PENGARUH TINGKAT INFLASI TERHADAP TINGKAT SUKU BUNGA PINJAMAN PADA BANK BUMN XXX

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH TINGKAT INFLASI TERHADAP TINGKAT SUKU BUNGA PINJAMAN PADA BANK BUMN XXX"

Transkripsi

1 PENGARUH TINGKAT INFLASI TERHADAP TINGKAT SUKU BUNGA PINJAMAN PADA BANK BUMN XXX Disusun untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Program Diploma III Oleh : DWI WARA HESTINING NURANI PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK BATAM 2008

2 LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PENGARUH TINGKAT INFLASI TERHADAP TINGKAT SUKU BUNGA PINJAMAN PADA BANK BUMN XXX BATAM, 01 JULI 2008 DOSEN PEMBIMBING I DOSEN PEMBIMBING II HENDRA GUNAWAN, SE DWI KARTIKASARI, ST NIK NIK

3 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-nya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Pinjaman pada Bank BUMN XXX. Penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan pengerjaan Tugas Akhir ini. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada: 1. Kedua orang tua yang telah banyak memberikan support kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 2. Bapak Hendra Gunawan, SE selaku pembimbing I. 3. Ibu Dwi Kartikasari, ST selaku pembimbing II. 4. Bapak Priyono Eko Sanyoto selaku Direktur Politeknik Batam. 5. Ibu Sinarti selaku Kaprodi Akuntansi. 6. Bapak Fahrudin Lubis selaku wali kelas penulis. 7. Seluruh staff dan dosen Politeknik Batam. 8. Bapak Arnold Swd Maukar selaku Area Manager PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Cabang Batam yang telah memberikan pelajaran berharga selama penulis melakukan kegiatan magang industri. 9. Bapak Bolot Tukino selaku Operational Manager PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Cabang Batam yang telah mengizinkan penulis untuk mengangkat judul

4 Tugas Akhir yang datanya penulis peroleh dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Cabang Batam. 10. Bapak Purwanto Sardjono Wirutomo selaku Kepala Cabang di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Cabang Batam yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan kegiatan magang industri di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Cabang Batam. 11. Bapak Gugus Gunawan selaku WorkFlow manager yang telah bersedia menerima penulis untuk melaksanakan kegiatan magang industri di Consumer Loan Bussiness Center. 12. Bapak Dhian Affandi selaku Sales Manager PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Cabang Batam yang telah bersedia menjadi Trainer bagi penulis selama penulis melakukan kegiatan magang industri. 13. Pak Ikhwan, Mbak Dede, Kak Ija, Pak Ripal, Mbak Zita, Mbak Iles, Mbak Ani, Mbak Leni, dan Mbak Tika selaku Sales Executive yang telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis mengenai dunia marketing perbankan serta dengan rela berbagi kursi dan ruang kerja dengan penulis. 14. Mas Jack yang telah berbaik hati untuk memberikan panduan mengenai latar belakang berdirinya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. beserta struktur organisasinya. 15. Pihak manajemen dan staff PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan kegiatan magang industri dan mempelajari banyak hal terkait dengan Tugas Akhir penulis.

5 16. Pihak Bank Indonesia Cabang Batam yang telah banyak memberikan informasi kepada penulis. 17. Pihak Badan Pusat Statistik yang telah banyak memberikan informasi kepada penulis. 18. Bang Nandar dan Mas Didi yang bersedia meluangkan waktu ketika penulis datang ke Bank Indonesia untuk mencari data. 19. Adit yang selalu bersedia direpotin selama 24 jam. 20. Uthie dan Titie yang bersedia bersusah-susah bersama selama tiga tahun ini. 21. Teman-teman seangkatan yang juga merasakan apa yang penulis rasakan. Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, sehingga dalam penulisan Tugas Akhir ini tentunya terdapat berbagai kekurangan dan masih jauh dari nilai kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hati, penulis menghargai kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dapat bermanfaat bagi penulis di masa mendatang. Akhir kata penulis memohon maaf kepada segenap pihak yang telah membantu penulis dalam pengerjaan Tugas Akhir ini. Dengan segala keterbatasan dan kekurangan tersebut penulis tetap berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca. Amin. Batam, 05 Juni 2008 Penulis

6 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pengesahan... ii Kata Pengantar... iii Daftar Isi... vi Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi Abstrak... xii Bab I Pendahuluan Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Hipotesis Penelitian Hipotesis Rancangan Pengujian Hipotesis Sistematika Penulisan... 5 Bab II Tinjauan Pustaka Inflasi Pengertian Inflasi Jenis-Jenis Inflasi... 10

7 2.1.3 Teori-Teori Inflasi Dampak Inflasi terhadap Kegiatan Ekonomi Cara Mengatasi Inflasi Suku Bunga Kaitan antara Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga Pinjaman Bab III Metodologi Penelitian dan Gambaran Umum Perusahaan Metodologi Penelitian Objek Penelitian Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Data Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Berdirinya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Peran PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Visi dan Misi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Produk dan Jasa PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Struktur Organisasi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Cabang Batam Deskripsi kerja Sejarah Berdirinya Consumer Loan Bussiness Center (CLBC) Struktur Organisasi Consumer Loan Bussiness Center (CLBC) Deskripsi Kerja Kebijakan Perusahaan... 66

8 Bab IV Pembahasan Pengumpulan Data Sumber Data Karakteristik data Statistik Deskriptif Uji Normalitas Hasil Uji Bab V Penutup Kesimpulan Saran Daftar Pustaka Lampiran

9 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Daftar Tingkat Inflasi Periode Januari Tahun 2005 sampai dengan Periode Desember Tahun Tabel 4.2 Daftar Tingkat Suku Bunga Pinjaman Periode Januari Tahun 2005 sampai dengan Periode Desember Tahun Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif untuk Tingkat Inflasi Tabel 4.4 Hasil uji Statistik Deskriptif untuk Tingkat Suku Bunga Pinjaman Tabel 4.5 Tabel Hasil Uji Korelasi antara Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga Pinjaman Tabel 4.6 Tabel Variables Entered Removed Tabel 4.7 Tabel Model Summary Tabel 4.8 Tabel Anova Tabel 4.9 Tabel Hasil Uji Koefisien... 77

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Model Penelitian Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Cabang Batam Gambar 3.3 Struktur Organisasi Consumer Loan Bussiness Center (CLBC)... 50

11 DAFTAR GRAFIK Gambar 2.1 Kurva Inflasi Tekanan Permintaan Gambar 2.1 Kurva Inflasi Dorongan Biaya Gambar 4.1 Grafik dari Normal Probability Plot Gambar 4.2 Grafik Regresi antara Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga Pinjaman... 80

12 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat suku bunga pinjaman pada Bank BUMN XXX. Objek penelitian yang digunakan adalah tingkat inflasi periode Januari tahun 2005 sampai dengan periode Desember tahun 2007 dan tingkat suku bunga pinjaman periode Januari tahun 2005 sampai dengan periode Desember tahun Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis kuantitatif dengan menggunakan analisa korelasi dan analisa regresi dengan bantuan program SPSS versi Dari hasil penelitian yang ada maka dapat di ambil kesimpulan bahwa tingkat inflasi mempengaruhi tingkat suku bunga pinjaman sebesar 34% dan sisanya 66% dipengaruhi oleh faktor lain.

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi utama yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia. Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kondisi dan perkembangan ekonomi suatu negara atau wilayah. Indonesia pernah mengalami inflasi yang paling tinggi yaitu terjadi pada tahun 1960-an pada saat pemerintahan orde lama. Menurut catatan BPS (Badan Pusat Statistik, 2004) laju inflasi tertinggi dan menembus angka tiga digit terjadi pada tahun 1962, 1963 dan tahun 1964, masing-masing sebesar 154,40 persen 128,07 persen dan 135,13 persen. Inflasi yang tinggi berarti menurunnya kemampuan atau daya beli masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa. Keadaan ini tidak hanya merugikan golongan penduduk yang menerima gaji tetap dan buruh kecil saja, tetapi juga berdampak negatif bagi produsen maupun pengusaha. Inflasi mempunyai dampak terhadap individu maupun bagi kegiatan perekonomian luas. Dampak yang ditimbulkan dapat bersifat negatif ataupun positif, tergantung pada tingkat keparahannya. Laju inflasi yang terlalu tinggi akan mengganggu pertumbuhan ekonomi dan menyengsarakan masyarakat yang berpenghasilan tetap dan rendah. Dampak positif inflasi terjadi apabila tingkat inflasi masih berada pada persentase tingkat bunga kredit yang berlaku, karena pihak tertentu

14 yakni pihak pengusaha dapat memanfaatkan kenaikan harga untuk berinvestasi, memproduksi, dan menjual barang dan jasa. Namun inflasi yang terlalu tinggi juga dapat membawa dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia, yaitu: dampak inflasi terhadap pemerataan pendapatan, dampak inflasi terhadap output (hasil produksi), mendorong penanaman modal spekulatif, menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa depan, menimbulkan masalah neraca pembayaran, serta menyebabkan tingkat suku bunga meningkat dan akan mengurangi investasi. Untuk menghindari kemerosotan nilai mata uang dari modal yang dipinjamkan, biasanya pihak perbankan akan menaikkan suku bunga pinjaman. Apabila tingkat inflasi tinggi, maka tingkat suku bunga juga tinggi. Tingginya tingkat suku bunga akan mengurangi penanaman modal untuk membuka usaha-usaha produktif. Pemerintah dan pihak perbankan sebagai lembaga masyarakat seharusnya dapat mengambil kebijakan yang tepat untuk mengatasi permasalahan ini. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Tingkat Suku Bunga Pinjaman pada Bank BUMN XXX.

