368 29,803 11,674 29,904 11,713 30,005 11,753 30,106 11,792 30,207 11,832 38,598 14,997 38,728 15,048 38,858 15,098 38,989 15,149 39,121 15,200 Jumlah 296,279 80, ,911 83, ,133 86, ,387 91, ,484 96, , , , , , , , , , ,220 1,052, ,924 1,091, ,510 1,138, ,308 1,198, ,629 1,272, ,864 Sumber : Analisa & Perhitungan Pokja Sanitasi Kab. Wonogiri Metode proyeksi penduduk yang digunakan adalah Metode Geometrik ( bunga berganda), dengan formula sebagai berikut : Pn = Po ( 1 + r ) n Pn = jumlah penduduk tahun tertentu / akhir Po = jumlah penduduk tahun awal R = rata - rata pertumbuhan penduduk n = selisih tahun Asumsi : laju pertumbuhan adalah sama untuk tiap tahun, yang artinya pertambahan absolut tiap tahun semakin besar. II - 10

11 S t r a t e g i S a n i t a s i K a b u p a t e n W o n o g i ri T a h u n T a b e l 2. 5 T i n g k a t P e r t u m b u h a n P e n d u d u k d a n K e p a d a t a n S a a t I n i d a n P r o y e k s i n y a u n t u k 5 T a h u n T i n g k a t P e r t u m b u h a n ( % ) K e p a d a t a n P e n d u d u k ( o r a n g / H a ) No K e c a m a t a n T a h u n T a h u n P r a c i m a n t o r o P a r a n g g u p i t o G i r i t o n t r o G i r i w o y o B a t u w a r n o K a r a n g t e n g a h T i r t o m o y o N g u n t o r o n a d i B a t u r e t n o E r o m o k o W u r y a n t o r o M a n y a r a n S e l o g i r i W o n o g i r i N g a d i r o j o S i d o h a r j o J a ti r o t o K i s m a n t o r o P u r w a n t o r o B u l u k e r t o P u h p e l e m S l o g o h i m o J a ti s r o n o J a ti p u r n o G i r i m a r t o B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 11

12 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun Penduduk Miskin Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Miskin per Kecamatan No Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK) 1 Pracimantoro 6,856 2 Paranggupito 2,412 3 Giritontro 2,860 4 Giriwoyo 4,164 5 Batuwarno 1,781 6 Karangtengah 1,420 7 Tirtomoyo 4,708 8 Nguntoronadi 2,690 9 Baturetno 3, Eromoko 3, Wuryantoro 2, Manyaran 4, Selogiri 2, Wonogiri 3, Ngadirojo 3, Sidoharjo 2, Jatiroto 2, Kismantoro 5, Purwantoro 4, Bulukerto 1, Puhpelem 2, Slogohimo 3, Jatisrono 2, Jatipurno 1, Girimarto 2,794 Jumlah 81,804 Sumber : Bappeda Kab. Wonogiri, BPS Kab. Wonogiri Tahun Kebijakan Penataan Ruang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonogiri yang selanjutnya disingkat RTRW adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah daerah yang II - 12

13 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 menjadi pedoman bagi penataan ruang wilayah daerah yang merupakan dasar dalam penyusunan program pembangunan. Sruktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional. Pada dasarnya Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Dalam struktur ruang dibahas mengenai Sistem prasarana wilayah, yang mengatur tentang sistem prasarana pengelolaan lingkungan. Sistem prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud RTRW (Perda No 9 Th 2011) meliputi: Prasarana Pengelolaan Limbah Meliputi pengelolaan limbah rumah tangga; dan pengelolaan limbah industri Instalasi Pengolahan Air Limbah yang selanjutnya disebut IPAL, adalah sarana atau unit pengolahan air limbah yang berfungsi untuk menurunkan kadar pencemar yang terkandung dalam air limbah hingga batas tertentu sesuai perundangundangan. Sistem jaringan air limbah dan pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun B 3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi: 1. Pengembangan sistem pengelolaan air limbah individu dan komunal meliputi: a. Pengelolaan air limbah individu meliputi: 1) Kecamatan Pracimantoro; 2) Kecamatan Tirtomoyo; 3) Kecamatan Manyaran; 4) Kecamatan Selogiri; 5) Kecamatan Wonogiri; 6) Kecamatan Ngadirojo; 7) Kecamatan Jatisrono; 8) Kecamatan Girimarto; 9) Kecamatan Purwantoro; 10) Kecamatan Eromoko; 11) Kecamatan Giritontro; dan 12) Kecamatan Jatiroto. b. Pengelolaan air limbah komunal meliputi: 1) Kecamatan Wonogiri; II - 13

14 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun ) Kecamatan Purwantoro; 3) Kecamatan Pracimantoro; 4) Kecamatan Baturetno; 5) Kecamatan Slogohimo; 6) Kecamatan Jatisrono; 7) Kecamatan Selogiri; 8) Kecamatan Wuryantoro; dan 9) Kecamatan Sidoharjo. 2. Pengembangan sistem pengelolaan air limbah kawasan peruntukan industri menggunakan IPAL Dalam Dokumen RTRW Kabupaten Wonogiri Instalasi Pengolahan Air Limbah yang selanjutnya disebut IPAL, adalah sarana atau unit pengolahan air limbah yang berfungsi untuk menurunkan kadar pencemar yang terkandung dalam air limbah hingga batas tertentu sesuai perundang-undangan. 3. Pengembangan pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) pada kawasan permukiman dan industri yang menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Dalam Dokumen RTRW Kabupaten Wonogiri Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya di sebut B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan / atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan / atau merusak lingkungan hidup, dan / atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Sistem Jaringan Persampahan Berdasarkan RTRW Kabupaten Wonogiri, meliputi a. Pengembangan sistem pengangkutan sampah kawasan permukiman perkotaan dan pusat kegiatan masyarakat; b. Pengembangan sistem komposing kawasan perdesaan dan permukiman kepadatan rendah; c. Penetapan Lokasi TPS berada di seluruh kecamatan; Dalam Dokumen RTRW Kabupaten Wonogiri Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya disebut TPS adalah tempat sebelum sampah diangkut ke II - 14

15 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 tempat pendauran ulang, pengolahan, dan / atau tempat pengolahan sampah terpadu. d. Pembangunan TPST Dalam Dokumen RTRW Kabupaten Wonogiri Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang selanjutnya disebut TPST adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah, meliputi : 1) Kecamatan Wonogiri; 2) Kecamatan Jatisrono; 3) Kecamatan Purwantoro; 4) Kecamatan Baturetno; 5) Kecamatan Pracimantoro; 6) Kecamatan Ngadirojo; 7) Kecamatan Wuryantoro; dan 8) Kecamatan Slogohimo. e. Pembangunan dan perluasan TPA Dalam Dokumen RTRW Kabupaten Wonogiri Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disebut TPA adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan, meliputi: 1) Kecamatan Ngadirojo; 2) Kecamatan Wuryantoro; 3) Kecamatan Pracimantoro; 4) Kecamatan Baturetno; 5) Kecamatan Purwantoro; dan 6) Kecamatan Slogohimo. f. Peningkatan sistem pengelolaan sampah dengan sanitary landfill dan sistem 3 R meliputi: 1) pengurangan (reduce); 2) penggunaan kembali (reuse); dan 3) daur ulang (recycle). Sistem Jaringan Drainase sebagaimana dimaksud meliputi: II - 15

16 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun pengembangan jaringan drainase primer meliputi seluruh kecamatan; 2. pengembangan jaringan drainase skunder meliputi seluruh kecamatan; dan 3. pengembangan jaringan drainase tersier meliputi seluruh kecamatan. Penataan ruang Daerah Kabupaten Wonogiri bertujuan mewujudkan Kabupaten pusat pertumbuhan pertanian didukung DAS berkelanjutan dan pusat pertumbuhan industri berwawasan lingkungan menuju masyarakat mandiri, berdaya saing,dan sejahtera. Untuk mewujudkan tujuan dimaksud ditetapkan kebijakan perencanaan ruang wilayah, Kebijakan yang dimaksud meliputi: 1. Pemantapan fungsi dan kedudukan Kabupaten dalam kawasan andalan; 2. Pengembangan dan optimalisasi kawasan peruntukan pertanian; 3. Pengembangan industri berwawasan lingkungan dan berbasis pemberdayaan masyarakat; 4. Peningkatan pengelolaan DAS berkelanjutan; 5. Pengembangan dan pemantapan pusat kegiatan terpadu; 6. Pemantapan fungsi kawasan lindung dan peningkatan kelestarian fungsi lingkungan hidup; 7. Pengoptimalan potensi lahan budidaya dan sumberdaya alam; 8. Pengembangan dan optimalisasi kawasan strategis; dan 9. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Wonogiri terdiri atas : A. Sistem Pusat Kegiatan; Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian minimal 1 : sebagaimana tercantum dalam Lampiran I merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. 1. Sistem Perkotaan; 1) Pusat Kegiatan Perkotaan; Pusat kegiatan perkotaan terdiri atas: a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten. PKL mempunyai fungsi utama II - 16

17 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 pengembangan kawasan pusat pemerintahan; pusat perdagangan dan jasa; pusat pendidikan; dan pusat kesehatan berupa Perkotaan Wonogiri. b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) adalah pusat pelayanan kawasan yang dipromosikan untuk di kemudian hari ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) meliputi: 1. Perkotaan Purwantoro; 2. Perkotaan Pracimantoro; dan 3. Perkotaan Baturetno. c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. PPK mempunyai fungsi utama pengembangan kawasan : pemerintahan kecamatan; pertanian; pendidikan; peternakan; pariwisata; perkebunan; dan jasa dan pelayanan sosial ekonomi skala kecamatan atau beberapa desa meliputi: 1. Perkotaan Eromoko; 2. Perkotaan Manyaran; 3. Perkotaan Ngadirojo; 4. Perkotaan Tirtomoyo; 5. Perkotaan Kismantoro; 6. Perkotaan Paranggupito; 7. Perkotaan Giritontro; 8. Perkotaan Batuwarno; 9. Perkotaan Karangtengah; 10. Perkotaan Nguntoronadi; 11. Perkotaan Jatiroto; 12. Perkotaan Bulukerto; 13. Perkotaan Puhpelem; 14. Perkotaan Giriwoyo; 15. Perkotaan Jatipurno; 16. Perkotaan Girimarto; 17. Perkotaan Slogohimo; 18. Perkotaan Jatisrono; 19. Perkotaan Selogiri; 20. Perkotaan Wuryantoro; dan 21. Perkotaan Sidoharjo. 2) Fungsi Pelayanan; a. PKL Wonogiri berfungsi sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa, pendidikan, permukiman, transportasi, dan industri berada di seluruh kecamatan; b. PKLp Purwantoro berfungsi sebagai kawasan perdagangan, permukiman, pendidikan, dan pertanian meliputi: 1. Kecamatan Purwantoro; 2. Kecamatan Bulukerto; 3. Kecamatan Kismantoro; dan 4. Kecamatan Puhpelem. c. PKLp Pracimantoro berfungsi sebagai kawasan perdagangan, permukiman, pendidikan, dan pariwisata II - 17

18 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 meliputi: 1. Kecamatan Pracimantoro; 2. Kecamatan Eromoko; 3. Kecamatan Giritontro; dan 4. Kecamatan Paranggupito. d. PKLp Baturetno berfungsi sebagai kawasan perdagangan, pendidikan, permukiman, pertanian, dan pariwisata meliputi: 1. Kecamatan Baturetno; 2. Kecamatan Nguntoronadi; 3. Kecamatan Tirtomoyo; 4. Kecamatan Karangtengah; 5. Kecamatan Batuwarno; dan 6. Kecamatan Giriwoyo. e. PPK Eromoko berfungsi sebagai kawasan permukiman, pelayanan jasa, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; f. PPK Manyaran berfungsi sebagai kawasan permukiman, pelayanan jasa, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; g. PPK Ngadirojo berfungsi sebagai kawasan permukiman, pelayanan jasa, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; h. PPK Tirtomoyo berfungsi sebagai kawasan permukiman, pelayanan jasa, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; i. PPK Kismantoro berfungsi sebagai kawasan permukiman, pelayanan jasa, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; j. PPK Paranggupito berfungsi sebagai kawasan permukiman, pelayanan jasa, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; k. PPK Giritontro berfungsi sebagai kawasan permukiman, pelayanan jasa, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; l. PPK Batuwarno berfungsi sebagai kawasan permukiman, pelayanan jasa, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; II - 18

19 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 m. PPK Karangtengah berfungsi sebagai kawasan permukiman, pelayanan jasa, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; n. PPK Nguntoronadi berfungsi sebagai kawasan permukiman, pelayanan jasa, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; o. PPK Jatiroto berfungsi sebagai kawasan permukiman, pelayanan jasa, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; p. PPK Bulukerto berfungsi sebagai kawasan permukiman, pelayanan jasa, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; q. PPK Puhpelem berfungsi sebagai kawasan permukiman, pelayanan jasa, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; r. PPK Giriwoyo berfungsi sebagai kawasan permukiman, pelayanan jasa, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; s. PPK Jatipurno berfungsi sebagai kawasan permukiman, pelayanan jasa, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; t. PPK Girimarto berfungsi sebagai kawasan permukiman, pelayanan jasa, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; u. PPK Slogohimo berfungsi sebagai kawasan permukiman, pelayanan jasa, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; v. PPK Jatisrono berfungsi sebagai kawasan permukiman, pelayanan jasa, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; w. PPK Selogiri berfungsi sebagai kawasan permukiman, pelayanan jasa, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; II - 19

20 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 x. PPK Wuryantoro berfungsi sebagai kawasan permukiman, pelayanan jasa, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; dan y. PPK Sidoharjo berfungsi sebagai kawasan permukiman, pelayanan jasa, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. 2. Sistem Perdesaan 1) Pusat Kegiatan Perdesaan; Pusat kegiatan perdesaan terdiri atas: a. Kecamatan Selogiri meliputi: 1. Kelurahan Kaliancar; 2. Desa Singodutan; dan 3. Desa Pule. b. Kecamatan Wonogiri meliputi: 1. Kelurahan Wonokarto; 2. Kelurahan Wonoboyo; 3.Desa Bulusulur; dan 4. Desa Manjung. c. Kecamatan Ngadirojo meliputi: 1. Kelurahan Kasihan; 2. Desa Ngadirojo Kidul; dan 3. Kelurahan Mlokomanis Kulon. d. Kecamatan Sidoharjo meliputi: 1. Kelurahan Kayuloko; dan 2. Desa Tempursari. e. Kecamatan Jatisrono meliputi: 1. Desa Pandeyan; 2. Desa Tanggulangin; dan 3. Desa Jatisrono. f. Kecamatan Girimarto meliputi: 1. Desa Tambakmerang; dan 2. Desa Jendi. g. Kecamatan Jatipurno meliputi: 1. Kelurahan Jatipurno; dan 2. Desa Tawangrejo. h. Kecamatan Slogohimo meliputi: 1. Kelurahan Bulusari; dan 2. Desa Randusari. i. Kecamatan Jatiroto meliputi: 1. Desa Cangkring; dan 2. Kelurahan Jatiroto. j. Kecamatan Purwantoro meliputi: 1. Kelurahan Tegalrejo; 2. Kelurahan Purwantoro; dan 3. Desa Miricinde. k. Kecamatan Bulukerto meliputi: 1. Desa Nadi; dan 2. Desa Krandegan. l. Kecamatan Puhpelem meliputi: 1. Kelurahan Giriharjo; dan 2. Desa Puhpelem. II - 20

21 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 m. Kecamatan Kismantoro meliputi: 1. Kelurahan Kismantoro; dan 2. Desa Miri. n. Kecamatan Nguntoronadi meliputi: 1. Kelurahan Kedungrejo; 2. Desa Ngadirejo; dan 3. Desa Ngadiroyo. o. Kecamatan Tirtomoyo meliputi: 1. Desa Hargantoro; 2. Desa Ngarjosari; dan 3. Desa Wiroko. p. Kecamatan Baturetno meliputi: 1. Desa Kedungombo; 2. Desa Talunombo; 3. Desa Baturetno; dan 4. Desa Watuagung. q. Kecamatan Batuwarno berada di Desa Batuwarno; r. Kecamatan Karangtengah berada di Desa Karangtengah; s. Kecamatan Giriwoyo meliputi: 1. Kelurahan Giriwoyo; dan 2. Desa Sirnoboyo. t. Kecamatan Wuryantoro meliputi: 1. Kelurahan Wuryantoro; dan 2. Desa Pulutan Wetan. u. Kecamatan Manyaran berada di Desa Karanglor; v. Kecamatan Eromoko meliputi: 1. Kelurahan Puloharjo; dan 2. Desa Eromoko. w. Kecamatan Pracimantoro meliputi: 1. Desa Pracimantoro; 2. Desa Tubokarto; dan 3. Desa Suci. x. Kecamatan Giritontro meliputi: 1. Kelurahan Giritontro; dan 2. Kelurahan Bayemharjo. y. Kecamatan Paranggupito meliputi: 1. Desa Paranggupito; dan 2. Desa Ketos. 2) Fungsi Pelayanan Fungsi pelayanan sebagaimana adalah sebagai pusat pelayanan sosial, perekonomian, perumahan, pariwisata, pertanian, perikanan, dan industri untuk melayani kegiatan skala antar lingkungan dan antar kelurahan atau desa. B. Sistem Jaringan Prasarana Wilayah 1. Sistem prasarana utama : 1) Jaringan Transportasi Darat; a. Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan; dan II - 21

