BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 Design Hasil Survey Feeder STO Cikupa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 Design Hasil Survey Feeder STO Cikupa"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Implementasi Jaringan FTTH Perancangan Jaringan FTTH Perancangan jaringan dilakukan dengan cara survey lokasi yang akan dilakukan pembangunan. Kemudian hasil survey tersebut digambarkan melalui sebuah desain jaringan menggunakan aplikasi Google Earth. Gambar 4.1 Design Hasil Survey Feeder STO Cikupa Perencanaan menggunakan Google Earth ini bertujuan untuk mengetahui lokasi penempatan perangkat jaringan FTTH yang akan dibangun seperti, route duct manhole yang akan dilalui, jalur penarikan kabel feeder, penempatan perangkat clossure, penempatan perangkat ODC dan penempatan handhole yang akan dibangun. Aplikasi Google Earth dapat mengetahui secara jelas lokasi yang akan dilakukan pembangunan jaringan, seperti letak posisi koordinat dan tampilan lingkungan sekitar dengan menu Street View yang dimilikinya. Berdasarkan design hasil survey diatas, jaringan yang feeder yang akan dibangun yaitu sebanyak 1 feeder dengan kapasitas kabel 288 core untuk catuan 4 buah ODC. Penamaan awal ODC yang akan dibangun ialah RF1, 29

2 30 RF2, RP1, dan RP3. Penamaan ODC dapat mengalami perubahan untuk menghindari kesamaan nama dengan jaringan yang telah terinstal Pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pembuatan rencana anggaran biaya berdasarkan design hasil survey yang telah dibuat. RAB ini menggunakan kontrak harga satuan yang telah di tetapkan. Pada RAB terurai jelas jumlah biaya masing-masing item pekerjaan baik material, jasa, maupun biaya perijinan. Adapun tujuan Pembuatan RAB diantaranya : a. Untuk mengetahui total nilai pekerjaan agar tidak melebihi anggaran yang telah ditetapakan sebelumnya. b. Untuk mengetahui daftar dan jumlah material yang dibutuhkan. c. Untuk mengetahui peralatan kerja yang dibutuhkan d. Sebagai dasar penunjukan mitra pelaksana. Gambar 4.2 RAB Pekerjaan Feeder Cikupa

3 Penetapan Kebutuhan Material Penentuan kebutuhan material berdasarkan hasil survey yang telah di lakukan serta RAB yang telah dibuat. Adapun kebutuhan material untuk pekerjaan feeder cikupa ini antara lain : Tabel. 4.1 Kebutuhan Material NO NAMA BARANG SATUAN KEBUTUHAN 1 Optical Termination Box kapasitas 144 core UNIT 2 2 Kabel duct fiber optic kapasitas 288 core METER Kabel duct fiber optic kapasitas 144 core METER Kabel duct fiber optic kapasitas 48 core METER Kabel duct fiber optic kapasitas 24 core METER Clossure kapasitas 288 core PCS 1 7 Clossure kapasitas 144 core PCS 1 8 Clossure kapasitas 48 core PCS 1 9 Pipa Sub duct ukuran diameter 50/42 METER Pipa Sub duct ukuran diameter 32/27 METER Pipa HDPE ukuran diameter 40/33 METER ODC Kapasitas 144 Unit 4 Material yang sudah di tentukan kemudian di input kedalam aplikasi alista. Aplikasi Alista digunakan untuk memonitoring permintaan kebutuhan material dan pengeluaran material yang telah digunakan, serta untuk menghindari terjadinya overbudget di sisi pengadaan material. Gambar 4.3 Tampilan Aplikasi Alista

4 Penetapan Mitra Pelaksana Dalam hal ini, PT Telkom Akses tidak mengerjakan pekerjaan secara sendiri. Melainkan menunjuk pihak ke-3 sebagai pelaksanaa pekerjaan. Penetapan mitra dilakukan untuk mempercepat penyelesaian pekerjaan. Hal ini dikarenakan mitra pelaksana yang ditunjuk sudah tentu memiliki pengalaman yang baik dalam hal pekerjaan instalasi Out Side Plan Fiber optik (OSP-FO). Penetapan mitra pelaksana tercantum dalam Nota Kesepakatan yang ditanda tangani kedua belah pihak dengan materai cukup yang dibuat rangkap dua. 4.2 Pelaksanaan Implementasi Segmen Feeder STO Cikupa Pemasangan Pipa Sub Duct pada Route Duct A. Persiapan Penarikan Sub Duct Pemilihan Pipa Duct yang Akan Dipakai Untuk menempatkan kabel dalam duct terlebih dahulu harus dicari / dipilih pipa duct yang kosong dan sesuai, yaitu pipa duct yang akan dipakai harus dalam satu jalan sepanjang route duct tersebut, sehingga tidak akan mempersulit penarikan kabel, serta perlu diperhatikan bila timbul percabangan, maka di sisi mana dari pipa duct yang terpilih harus ditandai untuk diketahui oleh regu penarik. Mengingat di dalam manhole terdapat banyak polongan pipa duct yang menghubungkan ke beberapa manhole. Maka harus dipastikan bahwa pipa duct yang dipilih menuju manhole yang dinginkan Persiapan Rodding duct Rodding duct dilaksanakan untuk memastikan bahwa pipa duct yang akan dipakai untuk penggelaran sub duct maupun kabel serat optik dalam kondisi baik dan bebas dari kotoran. Beberapa hal yang terkait dengan persiapan rodding duct yaitu untuk membuka maupun menutup tutup manhole menggunakan katrol yang sesuai dengan berat dari tutup manhole tersebut. Apabila saat manhole di buka terdapat tergenang air didalamnya maka digunakan pompa air untuk menguras air tersebut. Air

5 33 buangan / lumpur dari pompa tidak boleh dibuang ke jalan melainkan dibuang ke parit. Bila pipa duct yang dipilih rusak / ngeblok dan tidak dapat diperbaiki lagi maka pilih pipa duct sebelahnya yang masih kosong. Pemasangan tali pemancing pada duct dapat dilakukan dengan menggunakan stick rodding. Gambar 4.4 Pengurasan Air dalam Manhole B. Pelaksanaan Rodding Duct Menggunakan Stick Rodding Prinsip kerjanya yaitu stick rodding dimasukkan ke dalam duct melalui manhole sehingga dapat mencapai manhole berikutnya. Kemudian tali pemancing tersebut diikatkan pada ujung stick rodding lalu ditarik. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : a) Tempatkan stick rodding di manhole M1 sehingga cukup untuk jarak route duct sampai dengan manhole M2. b) Setelah ujung stick mencapai manhole M2, maka pekerjaan selanjutnya mengikatkan tali penarik di manhole M1 pada ujung stick terakhir tersebut. c) Kemudian di manhole M2 ujung stick rodding ditarik secara berlahan dan digulung pada haspel stick roding.

