POLITIK HUKUM MENUJU PEMBANGUNAN EKONOMI. Oleh: Prof. Dr. C.F.G. Sunaryati Hartono, S.H.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLITIK HUKUM MENUJU PEMBANGUNAN EKONOMI. Oleh: Prof. Dr. C.F.G. Sunaryati Hartono, S.H."

Transkripsi

1

2 POLITIK HUKUM MENUJU PEMBANGUNAN EKONOMI Oleh: Prof. Dr. C.F.G. Sunaryati Hartono, S.H. BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI JAKARTA, 2009

3

4 POLITIK HUKUM MENUJU PEMBANGUNAN EKONOMI Editor: Mugiyati, S.H., M.H. Theodrik Simorangki, S.H., M.H. BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI JAKARTA, 2009

5

6 KATA PENGANTAR Dalam era reformasi Indonesia dewasa ini, dampak globalisasi sudah menyentuh dan mempengaruhi hampir seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia, karena itu perlu langkah-langkah terpadu untuk menyusun dan menyempurnakan berbagai peraturan perundang-undangan untuk mempercepat reformasi di bidang politik, hukum dan ekonomi. Keberhasilan pembangunan politik, hukum dan ekonomi, merupakan tolok ukur menuju masyarakat adil dan makmur. Peraturan perundang-undangan pembangunan ekonomi sebagai hasil kompromi politik harus mewujudkan cita-cita masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Dalam rangka pembangunan ekonomi termaksud, pada tahun anggaran 2006 Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) telah melakukan kegiatan penulisan karya ilmiah dengan topik Politik Hukum Menuju Pembangunan Ekonomi. Tulisan ini menganalisis peran dan hubungan pengaruh mempengaruhi antara politik, hukum dan ekonomi dalam menciptakan keamanan dan kemakmuran bagi bangsa Indonesia dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karya ilmiah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang adanya korelasi politik, hukum dan ekonomi. Sebagai negara hukum diharapkan hukum mampu berperan sebagai perjuangan Republik Indonesia yang berdaulat, aman dan sejahtera. Selain itu penerbitan ini juga dimaksudkan untuk menambah jumlah literatur hukum, khususnya hukum pembangunan ekonomi, dan akan disebarluaskan kepada instansi pemerintah yang ada di pusat dan daerah. Dengan demikian akan lebih mudah masyarakat mengetahui, memanfaatkan dan mengembangkannya lebih lanjut untuk pembangunan ekonomi Indonesia. v

7 Akhirnya, kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. C.F.G. Sunaryati Hartono, S.H., yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya, serta semua pihak yang berpartisipasi sehingga buku ini bisa diterbitkan. Jakarta, September 2009 Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional Prof. Dr. H. Ahmad M. Ramli, S.H., M.H., FCBArb. vi

8 KATA PENGANTAR Ucapan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih kami panjatkan dengan telah selesainya penulisan Karya Ilmiah dengan judul Politik Hukum Menuju Pembangunan Ekonomi yang telah ditugaskan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia kepada kami sebagai pelaksananya. Karya Ilmiah ini terdiri 3 (tiga) topik, yaitu: hukum, politik, dan ekonomi, yang saling berpengaruh terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mencapai stabilitas politik dan terbentuknya koridor hukum yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan sistem ekonomi dan kehidupan bermasyarakat bangsa Indonesia. Karena itu Karya Ilmiah ini tidak merupakan ulasan hukum murni semata, tetapi merupakan hasil kajian interdisipliner dari aspek politik, hukum dan pembangunan ekonomi di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang saling berinteraksi satu sama lain. Semoga Karya Ilmiah ini dapat memberikan sumbangan, baik bagi perancang perundang-undangan, maupun bagi para penegak hukum, pelaku ekonomi dan pelaku politik untuk mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang aman dan makmur. Jakarta, 12 Desember 2006 Penulis, ttd. Prof. Dr. C.F.G. Sunaryati Hartono, S.H. vii

9 viii

10 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR 1SI... BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... B. Maksud dan Tujuan... C. Masalah yang Diteliti... D. Sistematika Penulisan... BAB II PENGARUH TIMBAL BALIK ANTARA POLITIK, HUKUM DAN EKONOMI DALAM TATANAN KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA... A. Hukum dan Politik... B. Politik Hukum dan Ekonomi... C. Hukum sebagai Produk Politik Ekonomi... BAB III MEMBANGUN HUKUM MENUJU SISTEM EKONOMI YANG SESUAI DENGAN PEMBUKAAN UUD A. Sejarah Ekonomi Indonesia... B. Politik Pembangunan Indonesia... C. Pola Pembangunan Hukum Ekonomi Indonesia BAB IV PENUTUP... A. Kesimpulan... B. Saran... C. Penutup... LAMPIRAN v ix ix

11

12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak permulaan abad ke-20, tepatnya pada tahun 1998, pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 17 Tahun 1998 yang menginstruksikan kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehakiman, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas untuk secepatnya dan secara terkoordinasi mengambil langkah-langkah terpadu guna menyusun atau menyempurnakan berbagai peraturan perundang-undangan yang diperlukan untuk mempercepat pelaksanaan dan perwujudan reformasi di bidang politik, hukum dan ekonomi. Banyak produk hukum yang dikeluarkan untuk mempercepat pelaksanaan dan mengamankan kegiatan ekonomi di negara Republik Indonesia yang sama-sama kita cintai. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, hasil pembangunan tiga bidang yang merupakan pilar utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tesebut masih belum dapat berjalan dengan baik sebagaimana yang diharapkan oleh seuruh komponen bangsa Indonesia agar dapat menuju tercapainya cita-cita bangsa Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur. Banyak peraturan perundang-undangan yang telah dkeluarkan guna menjaga hasil pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan aspek ekonomi yang dilandasi keinginan untuk menjaga kestabilan pemerintah dari gejolak-gejolak yang ada. Dengan demikian diharapkan tercipta hasil pembangunan ekonomi nasional berkembang secara terus menerus. situasi politik yang kondusif serta hukum yang benar-benar menuju ke arah keamanan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai produk hukum, baik berupa Undang- Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, disertai peraturan pelaksanaannya, untuk melindungi hasil-hasil pembangunan Ekonomi 1

13 yang telah dirintis dan dilakukan pemerintah sejak tahun 1945 sampai dengan sekarang. Saat ini kita telah memasuki era globalisasi di berbagai bidang, sehingga dampak globalisasi menyentuh dan mempengaruhi hampir seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Keberhasilan pembangunan ekonomi Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan tolok ukur bagi terciptanya masyarakat adil dan makmur yang dilandasi oleh Hukum Nasional, di antaranya berupa peraturan perundangundangan sebagai hasil kompromi politik untuk menuju pembangunan ekonomi yang harus mewujudkan cita-cita masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. B. Maksud dan Tujuan Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, Karya Ilmiah ini perlu melakukan analisis tentang peran dan hubungan pengaruh mempengaruhi antara politik, hukum dan ekonomi dalam menciptakan keamanan dan kemakmuran bagi kehidupan bangsa Indonesia dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagaimanapun juga kita harus bersatu untuk menjaga negara kesatuan Republik Indonesia dari munculnya dampak-dampak negatif yang mungkin akan timbul karena gesekan ketiga faktor tersebut, yaitu politik, hukum dan ekonomi. Kita harus dapat mencegah timbulnya pengaruh negatif dari ketiga faktor tersebut yang mungkin akan dapat muncul, karena masing-masing aspek memiliki sifat (over) sensitif dan dapat mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara ke arah negatif yang seharusnya wajib mengedepankan kepentingan bangsa dan negara untuk tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seanjutnya penulisan Karya Ilmiah ini diharapkan mampu memberikan gambaran yang jelas tentang terjadinya korelasi politik, hukum dan ekonomi mengingat ketiganya merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan lagi dari Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang modern. 2

14 Sebagai negara hukum, dengan sendirinya kita mengharapkan agar hukum mampu berperan menjaga Republik Indonesia yang berdaulat, aman dan sejahtera bagi setiap anggota masyarakat di seluruh penjuru tanah air. C. Masalah yang diteliti Karya IImiah tentang Politik Hukum menuju Pembangunan Ekonomi ini akan membahas permasalahan berikut: 1. Sejauh manakah pengaruh politik dalam rangka pembentukan peraturan perundang-undangan di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam menyikapi perlindungan, kepentingan, kebutuhan, keamanan bagi rakyat atau masyarakat pada umumnya mengingat produk hukum yang dihasilkan oleh DPR tersebut akan berlaku secara nasional, bahkan mungkin juga secara internasional. 2. Kebijakan dan langkah-langkah apa dan bagaimana yang diambil oleh para pelaku hukum, ekonomi dan politik yang harus mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa menuju cita-cita bangsa agar dapat menciptakan atau mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur dengan saling menjaga keutuhan dan tegaknya Negara Kesatuan Repubilk Indonesia yang berdaulat, aman dan makmur. 3. Gejala, pengaruh dan dampak negatif apa saja yang timbul bagi masyarakat pada umumnya dalam pelaksanaan pembangunan nasional. 4. Gejala, pengaruh dan dampak negatif apa saja yang ditimbulkan oleh masyarakat terhadap upaya Pemerintah untuk merencanakan, mengatur dan mengupayakan peningkatan kehidupan (pembangunan) ekonomi nasional tersebut. 5. Tindakan dan upaya apa saja yang perlu dilakukan oleh semua unsur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk lebih meningkatkan persatuan, perdamaian, keamanan, kemakmuran dan kesejahteraan seluruh masyarakat secara adil dan merata. 3