22 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 b. Jaringan sungai, danau, dan penyeberangan. 2) Jaringan Perkeretaapian. a. Prasarana kereta api komuter; b. Sarana kereta api komuter; dan c. Pelayanan kereta api. 2. Sistem Prasarana Lainnya : a. Sistem Jaringan Energi; 1. Prasarana jaringan energi bahan bakar minyak dan gas; 2. tenaga listrik; dan 3. jaringan transmisi b. Sistem Jaringan Telekomunikasi; 1. jaringan teresterial; 2. jaringan nirkabel; dan 3. jaringan satelit. c. Sistem Jaringan Sumberdaya Air; a. sistem wilayah sungai; b. sistem jaringan irigasi; c. jaringan air baku untuk air bersih; d. jaringan air bersih ke kelompok pengguna, dan e. sistem pengendalian banjir. d. Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan i. Sistem Jaringan Persampahan; pengembangan sistem pengangkutan sampah kawasan permukiman perkotaan dan pusat kegiatan masyarakat; pengembangan sistem komposing kawasan perdesaan dan permukiman kepadatan rendah; penetapan lokasi TPS berada di seluruh kecamatan; pembangunan TPST meliputi: 1. Kecamatan Wonogiri; 2. Kecamatan Jatisrono; 3. Kecamatan Purwantoro; 4. Kecamatan Baturetno; 5. Kecamatan Pracimantoro; 6. Kecamatan Ngadirojo; 7. Kecamatan Wuryantoro; dan 8. Kecamatan Slogohimo. pembangunan dan perluasan TPA meliputi: 1. Kecamatan Ngadirojo; 2. Kecamatan Wuryantoro; 3. Kecamatan Pracimantoro; 4. Kecamatan Baturetno; 5. Kecamatan Purwantoro; dan 6. Kecamatan Slogohimo. peningkatan sistem pengelolaan sampah dengan sanitary landfill dan sistem 3 R meliputi: 1. pengurangan (reduce); 2. penggunaan kembali (reuse); dan 3. daur ulang (recycle). ii. Sistem Jaringan Air Minum; II - 22

23 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 o pengembangaan sistem distribusi air minum meliputi seluruh kecamatan; o pengembangan jaringan perpipaan air minum meliputi seluruh kecamatan; o pengembangan jaringan non perpipaan air minum meliputi seluruh kecamatan; dan o pemberdayaan kelompok pengelola air minum mandiri berada di seluruh kecamatan. iii. Sistem Jaringan Air Limbah Dan Pengelolaan Limbah B 3; 1. pengembangan sistem pengelolaan air limbah individu dan komunal meliputi: o pengelolaan air limbah individu meliputi: a) Kecamatan Pracimantoro; b) Kecamatan Tirtomoyo; c) Kecamatan Manyaran; d) Kecamatan Selogiri; e) Kecamatan Wonogiri; f) Kecamatan Ngadirojo; g) Kecamatan Jatisrono; h) Kecamatan Girimarto; i) Kecamatan Purwantoro; j) Kecamatan Eromoko; k) Kecamatan Giritontro; dan l) Kecamatan Jatiroto. o pengelolaan air limbah komunal meliputi: a) Kecamatan Wonogiri; b) Kecamatan Purwantoro; c) Kecamatan Pracimantoro; d) Kecamatan Baturetno; e) Kecamatan Slogohimo; f) Kecamatan Jatisrono; g) Kecamatan Selogiri; h) Kecamatan Wuryantoro; dan i) Kecamatan Sidoharjo. 2. pengembangan sistem pengelolaan air limbah kawasan peruntukan industri menggunakan IPAL. 3. pengembangan pengelolaan limbah B 3 pada kawasan permukiman dan industri yang menghasilkan limbah B 3. iv. Sistem Jaringan Drainase; o pengembangan jaringan drainase primer meliputi seluruh kecamatan; o pengembangan jaringan drainase skunder meliputi seluruh kecamatan; dan o pengembangan jaringan drainase tersier meliputi seluruh kecamatan. II - 23

24 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 v. Jalur Dan Ruang Evakuasi Bencana Alam Dan Geologi. Jalur evakuasi bencana alam dan geologi disesuaikan kondisi wilayah dan diarahkan pada jaringan jalan terdekat menuju ruang evakuasi meliputi: 1. Jaringan jalan arteri 2. Jaringan jalan kolektor 3. Jaringan jalan lokal 4. Jaringan jalan lingkungan meliputi seluruh kecamatan. Ruang evakuasi bencana alam dan geologi berada di ruang terbuka atau bangunan gedung berada di seluruh kecamatan; Penyediaan kelengkapan ruang evakuasi bencana alam dan geologi Ketentuan lebih lanjut rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana ruang evakuasi bencana alam dan geologi diatur dengan Peraturan Bupati Struktur Ruang Dalam RTRW Kabupaten, selain direncanakan struktur ruang, juga direncakan mengenai pola ruangnya, sebagai ketentuan alokasi untuk pemanfaatan ruang. Untuk pola ruangnya dibagi menjadi 2 kawasan : A. Kawasan Lindung; terdiri dari: 1. Kawasan Hutan Lindung 1.Kecamatan Manyaran; 2.Kecamatan Selogiri; 3.Kecamatan Wonogiri; 4.Kecamatan Wuryantoro; 4.Kecamatan Sidoharjo; 5.Kecamatan Ngadirojo; 6.Kecamatan Tirtomoyo; 7.Kecamatan Jatiroto; 8.Kecamatan Slogohimo; 9.Kecamatan Kismantoro; 10.Kecamatan Purwantoro; 11.Kecamatan Girimarto; 12.Kecamatan Jatipurno; 13.Kecamatan Bulukerto; 14.Kecamatan Puhpelem; 15.Kecamatan Batuwarno; 16.Kecamatan Karangtengah; 17.Kecamatan Giriwoyo; 18.Kecamatan Baturetno; 19.Kecamatan Pracimantoro; dan 20.Kecamatan Eromoko. 2. Kawasan Yang Memberi Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya II - 24

25 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya seluas kurang lebih (sembilan puluh ribu dua ratus tujuh puluh tiga) hektar berupa kawasan resapan air : a. Daerah tangkapan air waduk; b.embung; dan c. Telaga. 3. Kawasan Perlindungan Setempat; 1) Kawasan sempadan pantai; kawasan sem Kawasan sempadan pantai seluas kurang lebih 110 (seratus sepuluh) hektar berada di Kecamatan Paranggupito.; 2) Kawasan Sempadan sungai dan saluran irigasi; Kawasan sempadan sungai dan saluran irigasi seluas kurang lebih (enam ribu sebelas) hektar berada di seluruh kecamatan meliputi: a. Sungai; b. Anak sungai; dan c. Saluran irigasi. 3) Kawasan sekitar waduk, embung, dan telaga; Kawasan sekitar waduk, embung, dan telaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c seluas kurang lebih 901 (sembilan ratus satu) hektar meliputi: a. Kawasan waduk besar berupa Waduk Serba Guna Wonogiri berada di Kecamatan Wonogiri; b. Kawasan waduk kecil meliputi ; Kecamatan Eromoko; 2. Kecamatan Batuwarno; 3. Kecamatan Selogiri; 4. Kecamatan Giriwoyo; dan 5. Kecamatan Giritontro c. Kawasan embung dan telaga meliputi: 1. Kecamatan Batuwarno; 2. Kecamatan Pracimantoro; 3. Kecamatan Giritontro; 4. Kecamatan Paranggupito; 5. Kecamatan Giriwoyo; dan 6. Kecamatan Eromoko 4) Kawasan sekitar mata air; dan Kawasan sekitar mata air berupa kawasan sempadan sumber mata air berada di seluruh kecamatan 5) Kawasan ruang terbuka hijau seluas kurang lebih empat belas ribu empatratus dua puluh sembilan) hektar atau 30 (tiga puluh) persen dari luas kawasan perkotaan terdiri atas kawasan ruang terbuka hijau Kawasan ruang terbuka hijau seluas kurang lebih (empat belas ribu empat ratus dua puluh sembilan) hektar atau 30 (tiga puluh) persen dari luas kawasan perkotaan terdiri atas: Ruang terbuka hijau publik seluas kurang lebih (sembilan ribu enam ratus sembilan belas) hektar atau 20 (dua puluh) persen dari luas II - 25

26 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 kawasan perkotaan meliputi: 1. taman kota; 2. taman pemakaman umum; dan 3. jalur hijau sepanjang jalan, dan sungai. Ruang terbuka hijau privat seluas kurang lebih (empat ribu delapan ratus sepuluh) hektar atau 10 (sepuluh) persen dari luas kawasan perkotaan meliputi: 1. kebun atau halaman rumah; dan 2. gedung milik masyarakat dan swasta ditanami tumbuhan 4. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya Kawasan cagar alam; Kawasan cagar alam seluas kurang lebih 8 (delapan) hektar berupa Cagar Alam Donoloyo berada di Desa Watusomo Kecamatan Slogohimo Kawasan wisata alam dan wisata alam laut; a. Wisata Alam Girimanik seluas kurang lebih (seribu seratus tiga puluh satu) hektar berada di Kecamatan Slogohimo; dan b.wisata Alam Pantai Selatan seluas kurang lebih 110 (seratus sepuluh) hektar berada di Kecamatan Paranggupito. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan i. Cagar Budaya Candi berupa Candi Bendho berada di Kecamatan Nguntoronadi; ii. Situs Cagar Budaya meliputi: - Kecamatan Wonogiri meliputi: a) Petilasan Gunung Giri; b) Sendang Kaliwerak; dan c) Makam Hastana Giri. - Kecamatan Selogiri meliputi: a) Makam Keblokan; b) Makam Gunung Wijil; c) Petilasan Watugilang Nglaroh; d) Tugu Pusaka; e) Sendang Siwani; f) Sendang Sinongko; g) Makam Mantenan; dan h) Makam Kasan Nur Iman. e) Sendang Siwani; f) Sendang Sinongko; g) Makam Mantenan; dan h) Makam Kasan Nur Iman. - Kecamatan Tirtomoyo berupa Petilasan Kahyangan; - Kecamatan Nguntoronadi berupa Makam Bupati Wonogiri I; - Kecamatan Girimarto berupa Rumah Tiban; dan - Kecamatan Karangtengah berupa Makam Karangtengah. iii. Cagar Budaya Masjid meliputi: 1. Masjid Kuno berada di Kecamatan Purwantoro; dan 2. Masjid Tiban berada di Kecamatan Baturetno. 5. Kawasan rawan bencana alam terdiri atas a. Kawasan rawan tanah longsor; II - 26

27 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 a. Kecamatan Manyaran; b. Kecamatan Giriwoyo; c. Kecamatan Karangtengah; d. Kecamatan Batuwarno; e. Kecamatan Slogohimo; f. Kecamatan Kismantoro; g. Kecamatan Jatiroto; h. Kecamatan Jatipurno; i. Kecamatan Girimarto; j. Kecamatan Bulukerto; k. Kecamatan Puhpelem; l. Kecamatan Jatisrono; m. Kecamatan Paranggupito; n. Kecamatan Nguntoronadi; dan o. Kecamatan Purwantoro b. Kawasan rawan banjir; a. Kecamatan Manyaran; b. Kecamatan Giriwoyo; c. Kecamatan Slogohimo; d. Kecamatan Jatipurno; e. Kecamatan Girimarto; f. Kecamatan Jatisrono; g. Kecamatan Nguntoronadi; h. Kecamatan Sidoharjo; i. Kecamatan Pracimantoro; dan j. Kecamatan Baturetno c. Kawasan rawan kekeringan; dan a.wilayah yang memiliki lahan pertanian tetapi kekurangan air meliputi:1. Kecamatan Pracimantoro; 2. Kecamatan Giritontro; 3. Kecamatan Giriwoyo; 4. Kecamatan Batuwarno; 5. Kecamatan Nguntoronadi; 6. Kecamatan Eromoko; 7. Kecamatan Wuryantoro; 8. Kecamatan Manyaran; 9. Kecamatan Selogiri; 10. Kecamatan Wonogiri; 11. Kecamatan Ngadirojo; 12. Kecamatan Sidoharjo; dan 13. Kecamatan Kismantoro. b. Wilayah kekurangan pemenuhan kebutuhan air minum meliputi: 1. Kecamatan Pracimantoro; 2. Kecamatan Giritontro; 3. Kecamatan Paranggupito; 4. Kecamatan Giriwoyo; 5. Kecamatan Eromoko; 6. Kecamatan Wuryantoro; 7. Kecamatan Manyaran; 8. Kecamatan Nguntoronadi; dan 9. Kecamatan Batuwarno. d. Kawasan rawan angin puting beliung. Kawasan rawan angin puting beliung berada di seluruh kecamatan. 6. Kawasan Lindung Geologi a. Kawasan cagar alam geologi; Kawasan cagar alam geologi seluas kurang lebih (dua puluh tiga ribu sembilan ratus tujuh puluh tujuh) hektar berupa kawasan bentang alam karst Pracimantoro meliputi: a. Kecamatan Eromoko; b. Kecamatan Pracimantoro; c. Kecamatan Giritontro; d. Kecamatan Paranggupito; dan e. Kecamatan Giriwoyo. b. Kawasan rawan gempa bumi; II - 27

28 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 Kawasan rawan gempa bumi berada di seluruh kecamatan. c. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah. (Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah meliputi: a. cekungan air tanah Wonosari; b. cekungan air tanah Eromoko; c. cekungan air tanah Karanganyar Boyolali; dan d. cekungan air tanah Ngawi Ponorogo. B. Kawasan Budidaya 1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi; a. kawasan hutan produksi tetap; dan Kawasan hutan produksi tetap seluas kurang lebih (seribu seratus lima puluh delapan) hektar meliputi: a. Kecamatan Wonogiri; b. Kecamatan Selogiri; c. Kecamatan Wuryantoro; d. Kecamatan Sidoharjo; e. Kecamatan Jatiroto; f. Kecamatan Slogohimo; g. Kecamatan Kismantoro; h. Kecamatan Pracimantoro; dan i. Kecamatan Eromoko. b. kawasan hutan produksi terbatas. Kawasan hutan produksi terbatas seluas kurang lebih (tujuh ribu tiga ratus enam puluh tujuh) hektar meliputi: a. Kecamatan Wonogiri; b. Kecamatan Nguntoronadi; c. Kecamatan Sidoharjo; d. Kecamatan Tirtomoyo; e. Kecamatan Jatiroto; f. Kecamatan Slogohimo; g. Kecamatan Kismantoro; h. Kecamatan Purwantoro; i. Kecamatan Batuwarno; j. Kecamatan Karangtengah; k. Kecamatan Giriwoyo; l. Kecamatan Baturetno; m. Kecamatan Giritontro; n. Kecamatan Pracimantoro; o. Kecamatan Eromoko; dan p. Kecamatan Wuryantoro. 2. Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat; Kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf b seluas kurang lebih (tiga belas ribu dua ratus tujuh puluh) hektar berada di seluruh kecamatan. 3. Kawasan Peruntukan Pertanian; Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf c terdiri atas: a. Kawasan tanaman pangan; pertanian lahan basah; II - 28

29 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 Pertanian lahan basah seluas kurang lebih (dua puluh satu ribu enam ratus enam puluh satu) hektar meliputi: a. Kecamatan Pracimantoro; b. Kecamatan Giritontro; c. Kecamatan Giriwoyo; d. Kecamatan Karangtengah; e. Kecamatan Batuwarno; f. Kecamatan Tirtomoyo; g. Kecamatan Baturetno; h. Kecamatan Nguntoronadi; i. Kecamatan Eromoko; j. Kecamatan Wuryantoro; k. Kecamatan Manyaran; l. Kecamatan Selogiri; pertanian lahan kering. b. Kawasan pertanian hortikultura; c. Kawasan perkebunan; dan d. Kawasan peternakan. 4. Kawasan Peruntukan Perikanan; a. perikanan tangkap; b. budidaya perikanan; c. penyediaan prasarana perikanan; d. pengolahan ikan 5. Kawasan Peruntukan Pertambangan; Kawasan peruntukan pertambangan berupa kawasan pertambangan mineral dan batuan. a. Emas meliputi: 1. Kecamatan Selogiri; 2. Kecamatan Wonogiri; 3. Kecamatan Wuryantoro; 4. Kecamatan Jatiroto; 5. Kecamatan Tirtomoyo; 6. Kecamatan Karangtengah; 7. Kecamatan Purwantoro; dan 8. Kecamatan Kismantoro. b. Tembaga meliputi: 1. Kecamatan Selogiri; 2. Kecamatan Wonogiri; 3. Kecamatan Eromoko; 4. Kecamatan Jatiroto; 5. Kecamatan Tirtomoyo; 6. Kecamatan Karangtengah; 7. Kecamatan Purwantoro; dan 8. Kecamatan Kismantoro. c. Galena meliputi: 1. Kecamatan Tirtomoyo; 2. Kecamatan Karangtengah; 3. Kecamatan Purwantoro; dan 4. Kecamatan Kismantoro. d. Seng meliputi: 1. Kecamatan Tirtomoyo; 2. Kecamatan Karangtengah; 3. Kecamatan Purwantoro; dan 4. Kecamatan Kismantoro. e. Hematit meliputi: 1. Kecamatan Tirtomoyo; dan 2. Kecamatan Karangtengah. II - 29

30 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 f. mangaan meliputi: 1. Kecamatan Baturetno; 2. Kecamatan Batuwarno; dan 3. Kecamatan Eromoko. g. Pasir Kuarsa meliputi: 1. Kecamatan Batuwarno; 2. Kecamatan Karangtengah; dan 3. Kecamatan Purwantoro. h. Lempung meliputi: 1. Kecamatan Puhpelem; 2. Kecamatan Tirtomoyo; 3. Kecamatan Karangtengah; 4. Kecamatan Giriwoyo; 5. Kecamatan Kismantoro; 6. Kecamatan Bulukerto; 7. Kecamatan Girimarto; 8. Kecamatan Eromoko; dan 9. Kecamatan Pracimantoro. i. Bentonit berada di Kecamatan Giriwoyo j. Fosfat meliputi: 1. Kecamatan Giriwoyo; 2. Kecamatan Giritontro; 3. Kecamatan Pracimantoro; 4. Kecamatan Paranggupito; 5. Kecamatan Eromoko; dan 6. Kecamatan Manyaran. k. Kaolin meliputi: 1. Kecamatan Tirtomoyo; dan 2. Kecamatan Karangtengah. l. Kalsit meliputi: 1. Kecamatan Eromoko; 2. Kecamatan Manyaran; 3. Kecamatan Pracimantoro; 4. Kecamatan Paranggupito; 5. Kecamatan Giritontro; 6. Kecamatan Giriwoyo; 7. Kecamatan Baturetno; dan 8. Kecamatan Batuwarno. m. Oker meliputi: 1. Kecamatan Tirtomoyo; dan 2. Kecamatan Karangtengah. n. Damar berada di Kecamatan Kismantoro; o. Batu gamping industri meliputi: 1. Kecamatan Manyaran; 2. Kecamatan Wuryantoro; 3. Kecamatan Eromoko; 4. Kecamatan Pracimantoro; 5. Kecamatan Paranggupito; 6. Kecamatan Giritontro; 7. Kecamatan Giriwoyo; 8. Kecamatan Batuwarno; 9. Kecamatan Baturetno; 10. Kecamatan Bulukerto; dan 11. Kecamatan Puhpelem. p. Batu gamping meliputi: 1. Kecamatan Manyaran; 2. Kecamatan Wuryantoro; 3. Kecamatan Eromoko; 4. Kecamatan Pracimantoro; 5. Kecamatan Paranggupito; 6. Kecamatan Giritontro; 7. Kecamatan Giriwoyo; 8. Kecamatan Batuwarno; 9. Kecamatan Baturetno; 10. Kecamatan Bulukerto; dan 11. Kecamatan Puhpelem. q. Andesit meliputi: 1. Kecamatan Selogiri; 2. Kecamatan Wonogiri; 3. Kecamatan Ngadirojo; 4. Kecamatan Jatiroto; 5. Kecamatan Jatisrono; 6. Kecamatan Manyaran; 7. Kecamatan Giriwoyo; 8. Kecamatan Tirtomoyo; 9. Kecamatan Eromoko; 10. Kecamatan Karangtengah; 11. Kecamatan II - 30

