BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN"

Transkripsi

1 51 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Letak dan Luas TNKS Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) ditetapkan melalui SK Menteri Pertanian RI No: 736/Mentan/X/1982 dan SK Menteri Kehutanan RI No: 192/Kpts/II/1996 tanggal 1 Mei TNKS merupakan taman nasional yang terluas di Sumatera, dengan luas ha, terbentang di empat Provinsi, yaitu Jambi ha (40%), Bengkulu ha (21%), Sumatera Selatan ha (14%), dan Sumatera Barat ha (25%), yang mencakup 13 daerah kabupaten/kota, salah satunya adalah Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan.. TNKS Kawasan TNKS wilayah Musi Rawas Gambar 5. Peta TNKS dan Kabupaten Musi Rawas Lokasi Studi TNKS wilayah Musi Rawas Gambar 6. Citra Satelit kawasan TNKS wilayah Kabupaten Musi Rawas TNKS merupakan gabungan dari beberapa kawasan cagar alam di Pulau Sumatera. Pada tahun 1926, pemerintah kolonial Belanda menetapkan hutan

2 52 yang ada wilayah Sumatera bagian tengah yang berada di sisi barat sebagai kawasan lindung. Masyarakat setempat mengenalnya sebagai hutan batas Bosswesen (BW). Sampai setengah abad kemudian, kawasan hutan di pulau Sumatera digolongkan ke dalam berbagai status. Beberapa Provinsi berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), telah menetapkan kawasan yang berada di gugusan Bukit Barisan mulai Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan hingga Bengkulu, mengalokasikan kawasan hutannya dengan berbagai status. Pola pengelolaan kawasan yang dikembangkan kemudian berbeda satu sama lain, sesuai status dan peruntukannya. TNKS merupakan gabungan dari beberapa fungsi hutan, antara lain cagar alam, suaka margasatwa, hutan wisata, hutan lindung dan hutan produksi, serta memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Secara ekologis TNKS mempunyai tipe ekosistem yang lengkap mulai dari hutan hujan dataran rendah, hutan hujan pegunungan, vegetasi Alpin, sampai vegetasi sub alpin dengan puncak Gunung Kerinci sebagai titik tertingginya (3805 mdpl). Diperkirakan terdapat 4000 jenis tumbuhan, baik yang berbentuk pohon, perdu maupun liana. Selain mempunyai kayu-kayu yang bernilai tinggi, di beberapa lokasi terdapat tumbuhan khas antara lain kayu sigi, pinus kerinci, bunga bangkai, dan raflesia. TNKS juga merupakan habitat berkembangbiaknya satwa termasuk jenis yang endemik seperti harimau sumatera, badak sumatera, dan gajah sumatera. Selain sebagai kawasan pelestarian alam yang mendukung kehidupan berbagai jenis tumbuhan, satwa dan ekosistem, kawasan TNKS juga memiliki fungsi hidrologis yang sangat penting bagi daerah sekitarnya karena merupakan daerah tangkapan air seperti: DAS Batang Hari, DAS Indrapura, DAS Musi, DAS Rawas, dan sungai-sungai lainnya Lingkungan Biologi Tipe Ekosistem dan Tipe Vegetasi Penetapan TNKS sebagai kawasan pelestarian alam terutama didasarkan atas tingginya keragaman ekosistem serta flora dan fauna yang terkandung didalamnya. Secara ekologis bentang alam TNKS merupakan kawasan ekosistem

3 53 asli yang cukup lengkap, mulai dari dataran rendah sampai pegunungan. Loumonier (1994) mengklasifikasikan hutan TNKS menjadi beberapa bagian: hutan dataran rendah, hutan bukit, hutan sub-montana, hutan montane rendah, hutan montane sedang, hutan montane tinggi dan padang rumpu sub-alpine. Dari klasifikasi hutan itu, Loummonier (1994) menjelaskan potensi keragaman hayati yang ada didalamnya, yakni seperti pada Tabel 10. Tabel 10. Tipe Hutan TNKS

4 54 Berdasarkan pembagian wilayah fisiografi; kawasan TNKS terdiri dari 4 (empat) macam, yaitu: 1) pantai yang sempit di bagian Barat, 2) Bukit Barisan yang memanjang dari Barat ke laut tenggara dengan sembilan puncak yang tingginya lebih dari mdpl, 3) lembah di bagian tengah yang memanjang sejajar dengan Bukit Barisan, dan 4) daerah kaki bukit di Timur yang melandai ke dataran hampir rata. Dimulai dari kawasan pantai selebar 5-40 km, kawasan Bukit Barisan yang tinggi muncul dengan ketinggian rata-rata mdpl dan didominasi oleh Gunung Kerinci (3.804 mdpl), Gunung Tujuh (2.300 mdpl). Danau Gunung Tujuh atau Danau Sagi, dan Gunung Masurai di sebelah Selatan Lembah Kerinci. Gambar 7. Keindahan Alam TNKS Jenis Tumbuhan Endemik, Langka dan Unik Kawasan TNKS memiliki lebih dari 4000 jenis tumbuhan baik yang berbentuk pohon perdu maupun liana, termasuk 300 spesies anggrek. Di beberapa lokasi tumbuh jenis-jenis pohon khas yang hanya terdapat di daerah Kerinci, antara lain: Kayu Sigi atau Pinus Kerinci (Pinus merkusii Strain Kerinci) dan Kayu Pacar (Harpulia arborea). Jenis-jenis tumbuhan khas lain diantaranya pembuluh (Histiopteris incisca), Bunga Bangkai (Amorphophalus titanum), dan Bunga Raflesia (Rafflesia arnoldi). Penelitian Biological Science Club (BScC) tahun 1993 menemukan di perbatasan TNKS tumbuh setidaknya 115 jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk obat tradisional, kosmetik, bumbu dan obat anti nyamuk. Gambar 8 menunjukkan beberapa contoh tumbuhan khas dan langka yang ada di TNKS.