15 D Sistematika Penulisan Karya Ilmiah ini disusun dengan sistematika berikut: Bab I Pendahuluan, terdiri dari (a) Latar Belakang; (b) Maksud dan Tujuan (c) Masalah yang Diteliti; dan (d) Sistematika Penulisan. Bab II Pengaruh Timbal Balik antara Politik, Hukum, dan Ekonomi dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, terdiri dari (a) Hukum dan Politik, (b) Hukum dan Ekonomi, dan (c) Hukum sebagai Produk Politik Ekonomi. Bab III Membangun Hukum Menuju Sistem Ekonomi yang Sesuai dengan Pembukaan UUD 1945, terdiri dari (a) Sejarah Ekonomi Indonesia, (b) Politik Pembangunan Indonesia; dan (c) Pola Pembangunan Hukum Ekonomi Indonesia. Bab IV Penutup; terdiri dari (a) Kesimpulan; dan (b) Saran. 4

16 BAB II PENGARUH TIMBAL BALIK ANTARA POLITIK, HUKUM DAN EKONOMI DALAM TATANAN KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA A. Hukum dan Politik Dalam pengkajian ini Hukum diartikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari sekitar 10 komponen yang saling pengaruh mempengaruhi, sedemikian rupa, sehingga apabila salah satu komponen berubah, maka semua komponen yang lain diubah juga. Dan apabila satu komponen tidak bekerja, maka seluruh sistem juga tidak bekerja atau macet total. Komponen sistem hukum itu tidak hanya terdiri dari kaidah atau norma saja, tetapi juga termasuk di dalam sistem lembaga-lembaga hukum, proses dan prosedur, sumber daya manusia, sarana dan masih banyak lagi. Hukum merupakan pedoman yang berfungsi mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam proses pembentukan hukum itu sendiri, hukum banyak dipengaruhi oleh politik melalui pembahasan dalam seminar-seminar, media massa dan terutama melalui pembahasan rancangan undang-undang di DPR. Sehingga dapat dikatakan bahwa hukum itu merupakan cerminan dari pemegang kekuasaan poltik, mengingat hukum itu sendiri merupakan hasil atau kristalisasi dari kehendak para politisi dan merupakan cerminan hasil adu kekuatan dan tawar-menawar dengan Pemerintah. Di pihak lain semua kegiatan politik harus memperhatikan aturanaturan hukum yang ada; sehingga Hukum dan Politik merupakan sub sistem dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan. Dalam pada itu baik Hukum maupun Politik bukan merupakan tujuan bagi, kehidupan 5

17 berbangsa dan bernegara, akan tetapi hanya merupakan jembatan, yang akan membawa kita kepada ide-ide dan keadaan masyarakat yang dicita-citakan. 1 Bertolak dari hukum sebagai produk politik, maka Karya Ilmiah ini perlu lebih menitikberatkan pada pengaruh politik pada hukum di Indonesia untuk mengetahui konseptualisasi dan adanya indikatorindikator tertentu tentang letak politik itu sendiri, apakah pada ilmu politik atau ilmu hukum? Para pakar hukum mengatakan bahwa baik ilmu politik maupun ilmu hukum merupakan bagian dari filsafat, karena kedua sistem tersebut mengacu pada pohon filsafat yang sama. Filsafat memikirkan mengenai bagaimana mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara itu dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya. Ilmu politik membahas mengenai cara-cara bagaimana tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara itu perlu dilaksanakan secara demokratis dan seefisien mungkin. Dan Ilmu Hukum menentukan aturan main kehidupan berbangsa dan bernegara itu. Timbul suatu pertanyaan, bagaimanakah terjadinya pengaruh-mempengaruhi di antara keduanya yaitu potitik di satu sisi dengan hukum di sisi lainnya? Karena pembuatan peraturan perundangan hukum, yaitu antara lain Undang-Undang dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat, yang lebih rendah dibuat oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Daerah, sedangkan lembaga politik dan proses politik itu sendiri diatur oleh hukum. Sejak proklamasi Negara Kesatuan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 sebagai hukum dasarnya, maka mulai pada saat itu perlu melakukan pembaharuan atas peraturan perundang-undangan yang merupakan produk hukum peninggalan zaman penjajahan baik yang dikeluarkan oleh Pemerintah Jepang maupun Pemerintah Hindia Belanda. Proklamasi telah mengubah kehidupan masyarakat Indonesia yang bebas dan merdeka. Pemerintah Indonesia dengan 1 Sunaryati Hartono dalam Apakah The Rule of Law itu? (Alumni Bandung 1976, hlm. 170). 6

18 seluruh kekuatan yang ada, harus segera mengisi kemerdekaan untuk menata kehidupan Bangsa Indonesia yang telah terbebas dari tekanan politik penjajah. Dari uraian tersebut di atas maka dapat dikatakan bahwa: 1) Hukum merupakan determinan atas politik karena kegiatan politik diatur dan harus tunduk pada peraturan perundang-undangan atau aturan hukum; 2) Demikian pula sebaliknya politik juga merupakan determinan atas hukum, karena hukum (peraturan perundang-undangan) merupakan hasil kristalisasi kehendak politik yang saling berinteraksi atau bahkan bersaing; 3) Politik dan hukum sebagai sub sistem kehidupan bernegara dan bermasyarakat berada pada posisi yang sederajat dan seimbang antara satu dengan yang lainnya. Semua kegiatan politik harus memiliki pedoman yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara guna menuju terwujudnya kedamaian di antara seluruh komponen bangsa yang ada. B. Politik, Hukum dan Ekonomi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta telah lama memasukkan politik hukum sebagai mata kuliah pilihan yang berdiri sendiri sesuai dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Gadjah Mada Nomor 4 Tahun 1986, tetapi di lain pihak, lain-lain universitas negeri hingga kini bahkan belum memasukkan mata kuliah Politik Hukum di dalam kurikulum, sebab sekali pun Politik Hukum merupakan bagian dari Ilmu Hukum, namun hal itu belum berarti, bahwa Politik merupakan bagian dari Hukum. Melihat kebelakang dalam menelusuri perkembangan politik dan hukum di Indonesia, dengan yang dimulai sejak proklamasi Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak tanggal 18 Agustus 1945 telah dimulai dengan peletakan dasar dan Ground norm kehidupan berbangsa dan bernegara dengan lahirnya Undang- Undang Dasar Hal ini merupakan batu pertama ke arah pembentukan Hukum Nasional dan pembaharuan atas peraturan 7

19 perundang-undangan sebagai pengganti peraturan peninggalan penjajah; baik yang dikeluarkan oleh Pemerintah Jepang maupun Pemerintah Hindia Belanda. UUD 1945 tersebut merupakan lembaran baru bagi rakyat dan pemerintah Republik Indonesia dalam penampilan politik yang lebih dominan. Dalam rangka dan akibat pergulatan politik, Indonesia bahkan terpaksa masih menyetujui Konstitusi Republik Indonesia Serikat tahun 1945 dan Undang-Undang Dasar Sementara tahun 1950, namun hal ini hanya berlangsung sampai dengan tahun 1959, ketika Presiden Soekarno juga karena kekhawatiran bahwa akibat pergolakan politik di dalam Konstituante yang bertugas menyusun Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang baru, akan menuju ke arah negara agama (Islam) Republik Indonesia agar bangsa Indonesia kembali ke UUD Akibatnya, keadaan politik yang demokratis yang berlangsung sejak tahun1945 sampai tahun 1957, pada tahun 1957 berubah menjadi otoriter ketika Presiden Soekarno melemparkan pemikiran tentang demokrasi terpimpin secara konstitusional, yaitu dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 dengan alasan bahwa konsep tentang demokrasi liberal dan kehidupan politik sebelumnya bertentangan dengan budaya bangsa. Hal tersebut menjadikan negara dalam keadaan tidak stabil dan tidak menentu. Dengan adanya 5 (lima) kekuatan politik yang saling tolak dan tarik-menarik yaitu antara Presiden Soekarno, Angkatan Darat, Partai Nasionalis Indonesia, Partai Komunis Indonesia dan Partai Masyumi di mana kekuasaan terbesar ada pada Presiden Soekarno yang mencanangkan politik Nas A Kom (Nasionalis, Agama dan Komunis). Keadaan tersebut berakhir pada tahun 1966 dengan dibarengi kelahiran atau munculnya Orde Baru dan Angkatan Darat sebagai pemeran utamanya. Sebagai akibat terjadinya peristiwa berdarah pembunuhan 7 Jenderal G/30 S PKI yang mengakibatkan akhirnya PKI dibubarkan. Meletusnya Gerakan 30 September/PKI tahun 1965 telah meruntuhkan konfigurasi politik era demokrasi terpimpin, karena Angkatan Darat berpendapat bahwa mantan Presiden Soekarno dan 8