31 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 Kismantoro; 12. Kecamatan Slogohimo; 13. Kecamatan Baturetno; 14. Kecamatan Batuwarno; 15. Kecamatan Girimarto; dan 16. Kecamatan Jatipurno. r. Dasit meliputi: 1. Kecamatan Purwantoro; dan 2. Kecamatan Kismantoro. s. Tras meliputi: 1. Kecamatan Puhpelem; 2. Kecamatan Bulukerto; 3. Kecamatan Slogohimo; 4. Kecamatan Girimarto; 5. Kecamatan Wonogiri; dan 6. Kecamatan Ngadirojo. t. Batu pasir meliputi: 1. Kecamatan Wonogiri; 2. Kecamatan Giritontro; 3. Kecamatan Wuryantoro; dan 4. Kecamatan Manyaran. u. Sirtu meliputi: 1. Kecamatan Nguntoronadi; 2. Kecamatan Bulukerto; 3. Kecamatan Eromoko; 4. Kecamatan Tirtomoyo; 5. Kecamatan Sidoharjo; dan 6. Kecamatan Jatisrono. v. Batu setengah permata meliputi: 1. Kecamatan Batuwarno; 2. Kecamatan Karangtengah; 3. Kecamatan Giriwoyo; dan 4. Kecamatan Pracimantoro. w. Tanah Urug meliputi: 1. Kecamatan Selogiri; 2. Kecamatan Wonogiri; 3. Kecamatan Ngadirojo; 4. Kecamatan Sidoharjo; 5. Kecamatan Jatisrono; 6. Kecamatan Jatiroto; 7. Kecamatan Girimarto; 8. Kecamatan Jatipurno; 9. Kecamatan Slogohimo; 10. Kecamatan Purwantoro; 11. Kecamatan Bulukerto; 12. Kecamatan Puhpelem; 13. Kecamatan Kismantoro; 14. Kecamatan Tirtomoyo; 15. Kecamatan Batuwarno; 16. Kecamatan Baturetno; 17. Kecamatan Karangtengah; 18. Kecamatan Giriwoyo; 19. Kecamatan Giritontro; 20. Kecamatan Eromoko; 21. Kecamatan Wuryantoro; dan 22. Kecamatan Manyaran. 6. Kawasan Peruntukan Industri; terdiri atas: a. Industri besar dikembangkan pada kawasan industri seluas kurang lebih 800 (delapan ratus) hektar meliputi: 1. Kecamatan Wonogiri; 2. Kecamatan Selogiri; 3. Kecamatan Wuryantoro; 4. Kecamatan Tirtomoyo; 5. Kecamatan Eromoko; dan 6. Kecamatan Ngadirojo. b. Industri menengah seluas kurang lebih 240 (dua ratus empat puluh) hektar meliputi: 1. Kecamatan Pracimantoro; 2. Kecamatan Tirtomoyo; 3. Kecamatan Manyaran; 4. Kecamatan Selogiri; 5. Kecamatan Wonogiri; 6. Kecamatan Ngadirojo; 7. Kecamatan Jatisrono; 8. Kecamatan Girimarto; 9. II - 31

32 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 Kecamatan Purwantoro; 10. Kecamatan Eromoko; 11. Kecamatan Giritontro; dan 12. Kecamatan Jatiroto. c. Industri kecil dan mikro seluas kurang lebih 250 (dua ratus lima puluh) hektar berada di seluruh kecamatan. 7. Kawasan Peruntukan Pariwisata; Kawasan peruntukan pariwisata terdiri atas: a. Pariwisata budaya; b. Pariwisata alam; c. Pariwisata buatan; dan d. Pariwisata minat khusus. 8. Kawasan Peruntukan Permukiman; terdiri atas: a. Kawasan permukiman perkotaan; dan b. Kawasan permukiman perdesaan. 9. Kawasan Peruntukan Lainnya. Kawasan peruntukan lainnya berupa kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan negara Keuangan dan Perekonomian Daerah Komponen Penerimaan Daerah Penerimaan pendapatan adalah penerimaan yang merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih. Pendapatan Daerah bersumber dari : a) Pendapatan Asli Daerah b) Dana Perimbangan c) Lain-lain Pendapatan. a) Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan asli daerah bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi Daerah sebagai perwujudan desentralisasi. 1) PAD bersumber dari: a. Pajak Daerah b. Retribusi Daerah II - 32

33 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 c. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan d. Lain-lain PAD yang sah. 2) Lain-lain PAD yang sah meliputi: a. Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan b. Jasa giro c. Pendapatan bunga d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing e. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah. Dalam struktur APBD, jenis pendapatan yang berasal dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berdasarkan UU No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dirinci menjadi : 1) Pajak Provinsi terdiri atas: a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Kendaraan di Atas Air c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. 2) Jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri atas: a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame e. Pajak Penerangan Jalan f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C g. Pajak Parkir. 3) Retribusi dirinci menjadi: a. Retribusi Jasa Umum b. Retribusi Jasa Usaha c. Retribusi Perijinan Tertentu II - 33

34 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 b) Dana Perimbangan Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah dan antar Pemerintah Daerah. Dana Perimbangan terdiri atas: a) Dana Bagi Hasil b) Dana Alokasi Umum c) Dana Alokasi Khusus Prinsip Kebijakan Perimbangan Keuangan Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan Desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan Dekon-sentrasi dan Tugas Pembantuan. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah merupakan subsistem Keuangan Negara sebagai konsekuensi pembagian tugas antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pemberian sumber keuangan negara kepada Pemerintahan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah dengan memper-hatikan stabilitas dan keseimbangan fiskal. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan penyelenggaraan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan. Dana Perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu Daerah dalam mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara Pusat dan Daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar-daerah. Ketiga komponen Dana Perimbangan imerupakan sistem transfer dana dari Pemerintah serta merupakan satu kesatuan yang utuh. II - 34

35 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 a. Dana Bagi Hasil Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam. 1) Bagi Hasil yang bersumber dari pajak terdiri atas: a. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) b. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) c. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21. 2) Dana Bagi Hasil yang bersumber dari sumber daya alam berasal dari: a. Kehutanan b. Pertambangan umum c. Perikanan d. Pertambangan minyak bumi e. Pertambangan gas bumi f. Pertambangan panas bumi. b. Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurangkurangnya 26 (dua puluh enam persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU untuk suatu Daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar. Celah Fiskal Celah fiskal adalah kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal Daerah. Kebutuhan fiskal daerah merupakan kebutuhan pendanaan Daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum. Layanan dasar publik antara lain adalah penyediaan layanan kesehatan dan pendidikan, penyediaan infrastruktur, dan pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Jumlah penduduk merupakan variabel yang mencerminkan kebutuhan akan penyediaan layanan II - 35

36 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 publik di setiap Daerah. Setiap kebutuhan pendanaan diukur secara berturutturut dengan: 1. Jumlah penduduk 2. Luas wilayah 3. Indeks Kemahalan Konstruksi 4. Produk Domestik Regional Bruto per kapita 5. Indeks Pembangunan Manusia. Luas wilayah merupakan variabel yang mencerminkan kebutuhan atas penyediaan sarana dan prasarana per satuan wilayah. Indeks Kemahalan Konstruksi merupakan cerminan tingkat kesulitan geografis yang dinilai berdasarkan tingkat kemahalan harga prasarana fisik secara relatif antar- Daerah. Produk Domestik Regional Bruto merupakan cerminan potensi dan aktivitas perekonomian suatu Daerah yang dihitung berdasarkan total seluruh output produksi kotor dalam suatu wilayah. Indeks Pembangunan Manusia merupakan variabel yang mencerminkan tingkat pencapaian kesejahteraan penduduk atas layanan dasar di bidang pendidikan dan kesehatan Kapasitas fiskal Daerah merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal dari PAD dan Dana Bagi Hasil. Proporsi DAU antara daerah provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan imbangan kewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota. Celah fiskal dihitung berdasarkan selisih antara kebutuhan fiskal Daerah dan kapasitas fiskal Daerah. DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah provinsi dihitung berdasarkan perkalian bobot daerah provinsi yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh daerah provinsi. Bobot daerah provinsi merupakan perbandingan antara celah fiskal daerah provinsi yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh daerah provinsi. DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah kabupaten/kota dihitung berdasarkan perkalian bobot daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh daerah kabupaten/ kota. Bobot daerah kabupaten/kota merupakan perbandingan antara celah fiskal daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh daerah kabupaten/kota. II - 36

37 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan nol menerima DAU sebesar alokasi dasar. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut lebih kecil dari alokasi dasar menerima DAU sebesar alokasi dasar setelah dikurangi nilai celah Fiskal. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut sama atau lebih besar dari alokasi dasar tidak menerima DAU. Data untuk menghitung kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal diperoleh dari lembaga statistik pemerintah dan/atau lembaga pemerintah yang berwenang menerbitkan data yang dapat dipertanggungjawabkan. Alokasi Dasar Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah. Jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah gaji pokok ditambah tunjangan keluarga dan tunjangan jabatan sesuai dengan peraturan penggajian Pegawai Negeri Sipil. Pemerintah merumuskan formula dan penghitungan DAU dengan memperhatikan pertimbangan dewan yang bertugas memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan otonomi daerah. Hasil penghitungan DAU per provinsi, kabupaten, dan kota ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Penyaluran DAU dilaksanakan setiap bulan masingmasing sebesar 1/12 (satu perdua belas) dari DAU Daerah yang bersangkutan. Penyaluran DAU dilaksanakan sebelum bulan bersangkutan. Alokasi DAU secara proporsional menggunakan rumus sebagai berikut: Besarnya DAU Bobot daerah bersangkutan Jumlah masing-masing daerah = Jumlah bobot seluruh daerah x DAU untuk daerah c. Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam II - 37

38 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 APBN. DAK dialokasikan kepada Daerah tertentu yang memenuhi kriteria untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah. Kegiatan khusus sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan dalam APBN. Fungsi dalam rincian Belanja Negara antara lain terdiri atas layanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan dan perlindungan sosial. Pemerintah menetapkan kriteria DAK yang meliputi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Kriteria umum ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan Keuangan Daerah dalam APBD. Kriteria umum dihitung untuk melihat kemampuan APBD untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan dalam rangka pembangunan Daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD dikurangi dengan belanja pegawai. Kemampuan daerah (APBD) dihitung sebagai berikut. Kemampuan Keuangan Daerah = Penerimaan Umum APBD _ Belanja pegawai Penerimaan Umum APBD = PAD + DAU + ( DBH DBHR) DBH DBHR = Dana Bagi Hasil = Dana bagi Hasil yang dibagikan merata untuk daerah Belanja Pegawai = Belanja Pegawai Pegawai Negeri Sipil Daerah Kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kekhususan suatu Daerah dan karakteristik Daerah. Karakteristik Daerah antara lain adalah daerah pesisir dan kepulauan, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah tertinggal/terpencil, daerah yang termasuk rawan banjir dan longsor, serta daerah yang termasuk daerah ketahanan pangan. Kriteria teknis ditetapkan oleh kementerian Negara/departemen teknis. peraturan perundang-undangan adalah Undang-Undang Kriteria teknis antara lain meliputi standar kualitas/kuantitas konstruksi, serta perkiraan manfaat lokal dan nasional yang menjadi indikator dalam perhitungan teknis. II - 38

39 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 Dana Pendamping Daerah penerima DAK wajib menyediakan Dana Pendamping sekurangkurangnya 10 (sepuluh persen) dari alokasi DAK. Dana Pendamping dianggarkan dalam APBD. Namun Daerah dengan kemampuan fiskal tertentu tidak diwajibkan menyediakan Dana Pendamping c) Lain-lain Pendapatan Lain-lain Pendapatan bertujuan memberi peluang kepada Daerah untuk memperoleh pendapatan selain pendapatan dari PAD, Dana perimbangan dan Pinjaman daerah.lain-lain Pendapatan terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan Dana Darurat. Hibah adalah Penerimaan Daerah yang berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional, Pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau perseorangan, baik dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali. Pendapatan hibah merupakan bantuan yang tidak mengikat. Hibah kepada Daerah yang bersumber dari luar negeri dilakukan melalui Pemerintah. Hibah dituangkan dalam suatu naskah perjanjian antara Pemerintah Daerah dan pemberi hibah. Hibah digunakan sesuai dengan naskah perjanjian. Tata cara pemberian, penerimaan, dan penggunaan hibah, baik dari dalam negeri maupun luar negeri diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pemerintah mengalokasikan Dana Darurat yang berasal dari APBN untuk keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh Daerah dengan menggunakan sumber APBD. Dana Darurat adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada Daerah yang mengalami bencana nasional, peristiwa luar biasa, dan/atau krisis solvabilitas. Keadaan yang dapat digolongkan sebagai bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa ditetapkan oleh Presiden Pemerintah dapat mengalokasikan Dana Darurat pada Daerah yang dinyatakan mengalami krisis solvabilitas. Krisis solvabilitas adalah krisis keuangan berkepan-jangan yang dialami Daerah selama 2 (dua) tahun anggaran dan tidak dapat diatasi melalui APBD. II - 39

40 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 Daerah dinyatakan mengalami krisis solvabilitas berdasarkan evaluasi Pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Krisis solvabilitas ditetapkan oleh Pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat. a) Pinjaman Daerah Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali. Pinjaman Daerah bertujuan memperoleh sumber pembiayaan dalam rangka penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah. b) Batas Pinjaman Pemerintah menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan memperhatikan keadaan dan prakiraan perkembangan perekonomian nasional. Batas maksimal kumulatif pinjaman tidak melebihi 60 (enam puluh persen) dari Produk Domestik Bruto tahun bersangkutan. Menteri Keuangan menetapkan batas maksimal kumulatif pinjaman Pemerintah Daerah secara keseluruhan selambat-lambatnya bulan Agustus untuk tahun anggaran Berikutnya. Pengendalian batas maksimal kumulatif Pinjaman Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri. Pelanggaran terhadap ketentuan, dikenakan sanksi administratif berupa penundaan dan/atau pemotongan atas penyaluran Dana Perimbangan oleh Menteri Keuangan. c) Sumber Pinjaman Pinjaman Daerah bersumber dari: Pemerintah Pemerintah Daerah lain Lembaga keuangan bank Lembaga keuangan bukan bank Masyarakat. Pinjaman Daerah yang bersumber dari Pemerintah diberikan melalui Menteri Keuangan. Pinjaman Daerah yang bersumber dari masyarakat berupa Obligasi Daerah diterbitkan melalui pasar modal. II - 40

41 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 d) Jenis dan Jangka Waktu Pinjaman Jenis Pinjaman terdiri atas, Pinjaman Jangka Pendek Pinjaman Jangka Menengah Pinjaman Jangka Panjang Pinjaman Jangka Pendek merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu kurang atau sama dengan satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain seluruhnya harus dilunasi dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Pinjaman jangka pendek tidak termasuk kredit jangka pendek yang lazim terjadi dalam jasa tidak dilakukan pada saat barang dan atau jasa dimaksud diterima. Pinjaman Jangka Menengah merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi dalam kurun waktu yang tidak melebihi sisa masa jabatan Kepala Daerah yang bersangkutan. Pinjaman Jangka Panjang merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi pada tahun-tahun anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang bersangkutan. e) Penggunaan Pinjaman Pinjaman Jangka Pendek dipergunakan hanya untuk menutup kekurangan arus kas. Pinjaman Jangka Menengah dipergunakan untuk membiayai penyediaan layanan umum yang tidak menghasilkan penerimaan. Pinjaman Jangka Panjang dipergunakan untuk membiayai proyek investasi yang menghasilkan penerimaan. Pinjaman Jangka Menengah dan Jangka Panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD. f) Persyaratan Pinjaman Dalam melakukan pinjaman, Daerah wajib memenuhi persyaratan: II - 41

42 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75 (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya. Rasio kemampuan keuangan Daerah untuk mengembalikan pinjaman ditetapkan oleh Pemerintah. Daerah tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang berasal dari Pemerintah. Daerah tidak dapat memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain. Pendapatan Daerah dan/atau barang milik Daerah tidak boleh dijadikan jaminan Pinjaman Daerah. Proyek yang dibiayai dari Obligasi Daerah beserta barang milik Daerah yang melekat dalam proyek tersebut dapat dijadikan jaminan Obligasi Daerah. d) Komponen Pengeluaran Belanja Komponen pengeluaran belanja terdiri dari: a) Belanja Operasi b) Belanja Modal c) Tranfer ke Desa/kelurahan d) Belanja tak Terduga. Sub-komponen Pengeluaran Belanja Daerah meliputi: 1) Belanja Operasi Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial 2) Belanja Modal Belanja Tanah Belanja Peralatan dan mesin Belanja Gedung dan bangunan Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetatp Lainnya Belanja Aset Lainnya II - 42