6 34 d) Akhirnya tali penarik sampai di manhole M2, dengan demikian tambang penarik telah terpasang di dalam pipa yang di rodding. Perhatikan ilustrasi gambar berikut ini. Gambar 4.5 Proses Rodding dalam Manhole C. Pembersihan dan Pemeriksaan Duct Meskipun pipa duct sudah tembus dengan cara rodding, pipa duct masih perlu dilakukan cleaning dan checking agar pada saat pemasangan pipa sub duct tidak tersendat. Peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan cleaning dan checking antara lain : Sikat pembersih dari baja Terbuat dari pipa yang bersikat pembersih setiap jarak / spasi 15 cm. dengan masing-masing ujungnya terpasang mata kait, yang fungsinya untuk membersihkan kotoran di dalam pipa duct yang dilaluinya dari bekas pemasangan pipa duct tersebut; Mandril Mandril terbuat dari logam, dengan diameter sedikit lebih kecil dari diameter pipa duct (10 cm) dan panjangnya ± 87,5 cm. Fungsinya untuk mengetes keadaan pipa duct apakah dalam keadaan baik atau tidak, kemungkinan dalam pemasangan pipa duct ada pipa yang terjepit. Gambar 4.6 Sikat Baja dan Mandril

7 35 Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : a) Ujung akhir tali penarik di manhole M1 secara berurutan disambung dengan sikat pembersih kemudian mandril, serta pada ujung mandril satunya disambung lagi dengan tali penarik, sehingga di dalam pipa tetap masih ada tali penarik. b) Kemudian ujung tali penarik di manhole M2 ditarik sedemikian rupa sehingga akhirnya sikat pembersih dan mandril tadi dapat keluar dari pipa. Bila mandril dapat berhasil dan kotoran dapat keluar berarti pekerjaan cleaning dan checking berhasil dan selesai. c) Agar dapat bersih dengan sempurna, sikat pembersih dan mandril dapat dipasang kembali, tetapi arahnya dibalik yaitu dari manhole M2 kembali ke manhole M1. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar berikut ini Gambar 4.7 Pembersihkan Duct dengan Sikat Baja dan Mandril Pelaksanaan rodding ini di lakukan sepanjang route duct yang akan di lalu kabel feeder, yaitu dari STO sampai manhole CKA.01/24 dengan panjang ± 4600 meter D. Pemasangan Pipa Sub Duct pada Route Duct Terdapat 2 jenis pipa sub duct yang akan dipasang pada route duct, yaitu pipa sub duct dengan ukuran diameter 50/42 untuk dilalui kabel feeder kapasitas 288 core dari STO sampai dengan manhole CKA.01/16 sepanjang ± meter serta untuk kabel feeder kapasitas 144 core dari manhole CKA.01/16 ke manhole CKA.01/20 sepanjang ± 800 meter dan Pipa sub duct dengan ukuran diameter 32/27 untuk dilalui kabel feeder kapasitas 24 core dari manhole CKA.01/20 sampai manhole CKA.01/24

8 36 sepanjang ± 800 meter serta untuk kabel feeder kapasitas 24core dari manhole CKA.01/20 sampai manhole CKA.01/19 sepanjang ± 200meter. Adapun tahapan-tahapannya ialah sebagai berikut : a) Ukur panjang sub-duct yang akan dipasang sesuai dengan panjang route duct dan dipasang span per span dimana ujung sub duct tepat di bibir lubang / pipa duct kemudian diklem, seperti gambar berikut: Gambar 4.8 Teknik Pemasangan Pipa Sub Duct pada Route Duct b) Penarikan dapat dimulai dari awal dari rute duct dengan memperhatikan kondisi lalu lintas pada saat itu. Posisi sub-duct dalam manhole harus satu jalan (pada duct yang sama) agar sub-duct tidak saling menyilang. c) Semua pipa duct yang akan dipakai kabel serat optik harus dipasang sub duct, jumlah kabel serat optik yang dipasang pada 1 (satu) pipa sub duct maksimum 1 (satu) buah. d) Tali penarik harus cukup kuat dan tidak boleh putus, untuk itu disarankan menggunakan tali penarik yang terbuat dari serabut kawat baja. Sedangkan untuk tali pemancing diperbolehkan menggunakan tali plastik. e) Untuk mengurangi gesekan pada saat penarikan sub duct maupun kabel duct maka penarikan tidak boleh terlalu cepat dan jalur yang dilalui harus diberi material pelicin misalnya menggunakan stemped atau sabun.

9 37 f) Agar dalam penarikan tidak merusak sub duct maka ujung sub duct harus dipasang kabel grip / pulling eye dan agar tidak melintir pada sub duct dipasang alat anti pullir (swivel ). g) Untuk memperlancar jalannya penarikan di dalam pipa duct dan manhole, maka perlu petugas pengawas dan handy talkie / alat komunikasi lainnya ditempat-tempat yang diperlukan. h) Pekerjaan penarikan harus dilaksanakan secara hati-hati untuk menghindari terjadinya kerusakan pada alat penarik, sub duct dan tidak menimbulkan kecelakaan kerja. i) Sub duct yang baru dipasang di dalam pipa duct sebaiknya dibiarkan dahulu minimal 1 (satu) hari setelah penarikan dengan maksud menormalisasi material sub duct sebagai akibat penarikan. j) Sub duct sebaiknya diletakkan disebelah kiri atau kanan dekat dinding manhole dan menumpang pada besi bearer yang ada sehingga bagian tengah manhole ada ruang kosong untuk kerja. k) Sub duct yang baru dipasang atau belum digunakan harus ditutup dengan stopper agar air atau lumpur tidak masuk kedalam pipa sub duct. Gambar 4.9 Pemasangan Pipa Sub Duct Pemasangan Pipa HDPE pada Galian Rojok A. Pekerjaan Galian Rojok Sistem rojok adalah sistem tanam langsung dengan cara melakukan rojok, untuk membuat alur penarikan kabel dan menggunakan pipa duct

10 38 HDPE sebagai alur dan pelindung kabel. Pekerjaan rojok merupakan pekerjaan untuk penanaman kabel serat optik dengan meminimalkan kerusakan jalan yang ditimbulkan akibat aktivitas penggalian. Pada pekerjaan rojok dibuat lubang - lubang kecil dengan jarak dan kedalaman tertentu sesuai dengan metode rojok yang digunakan dan kondisi lokasi serta aturan pemerintah setempat atau instansi terkait. Pekerjaan rojok yang dilakukan dengan menggunakan pipa PVC diameter 2 (dua) inch yang masing-masing panjangnya 1 meter hingga 2 meter dengan menggunakan air sebagai sarana untuk membantu memudahkan pelaksanaan pekerjaan sistem rojok. Jarak antar lubang PIT berkisar 5 meter sampai dengan 15 meter. Gambar 4.10 Peralatan Pekerjaan Galian Rojok B. Pelaksanaan Pemasangan Pipa HDPE pada Galian Boring / Rojok Pada pekerjaan rojok dibuat lubang PIT dipinggir jalan atau trotoar sedalam minimal 150 cm untuk penanaman kabel dengan lebar galian bagian atas kurang lebih 60 cm dan panjang galian kurang lebih 120 cm atau sesuai dengan kondisi lapangan. Tanah galian tidak boleh berserakan ke jalan, untuk itu pergunakan papan pengaman atau karung sebagai pembatas seperti gambar dibawah.

11 39 Gambar Papan Pembatas Setelah boring alur HDPE dibuat dengan kedalaman kabel yang telah ditentukan minimal 150 cm, lakukan instalasi / pemasangan HDPE yang telah diisi dengan tali untuk persiapan penarikan kabel dengan cara memasukan HDPE pada lubang hasil rojok. Pada setiap ujung pipa HDPE disambung menggunakan soket HDPE dengan ukuran yang sesuai, untuk memudahkan saat penarikan kabel serat optik. Diusahakan posisi HDPE lurus tidak melilit dengan kabel / HDPE eksisting, kabel catuan listrik dan atau pipa PAM. Gambar 4.12 Teknik Pemasangan Pipa HDPE dengan Metode Rojok C. Penimbunan / Pemadatan tanah bekas galian Proses penimbunan atau pemadatan pada alur bekas galian dan PIT dalam sistim rojok diantaranya sebagai berikut ini. a) Galian lubang PIT yang bukan merupakan lokasi penarikan kabel serat optik segera ditimbun kembali. Lubang PIT yang merupakan