15 1.2 Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah tingkat inflasi di Indonesia berpengaruh terhadap tingkat suku bunga pinjaman pada Bank BUMN XXX. 2. Seberapa besar pengaruh tingkat inflasi di Indonesia terhadap tingkat suku bunga pinjaman pada Bank BUMN XXX. 1.3 Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih mengarah pada tujuan yang diharapkan, maka peneliti akan membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut: 1. Batasan Lapangan Perusahaan yang akan diteliti adalah salah satu Bank BUMN XXX, terutama di bagian kredit. 2. Batasan Data Data yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan daftar tingkat inflasi di Indonesia periode Januari tahun 2005 sampai dengan periode Desember tahun 2007 dan daftar tingkat suku bunga pinjaman kredit konsumtif pada Bank BUMN XXX periode Januari tahun 2005 sampai dengan periode Desember tahun 2007.

16 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah tingkat inflasi di Indonesia berpengaruh terhadap tingkat suku bunga pinjaman pada Bank BUMN XXX. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat inflasi di Indonesia terhadap tingkat suku bunga pinjaman pada Bank BUMN XXX. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Bank BUMN XXX, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai langkah evaluasi terhadap penetapan tingkat suku bunga pinjaman terutama dari faktor inflasi. 2. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan berpikir mengenai tingkat inflasi di Indonesia, tingkat suku bunga pinjaman suatu bank serta hubungannya dalam perekonomian Indonesia. 3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi serta informasi tambahan bagi penelitian di masa yang akan datang. 1.6 Hipotesis Penelitian Hipotesis Penulis memberikan hipotesis awal berupa tingkat inflasi (x) berpengaruh positif terhadap tingkat suku bunga pinjaman (y).

17 1.6.2 Rancangan Pengujian Hipotesis Dari permasalahan dapat ditarik ketetapan bahwa inflasi adalah variabel x sebagai variabel bebas dan tingkat suku bunga pinjaman adalah variabel y sebagai variabel terikat. Secara statistik, hipotesis tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: Ho = tidak terdapat pengaruh antara tingkat inflasi (x) terhadap tingkat suku bunga pinjaman (y). Ha = terdapat pengaruh antara tingkat inflasi (x) terhadap tingkat suku bunga pinjaman (y). 1.7 Sistematika Penulisan Laporan ini rencananya akan disusun dan dibagi dalam lima bab, berikut uraian dari tiap bab tersebut: 1. Bab I Pendahuluan, dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis penelitian dan sistematika penulisan. 2. Bab II Tinjauan Pustaka, pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai teori-teori yang digunakan dan teori yang relevan serta mendukung terselesaikannya penelitian ini. 3. Bab III Metodologi Penelitian dan Gambaran Umum Perusahaan, metodologi penelitian di sini akan memaparkan mengenai objek penelitian, teknik pengumpulan data yang digunakan dan metode analisa data yang digunakan.

18 Gambaran perusahaan yang dimaksud adalah gambaran umum perusahaan yang meliputi sejarah berdirinya perusahaan, visi dan misi perusahaan, kegiatan dan jenis usaha perusahaan, struktur organisasi, serta hal-hal lain yang berhubungan dengan penelitian ini. 4. Bab IV Pembahasan, pada bab ini penulis akan menguraikan jawaban atas pertanyaan yang terdiri dari apakah tingkat inflasi di Indonesia berpengaruh terhadap tingkat suku bunga pinjaman pada Bank BUMN XXX dan seberapa besar pengaruh tingkat inflasi di Indonesia terhadap tingkat suku bunga pinjaman pada Bank BUMN XXX. 5. Bab V Penutup, pada bab ini penulis akan membuat kesimpulan dari hasil analisis yang dilakukan oleh penulis pada bab IV dan penulis juga akan membuat saran yang mungkin dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak manajemen Bank BUMN XXX.

19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inflasi Inflasi merupakan salah satu gejala moneter yang dapat mempengaruhi perekonomian secara luas, terutama ketika tingkat inflasi terlalu tinggi. Oleh karenanya perkembangan inflasi mendapat banyak perhatian dari para ekonom, pemerintah dan masyarakat Pengertian Inflasi Kenaikan harga barang dapat bersifat sementara dan berlangsung terus-menerus. Ketika kenaikan harga tersebut berlangsung dalam waktu yang lama dan terjadi hampir pada seluruh barang dan jasa maka gejala ini dapat disebut inflasi. Dapat disimpulkan bahwa, inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Menurut Prabowo, Rahardja, dan Syahreza (2005), ada tiga komponen yang yang harus dipenuhi agar dapat dikategorikan sebagai inflasi, yaitu: a. Adanya kenaikan harga Harga suatu barang dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya. Perbandingan tingkat harga ini bisa dilakukan dalam jangka waktu yang lebih lama, misalnya seminggu, sebulan, triwulan, dan setahun.

20 Perbandingan harga juga bisa dilakukan berdasarkan patokan musim. Misalnya ketika masa paceklik harga beras bisa mencapai Rp7.000 per kilogram, hal ini dikarenakan persediaan gabah menurun dan harga gabah telah naik. Tetapi pada musim panen, harga gabah cenderung lebih murah karena persediaan melimpah dan harga gabahnya juga telah turun. b. Kenaikan harga bersifat umum Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum naik. Misalnya, harga rambutan jika belum musimnya bisa mencapai Rp5.000 per ikat, tetapi jika sudah musim rambutan maka harga rambutan akan turun menjadi Rp2.500 per ikat. Kenaikan harga rambutan belum bisa dikatakan sebuah inflasi karena harga-harga komoditas lain tidak ikut meningkat, hal ini disebabkan oleh rambutan bukan merupakan komoditas pokok sehingga tidak memiliki dampak besar terhadap stabilitas harga. Keadaan akan berbeda ketika yang naik adalah harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Pengalaman di Indonesia menunjukan bahwa setiap kali pemerintah menaikkan harga BBM, harga-harga komoditas lain turut naik karena BBM merupakan komoditas strategis. Jika harga rambutan naik, harga BBM tidak akan naik. Tetapi jika harga BBM naik, harga rambutan pasti akan naik karena biaya transportasi juga akan meningkat.

21 BBM adalah komponen input paling penting untuk dapat membuat roda-roda alat transportasi berputar. Karenanya kenaikan harga BBM menyebabkan biaya operasional transportasi menjadi meningkat. Kenaikan harga BBM juga membuat harga jual produk-produk industri khususnya kebutuhan pokok merambat naik. Hal ini dikarenakan biaya operasional untuk menjalankan mesin-mesin pabrik menjadi lebih mahal. Bahkan kenaikan harga BBM akan mengundang kaum buruh menunutut kenaikan upah harian untuk memelihara daya beli mereka. c. Berlangsung terus-menerus Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan. Hal ini dilakukan karena dalam sebulan akan terlihat apakah kenaikan harga bersifat umum dan terus-menerus. Rentang waktu yang lebih panjang adalah triwulan dan tahunan. Jika pemerintah melaporkan bahwa inflasi tahun ini adalah 10%, berarti akumulasi inflasi adalah 10% per tahun, inflasi triwulan rata-rata 2,5% (10% : 4) dan inflasi bulanan sekitar 0,83% (10% : 12).

22 2.1.2 Jenis-Jenis Inflasi Menurut Prabowo, Rahardja, dan Syahreza (2005), jenis inflasi dapat dibedakan berdasarkan tingkat keparahan, sumber penyebab, dan berdasarkan asalnya. Berikut adalah pembagian inflasi berdasarkan jenisnya: 1. Inflasi berdasarkan tingkat keparahannya Tingkat inflasi yang terjadi dalam perekonomian dapat bervariasi. Semakin tinggi tingkat inflasi, maka semakin parah dampak yang ditimbulkannya pada perekonomian. Berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi dibagi menjadi: a. Inflasi ringan Inflasi ringan terjadi ketika tingkat harga umum mengalami kenaikan di bawah 10% per tahun. Inflasi ringan merupakan satu gejala ekonomi yang wajar karena masih mudah dikendalikan. Harga-harga secara umum mengalami kenaikan, namun tidak menyebabkan krisis ekonomi. Inflasi ringan sering pula disebut single digit inflation atau inflasi satu digit. b. Inflasi sedang Inflasi sedang berkisar antara 10% hangga 25% per tahun. Inflasi jenis ini belum membahayakan perekonomian, namun sudah berdampak pada penurunan tingkat kesejahteraan penduduk, terutama yang berpenghasilan tetap karena akan mengurangi daya beli mereka.