20 Agkatan Udara terlibat dalam peristiwa tersebut. Dengan demikian Orde Baru ditandai tampilnya militer (khususnya Angkatan Darat) sebagai pemenang dalam pertarungan politik nasional, sedang Presiden Soekarno dihentikan secara konstitusional oleh MPRS karena dianggap pemberian tanggung jawabnya (Nawaksara) atas musibah nasional G 30 S/PKI tidak dapat diterima, sehingga PKI dibubarkan dan dinyatakan partai terlarang. Lahirlah Orde Baru dan Angkatan Darat tampil sebagai pemeran utama dalam pentas politik pada awal Orde Baru. Kekuatan anti-pki dan menjatuhkan Soekarno tidak dapat dibendung. Krisis politik cukup berat ditandai oleh berbagai demonstrasi baik dilakukan oleh mahasiswa, pelajar, ormas-ormas/parpol yang didukung oleh Angkatan Darat. Akhirnya Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret (SUPERSEMAR 1966) yang ditujukan kepada Jenderal Soeharto, untuk mengamankan keadaan di Republik Indonesia. 2 Dan setelah Presiden Soeharto akhirnya di tahun 1998 diturunkan oleh MPR, sekali pun beberapa bulan dilantik sebagai Presiden untuk keenam kalinya melalui amandemen UUD 1945 telah terjadi pengaturan mengenai pemilihan Kepala Negara dengan perjuangan rakyat untuk menuju Negara Republik Indonesia dan pembatasan masa bakti seorang Presiden dan Wakil Presiden menjadi hanya selama maksimal 10 tahun (atau khusus hanya boleh dipilih selama maksimal 2 kali). Setelah jatuhnya mantan Presiden Soeharto, maka secara berturut-turut Negara Kesatuan Republik Indonesia mengalami pergantian pimpinan pemerintahan yaitu dari Prof. B.J. Habibie, Dipl. Ing.; K.H. Abdurrahman Wahid; Megawati Soekarnoputri; dan saat ini Dr. Jend. (Purnawirawan) Susilo Bambang Yudhoyono. Pengalaman menunjukkan bahwa keadaan politik dalam negeri dan pergantian pimpinan negara sangat berpengaruh pada keadaan ekonomi negara, terlebih-lebih pengaruh peningkatan nilai 2 Kebenaran adanya Surat Perintah 11 Maret 1966 yang mengalihkan kekuatan kepada Mayor Jenderal (waktu itu) Soeharto, atau apa pun isinya Surat Perintah Presiden sebagai Panglima Tertinggi sehingga kini masih terus dipertanyakan, karena sampai akhir hayatnya almarhum Jenderal Jusuf yang katanya menyimpan naskah asli Surat Perintah itu, tidak pernah memperlihatkan surat itu atau menyerahkannya kepada pejabat atau orang lain. 9

21 tukar dolar yang sempat menimbulkan krisis moneter dan ekonomi waktu itu. Bahkan sekarangpun, sekalipun Presiden dan WakiI Presiden sudah dipilih dengan sangat demokratis dan secara langsung, namun karena partai-partai yang tidak kebagian kursi atau merasa tidak cukup jumlah kursinya di kabinet, maka mereka setiap saat berusaha untuk menggunjang-ganjingkan kedudukan Presiden yang mau tidak mau mempengaruhi keadaan ekonomi, khususnya masalah penanaman modal asing ke Indonesia. C. Hukum sebagai Produk Politik Ekonomi Sekalipun di Masa Orde Baru pembangunan Hukum selalu dianaktirikan, karena Hukum dianggap hanya menghambat ekonomi, namun begitu terjadi Krisis Moneter di tahun 1997 para pengusahalah yang justru berteriak-teriak Mana Hukum kita? Mengapa penegakan Hukum di negeri kita begitu brengsek dan amburadul? Hal tu terjadi karena kini pihak pengusaha asing dan Bank Dunia serta IMF menuntut pembayaran segera dari utang-utang (dalam mata uang dolar) yang selama bertahun-tahun belum dibayar oleh perusahaan-perusahaan Indonesia (bad debts) dan agar perusahaan-perusahaan yang tidak mampu membayar utangnya segera dinyatakan pailit oleh Pengadilan. Akibatnya, begitu banyak perusahaan yang tidak mampu membayar utangnya, sehingga langsung dinyatakan pailit atau bahkan dihukum penjara karena tidak dapat mempertanggungjawabkan pengeluaran yang telah dilakukan, atau bahkan dihukum pidana karena korupsi. Hingga saat ini pun Pemerintah masih terus menghadapi keengganan penanaman modal asing untuk menginvestasikan modalnya di Indonesia, karena tuntutan calon investor adalah adanya kepastian hukum, sehingga hak-hak dan kewajibannya jelas dan terjamin. Namun membentuk sistem hukum yang baik, bahkan menyusun dan mengundang-undangkan suatu undang-undang tidak semudah membalik telapak tangan! Apalagi karena Indonesia sudah mengabaikan pembangunan Hukum Nasionalnya selama sekitar setengah abad! 10

22 Untuk memberi gambaran tentang bagaimana proses pembangunan hukum nasional sudah dan masih harus berjalan, dan jangka waktu yang diperlukan untuk itu, kami sajikan proses pengembangan hukum di Indonesia sejak abad ke XIV sampai sekarang dalam bagan 1 di bawah ini. Ada pun hal-hal yang masih harus dilakukan di tahun-tahun mendatang tergambar secara visual di bagan 2. Dari bagan 2 itu saja sudah tampak betapa luas dan kompleksnya proses pembentukan hukum itu. Apalagi bila proses itu harus diimplementasikan di dalam kenyataan! Bagaimana pun juga, di masa Orde Baru perundang-undangan Republik Indonesia sangat dipengaruhi oleh politik liberalisasi, privatisasi dan deregulasi kegiatan ekonomi. Politik ekonomi di zaman Reformasi ini bahkan ditambah dengan politik demokratisasi, perlindungan hak asasi maupun globalisasi dan internasionalisasi ekonomi, politik dan hukum. Akibatnya, kini rakyat Indonesia yang tidak terbiasa dengan kebebasan yang begitu besar, dalam suasana euphoria demokrasi seakan-akan lepas kendali. Demokrasi seakan-akan berubah menjadi sikap semau gue, gue mesti menang, siapa yang tidak sepaham denganku adalah lawan. Tidak mengherankan, bahwa tidak hanya orang asing segan untuk menginvestasi di Indonesia, pengusaha dan pemilik modal bahkan pejabat negara birokrat/sendiri lebih cenderung menempuh jalan aman untuk mendepositokan anggaran belanja negara daerah daripada menggunakannya untuk keperluan pelayanan publik! Di sini tampaklah, bahwa manakala di masa lampau pengabaian pembangunan hukum merupakan akibat dari Politik Ekonomi, kini benarbenar Pembangunan Ekonomi di hambat oleh belum tersedianya sarana hukum, kesiapan profesi hukum dan kesadaran hukum masyarakat, akibat diabaikannya pengembangan sarana hukum, pendidikan hukum dan kesadaran hukum masyarakat di masa yang lalu. Orang asing mengatakan : the damage has been done atau nasi sudah menjadi bubur. Dan adalah suatu hal yang mustahil 11

23 untuk dalam waktu 1 atau 2 tahun membangun seluruh komponen sistem hukum sebagaimana tergambar dalam bagan 1 dan 2 itu. Namun demikian, kita tidak boleh putus asa. Bagaimana pun hari ini pun harus kita mulai melaksanakan pembangunan hukum dalam segala aspeknya. Maka untuk mempersingkat proses itu tidak boleh tidak kita harus menyiapkan Rencana Pembangunan Hukum yang pokok-pokoknya sudah disebut dalam bagan 2 itu. 12

24 BAB III MEMBANGUN HUKUM MENUJU SISTEM EKONOMI YANG SESUAI DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945 A. Sejarah Ekonomi Indonesia 1. Sistem Ekonomi Indonesia di zaman kolonial Hindia Belanda merupakan sistem yang oleh Prof. Dr. JK. Boeke dalam bukunya yang berjudul Oosterse Economic 3 merupakan sistem Ekonomi yang dualistis. Disebut dualistis, karena sebetulnya sejak akhir abad ke-19 di Hindia Belanda berlaku dua sistem yang berdampingan, yaitu sistem Ekonomi Barat (yang dianut oleh bangsa Belanda dan bangsa Eropa pada umumnya), dan sistem Ekonomi Timur (Oosterse economic) yang dianut oleh penduduk Indonesia asli. Sistem Ekonomi Barat dijiwai oleh alam pikiran individualistis, liberalistis dan kapitalistis, dan secara hukum dilandasi oleh Burgerlijk Wetboek (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) yang berasal dari Negeri Belanda, dan yang pada gilirannya merupakan terjemahannya dari code Civil Prancis, ketika Belanda dijajah oleh Prancis. Sistem Ekonomi Timur djiwai oleh falsafah kekeluargaan dan dilandasi oleh Hukum Adat. Hal ini di dalam hukum diatur oleh Wet op de Staatsinrichting Van Nederlandsie (Staatsblad 1855 No. juncto No. 1) di dalam pasal 131 ayat 2, yang mengatakan In de ordonanties regelende het burgerlijk en handelsrecht worder: 3 Beke. Oosterse Economic. Servires Encyclopaedie. N.V., Servire. Den Haag. l946 13

25 a. voor de Europanen de in Nederland geldende wetten gevolgd, van weeke wetten echter mag worden afgeweken roowel wegens byzondere toestanden in Ned Indie, als om hen met een of meer der overnge bevolkingsgroepen of onderdeelen daarvan aan deselfde voorzeherften te kannen onder overpen; b. de Inlanders, de Vreemde Oosterlingen en de onderdeelen, waarnet deze beide groepen der bevalking bestaan, voorzoovere de by hen gebleken maatsehap pelijke behoeften dit eischen, hetzij aan de voor Europeanen geldende bepalingen, voor Europeanen geldende bepalinger, voor zoveed mooding gewijzigd, hetzij met de Europeanen aan gemensehap pelijke voor schriften on derwarpen, terwijl overigens de onder hen geldende, met hunne godsdiensten en gewoonten samenhangende rechts regelen worden gecerbiedigd, waarvan echter mag worden algeweken, wanneer het algemeen belang of de by hen gebleken maatschap pelijke behocften rulks vorderen Yang artinya : Di dalam ordonansi yang mengatur hukum perdata dan hukum dagang, maka a. Untuk orang Eropah berlaku undang-undang yang berlaku di negeri Belanda, kecuali apabila keadaan khusus di Hindia Belanda menuntut penyimpangan dari perundang-undangan Belanda itu atau dalam hal dituntut agar untuk mereka diperlakukan peraturan hukum yang sama dengan golongan penduduk Bumiputera dan Timur Asing. b. Golongan Bumiputera dan golongan Timur Asing atau bagian bagian dari kedua golongan penduduk itu tunduk pada peraturan hukum yang berlaku untuk golongan penduduuk Eropah (jika perlu dengan mengadakan penyesuaian dengan adat istiadat mereka), atau tunduk pada hukum yang berlaku umum untuk semua golongan penduduk, dan selebihnya tunduk pada masing- 14