43 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun ) Transfer ke Desa/Kelurahan Bagi hasil Pajak Bagi Hasil Retribusi Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 4) Belanja tak Terduga Perencanaan belanja daerah mengikuti pedoman sebagai berikut : 1) Belanja daerah diprioritaskan untuk meningkatkan kewajiban daerah dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan: Pelayanan dasar berupa pendidikan dan kesehatan Fasilitas sosial Fasilitas umum 2) Belanja daerah disusun berdasarkan Standar pelayanan minimal Standar analisis belanja Standar harga Tolok ukur kinerja 3) Belanja DPRD meliputi : Penghasilan pimpinan dan anggota DPRD Tunjangan kesehatan Uang jasa pengabdian Belanja pebubjang kegiatan DPRD 4) Belanja Kepala daerah dan wakil Kepala daerah Anggaran Belanja Kepala daerah dan wakil Kepala daerah harus mencerminkan efisiensi, efektifitas dengan memperhatikan aspek keadailan dan kepatutan. e) Komponen Pembiayaan Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran II - 43

44 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah. Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan. Komponen Pembiayaan daerah adalah sebagai berikut. 1) Penerimaan Pembiayaan Penggunaan SILPA Pencairan dana Cadangan Pinjaman dalam Negeri-Pemerintah Pusat Pinjaman dalam Negeri Pemda lain Pinjaman dalam Negeri bank Pinjaman dalam Negeri Non bank Pinjaman dalam Negeri Obligasi Pinjaman dalam Negeri Lainnya Penerimaan kembali pinjaman kpd Pers. Negara Penerimaan kembali pinjaman kpd Pers. Daerah Penerimaan kembali pinjaman kpd Pemda Lainnya 2) Pengeluaran pembiayaan Pembentukan dana cadangan Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Pem Pusat Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Pemda Lainnya Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Bank Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Non Bnak Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Obligasi Pembayaran Pokok Pinjaman Lainnya Pemberian Pinjaman kpd Pers. Negara Pemberian Pinjaman kpd Pers. Daerah Pemberian Pinjaman kpd Pemda Lainnya II - 44

45 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor: 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Kabupaten Wonogiri pada tahun 2011 ini telah menyesuaikan Peraturan Pemerintah dimaksud dengan Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 11 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Wonogiri (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 12). II - 45

46 S t r a t e g i S a n i t a s i K a b u p a t e n W o n o g i ri T a h u n G a m b a r 2. 1 : S t r u k t u r o r g a n i s a s i P e m e r i n t a h D a e r a h K a b u p a t e n W o n o g i r i S u m b e r : Per d a K a b u p a t e n W o n o g i r i N o m o r 1 1 T a h u n ( L e m b a r a n D a e r a h T a h u n N o m o r 1 2 ) B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 46

47 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Wonogiri yang tertuang dalam : 1. Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 1 Tahun 2001 tentang Susunan Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Wonogiri sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 1 Tahun 2001 tentang Susunan Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Wonogiri (Lembaran Daerah Kabupaten Wonogiri Tahun 2007 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 70); 2. Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 2 Tahun 2001 tentang Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Wonogiri sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 3 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 2 Tahun 2001 tentang Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Wonogiri (Lembaran Daerah Kabupaten Wonogiri Tahun 2007 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 71);. 3. Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 3 Tahun 2001 tentang Susunan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Wonogiri sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 2 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 3 Tahun 2001 tentang Susunan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Wonogiri (Lembaran Daerah Kabupaten Wonogiri Tahun 2007 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 72); 4. Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 4 Tahun 2001 tentang Susunan Organisasi Kecamatan dan Kelurahan di Kabupaten Wonogiri (Lembaran Daerah Kabupaten Wonogiri Tahun 2001 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 9). sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan, oleh karena itu perlu dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. II - 47

48 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 Sehubungan dengan hal tersebut, maka dipandang perlu menetapkan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Wonogiri dalam Peraturan Daerah dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. II - 48

49 S t r a t e g i S a n i t a s i K a b u p a t e n W o n o g i ri T a h u n G a m b a r S t r u k t u r T u p o k s i P e m b a n g u n a n S a n i t a s i K a b u p a t e n K a b u p a t e n W o n o g i r i B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 49

50 S t r a t e g i S a n i t a s i K a b u p a t e n W o n o g i ri T a h u n BUPATI SEKRETARIS Asisten Perekonomian, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat SEKRETARIAT Bagian Hubungan Masyarakat Bagian Pengendalian dan Pelaporan Bagian Pembangunan S E K D A B A P P E D A B A P E R M A S D P P K A D D P U D I N K E S K L H Bidang Prasarana dan Pengembangan Wilayah Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Bidang Statistik, Bina Program dan Monitoring Evaluasi Subid. Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Subid. Lingkungan Hidup dan Penataan Ruang Subid. Kesra Bidang Pemberdayaan Lembaga Masyarakat Bidang Aset Daerah pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bidang Anggaran Bidang Perbendaharaan Mandat Tupoksi Langsung (Stakeholder Utama) Bidang Cipta Karya Bidang Permukiman dan Tata Ruang Bidang Kebersihan dan Pertamanan Seksi Sarana Perkotaan Seksi Tata Bangunan dan Bidang Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Kemitraan Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Seksi Penyehatan Lingkungan Mandat Tupoksi Tidak Langsung (Stakeholder Mitra) Seksi Pemulihan Kualitas Lingkungan Seksi Pengendalian Dampak Lingkungan B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 50

51 Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 Struktur organisasi Tugas Pokok dan Fungsi Pembangunan Sanitasi di setiap SKPD di Kabupaten Wonogiri terlihat bahwa dari BAPPEDA, DINKES dan DPU sebagai stakeholder utama dalam Pembangunan sanitasi Kabupaten Wonogiri kemudian dari DPPKAD, KLH dan BAPERMAS sebagai stake holder mitra yang membantu BAPPEDA, DINKES dan DPU dalam menjalankan kerja dan kinerja pembangunan sanitasi Kabupaten Wonogiri. II - 51

52 2.2 Kemajuan Pelaksanaan SSK Kemajuan pelaksanaan SSK Kabupaten Wonogiri diukur dengan cara mereview Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri yang telah disusun pada tahun 2013 serta Memorandum Program Sanitasi yang disusun tahun Status implementasi SSK untuk 3 (tiga) subsektor utamanya yaitu air limbah, persampahan dan drainase. A. Air Limbah Domestik Implementasi SSK pada subsektor air limbah domestik Kabupaten Wonogiri dapat diketahui kemajuannya sesuai dengan Tabel 2.7 Tabel 2.7 Kemajuan pelaksanaan SSK untuk air limbah domestik SSK (Sebelumnya) Tahun SSK (saat ini) Tahun 2016 Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat Ini (1) (2) (3) (4) Mewujudkan Tata kelola pengelolaln air limbah Domestik. Penyusunan peraturan Daerah (Perda) tentang pengelolaan air limbah. Tersusunnya Master Plan Penyusunan perda teknis mengenai Pengelolaan limbah Tahun 2015 Terwujudnya suatu peta Belum ada peraturan pengelolaan air limbah Belum mempunyai Belum ada peraturan pengelolaan air limbah Belum mempunyai pengelolaan air limbah Pengelolaan Lumpur master plan pengelolaan master plan pengelolaan (Wilayah Perkotaan) Tinja di kawasan air limbah (Wilayah air limbah (Wilayah perkotaan yang Perkotaan) Perkotaan) terintegrasi dan pemanfaatanya secara maksimal dan tepat Fungsi dan Kegunaanya.tahun 2015 Meningkatkan peran Peningkatan Sistem on Tidak ada masyarakat 2,22% penduduk masyarakat dan swasta site STBM, ini mencakup yang buang limbah BABS (data sekunder) dalam pengelolaan Air 106 kel / desa dari 153 sembarangan di Zona 1 Limbah kel / desa, sebesar 75% Peningkatan Kwalitas cakupan layanan 23,69% penduduk Jamban bertangki septik eksisting 69%, yang menggunakan di Zona Onsite individu masuk dalam Zona 3 cubluk/tangki septik yang tersebar di 33 individual belum aman Kelurahan II - 52

53 Meningkatkan sarana Peningkatan akses Terdapat 16 unit IPAL 60,17% penduduk dan prasarana jamban di masyarakat Komunal menggunakan tangki pengelolaan air limbah sebesar 5 % di tahun 2015 Belum mempunyai IPLT septik individual (aman) 13,56% penduduk menggunakan jamban bersama 0,37% penduduk terkoneksi IPAL Komunal Terdapat 24 unit IPAL Komunal Belum mempunyai IPLT meningkatnya cakupan Belum memiliki Sistem Belum memiliki Sistem layanan offsite skala Pengelolaan Air Limbah Pengelolaan Air Limbah kawasan / SLBM Terpusat (SPAL-T) Terpusat (SPAL-T) Skala sebesar 5% pada desa / Skala Perkotaan Perkotaan kel zona offsite skala kawasan pada tahun 2018 Meningkatan dan mengembangkan sumber pendanaan dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah permukiman. Peningkatan Anggaran Rutin APBD untuk pembangunan air limbah sebesar 1.5% pada tiap tahunnya Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Wonogiri 2013, SSK Kabupaten Wonogiri 2013 dan Laporan Studi EHRA Kabupaten Wonogiri 2013 II - 53

54 B. Pengelolaan Persampahan Implementasi SSK pada subsektor persampahan Kabupaten Wonogiri dapat diketahui kemajuannya sesuai dengan Tabel 2.8 Tabel 2.8 Kemajuan pelaksanaan SSK untuk persampahan SSK (Sebelumnya) Tahun SSK (saat ini) Tahun 2016 Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat Ini (1) (2) (3) (4) Revitalisasi Peraturan Revitalisasi Perda Penyusunan Perbup Belum diterbitkan Perbup Daerah (Perda) tentang Pengelolaan (Peraturan Bupati) untuk Wonogiri untuk Pengelolaan sektor persampahan dan melengkapi Perda yang penjelasan hal - hal yang Persampahan Restribusi Persampahan sudah ada belum dijelaskan di yang sesuai dengan UU Perda tentang Persampahan pada Pengelolaan sektor akhir tahun 2014 Persampahan Meningkatkan sarana Meningkatnya kualitas Kabupaten Wonogiri Kabupaten Wonogiri dan prasarana dan kapasitas sarana mempunyai 5 TPA mempunyai 5 TPA pengelolaan dan prasarana system control landfil system control landfill persampahan persampahan 100% di daerah pelayanan pada akhir tahun 2017 Meningkatnya cakupan layanan penuh (full coverage ) sistem penanganan langsung menjadi 75%, akhir tahun 2018 Meningkatnya Sistem Cakupan secukupnya terdapat 31 desa / kel dari 121 desa / kel. Sehingga cakupan layanan eksisting 25.62%, yang masuk dalam Zona 3 Peningkatan Sistem penanganan tidak II - 54

55 langsung coverage >70%, terdapat 40 desa/kel dari 113 desa / kel. sehingga cakupan layanan eksisting 35.40% yang masuk dalam Zona 2 (dua) Menyediakan Lokasi TPA lengkap dengan sarana dan prasarana pendukung Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM di Bidang Persampahan Meningkatkan peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan persampahan Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan sistem pengelolaan persampahan Mengurangi timbulan sampah dalam rangka Pengelolaan sampah berkelanjutan Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan pengangkutan persampahan permukiman dari 62% menjadi 68% pada akhir tahun 2016 Penamban Petugas sampah Pada zona 1 Penanganan Penuh Diterapkannya teknologi pengelolaan persampahan oleh SKPD terkait dan masyarakat sebesar 20% pada 121 desa / kel zona cakupan pengembangan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat Meningkatnya kualitas layanan pengelolaan persampahan sesuai dengan UU persampahan dan SPM pada akhir tahun 2014 Diterapkannya teknologi pengelolaan persampahan berkelanjutan dan berbiaya rendah oleh II - 55

56 SKPD terkait dan masyarakat di lokasi prioritas 6 kelurahan pada akhir tahun 2015 Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan persampahan 3R sebesar 60% dari jumlah penduduk pada tahun 2017 Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Wonogiri 2013, SSK Kabupaten Wonogiri 2013 dan Laporan Studi EHRA Kabupaten Wonogiri 2013 C. Drainase Perkotaan Implementasi SSK pada subsektor drainase Kabupaten Wonogiri dapat diketahui kemajuannya sesuai dengan Tabel 2.9 Tabel 2.9 Kemajuan pelaksanaan SSK untuk drainase KOSONG SSK (Sebelumnya) Tahun SSK (saat ini) Tahun 2016 Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat Ini (1) (2) (3) (4) Membuat Peraturan Daerah (Perda) yang terkait dengan pengelolaan drainase Menyusun Master Plan pembangunan drainase lingkungan Meningkatkan peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan Drainase Terpenuhinya kelngkapan Payung Hukum dalam Pengelolaan Drainase Tahun 2015 Tersedianya master plan drainase tingkat kabupaten di tahun 2015 Meningkatnya dimensi saluran lama sebanyak 36 KM dan pemeliharaan saluran drainase pada akhir tahun 2018 Berkurangnya genangan Sudah ada masterplan drainase perkotaan Luas genangan 0 II - 56

57 sebesar 30% di tahun 2018 Dibangunnya saluran drainase disetiap permukiman padat baik oleh develover maupun masyarakat setempat pada akhir tahun 2017 Meningkatkan sumberdaya lokal dalam pengelolaan Drainase Mendorong peningkatan kemampuan pembiayaan bagi pembangunan drainase menuju kearah kemandirian daerah Berkurangnya rumah tangga yang membuang limbah/sampah langsung ke saluran drainase sebesar 30 % pada tahun 2018 Meningkatnya proporsi biaya operasional sebesar 10 % terhadap total pendanaan drainase dari yang telah ada sekarang Mendorong peningkatan peran dunia usaha melalui penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan sarana dan prasarana penyehatan Lingkungan Permukiman Mendorong terciptanya pengaturan berdasarkan hukum yang dapat diterapkan Pemerintah Daerah dan Masyarakat dalam pembangunan penyehatan lingkungan Permukiman Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Wonogiri 2013, SSK Kabupaten Wonogiri 2013 dan Laporan Studi EHRA Kabupaten Wonogiri 2013 II - 57

58 2.3. Profil Sanitasi Saat Ini A. Air Limbah Domestik Prinsip utama tempat pembuangan tinja adalah suatu wadah atau tempat yang mampu menjaga atau mencegah tinja tersebut tidak mencemari air terutama air untuk sumber air minum dan tidak mencemari tanah. Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, seperti diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika. Jamban (baik jamban individual, bersama dan jamban umum) dapat dikatakan sehat apabila jamban tersebut telah memiliki pengolahan / pengumpulan tinja yang dapat Mencegah kontaminasi tinja ke badan air (air sungai, air tanah), Mencegah kontak antara manusia dengan tinja, membuat tinja tidak dapat dihinggapi lalat atau serangga vektor lainnya, serta binatang liar atau binatang peliharaan, mencegah buangan dari menimbulkan bau, serta, konstruksi dudukan dibuat dengan baik dan aman. Dengan demikian, jamban sehat lebih dilihat pada sistem pengolahan dan pengumpulannya daripada konstruksi bangunan atasnya (dinding, atap, tipe kloset). Selama seseorang memiliki jamban dengan kriteria seperti diatas, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut sudah tidak melakukan BABS, walaupun konstruksi dinding terbuat dari bambu atau plastik dan tanpa atap. Permasalahan terkait dengan pengelolaan air limbah domestik, yaitu : a. Faktor Topografi Wilayah Dengan melihat kondisi alam yang ada di Kabupaten Wonogiri, dengan kelerengan yang relatif tinggi dan keberadaan drainase alam maupun buatan yang cukup banyak, dan terbatasnya luasan lahan yang cukup datar sehingga permukiman yang sangat berimpitan antara rumah satu dengan lainnya (baik di perkotaan maupun di perdesaannya) dan ditambah dengan ketersediaan air permukaan yang cukup banyak, sehingga masyarakat sangat mudah mengalirkan limbah pada drainase tersebut dengan biaya yang sangat murah, walaupun tanpa disadari bahwa membuang limbah dengan cara seperti itu akan membawa dampak pada kesehatan lingkungan yang akan berimbas kepada kesehatan masyarakat. II - 58

59 b. Faktor SDM Kesadaran Masyarakat Dengan Kapasitas masyarakat yang masih relatif terbatas maka belum menyadari tentang bahayanya membuang limbah dengan cara yang tidak baik akan berdampak kepada kesehatan. Dan yang terpenting lagi bahwa seolah - olah dengan mengalirkan air limbah ke saluran irigasi maka masalah limbah sudah selesai artinya dalam tataran rumah mungkin bisa dimengerti tetapi dalam kontek lingkungan bisa bisa menimbulkan dampak negatif yang serius. Berdasarkan studi EHRA Tahun 2013, masyarakat yang mempunyai sarana pembuangan air limbah selain tinja sebesar 93.87% sedangkan yang tidak mempunyai sarana tersebut adalah 6.13% dijabarkan sebagai berikut, sebagian besar sudah BAB di jamban pribadi yaitu sebanyak 1730 responden dan 114 responden menyatakan masih ada yang BABS. Berdasarkan Kluster yang memberi pernyataan Prosentase Penduduk yang melakukan BABS dapat dilihat pada Gambar 2.3 dibawah ini. Gambar 2.3 Tempat BAB Anggota Keluarga yang sudah dewasa Kab. Wonogiri Tahun % 1% 1% 1% 0% 2% 1% 0% 93% A. Jamban pribadi B. MCK/WC Umum C. Ke WC helikopter D. Ke sungai/pantai/laut E. Ke kebun/pekarangan F. Ke selokan/parit/got G. Ke lubang galian H. Lainnya, I. Tidak tahu Sumber : Hasil Analisa Data EHRA SKPD Dinas Kesehatan Kab. Wonogiri Tahun 2013 Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa tempat BAB anggota keluarga yang sudah dewasa di jamban pribadi di Kab. Wonogiri sebesar 93 % dari total responden atau 1730 responden. Lokasi BAB di WC umum sebesar 1 % atau 17 responden. Tempat BAB lainnya di sini definisinya adalah nunut atau numpang. Jadi anggota keluarga yang BAB-nya numpang sebesar 1 % atau 29 responden. Anggota II - 59