23 c. Inflasi berat Inflasi pada tingkat berat sudah mengacaukan kondisi perekonomian. Harga-harga barang mengalami lonjakan drastis, sehingga masyarakat cenderung lebih suka menimbun barang. Kenaikan harga-harga umum pada inflasi berat bisa mencapai 25% hingga 100% per tahun. Dalam kondisi ini masyarakat enggan menabung karena bunga tabungan lebih rendah daripada tingkat inflasi. d. Hiperinflasi (inflasi sangat berat) Dalam kondisi hiperinflasi, perekonomian sudah sangat kacau-balau. Kebijakan fiskal maupun moneter yang ditempuh tidak mampu mengendalikan situasi. Inflasi ini bisa mencapai lebih dari 100% per tahun dan tidak hanya berdampak pada bidang ekonomi tetapi juga bidang politik serta sosial. Misalnya terjadi kerusuhan atau pemberontakan. 2. Inflasi berdasarkan sumber penyebabnya Berdasarkan penyebabnya, inflasi dalam perekonomian dibagi menjadi: a. Inflasi tekanan permintaan (Demand-Pull Inflation) Inflasi tekanan permintaan bersumber pada permintaan masyarakat akan barang yang terlalu kuat.

24 P ASo P1 Po AD1 Keterangan : P = Harga Y = Hasil Perekonomian ADo 0 Yo Y1 Y Gambar 2.1 Kurva Inflasi Tekanan Permintaan Pada gambar 2.1 dapat dilihat bahwa tekanan (kenaikan) permintaan digambarkan dengan bergesernya kurva AD 0 ke AD 1. Tekanan permintaan menyebabkan output perekonomian bertambah ditunjukkan oleh bergesernya Y 0 ke Y 1, tetapi disertai peningkatan harga dari P 0 ke P 1. Dalam inflasi tekanan permintaan tidak selalu berarti penawaran agregat (AS) tidak bertambah. Jika terjadi penambahan penawaran, jumlahnya lebih kecil dibanding peningkatan permintaan agregat (AD). b. Inflasi dorongan biaya (Cost Push Inflation) Inflasi dorongan biaya terjadi karena kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi dapat berupa kenaikan harga bahan baku, harga bahan bakar atau karena kenaikan upah pekerja.

25 P AS1 ASo P1 Po Keterangan : P = Harga Y = Jumlah produksi nasional ADo 0 Y1 Yo Y Gambar 2.2 Kurva Inflasi Dorongan Biaya Dari gambar 2.2 dapat dilihat bahwa kenaikan biaya produksi akan memaksa perusahaan mengurangi penawarannya. Penawaran agregatpun akan berkurang dan tingkat harga umum naik dari P 0 ke P 1. Jika demikian yang terjadi, maka inflasi akan disertai penurunan kegiatan ekonomi sehingga jumlah produksi nasionalpun turun dari Y 0 ke Y 1. c. Inflasi campuran Dalam prakteknya, kedua jenis inflasi di atas jarang sekali dijumpai secara sendiri-sendiri. Pada umumnya inflasi yang terjadi di berbagai negara adalah campuran antara inflasi tekanan permintaan (demand-pull inflation) dengan inflasi dorongan biaya (cost-push inflation).

26 3. Inflasi berdasarkan asalnya Berdasarkan asalnya, inflasi terbagi menjadi: a. Inflasi dari dalam negeri (Domestic Inflation) Inflasi ini berasal dari dalam negeri. Adapun penyebabnya antara lain, adanya defisit anggaran pemerintah yang mendorong pencetakan uang, kenaikan upah pekerja dan gagal panen. b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (Imported Inflation) Inflasi ini terjadi karena pengaruh kenaikan harga barangbarang impor. Jika barang impor berasal dari negara yang mengalami inflasi, maka harganya menjadi semakin mahal. Kenaikan harga barang impor ini akan mempengaruhi biaya produksi bagi industri yang bahan baku atau barang modalnya diimpor Teori-Teori Inflasi Para ekonom mencoba menyusun teori-teori inflasi dengan menyoroti aspek-aspek tertentu dari inflasi. Menurut Prabowo, Rahardja, dan Syahreza (2005), secara garis besar ada tiga teori tentang inflasi, yaitu Teori Kuantitas, Teori Keynes, dan Teori Strukturalis. Untuk menerapkan teori mana yang lebih cocok bagi suatu negara, harus ditentukan aspekaspek yang terpenting dalam proses inflasi di negara tersebut. Ketiga teori tersebut adalah:

27 1. Teori Kuantitas Teori Kuantitas tergolong teori inflasi yang paling awal. Meski demikian, masih bisa digunakan untuk menjelaskan proses inflasi pada jaman modern saat ini. Teori ini menekankan bahwa inflasi dipengaruhi oleh pertambahan jumlah uang beredar dan anggapan masyarakat terhadap kenaikan harga-harga (faktor psikologis). Menurut teori kuantitas, inflasi hanya bisa berlangsung apabila terjadi penambahan jumlah uang beredar. Di setiap transaksi, jumlah yang dibayarkan pembeli sama dengan jumlah uang yang diterima oleh penjual. Hal ini berlaku untuk seluruh perekonomian. Dalam periode tertentu nilai barang dan jasa yang dibeli harus sama dengan nilai barang dan jasa yang dijual. 2. Teori Keynes Menurut Keynes, inflasi terjadi karena adanya sebagian masyarakat yang ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi merupakan proses perebutan bagian rezeki di antara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian lebih besar dari yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan ini terlihat pada keadaan di mana permintaan masyarakat terhadap barangbarang selalu melebihi jumlah barang yang tersedia. Hal ini menimbulkan apa yang disebut celah inflasi atau inflationary gap.

28 Celah inflasi timbul karena golongan masyarakat berhasil mewujudkan keinginan mereka menjadi permintaan efektif (permintaan berdaya beli) terhadap barang-barang dan jasa. Golongan masyarakat tersebut adalah pemerintah, pengusaha dan serikat pekerja. Pemerintah berusaha memperoleh pendapatan yang besar dengan cara mencetak uang baru. Pengusaha melakukan investasi dengan modal yang diperoleh dari kredit bank. Sedangkan pekerja berusaha memperoleh kenaikan upah atau gaji maupun dari kredit bank agar bisa lebih banyak membeli barang dan jasa serta memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin banyak jumlah golongan masyarakat yang memperoleh dana dari kredit bank, maka akan menyebabkan banyaknya jumlah uang beredar yang pada akhirnya akan menyebabkan inflasi. Inflasi akan terus berlangsung selama jumlah permintaan efektif dari semua golongan masyarakat tersebut melebihi jumlah output yang dihasilkan. Inflasi yang berlangsung terus-menerus akan menyebabkan meningkatnya tingkat suku bunga pinjaman seiring dengan meningkatnya tingkat inflasi di Indonesia. 3. Teori Strukturalis Teori strukturalis disusun berdasarkan pada pengalaman di negara-negara Amerika Latin. Teori ini memberikan perhatian besar terhadap struktur perekonomian di negara berkembang. Inflasi di negara berkembang terutama disebabkan oleh faktor-faktor struktur

29 ekonominya. Menurut teori ini, kondisi struktur ekonomi negara berkembang yang dapat menimbulkan inflasi adalah: a. Ketidakstabilan penerimaan ekspor Nilai ekspor di negara berkembang tumbuh secara lamban dibandingkan pertumbuhan sektor-sektor lain. Adapun penyebabnya adalah: 1) Negara sedang berkembang hanya mampu mengekspor komoditas primer seperti hasil pertanian dan hasil hutan (kayu yang belum diolah). Di pasar dunia, harga komoditas primer sangat tidak stabil dan cenderung rendah. 2) Produksi barang-barang ekspor tidak responsif terhadap perubahan harga. Hal ini disebabkan keterbatasan teknik produksi dan kurangnya pengetahuan atau informasi pasar. b. Ketidakelastisan penawaran atau produksi makanan di dalam negeri Produksi bahan makanan dalam negeri tidak tumbuh secepat pertambahan penduduk dan pendapatan per kapita. Hal ini menyebabkan harga bahan makanan di dalam negeri cenderung naik, sehingga melebihi kenaikkan harga barang-barang lain. Dampak yang ditimbulkan adalah munculnya tuntutan karyawan untuk mendapat kenaikan upah atau gaji. Naiknya upah karyawan menyebabkan kenaikan ongkos produksi. Hal ini berarti akan menaikkan harga barang-barang. Kenaikan harga barang-barang