5 55 Bunga Rafflesia (Rafflesia arnoldi) Kantong semar (Nepenthes sp) Bunga Bangkai (Amorphopalus titanum) Gambar 8 Jenis-jenis Karagaman Hayati yang dilindungi Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) telah terpilih sebagai lokasi untuk Proyek Konservasi dan Pembangunan Wilayah Terpadu (Integrated Conservation and Development Program) karena kawasan ini merupakan Taman Nasional terbesar di Sumatera dan memilki keragaman hayati yang sangat penting. Khusus untuk Kawasan TNKS Kabupaten Musi Rawas, penelitian tentang identifikasi jenis tumbuhan telah dilakukan oleh Vauzia et. al. (1993) di sekitar hutan Napal Melintang. Hasil penelitian yang dilakukan di Napal Melintang didapatkan 56 jenis tumbuhan yang tergolong kedalam 25 famili. Dari 56 jenis tumbuhan tersebut, 38 jenis adalah kelompok jenis pohon dan 18 jenis kelompok vegetasi dasar. (Laporan ICDP-TNKS) Satwa Liar Hutan hujan dataran rendah di TNKS adalah sedikit dari habitat kaya-akan spesies yang ada di bumi. Dari semua spesies hutan hujan, 60% terdapat di hutan dataran rendah di bawah 600 m, dengan kekayaan terbesar di bawah 300 m. Hutan dataran rendah merupakan habitat kunci bagi beberapa spesies langka dan terancam punah, seperti harimau, badak Sumatera, gajah, dan tapir. Walaupun banyak spesies hutan dataran rendah juga terdapat di daerah yang lebih tinggi, spesies tersebut sulit mempertahankan kelangsungan hidupnya di hutan pegunungan. TNKS memiliki nilai zoologis yang tinggi dan dihuni oleh banyak satwa endemik, langka dan terancam punah. Jenis-jenis satwa yang juga merupakan jenis satwa kharismatik atau flagship (unggulan) antara lain Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), dan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus). Jenis satwa lain yang juga dilindungi diantaranya Siamang (Sympalangus syndactylus), Tapir (Tapirus

6 56 indicus), Rusa Sambar (Cervus unicolor), Kijang (Muntiacus muntjak), Napu/Kancil (Tragulus napu), Kambing Hutan (Capricornis sumatrensis) dan Kelinci Sumatera (Nesologus netscheri). Pentingnya melindungi kawasan hutan dataran rendah yang cukup untuk pelestarian flora dan fauna Sumatera tidak dapat diabaikan. Populasi minimum untuk dapat bertahan hidup adalah 500 ekor. Kebanyakan spesies hutan hujan tergolong jarang dan kerapatannya rendah. Diperkirakan bahwa jika ha hutan dataran rendah di Sumatera ditebang habis untuk perkebunan kelapa sawit, sejumlah mamalia berikut akan hilang: tupai, monyet, burung enggang, 900 siamang, 600 ekor ungka (gibbon, 20 harimau, 10 tapir, 10 badak, dan 10 gajah) dan banyak lagi hewan yang terpengaruh oleh gangguan ini. Gambar 9 menunjukkan beberapa contoh hewan TNKS yang dilindungi. Harimau Sumatera (Panthera tigris) Gajah Sumatera (Elephas maximus ) Siamang (Symphalangus syndactylus) Tapir (Tapirus indicus) Gambar 9. Beberapa Jenis Hewan yang dilindungi di TNKS

7 57 Untuk spesies burung endemik, dijumpai di TNKS sebanyak 8 species dari 11 species endemik Sumatera, termasuk salah satunya adalah ayam pegar (Lophura inornata). Otus stresemanni adalah merupakan satu-satunya species burung hantu yang ada di lembah Kerinci. Sejumlah 352 jenis burung dan 144 jenis mamalia, sehingga juga dikenal sebagai sorga atau kerajaan satwa Sumatera. Jenis burung langka yang hidup dalam kawasan ini antara lain Rangkong Badak (Buceros rhinoceros), Enggang/kangkareng (Anthrococeros confexus), Elang hitam (Ictinaetus malayensis) dan kuau (Argusianus argus). Selain itu juga terdapat jenis burung yang hidup di TNKS, seperti Ayam hutan perut merah (Arborophylla rubirostris), Burung daun sayap hijau (Chloropsis venusta), Kokoa Sumatera (Cochoa beccarii), Paok kepala besar (Pitta schneideri), dan Merak Sumatera (Polypectron chalcurum) Manfaat Kawasan Manfaat tidak langsung kawasan TNKS adalah sebagai penyanggah sistem kehidupan yang akhirnya bermuara kepada pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Contoh manfaat tidak langsung adalah pembangunan PLTA Kerinci dan PLTA Danau Tes di Rejang Lebong yang sangat membutuhkan jasa air yang berasal dari kawasan taman. Sedangkan manfaat langsung, yaitu pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, tercantum dalam Tabel 11. Tabel 11. Pemanfaatan Secara Lestari Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya No Jenis pemanfaatan Aktifitas 1 Pemanfaatan kondisi lingkungan 2 Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar 3 Pemanfaatan untuk pembangunan irigasi berupa ekosistem, keadaan iklim, fenomena alam, kekhasan jenis tumbuhan dan satwa serta peninggalan budaya; dilakukan dengan memperhatikan kelangsungan potensial, daya dukung dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar. irigasi baik skala besar maupun skala kecil dan desa

8 58 Pemanfaatan langsung kawasan TNKS masih dibatasi pemanfaatan yang bersifat ekstraktif, seperti kepentingan pariwisata dan rekreasi pada zona tertentu. Potensi wisata di kawasan dan sekitar taman sangat mendukung, mengingat data Inter Provincial Spatial Plan dalam draft final Report tahun 1999, menunjukkan bahwa di dalam dan sekitar TNKS terdapat 92 objek wisata, dan diperkirakan sekitar 46 objek berada di dalam atau di pinggir kawasan dan sangat potensial untuk dikembangkan menjadi objek ekowisata dan mendukung pelestarian kawasan TNKS. Berbagai lokasi objek wisata di kawasan TNKS dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Objek Wisata dan Atraksinya di Kawasan TNKS Lokasi Wisata Atraksi Wisata Gunung (3.805 m dpl) Kerinci gunung tertinggi di Sumatera yang masih aktif, dapat didaki sampai puncak melalui jalan setapak dari Kersik Tuo selama 12 jam. Danau Gunung Tujuh (1.996 m dpl) Bukit Tapan, padang satwa Inum Raya merupakan kawah mati yang berisi air tawar seluas Ha (panjang 4,5 km dan lebar 3 km), yang dikelilingi oleh 7 gunung dan meruapakn danau air tawar tertinggi di Asia merupakan padang penggembalaan dan habitat berbagai jenis mamalia besar (gajah, harimau, rusa, tapir) yang langsung dapat dilihat. Gunung Seblat (2.383 m dpl) Bukit Gedang Seblat memiliki fenomena alam yang sangat unik dengan adanya padang-padang penggembalaan yang luas dengan berbagai jenis primata, terdapat bunga raksasa Raflesia arnoldi merupakan habitat badak sumatera, gajah dan harimau. Dapat dicapai dari Muko-muko ke lokasi dengan jalan kaki selama 10 jam. Rawas Ulu Lakitan memiliki potensi berupa air terjun S. Ampar, air terjun S. Keruh, air terjun S. Kerali, air terjun S. Koten dengan dinding-dinding yang terjal dan arus sangat Goa Napal Licin dan Melihat kompleks goa yang kaya akan stalaktit dan stalaknit serta arung Jeram Jeram Sungai Rawas yang sangat unik Wisata budaya Melihat budaya suku Kubu yang masih tradisionil. Adat istiadat tanah Kerinci, tanah Minangkabau, tanah Bengkulu/Rejang Lebong, serta aspek seni budaya seperti pesta adat Kerinci (Kenduri Seko), tari-tarian klasik, pakaian adat, serta pusaka-pusaka adat. Acara pesta adat dilakukan setiap tahun sekali. Obyek wisata lain di Taman Pagar Dewa di Bukit Rantau Bitung (Napal Licin) dianggap sebagai sekitar kawasan tempat keramat masyarakat, Danau Depati empat, Rawa Bento, Air Panas diantaranya Semurup, Air Panas Ketenong, pengambilan emas secara tradisional di Ketenong, Goa Napal Licin di Kecamatan Rawas Ulu, Pusat latihan gajah (PLG) di Ipuh, Pusat Kerajinan Tangan Rotan di Sungai Tutung, Kerajinan Batu Akik di Bengkulu dan Bangko, Pakaian Tradisional di sungai Penuh dan daerah pesisir. Terdapat kepercayaan masyarakat bahwa di dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat terdapat makhluk dengan ciri-ciri pemalu, berjalan tegak, tidak berekor dan penuh misteri yang sering disebut sebagai "orang pendek" dan "sigung" sebagai penguasa hutan. Sumber: Laporan Study Ekowisata TNKS, 2007