60 keluarga yang masih BAB sembarangan masih 5 %, terdiri dari BAB di WC helicopter sebesar 1 %, ke sungai/pantai/laut sebesar 1 %, ke kebun/pekarangan sebesar 1 % ke selokan/parit/got sebesar 0,3 % ke lubang galian 2 %. Gambar 2.4 Prosentase Penduduk yang Melakukan BABS dengan Tempat Penyaluran Akhir Tinja di Kabupaten Wonogiri tahun % 0% 0% 0% 5% Tangki septik Pipa sewer 1% Cubluk/lobang tanah Langsung ke drainase Sungai/danau/pantai 73% Kolam/sawah Tidak tahu Sumber : Hasil Analisa Data EHRA SKPD Dinas Kesehatan Kab. Wonogiri Tahun 2013 Dari grafik diatas menunjukkan bahwa tempat penyaluran buangan akhir tinja yang aman sebesar 74 % merupakan jumlah dari tangki septik 73 % atau 1336 responden dengan pipa sewer 1% atau 16 responden. Yang beresiko sebesar 21 % atau 379 dari Cubluk. Sedangkan yang mempunyai resiko tinggi 5 % atau 109 responden jumlah dari langsung ke drainase, sungai / danau / pantai dan kolam / sawah / tidak tahu. Berdasarkan survey EHRA yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa lama bangunan septic tank dibangun diperoleh data 71 responden menyatakan baru membangun septic tank antara 0 12 bulan, 341 responden antara 1 5 tahun, 353 responden antara 5 10 tahun yang lalu, 518 responden menjawab lama bangunan septic tank lebih dari 10 tahun dan yang menyatakan tidak tahu ada 53 responden. II - 60

61 Gambar 2.5 Waktu Pengkosongan Tangki Septik 9% 2% 6% 3% 1% 0-12 bulan yang lalu 1-5 tahun yang lalu Lebih dari 5-10 tahun yang lalu Lebih dari 10 tahun Tidak pernah 79% Tidak tahu Dari grafik diatas menunjukkan bahwa 78.8% tidak pernah melakukan pengkosongan tangki septik, hal ini mengisyaratkan kemungkinan terjadi kebocoran pada tangki septik. Gambar 2.6 Yang Mengkosongan Tangki Septik 42% 31% 6% Layanan sedot tinja Membayar tukang Dikosongkan sendiri Tidak tahu 21% Dari grafik diatas menunjukkan bahwa baru 31% pengkosongan tangki septik dilakukan oleh layanan sedot tinja, 6% penduduk membayar tukang, 21% dikosongkan sendiri dan 42% tidak tahu. II - 61

62 Gambar 2.7 Tempat Pembuangan Lumpur Tinja 17% Sungai, sungai kecil 9% Dikubur di halaman 71% 3% Dikubur di tanah orang lain Tidak tahu Dari grafik diatas 17% lumpur tinja dibuang ke sungai, 9% dikubur di halaman, 3% dikubur di tanah orang lain dan 71% menyatakan tidak tahu. Sampai saat ini Kabupaten Wonogiri belum memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). 1. Sistem dan Infrastruktur Sistem air limbah eksisting yang ada di Kabupaten Wonogiri serta jenis dan jumlah infrastruktur yang telah dibangun disajikan dalam bentuk DSS pada Tabel 2.7. Dari tabel 2.7 dapat diketahui bahwa masih ada pengelolaan air limbah di masyarakat yang tidak baik / mencemari lingkungan, diantaranya pembuangan black water di sungai, WC helicopter, di kolam, selokan dan sebagainya. Selain pengelolaan air limbah yang kurang baik juga ada yang dikelola dengan baik melalui IPAL komunal, tangki septic dan dilakukan penyedotan lumpur tinja. Namun sampai saat ini Kabupaten Wonogiri belum memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), jadi layanan sedot tinja yang ada dibuang ke sungai sehingga menjadikan permasalahan yang amat serius dan menjadi perhatian Pemerintah KAbupaten Wonogiri. II - 62

63 T a b e l 2. 7 D i a g r a m S i s t e m S a n i t a s i A i r L i m b a h D o m e s t i k K a b u p a t e n W o n o g i r i DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI Produk Input (A) User Interface (B) Pengumpulan & Penampungan / Pengolahan Awal (C) Pengangkutan / Pengaliran (D) (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat (E) Daur Ulang dan/atau Pembuangan Akhir GREY WATER Air Mandi Air Mandi Air Cuci Pakaian Air Cuci Pakaian Drainase Lingkungan Air Cuci Dapur Air Cuci Dapur BLACK WATER Tinja Kloset Jongkok Sumur Resapan Sawah Urin Kloset Duduk Tangki Septik Komunal Lumpur Air Penggelontor Cubluk Truk Tinja Sungai Air Pembersih Tangki Septik Individual Tisu Pembersih Kebun S u m b e r : H a s i l a n a li s a P o k j a S a n i t a s i K a b u p a t e n W o n o g i r i B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 63

64 Sistem dan Cakupan Pelayanan Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa pada saat ini sistem pengelolaan limbah secara off-site belum dimiliki oleh Kabupaten Wonogiri. Secara umum masih dikelola oleh masyarakat sendiri dari masing-masing rumah tangga dengan cara yang sangat minim bahkan banyak yang belum dilakukan pengelolaan dengan kaidah-kaidah yang sehat. Dengan melihat kondisi yang demikian maka sejak tahun 2009 Pemerintah kabupaten Wonogiri berupaya untuk mengelola air limbah ini melalui Program SANIMAS (Sanitasi Masyarakat), dimana dalam kegiatan ini adalah membangun Septiktank komunal untuk sekelompok permukiman penduduk diwilayah perkotaan, yang selama ini karena kondisi topografi Wonogiri yang memiliki alur alur sebagai drainase alam sangat banyak sehingga masyarakat dengan mudah membuang limbah ke saluran / alur tersebut. Program SANIMAS ini difasilitasi pendanaan oleh pemerintah. Secara umum Program SANIMAS pada tahun 2009 ini baru mencakup areal yang sangat kecil dari 1 wilayah PKL Kota Wonogiri yaitu yang terdiri dari 1 kelurahan dan 1 wilayah PKP yaitu Kecamayan selogiri 1 Desa selanjutnya di tahun 2010 berganti menjadi Program SLBM (Sanitasi Langsung Berbasis Masyarakat), baru pada tahun 2011 Lokasi septictank komunal yang berada di 6 wilayah Kelurahan PKL Wonogiri dan 2 di wilayah PKP Selogiri. Hingga saat ini sudah terbangun 24 IPAL di wilayah Kabupaten Wonogiri. II - 64

65 T a b e l 2. 8 C a k u p a n L a y a n a n A i r L i m b a h D o m e s t i k S a a t I n i d i K a b u p a t e n W o n o g i r i No Kecamatan Jumlah Penduduk (KK) Tangki Septik Individual On-Site Tangki Septik Komunal ( 10 KK) MCK *** Akses Layak (KK) Tangki Septik Komunal (> 10 KK) IPAL Komunal Off-Site IPAL Kawasan IPAL Kota Akses Dasar (KK) Tangki Septik Individual Belum Aman ** Cubluk BABS (KK) * (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) (xii) (xiii) 1 P r a c i m a n t o r o 2 1, , , , , P a r a n g g u p i t o 6, , G i r i t o n t r o 7, , , G i r i w o y o 1 2, , , B a t u w a r n o 6, , , K a r a n g t e n g a h 6, , , T i r t o m o y o 1 9, , , , N g u n t o r o n a d i 9, , , , B a t u r e t n o 1 4, , , , E r o m o k o 1 4, , , , W u r y a n t o r o 8, , M a n y a r a n 1 1, , , S e l o g i r i 1 5, , , W o n o g i r i 2 6, , , N g a d i r o j o 2 3, , , , S i d o h a r j o 1 3, , , , J a t i r o t o 1 4, , , , K i s m a n t o r o 1 0, , , , B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 65

66 19 P u r w a n t o r o 2 3, , , , B u l u k e r t o 1 0, , , P u h p e l e m 7, , , S l o g o h i m o 1 5, , , , J a t i s r o n o 1 8, , , , J a t i p u r n o 1 3, , , , G i r i m a r t o 1 4, , , Jumlah 343, ,927 46, , , ,618 Sumber : Bappeda Kab. Wonogiri, BPS Kab. Wonogiri Tahun 2014 Keterangan : (*) Yang termasuk BABS = BAB langsung di kebun, kolam, laut, sungai, sawah/lading, dsb (**) Belum Aman = jamban tidak dilengkapi tangki septik sesuai kriteria SNI atau tidak mempunyai tangki septik sama sekali. Cubluk dikategorikan tidak aman bila dibangun diarea dengan kepadatan >50 orang/ha dan jarak terhadap sumber air bersih bukan perpipaan <10 m. (***) MCK = termasuk jamban bersama layak & MCK Komunal D a r i t a b e l d i a t a s m e n u n j u k k a n b a h w a K K a t a u 2, 2 1 % p e n d u d u k K a b u p a t e n W o n o g i r i m a s i h m e l a k u k a n B u a n g A i r B e s a r S e m b a r a n g a n ( B A B S ). P e n g g u n a a n t a n g k i s e p t i k i n d i v i d u a l d i K a b u p a t e n W o n o g i r i s e b e s a r K K a t a u 6 0, 1 7 %, ta n g k i s e p t i k k o m u n a l 1 0 K K y a i t u K K a t a u 1 3, 5 7 % d a n I P A L K o m u n a l s e b a n y a k K K a t a u 0, 3 7 %. J a d i p e n g g u n a a n ta n g k i s e p t i k a m a n d i K a b u p a t e n W o n o g i r i s e b e s a r K K a t a u 7 4, 0 9 %. B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 66

67 Tabel 2.9 Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik No Jenis Satuan Jumlah / Kapasitas Berfungsi Kondisi Tidak Berfungsi Keterangan (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) SPAL Setempat (Sistem On-site) 1 Tangki Septik Komunal ( 10 KK) unit 11,657 11, MCK unit Belum Memiliki 3 Truk Tinja unit Belum Memiliki 4 IPLT : kapasitas m³/hari Belum Memiliki SPAL Terpusat (Sistem Off-site) 1 Tangki Septik Komunal (> 10 KK) unit Belum Memiliki 2 IPAL Komunal Unit IPAL Kawasan Unit Belum Memiliki 4 IPAL Terpusat Skala Kota Unit Belum Memiliki Keterangan IPLT = Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja IPAL = Instalasi Pengolahan Air Limbah Dari tabel diatas menyebutkan bahwa Kabupaten Wonogiri telah memiliki 24 unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan unit tangki saptik komunal (<10KK), namun sampai saat ini Kabupaten Wonogiri belum memiliki truk tinja dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). II - 67

68 KOSONG Peta 2.3 Cakupan Akses dan Sistem Layanan Air Limbah Domestik Per-Kecamatan Sumber : Analisa Pokja Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 II - 68

69 2. Kelembagaan dan Peraturan Sanitasi merupakan sektor yang menjadi tanggung jawab dari berbagai dinas dan instansi. Identifikasi dinas dan instansi terkait dalam pengelolaan sanitasi menjadi sangat penting dalam pelaksanaan tata kelola sanitasi secara menyeluruh. Berdasarkan pemahaman akan Peraturan Bupati, Kabupaten Wonogiri tentang tugas pokok dan fungsi detail setiap Lembaga Teknis, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten / Kota dan kondisi aktual pengelolaan air limbah di kabupaten / kota ini, maka SKPD pengelola air limbah domestik adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Wonogiri. Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Wonogiri ( berdasarkan Perda No 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Daerah Kabupaten Wonogiri ) adalah : Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum, terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, membawahi : 1. Subbagian Perencanaan dan Pelaporan; 2. Subbagian Keuangan; 3. Subbagian Umum dan Kepegawaian. c. Bidang Bina Marga, membawahi : 1. Seksi Bina Teknis; 2. Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan / Jembatan; 3. Seksi Pemeliharaan Jalan / Jembatan. d. Bidang Cipta Karya, membawahi : 1. Seksi Bina Teknis; 2. Seksi Sarana Perkotaan; 3. Seksi Tata Bangunan dan Lingkungan. e. Bidang Permukiman dan Tata Ruang, membawahi : 1. Seksi Bina Teknis; 2. Seksi Permukiman; 3. Seksi Tata Ruang. f. Bidang Kebersihan dan Pertamanan, membawahi : 1. Seksi Kebersihan; 2. Seksi Pertamanan; 3. Seksi Penerangan Jalan dan Reklame. II - 69

70 g. Unit Pelaksana Teknis Pemadam Kebakaran; h. Kelompok Jabatan Fungsional. Bentuk unit pengelola sub sektor air limbah domestik tersebut adalah Bidang Permukiman dan Tata Ruang, membawahi Seksi Bina Teknis, Seksi Permukiman dan Seksi Tata Ruang. Adapun untuk daftar pemangku kepentingan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada tabel Tabel 2.10 Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik FUNGSI PEMANGKU KEPENTINGAN Pem.Kab. Swasta Masy PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan air limbah skala kab / kota DPU Menyusun rancana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian total DPU Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target DPU PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pembangunan awal air limbah domestik DPU Membangun sarana pembuangan awal air limbah domestik (Tangki Septik) DPU Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja) Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor) DPU Membangun sarana IPLT dan atau IPAL DPU PENGELOLAAN Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja Tidak Fungsi Mengelola IPLT dan atau IPAL Belum ada Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air limbah domestik KPPT Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB DPU PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) - Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik - Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kab / kota - Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik - Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah LH / DKK / domestik, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah DPU domestik Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik LH / DKK / DPU Sumber: survei lapangan dan analisis, 2016 II - 70

71 Dari tabel 2.10 di atas, dapat terlihat Sub fungsi pengelolaan air limbah domestik yang belum ditangani oleh stakeholder manapun di kabupaten Wonogiri, yaitu terkait dengan fungsi pembinaan dan pengaturan dengan sub fungsi Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) dan Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik. Hal tersebut tentunya menjadi tantangan Pemerintah Kabupaten Wonogiri untuk mengakomodasi fungsi tersebut di masa mendatang. Selain itu, terlihat pula sub fungsi pengelolaan air limbah domestik dimana pihak swasta sudah mulai terlibat untuk mengelola yaitu terkait fungsi pengadaan prasarana dengan sub fungsi berupa Menyediakan sarana pembangunan awal air limbah domestik dan Membangun sarana pembuangan awal air limbah domestik (Tangki Septik). Adanya keterlibatan swasta tentunya cukup membantu Pemerintah yang notabene memiliki keterbatasan anggaran. Dengan demikian, pada masa mendatang perlu digalakkan adanya pola kemitraan Pemerintah dan swasta yang djuga didukung masyarakat untuk penanganan sanitasi. Disamping itu diperlukan perangkat kebijakan dalam pengelolaan sanitasi, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka acuan dalam pelaksanaan oleh SKPD atau pemangku kepentingan, dalam kaitannya dengan hal tersebut di Kabupaten Wonogiri masih dirasa kurang dalam hal kebijakan yang terkait dengan sanitasi utamanya air limbah, oleh karena itu kedepan masih diperlukan kebijakan yang mengatur tentang air limbah dengan secara terinci dan jelas. Kerangka kebijakan/peraturan terkait sanitasi air limbah di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat dalam tabel 2.11 dibawah ini. Tabel 2.11 Peta Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Wonogiri Peraturan Target capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik di di Kabupaten ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestik Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam memberdayakan Ketersediaan Ada (sebutkan) Ada (RPJMD) Tidak Ada Tidak Ada Tidak ada PEMANGKU KEPENTINGAN Belum Efektif Dilaksan akan Efektif Dilaksan akan V Tidak Efektif Dilaksan akan Ketera ngan II - 71

72 Peraturan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan air limbah domestik Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di hunian rumah Kewajiban dan sanksi bagi industi rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha Kewajiban penyedotan air limbah domestik untuk masyarakat, industri rumah tangga dan kantor pemilik tangki septik Retribusi penyedotan air limbah domestik Tata cara perizinan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestik bagi kegiatan pemukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran Ketersediaan Ada (sebutkan) Ada (Perda Bang. Gedung) Ada (Perda Lingkungan) Tidak Ada Ada (SK Bupati Wonogiri) Ada (IMB) Sumber: survei lapangan dan analisis, 2016 Tidak ada PEMANGKU KEPENTINGAN Belum Efektif Dilaksan akan Efektif Dilaksan akan V V V V Tidak Efektif Dilaksan akan Ketera ngan Perda Berdasarkan tabel 2.11 di atas, ditemukan hanya ada 2 (dua) isian tabel yang menyatakan bahwa Peraturan terkait air limbah domestik yang sudah ada dan dilaksanakan secara efektif. Sebagian besar peraturan terkait limbah domestik yang sudah ada, namun belum berlaku atau tidak berlaku secara efektif. Contohnya Target capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik, Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di hunian rumah, Kewajiban dan sanksi bagi industi rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha. Hal tersebut sudah di atur, namun belum menyentuh pada aspek penegakan peraturan ini. Semuanya masih dibiarkan. Tentunya ini juga menjadi tantangan Pemerintah dengan dukungan swasta dan masyarakat dalam upaya penegakan peraturan dan pencapaian target peraturan yang ada., Lebih jelasnya adalah sebagai berikut : A. Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomer 1 tahun 2012 retribusi jasa umum di Kabupaten Wonogiri Jenis retribusi Pada Bab II menurut pasal 2, retribusi jasa umum dalam peraturan daerah ini terdiri atas : a. Retribusi pelayanan kesehatan; II - 72