30 tersebut akan mengakibatkan munculnya kenaikan upah lagi. Proses ini akan berhenti apabila harga bahan makanan tidak terus naik. Namun, karena faktor struktural, harga bahan makanan akan terus naik sehingga proses saling mendorong antara upah dan harga tersebut tidak akan berhenti Dampak Inflasi terhadap Kegiatan Ekonomi Inflasi mempunyai dampak terhadap individu maupun bagi kegiatan perekonomian luas. Dampak yang ditimbulkan dapat bersifat negatif maupun positif, tergantung pada tingkat keparahannya. Laju inflasi yang terlalu tinggi akan mengganggu pertumbuhan ekonomi dan menyengsarakan masyarakat yang berpenghasilan tetap dan rendah. Menurut Prabowo, Rahardja, dan Syahreza (2005), dampak yang ditimbulkan oleh inflasi adalah sebagai berikut: 1. Dampak positif Pengaruh positif inflasi terjadi apabila tingkat inflasi masih berada pada persentase tingkat bunga kredit yang berlaku. Misalnya, pada saat itu tingkat bunga kredit adalah 15% per tahun dan tingkat inflasi 10%. Bagi negara maju, inflasi seperti ini akan mendorong kegiatan ekonomi dan pembangunan. Hal ini terjadi karena para pengusaha atau wirausahawan di negara maju dapat memanfaatkan kenaikan harga untuk berinvestasi, memproduksi, serta menjual barang dan jasa.

31 2. Dampak negatif Inflasi yang terlalu tinggi membawa dampak yang tidak sedikit terhadap perekonomian, terutama tingkat kemakmuran masyarakat. Dampak inflasi antara lain: a. Dampak inflasi terhadap pemerataan pendapatan Inflasi akan merugikan orang yang berpendapatan tetap, seperti pensiunan dan pegawai negeri. Misalnya, seorang pensiunan memperoleh gaji Rp per tahun dan laju inflasi adalah 10% setahun. Jika tahun berikutnya pensiunan tersebut masih tetap berpenghasilan Rp setahun, ia akan mengalami penurunan pendapatan riil sebesar 10% x Rp = Rp setahun. Artinya, ia akan mengalami kerugian dari tahun sebelumnya sebesar Rp Kerugian lain akibat krisis inflasi juga akan dialami oleh mereka yang menyimpan kekayaan dalam bentuk uang kas (uang tunai) atau mereka yang menabung uang di rumah dalam hoarding (celengan). Adapun pihak-pihak yang mendapat keuntungan dengan adanya inflasi adalah: 1) Orang yang persentase kenaikan pendapatannya melebihi persentase kenaikan inflasi. 2) Mereka yang memiliki kekayaan bukan dalam bentuk uang tunai, melainkan dalam bentuk barang atau emas.

32 3) Buruh yang tergabung dalam Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) yang kuat, sehingga mereka dapat menuntut kenaikan upah melebihi kenaikan laju inflasi. b. Dampak inflasi terhadap output (hasil produksi) Dampak inflasi terhadap hasil produksi akan terjadi dua kemungkinan, yaitu: 1) Inflasi bisa menyebabkan terjadinya kenaikan hasil produksi. Dalam keadaan inflasi, biasanya kenaikan harga barang mendahului upah atau gaji, sehingga keuntungan yang diperoleh para pengusaha akan meningkat. Kenaikan keuntungan ini mendorong para pengusaha berproduksi dan akan menambah target volume produksi untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar lagi. 2) Apabila laju inflasi yang terjadi terlalu tinggi (hiperinflasi) justru akan berakibat sebaliknya, bukan meningkatkan jumlah produksi, melainkan mengakibatkan turunnya jumlah output (hasil produksi). Hal ini terjadi karena dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai riil uang menjadi turun sehingga masyarakat tidak akan senang memiliki uang tunai. Akibatnya, pertukaran akan cenderung dilakukan antara barang dengan barang (barter). Jika pertukaran dilakukan dengan barter, biasanya para produsen tidak akan terdorong untuk berproduksi sehingga

33 mereka akan mengurangi kegiatan produksi dan akhirnya hasil produksi akan menurun. c. Mendorong penanaman modal spekulatif Inflasi menyebabkan para pemilik modal cenderung melakukan kegiatan spekulatif. Hal ini dilakukan dengan membeli rumah, tanah, dan emas yang nilainya relatif stabil. Cara ini dirasa oleh mereka lebih menguntungkan daripada melakukan investasi yang produktif. d. Menyebabkan tingkat bunga meningkat dan akan mengurangi investasi Untuk menghindari kemerosotan nilai uang dari modal yang mereka pinjamkan, lembaga keuangan akan menaikan suku bunga pinjaman. Apabila tingkat inflasi tinggi, maka tingkat suku bunga pinjaman juga tinggi. Tingginya suku bunga pinjaman akan mengurangi penanaman modal untuk membuka usaha usaha produktif. e. Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa depan Tingkat inflasi yang cukup parah dan gagal dikendalikan oleh pemerintah akan berdampak pada ketidakpastian ekonomi. Selanjutnya, arah perkembangan ekonomi sulit diramalkan. Keadaan ini akan mempersulit masyarakat maupun pengusaha. Konsumen cenderung melakukan penimbunan barang karena takut

34 barang tidak tersedia. Produsen akan sulit memperhitungkan biaya produksi karena harga bahan baku terus berubah. f. Menimbulkan masalah neraca pembayaran Inflasi di dalam negeri menyebabkan harga barang barang impor menjadi lebih murah sehingga masyarakat lebih menyukai barang impor. Hal ini berpengaruh pada terjadinya defisit neraca pembayaran dan kemerosotan nilai mata uang dalam negeri Cara Mengatasi Inflasi Pemerintah melalui Bank Indonesia memiliki kebijakan untuk mengendalikan inflasi. Yang dimaksud mengendalikan di sini bukan menghilangkan inflasi sama sekali, tetapi berusaha mencapai tingkat inflasi yang ideal. Berikut ini beberapa kebijakan pemerintah dalam mengendalikan inflasi: 1. Kebijakan Moneter Menurut teori moneter klasik, inflasi terjadi karena penambahan jumlah uang beredar. Dengan demikian, secara teoritis relatif mudah untuk mengatasi inflasi, yaitu dengan mengendalikan jumlah uang beredar itu sendiri. Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar. Ketika jumlah uang beredar terlalu berlebihan sehingga inflasi meningkat tajam, Bank Indonesia akan

35 segera menerapkan berbagai kebijakan moneter untuk mengurangi peredaran uang. Macam-macam kebijakan moneter tersebut adalah: a. Operasi pasar terbuka (open market operation) Operasi pasar terbuka adalah satu kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga berupa obligasi. b. Politik diskonto (discount rate policy) Politik diskonto adalah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk menambah dan mengurangi jumlah uang beredar dengan cara menaikkan atau menurunkan suku bunga bank. c. Politik cadangan kas (cash ratio) Politik cadangan kas adalah kebijakan bank sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikkan atau menurunkan cadangan minimum yang harus dipenuhi oleh bank-bank umum dalam mengedarkan atau memberikan kredit kepada masyarakat. d. Kebijakan kredit selektif Kebijakan kredit selektif adalah kebijakan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat dengan cara menentukan syarat-syarat yang ketat. Bank yang ingin memberikan kredit, harus memperhatikan syarat-syarat kredit yang dikenal dengan 5C, yaitu:

36 1) Character Character adalah penilaian karakter debitur yang berkaitan dengan tanggung jawab terhadap kewajibannya. 2) Capacity Capacity adalah penilaian terhadap kemampuan finansial debitur dalam memenuhi kewajiban yang telah dijanjikan. 3) Capital Capital yang dimaksud adalah penilaian terhadap kemampuan modal sendiri atas jumlah dana yang dibutuhkan. 4) Collateral Collateral adalah penilaian terhadap jaminan yang diberikan oleh debitur agar kebutuhan pendanaannya menjadi bankable (layak didanai dari kredit bank). 5) Condition Condition adalah penilaian terhadap situasi mikro dan makro yang meliputi kondisi politik, ekonomi, sosial dan budaya yang dapat mempengaruhi segala bentuk usaha yang sedang dijalankan. e. Imbauan moral (moral persuasion) Dengan imbauan moral, otoritas moneter mencoba untuk mengarahkan atau mengendalikan jumlah uang beredar. Bank sentral melakukan imbauan moral melalui media masa,