9 Pengelolaan TNKS Kawasan Taman dikelola oleh unit konservasi di bawah Direktur Jendral PHPA Departemen Kehutanan. Untuk pengelolaan Taman yang sebenarnya, ditunjuk seorang Kepala Taman oleh Direktorat Taman Nasional dan Hutan Wisata, yang pada kenyataan lebih mementingkan perbatasan Taman, misalnya perambahan dan pemukiman, yang berkaitan dengan pemerintah propinsi, kabupaten dan lokal. Kenyataan bahwa perbatasan Taman belum sepenuhnya dikukuhkan, dan dalam sejumlah lokasi masih diperdebatkan, merupakan faktor yang kompleks. Sejak Taman diusulkan pada tahun 1982, PHPA mengusulkan kegiatan proyek Taman dengan dana terbatas, sedikit karyawan dan sumber daya. Pada tahun 1983, kantor proyek TNKS dibangun di Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi ntuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan tersebut. Sekarang ini, staf BKSDA yang berada di lapang berjumlah 67 penjaga terbagi pada 32 pos jaga; karyawan kantor yang jumlah begitu banyak sampai 325 orang. Berhubung kebanyakan pos jaga berada jauh dari kantor Taman dan sulit dicapai dengan kendaraaan, patroli, dan kegiatan pengamanan jarang dilaksanakan. Untuk penegakan hukum, penjaga lapangan sangat bergantung pada bantuan pemerintah daerah; mobilisasi bantuan ini merupakan proses yang lamban dan biasanya kerusakan telah parah sebelum ada tindakan. Kepala Taman dibantu oleh empat wakil yang berkantor di Sub-Balai KSDA di bawah pengawasan Kantor Wilayah Kehut, sebagai berikut (Lihat Juga Gambar (satu) Kepala Balai Besar TNKS di Sungai Penuh - 1 (satu) Kepala Bagian Tata Usaha dengan 3 (tiga) Sub Tata Usaha ( Umum, Perencanaan dan kerjasama, Data Evaluasi pelaporan dan Humas) - 4 (empat) bidang (Teknis Konservasi TNKS di Sungai Penuh, Pengelolaan Balai TNKS Wilayah I Jambi di Bangko, Pengelolaan TNKS Wilayah II Sumatera Barat di Solok, Pengelolaan TNKS Wilayah III Sumsel dan Bengkulu di Curup) - 8 (delapan) seksi (Seksi Pemanfaatan dan Pelayanan di Sungai Penuh, Seksi Perlindungan, Pengawetan dan Perpetaan di Sungai Penuh, Seksi Pengelolaan Wilayah I di Kayu Aro, Seksi Pengelolaan Wilayah II di Muara Bungo, Seksi Pengelolaan Wilayah III di Painan, Seksi Pengelolaan wilayah IV di Sangir, Seksi Pengelolaan Wilayah V di Lubuk Linggau dan Seksi Pengelolaan TNKS wilayah VI di Arga Makmur)

10 60 - Kelompok Jabatan Fungsional yang terdiri dari Polisi Kehutanan (Jagawana), Teknisi Kehutanan Bidang Konservasi Jenis dan Sumberdaya Alam Hayati, dan Teknisi Kehutanan Bidang Bina Wisata Alam. Gambar 10. Struktur Organisasi Pengelola TNKS Dari berbagai informasi teridentifikasi beberapa kelemahan dalam pengelolaan, yang selanjutnya menimbulkan permasalahan-permasalahan dan kerusakan di dalam kawasan TNKS seperti perambahan hutan, penebangan liar, penyerobotan hutan, perburuan liar, dan penambangan emas. Kelemahankelemahan tersebut meliputi: 1) bentuk bentang alam kawasan TNKS yang memanjang (Narrow Elongated Shape), keadaan kawasan dengan garis dan daerah batas yang panjang dan luas membuka kemungkinan dan kesempatan yang luas bagi terjadinya tekanan dan gangguan dari luar kawasan ke pusat-pusat hutan yang merupakan zona inti; 2) terjadi gangguan dan tekanan dari masyarakat sekitar kawasan yang didorong oleh kondisi sosial, ekonomi, dan budaya mereka, terlebih pada kondisi krisis saat ini; 3) adanya aktivitas pertambangan di dalam kawasan TNKS; 4) kerusakan hutan lindung dan hutan produksi yang merupakan daerah penyangga perluasan habitat dan sosial dari