12 40 lokasi penarikan kabel serat optik segera ditimbun kembali setelah selesai penarikan. b) Penimbunan dilakukan menggunakan pasir setinggi ± 10 cm masing-masing ± 5 cm dibawah dan diatas kabel. Setelah itu bekas galian ditimbun dengan tanah dan berangkal kemudian padatkan lapis per lapis (per 15 cm) dengan alat pemadat sampai permukaan bekas galian kembali seperti semula dengan dilebihi 5 cm pada bagian atasnya untuk mengantisipasi tanah amblas Penarikan Kabel Duct Serat Optik pada Pipa Sub Duct Terdapat 4 kabel yang akan dilakukan penarikan melalui subduct, diantaranya a) Kabel feeder kapasitas 288core dari STO sampai manhole CKA.01/16 b) Kabel feeder kapasitas 144core dari manhole CKA sampai manhole CKA.01/20 c) Kabel feeder kapasitas 24 core untuk ODC RF1 dari manhole CKA.01/20 sampai manhole CKA.01/24 d) Kabel feeder kapasitas 24 core untuk ODC RF2 dari manhole CKA.01/20 sampai manhole CKA.01/19 Penarikan kabel duct ini hampir sama dengan penarikan sub duct pada route duct, yaitu dengan menggunakan tali pancing. Jika di lokasi manhole yang terdapat rencana titik penyambungan kabel, maka pada saat penarikan kabel perlu di siapkan slack atau spare kabel sepanjang 10 (sepuluh) meter atau masing - masing sepanjang 5 meter pada setiap ujung kabel untuk memudahkan penyambungan di manhole. Slack untuk sambungan tersebut harus digulung dan diletakkan menggantung pada besi penyangga di dalam manhole dengan penempatan slack kabel dipasang pada posisi vertikal. Setelah penarikan kabel tidak langsung dilakukan penyambungan, sehingga ujung kabel yang akan disambung diperlihatkan atau dimunculkan keatas permukaan tanah dan diberi seal / end cap agar mudah ditemukan kembali.

13 Pemasangan Kabel Duct Serat Optik pada Pipa HDPE. Kabel yang akan dilakukan penarikan menggunakan pipa HDPE yaitu kabel kapasitas 24 core dari clossure menuju penambat akhir di ODC diantaranya : a) Kabel feeder kapasitas 24 core dari MH CKA 01/19 menuju HH ODC RF2. b) Kabel feeder kapasitas 24 core dari MH CKA 01/24 menuju HH ODC RF1. c) Kabel feeder kapasitas 48 core dari MH CKA 01/20 menuju HH ODC RP1. d) Kabel feeder kapasitas 24 core dari HH ODC RP1 menuju HH ODC RP3. Gambar 4.13 Konstruksi Penanaman Kabel Duct pada Galian Penarikan kabel duct ini pada pipa HDPE yaitu menggunakan tali pancing yang telah terpasang pada pipa HDPE. Pada lokasi penempatan clossure perlu disiapkan slack atau spare kabel sepanjang 10 (sepuluh) meter atau masing - masing sepanjang 5 meter pada setiap ujung kabel untuk memudahkan saat dilakukan penyambungan. Slack untuk sambungan tersebut harus digulung dan diletakkan menggantung pada besi penyangga di dalam manhole dengan penempatan slack kabel dipasang pada posisi vertikal. Slack ujung kabel optik yang akan diterminasi pada ODC (Optical

14 42 Distribution Cabinet) ditempatkan pada handhole yang dibuat berdekatan atau berdampingan dengan pondasi ODC. Gambar 4.14 Penarikan Kabel Duct pada Pipa HDPE Pembangunan Pondasi ODC, Handhole ODC, dan Lantai Kerja A. Instalasi Handhole ODC dan Lantai Kerja Dalam pemasangan handhole sedapat mungkin letaknya diluruskan atau sejajar dengan garis lurus dari bangunan gedung yang ada didekatnya. Radius tikungan kabel minimum harus 20 kali diameter luar pipa duct. Posisi tutup handhole pada waktu dipasang harus rata dengan permukaan tanah atau jalan. Dinding, lantai dan atap handhole terbuat dari beton bertulang dengan tebal minimum 15 cm, sedangkan ketebalan tutup h andhole minimum 20 cm. Penulangan tersebut harus memenuhi persyaratan beton bertulang U24. Campuran beton yang dipersyaratkan yaitu untuk konstruksi handhole perbandingan semen : pasir : batu pecah = 1 : 1,5 : 2,5 dan untuk lantai kerja perbandingan semen : pasir : batu pecah = 1 : 3 : 5. Ukuran handhole ODC yaitu 80 cm x 80 cm x 80 cm (panjang x lebar x kedalaman).

15 43 Gambar 4.15 Posisi Handhole ODC dan Lantai Kerja B. Pemasangan ODC beserta Pondasi ODC Ukuran panjang dan lebar pondasi menyesuaikan dengan ukuran panjang dan lebar kabinet ODC yang akan dipasang. Pondasi terbuat dari beton bertulang, perbandingan campuran 1:2:3 (semen:pasir:batu pecah) atau standar kualitas beton K225. Pondasi dapat dibuat langsung ditempat atau precast. Bagian pondasi yang berada diatas permukaan tanah harus diplester / dihaluskan. Permukaan pondasi di luar kabinet harus dibuat miring ( 150). Bagian dalam pondasi harus dibuat berongga untuk pekerjaan instalasi kabel dan kabel grounding. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut. Gambar 4.16 Konstruksi Pondasi ODC

16 Terminasi Penyambungan Kabel Serat Optik Penyambungan pada kabel serat optik berfungsi untuk menyambungkan antar kapasitas kabel dan untuk menyambungkan ke titik penambat pada perangkat. Penyambungan kabel serat optik dikerjakan dengan teknik fussion menggunakan alat fussion splicer. Terdapat 3 jenis penyambungan kabel fiber optik yang akan dilakukan pada segmen feeder, diantaranya a) Penyambungan kabel serat optik pada clossure b) Penyambungan kabel serat optik pada casette ODC c) Penyambungan kabel serat optik pada OTB A. Teknik Penyambungan Kabel Serat Optik dengan Metode Fussion Saat melakukan penyambungan / splicing ada hal - hal yang harus diperhatikan agar splicing bisa berhasil dan juga untuk keselamatan kerja. Hal-hal tersebut antara lain: a) Sebelum melakukan splicing usahakan agar semua peralatan dan bahan serta tangan kita sebersih mungkin sebab adanya kotoran pada serat optik dapat menyumbang redaman pada serat. b) Selalu letakkan tangan di belakang cutter ketika sedang melakukan pengupasan pelindung serat. c) Jangan menginjak tube karena akan merusak core yang ada di dalamnya sehingga bisa menyebabkan core pecah atau retak. d) Sebaiknya jangan mendekatkan cairan alkohol ke mata kita sebab cairan alkohol bisa menguap ke udara. e) Jangan menggulung core dengan diameter yang sangat kecil karena bisa membuat core putus. f) Jangan membuang core sembarangan sebab bila menembus kulit dikuatirkan bisa masuk ke aliran darah dan mengganggu kesehatan. g) Selalu perhatikan perlindungan pada cassete agar air tidak dapat masuk kedalam cassete yang dapat merusak serat optik tersebut.

17 45 Pengupasan Pelindung Kabel Serat Optik Langkah - langkah dalam melakukan penyambungan atau splicing serat optic ialah sebagai berikut : a) Ukur dengan menggunakan meteran sepanjang +150cm (dalam keadaan baik) dari ujung kabel lalu tandai dengan isolasi atau spidol cm Gambar 4.17 Panjang Kabel Fiber Optik yang Dikupas b) Kupas pelindung tube yang berwarna hitam sepanjang batas tersebut. Sebaiknya dilakukan secara sedikit demi sedikit sepanjang 25 cm dengan cara digergaji dan jangan terlalu dalam karena akan mengenai tube. Patahkan sedikit dan memutar pada bekas gergaji dan sudut patah tidak boleh 30 agar tube tidak ikut patah. Lalu tarik sehingga yang terlihat hanya benang pelindung dan kupas benang tersebut dengan cutter sehingga yang terlihat hanya tube yang dilapisi jelly. Bersihkan tube dari jelly dengan kain yang sudah dibasahi dengan thinner-b sampai bersih. c) Ukur tube tersebut dari batas isolasi sepanjang +50 cm beri tanda dengan spidol. Lalu kupas tube pada batas tersebut dengan menggunakan pemotong tube dan sebaiknya dilakukan sedikit demi sedikit sepanjang 25 cm dengan cara memutar pemotong tube searah jarum jam sebanyak 2 kali lalu patahkan dan jangan lebih dari 30 agar serat optik tidak ikut patah, lalu tarik tube sehingga yang terlihat hanya serat optik saja yang dilindungi oleh jelly. Lakukan berulang-ulang sampai sepanjang cm dari ujung tube.

18 46 d) Bersihkan core tersebut dari jelly dengan kain yang sudah dibasahi dengan thinner-b sampai bersih. Gambar 4.18 Panjang Tube yang Dikupas e) Gulung serat optik dengan bentuk melingkar agar aman, tidak kotor dan tidak mengenai tanah. Gambar 4.19 Penempatan Serat Optik pada Cassette Penyambungan Kabel Fiber Optik a) Terlebih dahulu masukkan plastik sleeve protection untuk melindungi bagian core yang telah dilakukan penyambungan satu persatu dengan diberi tanda dengan spidol. b) Kupas core dari jaketnya menggunakan tang pengupas dengan cara memposisikan tang agak miring, tahan lalu tarik ke ujung core secara perlahan. c) Setelah terkupas bersihkan core dengan tissue yang sudah dibasahi dengan alkohol sampai gesekannya mengeluarkan bunyi. Lakukan sebanyak 3 kali lalu keringkan dengan tissue. d) Masukkan ke dalam pemotong core dimana kita menempatkan ujung jaket pada skala antara 15 dan 20, lalu potong. Pada saat

19 47 memotong, pisau harus dijalankan dengan kecepatan yang sesuai dan konstan. e) Setelah itu kita masukkan ke dalam splicer yang berfungsi menyambung core dengan teknik fussion. Jangan sampai ujung core menyentuh sesuatu benda sebab akan menambah redaman. Gambar 4.20 Peletakan Serat Optik pada V-Groove Splicer f) Kemudian tekan tombol set maka secara otomatis splicer akan meleburkan kedua core dan menyambungnya. Tunggu sampai layar menunjukkan estimasi redaman lalu tekan reset maka layar akan kembali ke tampilan awal. g) Setelah itu keluarkan core tersebut lalu geser plastik khusus tadi ke sisi core yang telah mengalami proses splicing. Kemudian masukkan ke bagian heater pada splicer yang berfungsi untuk memanaskan plastik sleeve protection tersebut. Tunggu sampai splicer mengeluarkan bunyi lalu keluarkan. h) Kemudian letakkan core kembali ke dalam cassette tadi seperti gambar di bawah ini.

20 48 Gambar 4.21 Peletakan Sleeve Protection pada Cassette 4.3 Link Budget pada Implementasi Feeder STO Cikupa Berdasarkan desain jaringan yang telah di implementasikan, maka dapat ditentukan link budget redaman total yang dapat dijadikan parameter untuk pengujian elektris yang akan dilakukan. Tabel. 4.2 Link Budget Hasil Implementasi Feeder STO Cikupa STANDARD TOTAL NO URAIAN SATUAN VOLUME REDAMAN (db) REDAMAN (db) 1 Kabel FO km 0,35 5 1,75 2 Konektor bh 0,25 2 0,5 3 Sambungan bh 0,10 4 0,4 4 Engeneering Margin 2 5 Kalibrasi Alat Ukur 5,83 Total Redaman 10,48 Berdasarkan tabel link budget diatas, pada perhitungan redaman total panjang kabel sepanjang 5 km dengan redaman setiap 1km sebesar 0,35 db maka didapatkan hasil total redaman kabel sebesar 1,75 db. Pada implementasi menggunakan konektor sebanyak 2 buah yang berada di ODC dan OTB dengan redaman setiap 1 buah konektor sebesar 0,25 db maka didapatkan bahwa hasil pengukuran redaman total konektor sebesar 0,25 db. Redaman total sambungan sebanyak 4 titik sambung dengan redaman setiap 1 titik sebesar 0,10 db maka didapatkan bahwa redaman total pada penyambungan kabel fiber optik sebesar 0,4 db. Alat ukur OPM yang

21 49 digunakan pada saat pengukuran mempunya nilai kalibrasi redaman sebesar 5,83 db. Pada link budget perlu ditambahkan nilai redaman engineering margin sebesar 2 db. Berdasarkan tabel link budget diatas, maka diketahui total redaman sebesar 10,48 db. Oleh karena itu, pengukuran elektris yang akan dilakukan harus memiliki nilai redaman kurang dari 10,48 db. 4.4 Pelaksanaan Uji Kelayakan Setelah seluruh elemen jaringan feeder telah terpasang dengan baik. Maka tahap selanjutnya dilakukan pengujian kelayakan untuk memastikan bahwa jaringan FTTH yang telah terpasang sudah siap untuk diaktifkan layanannya. Beberapa dokumen yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan Uji Kelayakan diantaranya : a) Berita Acara Pekerjaan Selesai 100% b) Berita Acara Commissioning Test c) Berita Acara Uji Terima d) Gambar As Build Drawing e) RAB Pelaksanaan f) Topologi Manjemen Core Terdapat 2 aspek penilaian dalam Uji kelayakan diantaranya : 1. Penilaian Uji Kelayakan secara fisik hasil instalasi 2. Penilaian Uji Kelayakan secara elektris Penilaian Uji Kelayakan Secara Fisik Pada aspek penilaian ini, dilakukan pemeriksaan terhadap hasil implementasi jaringan yang telah dilakukan. Aspek penilaian ini sekaligus untuk pemeriksaan volume hasil pekerjaan pada RAB pelaksanaan pekerjaan yang telah dibuat.

22 50 Adapun pemeriksaan yang dilakukan diantaranya : a) Pemeriksaan hasil pemasangan perangkat OTB di STO Cikupa Gambar 4.22 Pemasangan OTB di STO Cikupa Perangkat OTB dilakukan pemeriksaan secara fisik. Letak sambungan kabel pada perangkat OTB harus tersusun dengan rapi. Perangkat OTB terpasang kuat dengan lemari raknya. Pemasangan patchcord harus terpasang dengan baik agar tidak terjadi bending pada kabel yang dapat menyebabkan pecahnya serat kaca didalamnya. b) Pemeriksaan hasil pemasangan pipa subduct pada route duct, Gambar 4.23 Pemasangan Pipa Sub Duct di Route Duct Pemeriksaan pemasangan subduct meliputi letak posisinya pada polongan route duct, penataan subduct pada tumpukan subduct lain, serta pengecekan bahwa subduct di pasang sepanjang route duct, tidak hanya di pasang di ujungnya saja.

23 51 c) Pemeriksaan hasil pemasangan pipa HDPE pada pekerjaan galian Gambar 4.24 Pemasangan Pipa HDPE Sebelum Dilakukan Penimbunan Pemeriksaan pemasangan pipa HDPE ini untuk mengetahui bahwa penarikan kabel menggunakan pipa HDPE sebagai pelindung kabel pada pekerjaan galian. Selain itu juga untuk mengetahui kedalaman pekerjaan yang dilakukan sesuai ketentuan. d) Pemeriksaan hasil pemasangan Clossure, Gambar Pemasangan Clossure di dalam Manhole Pemeriksaan pada clossure dilakukan pada penempatan sambungan core pada cassette yang berada didalam clossure. Selain itu juga penempatan clossure harus menggantung pada besi penyangga yang telah disediakan serta kerapihan penggulungan sisa kabel.

24 52 e) Pemeriksaan perangkat ODC berikut lantai kerja dan patok pengamannya. Gambar Hasil Pemasangan ODC Pemeriksaan pada perangkat ODC meliputi ukuran pondasi ODC, ukuran lantai kerja, kerapihan pemasangan cassette dan sambungan kabel di dalam ODC, pemasangan passive splitter 1:4 di dalam ODC, kerapihan gulungan alur masuk kabel fiber optik dari Handhole ke dalam perangakat ODC, serta kekuatan patok pengaman sebagai pelindung perangkat ODC Penilaian Uji Kelayakan Secara Elektris Pada aspek penilaian ini, dilakukan pemeriksaan terhadap hasil ukur redaman kabel fiber optik yang telah terpasang. Pengukuran dilakukan dari STO Cikupa menuju ODC yang dibangun menggunakan alat ukur OPM (Optical Power Meter) sebagai penerima / receiver dan OLS (Optical Light Source) sebagai pengirim / tranmitter. Sebelum dilakukan pengukuran, alat ukur yang akan digunakan terlebih dahulu harus dilakukan kalibrasi untuk mengetahu besarnya redaman awal alat ukur tersebut.

25 53 Gambar 4.27 Hasil Kalibrasi Alat Ukur Pada saat pengukuran kalibrasi alat ukur, menunjukkan nilai redaman alat sebesar 5.83 db. Setelah dilakukan pengukuran kalibrasi pada alat ukur, maka alat ukur siap untuk melakukan pengukuran elektris pada jaringan fiber optik hasil implementasi. Adapun hasil pengukuran core pada port perangkat ODC ialah sebagai berikut : Tabel. 4.3 Hasil Pengukuran Elektris Berdasarkan hasil pengukuran elektris yang telah dilakukan, diketahui nilai redaman yang terukur pada OPM menunjukkan nilai di bawah link budget yang telah di tentukan yaitu sebesar 10,48 db. Maka hasil implementasi jaringan FTTH segmen feeder STO Cikupa ini di anggap layak untuk digunakan. Mengingat semua hasil ukur yang telah dilakukan dianggap layak/baik, serta instalasi secara fisik dianggap sudah sesuai spesifikasi teknis yang telah ditentukan.

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA LAPORAN KERJA PRAKTEK IMPLEMENTASI JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) SEGMEN FEEDER DI STO CIKUPA PT TELKOM AKSES Diajukan untuk memenuhi persyaratan Penyelesaian Kerja Praktek (S1) Oleh: JIMI PRASOJO 41413110174

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK

BAB III IMPLEMENTASI TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK BAB III IMPLEMENTASI TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK 3.1 Penyambungan Mechanical ( Mechanical Splicing ) Mechanical splicing merupakan metode yang mana penyambungan dua core fiber optik di lakukan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab empat berisi tentang proses installasi serta setting pemasangan fiber

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab empat berisi tentang proses installasi serta setting pemasangan fiber BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab empat berisi tentang proses installasi serta setting pemasangan fiber optic yang telah dikerjakan. 4.1. Penyambungan Kabel Fiber Optik Penyambungan kabel fiber optic harus

Lebih terperinci

BOOTCAMP SERTIFIKASI TEKNISI INSTALASI FIBER OPTIK (TIFO)

BOOTCAMP SERTIFIKASI TEKNISI INSTALASI FIBER OPTIK (TIFO) BOOTCAMP SERTIFIKASI TEKNISI INSTALASI FIBER OPTIK (TIFO) Page 1 Daftar isi : MODUL JUDUL MODUL KODE UNIT Modul-1 Menerapkan Prosedur K3 TIK.FO01.005.01 Modul-2 Menerapkan Pengetahuan Istilah Fiber Optik

Lebih terperinci

BAB III KABEL BAWAH TANAH

BAB III KABEL BAWAH TANAH BAB III 1. TUJUAN Buku pedoman ini membahas tata cara pemasangan kabel bawah tanah dengan tujuan untuk memperoleh mutu pekerjaan yang baik dan seragam dalam cara pemasangan serta peralatan yang digunakan.

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI

KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB III KABEL BAWAH TANAH

BAB III KABEL BAWAH TANAH BAB III 1. TUJUAN Buku pedoman ini membahas tata cara pemasangan kabel bawah tanah dengan tujuan untuk memperoleh mutu pekerjaan yang baik dan seragam dalam cara pemasangan serta peralatan yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengenalan Kabel Serat Optik Serat optik adalah suatu media transimisi berupa pemandu gelombang cahaya (light wave guide) yang berbentuk kabel tembus pandang (transparant), dimana

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI PENGGELARAN JARINGAN TRANSMISI SKSO MEGA KUNINGAN DAN HUT 20

BAB III IMPLEMENTASI PENGGELARAN JARINGAN TRANSMISI SKSO MEGA KUNINGAN DAN HUT 20 BAB III IMPLEMENTASI PENGGELARAN JARINGAN TRANSMISI SKSO MEGA KUNINGAN DAN HUT 20 3.1 Jaringan Akses Transmisi Serat Optik Jaringan akses serat optik (Optical Access Network) adalah suatu sistem jaringan

Lebih terperinci

Endi Dwi Kristianto endidwikristianto@engineer.com http://endidwikristianto.blogspot.com

Endi Dwi Kristianto endidwikristianto@engineer.com http://endidwikristianto.blogspot.com Fiber Optik Atas Tanah (Part 4) Endi Dwi Kristianto endidwikristianto@engineer.com http://endidwikristianto.blogspot.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Disusun oleh : ALVEN DELANO PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA INDONESIA

TUGAS AKHIR. Disusun oleh : ALVEN DELANO PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA INDONESIA TUGAS AKHIR PERANCANGAN JARINGAN AKSES FTTH DENGAN KONFIGURASI BUS DUAL STAGE PASSIVE SPLITTER MELALUI SALURAN PENCATU BAWAH TANAH (SPBT) DI CLUSTER MISSISIPI, JAKARTA GARDEN CITY Disusun oleh : ALVEN

Lebih terperinci

Endi Dwi Kristianto

Endi Dwi Kristianto Pemasangan Kabel Optik Dalam DUCT Endi Dwi Kristianto endidwikristianto@engineer.com http://endidwikristianto.blogspot.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Desain Pada Tugas Akhir mengenai perancangan jaringan Fiber To The Home (FTTH) pada segemen distribusi perumahan Pluit Sakti sebanyak 465 homepass. Pengertian homepass

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN JARINGAN AKSES FIBER TO THE HOME

BAB III PERANCANGAN JARINGAN AKSES FIBER TO THE HOME BAB III PERANCANGAN JARINGAN AKSES FIBER TO THE HOME 3.1 Diagram Alur Proses Perancangan Jaringan FTTH Proses perancangan jaringan fiber to the home (FTTH) tidak terlepas dari beberapa hal yang menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE & DATA PENELITIAN

BAB III METODE & DATA PENELITIAN BAB III METODE & DATA PENELITIAN 3.1 Distribusi Jaringan Tegangan Rendah Pada dasarnya memilih kontruksi jaringan diharapkan memiliki harga yang efisien dan handal. Distribusi jaringan tegangan rendah

Lebih terperinci

Training Center ISSUED - 4/17/2004 1

Training Center ISSUED - 4/17/2004 1 ISSUED - 4/17/2004 1 Terminasi Terminasi kabel tembaga merupakan bagian penting dari sistem jaringan telekomunikasi. Terminasi dilakukan ditempat-tempat seperti : RPU / MDF RK KP / DP KTB (Kotak Terminal

Lebih terperinci

BAB I RANGKA PEMBAGI UTAMA

BAB I RANGKA PEMBAGI UTAMA BAB I 1. TUJUAN Pedoman ini membahas tata cara instalasi perangkat di ruangan Rangka Pembagi Utama, seperti : Rangka Pembagi Utama (RPU), perlengkapan Cable Chamber, Blok Terminal Rangka Pembagi Utama

Lebih terperinci

Analisis Penyambungan Kabel Fiber Optik Akses Dengan Kabel Fiber Optik Backbone

Analisis Penyambungan Kabel Fiber Optik Akses Dengan Kabel Fiber Optik Backbone Analisis Penyambungan Kabel Fiber Optik Akses Dengan Kabel Fiber Optik Backbone Irfan Hanif Konsentrasi Teknik Komputer dan Jaringan Teknik Informatika dan Komputer Politeknik Negeri Jakarta Depok, Indonesia

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

Endi Dwi Kristianto

Endi Dwi Kristianto Fiber Optik Atas Tanah (Part 5) Endi Dwi Kristianto endidwikristianto@engineer.com http://endidwikristianto.blogspot.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN KERAMIK

METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN KERAMIK METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN KERAMIK Pemasangan keramik pada suatu gedung terdiri dari pemasangan keramik didinding dan dilantai. Pemasangan keramik lantai dan dinding sebaiknya pada tahap akhir, untuk

Lebih terperinci

Modul Jaringan Akses Tembaga Sistem Duct

Modul Jaringan Akses Tembaga Sistem Duct Modul Jaringan Akses Tembaga Sistem Duct Tujuan Pemelajaran Setelah mempelajari modul ini, peserta didik diharapkan untuk dapat : Menguasai teknik pengeringan manhole Menguasai keselamatan kerja bekerja

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI 4.1 Analisa Perencanaan Instalasi Penentuan metode instalasi perlu dipertimbangkan

Lebih terperinci

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Kata Pengantar Pedoman Teknis Rumah berlantai 2 dilengkapi dengan Metode dan Cara Perbaikan Kerusakan ini dipersiapkan oleh Panitia D-III Arsitektur yang

Lebih terperinci

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK Pengertian Paving block atau blok beton terkunci menurut SII.0819-88 adalah suatuko mposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN LINK BUDGET DALAM PENERAPAN METRO WDM

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN LINK BUDGET DALAM PENERAPAN METRO WDM BAB IV ANALISA PERHITUNGAN LINK BUDGET DALAM PENERAPAN METRO WDM 4.1 Perhitungan Rute Jaringan Jaringan akses transmisi serat optik yang dibangun dalam Aplikasi menjangkau 2 lokasi Bintaro Network Building

Lebih terperinci

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA 1 ¾ ¾ ½ ¾ ½ ¾ 45 0 KATA PENGANTAR Modul dengan judul Membuat Macam-macam Sambungan Pipa merupakan salah satu modul untuk membentuk kompetensi agar mahasiswa dapat melakukan

Lebih terperinci

5

5 BAB II TEORI PERFORMANSI JARINGAN LOKAL KABEL TEMBAGA Jaringan lokal akses tembaga (JARLOKAT) yaitu jaringan yang menggunakan kabel tembaga sebagai media transmisinya. Jaringan kabel adalah jaringan yang

Lebih terperinci

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA

MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA MEMBUAT MACAM- MACAM SAMBUNGAN PIPA BAG- TKB.001.A-76 45 JAM 1 ¾ ¾ ½ ¾ ½ ¾ 45 0 Penyusun : TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding TT 1122 PENGANTAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Information source Electrical Transmit Optical Source Optical Fiber Destination Receiver (demodulator) Optical Detector Secara umum blok diagram transmisi komunikasi

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAYA DAN REDAMAN. adalah Link Medan-Tebing Tinggi dengan dengan dua daerah jalur ukur, yaitu

BAB III PENGUKURAN DAYA DAN REDAMAN. adalah Link Medan-Tebing Tinggi dengan dengan dua daerah jalur ukur, yaitu BAB III PENGUKURAN DAYA DAN REDAMAN 3.1 Umum Sistem komunikasi serat optik secara umum digunakan sebagai media transmisi jarak jauh. Pada Tugas Akhir ini daerah atau wilayah yang akan diamati adalah Link

Lebih terperinci

BAB IV TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK

BAB IV TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK BAB IV TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK 4.1. Faktor-faktor Penyebab Kerusakan atau Putusnya Jaringan pada Fiber Optik Ketika berbicara dengan jaringan fiber optic tentu sudah memperkirakan bahwa jaringan

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena kumpulan berbagai macam material itulah yang

Lebih terperinci

BAB VII METODE PELAKSANAAN

BAB VII METODE PELAKSANAAN BAB VII METODE PELAKSANAAN 7.1 Persiapan a. Pembersihan dan pembuatan jalan masuk Sebelum pekerjaan dimulai lapangan kerja harus dibersihkan dari berbagai tanaman. Pada pekerjaan timbunan untuk tanggul,

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Metoda pelaksanaan dalam sebuah proyek konstruksi adalah suatu bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mencapai hasil dan tujuan yang

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

BAB V KABEL ATAS TANAH

BAB V KABEL ATAS TANAH 1. TUJUAN BAB V Pedoman ini membahas tata cara pemasangan Kabel Atas Tanah (Kabel Udara) dengan tujuan untuk dipedomani agar diperoleh keseragaman, baik cara pemasangan maupun peralatan yang dipergunakan,

Lebih terperinci

DA V Series BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DAN KARTU GARANSI DAFTAR ISI

DA V Series BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DAN KARTU GARANSI DAFTAR ISI NOMOR : P.20.INDO3.00201.0212 DA V Series BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DAN KARTU GARANSI DAFTAR ISI HAL. Kata Pengantar Bagian 1 Bagian 2 Bagian 3 Bagian 4 Bagian 5 Bagian 6 Bagian

Lebih terperinci

BAB. V PELAKSANAAN PEKERJAAN V. 1. Uraian Umum Tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya suatu proyek. Hal ini membutuhkan pengaturan serta pengawasan pekerjaan

Lebih terperinci

SIMULASI PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DI PERUMAHAN LEGOK INDAH MENGGUNAKAN SIMULASI OPTISYSTEM

SIMULASI PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DI PERUMAHAN LEGOK INDAH MENGGUNAKAN SIMULASI OPTISYSTEM SIMULASI PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DI PERUMAHAN LEGOK INDAH MENGGUNAKAN SIMULASI OPTISYSTEM Dian Ratna Kumala Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom kumaladianratna@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB 9 BOQ DAN RAB 9.1 BOQ SPAL

BAB 9 BOQ DAN RAB 9.1 BOQ SPAL BAB 9 BOQ DAN RAB BOQ ( Bill of Quantity) adalah perincian jumlah dari seluruh peralatan dan perkerjaan yang dibutuhkan di dalam perencanaan, sedangkan RAB (Rencana Anggaran Biaya) adalah biaya yang diperlukan

Lebih terperinci

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN TUDUNG HISAP (EXHAUST HOOD) DOMO

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN TUDUNG HISAP (EXHAUST HOOD) DOMO SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN TUDUNG HISAP (EXHAUST HOOD) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA >

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > GSF-Aceh. Didalam Pelaksanaan Proyek, metode pelaksanaan sangat penting dilaksanakan, hal ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

PADA UNIT SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK (SKSO)

PADA UNIT SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK (SKSO) Makalah Seminar Kerja Praktek FUSION SPLICING PADA UNIT SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK (SKSO) Diah Eka Puspitasari (L2F008024) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Abstrak - Pada

Lebih terperinci

Page-1. Jaringan Fiber To The Home (FTTH)

Page-1. Jaringan Fiber To The Home (FTTH) Page-1 Jaringan Fiber To The Home (FTTH) Tujuan pembelajaran :: Setelah mengikuti modul ini dengan seksama, peserta diharapkan mampu : Memahami struktur jaringan FTTH Memahami istilah-istilah dalam FTTH

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN NO. 0081T/Bt/1995 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Sejalan dengan mekanisme perencanaan Proyek

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT 4.1 Bahan Bahan Yang Digunakan meliputi : Bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi a. Beton Ready mix. Beton Ready mix adalah beton

Lebih terperinci

BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA VIII.1 Umum Rencana anggaran biaya merupakan perkiraan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk membangun sistem penyaluran dan pengolahan air buangan mulai dari perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV PEKERJAAN PEMBUATAN PONDASI TIANG BOR DENGAN METODE ENLARGED BASE BORED PILE. Contoh pelaksanaan pekerjaan lubang bor No.

BAB IV PEKERJAAN PEMBUATAN PONDASI TIANG BOR DENGAN METODE ENLARGED BASE BORED PILE. Contoh pelaksanaan pekerjaan lubang bor No. BAB IV PEKERJAAN PEMBUATAN PONDASI TIANG BOR DENGAN METODE ENLARGED BASE BORED PILE Contoh pelaksanaan pekerjaan lubang bor No.476A (Zone C) 4.1. Pekerjaan Pembuatan Lubang Bor Pekerjaan pembuatan lubang

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR. 02.4 PEMELIHARAAN RUTIN TALUD & DINDING PENAHAN TANAH AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

[ 인도네시아섬유산단조성사업 기본및실시설계공사시방서 - 우 오수관로 ( 인도네시아어 )]

[ 인도네시아섬유산단조성사업 기본및실시설계공사시방서 - 우 오수관로 ( 인도네시아어 )] Indonesia Industrial Park Construction Project Specification of Basic and Detailed Design Construction Specification - Saluran air hujan dan kotor(indonesian) [ 인도네시아섬유산단조성사업 기본및실시설계공사시방서 - 우 오수관로 ( 인도네시아어

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu diharapkan hasil dengan kualitas yang baik dan memuaskan, yaitu : 1. Memenuhi spesifikasi

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN. 5.1 Pekerjaan Pondasi Tiang Bor (Bored Pile) ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebihdahulu, lalu kemudian diisi

BAB V METODE PELAKSANAAN. 5.1 Pekerjaan Pondasi Tiang Bor (Bored Pile) ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebihdahulu, lalu kemudian diisi BAB V METODE PELAKSANAAN 5.1 Pekerjaan Pondasi Tiang Bor (Bored Pile) Pondasi tiang bor (bored pile) adalah pondasi tiang yang pemasangannya dilakukan dengan mengebor tanah pada awal pengerjaannya. Bored

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengukuran dan pengecekan rugi-rugi fiber optic berdasarkan nilai data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengukuran dan pengecekan rugi-rugi fiber optic berdasarkan nilai data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran dan pengecekan rugi-rugi fiber optic berdasarkan nilai data yang diperoleh dari hasil kerja praktek di PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA area Gresik, divisi Infrastruktur

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN SPESIFIKASI TEKNIS Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN 1. Nama Kegiatan : Penataan Listrik Perkotaan 2. Nama pekerjaan : Penambahan Lampu Taman (65 Batang) 3. Lokasi : Pasir Pengaraian Pasal 2 PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)

BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) Dalam merencanakan suatu proyek, adanya rencana anggaran biaya merupakan hal yang tidak dapat diabaikan. Rencana anggaran biaya disusun berdasarkan dimensi dari bangunan

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIS TENDA SERBAGUNA TYPE-1 Nomor : Kain filament polyester 100% double side coated.

SPESIFIKASI TEKNIS TENDA SERBAGUNA TYPE-1 Nomor : Kain filament polyester 100% double side coated. MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT DIREKTORAT PEMBEKALAN ANGKUTAN SPESIFIKASI TEKNIS TENDA SERBAGUNA TYPE-1 Nomor : 20-251 I. BAHAN. 1. Kain filament polyester 100% double side coated. a. Lebar kain,cm (inchi)

Lebih terperinci

METODE PEKERJAAN BORE PILE

METODE PEKERJAAN BORE PILE METODE PEKERJAAN BORE PILE Dalam melaksanakan pekerjaan bore pile hal-hal yang harus diperhatikan adalah : 1. Jenis tanah Jenis tanah sangat berpengaruh terhadap kecepatan dalam pengeboran. Jika tipe tanah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT KONSTRUKSI SARANG LABA LABA seri 3 RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT PELAKSANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN BAWAH dengan sistim KONSTRUKSI SARANG LABA LABA seri 3 Proyek : Gedung

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kerusakan Komponen Gedung D Lantai Dasar Lantai 4 1. Komponen Arsitektur a. Keramik Kerusakan lantai yang terdapat pada lantai dasar Gedung KH.Mas Mansur adalah lantai keramik

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB V METODE UMUM PELAKSAAN KONSTRUKSI. Untuk mengetahui metode pelaksanaan di lapangan, dibuatkan gambar shop

BAB V METODE UMUM PELAKSAAN KONSTRUKSI. Untuk mengetahui metode pelaksanaan di lapangan, dibuatkan gambar shop BAB V METODE UMUM PELAKSAAN KONSTRUKSI 5.1 Uraian Umum Pada Setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN SNI 03-6877-2002 1. Ruang Lingkup 1.1 Metoda pengujian ini adalah untuk menentukan kadar rongga agregat halus dalam keadaan lepas (tidak

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis PEMBAHASAN A. Konstruksi Gunting Pemotong Plat Mesin pemotong plat mempunyai beberapa jenis, manual dengan menggunakan tuas maupun dengan tenaga hidrolis (gambar 1.1), pada mesin pemotong plat hidrolis

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan, BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG 4.1. Tinjauan Bahan dan Material Bahan dan material bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena dari berbagai macam bahan dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN POWER BUDGET

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN POWER BUDGET BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN POWER BUDGET 4.1 Analisis Masalah dan Metode Perhitungan Power Budget Dalam mengevaluasi dan menilai performansi atau kinerja suatu jaringan dalam mengirimkan sinyal dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah rancang bangun alat. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material Pusat Teknologi Nuklir Bahan

Lebih terperinci

BAB 4. PERANCANGAN SISTEM

BAB 4. PERANCANGAN SISTEM BAB 4. PERANCANGAN SISTEM 4.1. Diagram Alur Perancangan. Langkah awal dari analisa perancangan jaringan adalah lokasi. Setelah lokasi ditentukan, lakukan pengumpulan data data yang diperlukan dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DAFTAR ISI 13. Standar Operasional Prosedur Pemeliharaan Berkala

Lebih terperinci

BAB IV RUMAH KABEL Kapasitas RK ditentukan oleh jumlah pasangan Kabel Primer dan Sekunder maksimum yang dapat diterminasikan di RK tersebut.

BAB IV RUMAH KABEL Kapasitas RK ditentukan oleh jumlah pasangan Kabel Primer dan Sekunder maksimum yang dapat diterminasikan di RK tersebut. BAB IV 1. TUJUAN Pedoman ini menguraikan cara Pemasangan dan Penempatan Rumah Kabel beserta Instalasi Blok Terminalnya pada Kabel Tanah Tanam Langsung dan Kabel Duct, dengan tujuan supaya pelaksanaan pekerjaan

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI-RUGI SERAT OPTIK DI PT.ICON+ REGIONAL SUMBAGUT

ANALISIS RUGI-RUGI SERAT OPTIK DI PT.ICON+ REGIONAL SUMBAGUT ANALISIS RUGI-RUGI SERAT OPTIK DI PT.ICON+ REGIONAL SUMBAGUT Winarni Agil (1), Ir. M. Zulfin, M.T (2) Kosentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA 4.1 Pengukuran Redaman Pengukuran redaman ini dilakukan dengan menggunakan OTDR jenis EXFO AXS- 100 dengan panjang gelombang 1310 nm dan 1550 nm. Adapun langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN PELAKSANAAN LAPANGAN 4.1 Pekerjaan pondasi 1. papan bekisting 2. beton ready mix 3. pasir urug 4. Besi poer D16, D10, Ø8 2. Langkah Kerja a. Setelah Tiang pancang ditanam, b.

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK 7.1 Pelaksanaan Pekerjaan Balok Balok adalah batang dengan empat persegi panjang yang dipasang secara horizontal. Hal hal yang perlu diketahui

Lebih terperinci

PUN M ALAT PEMOTONG MODEL JARI Panduan Keselamatan dan Pengoperasian

PUN M ALAT PEMOTONG MODEL JARI Panduan Keselamatan dan Pengoperasian PUN M ALAT PEMOTONG MODEL JARI 300-600 - 900 Panduan Keselamatan dan Pengoperasian Hanya untuk MEMOTONG material sabuk termoplastik. Penggunaan alat ini secara TIDAK BENAR ATAU TIDAK AMAN dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Metodologi Analisis yang digunakan Pada penganalisisan ini menggunakan metodologi analisis Ex Post Facto dimana memiliki pengertian yaitu melakukan analisis peristiwa yang telah

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Adapun alat-alat yang dipergunakan

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Adapun alat-alat yang dipergunakan BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Peralatan Dalam pekerjaan proyek konstruksi peralatan sangat diperlukan agar dapat mencapai ketepatan waktu yang lebih akurat, serta memenuhi spesifikasi

Lebih terperinci

Peringatan Sebelum Melakukan Instalasi. Isi Paket CATATAN: Indonesia

Peringatan Sebelum Melakukan Instalasi. Isi Paket CATATAN: Indonesia 500024701G Peringatan Sebelum Melakukan Instalasi Segera matikan Kamera Jaringan bila terdeteksi adanya asap dan bau yang tidak biasa. Jangan menempatkan Kamera Jaringan di permukaan yang tidak stabil.

Lebih terperinci

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016 - 1 - LAMPIRAN II : KEPUTUSAN ALIKOTA MADIUN NOMOR : 050-401.012/ /2015 TANGGAL : ANALISA KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016 KODE BARANG URAIAN KEGIATAN KOEF 2.01 HSPK FISIK

Lebih terperinci

Panduan Praktis Perbaikan Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi

Panduan Praktis Perbaikan Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi Panduan Praktis Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi Jl. Panyaungan, Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung 0393 Telp:(022) 7798393 ( lines), Fax: (022) 7798392, E-mail: info@puskim.pu.go.id, Website: http://puskim.pu.go.id

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS. Pada bab ini penulis akan membahas tinjauan khusus sebagaimana yang

BAB VII TINJAUAN KHUSUS. Pada bab ini penulis akan membahas tinjauan khusus sebagaimana yang BAB VII TINJAUAN KHUSUS 7.1 Pembahasan Tinjauan Khusus Pada bab ini penulis akan membahas tinjauan khusus sebagaimana yang telah di tugaskan oleh pembimbing kerja praktek kepada penulis, adapun pembahasan

Lebih terperinci

Pembuatan dan Penggunaan ALAT PERAGA SEDERHANA FISIKA SMP LISTRIK MAGNET

Pembuatan dan Penggunaan ALAT PERAGA SEDERHANA FISIKA SMP LISTRIK MAGNET Pembuatan dan Penggunaan ALAT PERAGA SEDERHANA FISIKA SMP LISTRIK MAGNET Oleh : Drs. Sutrisno, M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Cara menghitung Volume pekerjaan : I. Pekerjaan Awal

Cara menghitung Volume pekerjaan : I. Pekerjaan Awal Cara menghitung Volume pekerjaan : I. Pekerjaan Awal 1. Pengukuran Yang dimaksud dengan pengukuran adalah sebelum memulai pekerjaan, untuk menentukan posisi dari bangunan dilakukan pengukuran batas-batas,

Lebih terperinci

B. BENTUK, FORMAT DAN ISI FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI

B. BENTUK, FORMAT DAN ISI FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI B. BENTUK, FORMAT DAN ISI FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI Kepada Yth. Bupati Pati Cq. Kepala Dinas di Pati FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI Yang bertanda tangan di bawah ini : Pemohon

Lebih terperinci

Penggalian dengan menggunakan metode kerja yang menjamin stabilitas kemiringan lereng samping dan tidak membahayakan

Penggalian dengan menggunakan metode kerja yang menjamin stabilitas kemiringan lereng samping dan tidak membahayakan METODE PELAKSANAAN Proyek Normalisasi Kali Sunter Paket I 1. Kisdam dan Dewatering Dilaksanakan pada bangunan yang memerlukan kisdam dan pengeringan dengan sebelumnya dilakukan perhitungan dimensi kisdam/struktur

Lebih terperinci

PONDASI. 1. Agar kedudukan bangunan tetap mantab atau stabil 2. Turunnya bangunan pada tiap-tiap tempat sama besar,hingga tidak terjadi pecah-pecah.

PONDASI. 1. Agar kedudukan bangunan tetap mantab atau stabil 2. Turunnya bangunan pada tiap-tiap tempat sama besar,hingga tidak terjadi pecah-pecah. PONDASI Pondasi bangunan merupakan bagian yang penting dari konstruksi bangunan. Pondasi adalah bagian dari suatu konstruksi bangunan yang mempunyai kontak langsung dengan dasar tanah keras dibawahnya.

Lebih terperinci

2. Pengoperasian Cam-lock

2. Pengoperasian Cam-lock Daftar isi 1. Kata pengantar. 2. Pengoperasian Cam-lock.. 3. Pencegahan Kebocoran Uap Air. 4. Panel Cold Storage Dengan Panel Atap & Lantai 5. Memasangan Lantai Panel Cold Storage. 6. Memasang Wall Panel

Lebih terperinci

Perangkat keras Stasiun Bumi Pemantau Gas Rumah Kaca (SBPGRK) Versi 1.0 merupakan integrasi antara beberapa komponen, yakni :

Perangkat keras Stasiun Bumi Pemantau Gas Rumah Kaca (SBPGRK) Versi 1.0 merupakan integrasi antara beberapa komponen, yakni : II. PERAKITAN KOMPONEN SISTEM Perangkat keras Stasiun Bumi Pemantau Gas Rumah Kaca (SBPGRK) Versi 1.0 merupakan integrasi antara beberapa komponen, yakni : 1. Gas Analyser GA2000Plus yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

II. PEKERJAAN PENDAHULUAN

II. PEKERJAAN PENDAHULUAN METODE PELAKSANAAN I. PRA PEMBANGUNAN 1. Pemeriksaan gambar-gambar untuk pelaksanaan : Semua gambar-gambar yang disiapkan adalah gambar-gambar yang telah ditandatangani oleh Direksi dan apabila ada perubahan

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena kumpulan berbagai macam material itulah yang

Lebih terperinci

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7-1 BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7.1 Pekerjaan Persiapan Pada pelaksanaan pekerjaan pembangunan suatu proyek biasanya diawali dengan pekerjaan persiapan. Adapun pekerjaan persiapan tersebut itu meliputi

Lebih terperinci

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN SETERIKA DOMO

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN SETERIKA DOMO SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN SETERIKA DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahuntahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian ini dengan seksama,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Instalasi air Bersih

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Instalasi air Bersih 267 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.1 Kesimpulan Instalasi air Bersih Dari analisa Perencanaan instalasi air bersih pada gedung kantor Politekik Kediri diperoleh beberapa kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN JARINGAN DENGAN METODE OPTICAL DRAFTER UNTUK SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK BERBASIS ANDROID

RANCANG BANGUN APLIKASI PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN JARINGAN DENGAN METODE OPTICAL DRAFTER UNTUK SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK BERBASIS ANDROID RANCANG BANGUN APLIKASI PERHITUNGAN DAN PERENCANAAN JARINGAN DENGAN METODE OPTICAL DRAFTER UNTUK SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK BERBASIS ANDROID Muhamad Arief Permana, Akhmad Hambali Ir, MT., Tri Nopiani

Lebih terperinci

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut: Pondasi Caisson atau Pondasi Sumuran Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang dan digunakan apabila tanah dasar (tanah keras) terletak pada kedalaman yang

Lebih terperinci

Civil Work of STP (Sewage Treatment Plant)

Civil Work of STP (Sewage Treatment Plant) Contract Title : Belstar Hotel Contract No. : Contractor : PT. Mutiara EPC Management Consultant : PT Cremona Para Mitra Owner : PT Trihasa METHOD STATEMENT Civil Work of STP (Sewage Treatment Plant) BELSTAR

Lebih terperinci

Panduan Keselamatan dan Pengoperasian

Panduan Keselamatan dan Pengoperasian PUN M Alat Pemotong Berbentuk Jari Manual 300-600 - 900 Panduan Keselamatan dan Pengoperasian Hanya untuk memotong material belt termoplastik. PERINGATAN Penggunaan alat ini secara TIDAK BENAR ATAU TIDAK

Lebih terperinci