73 b. Retribusi pelayanan persampahan / kebersihan; c. Retribusi penggantian biaya cetak KTP dan akta catatan sipil; d. Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum; e. Retribusi pelayanan pasar; f. Retribusi pengujian kendaraan bermotor; g. Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran; h. Retribusi penggantian biaya cetak peta ; i. Retribusi pengolahan limbah cair; j. Retribusi pelayanan tera / tera ulang Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomer 1 tahun 2012 pada Bab XI menyangkut Retribusi Pengolahan Limbah Cair Bagian Kesatu Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Retribusi dinyatakan Pasal 63 Dengan nama Retribusi Pengolahan Limbah Cair dipungut retribusi atas pelayanan pengolahan limbah cair rumah tangga, perkantoran dan industri. Kemudian pada Pasal 64 menyatakan : Objek Retribusi Pengolahan Limbah Cair adalah pelayanan pengolahan limbah cair rumah tangga, perkantoran dan industri yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola secara khusus oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk instalasi pengolahan limbah cair. Pasal 65 isinyan adalah diikecualikan dari obyek Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 adalah pelayanan pengolahan limbah cair yang disediakan, dimiliki dan / atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, pihak swasta dan pembuangan limbah cair secara langsung ke sungai, drainase dan / atau sarana pembuangan lainnya. Kemudian pada Pasal 66, berisi : 1) Subjek Retribusi Pengolahan Limbah Cair adalah adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh pelayanan pengolahan limbah. 2) Wajib Retribusi Pengolahan Limbah Cair adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang - undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi pengolahan limbah cair. Dilanjutkan pada Pasal 67 isinya adalah menyangkut Retribusi Pengolahan Limbah Cair sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 adalah golongan Retribusi Jasa Umum. II - 73

74 B. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Retribusi Perizinan Tertentu Di Kabupaten Wonogiri Pasal 2 mengenai jenis Retribusi Perizinan Tertentu terdiri atas : 1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan; 2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol; 3) Retribusi Izin Gangguan; 4) Retribusi Izin Trayek; dan 5) Retribusi Izin Usaha Perikanan. Besarnya Tarif Retribusi Pasal 70 Besarnya tarif Pelayanan Pengolahan Limbah Cair adalah sebesar Rp ,00 ( sepuluh ribu rupiah ) / tahun. Peraturan terkait air limbah domestik yang belum ada di kabupaten ini: 1. Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestik 2. Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan air limbah domestik 3. Kewajiban penyedotan air limbah domestik untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septik Hal itu dapat dijadikan bahan evaluasi, bahwa selama ini peraturan yang dibuat selain Perda tata ruang, hanya memuat ketentuan sanksi bagi pelanggar dari unsur masyarakat, belum melibatkan unsur pemerintah sebagai pelayan masyarakat untuk dikenai sanksi pula jika tidak memenuhi kewajibannya. Berbeda halnya dengan Peraturan terkait tata ruang yang sudah mengamanatkan adanya ketentuan sanksi yang dapat menjerat dua sisi baik itu pelanggar tata ruang dari unsur masyarakat / swasta maupun dari pejabat pemerintah yang memberikan izin yang tidak sesuai dengan tata ruang. Kedepannya, jika model peraturan yang ada mengakomodasi hal tersebut, tentunya dapat meningkatkan supremasi hukum peraturan yang ada. II - 74

75 B. Persampahan Berdasarkan hasil studi EHRA Tahun 2013, pengelolaan sampah rumah tangga di Kabupaten Wonogiri secara berurutan adalah 81% dibakar, dikumpulkan dan dibuang ke TPS 7%, dibuang dalam lubang tapi tidak ditutup dengan tanah 4%, dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang 3%, dibuang dalam lubang dan ditutup dengan tanah 2%, dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk 2% dan dibuang ke sungai 1%. Gambar 2.8 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 1% 0% 2% 0% Dikumpulkan oleh kolektor informal yang 2% mendaur ulang 3% 4% 7% Dikumpulkan dan dibuang ke TPS Dibakar Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah Dibuang ke sungai/kali/laut/danau Dibiarkan saja sampai membusuk 81% Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk Lain-lain Berdasarkan hasil studi EHRA Tahun 2013, upaya pemilahan sampah rumah tangga Kabupaten Wonogiri adalah 38% telah dipilah dan 62% masih tidak dipilah. Dari hasil studi diatas diperlukan upaya sosialisasi dan perubahan perilaku masyarakat agar memilah sampah dari rumah tangga. Gambar 2.9 Pemilahan Sampah Rumah Tangga 38% 62% Dipilah Tidak II - 75

76 Hasil studi EHRA Tahun 2013 menyebutkan bahwa pengangkutan sampah rumah tangga yang dilakukan tiap hari sebesar 29%, beberapa kali dalam seminggu 17% dan 37% tidak pernah diangkut. Gambar 2.10 Pengangkutan Sampah Rumah Tangga 15% Tiap hari 29% Beberapa kali dalam seminggu Beberapa kali dalam sebulan 37% 17% Tidak pernah Tidak tahu 2% Pengangkutan sampah rumah tangga yang ada 44% dilakukan tepat waktu dan 2% sering terlambat serta 54% menyatakan tidak tahu. Gambar 2.11 Ketepatan Waktu Pengangkutan Sampah Rumah Tangga 54% 44% Tepat waktu Sering terlambat Tidak tahu 2% 1. Sistem dan Infrastruktur Sistem persampahan eksisting yang ada di Kabupaten Wonogiri serta jenis dan jumlah infrastruktur yang telah dibangun disajikan dalam diagram sistem sanitasi (DSS) pada Tabel 2.31 II - 76

77 T a b e l D i a g r a m S i s t e m S a n i t a s i P e n g e l o l a a n P e r s a m p a h a n DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KABUPATEN WONOGIRI Produk Input (A) User Interface (B) Pengumpulan Setempat (C) Penampungan Sementara (TPS) (D) Pengangkutan (E) (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat (F) Daur Ulang / Pembuangan Akhir Rumah Tangga Sungai Sampah An Organik Sampah Pasar Bank Sampah Komunal Dump Truck Sampah di Jalan Daur Ulang 3R di TPA IPAL Lindi Gerobak Sampah Transfer Depo Sampah di Taman Sampah Organik Rumah Sakit Non B3 Kontainer Sampah Armroll Truck TPS TPA Sampah ditimbun Sampah dibakar Pick Up S u m b e r : H a s i l a n a li s a P o k j a S a n i t a s i K a b u p a t e n W o n o g i r i B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 77

78 Sistem dan Cakupan Pelayanan Sistem pengelolaan sampah yang sudah dilaksanakan Dinas Pekerjaan Umum selama ini di antaranya terwujud dalam kegiatan berikut: 1. Mengangkut sampah rumah tangga / perumahan, RT / RW dari TPS yang telah terkumpul, yang telah diangkut petugas sampah dari desa dan kelurahan setempat. 2. Mengangkut sampah dari pasar yang telah dikumpulkan oleh petugas pasar 3. Mengangkut sampah dari ruas jalan dan guguran daun yang dikumpulkan oleh penyapu jalan 4. Mengangkut sampah dari saluran yang dikumpulkan oleh petugas olorolor 5. Mengangkut sampah kotoran kuda yang tercecer di jalan yang dikumpulkan oleh penyapu jalan. Cakupan pelayanan masih terbatas di wilayah perkotaan Wonogiri dan beberapa lokasi di luar kota yang diambil secara insidental. Sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Wonogiri saat ini yang dilakukan seksi kebersihan Bidang PKP DPU Kab. Wonogiri rata - rata baru dapat menangani sampah. 1. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ngadirojo, TPA yang sebagian besar untuk penanganan sampah dari Kota Kabupaten Wonogiri berada di Desa Kerjo Kidul Kecamatan Ngadirojo yang mempunyai jarak + 11 km dari Pusat Kota Wonogiri. Lokasi TPA ini berada pada jarak 500 meter dari pemukiman penduduk dan 2 km dari badan air / sungai serta memiliki luas lahan 8,6 Ha. TPA ini terletak pada TPA Ngadirojo merupakan TPA terbesar di Kabupaten Wonogiri dengan volume sampah mencapai 185 ton/hari atau hampir 50 truk per harinya suatu kawasan lembah di Kecamatan Ngadirojo yang berupa lembah atau jurang dengan memiliki kedalaman 5m dan mulai beroperasi mulai tahun Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pekerjuaan Umum Kabupaten Wonogiri, dengan menggunakan sistem Penampungan dan Controlled Landfill TPA ini direncanakan mempunyai masa umur pakai selama 15 tahun. Jumlah Personil dan armadany adalah sebagai berikut: II - 78

79 Buldozzer : 1 Unit (1 Petugas Operator) Truk sampah : 9 Unit (43 orang Petugas Sopir dan angkut) Gerobak Motor : 5 Unit (7 orang Petugas) Gerobak angkut kecil : 1 Unit (2 orang Komposter) Petugas Penyapu Jalan : 22 orang Petugas Pengawas TPA : 1 orang Petugas Kebersihan TPA : 4 orang Petugas Semprot : 1 orang Penjaga Malam : 1 orang 2. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Baturetno Sistimmya Penampungan dan Controlled Landfill dengan Perikiraan Volume Produksi Sampah di Kecamatan Baturetno dan sekitarnya sebesar 24 m 3 /Hari. Sedangkan kapasitas yang bisa terangkut 16 m 3 /Hari dengan kemampuan armada angkutnya ada 1 Truk sampah, 1 gerobak Motor dan Gerobak angkut kecil. Jumlah Personil dan armadanya adalah sebagai berikut: Truk sampah : 1 Unit (13 orang Petugas Sopir dan angkut) Gerobak Motor : 1 Unit (4 orang Petugas) Petugas Pengawas : 1 orang 3. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Purwantoro Sistimmya Penampungan dan Controlled Landfill dengan Perikiraan Volume Produksi Sampah di Kecamatan Purwantoro dan sekitarnya sebesar 27 m 3 /Hari. Sedangkan kapasitas yang bisa terangkut 20 m 3 /Hari dengan kemampuan armada angkutnya ada 1 Truk sampah, 1 gerobak Motor dan Gerobak angkut kecil Jumlah Personil dan armadanya adalah sebagai berikut: Truk sampah : 1 Unit (10 orang Petugas Sopir dan angkut) II - 79

80 4. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Slogohimo Sistimmya Penampungan dan Controlled Landfill dengan Perkiraan Volume Produksi Sampah di Kecamatan Slogohimo dan sekitarnya sebesar 6 m 3 /Hari. Sedangkan kapasitas yang bisa terangkut 5 m 3 /Hari dengan kemampuan armada angkutnya ada 1 Truk sampah, 1 gerobak Motor dan1 Gerobak angkut kecil. Jumlah Personil dan armadanya adalah sebagai berikut: Truk sampah : 1 Unit (6 orang Petugas Sopir dan angkut) 5. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pracimantoro Sistimmya Penampungan dan Controlled Landfill dengan Perkiraan Volume Produksi Sampah di Kecamatan Slogohimo dan sekitarnya sebesar 16 m 3 /Hari. Sedangkan kapasitas yang bisa terangkut 13 m 3 /Hari dengan kemampuan armada angkutnya ada 1 Truk sampah, 1 gerobak Motor dan1 Gerobak angkut kecil. Jumlah Personil dan armadanya adalah sebagai berikut: Truk sampah : 1 Unit (10 orang Petugas Sopir dan angkut) Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Wonogiri melalui Sub Bidang Kebersihan dan Pertamanan juga menyediakan Petugas Kebersihan di Kecamatan Bulukerto (3 Orang Penyapu), Kecamatan Jatisrono (1 Unit Truk 4 orang dan 4 Orang Penyapu), Kecamatan Sidoharjo ( 2 orang Penyapu), Kecamatan Eromoko (2 orang penyapu) dan Kecamatan Wuryantoro (2 orang penyapu). Dari hasil perhitungan tahun 2009 studi Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) kawasan Perkotaan, perkiraan produksi sampah yang dilakukan dengan asumsi (standar) sebagai berikut: a. Produksi sampah rumah tangga 1 1,5 Lt/org/hr rata-rata 1,25 Lt/org/hr atau 0,00125 m3/org/hr) b. Produksi sampah komersial 20 % dari total sampah rumah tangga (domestik) c. Produksi sampah lain-lain 5 % dari total sampah rumah tangga (domestik) II - 80

81 Dengan menggunakan dasar perhitungan diatas, maka diketahui timbulan sampah di Kabupaten Wonogiri keseluruhan mencapai m3/hari, sementara sampah terangkat saat ini adalah 184,5 m3/hari, sehingga diketahui layanan baru mencapai 15 % pada tahun Sedangkan sisanya 85% banyak yang dibuang langsung oleh masyarakat di lereng - lereng sungai dan sekitar saluran, badan sungai. Adapula yang dibakar, ditimbun, dan atau dilakukan pemilahan dan pengelolaan terlebih dahulu. II - 81

82 T a b e l T a b e l T i m b u l a n S a m p a h p e r K e c a m a t a n No N a m a K e c a m a t a n J u m l a h P e n d u d u k ( J i w a ) T i m b u l a n S a m p a h S a m p a h D i k e l o l a S a m p a h T e r p r o s e s S a m p a h T e r a n g k u t k e S a m p a h T i d a k T o t a l M a n d i ri d i S u m b e r 3R T P A T e r p r o s e s % ( m ³ / h a r i ) % ( m ³ / h a r i ) % ( m ³ / h a r i ) % ( m ³ / h a r i ) % ( m ³ / h a r i ) 1 P r a c i m a n t o r o 5 9, P a r a n g g u p i t o 1 6, G i r i t o n t r o 1 9, G i r i w o y o 3 6, B a t u w a r n o 1 7, K a r a n g t e n g a h 2 2, T i r t o m o y o 4 9, N g u n t o r o n a d i 2 2, B a t u r e t n o 4 4, E r o m o k o 4 1, W u r y a n t o r o 2 5, M a n y a r a n 3 4, S e l o g i r i 5 8, W o n o g i r i 7 8, N g a d i r o j o 5 3, S i d o h a r j o 4 0, J a t i r o t o 3 6, K i s m a n t o r o 3 5, P u r w a n t o r o 4 8, B u l u k e r t o 2 9, B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 82

83 21 P u h p e l e m 1 9, S l o g o h i m o 4 5, J a t i s r o n o 7 0, J a t i p u r n o 3 1, G i r i m a r t o 3 8, T a b e l K o n d i s i P r a s a r a n a d a n S a r a n a P e r s a m p a h a n N o. J e n i s P r a s a r a n a / S a r a n a S a t u a n J u m l a h K a p a s i t a s R i t a s i / h a r i B a i k K o n d i s i R u s a k R i n g a n R u s a k B e r a t K e t e r a n g a n (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) 1 P e n g u m p u l a n S e t e m p a t - G e r o b a k s a m p a h U n i t m ³ P e n g a n g k u t a n s a m p a h d a r i s u m b e r s a m p a h & h a s i l s a p u a n d i j a l a n - M o t o r S a m p a h U n i t m ³ K e n d a r a a n O p e r a s i o n a l P e n g a n g k u t S a m p a h - P i c k u p s a m p a h U n i t m ³ K e n d a r a a n O p e r a s i o n a l P e n g a n g k u t S a m p a h 2 T e m p a t P e n a m p u n g a n S e m e n t a r a - B a k B i a s a U n i t 68 5 m x 3 m T e m p a t P e n a m p u n g a n S a m p a h - K o n t a i n e r U n i t m ³ T e m p a t P e n a m p u n g a n S a m p a h M o b i l e - T r a n s f e r d e p o U n i t 1 9, 5 m x 5, 5 m B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 83

84 - S P A ( S t a s i u n P e r a l i h a n A n t a r a ) U n i t P e n g a n g k u t a n - D u m p t r u c k U n i t K e n d a r a a n O p e r a s i o n a l P e n g a n g k u t S a m p a h - A r m R o l l T r u c k U n i t K e n d a r a a n O p e r a s i o n a l P e n g a n g k u t S a m p a h - C o m p a c t o r T r u c k U n i t P e n g o l a h a n S a m p a h - T P S 3 R U n i t I T F U n i t B a n k S a m p a h U n i t 11 6, 3 2 t o n / b l n K o m p o s ( s a m p a h o r g a n i k ), K e r a j i n a n t a n g a n, b u n g a, t a s, k e r a n j a n g r o t a n, h i a s a n b u n g a p l a s t i k ( a n o r g a n i k ) - I n c e n e r a t o r U n i t T P A / T P A R e g i o n a l U n i t 5 L a h a n U r u g S a n i t e r L a h a n U r u g T e r k e n d a l i P e n i m b u n a n T e r b u k a - L u a s T o t a l L a h a n T P A Ha H a L u a s S e l L a n d f i ll Ha D a y a T a m p u n g T P A ( m ³ / h a r i ) A l a t B e r a t - B u l l d o z e r U n i t M e r a t a k a n s a m p a h d i T P A - E x c a v a t o r / b a c k h o e U n i t P e n g u r u g a n t a n a h s a m p a h d i T P A - T r u k T a n a h U n i t - B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 84

85 7 I P L ( I n s t a l a s i P e n g o l a h L i n d i ) U n i t H a s i l p e m e r i k s a a n l a b o r a t o r i u m ( B O D d a n C O D ) - E f l u e n d i I n l e t - E f l u e n d i O u t l e t m g / l B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 85

86 Peta 2.4 Peta cakupan akses dan sistem layanan persampahan Sumber : Analisa Pokja Sanitasi Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 II - 86

87 Peta 2.5 Peta Lokasi Infrastruktur Utama Pengelolaan Persampahan II - 87

88 2. Kelembagaan dan Peraturan Berdasarkan pemahaman akan Peraturan Bupati Wonogiri tentang tugas pokok dan fungsi detail setiap Lembaga Teknis, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten dan kondisi aktual pengelolaan sampah di Kabupaten Wonogiri, maka unit SKPD pengelola sampah adalah DPU Kabupaten Wonogiri Bidang Kebersihan dan Pertamanan Seksi Kebersihan. Jadi, unit pengelola sampahnya adalah berbentuk Seksi. Tabel 2.15 Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan FUNGSI PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan sampah skala Kabupaten Menyusun rancana program persampahan dalam rangka pencapaian total Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS) Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Membangun sarana TPA Menyediakan sarana komposting PENGELOLAAN (dalam wilayah RIK) Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS Mengelola sampah di TPS PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Swasta Masyarakat Kabupaten DPU / KLH DPU / KLH DPU / KLH DPU / KLH DPU DPU DPU DPU DPU DPU Mengangkut sampah dari TPS ke TPA DPU DPU Masyarakat Mengelola TPA DPU Melakukan pemilahan sampah* DPU Masyarakat Melakukan penarikan retrubusi sampah DPU Melakukan izin usaha pengelolaan sampah KPPT PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, DPU personil, peralatan, dll) Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan DPU /KLH sampah Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan Bappeda sampah skala Kabupaten Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur Bappeda sarana pengelolaan persampahan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan Bappeda persampahan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan Sumber : Data DPU dan KLH Kabupaten Wonogiri II - 88