11 61 Taman Nasional; 5) masih lemahnya koordinasi dengan pihak dan instansi terkait, terutama di tingkat daerah yang mendorong terjadinya benturan kebijaksanaan; dan 6) pemekaran wilayah, terutama daerah kabupaten yang memiliki sumberdaya alam terbatas menjadi ancaman dan potensi dilakukannya eksploitasi TNKS Karakteristik Perdesaan Lokasi Penelitian Fisik Geografis dan Lingkungan Perumahan Keadaan Tanah Berdasarkan hasil observasi lapangan pada bulan Januari 2009, desa dengan wilayah paling luas adalah Napal Licin dengan jenis tanahnya podsolik merah kuning dengan kelembaban yang tinggi, sedangkan keadaaan tanah desa lainnya dapat di lihat pada Tabel 13. Tabel 13. Keadaan Tanah No Desa Luas Wilayah (km 2 ) Jenis Keadaan tanah Kondisi 1 Pasenan 28 Lempung Lembab, subur untuk semua jenis tanaman 2 Batu Gane 21 Lempung berpasir hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh subur 3 Napal 20 Lempung berpasir tanahnya subur,dikelilingi perbukitan Melintang 4 Napal Licin 38,73 Podsolik merah kuning Sumber: Profil Desa, Tataguna Tanah kelembanban tinggi,daerah subur, menarik daerah lain untuk datang dan berkebun Berdasarkan hasil penggunaan teknik tataguna tanah, Desa yang memiliki tata guna tanah paling banyak adalah Desa Pasenan. Desa Pasenan merupakan desa terluas kedua setelah desa Napal Licin. Desa Pasenan dilalui oleh kawasan perkebunan dan hutan yang luas. Sedangkan desa dengan sedikit tata guna lahan adalah desa Napal Licin walaupun desa ini termasuk desa terluas diantara 3 desa lainnya. Berdasarkan hasil penggunaan teknik tataguna tanah, luas wilayah Desa Pasenan yaitu 28 kilometer persegi yang terdiri dari tanah perumahan 10 ha,

12 62 tanah sawah 2 ha, perkebunan rakyat ha, tegalan 500 ha, hutan desa ha, danau/rawa 300 ha, tanah tandus 300 ha, alang-alang 232 ha, Empang 450 ha, kolam/tebat 2 ha, dan perkuburan 2 ha, dan lapangan 2 ha. Sedangkan tata guna tanah untuk ke tiga desa lainnya dapat di lihat pada Tabel 14. Tabel 14. Penggunaan Lahan di Desa No Desa Luas Lahan Sawah/Ladang Perkebunan Hutan Danau,Kol Dan lain- (km2) Permukiman /Tegalan Desa am, lain 1 Pasenan 28 0,36 17,87 160, ,14 10,07 2 Batu Gane 21 0, ,5 3 Napal Licin , Napal Melintang 38,73 0,77 7,74 16, ,65 Sumber: Profile Desa Keadaan Perumahan dan Sanitasi Keadaan rumah penduduk masih memerlukan peningkatan dihampir seluruh desa, dengan empat kriteria yaitu rumah panggung, semi permanen, permanen dan rumah kayu/pondok. Secara keseluruhan jumlah terbesar adalah rumah panggung yang besarnya mencapai 42,36%, kemudian disusul oleh rumah Gubuk (35,56%), semi permanen (11,11%) dan terakhir rumah kayu/pondok (10,97%). Seperti pada dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Perumahan Penduduk Tingkat kesadaran penduduk terhadap kebersihan lingkungan masih sangat kurang, hal ini terbukti dengan sedikitnya masyarakat menggunakan dan memiliki WC. Desa yang sama sekali tidak memiliki fasilitas MCK adalah desa Batu gane dan Napal Melintang. Sedangkan desa Pasenan hanya memiliki fasilitas MCK sebesar 2,39% sedangkan desa Napal Licin sebesar 4,5%. Masyarakat masih menggunakan Sungai sebagai MCK, seperti Nampak pada Gambar 12.

13 63 Gambar 12. Aktifitas MCK Masyarakat masih menggunakan Sungai Prasarana dan Sarana Berdasarkan data yang diperoleh melalui tehnik Peta Pelayanan Sosial yang dilaksanakan pada bulan Januari 2009, maka sarana dan prasarana yang ada di empat desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Sarana dan Prasarana Infrastruktur Sarana Transportasi Darat Transportasi Air Desa Pasenan Batu Gane Napal Melintang Napal Licin Mobil, sepeda, motor sepeda motor, mobil angkutan hanya 1 mobil dan sepeda sepeda, motor Perahu Ketek perahu(musim hujan) perahu ketek perahu ketek Pendidikan 1 unit gedung SD 1 unit gedung SD, 1 unit gedung SD 1 unit gedung SD Olah Raga 1 Lap volly,1 Lap 1 Lap Volly 1 Lap Volly(di SD) 1 lap Volly Bulutangkis Kesehatan 1 polindes, 1 puskesmas pembantu 1 buah rumah bidan 1 buah rumah bidan desa, Ibadah 1 masjid,1 1 masjid,1 musholla 1 masjid 2 masjid musholla Penerangan Listrik 4 unit diesel, 13 PLTS, Teplok, lampu petromak 3 diesel,lampu teplok/petromak,aki,plt A 2 unit diesel, lampu teplok dan petromak 9 unit diesel, lampu teplok, petromak Fasilitas Lain 2 mesin penggilingan, 13, warung,balaides a pasar kalangan Sumber : Profile Desa Kondisi Sosial Masyarakat Keadaan Penduduk 3 mesin penggilingan padi,4 warung,kantor kepala desa 6 mesin penggilingan padi/kopi, kantor Hades, pos kehutanan, balai desa 6 mesin penggilingan padi/kopi,, pos kamling, balai desa Berdasarkan buku profil desa tahun 2009, kelompok umur anak-anak dan remaja terdapat paling banyak Desa Pasenan dibandingkan 3 desa lainnya, sedangkan kelompok umur usia kerja terdapat paling banyak Desa Napal Licin. Hal ini penting bagi pembangunan sumberdaya manusia dalam usaha mempercepat

14 64 laju pertumbuhan dan perkembangan desa di masa yang akan datang. Untuk kelompok Lanjut usia hampir merata jumlahnya baik di Desa Pasenan maupun Napal Licin. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada kelompok usia tahun, dimana Desa Napal melintang menduduki posisi tertinggi sebagai desa dengan jumlah kelompok usia lanjut terbanyak. Desa Batu Gane mendapatkan porsi paling sedikit di hampir semua kelompok usia, seperti pada Gambar 13. Gambar 13. Diagram Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur Pendidikan Masyarakat desa sekitar kawasan TNKS, umumnya berpendidikan rendah. Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 14. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keterbatasan sarana pendidikan, jarak antara permukiman dengan fasilitas pendidikan relatif jauh, serta kurangnya kesadaran masyarakat akan manfaat dan pentingnya pendidikan. Tingkat pendidikan masyarakat ini selanjutnya dapat dijadikan indikator kualitas sumberdaya manusia di desa sekitar TNKS atau lebih spesifik lagi dapat menduga tingkat keberdayaan masyarakat di kawasan ini. Pada Grafik berikut ini, terlihat bahwa status pendidikan penduduk usia kerja (15-65 tahun), terbanyak berada pada golongan tidak tamat SD dan tamat SD, hal ini merupakan kondisi yang buruk. Untuk golongan tidak tamat SD terbanyak terdapat pada Desa Napal Licin, sedangkan untuk golongan tamat SD terbanyak terdapat pada Desa Pasenan. Sedangkan status pendidikan tamat S1 merupakan status pendidikan yang sangat jarang dimiliki oleh ke empat desa tersebut, hanya