26 masing hukum agama dan kebiasaan. Namun demikian, dari peraturan Hukum Agama dan Hukum Adat dapat diadakan penyimpangan, apabila kepentingan umum atau kebutuhan masyarakat mereka ternyata menghendakinya. 2. Membangun Produk Politik Ekonomi Tampaklah bahwa Sistem Hukum Indonesia yang membagi penduduk Indonesia dalam 3 golongan yaitu: golongan penduduk Eropah, Timur Asing dan Bumiputera (lihat pasal 163 JS) sejak zaman kolonial cenderung ditentukan oleh Politik Ekonomi yang dianut oleh penjajah untuk memperoleh hasil bumi sebanyak banyaknya dan semurah-murahnya dari daerah jajahannya (Indonesia dan Suriname) Itulah sebabnya, Hukum Adat dan Hukum Agama golongan Bumiputera dan golongan Timur Asing tidak akan diganggu/atau istilah resminya: dibiarkan tetap berlaku, sepanjang kepentingan umum atau perubahan zaman tidak menuntutnya. Dengan demikian terjadilah pembagian kerja antara ketiga golongan penduduk itu di dalam sistem ekonomi Indonesia, di mana golongan penduduk Pribumi (Indonesia) menjadi kelompak penghasil hasil bumi, golongan penduduk Eropah menjadi kelompok pengusaha ekspor-impor dan kelompok Timur Asing merupakan kelompok pedagang perantara, yang membeli hasil bumi dari golongan penduduk Indonesia dan menjualnya ke pengusaha Eropah untuk diekspor ke negeri Belanda dan luar negeri, serta menjual barang-barang impor melalui toko-tokonya ke penduduk Indonesia/Pribumi dan Timur Asing serta Eropah di kota-kota dan daerah pedesaan. 4 Akibat pembagian kerja di bidang ekonomi di Indonesia timbullah suatu bidang hukum yang menjadi mata kuliah di dalam kurikulum 4 Baca: Sunaryati Hartono dari Hukum Antar Golongan ke Hukum Antar Adat. Alumni Bandung,

27 Rechts-Hege School (RHS) di Batavia, yang guru besarnya adalah Prof. Kollewijn, yaitu bidang Intergentiel recht (Hukum Antar Golongan). Bidang hukum antar golongan ini menentukan hukum mana yang berlaku, manakala orang dari golongan penduduk Eropah mengadakan tindakan hukum atau kontrak dengan orang Timur Asing, atau orang Tionghoa mengadakan kontrak dengan orang Pribumi Indonesia atau Timur Asing, dan sebagainya. Di tahun 1950-an mata kuliah ini di Universitas Indonesia diajarkan oleh Prof. Resink (ketika penulis menjadi mahasiswanya). Kemudian Prof. Dr. Mr. Sudargo Gautama, Ph.D. menulis disertasi di bidang Hukum antar Golongan dan kemudian menjadi guru besar di UI. Namun kini, karena dalam rangka menggiatkan penanaman modal asing sejak tahun 1974 ketentuan mengenai Perusahaan Terbatas sudah dinyatakan berlaku juga bagi orang Indonesia Pribumi, apalagi dengan berlakunya UU Perusahaan Terbatas yang baru, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Barat) dan Kitab Undang- Undang Hukum Dagang juga sudah berlaku bagi orang Indonesia Pribumi, maka hukum antar goiongan oleh banyak orang sudah dilupakan dan kehilangan arti pentingnya. Sebagai gantinya justru Hukum Perselisihan (Conflicten recht) yang lain, seperti Hukum antar waktu, Hukum antar agama, Hukum antar daerah otonom, Hukum antar wewenang dan Hukum Perdata Internasional yang menjadi sangat penting, karena kini terjadi perubahan UU secara bertubi-tubi (Hukum antar waktu), timbul berbagai lembaga kenegaraan yang baru (Hukum antar wewenang), otonomi daerah sedang digiatkan (Hukum antar daerah dan Hukum antar wewenang), dan berbagai konvensi PBB dan perjanjian internasional telah diratifikasi (Hukum Perdata Internasional). Padahal mind set para sarjana hukum dan para pembentuk hukum (DPR sebagai lembaga legislatif, Pengadilan dan MA sebagai lembaga yudikatif maupun Pemerintah/Birokrasi sebagai lembaga 16

28 eksekutif) masih tetap berpegangan pada pasal 131 Indische Staats Rejheling dan menyangka, seakan-akan bagi orang Pribumi hanya berlaku ketentuan Hukum Adat dan Hukum Agama, dan seakanakan Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan Dagang hanya berlaku bagi orang Eropah dan Timur Asing! Bahkan sekali pun kita sudah lebih dari 61 (enam puluh satu) tahun merdeka, masih saja ditutup mata seakan-akan di dalam lebih dari setengah abad sama sekali tidak terjadi perubahan apaapa di dalam bidang Hukum Adat sekali pun Undang-Undang Pokok Agraria sudah berlaku sejak tahun 1960, jadi sudah hampir setengah abad pula. Sayangnya, masih saja ada ahli-ahli sosial, budaya dan hukum yang bertekad mengembalikan jarum jam sejauh Indonesia ke abad ke-16, ketika bangsa-bangsa asing mendarat di Indonesia, dengan menerapkan Hukum Adat yang berlaku 4 (empat) abad yang lalu, setidak-tidaknya 100 tahun yang lalu. Inilah antara lain sebabnya mengapa kehidupan sosial, ekonomi, politik, hukum dan budaya itu hanya menyentuh permukaan atau kulit luar kehidupan berbangsa dan bernegara itu. Karena kebanyakan warga Indonesia hanya cenderung bernostalgia ke abad-abad puncak-puncak kebesaran suku-suku bangsa di masa yang lalu dan kurang melihat ke depan, ke masa kini dan masa yang akan datang yang sudah membawa perubahan-perubahan sosial, ekonomi, politik, hukum dan budaya yang begitu besar dan semakin besar saja. Sebagai contoh misalnya: masih mungkin kita membentuk Sistem Hukum Elektronik (Cyber law) yang begitu penting untuk kehidupan ekonomi bangsa masa sekarang dan yang akan datang dengan mengandalkan konsep-konsep Hukum Adat, Pasti tidak! Bahkan konsep-konsep Hukum Perdata dan Hukum Dagang Barat yang berasal dan zaman Napoleon pun, tidak lagi dapat kita gunakan. Juga tidak, kalau kita membahas masalah lingkungan akibat pemanasan bumi, atau semburan lumpur panas seperti di Porong Sidoarjo, yang sekarang bahkan mulai diikuti dengan semburan 17

29 lumpur di Kalimantan dan Banten (Serang). Atau penanggulangan penyakit HIV/AIDS dan Flu Burung. Jelas, hanya pemikiran-pemikiran modern sejalah yang akan mampu menemukan solusinya, baik di bidang teknologi, ekonomi, poiltik, hukum tetapi juga di bidang filsafah dan budaya. 18

30 SAMPAI ABAD KE XIV GAMBAR : 1 RESEPSI HUKUM AGAMA HINDU HUKUM ADAT YANG ASLI SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBINAAN HUKUM DI INDONESIA MENUJU SISTEM HUKUM NASIONAL ABAD KE XIV SAMPAI ABAD KE XIV SAMPAI ABAD KE XIV HUKUM POSITIF MAS-SEKARANG SISTEM HUKUM ADAT INDISCHE STAATREGELING S SISTEM HUKUM ISLAM SISTEM HUKUM NASIONAL SISTEM HUKUM ISLAM SISTEM SISTEM HUKUM SISTEM HUKUM ADAT HUKUM BARAT BARAT GAMBAR : 2 GAMBAR : 3 GAMBAR : 4 GAMBAR : 5 RESEPSI HUKUM ISLAM RESEPSI HUKUM AGAMA HINDU HUKUM ADAT YANG ASLI RESEPSI HUKUM ISLAM RESEPSI HUKUM AGAMA HINDU RESEPSI HUKUM AGAMA KRISTEN/KATO LIK HUKUM ADAT YANG ASLI Lingkaran pertama : PANCASILA Lingkaran kedua : UUD 1945 Lingkaran ketiga : Perundangundangan Lingkaran keempat : Yusisprudensi Lingkaran kelima : Hukum Kebiasaan - - SISTEM HUKUM NASIONAL ( IUS CONSTITUENDUM) HUKUM TATA NEGARA & HUKUM ADMINISTRASI NEGARA HUKUM LINGKUNGAN 2 1 HUKUM EKONOMI HUKUM KELUARGA DSB GAMBAR : 6 Ius Constituendum menjadi semakin lengkap dan terus dapat ditambah dengan bidangbidang hukum yang baru, yang semuanya bersumber pada Pancasila & UUD 1945 dan terdiri dari Peraturan Perundang-undangan, Yurisprudensi serta Hukum Kebiasaan. Dimana mendatang sektor-sektor hukum baru akan semakin bertambah banyak tetapi semuanya akan bersumber pada Pancasila dan berdasarkan UUD 1945 sehingga kesisteman Sistem Hukum Nasional tetap terjamin 19