89 Sub fungsi pengelolaan sampah mana yang belum ditangani oleh stakeholder manapun di kabupaten yaitu Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah. Selama ini meski sudah ada peraturan tentang pelanggaran sampah, namun tidak ada upaya penegakan hukum. Sub fungsi pengelolaan sampah mana yang sudah dikelola masyarakat secara mandiri, yaitu: a. Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS) b. Melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik. Hanya saja kendalanya, khususnya dalam hal pemilahan sampah yang sudah dilakukan masyarakat terkesan sia-sia, karena begitu diangkut ke dalam armada sampah akhirnya menjadi satu bagian. Hal ini karena belum adanya armada yang dapat memisahkan sampah organik dan anorganik. Sub fungsi pengelolaan sampah mana yang pihak swasta sudah mulai terlibat untuk mengelola a. Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah b. Menyediakan sarana komposting c. Mengangkut sampah dari TPS ke TPA Keterlibatan swasta ini merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat / corporate social responsibility (CSR). Dalam hal subfungsi mengangkut sampah dari TPS ke TPA, bantuan swasta berupa armada truk pengangkutan sampah yang berlabel perusahaan. Tabel 2.16 Peta Peraturan Persampahan Kabupaten Wonogiri Peraturan Target capaian pelayanan pengelolaan persampahan di Kabupaten ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintahan Kabupaten dalam menyediakan layanan pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dan bahan usaha dalam pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah di hunian rumah, dan membuang ke TPS Ketersediaan Ada (sebutkan) Ada Ada Ada Ada Tidak ada Efektif Dilaksa nakan Pelaksanaan Belum Tidak Efektif Efektif Dilaksa Dilaksana nakan kan Keterang an II - 89

90 Kewajiban dan sanksi bagi kantor / unit usaha di kawasan komersial / fasilitas sosial / fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat Ada sampah dan membuang ke TPS Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke Ada TPA Kerjasama pemerintah Kabupaten dengan swasta atau pihak lain dalam pengelolaan sampah Ada Retribusi sampah atau kebersihan Ada Sumber : Data DPU dan KLH Kabupaten Wonogiri Dari tabel 3.16 di atas, peta peraturan persampahan di atas, tampaknya di Kabupaten Wonogiri sudah memenuhi ketersediaan peraturan persampahan. 1) Perda Nomer 5 tahun 1986 tentang himbauan untuk tidak membuang sampah sembarangan 2) Perda Nomer 7 tahun 2008 tentang retribusi pelayanan persampahan / kebersihan 3) Peraturan daerah kabupaten wonogiri nomor 1 tahun 2012 retribusi jasa umum di kabupaten wonogiri. Jenis retribusi menurut pasal 2, retribusi jasa umum dalam peraturan daerah ini terdiri atas : a. Retribusi pelayanan kesehatan; b. Retribusi pelayanan persampahan / kebersihan; c. Retribusi penggantian biaya cetak KTP dan Akta catatan sipil; d. Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum; e. Retribusi pelayanan pasar; f. Retribusi pengujian kendaraan bermotor; g. Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran; h. Retribusi penggantian biaya cetak peta ; i. Retribusi pengolahan limbah cair; j. Retribusi pelayanan tera / tera ulang ; Meksipun sudah ada, namun pelaksanaannya ada yang belum efektif. Peraturan terkait persampahan yang sudah ada, namun belum berlaku atau tidak berlaku secara efektif, diantaranya: a. Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintahan Kabupaten dalam menyediakan layanan pengelolaan sampah II - 90

91 b. Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dan bahan usaha dalam pengelolaan sampah Peraturan terkait persampahan yang sudah ada, dan dilaksanakan secara efektif. a. Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah di hunian rumah, dan membuang ke TPS b. Kewajiban dan sanksi bagi kantor / unit usaha di kawasan komersial / fasilitas social / fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyadiakan tempat sampah dan membuang ke TPS c. Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA d. Retribusi sampah atau kebersihan Nomer 1 tahun 2012 retribusi jasa umum di kabupaten Wonogiri Pasal 13 1) Objek Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 adalah pelayanan persampahan / kebersihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, meliputi: Pengambilan / pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi pembuangan sementara; pengangkutan sampah dari sumbernya dan / atau lokasi pembuangan sementara ke lokasi pembuangan / pembuangan akhir sampah; dan penyediaan lokasi pembuangan / pemusnahan akhir sampah. 2) Dikecualikan dari objek Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan kebersihan jalan umum, taman, tempat ibadah, social dan tempat umum lainnya. Pasal 14 1) Subjek Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan adalah orang pribadi atau badan yang menghasilkan sampah dan memperoleh pelayanan pengelolaan persampahan dan kebersihan oleh Pemerintah Daerah, baik yang berada di wilayah perkantoran kecamatan maupun yang berada di luar wilayah perkotaan kecamatan. II - 91

92 2) Wajib Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan adalah kepala keluarga atau Badan yang menghasilkan sampah dan memperoleh pelayanan pengelolaan persampahan / kebersihan C. Drainase Perkotaan Berdasarkan studi EHRA Tahun 2013 menyebutkan bahwa 75,5% responden menyatakan mempunyai drainase lingkungan dan 24,5% tidak mempunyai sarana drainase lingkungan di sekitar rumah. Gambar 2.12 Kepemilikan Sarana Drainase Lingkungan di Sekitar Rumah 75,5 24,5 Mempunyai Tidak mempunyai Gambar 2.13 Prosentase Rumah Tangga Yang Mengalami Banjir Rutin di Kabupaten Wonogiri Per-Klaster Tahun 2013 Ya Tidak ,5 73,9 66,7 43,5 26,1 33,3 0 Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Kluster 4 II - 92

93 Di Klaster 2 ada 43.5% Responden yang menyatakan mengalami banjir yang melanda rumah mereka diikuti lauster 4 33,3% yang mengalami banjir di rumah mereka dan klaster 3 menyatakan responen sebesar 26,1%. Akan tetapi realita yang sebenarnya terwakili di klaster 1 yang menyatakan sama sekali tidak mengalami banjir di rumah mereka. Hal ini di perkuat dengan kenyataan dari Kantor Kesbang polimas bahwasanya data yang ada pada kantor tersebut hanya menyatakan resiko lingkungan terkena banjir bukan pada daerah yang mengalami banjir selama kurun waktu 10 Tahun belakangan ini. Gambar 2.14 Prosentase Rumah Tangga Yang Mengalami Banjir Rutin di Kabupaten Wonogiri Tahun % 1% 0% 1% Tidak pernah Sekali dalam setahun Beberapa kali dalam 97% Sekali atau beberapa dalam sebulan Tidak tahu Dari gambar diatas sesuai dengan hasil studi EHRA Tahun 2013, menyebutkan bahwa di Kabupaten Wonogiri 97% tidak pernah mengalami banjir. Subsektor sanitasi selanjutanya yaitu drainase lingkungan. Pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya yang menimbulkan tekanan terhadap ruang / lahan yang selanjutnya menjadikan kawasan terbangun. Hal itu menjadikan koefisienn aliran (run of) bertambah besar, air hujan maupun buangan tidak lagi mudah diserap ke dalam tanah, padahal kapasitas saluran drainase eksisting sudah tidak memadai, ditambah dngan pola masyarakat yang membuang sampah ke saluran ini menyebabkan hambatan aliran dan daya tampung menjadi berkurang. II - 93

94 1. Sistem dan Infrastruktur Kondisi riil drainase lingkungan di Kabupaten Wonogiri lainnya ditandai dengan permasalahan seperti tidak memadainya daya tampung saluran sehingga air buangan meluber ke kanan kiri saluran yang mengakibatkan genangan. Saluran drainase yang berada di dalam rumah warga menyulitkan pemeliharaan. Adanya pengendapan material di saluran juga menyebabkan permasalahan meluapnya air saluran di musim hujan. Bercampurnya saluran drainase lingkungan dengan air buangan limbah rumah tangga dan industri pemotongan ayam yang menimbulkan bau tidak sedap. Bercampurnya saluran drainase perkotaan / lingkungan dengan saluran irigasi yang tentunya dapat mengganggu kesuburan tanaman di daerah irigasi. Pengelolaan drainase lingkungan masih terbatas oleh pihak pemerintah saja. Upaya partisipasi masyarakat masih tergolong rendah. Demikian halnya untuk partisipasi swasta pun belum ada untuk sub sektor drainase lingkungan ini. Kabupaten Wonogiri telah memiliki Master Plan Sistem Drainase tahun Sistem dan Cakupan Pelayanan Sistem drainase di wilayah Kabupaten Wonogiri sebagian besar berupa saluran terbuka, meski ada sebagian pula yang menggunakan saluran tertutup. Hirarki saluran yang ada yaitu saluran lingkungan yang berukuran cm kemudian ditampung / dialirkan ke saluran sekunder yang berukuran cm dan dibuang langsung ke saluran primer (sungai). Sungai utama yang ada di Kabupaten Wonogiri berada pada 5 (lima) daerah aliran Sungai termasuk kedalam Kawasan strategis dari sudut penyelamatan lingkungan hidup meliputi: 1) Sub DAS Keduang meliputi: 1. Kecamatan Slogohimo; 2. Kecamatan Jatipurno; 3. Kecamatan Jatisrono; 4. Kecamatan Jatiroto; 5. Kecamatan Girimarto; 6. Kecamatan Sidoharjo;7. Kecamatan Ngadirojo; 8. Kecamatan Nguntoronadi; dan 9. Kecamatan Wonogiri. 2) Sub DAS Wuryantoro meliputi: 1. Kecamatan Wuryantoro; dan 2. Kecamatan Manyaran. 3) Sub DAS Wiroko meliputi: 1. Kecamatan Tirtomoyo; 2. Kecamatan Nguntoronadi; 3. Kecamatan Batuwarno; 4. Kecamatan Baturetno; dan 5. Kecamatan Jatiroto. II - 94

95 4) Sub DAS Temon meliputi: 1. Kecamatan Batuwarno; dan 2. Kecamatan Baturetno. 5) Sub DAS Alang Ngunggahan meliputi: 1. Kecamatan Pracimantoro; 2. Kecamatan Eromoko; 3. Kecamatan Giritontro; dan 4. Kecamatan Giriwoyo. f. Sub DAS Solo Hulu meliputi: 1. Kecamatan Karangtengah; 2. Kecamatan Giriwoyo; 3. Kecamatan Batuwarno; 4. Kecamatan Giritontro; dan 5. Kecamatan Baturetno. Saluran drainase yang dikelola pemerintah lebih banyak mencakup lingkungan permukiman di perkotaan saja. Hal ini juga yang menjadikan tantangan ke depan bagi Pemerintah Kabupaten untuk memperluas layanan. Selama ini, untuk yang diluar wilayah perkotaan, saluran drainasenya banyak yang menjadi satu dengan saluran irigasi, ataupun selokan alami yang kemudian teralirkan ke sungai besar. Padatnya permukiman dan semakin banyaknya lahan yang tertutup bangunan maka menyebabkan koefisien aliran dan aliran permukaan (runoff) semakin besar. Hal itu perlu diwaspadai untuk mengatasi banyaknya genangan yang terjadi. Menurut data yang panjang drainase yang teah dibangun Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Wonogiri Pada setiap tahunnya Tahun 2010: ,80 m : angka kerusakan yangn timbul m (5,71%) Tahun 2011: ,30 m : angka kerusakan yangn timbul m (10,39%) Tahun 2012: ,80 m : angka kerusakan yangn timbul m (12,32%). Dengan angka pertumbuhan prasarana drainase yang dibangun di Kabupaten Wonogiri mencapai sebesar 14,95% II - 95

96 T a b e l 2.17 L o k a s i G e n a n g a n d a n P e r k i r a a n L u a s G e n a n g a n W i l a y a h G e n a n g a n I n f r a s t r u k t u r N o. L o k a s i G e n a n g a n L u a s K e t i n g g i a n L a m a F r e k u e n s i ( H a ) ( m ) (j a m / h a r i ) ( k a l i / t a h u n ) P e n y e b a b J e n i s K e t e r a n g a n S u m b e r : A n a l i s a P o k j a S a n i t a s i K a b u p a t e n W o n o g i r i T a h u n B e r d a s a r k a n d a t a d a r i D i n a s P e k e r j a a n U m u m K a b u p a t e n W o n o g i r i m e n y a t a k a n b a h w a d i w i l a y a h K a b u p a t e n W o n o g i r i ti d a k a d a l o k a s i g e n a n g a n. T a b e l K o n d i s i s a r a n a d a n p r a s a r a n a d r a i n a s e p e r k o t a a n d i K a b u p a t e n W o n o g i r i No J e n i s P r a s a r a n a / S a r a n a S a t u a n J e n i s P e n a m p a n g S a l u r a n * D i m e n s i K o n d i s i F r e k u e n s i P e m e l i h a r a a n B * * H * * * B e r f u n g s i T i d a k B e r f u n g s i ( k a l i / t a h u n ) 1 - S a l u r a n P r i m e r A - S a l u r a n S e k u n d e r A 1 - S a l u r a n S e k u n d e r A 2 - S a l u r a n T e r s i e r A1 B a n g u n a n B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 96

97 P e l e n g k a p - R u m a h P o m p a - P i n t u A i r - K o l a m R e t e n s i - T r a s h r a c k / s a r i n g a n s a m p a h 2 - S a l u r a n P r i m e r B - S a l u r a n S e k u n d e r B 1 - S a l u r a n T e r s i e r B1 B a n g u n a n P e l e n g k a p - R u m a h P o m p a - P i n t u A i r - K o l a m R e t e n s i - T r a s h r a c k / s a r i n g a n s a m p a h Keterangan : *Bentuk penampang saluran: segi empat atau trapezium **B: lebar dasar saluran ***H: tinggi saluran B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 97

98 P e t a 2. 6 P e t a J a r i n g a n D r a i n a s e L i n g k u n g a n K a b u p a t e n W o n o g i r i ( A t a u P e t a Z o n e D r a i n a s e ) B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 98

99 P e t a 2. 7 P e t a P o t e n s i B a n j i r K a b u p a t e n W o n o g i r i B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II - 99

100 2 Kelembagaan Berdasarkan pemahaman akan Peraturan Bupati Wonogiri tentang tugas pokok dan fungsi detail setiap Lembaga Teknis, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten dan kondisi aktual pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Wonogiri, maka unit SKPD pengelola drainase menurut Perda No 11 Tahun 2008 adalah Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Wonogiri Bidang Tata Ruang di Seksi Permukiman. Jadi unit pengelola drainasenya adalah berbentuk Seksi. Sub sektor drainase juga harusnya menjadi tanggung jawab pemerintah dan juga didukung oleh swasta dan masyarakat. Ketiga pihak inilah yang berperan menjadi pemangku kepentingan pembangunan dan pengelolaan drainase lingkungan. Fungsi - fungsi dalam pengelolaan drainase lingkungan dicoba untuk dipetakan menurut pemangku kepentingan, hasilnya dapat dilihat pada tabel Tabel 2.17 Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Lingkungan PEMANGKU KEPENTINGAN FUNGSI Pemerintah Kabupaten Swasta Masyarakat PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan drainase lingkungan skala kab / kota Bappeda Menyusun rancana program drainase lingkungan dlm rangka pencapaian total Bappeda Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian Bappeda target PENGADAAN SARANA Menyediakan / membangun sarana drainase lingkungan DPU PENGELOLAAN Membersihkan saluran drainase lingkungan DPU Memperbaiki saluran drainase lingkungan dengan yang rusak DPU Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase DPU lingkungan) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN Menyediakan advise planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk Tim Perijinan penataan drainase lingkungan di wilayah yang akan dibangun Memastikan intregasi sistem drainase lingkungan (sekunder) dengan sistem drainase DPU / DPESDM sekunder dan primer Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase DPU / DPESDM lingkungan Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase lingkungan DPU / DPESDM MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase DPU lingkungan skala kab / kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana DPU pengelolaan drainase lingkungan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan dranase lingkungan, DPU dan atau menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase lingkungan Sumber : Data Dinas DPU dan KLH Kabupaten Wonogiri II - 100

101 Berdasarkan tabel di atas, fungsi perencanaan, pengadaan sarana, pengelolaan, pengaturan dan pembinaan telah dilakukan oleh pemerintah kabupaten. Meskipun demikian, dalam hal perencanaan seperti menyusun target pengelolaan drainase lingkungan belum menggunakan perhitungan teknis yang baik yang memperhatikan berbagai aspek. Dari berbagai fungsi di atas, belum ada satu pun yang melibatkan peran swasta dan masyarakat terkait dengan pengelolaan drainase lingkungan. Semuanya masih menjadi tanggung jawab pemerintah. Tabel 2.18 Daftar Peraturan Drainase Lingkungan Kabupaten Wonogiri Peraturan Target capaian pelayanan pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten ini Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintahan Kabupaten dalam menyediakan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana drainase lingkungan, dan menghubungkannya dengan sistem drainase sekunder Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk memelihara sarana drainase lingkungan sebagai saluran pematusan air hujan Ketersediaan Pelaksanaan Ket Efektif era Ada Tidak Belum Efektif Tidak Efektif Dilaksanaka nga sebutkan ada Dilaksanakan Dilaksanakan n n ada Ada (IMB) Tidak ada Tidak ada Tidak ada Dari tabel 3.30, terkait peta peraturan drainase lingkungan di atas, hal yang perlu mendapat perhatian adalah adanya peraturan target capaian pelayanan pengelolaan drainase di beberapa dokumen perencanaan memang telah ada, namun dalam pelaksanaannya belum efektif. Adapun peraturan yang belum ada adalah kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam menyediakan drainase lingkungan, serta kewajiban dan sanksi bagi pemerintah kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan. II - 101

102 1) Perda No. 9 Tahun 2011 Rencan Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Wonogiri Izin kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi: a. izin usaha kawasan industri; b. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP); dan c. izin keramaian. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf d diberikan kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan / atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis. Pemberian perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan kepada perseorangan atau badan hukum. Setiap usaha dan / atau kegiatan yang mempunyai dampak terhadap lingkungan hidup wajib memiliki dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UPL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL) 2) Perda No 11 Tahun 2012 Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Dengan nama Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dipungut retribusi atas pelayanan izin mendirikan bangunan gedung dan bangunan bukan gedung kepada pemilik bangunan untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi dan / atau merenovasi bangunan sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku. 2.2 Area Beresiko dan Permasalahan Mendesak Sanitasi Area Beresiko dan Permasalahan Air Limbah Domestik Dari hasil perhitungan pada instrumen profil sanitasi diperoleh area beresiko sanitasi air limbah domestik dengan menggabungkan hasil Indeks resiko sanitasi (EHRA), persepsi SKPD dan data sekunder. Proporsi yang disepakati oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Wonogiri untuk menentukan area beresiko air limbah domestik sebagai berikut : II - 102