37 pengumuman atau pidato-pidato yang bisa mempengaruhi sikap lembaga moneter dan individu yang bergerak di bidang moneter. Misalnya, Gubernur Bank Indonesia dapat memberikan saran agar pihak perbankan berhati-hati dengan kreditnya atau membatasi keinginannya meminjam uang dari bank sentral. f. Kebijakan sanering Kebijakan sanering adalah kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral dengan cara pengguntingan atau pemotongan nilai uang. Tujuannya adalah untuk menyehatkan kembali nilai mata uang yang sudah jatuh. Kebijakan ini dilakukan oleh bank sentral apabila perekonomian sudah berada pada kondisi hiperinflasi dan harga-harga melambung sangat tinggi. g. Kebijakan devaluasi dan revaluasi Devaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menurunkan nilai rupiah terhadap mata uang asing. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki neraca pembayaran luar negeri. Dengan devaluasi, harga barang ekspor akan menjadi murah di luar negeri sehingga nilai ekspor kita bisa meningkat. Sementara itu harga barang luar negeri menjadi lebih mahal sehingga dapat mengurangi impor. Peningkatan ekspor dan penurunan impor ini akan mendorong neraca perdagangan surplus, artinya ekspor lebih besar daripada impor. Sedangkan revaluasi merupakan kebijakan bank sentral

38 untuk menaikkan kembali nilai mata uang rupiah terhadap mata uang asing. 2. Kebijakan fiskal Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal dilakukan pemerintah sejalan dengan kebijakan moneter. Kebijakan fiskal dilakukan dengan tiga cara, yaitu: a. Pengurangan pengeluaran pemerintah Dengan mengurangi pengeluaran pemerintah, diharapkan pengeluaran agregat dalam perekonomian dapat dikendalikan. Namun kenyataannya kebijakan ini sulit dilaksanakan, karena pengeluaran pemerintah cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. b. Menaikkan tarif pajak Saat terjadi kenaikkan laju inflasi, jumlah uang yang beredar terlalu banyak. Jumlah uang beredar tersebut dapat dikurangi dengan menaikkan tarif pajak. Jika tarif pajak dinaikkan, maka uang yang dibelanjakan oleh masnyarakat akan berkurang. c. Mengadakan pinjaman pemerintah Peminjaman pemerintah ini dilakukan secara otomatis agar uang tidak terlalu banyak beredar. Kebijakan ini dilakukan

39 pemerintah dengan cara memotong gaji pegawai negeri untuk ditabung dan penjualan surat obligasi pemerintah. 3. Kebijakan Non-Moneter dan Non-Fiskal Selain kebijakan moneter dan kebijakan fiskal, pemerintah melakukan kebijakan non-moneter atau non-fiskal dengan tiga cara sebagai berikut: a. Menaikkan hasil produksi Kenaikan hasil produksi dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikkan hasil produksi ini dapat dilakukan dengan cara kebijaksanaan penurunan bea masuk untuk bahan baku maupun barang jadi, hal ini akan berakibat impor barang meningkat. Pertambahan jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga. b. Kebijakan upah Kebijakan upah adalah tindakan menstabilkan upah atau gaji dengan cara gaji tidak sering dinaikan. Kenaikan upah atau gaji hanya dapat dilakukan jika produktivitas pekerja atau pegawai naik. Kenaikan upah atau gaji akan menimbulkan kenaikan daya beli. Hal ini pada akhirnya akan menaikkan permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan atau permintaan agregat. Apabila hal ini terjadi, maka akan menimbulkan inflasi.

40 c. Pengamanan harga dan distribusi Pemerintah harus dapat mengendalikan kenaikan harga berbagai macam barang. Oleh karena itu pemerintah menetapkan harga maksimum (harga eceran tertinggi atau HET), melakukan pengamanan harga, dan menetapkan sanksi yang cukup berat. Apabila penetapan harga tidak disertai dengan pengamanan yang baik, maka tidak akan memberikan hasil yang diharapkan. Namun, terkadang pengamanan harga oleh pemerintah sering menimbulkan pasar gelap. Untuk menghindari timbulnya pasar gelap, pemerintah dapat mendistribusikan barang kebutuhan pokok langsung kepada masyarakat. 2.2 Suku Bunga Menurut Kashmir (2001), dalam kegiatan perbankan sehari-hari, ada dua macam suku bunga yang diberikan kepada nasabah, yaitu: 1. Suku bunga simpanan Suku bunga simpanan adalah bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Suku bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar oleh pihak bank kepada nasabahnya. Yang termasuk suku bunga simpanan adalah suku bunga giro, suku bunga tabungan dan suku bunga deposito.

41 2. Suku bunga pinjaman Suku bunga pinjaman adalah suku bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada pihak bank, misalnya suku bunga kredit. Menurut Dahlan Siamat faktor-faktor yang mempengaruhi suku bunga pinjaman diantaranya adalah: a. Jangka waktu Jangka waktu jatuh tempo kredit yang lebih panjang cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi pula, yaitu ketidakpastian terhadap pelunasan kredit yang terdiri dari pembayaran bunga dan pokok. Oleh karena jangka waktu jatuh tempo ini merupakan refleksi terhadap tinggi rendahnya risiko yang dihadapi bank, maka semakin panjang jangka waktu kredit semakin tinggi pula ketidakpastian pembayaran dan semakin besar terjadinya risiko default. Umumnya, semakin panjang jangka waktu kredit, akan semakin tinggi pula tingkat bunga kredit yang dibebankan pihak bank kepada nasabah. b. Jaminan kredit Jaminan merupakan alat pengaman terhadap kemungkinan tidak mampunya debitur melunasi kredit yang diterimanya sesuai dengan perjanjian. Dengan demikian, fungsi jaminan di sini adalah memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan pembayaran dengan barang jaminan tersebut. Penentuan

42 tingkat suku bunga sangat dipengaruhi oleh sifat jaminan yang diserahkan nasabah. Nilai barang jaminan yang proporsional dengan jumlah kredit yang diberikan merupakan sifat jaminan seperti mudah dijual atau dicairkan serta nilainya tidak mengalami penurunan, maka akan memberikan risiko yang relatif rendah bagi bank sehingga tingkat bunga yang dibebankan pihak bank kepada nasabah relatif akan lebih rendah. c. Reputasi perusahaan Penentuan tingkat suku bunga dipengaruhi pula oleh kondisi perusahaan (nasabah). Reputasi perusahaan biasanya dilihat dari peringkatnya (credit rating). Semakin tinggi credit rating sebuah perusahaan, maka semakin rendah tingkat risikonya dan semakin rendah pula tingkat bunga yang dikenakan oleh pihak bank. Demikan pula sebaliknya, perusahaan dengan reputasi credit rating yang rendah akan lebih tinggi pula tingkat bunga kredit yang dibebankan oleh pihak bank karena dianggap memiliki risiko yang lebih tinggi. d. Hubungan baik Bank yang telah lama memiliki hubungan dengan nasabah, di mana selama hubungan tersebut historical records (nasabah yang bersangkutan cukup baik dan memberikan keuntungan bagi pihak bank), umumnya pihak bank akan menggolongkan sebagai prime customers dan oleh karena itu akan dikenakan tingkat bunga kredit yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan nasabah biasa.

43 e. Jaminan pihak ketiga Adanya jaminan yang diberikan oleh pihak ketiga, baik oleh bank lain atau perusahaan lain yang cukup kredibel, misalnya berupa bank garansi atau corporate guarantee yang akan mengurangi risiko kredit. Jaminan tersebut akan meningkatkan kepercayaan dan keyakinan bank terhadap nasabah yang bersangkutan, yang akan mempengaruhi keputusan penentuan tingkat suku bunga pinjaman. Kedua macam suku bunga tersebut yaitu suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman, merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi pihak bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah, sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Pembebanan besarnya tingkat suku bunga pinjaman atau kredit dibedakan kepada jenis kreditnya. Pembebanan yang dimaksud adalah metode perhitungan yang akan digunakan, sehingga mempengaruhi jumlah bunga yang akan dibayarkan oleh nasabah. Jumlah bunga yang akan dibayarkan akan mempengaruhi jumlah angsuran perbulannya, di mana jumlah angsuran terdiri dari pokok pinjaman dan bunga. Menurut Kashmir (2001), metode pembebanan yang dimaksud adalah: 1. Effective rate Effective rate adalah perhitungan bunga dengan cara bunga dihitung dari sisa pokok pinjaman sehingga jumlah bunga yang dibayar

44 berbeda setiap bulannya dan semakin lama semakin kecil sejalan dengan menurunnya sisa pokok pinjaman. Namun demikian besarnya angsuran (pokok + bunga) setiap bulan yang dibayar selalu tetap, sepanjang tingkat suku bunga belum atau tidak berubah. 2. Flat rate Flat rate adalah pembebanan bunga setiap bulan tetap dari jumlah pinjamannya, demikian pula pokok pinjaman setiap bulan juga dibayar sama sehingga cicilan setiap bulan sama sampai kredit tersebut lunas. Sifat suku bunga pinjaman juga dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Fixed rate Fixed rate adalah tingkat suku bunga yang besarnya selalu tetap selama jangka waktu tertentu atau selama jangka waktu kredit. 2. Floating rate Floating rate adalah tingkat suku bunga yang besarnya dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan besarnya suku bunga yang berlaku di pasar. 2.3 Kaitan antara Tingkat Inflasi dengan Tingkat Suku Bunga Pinjaman Secara makro ekonomi antara tingkat inflasi dan tingkat suku bunga pinjaman jelas terdapat suatu keterkaitan. Ketika tingkat inflasi mengalami peningkatan, maka tingkat suku bunga pinjaman juga ikut naik. Hal ini tentu

45 saja menggambarkan keterkaitan yang searah dan erat antara tingkat inflasi dan tingkat suku bunga pinjaman. Hal ini diperkuat dengan adanya Teori Keynes yang telah dijelaskan sebelumnya dan didukung oleh adanya Teori Irving Fisher yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat suku bunga. Ia menuliskan bahwa harga merupakan ekspektasi dari inflasi. Sehingga jika harga naik maka akan menyebabkan suku bunga naik sebesar naiknya harga. Ketika terjadi inflasi, hampir semua harga barang-barang kebutuhan masyarakat mengalami kenaikan. Hal ini tentu saja memicu meningkatnya jumlah uang yang harus dikeluarkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kondisi seperti ini, peredaran uang di kalangan masyarakat akan meningkat. Pemerintah dan lembaga keuangan yaitu perbankan akan melaksanakan salah satu kebijakan moneter, yaitu politik diskonto. Seperti yang telah dijelaskan, politik diskonto adalah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk menambah atau mengurangi jumlah uang beredar dengan cara menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga bank. Dengan banyaknya uang beredar di masyarakat, pemerintah dan lembaga keuangan akan menaikkan suku bunga tabungan agar masyarakat menyimpan sebagian uang yang dimilikinya. Kemudian suku bunga pinjaman juga akan dinaikkan agar masyarakat tidak meminjam dana dari bank untuk memenuhi kebutuhan hidup yang harganya semakin meningkat.

46 Cara ini dinilai efektif oleh pemerintah untuk mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat. Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila suku bunga pinjaman diturunkan maka tidak dengan mudah menyebabkan inflasi menurun, tetapi apabila inflasi diturunkan maka dengan sendirinya tingkat suku bunga akan turun. Hal ini jelas menggambarkan bahwa inflasi adalah variable yang mempengaruhi tingkat suku bunga pinjaman.

47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Metodologi Penelitian Objek Penelitian Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan agar proses penelitian dapat dikendalikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, maka penulis akan melakukan penelitian di Bank BUMN XXX khususnya di bagian Consumer Loan (kredit) selama tiga bulan dimulai pada bulan Maret 2008 sampai dengan bulan Mei Yang menjadi objek penelitian adalah data mengenai tingkat inflasi di Indonesia periode Januari tahun 2005 sampai dengan periode Desember tahun 2007 dan tingkat suku bunga pinjaman kredit konsumtif pada Bank BUMN XXX periode Januari tahun 2005 sampai dengan periode Desember tahun Dari data-data yang ada, penulis akan menghitung seberapa besar pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat suku bunga pinjaman pada Bank BUMN XXX Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Wawancara Wawancara adalah salah satu metode penelitian dengan cara melakukan komunikasi dua arah untuk mendapatkan data dari responden. Dengan metode ini maka penulis akan melakukan

48 wawancara dengan bagian-bagian terkait yang dapat memberikan informasi yang dapat menunjang terselesaikannya penelitian ini (Jogiyanto, 2005). 2. Studi Kepustakaan Dengan metode ini maka peneliti akan mencari referensi bukubuku yang dapat menunjang pembahasan penelitian ini terutama teori mengenai inflasi, tingkat suku bunga, dan perhitungan statistik yang dapat membantu menyelesaikan penelitian ini Metode Analisis Data Penelitian ini akan menggunakan metode kuantitatif, yaitu berupa pengujian dengan menggunakan alat uji statistik dengan tingkat keyakinan guna mengungkap data konkrit dalam bentuk angka dan persentase mengenai seberapa besar pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat suku bunga pinjaman pada Bank BUMN XXX. Dalam menganalisis kekuatan pengaruh inflasi terhadap tingkat suku bunga pinjaman, penulis akan menggunakan analisa korelasi dan regresi yang akan diuji menggunakan alat uji statistik dengan bantuan program SPSS versi Tingkat Inflasi (X) Tingkat Suku Bunga Pinjaman (Y) Gambar 3.1 Model Penelitian

49 Output yang akan di hasilkan dari program SPSS versi 12.0 dapat berupa hasil uji statistik deskriptif yang akan menjelaskan mengenai karakteristik data yang digunakan, hasil uji normalitas yang akan meyakinkan bahwa penelitian ini dapat diuji dengan analisa korelasi dan regresi, hasil uji korelasi yang akan menjawab seberapa besar pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat suku bunga pinjaman pada Bank BUMN XXX, serta hasil uji regresi yang akan menjawab seberapa besar pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat suku bunga pinjaman pada Bank BUMN XXX dan akan menghasilkan sebuah persamaan yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat suku bunga pinjaman pada Bank BUMN XXX. Persamaan yang akan dihasilkan nantinya dapat berupa: Y = a + bx Keterangan: Y = Tingkat suku bunga pinjaman. X = Tingkat inflasi. a = Konstanta. b = Koefisien regresi. 3.2 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Berdirinya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat

50 bank milik pemerintah yaitu: Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia, dan Bank Pembangunan Indonesia bergabung menjadi Bank Mandiri. Sejarah keempat bank tersebut dapat ditelusuri lebih dari seratus empat puluh tahun yang lalu. Keempat bank tersebut telah turut membentuk riwayat perkembangan dunia perbankan di Indonesia. Bank Dagang Negara merupakan salah satu bank tertua di Indonesia. Sebelumnya Bank Dagang Negara dikenal sebagai Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij yang didirikan di Batavia (Jakarta) pada tahun Pada tahun 1949 namanya berubah menjadi Escomptobank NV. Selanjutnya, pada tahun 1960 Escomptobank dinasionalisasi dan berubah nama menjadi Bank Dagang Negara, sebuah bank pemerintah yang membiayai sektor industri dan pertambangan. Bank Bumi Daya didirikan melalui suatu proses panjang yang bermula dari nasionalisasi sebuah perusahaan Belanda De Nationale Handelsbank NV, menjadi Bank Umum Negara pada tahun Pada Tahun 1964, Chartered Bank (sebelumnya adalah bank milik Inggris) juga dinasionalisasi, dan Bank Umum Negara diberi hak untuk melanjutkan operasi bank tersebut. Pada tahun 1965, Bank Umum Negara digabungkan ke dalam Bank Negara Indonesia dan berganti nama menjadi Bank Negara Indonesia Unit IV yang akhirnya beralih menjadi Bank Bumi Daya. Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim) berawal dari perusahaan dagang Belanda N.V.Nederlansche Handels Maatschappij

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI INFLASI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan menjelaskan penyebab inflasi dan dampaknya bagi kehidupan bermasyarakat. A. INFLASI

Lebih terperinci

Jenis-Jenis Inflasi. Berdasarkan Tingkat Keparahan;

Jenis-Jenis Inflasi. Berdasarkan Tingkat Keparahan; INFLASI Pengertian Inflasi Inflasi adalah suatu keadaan perekonomian dimana harga-harga secara umum mengalami kenaikan dan kenaikan harga itu berlangsung dalam jangka panjang. Inflasi secara umum terjadi

Lebih terperinci

ekonomi K-13 KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL K e l a s A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL K e l a s A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Menjelaskan jenis dan instrumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus utama dari kebijakan moneter adalah mencapai dan memelihara laju inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, tujuan Bank Indonesia

Lebih terperinci

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1) Inflasi adalah kecendrungan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Kenaikkan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali jika kenaikkan harga barang itu

Lebih terperinci

Inflasi dan Indeks Harga

Inflasi dan Indeks Harga Inflasi dan Indeks Harga Pokok Bahasan 1. Pengertian Inflasi dan Deflasi 2. Jenis Inflasi 3. Teori Inflasi 4. Sebab timbulnya Inflasi 5. Cara Mengatasi Inflasi 6. Dampak Inflasi dan Cara Menghitung Inflasi

Lebih terperinci

V. TEORI INFLASI Pengertian Inflasi

V. TEORI INFLASI Pengertian Inflasi Nuhfil Hanani 1 V. TEORI INFLASI 5.1. Pengertian Inflasi Inflasi menunjukkan kenaikan dalam tingkat harga umum. Laju inflasi adalah tingkat perubahan tingkat harga umum, dan diukur sebagai berikut: tingkat

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X KEBIJAKAN MONETER KTSP A. Kebijakan Moneter Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X KEBIJAKAN MONETER KTSP A. Kebijakan Moneter Tujuan Pembelajaran KTSP Kelas X ekonomi KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami instrumen kebijakan moneter. 2. Memahami kebijakan

Lebih terperinci

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Program Studi Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Kebijakan Moneter Kebijakan Fiskal Kebijakan Moneter

Lebih terperinci

A. Indeks Harga dan Inflasi

A. Indeks Harga dan Inflasi A. Indeks Harga dan Inflasi A. Pilihan Ganda 1. Jawaban: b 1) Indeks harga yang harus dibayar dan diterima petani adalah indeks harga barang-barang yang dibayar oleh petani untuk biaya proses produksi.