31 LANDASAN IDIIL SEKTOR PANCASILA LANDASAN KONSTITUSIONAL UUD 1945 PEMBANGUNAN DAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL JANGKA PANJANG LANDASAN OPERASIONAL RENCANA- RENCANA WAWASAN PEMBANGUNAN PEMBA- NGUNAN WAWASAN KEBANGSAAN WAWASAN NUSANTARA HUKUM BIDANG/ WAWASAN BHINEKA SEKTOR SUB TUNGGAL IKA HUKUM MATERI HUKUM APARATUR HUKUM SARANA & PRO- GRAM PRO- GRAM PERENCANAAN & PEMBENTUKAN HUKUM PENGEMBANGAN SISTEM HUKUM NASIONAL PEMBINAAN PERADILAN PENERAPAN & PENEGAKAN HUKUM Penggantian Produk H u k u m kolonial Penyesuaian Hukum Positif Pembinaan yurisprudensi Pembinaan Hukum Kebiasaan Nasional Peningkatan Pengkajian, Penelitian, Penulisan Karya Ilmiah, Naskah Akademis, Analisa & Evaluasi, Pertemuan Ilmiah dll. Harmonisasi Naskah Akademis & RUU Pengembangan Hukum Baru Pengembangan Kegiatan Penyusunan (RUU) dan Peraturan Perundangundangan Penyempurnaan Sistem Peradilan & Mekanisme Penyelesaian Sengketa Penyempurnaan Perundangundangan & Pengembangan Hukum Nasional Penyempurnaan Kegiatan Peningkatan Kegiatan reform a s i Sistem Peradilan dalam abad ke- 21 Peningkatan Kegiatan Peningkatan Kegiatan Penyempurnaan Kegiatan Reformasi Sistem Peradilan yang lebih sesuai dengan tuntutan Pemantapan Kegiatan Pemantapan Kegiatan Penyempurnaan Sistem Peradilan y a n g Berwibawa sesuai dengan abad ke- 21 * * Ketertiban Kepastian Hukum * Keadilan Sosial SASARAN Terbentuk & Berfungsinya Sistem Hukum Nasional secara mantap TUJUAN 20

32 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Setelah kita menganalisis berbagai aspek Hukum, Ekonomi dan Politik dan bagaimana ketiga unsur kehidupan berbangsa dan bernegara itu saling berkaitan, dapatlah kita menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Bahwa Sistem Hukum bukanlah suatu sistem yang otonom, tetapi sangat terpengaruh oleh dan tergantung dari subsistem lain dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagaimana pada gilirannya Sistem Ekonomi juga dipengaruhi oleh baik-tidaknya Sistem Politik dan Sistem Hukum berfungsi. 2. Bahwa semenjak Proklamasi Kemerdekaan berbagai kegiatan kenegaraan sangat diwarnai dan dipengaruhi oleh pertimbanganpertimbangan politik, baik di dasawarsa pertama kemerdekaan kita, di masa Orde Lama, masa Orde Baru dan sekarang di zaman Reformasi. 3. Bahwa paham Negara Hukum yang dilaksanakan oleh bangsa kita sampai sekarang ini barulah paham Negara Hukum dalam arti sempit (Governance by Law) dan masih jauh dari paham Negara Hukum dalam arti yang lebih luas, yaitu negara yang hukumnya disusun sedemikian rupa, untuk membawa kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat dan bangsa secara merata dan adil. Apalagi, kini di zaman reformasi, pemerintah sudah dituntut untuk melaksanakan Good Governance yang sesuai dengan paham Negara Hukum yang bertanggung jawab (Verantwoording rechtsstaat) 5, yang mewajibkan aparat 5 Bdgk : Ph. M. Langbroek, P. Rijkema dalam Ombudsprudentie, Boom Jurisdische Uitgevers, h

33 Pemerintah memberikan pertanggungjawaban kepada rakyatnya melalui Dewan Perwakilan Rakyat dan lain-lain lembaga negara/ kemasyarakatan (asas keterbukaan/trasparansi, pertanggungjawaban /akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas). 4. Akibatnya, seluruh cara berfikir (mindset) dan titik tolak, yang di masa lalu cukup sekedar tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kini juga harus diukur dengan asas kepatutan, kewajaran, dan lain-lain asas umum pemerintahan yang baik (algemene beginselen van behoorlijk bestuur) yang di Belanda sudah dikemukakan dan diterapkan lebih dari seabad yang lalu oleh yurisprudensi tetap. Sayangnya, justru hal yang baik itu tidak ditiru atau diikuti oleh Indonesia, sehingga oleh anggota DPR yang sedang membahas RUU Pelayanan Publik dikatakan, bahwa disiplin dan ramah terlalu kabur untuk dijadikan tolok ukur bagi perilaku aparat negara. Padahal asas-asas itu sudah lama dipakai di luar negeri dan RUU Pelayanan Publik itu justru bertujuan untuk memperbaiki kinerja birokrasi. 5. Bahwa Hukum Indonesia yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi terdapat dalam berbagai peraturan perundang-undangan, yaitu dari Undang-Undang Dasar pasal 27, 28, 33, 34 sampai ke Undang- Undang mengenai bentuk usaha (Firma, CV, PT, Perusahaan Negara, BUMN, dan sebagainya), dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (yang kedua-duanya sudah usang dan perlu disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan ekonomi abad ke-21), di dalam beribu-ribu Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Instruksi Presiden, Surat-Surat Keputusan Menteri dan Peraturan serta Surat Keputusan Pemerintah Daerah, dan sebagainya. 6. Bagaimanapun, yang perlu mendapatkan prioritas adalah pembaharuan Hukum Kontrak, karena kontraklah yang merupakan dasar dari dan bagi setiap kegiatan ekonomi, industri dan perdagangan. Salah satu sebab terpuruknya seluruh sistem ekonomi Indonesia di saat krisis moneter tahun 1997 yang lalu memang tidak hanya disebabkan oleh kegiatan Soros seperti yang senantiasa didengung- 22

34 dengungkan pada waktu itu, tetapi justru untuk sebagian besar disebabkan karena peraturan-peraturan hukum kita, khususnya di bidang Hukum Kontrak, belum dapat memberikan jaminan (kepastian hukum) dan perlindungan hukum kepada para pengusaha dan investor, baik investor asing, apalagi kepada investor Indonesia sendiri. Ditambah lagi dengan pemungutan pajak dan bea cukai yang semena-mena oleh pemungut pajak dan bea cukai, dan tidak ditaatinya aturan-aturan pemberian kredit oleh bankbank, khususnya mengenai ketentuan batas pemberian kredit (legal lending limit) ditambah dengan ketidaktahuan para hakim mengenai tata cara niaga internasional maupun dalam negeri, dan permainan antara polisi dan pengusaha pelanggar hukum atau antara jaksa dan pengacara, maka tidaklah mengherankan bahwa betapapun Indonesia sangat menggiurkan karena pasarnya yang begitu luas namum investor asing yang baru masih akan berfikir seribu kali untuk menanam modalnya di Indonesia apalagi karena Undang-Undang Tenaga Kerja (perburuhan) dan perilaku kaum buruh Indonesia juga membawa risiko yang cukup besar untuk ketenteraman dan kelangsungan usaha di Indonesia. Semua itu dicakup dengan satu kata majemuk yang selalu dikemukakan oleh para investor asing, yaitu bahwa di Indonesia belum ada kepastian hukum, tetapi kata majemuk ini mencakup begitu banyak hal, faktor, bidang maupun sektor hukum, yang sulit dapat diatasi dalam 2 atau 3 tahun saja, karena Indonesia sudah terlalu lama (yaitu kira-kira setengah abad) melalaikan pembangunan Sistem Hukum itu. 7. Karena hukum bukan hanya terdiri dari kaidah-kaidah atau norma saja, tetapi merupakan suatu sistem yang terdiri: (a) norma-norma yang pada gilirannya masih terdiri dari undang-undang dan peraturan perundang-undangan, yurisprudensi tetap, konvensi dan perjanjian internasional, dan hukum kebiasaan, termasuk Hukum Adat dan Hukum Islam; (b) lembaga-lembaga hukum/dpr, kepolisian, kejaksaan, badan-badan pengadilan, pengacara, notaris, dsb., (c) jumlah dan mutu tenaga kerja/sdmnya; (d) sarana dan prasarana fisik, non-fisik maupun brain warenya; (e) program kerja; 23

35 (f) proses dan prosedur yang berlaku; (g) tingkat pendidikan, moral dan mindset tenaga profesi maupun aparaturnya; (h) kesadaran hukum masyarakat; dan (i) anggaran belanja negara yang disediakan untuk pembangunan seluruh komponen hukum itu, maka untuk memperbaiki Sistem Hukum yang cocok untuk abad ke-19 tetapi tidak cocok untuk menunjang perekonomian di abad ke 21 ini diperlukan pengerahan tenaga dan fikiran yang sangat besar banyak intensif dan terkoordinasi secara sistemik dan holistik apalagi bila kita menginginkan perbaikannya dalam waktu yang secepat mungkin. Kesadaran inilah yang terutama diperlukan dari pimpinan Pemerintah Republik Indonesia, DPR dan Menteri Keuangan kita. Tanpa kesadaran tersebut, segala perbaikan undang-undang hanya akan merupakan sesendok garam dalam lautan samudera, dan akan tidak berarti apa-apa alias sia-sia belaka!. B. Saran Oleh sebab itu, apabila benar dibutuhkan perbaikan Sistem Hukum yang antara lain harus menunjang perekonomian kita, maka seyogialah kita mulai tahun 2007 segera menangani pembangunan Hukum kita secara serius, sungguh-sungguh, sistemik, holistik dan serentak, termasuk dengan menyediakan dana (anggaran belanja negara), yang tidak tanggung-tanggung, tetapi benar-benar cukup dan besar, agar dapat diharapkan hasil yang realistis dan riil (nyata) dan berbagai cetak biru (blueprint) pembangunan hukum yang sudah cukup tersedia, seperti cetak biru Reformasi Peradilan, Reformasi Birokrasi, Reformasi Penyusunan Peraturan Perundang-undangan, Pemberantasan Korupsi, Penanaman Modal satu atap, reformasi perpajakan, reformasi Bea Cukai dan masih banyak lagi. Bagaimanapun juga, tindakan yang paling penting setelah UU Penanaman Modal adalah agar segera disusun RUU Hukum Kontrak yang tidak seperti sekarang, berlaku one for all, tetapi yang mengatur berbagai kelompok atau macam kontrak yang sudah dipakai di negeri kita, yaitu: 24