15 65 Desa Napal Licin yang memiliki penduduk berstatus tamat S1 dan itu hanya 1 orang. Kondisi ini dapat menjadi kajian lebih lanjut, betapa masih rendahnya pendidikan di keempat desa ini. Diagram tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14. Diagram Tingkat Pendidikan Gambar 15. Diagram Jumlah Penduduk Usia 7-15 Tahun Menurut Keadaan Bersekolah Kemudian jika kita melihat status pendidikan pada golongan usia sekolah (7-15 tahun), ternyata seluruh desa memiliki porsi tertinggi pada status pendidikan sedang SD, dengan jumlah terbanyak terdapat pada Desa Pasenan yang tidak berbeda jauh dengan Desa Napal Licin, lalu disusul oleh Desa Batu gane dan Napal

16 66 Melintang. Selanjutnya status kedua tertinggi ada pada golongan yang di drop out (keluar dari sekolah). Secara umum kodisi pendidikan untuk penduduk usia sekolah cukup memprihatinkan, hal ini dapat di lihat pada Gambar Kesehatan Usia Kawin Pertama Hasil peta sensus yang dilakukan pada bulan Januari 2009 menunjukkan bahwa hampir seluruh penduduk pada masing-masing desa, rata-rata memiliki usia kawin pertama 20 tahun. Berdasarkan Tabel 16 ke empat desa tersebut juga berpenduduk dengan status belum kawin (53,85%) dan sudah kawin (43,62%), serta jarang yang menjanda (1,99%) atau duda (0,55%). Desa dengan status penduduk sudah kawin tertinggi adalah Desa Napal licin dan terendah Desa Batu Gane. Sedangkan desa dengan status penduduk belum kawin tertinggi terdapat pada Desa Pasenan disusul oleh Desa Napal Licin, Napal Melintang dan terakhir Batu Gane. Secara umum dapat dikatakan keadaan status penduduk di tiap-tiap desa hampir homogen seperti terlihat pada Tabel 16. Tabel 16 Status Perkawinan Penduduk Status Pasenan Batu Gane Napal Melintang Napal Licin Total % Kawin ,62 Belum Kawin ,85 Janda ,99 Duda , Partisipasi Masyarakat dalam Program Keluarga Berencana Dari diagram batang dibawah ini, terlihat bahwa untuk pengguna suntik, Pil dan Susuk terbanyak adalah wanita di desa Pasenan, untuk pengguna implant terbanyak adalah wanita di desa Napal melintang. Sedangkan pengguna spiral dan yang steril sangat jarang di masing-masing desa. Hal ini berarti kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengaturan kelahiran agar kesehatan ibu maupun anak menjadi lebih baik sudah cukup tinggi. Secara total penggunaan pil menduduki peringkat terbanyak untuk sebagai alat kontrasepsi yang digunakan

17 67 oleh wanita di keempat desa tersebut. Selanjutnya disusul oleh penggunaan implant (28,29%), suntik (20,39%), susuk (15,79%) dan terakhir spiral (3,29%). Sedangkan masyarakat yang tidak menggunakan alat kontrasepsi adalah sebesar 2,3%. Hal ini sudah menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam pemilihan dan penggunaan alat kontrasepsi sudah cukup tinggi, seperti pada terlihat pada Gambar 16. Gambar 17. Jenis Kontrasepsi dalam Keluarga Berencana Angka Kelahiran dan Kematian Bayi Berdasarakan Data Profil Desa 2009 menunjukkan bahwa Angka Kematian Bayi di keempat desa masih sangat tinggi. Dari total 80 jiwa kelahiran, yang terdiri dari 47 laki-laki dan 33 perempuan. Jika dilihat tiap desa, desa dengan jumlah bayi lahir terbanyak adalah Pasenan yang mendapatkan porsi 40% dari jumlah kelahiran total, disusul oleh Desa Batu Gane (30%), Napal Melintang (20%) dan terakhir Napal Licin (10%). Dari 80 jiwa kelahiran sebanyak 23,75 % ditolong oleh medis, yaitu bidan desa dan 75,25 % ditolong oleh dukun. Angka kematian bayi masih relatif tinggi, yaitu sebesar 104 per 1000 kelahiran. Desa yang memiliki persentase kematian bayi terbesar adalah Desa Batu Gane dan Napal Melintang, kemudian disusul oleh Desa Pasenan dan Napal Licin. Seperti terlihat pada Tabel 17

18 68 Tabel 17 Perbandingan Anagka Kelahiran dan Kematian Bayi Desa Kelahiran Kematian Lahir Penolong LK Pr Total Medis Duku Total Lk Pr Total n Pasenan Batu Gane Napal Melintang Napal Licin Total Persentase 58,7 5 41, ,75 76, ,6 15,4 100 Sumber : Profil desa 2009 Gambar 17. Jumlah Bayi Lahir dan Bayi Meninggal Penyakit Umum yang diderita Masyarakat Penyakit yang umum berjangkit di ke empat desa ini hampir sama, dengan keragaman jenis penyakit paling banyak di desa Napal Licin. Umumnya penyakit kolera biasanya berjangkit pada musim kemarau. Penyakit disentri biasanya terjadi pada musim hujan karena bersamaan musim buah-buahan yang dikonsumsi secara berlebihan. Penyakit influenza sangat berkaitan dengan pergantian dari musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Dan detailnya dapat dilihat pada Tabel 18.