Lebih terperinci

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si.

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si. Pengertian Inflasi Sumber dan Dampak Inflasi Jenis Jenis Inflasi Kebijakan Pemerintah Mengatasi Inflasi Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si. 1 Inflasi Inflasi Dapat Didefinisikan Sebagai Suatu Kondisi Dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Inflasi Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus maksudnya

Lebih terperinci

PENGUKURAN INFLASI. Dalam menghitung Inflasi secara umum digunakan rumus: P P

PENGUKURAN INFLASI. Dalam menghitung Inflasi secara umum digunakan rumus: P P INFLASI Minggu 15 Pendahuluan Inflasi adalah kecendrungan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Kenaikkan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali

Lebih terperinci

Indikator Inflasi Beberapa indeks yang sering digunakan untuk mengukur inflasi seperti;.

Indikator Inflasi Beberapa indeks yang sering digunakan untuk mengukur inflasi seperti;. Bab V INFLASI Jika kita perhatikan dan rasakan dari masa lampau sampai sekarang, harga barang barang dan jasa kebutuhan kita harganya terus menaik, dan nilai tukar uang selalu turun dibandingkan nilai

Lebih terperinci

Kebijakan Moneter & Bank Sentral

Kebijakan Moneter & Bank Sentral Kebijakan Moneter & Bank Sentral Pengertian Umum Kebijakan moneter adalah salah satu dari kebijakan ekonomi yang bisa dibuat oleh pemerintah Kebijakan moneter berkaitan dan berfokus pada pasokan uang

Lebih terperinci

Ekonomi. untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1. Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Inung Oni Setiadi Irim Rismi Hastyorini. Dibuat oleh:

Ekonomi. untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1. Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Inung Oni Setiadi Irim Rismi Hastyorini. Dibuat oleh: Ekonomi untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1 Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial Dibuat oleh: Inung Oni Setiadi Irim Rismi Hastyorini Disclaimer Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai alternatif guna membantu Bapak/Ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin lama semakin tak terkendali. Setelah krisis moneter 1998, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan

Lebih terperinci

Analisis dalam teori mikro ekonomi pada umumnya meliputi bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian, mis. Kegiatan seorang konsumen,

Analisis dalam teori mikro ekonomi pada umumnya meliputi bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian, mis. Kegiatan seorang konsumen, MAKRO EKONOMI Analisis dalam teori mikro ekonomi pada umumnya meliputi bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian, mis. Kegiatan seorang konsumen, suatu perusahaan atau suatu pasar Analisis

Lebih terperinci

SKRIPSI. Kausalitas Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi. di Indonesia Tahun

SKRIPSI. Kausalitas Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi. di Indonesia Tahun Kausalitas Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi di Indonesia Tahun 1977-2007 SKRIPSI Diajukan Guna Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Jenjang Strata I Jurusan Ilmu Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit. Fungsi ini sering

Lebih terperinci

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia Andri Helmi M, SE., MM Sistem Ekonomi Indonesia Pemerintah bertugas menjaga stabilitas ekonomi, politik, dan sosial budaya kesejahteraan seluruh masyarakat. Siapa itu pemerintah? Bagaimana stabilitas di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

08. Tabel biaya dan produksi suatu barang sebagai berikut : Jumlah produksi Biaya tetap Biaya variabel Biaya total 4000 unit 5000 unit 6000 unit

08. Tabel biaya dan produksi suatu barang sebagai berikut : Jumlah produksi Biaya tetap Biaya variabel Biaya total 4000 unit 5000 unit 6000 unit EKONOMI KHUSUS 01. Dalam rangka menjaga kestabilan arus uang dan arus barang dalam perekonomian, bank sentral dapat melakukan penjualan dan pembelian surat-surat berharga di bursa efek. Kebijaksanaan bank

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengertian Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara-cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang masih memiliki tingkat kesejahteraan penduduk yang relatif rendah. Oleh karena itu kebutuhan akan pembangunan nasional sangatlah diperlukan

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia MODUL PERKULIAHAN Perekonomian Indonesia Sistem Moneter Indonesia Fakultas Program Studi Pertemuan Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 13 84041 Abstraksi Modul ini membahas tentang

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009).

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009). BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN 2.1. Telaah Teoritis Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009). Istilah ini mengacu pada kondisi yang berkonotasi

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak orang berlomba untuk berinvestasi. Baik itu dari kalangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak orang berlomba untuk berinvestasi. Baik itu dari kalangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak orang berlomba untuk berinvestasi. Baik itu dari kalangan ritel ataupun dari kalangan besar. Kebanyakan investor ritel menempatkan dana investasi dalam

Lebih terperinci

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA SKRIPSI. Diajukan Oleh : Marta Kristiani / FE/ IE

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA SKRIPSI. Diajukan Oleh : Marta Kristiani / FE/ IE ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Oleh : Marta Kristiani 0611010037/ FE/ IE FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah KEBIJAKAN PEMERINTAH. Kebijakan Pemerintah. Kebijakan Pemerintah 4/29/2017. Tujuan

Kebijakan Pemerintah KEBIJAKAN PEMERINTAH. Kebijakan Pemerintah. Kebijakan Pemerintah 4/29/2017. Tujuan KEBIJAKAN PEMERINTAH Kebijakan pemerintah yg berkaitan dengan APBN untuk mempengaruhi jalannya perekonomian guna mencapai sasaran atau tujuan tertentu Misal: 1. menaikkan/menurunkan budget 2. menaikkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang memiliki spesialisasi yang tinggi. Hal ini berarti tidak ada seorangpun yang mampu memproduksi semua apa yang dikonsumsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan stabilitas di bidang ekonomi yang sehat dan dinamis, pemeliharaan di bidang ekonomi akan tercipta melalui pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan stabilitas di bidang ekonomi yang sehat dan dinamis, pemeliharaan di bidang ekonomi akan tercipta melalui pencapaian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indikator indikator ekonomi makro sangat berperan dalam menstabilkan perekonomian. Menurut Lufti dan Hidayat ( 2007 ), salah satu indikator ekonomi makro yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya

I. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan merupakan lembaga yang vital dalam mempengaruhi perkembangan perekonomian suatu negara. Melalui fungsi intermediasinya, perbankan mampu menghimpun dana dari

Lebih terperinci

Uang EKO 2 A. PENDAHULUAN C. NILAI DAN JENIS-JENIS UANG B. FUNGSI UANG. value).

Uang EKO 2 A. PENDAHULUAN C. NILAI DAN JENIS-JENIS UANG B. FUNGSI UANG. value). A. PENDAHULUAN Uang adalah suatu benda atau alat tukar yang diterima oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatan pertukaran barang dengan barang atau lainnya. Ciri-ciri uang agar penggunaannya efisien:

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

II. LANDASAN TEORI. atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Bank adalah salah satu badan financial yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum

Lebih terperinci

MODUL INFLASI DAN INDEKS HARGA

MODUL INFLASI DAN INDEKS HARGA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK RAKYAT MODUL INFLASI DAN INDEKS HARGA ROMI REXVIANA SAPUTRI A210140167 PENGANTAR DAN TUJUAN MODUL Assalamu alaikum Wr, Wb. Dengan memanjatkan puji syukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Perusahaan PT. Bank Mandiri Tbk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Perusahaan PT. Bank Mandiri Tbk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Gambaran Perusahaan PT. Bank Mandiri Tbk PT. Bank Mandiri Tbk merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa perbankan. Berdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara, baik itu negara maju maupun negara berkembang menginginkan adanya perkembangan dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan yang berkelanjutan. Salah satu

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri menyebabkan perubahan tata perekonomian dalam negeri yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri menyebabkan perubahan tata perekonomian dalam negeri yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri menyebabkan perubahan tata perekonomian dalam negeri yang drastis. Kenaikan harga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam perekonomian dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian,

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian, sehingga dalam tatanan perekonomian suatu negara diperlukan pengaturan moneter yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

Xpedia Ekonomi. Makroekonomi

Xpedia Ekonomi. Makroekonomi Xpedia Ekonomi Makroekonomi Doc. Name: XPEKO0399 Doc. Version : 2012-08 halaman 1 01. Pengangguran friksional / frictional unemployment ialah... (A) diasosiasikan dengan penurunan umum di dalam ekonomi

Lebih terperinci

Ilmu Ekonomi Bank Sentral dan Kebijakan moneter

Ilmu Ekonomi Bank Sentral dan Kebijakan moneter Ilmu Ekonomi Bank Sentral dan Kebijakan moneter 1 Bank Sentral (BI di Indonesia) Bank Indonesia (BI) - Sebagai Bank Sentral berdasarkan pasal 4 ayat 1 Undangundang RI No. 23 tahun 1999 Lembaga Negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan mengacu pada Trilogi Pembangunan (Rochmat Soemitro,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Umum Suku Bunga Keynes berpendapat bahwa suku bunga itu adalah semata-mata gejala moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena tingkat bunga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Mankiw, 2006: 145). Ini tidak berarti bahwa harga harga berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Mankiw, 2006: 145). Ini tidak berarti bahwa harga harga berbagai macam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Inflasi Salah satu peristiwa modern yang sangat penting dan yang selalu dijumpai dihampir semua negara di dunia adalah inflasi. Definisi singkat dari inflasi adalah

Lebih terperinci

UANG DAN INSTITUSI KEUANGAN PENAWARAN UANG PROGDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

UANG DAN INSTITUSI KEUANGAN PENAWARAN UANG PROGDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG UANG DAN INSTITUSI KEUANGAN PENAWARAN UANG PROGDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG Pendahuluan Pada jaman dahulu, perdagangan dilakukan oleh masyarakat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peristiwa moneter yang penting dan hampir dijumpai semua

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peristiwa moneter yang penting dan hampir dijumpai semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu peristiwa moneter yang penting dan hampir dijumpai semua negara di dunia adalah inflasi. Inflasi berasal dari bahasa latin inflance yang berarti meningkatkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian suatu negara. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan memberikan kontribusi yang besar di Indonesia. Lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan memberikan kontribusi yang besar di Indonesia. Lembaga keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perbankan telah berkembang pesat, bank berperan sangat penting mendorong pertumbuhan perekonomian suatu negara. Bank sebagai lembaga keuangan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

INFLASI.

INFLASI. INFLASI DEFINISI MENURUT A.P. LERNER: kelebihan permintaan (excess demand) trhd penyediaan barangbarang dalam suatu perekonomian secara keseluruhan INFLASI ADLH: Kenaikan hargaharga barang umum secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu perusahaan tidak pernah lepas dari sumber daya manusia. Apabila faktor sumber daya manusia sudah dianggap tidak memumpuni dalam suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang mengacu kepada trilogi pembangunan. Demi mewujudkan

Lebih terperinci

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak

Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak TEORI EKONOMI MAKRO Makro ekonomi adalah Makro artinya besar, analisis makro ekonomi merupakan analisis keseluruhan kegiatan perekonomian. Bersifat global dan tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sering terjadi pada perekonomian suatu negara. Gejala-gejala inflasi pada perekonomian ditandai dengan kenaikan harga-harga secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan uang sangat penting dalam perekonomian. Seluruh barang dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan perkembangan perekonomian atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Inflasi Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus. kenaikan harga pada satu atau dua barang

Lebih terperinci

Dampak Inflasi Terhadap Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (Apbd) Pada Pemerintah Kota Tasikmalaya

Dampak Inflasi Terhadap Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (Apbd) Pada Pemerintah Kota Tasikmalaya Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-01-25 Dampak Inflasi Terhadap Anggaran Pendapatan Dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam bab landasan teori ini di bahas tentang teori Produk Domestik Regional Bruto, PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Penyajian materi tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi

Lebih terperinci

A. PENGERTIAN SISTEM MONETER DI INDONESIA

A. PENGERTIAN SISTEM MONETER DI INDONESIA A. PENGERTIAN SISTEM MONETER DI INDONESIA Yang termasuk dalam sistem moneter adalah bank-bank atau lembaga-lembaga yang ikut menciptakan uang giral. Di Indonesia yang dapat digolongkan ke dalam sistem

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat terus tumbuh, namundengan tetap memperhatikan prinsip kehatian-hatian

BAB I PENDAHULUAN. dapat terus tumbuh, namundengan tetap memperhatikan prinsip kehatian-hatian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai jembatan antara pihakyang kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana. Bank diharapkan dapatmemberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

Inflasi dan indes harga

Inflasi dan indes harga MODUL EKONOMI KELAS X Inflasi dan indes harga Inflasi dan indeks harga Page 1 PENGANTAR DAN TUJUAN MODUL Assalamualaikum Wr, Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, penyusunan modul Akuntansi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER. Oleh : Muhlisin

KEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER. Oleh : Muhlisin KEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER Oleh : Muhlisin TEORI MAKROEKONOMI MELIPUTI JUGA ANALISIS DALAM BERBAGAI ASPEK BERIKUT : 1. Masalah ekonomi yang dihadapi, terutama pengangguran dan inflasi, dan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA Abstract Inflasi dan pengangguran adalah masalah pelik yang selalu dihadapi oleh Negara Indonesia terkait belum berkualitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi dapat terwujud melalui dana perbankan atau potensi

I. PENDAHULUAN. sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi dapat terwujud melalui dana perbankan atau potensi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kehidupan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari keberadaan serta peran penting sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB 11 LANDASAN TEORI

BAB 11 LANDASAN TEORI BAB 11 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Inflasi Definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan investasi para pemegang dana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel BAB II TINJAUAN TEORI Bab ini membahas mengenai studi empiris dari penelitian sebelumnya dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel dalam kebijakan moneter dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan ekonomi makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran ekonomi makro, yaitu

Lebih terperinci

PENDAPATAN NASIONAL ALLDO KURNIA PUTRA IPA 2 SEMESTER III. SMA AL AZHAR SYIFA BUDI JAKARTA Jalan Kemang Raya No.7 Jakarta Selatan

PENDAPATAN NASIONAL ALLDO KURNIA PUTRA IPA 2 SEMESTER III. SMA AL AZHAR SYIFA BUDI JAKARTA Jalan Kemang Raya No.7 Jakarta Selatan PENDAPATAN NASIONAL ALLDO KURNIA PUTRA IPA 2 SEMESTER III SMA AL AZHAR SYIFA BUDI JAKARTA Jalan Kemang Raya No.7 Jakarta Selatan Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berusaha dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan

Lebih terperinci

Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Syariah

Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Syariah Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Syariah Disusun oleh: Rifka Kusumawardani (109084000012) Dimas Prabowo (109084000052) Rhomdon Kurniawan (109084000064) Ilmu Ekonomi dan studi pembangunan Semester 6 Konsentrasi

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Gambar umum perusahaan 1. Sejarah perusahaan Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR LAMPIRAN...xiii

DAFTAR ISI. DAFTAR LAMPIRAN...xiii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...iv DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL...xi DAFTAR LAMPIRAN...xiii ABSTRAKSI...xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1 1.2. Perumusan Masalah...4 1.3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia membawa pengaruh pada. berbagai sektor ekonomi, baik sektor riil maupun sektor moneter.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia membawa pengaruh pada. berbagai sektor ekonomi, baik sektor riil maupun sektor moneter. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Indonesia membawa pengaruh pada berbagai sektor ekonomi, baik sektor riil maupun sektor moneter. Untuk mengatasi permasalahan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat inflasi yang terkendali, nilai tukar dan tingkat suku bunga yang stabil serta tingkat pengangguran yang rendah atau bahkan

Lebih terperinci

9. UANG DAN LEMBAGA KEUANGAN

9. UANG DAN LEMBAGA KEUANGAN 9. UANG DAN LEMBAGA KEUANGAN Uang dan Lembaga Keuangan Sistem Keuangan di Indonesia Fungsi Uang Komponen uang beredar (Mo,M1, M2, M3) Peran Bank Sentral Perkembangan terbaru kasus uang dan perbankan (Indonesian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan sarana yang strategis dalam rangka pembangunan ekonomi, peran yang strategis tersebut disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai penghimpun

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Materi Perkuliahan: 1. Ruang Lingkup Analisis Makroekonomi (Konsep dasar ekonomi makro) 2. Aliran kegiatan perekonomian (aliran sirkular atau circular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang baik meskipun perekonomian global mengalami ketidakpastian dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang baik meskipun perekonomian global mengalami ketidakpastian dan banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia pada dekade terakhir menunjukkan perkembangan yang baik meskipun perekonomian global mengalami ketidakpastian dan banyak negara yang

Lebih terperinci