36 1. Kontrak sederhana, temu muka, yang masih memungkinkan terjadinya proses tawar menawar. 2. Kontrak adhesi atau kontrak standar yang dibuat oleh satu fihak (yaitu pengusaha, atau bank) saja (contrat d adhesion). 3. Kontrak yang dibuat antara lembaga negara/pemeritah/bumn dengan pihak swasta (government contracts) 4. Kontrak yang ada unsur internasional dan/atau dibuat antara perusahaan Indonesia dengan perusahaan asing (international contracts); 5. Kontrak yang dibuat antara Pemerintah Republik Indonesia atau BUMN atau lembaga negara dengan lembaga internasional, seperti World Bank, IMF, WHO, UNICEF, dan lain-lain (transnational contract). Karena masing-masing kontrak di atas mempunyai keunikannya sendiri, maka demi perlindungan fihak yang sosial/ekonomis lebih lemah, masing-masing jenis Hukum Kontrak perlu ada ketentuannya sendirisendiri, seperti misalnya terdapat di negeri Belanda sekarang dengan peraturan-peraturan mengenai Algemene Voorwaarden untuk kontrakkontrak adhesi. C. Penutup Demikianlah beberapa kesimpulan dan saran yang dapat kami kemukakan dalam rangka Politik Hukum yang diperlukan untuk Pembangunan Hukum yang dapat menunjang dan melandasi Pembangunan Ekonomi. Sesungguhnya masih banyak lagi hal-hal yang perlu dilakukan. Namun karena keterbatasan waktu, untuk sementara ha-hal yang paling penting dan yang sangat diperlukan dulu kami prioritaskan untuk disebut di sini. Semoga sumbangan pikiran ini benar-benar akan dipertimbangkan dan dilaksanakan demi pembangunan Negara Hukum Republik Indonesia maupun terwujudnya perbaikan dan peningkatan kehidupan berbangsa dan negara di masa depan. 25

37 Atas kepercayaan Badan Pembinaan Hukum Nasional menyerahkan pelaksanaan Karya Ilmiah kepada saya, saya ucapkan diperbanyak terimakasih. 26

38 LAMPIRAN 27

39 28

40 DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG EKONOMI =========================================================== Bentuk No/Thn Tentang ==================================================== UU 78/1958 Penanaman modal asing *) UU 16/1965 Pencabutan Undang-Undang No. 78 Tahun 1958 tentang Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara Tahun 1958, No. 138) yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang No. 15 PRP Tahun 1960 (Lembaran Negara Tahun 1960 No. 42) UU 1/1967 tentang Penanaman Modal Asing UU 11/1970 Perubahan dan Tambahan Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing UU 1/1995 Perseroan Terbatas UU 19/2003 Badan Usaha Milik Negara PERPU 15/1960 Perubahan Undang-Undang No. 78 Tahun 1958 tentang Penanaman Modal Asing Perpu 43/ 1960 peleburan perseroan terbatas Bank Tani dan Nelayan PP 30/1969 penyertaan modal negara untuk pendirian perusahaan perseroan terbatas Industri Sandang PP 5/1970 penyertaan modal negara untuk pendirian perusahaan perseroan terbatas Wisma Nusantara Internasional PP 8/1970 penyertaan negara dalam perseroan terbatas Indonesian Plantations (PT Indoplant). PP 17/1970 Perpanjangan batas waktu penyesuaian perseroan terbatas sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 pasal 15 Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1969 tentang Perusahaan Perseroan (Persero) 29

41 =========================================================== BENTUK NO/THN TENTANG ==================================================== PP 37/1970 Penyertaan modal negara dalam perusahaan perseroan terbatas Pelita Indonesia Jaya Corporation PP 50/1970 Penyertaan modal negara untuk pendirian perusahaan perseroan terbatas Pertamina Gulf Industrial Processing PP 54/1970 Penyertaan modal negara Republik Indonesia untuk pendirian perusahaan perseroan terbatas pabrik Cambrics Primisima disingkat PT Primisima P P 13/1971 Perpanjangan batas waktu penyesuaian perseroan terbatas sebagaimana yang dimaksudkan dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah no. 17 Tahun 1970 (LN Tahun 1970 No. 27; TLN No. 2932) Jo. Pasal 15 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1969 (LN No.... P P 20/1971 Penyertaan modal negara Republik Indonesia dalam modal saham perseroan terbatas umum internasional underwriters ( PT UIU. ) PP 2/1972 Penyertaan modal negara Republik Indonesia untuk pendirian perseroan terbatas Atelier Mechanic Indonesia ( PT Atmindo ) PP 4/1973 Penyertaan modal negara Republik Indonesia dalam perusahaan perseroan terbatas Perusahaan Hotel dan Tourist Nasional ( Natour LTD) PP 8/1973 Penyertaan negara Republik Indonesia dalam modal saham perseroan terbatas Unelec Indonesia PT.( Unindo PT ) PP 5/1974 Penyertaan modal negara Republik Indonesia 30

42 =========================================================== BENTUK NO/THN TENTANG ==================================================== perseroan terbatas perusahaan perkembangan ekonomi nasional Rajawali Nusantara Indonesia ( PT Rajawali Nusantara Indonesia ) PP 25/1975 Penambahan penyertaan negara Republik Indonesia dalam modal saham perseroan terbatas Perusahaan Hotel dan Tourist Nasional ( Natour LTD ) PP 3/1977 Penyertaan modal negara Republik Indonesia Dalam Perseroan terbatas Pelita Bahari PP 10/1978 Penyertaan modal negara Republik Indonesia ke dalam perseroan terbatas Semen Baturaja yang bergerak di bidang industri semen P P 22/1979 Penambahan penyertaan modal negara Republik Indoneia dalam Perseroan Terbatas Departemen Store Indonesia Sarinah P P 2/1980 Penambahan penyertaan modal negara Republik Indonesia ke dalam modal saham perseroan terbatas Unelec Indonesia PT ( Unindo PT ) PP 2/1981 Pemberian tambahan kelonggaran perpajakan dalam rangka penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing PP 16/1984 Pengalihan pemilikan dan penguasaan modal negara Republik Indonesia dalam perusahaan perseroan terbatas Pelita Indonesia Djaya Corporation kepada perusahaan perseroan (Persero) PT Pelayaran Nasional Indonesia PP 13/1986 Pengalihan pemilikan saham negara Republik Indonesia pada perseroan terbatas Jado Trading Corporation (PT. Jatraco) 31

43 =========================================================== BENTUK NO/THN TENTANG ==================================================== P P 24/1986 Jangka waktu izin perusahaan penanaman modal asing PP 24/1987 Kegiatan penanaman modal asing di bidang perdagangan ekspor P P 24/1988 Penambahan penyertaan modal negara Republik Indonesia ke dalam modal saham perseroan terbatas Unelec Indonesia (Unindo PT) PP 45/1991 Penyertaan modal negara Republik Indonesia untuk pendirian perseroan terbatas dalam bidang jasa pemeriksaan pra pengapalan impor Indonesia di luar negeri P P 17/1992 Persyaratan pemilikan saham dalam perusahaan penanaman modal asing P P 7/1993 Perubahan peraturan pemerintah nomor 17 tahun 1992 tentang Persyaratan pemilikan saham dalam perusahaan penanaman modal asing PP 9/1993 Perusahaan penanaman modal asing PP 49/1993 Penyertaan modal negara Republik Indonesia untuk pendirian perseroan terbatas dalam bidang jasa pengolahan limbah industri bahan berbahaya dan beracun di Cileungsi Bogor, Jawa Barat PP 11/1994 Penyertaan modal negara Republik Indonesia ke dalam modal saham perseroan terbatas Bank Bukopin PP 20/1994 Pemilikan saham dalam perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing PP 2/1996 Kegiatan perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing di bidang Ekspor dan Impor 32

44 =========================================================== BENTUK NO/THN TENTANG ==================================================== PP 72/1996 Penyertaan modal negara Republik Indonesia untuk pendirian perusahaan perseroan terbatas dalam bidang usaha kawasan industri PP 42/1997 Perubahan atas peraturan pemerintah nomor 2 tahun 1996 tentang kegiatan perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing di bidang ekspor dan impor PP 16/1998 Perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 2 Tahun 1996 tentang kegiatan perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing di bidang ekspor dan impor, sebagaimana telah diubah dengan peraturan pemerintah nomor 42 tahun 1997 PP 26/1998 Pemakaian nama Perseroan Terbatas P P 27/1998 Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas PP 46/1998 Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1996 tentang Kegiatan Perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing di bidang Ekspor dan Impor, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan peraturan pemerintah Nomor 16 Tahun 1998 P P 50/1998 Pengalihan kedudukan, tugas dan kewenangan menteri keuangan selaku pemegang saham atau rapat umum pemegang saham (RUPS) pada perusahaan perseroan kepada Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara P P 91/1999 Penambahan penyertaan modal negara Republik Indonesia ke dalam saham perseroan terbatas bank umum Koperasi Indonesia (PT Bukopin) P P 96/1999 Pengalihan kedudukan, tugas dan kewenangan 33