103 Data Sekunder % Study EHRA % Persepsi SKPD % Untuk lebih jelasnya area beresiko sanitasi sub sektor air limbah disajikan dalam bentuk gambar 2.14 dan tabel II - 103

104 G a m b a r 2.14 P e t a A r e a B e r e s i k o A i r L i m b a h D o m e s t i k K a b u p a t e n W o n o g i r i KOSONG Sumber : Hasil Analisa Pokja Sanitasi Kabupaten Wonogiri 2016 B A B II P R O F I L S A N I T A S I S A A T I N I II

105 No 1 Risiko 4 Tabel 2.19 Area Beresiko Sanitasi Air Limbah Domestik Area Berisiko*) Desa/Kelurahan Wilayah prioritas Kecamatan 1 PRACIMANTORO PRACIMANTORO 2 BATURETNO BATURETNO 3 MANYARAN KEPUHSARI 4 WONOGIRI WONOBOYO 5 WONOGIRI GIRIPURWO 6 WONOGIRI GIRITIRTO 7 WONOGIRI WONOKARTO 8 SLOGOHIMO SLOGOHIMO 9 JATISRONO GUNUNGSARI 10 JATISRONO JATISARI 2. Risiko 3 1 PRACIMANTORO SUMBERAGUNG 2 PRACIMANTORO PETIRSARI 3 PRACIMANTORO JOHO 4 PRACIMANTORO GAMBIRMANIS 5 PRACIMANTORO WATANGREJO 6 PRACIMANTORO SUCI 7 PRACIMANTORO JIMBAR 8 PRACIMANTORO SAMBIROTO 9 PRACIMANTORO GEDANG 10 PRACIMANTORO WONODADI 11 KARANG TENGAH JEBLOGAN 12 KARANG TENGAH NGAMBARSARI 13 KARANG TENGAH KARANGTENGAH 14 KARANG TENGAH PURWOHARJO 15 KARANG TENGAH TEMBORO 16 TIRTOMOYO HARGOSARI 17 TIRTOMOYO DLEPIH 18 TIRTOMOYO WIROKO II - 105

106 19 TIRTOMOYO SUKOHARJO 20 TIRTOMOYO HARGOREJO 21 TIRTOMOYO SIDOREJO 22 TIRTOMOYO GENENGHARJO 23 TIRTOMOYO GIRIREJO 24 TIRTOMOYO HARGANTORO 25 TIRTOMOYO TIRTOMOYO 26 NGUNTORONADI KEDUNGREJO 27 NGUNTORONADI BULUREJO 28 NGUNTORONADI PONDOKSARI 29 NGUNTORONADI NGADIROYO 30 NGUNTORONADI NGADIPIRO 31 BATURETNO GLESUNGREJO 32 BATURETNO GAMBIRANOM 33 BATURETNO BALEPANJANG 34 BATURETNO WATUAGUNG 35 BATURETNO BELIKURIP 36 BATURETNO TEMON 37 BATURETNO SARADAN 38 BATURETNO TALUNOMBO 39 EROMOKO PULOHARJO 40 EROMOKO EROMOKO 41 WURYANTORO GENUKHARJO 42 WURYANTORO SUMBEREJO 43 WURYANTORO MOJOPURO 44 WURYANTORO WURYANTORO 45 WURYANTORO MLOPOHARJO 46 WURYANTORO PULUTAN KULON 47 WURYANTORO PULUTAN WETAN 48 WURYANTORO GUMIWANG LOR 49 MANYARAN PIJIHARJO 50 SELOGIRI KEPATIHAN 51 SELOGIRI KELORAN 52 WONOGIRI SENDANG II - 106

107 53 WONOGIRI WURYOREJO 54 WONOGIRI POKOHKIDUL 55 WONOGIRI PURWOREJO 56 WONOGIRI BULUSULUR 57 WONOGIRI GIRIWONO 58 WONOGIRI PURWOSARI 59 WONOGIRI SONOHARJO 60 WONOGIRI WONOKERTO 61 WONOGIRI WONOHARJO 62 NGADIROJO GEDONG 63 NGADIROJO GEMAWANG 64 NGADIROJO KERJOKIDUL 65 NGADIROJO KERJOLOR 66 NGADIROJO PONDOK 67 NGADIROJO NGADIROJOKIDUL 68 NGADIROJO MLOKOMANISWETA 69 NGADIROJO N NGADIROJOLOR 70 NGADIROJO MLOKOMANISKULO 71 NGADIROJO N JATIMARTO 72 NGADIROJO KASIHAN 73 KISMANTORO BUGELAN 74 KISMANTORO PLOSOREJO 75 KISMANTORO PUCUNG 76 KISMANTORO MIRI 77 KISMANTORO LEMAHBANG 78 KISMANTORO GESING 79 KISMANTORO KISMANTORO 80 KISMANTORO NGROTO 81 KISMANTORO GEDAWUNG 82 KISMANTORO GAMBIRANOM 83 PURWANTORO PURWANTORO 84 SLOGOHIMO PADARANGIN 85 SLOGOHIMO WATUSOMO 86 II - 107

108 87 SLOGOHIMO SAMBIREJO 88 SLOGOHIMO MADE 89 SLOGOHIMO TUNGGUR 90 SLOGOHIMO WARU 91 SLOGOHIMO BULUSARI 92 SLOGOHIMO GUNAN 93 SLOGOHIMO SEDAYU 94 SLOGOHIMO SOCO 95 SLOGOHIMO KLUNGGEN 96 SLOGOHIMO RANDUSARI 97 SLOGOHIMO KARANG 98 SLOGOHIMO SOKOBOYO 99 SLOGOHIMO SETREN 100 JATISRONO TASIKHARGO 101 JATISRONO SUMBEREJO 102 JATISRONO REJOSARI 103 JATISRONO GONDANGSARI 104 JATISRONO SIDOREJO 105 JATISRONO NGROMPAK 106 JATISRONO SEMEN 107 JATISRONO PULE 108 JATISRONO PELEM 109 JATISRONO SAMBIREJO 110 JATISRONO PANDEYAN 111 JATISRONO WATANGSONO 112 JATISRONO JATISRONO 113 JATISRONO TANJUNGSARI 114 JATISRONO TANGGULANGIN Sumber : Hasil Analisa Pokja Sanitasi Kabupaten Wonogiri 2016 II - 108

109 Tabel 2.20 Permasalahan Mendesak Air Limbah Domestik A. Sistem Air Limbah 1.Aspek Berdasarkan Data Skunder : Pengembang Jumlah masyarakat yang BABS di Kabupaten Wonogiri adalah -an Sarana KK atau 2,21%. dan Prasarana: Jumlah masyarakat yang menggunakan cubluk/tangki septik User Interface individual belum aman adalah KK atau 23,69% Jumlah masyarakat yang menggunakan jamban layak adalah KK atau 74,09% Berdasarkan studi EHRA Tahun 2013, kepemilikan jamban pribadi sebesar 93%, MCK/WC Umum 1%. Jadi yang tidak mempunyai sarana BAB adalah 6%. Berdasarkan Studi EHRA : 1% 1% 1% 1% 0% 2% 1% 0% A. Jamban pribadi B. MCK/WC Umum C. Ke WC helikopter 93% D. Ke sungai/pantai/laut E. Ke kebun/pekarangan F. Ke selokan/parit/got G. Ke lubang galian Keterangan : Jumlah penduduk KK Kesimpulan : Yang tidak memiliki jamban / BABS adalah 2,21% atau KK Yang memiliki jamban belum layak adalah 23,69% atau KK Yang memiliki jamban layak adalah 74,09% atau KK Pengumpulan & Penampungan Berdasarkan Data Sekunder : Jumlah masyarakat yang belum memiliki tangki septik (BABS) dan jamban belum layak adalah KK atau 25,91% II - 109

110 /Pengolahan Awal: Jumlah masyarakat yang menggunakan tangki septik layak adalah KK atau 60,16% Jumlah masyarakat yang menggunakan jamban/tangki septik bersama layak adalah KK atau 13,55% Jumlah masyarakat yang menggunakan IPAL Komunal adalah KK atau 0,37% Berdasarkan Studi EHRA : Tempat penyaluran akhir tinja 21% 0% 0% 0% 5% Tangki septik Pipa sewer Cubluk/loban g tanah 1% 73% Langsung ke drainase Sungai/danau /pantai Kolam/sawah Tidak tahu Pengangkutan / Pengaliran: Berdasarkan Data Sekunder : Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri belum memiliki truk tinja Berdasarkan Studi EHRA : Yang mengkosongkan tangki septik 42% 31% 6% Layanan sedot tinja Membayar tukang Dikosongkan sendiri Tidak tahu 21% II - 110

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 9 TAHUN 2011 SERI : D NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 9 TAHUN 2011 SERI : D NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 9 TAHUN 2011 SERI : D NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2011-2031 DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 9 TAHUN 2011 SERI : D NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 9 TAHUN 2011 SERI : D NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 9 TAHUN 2011 SERI : D NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2011 2031 DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 9 TAHUN 2011 SERI : D NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 9 TAHUN 2011 SERI : D NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 9 TAHUN 1 SERI : D NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 9 TAHUN 1 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 1-2031 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN Lampiran VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR TAHUN 2011 LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 2031 MATRIK

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH DESA TANGGULANGIN Gambar 2.1 Peta Kabupaten Wonogiri

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH DESA TANGGULANGIN Gambar 2.1 Peta Kabupaten Wonogiri BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH DESA TANGGULANGIN 2015 A. Gambaran Umum Gambar 2.1 Peta Kabupaten Wonogiri Sumber: Desa Tanggulangin, Kecamatan Jatisrono Tahun 2015 Kabupaten Wonogiri terletak di sebelah

Lebih terperinci

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab.

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab. LAMPIRAN IV PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR : 3 TAHUN 2012 TANGGAL : 11 SEPTEMBER 2012 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BOALEMO TAHUN 2011-2031 I. RENCANA STRUKTUR RUANG No Rencana

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2010-2030 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WI LAYAH KABUPATEN MAGELANG

RENCANA TATA RUANG WI LAYAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 RENCANA TATA RUANG WI LAYAH KABUPATEN MAGELANG 2010 2030 BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang lautannya lebih luas daripada daratan. Luas lautan Indonesia 2/3 dari luas Indonesia. Daratan Indonesia subur dengan didukung

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak dan luas wilayah Sub DAS Keduang Sub DAS Keduang daerah hulu DAS Bengawan Solo, secara administratif masuk ke dalam wilayah Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa

Lebih terperinci

Ir. Rahmadi Agus Santosa, M.Si

Ir. Rahmadi Agus Santosa, M.Si Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2010-2030 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL DAFTAR ISI DAFTAR ISI ii DAFTAR LAMPIRAN I iv DAFTAR LAMPIRAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia secara astronomis terletak antara 6 08 LU - 11 15 LS dan 94 45 BT - 141 5 BT. Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.997 mil di antara Samudra

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi

Lebih terperinci

JUMLAH DIPINDAHKAN Laki - laki Jumlah pemilih dalam Salinan Daftar 1.

JUMLAH DIPINDAHKAN Laki - laki Jumlah pemilih dalam Salinan Daftar 1. SERTIFIKAT REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PASANGAN CALON DALAM PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL BUPATI WOGIRI TAHUN 2010 DI KOMISI PEMILIHAN UMUM MODEL DB 1-PKWK : WOGIRI No PEMILIH, TPS, PPS, PPK

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 2017 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN WONOGIRI

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 2017 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN WONOGIRI RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 2017 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN WONOGIRI Kode Urusan Bidang Prioritas Daerah Sasaran Daerah Lokasi Indikator Kerja Hasil Program Keluaran

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3. 54 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.185,80 km 2 dengan perbatasan wilayah dari arah Timur : Kabupaten Wonogiri di

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011-2031 I. UMUM Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjarnegara

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses dimensional yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses dimensional yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses dimensional yang mencakup segala aspek dan kebijakan yang komprehensif baik ekonomi maupun non ekonomi. Dalam pembangunan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan perlunya

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

TABEL PROGRAM PEMANFAATAN RUANG Waktu Pelaksanaan I II III IV

TABEL PROGRAM PEMANFAATAN RUANG Waktu Pelaksanaan I II III IV LAMPIRAN IV : Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Jawa No 2 Tahun 2016 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi Kawasan Perkotaan -Tegal-Slawi- Tahun 2016-2036 TABEL PROGRAM PEMANFAATAN RUANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 5 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2013

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN Rancangan Sekolah Luar Biasa tipe C yang direncanakan berlokasi di Kabupaten Klaten. Perencanaan suatu pembangunan haruslah mengkaji dari berbagai aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 5 RTRW KABUPATEN BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Deskripsi Umum Lokasi Lokasi perancangan mengacu pada PP.26 Tahun 2008, berada di kawasan strategis nasional. Berda satu kawsan dengan kawasan wisata candi. Tepatnya

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari daerah pedesaan mengalir ke daerah perkotaan. Proses migrasi yang berlangsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari daerah pedesaan mengalir ke daerah perkotaan. Proses migrasi yang berlangsung dalam BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Fenomena migrasi sangat mewarnai di beberapa negara berkembang, termasuk di berbagai daerah di Indonesia, terutama dalam konteks, dimana banyak tenaga kerja yang berasal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MADIUN TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MADIUN TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MADIUN TAHUN 2009-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 94 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 94 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 94 TAHUN 2017 TENTANG PENUNJUKAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI DAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI PEMBANTU

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Daerah hulu dan hilir dalam penelitian ini adalah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak pada 110 33 00

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN LAMPIRAN IV INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN 2010-2030 NO. PROGRAM KEGIATAN LOKASI BESARAN (Rp) A. Perwujudan Struktur Ruang 1 Rencana Pusat - Pembangunan dan

Lebih terperinci

BAB II HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2015 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH

BAB II HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2015 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH BAB II HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2015 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH A. Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah Dari segi geografis, Kabupaten Wonogiri

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. III.1.3. Kondisi Ekonomi Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik, perhitungan PDRB atas harga

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR TERPADU WILAYAH PENGEMBANGAN STRATEGIS 10 YOGYAKARTA-SOLO-SEMARANG

EXECUTIVE SUMMARY RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR TERPADU WILAYAH PENGEMBANGAN STRATEGIS 10 YOGYAKARTA-SOLO-SEMARANG D RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR TERPADU WILAYAH PENGEMBANGAN STRATEGIS 10 YOGYAKARTA-SOLO-SEMARANG EXECUTIVE SUMMARY KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 0000 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2011-2031 I. PENJELASAN UMUM Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Wonogiri, 11 Pebruari 2014

Wonogiri, 11 Pebruari 2014 Wonogiri, 11 Pebruari 2014 luas wilayah 182.236,02 Hektar atau 5.59% dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah, dan secara geogarafis terletak antara 7 0 32 dan 8 0 15 Lintang Selatan (LS) dan 110 0 41 dan

Lebih terperinci

1 BAB III TINJAUAN LOKASI

1 BAB III TINJAUAN LOKASI 1 BAB III TINJAUAN LOKASI 1.1 Profil Geografis, Administrasi dan Kondisi Fisik Wilayah 1.1.1 Letak Geografis Gambar 1.1 Peta Administrasi Kota Bekasi Sumber : bekasikab.bps.go.id Kabupaten Bekasi mempunyai

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah Kajian Hasil Inventarisasi LP2B Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah Sub Direktorat Basis Data Lahan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 2014

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Gunungkidul adalah daerah yang termasuk dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara

Lebih terperinci

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM DAS Bengawan Solo merupakan salah satu DAS yang memiliki posisi penting di Pulau Jawa serta sumber daya alam bagi kegiatan sosial-ekonomi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN 3.1 Data Lokasi Gambar 30 Peta Lokasi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 62 1) Lokasi tapak berada di Kawasan Candi Prambanan tepatnya di Jalan Taman

Lebih terperinci

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d). TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 14 Informasi Geologi Untuk Penentuan Lokasi TPA UU No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah 1. Melaksanakan k pengelolaan l sampah dan memfasilitasi i penyediaan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Karakteristik Wilayah Studi 1. Letak Geografis Kecamatan Playen terletak pada posisi astronomi antara 7 o.53.00-8 o.00.00 Lintang Selatan dan 110 o.26.30-110 o.35.30 Bujur

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya laporan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM KABUPATEN GROBOGAN Tinjauan ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai lokasi terbangun dan kawasan sekitar lokasi. TINJAUAN GEOGRAFI DAN ADMINISTRATIF KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Boyolali 3.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah, terletak antara 110 22'

Lebih terperinci

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan Misi Kabupaten Grobogan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011 2016 sebagai berikut : V I S

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN 3.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa,

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINJAUAN

Lebih terperinci

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara

BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Sumatera Utara digunakan sebagai merupakan acuan dalam pelaksanaan pengendalian

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PANDUAN PENGAMATAN LANGSUNG DI LOKASI/KAWASAN WISATA TERPILIH

PANDUAN PENGAMATAN LANGSUNG DI LOKASI/KAWASAN WISATA TERPILIH FORM B PANDUAN PENGAMATAN LANGSUNG DI LOKASI/KAWASAN WISATA TERPILIH Petunjuk Pengisian: 1. Tentukan lokasi/kawasan wisata yang akan diamati sesuai dengan tema/topik yang akan diangkat. Kemudian kaitkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Klaten 3.1.1 Ruang lingkup Kabupaten Klaten Gambar 3.1 : Lokasi Kab. Klaten Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/14/lo cator_kabupaten_klaten.gif

Lebih terperinci

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro BAB III DATA LOKASI 3.1 Data Makro 3.1.1 Data Kawasan wilayah Kabupaten Sleman yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang (Provinsi Jawa Tengah) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Lebih terperinci