19 69 Tabel 18. Jenis Penyakit Umum Pada Setiap Desa Desa Jenis Penyakit umum Waktu berjangkitnya Penyakit Pasenan muntaber(kolera),disentri, influenza saat musim kemarau,hujan, pergantian musim Batu Gane muntaber,thypes,demam panas saat musim kemarau,musim buah, pergantian musim Napal Melintang Kolera,disentri,demam,flu saat musim kemarau,musim buah, pergantian musim Napal Licin kolera (muntaber), demam pansa (influenza), demam berdarah, cacar, batuk, dan disentri saat musim kemarau,musim buah, pergantian musim Alokasi Waktu Pada umumnya kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat pada keempat desa ini adalah sama. Baik untuk masyarakat yang masuk ke dalam kategori wanita dan laki-laki dewasa maupun yang termasuk dalam kategori anak-anak. Mereka akan memulai aktivitas paling pagi dari pukul dan akan mengakhiri aktivitasnya jika waktu sudah menunjukkan pukul Jenis aktivitas yang dilakukan oleh mereka pun tidak jauh berbeda, wanita dewasa akan membantu suami mereka yang kebanyakan bekerja di ladang atau kebun serta bagi anak-anak setelah pulang sekolah akan membantu orang tuanya. Anak laki-laki akan membantu orang tuanya di kebun atau di ladang, sedangkan anak perempuan akan membantu orang tuanya di rumah. Aktifitas masyarakat dan anak-anak disore hari dapat dilihat pada Gambar 18. Gambar 18. Aktivitas Masyarakat dan Anak-anak

20 Kondisi Perekonomian Mata Pencaharian Pola hidup masyarakat sekitar kawasan TNKS masih sangat dipengaruhi oleh kondisi alam setempat dan merupakan masyarakat agraris dengan sektor pertanian utama adalah perkebunan dan peladang. Di samping itu, masih ada masyarakat yang mengumpulkan hasil hutan dari dalam kawasan. Mayoritas penduduk 4 Desa penelitian bekerja di sektor pertanian, yaitu sebesar 91,21%, baik sebagai pemilik lahan, buruh tani maupun penggarap. Sistem pengolahan lahan pertanian pada umumnya masih dilakukan dengan sangat sederhana dan para petani memanen hasil pertaniannya hanya sekali setahun, kecuali tanaman karet dapat dipanen dalam waktu sepanjang tahun khususnya dimusim kemarau. Pada waktu menunggu menunggu panen, para petani mengambil hasil hutan sebagai sampingan. Terlihat dari Tabel 19, desa dengan persentase terbesar yang penduduknya memiliki pekerjaan pokok sebagai Petani /Buruh Tani adalah Desa Napal Licin, disusul oleh Napal Melintang, kemudian Pasenan dan terendah Desa Batu Gane. Tabel 19. Kepala Keluarga menurut Jenis Pekerjaan Pokok Jenis Pekerjaan Pokok Pasenan Batu Gane Napal Melintang Napal Licin Total Petani/Buruh Tani PNS/ Kades/karyawan Dagang Sopir mobil Ojek perahu Buruh kayu/ bangunan Sumber : Profil desa 2009 Selain itu penduduk desa juga mempunyai pekerjaan sampingan, persentase terbesar pekerjaan sampingan penduduk adalah menjadi buruh sadap sebesar 40,95%. Persentase jenis pekerjaan penduduk dapat dilihat pada Tabel 20.

21 71 Tabel 20. Kepala Keluarga menurut Jenis Pekerjaan Sampingan Jenis Pekerjaan Sampingan Pasenan Napal Melintang Batu Gane Napal Licin Total Dagang Buruh kayu P3N Tukang bangunan Sopir mobil Petani Ojek ketek Perangkat desa Pengrajin anyaman Buruh sadap Dukun bayi Guru Ternak guru Mengaji Sumber : Profil desa Status dan Luas Lahan yang dimiliki oleh Masyarakat Status garapan lahan pada masyarakat keempat desa tersebut sebagian besar hak milik pribadi atau warisan dari orang tua. Kepemilikan lahan tersebut berkisar antara 0,12 ha sampai lebih dari 5 ha. Sebagian besar ditanami padi, kopi, dan karet. Jumlah rumah tangga petani gurem dengan pemilikan lahan kurang dari 0,2 ha meningkat dari 10,8% pada tahun 1999 menjadi 33% pada tahun Oleh karena itu, dalam kurun waktu sepuluh tahun terjadi peningkatan persentase rumah tangga tani gurem dari 52,1% menjadi 56,2%. Masalah tersebut bertambah buruk dengan struktur penguasaan lahan yang timpang karena sebagian besar petani gurem tidak secara formal menguasai lahan sebagai hak milik. Masalah lain adalah kurang adanya pengakuan dan perlindungan terhadap penguasaan tanah yang dikelola oleh para petani.

22 Jenis Komoditi yang Diusahakan dan Kalender Kegiatan Pertanian Desa Pasenan, Batu Gane, Napal Melintang dan Napal Licin merupakan daerah pertanian. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian, berdasarkan diagram batang di bawah ini terlihat bahwa komoditi terbanyak adalah karet (34,34%) disusul oleh produk kopi (31,59%) dan padi (23,45%). Desa Napal Licin merupakan desa produsen terbesar untuk ketiga komoditi ini. Untuk karet produsen terbesar kedua adalah desa Pasenan kemudian desa Napal Melintang dan terakhir desa Batu Gane. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Jumlah Kepala Keluarga menurut jenis Budidaya Tanaman Sumber : Profil desa 2009 Gambar 19. Hasil Pertanian di Kawasan TNKS

23 73 Kegiatan pertanian masyarakat pada keempat desa ini pada umumnya hampir seragam, dengan tahapan-tahapan yang hamper sama, diawali oleh pembukaan lahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Kalender Pertanian Masyarakat Jenis Kegiatan Tanaman Padi Ladang, Kopi atau Karet Penyadapan Karet Pembasmian Hama/Gulma Rincian Empat bulan pembukaan lahan, penyiangan lahan, September sampai November dilakukan penugalan dan dilanjutkan dengan penanaman tanaman padi dan kopi atau padi dan karet. Sistem penanamannya gotong royong/sambatan (upah), pemeliharaan seperti pembersihan gulma, hama dan penyakit bulan November, dan panen pada bulan maret dengan sistem sambatan, dimana panen sekali dlm setahun. Dilakukan sepanjang tahun, termasuk di musim hujan, asalkan pukul tidak hujan. Pembasmian hama dan penyakit tanaman, pemupukan dilakukan dari bulan November sampai mendekati panen. Sumber: Profil Desa, Jenis Ternak yang dimiliki Masyarakat Masyarakat umumnya memelihara ternak sebagai kegiatan rumah tangga. Pada diagram dibawah ini, menunjukkan ternak yang terbanyak dipelihara masyarakat adalah ayam. Desa dengan jumlah ternak ayam terbanyak adalah Desa Napal Licin, kemudian Desa Pasenan, seperti terlihat pada Tabel 23 Tabel 23. Ternak pada setiap Desa Jenis Ternak Jumlah Ternak Pasenan Napal Licin Batu Gane Napal Melintang Jumlah KK Jumlah Ternak Jumla h KK Jumlah Ternak Jumla h KK Jumlah Ternak Jumla h KK Ayam Itik Entok Kambing Kerbau Sapi Sumber : Profil desa 2009

24 Tingkat Kemakmuran Masyarakat Berasarkan hasil diskusi dengan tokoh kunci masyarakat di keempat desa yang dijadikan objek penelitian, didapatkan empat kriteria dalam menentukan tingkat kesejahteraan yang ada di desa tersebut. Empat kriteria tersebut meliputi: 1. Kaya, dengan kriteria : Memiliki rumah permanen, kebun karet lebih dari 5 ha, memiliki mobil/truk, mesin diesel, kulkas, televisi, radio tape, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), pada umumnya pedagang karet dan memiliki usaha lebih dari satu. 2. Sedang, dengan kriteria: memiliki rumah permanen/semi permanen, memiliki kebun karet 2-5 ha, memiliki motor, toko kebutuhan sehari-hari (manisan), televisi, radio tape/radio, mesin chainsaw (mesin kayu), pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), serta mobil angkutan (angdes). 3. Miskin, dengan kriteria mempunyai rumah panggung, memiliki kebun karet lebih kurang 1 ha, radio, sepeda, sebagian mempunyai ternak ayam atau kambing. 4. Sangat Miskin, dengan kriteria: memiliki rumah kayu (pondok)/panggung atau menumpang pada orangtua atau orang lain, tidak mempunyai lahan, pada umumnya buruh tani, mata pencarian tidak tetap serta tidak mempunyai harta benda. Berdasarkan kriteria yang ada, maka masyarakat dalam keempat desa tersebut dideskripsikan seperti pada Tabel 24. Tabel 24. Tingkat kemakmuran masyarakat Desa Tingkatan (%) Kaya Sedang Miskin Sangat Miskin Pasenan 3,35 31,58 23,88 42,19 Batu Gane 4,40 7,89 23,28 64,43 Napal 2,61 9,15 31,98 56,25 Melintang Napal Licin 2,00 9,76 13,00 75,24 Sumber: Profil Desa, 2009

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang biak secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Kawasan lindung Bukit Barisan Selatan ditetapkan pada tahun 1935 sebagai Suaka Marga Satwa melalui Besluit Van

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan konservasi terdiri dari kawasan suaka alam termasuk cagar alam dan suaka margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam, dan taman

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Luas Secara geografis Kabupaten Cianjur terletak antara 6 0 21-7 0 25 Lintang Selatan dan 106 0 42-107 0 33 Bujur

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 37 IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang merupakan kawasan hutan produksi yang telah ditetapkan sejak tahun

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

IV APLIKASI PERMASALAHAN

IV APLIKASI PERMASALAHAN IV APLIKASI PERMASALAHAN Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki kekayaan alam yang sangat besar dengan aneka tipe ekosistem mulai dari pegunungan, hutan kapur, lahan basah, kawasan laut, terumbu

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. status Nature Reserve (cagar alam) seluas 298 ha. Kemudian berdasarkan Surat

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. status Nature Reserve (cagar alam) seluas 298 ha. Kemudian berdasarkan Surat IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Status Kawasan Kawasan ini ditunjuk berdasarkan Besluit Van Der Gouverneur General Van Netherlanch Indie No. 15 Stbl 24 tahun 1933 tanggal 10 Januari 1933 dengan

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatan industri manufaktur dan kegiatan ekonomi lainnya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatan industri manufaktur dan kegiatan ekonomi lainnya yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia Pariwisata merupakan suatu hal yang memiliki pengaruh penting dalam perkembangan dan pembangunan suatu Negara. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pembangunan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan 29 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Teluk Mesjid Desa Teluk Mesjid adalah suatu wilayah di kecamatan Sungai Apit kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni hutan tropis sumatera yang semakin terancam keberadaannya. Tekanan terhadap siamang terutama

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan penduduk yang beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Lindung dan Hutan Produksi dengan pengertian sebagai berikut : a) Hutan

I. PENDAHULUAN. dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Lindung dan Hutan Produksi dengan pengertian sebagai berikut : a) Hutan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah dan Status Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) pertama kali diusulkan menjadi taman nasional melalui Ketetapan Menteri Pertanian No. 736/Mentan/x/1982,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat yang masih memiliki nilai-nilai dan kultur tradisional. Sejak jaman dahulu, mereka tidak hanya

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 1. Tempat perlindungan Orang utan yang dilindungi oleh pemerintah banyak terdapat didaerah Tanjung

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. km dari pusat pemerintahan kecamatan. Desa Talang Mulya mempunyai luas 654

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. km dari pusat pemerintahan kecamatan. Desa Talang Mulya mempunyai luas 654 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Demografi Desa 1. Letak dan Luas wilayah Desa Talang Mulya merupakan salah satu desa pemekaran dari Desa Hurun Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran yang terletak

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ekosistem hutan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Berbagai jenis tumbuhan dan satwa liar terdapat di hutan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1. Aspek Geografi Kabupaten Musi Rawas merupakan salah satu Kabupaten dalam Provinsi Sumatera Selatan yang secara geografis terletak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

Disampaikan Pada Acara :

Disampaikan Pada Acara : Disampaikan Pada Acara : Balancing Spatial Planning, Sustainable Biomass Production, Climate Change and Conservation (Menyeimbangkan Penataan Ruang, Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan, Perubahan Iklim

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penunjukan kawasan konservasi CA dan SM Pulau Bawean adalah untuk

I. PENDAHULUAN. dari penunjukan kawasan konservasi CA dan SM Pulau Bawean adalah untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suaka Alam Pulau Bawean ditunjuk dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 76/Kpts/Um/12/1979 tanggal 5 Desember 1979 meliputi Cagar Alam (CA) seluas 725 ha dan Suaka

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia merupakan kekayaan yang wajib disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu kawasan yang mempunyai berbagai macam jenis tumbuhan dan hewan yang saling berinteraksi di dalamnya. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumatera merupakan pulau yang memiliki luas hutan terbesar ketiga setelah pulau

I. PENDAHULUAN. Sumatera merupakan pulau yang memiliki luas hutan terbesar ketiga setelah pulau 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera merupakan pulau yang memiliki luas hutan terbesar ketiga setelah pulau Kalimantan dan Papua, Hutan Sumatera mengalami kerusakan yang cukup tinggi. Sejak Tahun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

Selayang Pandang Kabupaten Musi Rawas Utara 1

Selayang Pandang Kabupaten Musi Rawas Utara 1 MAKMUR AMAN CERDAS DAN BERMARTABAT 1 Sambutan BUPATI Musi Rawas Utara Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Berkat Rahmat dan Karunia-Nya jualah, buku dapat diselesaikan. Buku ini

Lebih terperinci

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi I. Keanekaragaman hayati UU No. 5, 1990 Pasal 21 PP No. 68, 1998 UU No. 41, 1999 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pengawetan keanekaragaman hayati serta ekosistemnya melalui Cagar Alam

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Geografis, Administrasi, dan Kondisi Fisik 2.1.1 Geografis Kabupaten Musi Rawas merupakan salah satu kabupaten dalam Provinsi Sumatera Selatan yang secara geografis terletak

Lebih terperinci

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati 1 Konservasi Lingkungan Lely Riawati 2 Dasar Hukum Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan hutan di Sumatera Utara memiliki luas sekitar 3.742.120 ha atau sekitar 52,20% dari seluruh luas provinsi, luasan kawasan hutan ini sesuai dengan yang termaktub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu aset penting bagi negara, yang juga merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Hutan sebagai sumberdaya

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tinggi yang tersebar di ekosistem hutan dataran rendah Dipterocarpaceae sampai hutan

TINJAUAN PUSTAKA. tinggi yang tersebar di ekosistem hutan dataran rendah Dipterocarpaceae sampai hutan TINJAUAN PUSTAKA Taman Nasional Gunung Leuser Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) ditetapkan sebagai kawasan strategis karena kawasan penyangga ini memiliki peranan yang sangat besar dalam melindungi dan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili Secara administratif pemerintah, areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili dibagi menjadi dua blok, yaitu di kelompok Hutan Sungai Serawai

Lebih terperinci

mendorong menemukan pasar untuk produk yang sudah ada dan mendukung spesies-spesies lokal yang menyimpan potensi ekonomi (Arifin et al. 2003).

mendorong menemukan pasar untuk produk yang sudah ada dan mendukung spesies-spesies lokal yang menyimpan potensi ekonomi (Arifin et al. 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat hutan pegunungan sangat rentan terhadap gangguan, terutama yang berasal dari kegiatan pengelolaan yang dilakukan manusia seperti pengambilan hasil hutan berupa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

SMP NEGERI 3 MENGGALA

SMP NEGERI 3 MENGGALA SMP NEGERI 3 MENGGALA KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diharapkan dapat mengidentifikasi pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem. Untuk Kalangan Sendiri

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

III. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN III. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1. Kabupaten Tanjung Jabung Timur 3.1.1. Letak dan Luas Luas Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah 5.445,0 km 2. Ibukota kabupaten berkedudukan di Muara Sabak.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, baik flora maupun fauna yang penyebarannya sangat luas. Hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaaan sumber daya dan keanekaragaman hayati berupa jenis-jenis satwa maupun

BAB I PENDAHULUAN. kekayaaan sumber daya dan keanekaragaman hayati berupa jenis-jenis satwa maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Kaba dengan luas areal 13.490 hektar merupakan salah satu kawasan konservasi darat di Bengkulu yang memiliki kekayaaan sumber daya dan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat dibutuhkan. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup seperti untuk membangun

Lebih terperinci

HEWAN YANG LANGKA DAN DILINDUNGI DI INDONESIA 1. Orang Utan (Pongo pygmaeus)

HEWAN YANG LANGKA DAN DILINDUNGI DI INDONESIA 1. Orang Utan (Pongo pygmaeus) HEWAN YANG LANGKA DAN DILINDUNGI DI INDONESIA 1. Orang Utan (Pongo pygmaeus) - Habitat yang semakin sempit karena kawasan hutan hujan yang menjadi tempat tinggalnya dijadikan sebagai lahan kelapa sawit,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kawasan hutan hujan tropis dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan kawasan pelestarian alam

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri 27 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Biofisik dan Tata Guna Lahan Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas 1.702

Lebih terperinci

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA ANI MARDIASTUTI JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kawasan Konservasi Indonesia UURI No 5 Tahun 1990 Konservasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tumbuhan asing yang dapat hidup di hutan-hutan Indonesia (Suryowinoto, 1988).

I. PENDAHULUAN. tumbuhan asing yang dapat hidup di hutan-hutan Indonesia (Suryowinoto, 1988). 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Dibuktikan dengan terdapat berbagai macam jenis tumbuhan dan hewan endemik yang hanya dapat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai. 36 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1.1. Keadaan Geografis 4.1.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Sungai Jalau merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Kampar Utara, Kecamatan Kampar

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16 KOMODITAS DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN MALUKU TENGAH Pembangunan ketahanan pangan dan pertanian di Indonesia merupakan focus dari arus utama pembangunan nasional. Secara perlahan diarahkan secara umum

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung adalah salah satu kawasan yang amat vital sebagai penyangga kehidupan ekonomi, sosial dan ekologis bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat Menurut Lampung Barat Dalam Angka (213), diketahui bahwa Kabupaten Lampung Barat

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 34/Menhut -II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun 27 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Barat Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan hasil pemekaran wilayah Kabupaten Lampung Utara berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA (Studi Kasus: Kawasan sekitar Danau Laut Tawar, Aceh Tengah) TUGAS AKHIR Oleh: AGUS SALIM L2D

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah Penelitian dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih dan Cihaurbeuti. Tiga kecamatan ini berada di daerah Kabupaten Ciamis sebelah utara yang berbatasan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : P. 11/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016

Lebih terperinci

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Sumberdaya Alam Hayati : Unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan sumberdaya alam hewani (satwa) yang bersama dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan erat dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan devisa negara, yang pada masa lalu didominasi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan salah satu sumber daya alam hayati yang memiliki banyak potensi yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat, Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata merupakan salah satu sumber daya yang dapat. dimanfaatkan. Sesuai perkembangannya kepariwisataan bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata merupakan salah satu sumber daya yang dapat. dimanfaatkan. Sesuai perkembangannya kepariwisataan bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pariwisata merupakan salah satu sumber daya yang dapat dimanfaatkan. Sesuai perkembangannya kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi 70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa

Lebih terperinci

PELESTARIAN BAB. Tujuan Pembelajaran:

PELESTARIAN BAB. Tujuan Pembelajaran: BAB 4 PELESTARIAN MAKHLUK HIDUP Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini, kalian diharapkan dapat: 1. Mengetahui berbagai jenis hewan dan tumbuhan yang mendekati kepunahan. 2. Menjelaskan pentingnya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Papua terdiri dari Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua dengan luas total 42,22 juta ha merupakan provinsi terluas dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor migas yang sangat potensial dan mempunyai andil besar dalam membangun perekonomian yang saat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 8 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Wilayah Kepulauan Seribu merupakan sebuah gugusan pulaupulau kecil yang terbentang dari teluk Jakarta sampai dengan Pulau Sibera. Luas total Kabupaten

Lebih terperinci