45 =========================================================== BENTUK NO/THN TENTANG ==================================================== menteri keuangan selaku rapat umum pemegang saham (RUPS) atau pemegang saham pada perusahaan perseroan (Persero) dan perseroan terbatas yang sebagian sahamnya dimiliki oleh negara Republik Indonesia kepada menteri negara penanaman modal dan pembinaan badan usaha milik negara P P 98/1999 Pengalihan kedudukan, tugas, dan kewenangan menteri keuangan selaku rapat umum pemegang saham (RUPS) atau pemegang saham pada perusahaan perseroan (Persero) dan perseroan terbatas yang sebagian sahamnya dimiliki oleh negara Republik Indonesia kepada menteri negara penanaman modal dan pembinaan badan usaha milik negara PP 1/2000 Perubahan atas peraturan pemerintah nomor 98 tahun 1999 tentang pengalihan kedudukan, tugas dan kewenangan menteri keuangan selaku rapat umum pemegang saham (RUPS) atau pemegang saham pada perusahaan perseroan (Persero) dan perseroan terbatas yang sebagian sahamnya dimiliki oleh negara Republik Indonesia kepada Menteri Negara penanaman modal dan pembinaan badan usaha milik negara. PP 48/2000 Perubahan kedua atas peraturan pemerintah Nomor 98 Tahun 1999 tentang Pengalihan Kedudukan Tugas, dan Kewenangan Menteri Keuangan selaku Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau pemegang saham pada perusahaan perseroan (Persero) dan perseroan terbatas yang sebagian sahamnya dimiliki oleh 34

46 =========================================================== BENTUK NO/THN TENTANG ==================================================== negara Republik Indonesia kepada menteri Negara Penanaman Modal dan pembinaan badan usaha milik negara PP 89/2000 Pencabutan peraturan pemerintah nomor 98 tahun 1999 tentang Pengalihan kedudukan, tugas dan kewenangan menteri keuangan selaku rapat umum pemegang saham (RUPS) atau pemegang saham pada perusahaan perseroan (Persero) dan perseroan terbatas yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia kepada Menteri Negara Penanaman Modal dan pembinaan badan usaha milik Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan peraturan pemerintah nomor 48 tahun 2000 PP 63/2001 Pengalihan kedudukan, tugas dan kewenangan menteri keuangan pada badan penyehatan perbankan nasional kepada menteri negara badan usaha milik negara PP 64/2001 Pengalihan kedudukan, tugas dan kewenangan menteri keuangan pada perusahaan perseroan (Persero), perusahaan umum (Perum) dan perusahaan jawatan (Perjan) kepada Menteri negara badan usaha milik negara PP 41/2003 Pelimpahan kedudukan, tugas dan kewenangan menteri keuangan pada perusahaan perseroan (Persero), perusahaan umum (Perum) dan Perusahaan jawaban (Perjan) kepada menteri negara badan usaha milik negara KEPPRES 71/1985 Kewajiban penyampaian laporan pajak-pajak pribadi bagi pejabat negara, pegawai negeri 35

47 =========================================================== BENTUK NO/THN TENTANG ==================================================== sipil, anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, dan pegawai badan usaha milik negara dan daerah KEPPRES 17/1986 Persyaratan pemilikan saham nasional dalam perusahaan penanaman modal asing untuk diberi perlakuan yang sama seperti perusahaan penanaman modal dalam negeri KEPPRES 33/1986 Kewajiban penyampaian laporan pajak-pajak pribadi bagi pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, dan Pegawai badan usaha milik negara dan daerah KEPPRES 50/1987 Perubahaan Keputusan Presiden nomor 17 tahun 1986 tentang persyaratan pemilikan saham nasional dalam perusahaan penanaman modal asing untuk diberi perlakuan sama seperti perusahaan penanaman modal dalam negeri KEPPRES 34/1992 Pemanfaatan tanah hak guna usaha dan hak guna bangunan untuk usaha patungan dalam rangka penanaman modal asing KEPPRES 19/1996 Tim Penelitian Proyek-proyek pemerintah dan badan usaha milik negara KEPPRES 55/1996 Tim Privatisasi badan usaha milik negara KEPPRES 39/1997 Penangguhan/pengkajian kembali proyek pemerintah, badan usaha milik negara, dan swasta yang berkaitan dengan pemerintah/badan usaha milik negara KEPPRES 47/1997 Perubahan status pelaksanaan beberapa proyek pemerintah, badan usaha milik negara dan swasta yang berkaitan dengan pemerintah/badan 36

48 =========================================================== BENTUK NO/THN TENTANG ==================================================== usaha milik negara yang semula ditangguhkan atau dikaji kembali KEPPRES 5/1998 Pencabutan keputusan Presiden Nomor 47 Tahun 1997 tentang Perubahan status pelaksanaan beberapa proyek pemerintah, badan usaha milik negara dan swasta yang berkaitan dengan pemerintah/badan usaha milik negara yang semula ditangguhkan atau dikaji kembali KEPPRES 64/1998 Badan pengelola badan usaha milik negara KEPPRES 72/1998 Tim evaluasi privatisasi badan usaha milik negara KEPPRES 103/1998 Tim evaluasi privatisasi badan usaha milik negara KEPPRES 182/1998 Badan pembina badan usaha milik negara KEPPRES 38/1999 Jenis dan kriteria perusahaan perseroan tertentu yang dapat dikecualikan dari pengalihan kedudukan, tugas dan kewenangan menteri keuangan selaku pemegang saham atau rapat umum pemegang saham (RUPS) kepada menteri negara pendayagunaan badan usaha milik negara KEPPRES 39/1999 Pengecualian terhadap perusahaan perseroan (Persero) PT Kereta api dari pengalihan kedudukan, tugas dan kewenangan menteri keuangan selaku rapat umum pemegang saham (RUPS) kepada menteri negara pendayagunaan badan usaha milik negara KEPPRES 126/1999 Tim kebijakan reformasi badan usaha milik negara KEPPRES 171/1999 Badan penanaman modal dan pembinaan badan usaha milik negara KEPPRES 64/2000 Perubahan status pelaksanaan beberapa proyek 37

49 =========================================================== BENTUK NO/THN TENTANG ==================================================== pemerintah, badan usaha milik negara dan swasta yang berkaitan dengan pemerintah/badan usaha milik negara yang semula ditangguhkan atau dikaji kembali KEPPRES 24/2001 Tim konsultasi privatisasi badan usaha milik negara KEPPRES 122/2001 Tim Kebijakan Privatisasi Badan Usaha Milik Negara KEPPRES 7/2002 Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor 122 Tahun 2001 tentang Tim Kebijakan privatisasi badan usaha milik negara KEPPRES 15/2002 Pencabutan Keputusan Presiden Nomor 39 Tahun 1997 tentang penangguhan/pengkajian kembali proyek pemerintah, badan usaha milik negara dan swasta yang berkaitan dengan pemerintah/badan usaha milik negara KEPPRES 29/2004 Penyelenggaraan penanaman modal dalam rangka penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri; melalui sistem pelayanan satu atap INPRES 6/1998 Penanaman modal asing di bidang perkebunan kelapa sawit INPRES 15/1998 Pengalihan pembinaan terhadap perusahaan perseroan (Persero) dan perseroan terbatas yang sebagian sahamnya dimiliki oleh negara Republik Indonesia kepada menteri negara pendayagunaan badan usaha milik negara 38

BAHAN KULIAH SISTEM HUKUM INDONESIA MATCH DAY 13 PENEGAKAN HUKUM (BAGIAN 2)

BAHAN KULIAH SISTEM HUKUM INDONESIA MATCH DAY 13 PENEGAKAN HUKUM (BAGIAN 2) BAHAN KULIAH SISTEM HUKUM INDONESIA MATCH DAY 13 PENEGAKAN HUKUM (BAGIAN 2) B. Lembaga/Pihak Dalam Penegakan Hukum Lembaga atau pihak apa saja yang terkait dengan upaya penegakan hukum? dan apa tugas dan

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Asas kerakyatan mengandung arti bahwa kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum (recht, peraturan perundang-undangan)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dipercaya sebagai kunci utama dalam sistem informasi manajemen. Teknologi informasi ialah seperangkat alat yang sangat penting untuk bekerja

Lebih terperinci

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP 2013 Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP Perhatian : Jawaban tertera pada kalimat yang ditulis tebal. 1. Di bawah ini merupakan harapan-harapan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kendatipun disebut sebagai karya agung yang tidak dapat terhindar dari

PENDAHULUAN. kendatipun disebut sebagai karya agung yang tidak dapat terhindar dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanggal 18 Agustus 1945 para pemimpin bangsa, negarawan pendiri NKRI dengan segala kekurangan dan kelebihannya telah berhasil merumuskan konstitusi Indonesia

Lebih terperinci

Demokrasi di Indonesia

Demokrasi di Indonesia Demokrasi Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma good governance muncul sekitar tahun 1990 atau akhir 1980-an. Paradigma tersebut muncul karena adanya anggapan dari Bank Dunia bahwa apapun dan berapapun bantuan

Lebih terperinci

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN 2010 2014 A. PENDAHULUAN Program Legislasi Nasional (Prolegnas) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PAKET KEBIJAKAN EKONOMI MENJELANG DAN SESUDAH BERAKHIRNYA PROGRAM KERJASAMA DENGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MATERI UUD NRI TAHUN 1945

MATERI UUD NRI TAHUN 1945 B A B VIII MATERI UUD NRI TAHUN 1945 A. Pengertian dan Pembagian UUD 1945 Hukum dasar ialah peraturan hukum yang menjadi dasar berlakunya seluruh peraturan perundangan dalam suatu Negara. Hukum dasar merupakan

Lebih terperinci

Per June 2009 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN NIAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Per June 2009 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN NIAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Per June 2009 XII RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN NIAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan hukum

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Modul ke: 07 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI Rizky Dwi Pradana, M.Si Sub Bahasan 1. Pengertian dan Definisi Konstitusi 2. Hakikat dan Fungsi

Lebih terperinci

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF Demokrasi: Antara Teori dan Pelaksanaannya Di Indonesia Modul ini akan mempelajari pengertian, manfaat dan jenis-jenis demokrasi. selanjutnya diharapkan diperoleh

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup:

BAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (untuk selanjutnya disebut dengan UUD 1945) secara tegas menyebutkan negara Indonesia adalah

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Penandatanganan MoU

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG RANCANGAN UNDANG UNDANG

RANCANGAN UNDANG UNDANG RANCANGAN UNDANG UNDANG RUU-AP VERSI NOVEMBER 2007 (SARAN RAPAT RANCANGAN UNDANG UNDANG NOMOR TAHUN TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan

Lebih terperinci

POLITIK HUKUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA AGUSMIDAH

POLITIK HUKUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA AGUSMIDAH POLITIK HUKUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA AGUSMIDAH Kerangka Teori Top down Jauh dari rasa keadilan H.Ket: State law Legitimasi Bagi Penguasa Hukum yang asing Kerangka Teori Basic Policy Enactment Policy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA

SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SUMBER PENELITIAN SEJARAH DOKUMEN / ARSIP BENDA / PRASASTI PELAKU SEJARAH SISTEM PRA KEMERDEKAAN PENJAJAHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

PANCASILA DAN EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

PANCASILA DAN EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1. PANCASILA DAN EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1. A. PANCASILA DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM 1. Penegakan Hukum Penegakan hukum mengandung makna formil sebagai prosedur

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 2004 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Kuliah ke 13) suranto@uny.ac.id 1 A. UUD adalah Hukum Dasar Tertulis Hukum dasar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (a) Hukum dasar tertulis yaitu UUD, dan

Lebih terperinci

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN. Modul ke: MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN MODUL 2 NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN SUMBER : BUKU ETIKA BERWARGANEGARA, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI. ( DITERBITKAN OLEH UMB GRAHA ILMU ) Fakultas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang didasarkan oleh suatu prinsip yaitu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi merupakan salah satu sistem

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 3-2002 lihat: UU 1-1988 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 51, 1982 (HANKAM. POLITIK. ABRI. Warga negara. Wawasan Nusantara. Penjelasan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang a. bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 131, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3989) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT Title? Author Riendra Primadina Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov 2010 14:10:06 GMT Author Comment Hafizhan Lutfan Ali Comments Jawaban nya...

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia seutuhmya yang adil, makmur, sejahtera dan tertib berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM I-7 BAB II ASAS, SIFAT, DAN TUJUAN I-8 BAB III PEMBENTUKAN I-10 BAB

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN I. UMUM 1. Dasar Pemikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P No.29, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6187) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena korupsi yang terjadi di Indonesia selalu menjadi persoalan yang hangat untuk dibicarakan. Salah satu hal yang selalu menjadi topik utama sehubungan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: DEMOKRASI ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1. MENYEBUTKAN PENGERTIAN, MAKNA DAN MANFAAT

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Hukum tertulis yang berlaku di Indonesia mendapat pengaruh dari hukum Barat, khususnya hukum Belanda. 1 Pada tanggal 1 Mei 1848 di negeri Belanda berlaku perundang-undangan

Lebih terperinci

A. Pengertian Orde Lama

A. Pengertian Orde Lama A. Pengertian Orde Lama Orde lama adalah sebuah sebutan yang ditujukan bagi Indonesia di bawah kepemimpinan presiden Soekarno. Soekarno memerintah Indonesia dimulai sejak tahun 1945-1968. Pada periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah institusi yang berperan melakukan kegiatan pengujian konstitusional di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011: 34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Judicial Review Kewenangan Judicial review diberikan kepada lembaga yudikatif sebagai kontrol bagi kekuasaan legislatif dan eksekutif yang berfungsi membuat UU. Sehubungan

Lebih terperinci

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) KONSTITUSI YANG PERNAH BERLAKU A. Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia Konstitusi (Constitution) diartikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,

Lebih terperinci

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 23 TAHUN 1997 (23/1997) Tanggal: 19 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 23 TAHUN 1997 (23/1997) Tanggal: 19 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA) Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 23 TAHUN 1997 (23/1997) Tanggal: 19 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber: LN 1997/68; TLN NO.3699 Tentang: PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN

Lebih terperinci

KONSOLIDASI DEMOKRASI UNTUK KEMAKMURAN RAKYAT

KONSOLIDASI DEMOKRASI UNTUK KEMAKMURAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Seminar DEMOKRASI UNTUK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2009 Ekonomi. Lembaga. Pembiayaan. Ekspor. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4957) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (3) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (3) yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (3) yaitu tentang Pertahanan dan Keamanan, Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut,

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MATERI AUDIENSI DAN DIALOG DENGAN FINALIS CERDAS CERMAT PANCASILA, UUD NEGARA RI TAHUN 1945, NKRI, BHINNEKA TUNGGAL IKA, DAN KETETAPAN MPR Dr. H. Marzuki Alie

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan yang terlepas dari kekuasaan eksekutif, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (selanjutnya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa upaya untuk mewujudkan kesejahteraan umum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa upaya untuk mewujudkan kesejahteraan

Lebih terperinci

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP;

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP; UUDS 1950 A. Sejarah Lahirnya Undang-Undang Sementara 1950 (UUDS) Negara Republik Indonesia Serikat yang berdiri pada 27 Desember 1949 dengan adanya Konferensi Meja Bundar, tidak dapat bertahan lama di

Lebih terperinci

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

Lebih terperinci

ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN. Pasal 19 s/d 37. Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan

ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN. Pasal 19 s/d 37. Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN Pasal 19 s/d 37 Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan Yang dibina oleh Bapak Gatot Isnani Oleh Kelompok Ihwan Firdaus Ma rifatun Nadhiroh

Lebih terperinci

*13595 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 31 TAHUN 2002 (31/2002) TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*13595 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 31 TAHUN 2002 (31/2002) TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 31/2002, PARTAI POLITIK *13595 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 31 TAHUN 2002 (31/2002) TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 22/PUU-VII/2009 tentang UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah [Syarat masa jabatan bagi calon kepala daerah]

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 22/PUU-VII/2009 tentang UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah [Syarat masa jabatan bagi calon kepala daerah] RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 22/PUU-VII/2009 tentang UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah [Syarat masa jabatan bagi calon kepala daerah] I. PEMOHON Prof. Dr. drg. I Gede Winasa (Bupati Jembrana,

Lebih terperinci

KEBANGKITAN INDONESIA BARU

KEBANGKITAN INDONESIA BARU REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada SEMINAR SEHARI Dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN Menimbang : a. bahwa upaya untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan kemakmuran rakyat yang bersendikan

Lebih terperinci

TINJAUAN ATAS PENGADILAN PAJAK SEBAGAI LEMBAGA PERADILAN DI INDONESIA

TINJAUAN ATAS PENGADILAN PAJAK SEBAGAI LEMBAGA PERADILAN DI INDONESIA TINJAUAN ATAS PENGADILAN PAJAK SEBAGAI LEMBAGA PERADILAN DI INDONESIA oleh Susi Zulvina email Susi_Sadeq @yahoo.com Widyaiswara STAN editor Ali Tafriji Biswan email al_tafz@stan.ac.id A b s t r a k Pemikiran/konsepsi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.116, 2013 HAK ASASI MANUSIA. Organisasi Kemasyarakatan. Pendirian-Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5430)

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 112/PUU-XIII/2015 Hukuman Mati Untuk Pelaku Tindak Pidana Korupsi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 112/PUU-XIII/2015 Hukuman Mati Untuk Pelaku Tindak Pidana Korupsi RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 112/PUU-XIII/2015 Hukuman Mati Untuk Pelaku Tindak Pidana Korupsi I. PEMOHON Pungki Harmoko II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 2004 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA 1 ALINEA KE IV PEMBUKAAN UUD 1945 MEMUAT : TUJUAN NEGARA, KETENTUAN UUD NEGARA, BENTUK NEGARA, DASAR FILSAFAT NEGARA. OLEH KARENA ITU MAKA SELURUH

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum adalah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul

Lebih terperinci

SISTEM EKONOMI INDONESIA. Ilmu Hubungan Internasional Semester III

SISTEM EKONOMI INDONESIA. Ilmu Hubungan Internasional Semester III SISTEM EKONOMI INDONESIA Ilmu Hubungan Internasional Semester III Suatu sistem ekonomi mencakup nilai-nilai, kebiasaan, adat istiadat, hukum, norma-norma, peraturan-peraturan yang berkenaan dengan pemanfaatan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000

UNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000 UNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan atas kekuasaan. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan atas kekuasaan. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (3) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara yang didasarkan atas hukum bukan didasarkan atas kekuasaan. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (3) amandemen ke-3 Undang-Undang

Lebih terperinci

Assalamu'alaikum Wr.Wb Salam Sejahtera

Assalamu'alaikum Wr.Wb Salam Sejahtera DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KETUA BADAN LEGISLASI HASIL KONSULTASI PROGRAM LEGISLASI NASIONAL 2005-2009 DAN PRIORITAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TAHUN 2005 DALAM RAPAT PARIPURNA Tanggal

Lebih terperinci

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Pendidikan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dan

Lebih terperinci

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda * HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda * Naskah diterima: 12 Desember 2014; disetujui: 19 Desember 2014 Trend perkembangan kejahatan atau penyalahgunaan narkotika

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembentukan peraturan

Lebih terperinci

UU 27/1997, MOBILISASI DAN DEMOBILISASI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1997 (27/1997) Tanggal: 3 OKTOBER 1997 (JAKARTA)

UU 27/1997, MOBILISASI DAN DEMOBILISASI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1997 (27/1997) Tanggal: 3 OKTOBER 1997 (JAKARTA) UU 27/1997, MOBILISASI DAN DEMOBILISASI Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 27 TAHUN 1997 (27/1997) Tanggal: 3 OKTOBER 1997 (JAKARTA) Tentang: MOBILISASI DAN DEMOBILISASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima : 29 September 2014; disetujui : 13 Oktober 2014 Indonesia adalah negara yang berdasar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1997 TENTANG DOKUMEN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci