PANDUAN PELAYANAN AMBULANCE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PANDUAN PELAYANAN AMBULANCE"

Transkripsi

1 PANDUAN PELAYANAN AMBULANCE BAB I. DEFENISI Ambulance adalah kendaraan yang dirancang khusus untuk mengangkut orang sakit atau terluka untuk mendapatkan fasilitas medis.kebanyakan ambulance adalah kendaraan bermotor, meskipun helikopter, pesawat terbang, dan perahu juga digunakan. Interior ambulance memiliki ruang untuk satu atau lebih pasien ditambah beberapa personel gawat darurat medis.hal ini juga berisi berbagai perlengkapan dan peralatan yang digunakan untuk memberi pertolongan kepada pasien saat perjalanan. Tujuan penggunaan ambulans adalah: 1. Pertolongan penderita Gawat Darurat PraRumah Sakit; 2. Pengangkutan penderita Gawat Darurat yang sudah distabilkan darilokasi kejadian ke tempat tindakan definitif atau ke Rumah Sakit; 3. Sebagai kendaraantransport rujukan. Sejarah Ambulance KataAmbulance awal sederhana dua roda gerobak digunakan untuk membawa prajurit sakit atau terluka yang tidak mampu berjalan sendiri.kata ambulance berasal dari ambulare kata Latin, yang berarti berjalan atau bergerak. Ambulance pertama khusus digunakan untuk mengangkut pasien ke fasilitas medis yang dikembangkan di akhir 1700-an di Perancis oleh Dominique-Jean Larrey, ahli bedah-in-chief di tentara Napoleon. Larrey mencatat bahwa butuh waktu hampir 1(satu) hari penuh untuk tentara yang terluka harus dibawa ke rumah sakit lapangan, dan bahwa sebagian besar dari mereka meninggal pada saat itu "dari ingin bantuan". Untuk memberikan bantuan lebih cepat dan menyediakan transportasi cepat, dia merancang kereta yang ditarik kuda-dikelola oleh petugas medis dan asisten dengan ruang untuk beberapa pasien dengan tandu. Korps ambulance pertama militer di Amerika Serikat diselenggarakan pada tahun 1862 selama Perang Sipil sebagai bagian dari pasukan Uni. Layanan ambulans pertama sipil di Amerika Serikat diselenggarakan 3(tiga) tahun kemudian oleh Cincinnati Commercial Rumah Sakit. Pada pergantian abad ini, paling rumah sakit besar memiliki ambulans sendiri pribadi.ambulans bermotor pertama kali pergi ke dalam operasi di Chicago pada tahun Di daerah di mana tidak ada rumah sakit besar, mobil jenazah pemakaman setempat sering kendaraan hanya mampu membawa seorang pasien di tandu, dan banyak rumah pemakaman juga menyediakan layanan ambulans.akibatnya, desain dan konstruksi ambulans dan mobil jenazah terkait erat selama bertahun-tahun tetap. Kebanyakan ambulans awal yang hanya ditujukan untuk transportasi pasien. Setelah tim dokter atau kebakaran departemen penyelamatan diterapkan pertolongan pertama, pasien dimasukkan ke bagian belakang ambulans untuk naik cepat ke rumah sakit. Dalam beberapa kasus, dokter berkuda bersama, namun sebagian besar waktu pasien melaju sendirian dan tanpa pengawasan. Di Amerika Serikat yang berubah secara dramatis ketika pemerintah federal melewati Jalan Keselamatan Act pada tahun 1966.Diantara banyaknya standar, tindakan baru menetapkan persyaratan untuk desain ambulans dan perawatan medis darurat.ambulans dengan rendah tersampir, tubuh jenazah seperti digantikan oleh van bertubuh tinggi untuk mengakomodasi personil dan peralatan tambahan.radio dipasang.banyak ambulans membawa peralatan canggih seperti defibrilator jantung, bersama dengan gudang obat menyelamatkan nyawa dan obat-obatan.

2 Hari ini, ambulans datang dalam berbagai bentuk dan ukuran.desain yang sederhana dilengkapi untuk memberikan dukungan hidup dasar, atau BLS, sedangkan yang lebih besar, desain yang lebih canggih dilengkapi untuk memberikan dukungan kehidupan yang maju, atau ALS. Ambulans dapat dioperasikan oleh perusahaan swasta, rumah sakit, api lokal atau departemen polisi, atau organisasi kota-berjalan terpisah. Struktur Ambulance Produsen Ambulans membeli komponen banyak dari pemasok lain daripada mereka membuat sendiri. Ini termasuk taksi kendaraan dan chasis, peringatan lampu dan sirene, radio, sebagian besar komponen sistem kelistrikan, pemanas dan komponen AC, komponen oksigen sistem, dan berbagai badan trim potongan seperti jendela, mengunci, menangani, dan engsel. Jika ambulans memiliki tubuh yang terpisah, kerangka tubuh biasanya terbuat dari aluminium yang dibentuk atau diekstrusi.dinding luar dicat lembaran aluminium, dan dinding interior biasanya lembar aluminium ditutupi dengan lapisan vinyl atau plastik dilaminasi.subfloor dapat dibuat dari kayu lapis atau mungkin menggunakan plastik sarang tawon terbuka berintikan dilaminasi pada lembar aluminium.yang meliputi lantai interior biasanya vinyl, mulus industri-kelas yang membentang sebagian sampai masing-masing pihak untuk membersihkan dengan mudah. Lemari Interior dalam kompartemen pasien biasanya terbuat dari aluminium dengan transparan, panel plastik tahan pecah di pintu. Meja dan permukaan dinding di daerah tindakan, daerah segera berlawanan kepala pasien dan dada di bagian depan kiri tubuh ambulans, biasanya ditutup dengan lembaran halus dari stainless steel untuk melawan efek dari darah dan cairan tubuh lainnya. Interior dan kursi berlapis kain daerah lainnya memiliki bantalan busa tahan apidengan penutup vinyl.interior menangani dan rel terbuat dari stainless steel. Lainnya potongan trim interior dapat dibuat dari berbagai karet atau bahan plastik. Desain Ambulance Ambulans desain terbagi ke dalam tiga kategori. Tipe I : Ambulans memiliki tubuh modular, atau dilepas, dibangun di atas chassis truk. Taksi truk terhubung ke tubuh melalui jendela kecil, tapi penghuni taksi harus pergi ke luar kendaraan untuk memasuki tubuh ambulans.desain ini menggabungkan kemampuan tubuh lebih besar modular dengan berjalan-melalui aksesibilitas Tipe II : Digunakan van ambulans dengan atap terangkat. Karena konstruksi van, para penumpang taksi dengan mudah dapat memasuki tubuh dari dalam, walaupun ruang interior terbatas. Tipe III : Ambulans memiliki tubuh modular dibangun di atas chassis van cut-jauhnya. Mempersiapkan Chassis * Kabel tambahan akan ditambahkan ke taksi, chassis, dan sistem kelistrikan mesin untuk mengakomodasi lampu peringatan dan sirene dan untuk membawa kekuatan untuk tubuh. saklar tambahan dan kontrol yang ditambahkan ke dasbor seperti yang diperlukan. Pemanasan dan sistem AC juga dapat dimodifikasi. * Lubang yang dibor di frame dan kendaraan rel mounting bracket dipasang untuk mendukung tubuh ambulans. Rel frame dapat dipotong dengan panjang yang tepat bagi tubuh. Kualitas Ambulance

3 Rancangan ambulans diatur oleh beberapa standar, dan produsen harus mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memastikan kepatuhan dengan standar-standar. Setiap sistem diperiksa dan diuji untuk instalasi dan operasi yang tepat sebagai bagian dari proses manufaktur. Selain itu, setiap bahan, dari aluminium dalam tubuh dengan busa di kepala bersandar, disertifikasi oleh produsen untuk memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan Tulisan ambulance yang terbalik Tulisan ambulance yang berada di depan, samping kanan-kiri dan belakang kendaraan memang sengaja ditulis terbalik. Alasannya agar pengguna jalan lain dapat melihat tulisan ambulance dengan mudah melalui spion kendaraan mereka dan diharapkan akan memberikan space yang dibutuhkan untuk memudahkan perjalanan ambulance tersebut. Tenaga medis dan peralatan pada ambulance Sebelum mengetahui petugas-petugas atau tenaga medis yang bertugas serta peralatan yang ada di ambulance, kita harus mengetahui terlebih dahulu jenis-jenis ambulance. Jenis ambulance terdiri dari ambulance transport, ambulance gawat darurat, ambulance rumah sakit lapangan, dan ambulance pelayanan medis bergerak.petugas atau tenaga medis dan peralatan yang dibutuhkan disesuaikan dengan jenis ambulance. a. Ambulance transport Jenis ambulan ini mempunyai fungsi hanya membawa pasiean ke rumah sakit ataupun ke pusatpusat pelayanan medis misal: pusat dialisis. Jenis ambulan ini bisa berupa mobil van, bis, ataupun alat transportasi lain.

4 Tujuan Penggunaan : Pengangkutan penderita yang tidak memerlukan perawatan khusus/ tindakan darurat untuk menyelamatkan nyawa dan diperkirakan tidak akan timbul kegawatan selama dalam perjalanan. Petugas : 1 (satu) supir dengan kemampuan BHD (bantuan hidup dasar) dan berkomunikasi 1 (satu) perawat dengan kemampuan PPGD (pertolongan pertama gawat darurat) Peralatan : Tabung oksigen dengan peralatannya Alat penghisap cairan/lendir 12 Volt DC Peralatan medis PPGD (tensimeter dengan manset anak-dewasa, dll) Obat-obatan sederhana, cairan infus secukupnya b. Ambulance gawat darurat Ambulance adalah alat transfortasi untuk membawa oaring sakit ataupun terluka menuju rumah sakit. Kata Ambulance digunakan untuk mendiskripsikan alat transfortasi yang memiliki alat medis untuk pasien yang ada di luar rumah sakit atau untuk membawa pasien kerumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut ( Kata Ambulance secara umum dihubungkan dengan kendaraan motor emergency dengan peralatan emergency untuk apsien dengan penyakit akut ataupun trauma, yang sekarang disebut sebagai ambulance emergency, Jenis ambulance yang lain yaitu ambulance yang dikhususkan untuk hanya membawa pasien kerumah sakit. Jenis ambulance ini tidak dilengkapi dengan peralatan bantuan dasar hidup dan biasanya staf paramedic pada ambulance jenis ini mempunyai kualifikasi lebih rendah jika dibandingkan dengan staf paramedic pada ambulance emergency. Jenis ambulan ini bisa berupa mobil,van,kapal boat,ambulan udara. 1. PERSAYARATAN AMBULANCE GAWAT DARURAT Syarat ambulance gawat darurat antara lain : a.idealnya sampai di tempat pasien dalam waktu 6-8 menit agar dapat mencegah kematian karena sumbatan jalan nafas, henti nafas, henti jantung atau perdarahan massif ( to save life and limb ). b.berkomunikasi dengan rumah sakit dan ambulance lainnya. c.melakukan pertolongan pada persalinan. d. Melakukan transformasi pasien dari tempat kejadian ke rumah sakit atau dari rumah sakit ke rumah sakit lainnya. e. Menjadi rumah sakit lapangan dalam penanggulangan bencana. f. Mampu menanggulangi gangguan A (Airway), B(Breathing), C(Circulation) dalam batas-batas Bantuan Hidup Dasar (BHD). g. Juga dilengkapi dengan alat-alat ekstriksi, fiksasi, stabilisai dan transfortasi. h. Dilengkapi dengan semua alat/obat untuk semua jenis kegawat daruratan medic. 2. TEHNIS KENDARAAN a. Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspense lunak b. Warna kendaraan putih c. Penggunaan pengatur urada AC dengan pengendali di ruang penemudi. d. Pintu belakang dapat dibuka kea rah atas. e. Ruang penderita tidak dipisahkan dari raung pengemudi. f. Tempat duduk petugas di ruang penderita dapat diatur/ dilipat. g. Dilengkapi sabuk pengaman bagi pengemudi dan pasien. h. Ruang penderita cukup luas untuk sekurangnya 2(dua) tandu,tandu dapat dilipat. i. Ruang penderita cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri tegak untuk melakukan tindakan. j. Gantungan infuse terletaksekurang-kurangnya 90 cm di atas tempat penderita. k.stop kontak khusus 12 V DC diruang penderita. l. Lampu ruangan secukupnya/ bukan neon dan lampu sorot yang dapat digerakkan. m.meja yang dapat dilipat. n. Lemari obat dan peralatan. o. Tersedia peta wilayah dan detailnya.

5 p. Penyimpanan air bersih 20 liter, wastafel dan penampungan air limbah q. Sirene 2(dua) nada. r. Lampu rotator warna merah dan biru. s. Radio komunikasi dan telepon genggam di ruang kemudi. t. Buku petunjuk pemeliharaan semua alat berbahasa Indonesia. 3. TATA TERTIB KENDARAAN a.saat menuju ke tempat penderita boleh menghidupkan sirine dan lampu rotator. Selama mengangkut penderita hanya lampi rotator yang dihidupkan. b.mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku. c.kecepatan kendaraan kurang dari 40 km di jalan biasa, 80 km di jalan bebas hambtan. d.petugas membuat/ mengisi laporan selama perjalanan yang disebut dengan lembar catatan penderita yang mencakup identitas, waktu dan keadaan penderita setiap menit. d.petugas memakai serangam ambulance dengan identitas yang jelas. 4. TUJUAN PENGGUANAAN : Pertolongan penderita gawat darurat pra rumah sakit, pengangkutan penderita gawat darurat yang sudah distabilkan dari lokasi kejadian ke tempat tindakan definitif atau ke rumah sakit, sebagai kendaraan transport rujukan. Petugas : 1 (satu) pengemudi berkemampuan PPGD dan berkomunikasi 1 (satu) perawat berkemampuan PPGD 1 (satu) dokter berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS (advanced trauma life support/advanced cardiac life support) Peralatan : Peralatan rescue : Lemari obat dan peralatan Tanda pengenal dari bahan pemantul sinar Peta wilayah setempat Persyaratan lain menurut perundangan yang berlaku Lemari es/ freezer, atau kotak pendingin Medis : Tabung oksigen dengan peralatan bagi 2 orang Peralatan medis PPGD Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa dan anak/ bayi Suction pump manual dan listrik 12 V DC Peralatan monitor jantung dan nafas Alat monitor dan diagnostik Peralatan defibrilator untuk anak dan dewasa Minor surgery set Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya Entonox atau gas anastesi Kantung mayat Sarung tangan disposable Sepatu boot Ambulan gawat darurat ini yang ada pada RS PKT Bontang. c. Ambulance rumah sakit lapangan TUJUAN PENGGUNAAN : Merupakan gabungan beberapa ambulans gawat darurat dan ambulans pelayanan medic bergerak. Sehari-hari berfungsi sebagai ambulans gawat darurat. Petugas : 1 (satu) pengemudi berkemampuan PPGD dan berkomunikasi 1 (satu) perawat berkemampuan PPGD atau BTLS/BCLS

6 (basictrauma life support/basic cardiac life support) 1 (satu) dokter berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS Peralatan : Peralatan rescue : Lemari obat dan peralatan Tanda pengenal dari bahan pemantul sinar Peta wilayah setempat dan detailnya Persyaratan lain menurut perundangan yang berlaku Lemari es/ freezer, atau kotak pendingin Medis : Tabung oksigen dengan peralatan bagi 2 orang Peralatan medis PPGD Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa dan anak/ bayi Suction pump manual dan listrik 12 V DC Peralatan monitor jantung dan nafas Alat monitor dan diagnostik Peralatan defibrilator untuk anak dan dewasa Minor surgery set Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya Entonox atau gas anastesi Kantung mayat Sarung tangan disposable Sepatu boot d. Ambulance pelayanan medik bergerak TUJUAN PENGGUANAN : Melaksanakan salah satu upaya pelayanan medik di lapangan. Digunakan sebagai ambulans transport. Petugas : 1 (satu) pengemudi berkemampuan PPGD dan berkomunikasi Perawat berkemampuan PPGD dengan jumlah sesuai kebutuhan Paramedis lain sesuai kebutuhan Dokter berkemampuan PPGD atau ATLS/ACLS Peralatan : Peralatan rescue : Peta wilayah setempat Persyaratan lain menurut perundangan yang berlaku Lemari es/ freezer, atau kotak pendingin. Medis : Tabung oksigen dengan peralatan Peralatan medis PPGD Alat resusitasi manual/automatic lengkap bagi dewasa dan anak/ bayi Suction pump manual dan listrik 12 V DC Obat-obatan gawat darurat dan cairan infus secukupnya Sarung tangan disposable Sepatu boot DAFTAR PERALATAN AMBULANCES (EMERGENCY KIT) I.DI DALAM BOX EMERGENCY A. AIRWAY D.EMERGENCY DRUGS & DISINFECTANT Laringoscope # Aminophiline Orapharingeal airway # Cylocard 100 mg Nasopharingeal airway # Neurobion 5000 Endo Tracheal Tube # Lidocain 2% Mouth Gage # Diazepam Magil Forcep # Valium 10 mg Tounge spatle # Nitrogliserin sublingual

7 Suction Canule # Adrenalin/ Epineprin Xylocain jelly # Sulfas atropine 0,25 mg # Kalmethason B.BREATHING # Buscopan Bag valve mask # Dextrose 40% Nasal Canule # Lasix Simple Mask Rebreathing mask E.LAIN-LAIN Non Rebreathing mask # Gunting verban Conektor canule (canul bagging) # Pincet Anatomis Pocket mask # Pincet Cirugis # Arteri clem # Plester C.CIRCULATION # Penlight Infus set # Elektroda EKG IV Catheter # Thermometer Cairan infuse # Gastric tube Spuit # Neck collar Tensi meter Stetescope Poly catheter III. OPTIONAL Urine bag # Pulse oksimeter Karet stuing # Defibrilator Kasa steril # AED Perban gulung # Ventilator portable Balut cepat # Tensi meter digital Mitela Elastis perban Aluminium foil II.DI LUAR BOX EMERGENCY Tabung Oksigen 1 m3 Tabung oksigen ½ m3 (portable) Regulator/ Flowmeter oksigen Scoope streceher Spalk/ bidai Long spinal board Urinal/ pispot Nierbeken Head immobilizer Kendrick extrication divice Elektrik suction Manual suction Handscoen Masker Alat tenun Safety belt

8 Peraturan lalin khusus untuk ambulance Sebagian besar undang-undang memperbolehkan pengemudi kendaraan emergensi untuk : 1. Memarkir kendaraannya di manapun, selama tidak merusak hak milik atau membahayakan nyawa orang lain. 2. Melewati lampu merah dan tanda berhenti. Beberapa negara mengharuskan pengemudi ambulans untuk berhenti terlebih dahulu saat lampu merah, lalu melintas dengan hati-hati. Negara lain hanya menginstruksikan pengemudi untuk memperlambat laju kendaraan dan melintas dengan hati-hati. 3. Mendahului kendaraan lain di daerah larangan mendahului setelah memberi sinyal yang tepat, memastikan jalurnya aman, dan menghindari hal-hal yang membahayakan nyawa dan harta benda. 4. Mengabaikan peraturan yang mengatur arah jalur dan aturan berbelok ke arah tertentu, setelah memberi sinyal dan peringatan yang tepat. 5. Dengan adanya pengecualian tentang beberapa peraturan lalin untuk ambulance, bukan berarti ambulance bebas dikemudikan dengan kecepatan yang ugal-ugalan. Ada batasan kecepatan yang diperbolehkan dalam mengemudi ambulance, yaitu 60 km/jam ketika berangkat mengambil penderita dan maksimum 40 km/jam ketika membawa pasien di dalamnya. Hal ini dikarenakan kecepatan yang tinggi akan menyebabkan stress pada pasien, terlebih lagi jika sirine dibunyikan. Dan perlu digaris bawahi, jika ambulance membawa pasien dengan penyakit jantung, sirine TIDAK BOLEH dibunyikan. Jadi, ambulance hanya diperbolehkan menyalakan lampu rotator saja, akibat bunyi sirine akan berakibat fatal pada pasien penyakit jantung. BAB II RUANG LINGKUP

9 Pada saat penderita mengalami kegawatan medik, maka seharusnya secepatnya ada pelayanan gawat darurat yang membantu penderita.setelah diberikan pertolongan medik, maka penderita kemudian dibawa ke rumah sakit, ini disebut sebagai evakuasi medik primer ( primary medevac ). Penderita yang ada di suatu rumah sakit, mungkin akan dirujuk ke rumah sakit lain, ini disebut sebagai evakuasi medik sekunder ( secondary medevac ). Tentu saja sistem sedemikian memerlukan ambulance dan paramedik dalam jumlah yang tidak sedikit. Ini dapat dilakukan melalui 2 cara : 1. Sistem eksklusif : ada dinas ambulance yang melayani sistem ini 2. Sistem insklusif: rumah sakit yang mempunyai ambulance, mengikut sertakan ambulance dalam sistem, dengan satu pusat koordinasi. Untuk banyak kota di Indonesia, sistem insklusif lebih cocok, karena sistem eksklusif sungguh mahal. BAB III. TATA LAKSANA PELAYANAN

10 Di Indonesia, banyak penderita cedera, keracunan, serangan jantung atau kegawat-daruratan yang lain yang meninggal di rumah atau dalam perjalanan ke rumah sakit karena penatalaksanaan yang tidak memadai. Padahal angka kematian di rumah atau dalam perjalanan ke rumah sakit dapat dikurangi jika ada pelayanan gawat darurat yang dapat segera menghampiri penderita, dan dalam perjalanan penderita kemudian didampingi oleh paramedik dan ambulance yang memadai.oleh karena itu masyarakat perlu mengerti fungsi ambulance dan mudah mendapatkan ambulance. Harus segera dimaklumi, bahwa pada hakekatnya pelayanan gawat darurat yang seharusnya pergi ke penderita, dan bukan penderita yang dibawa ke pelayanan gawat darurat. Ini mengandung konsekuensi, bahwa ambulans yang datang ke penderita, dan kemudian membawanya ke rumah sakit, haruslah merupakan suatu Unit Gawat Darurat berjalan, sebaiknya dengan perlengkapan gawat darurat yang lengkap, dan petugas medik yang ber-keterampilan dalam penanganan gawat darurat. Transportasi penderita gawat darurat dari tempat kejadian ke rumah sakit sampai sekarang masih dilakukan dengan bermacam-macam kendaraan, hanya sebagian kecil saja dilakukan dengan ambulan.dan ambulannya bukan ambulan yang memenuhi syarat tetapi ambulan biasa. Bila ada bencana dengan sendirinya para korban akan diangkut dengan segala macam kendaraan tanpa koordinasi yang baik. Jika Anda akan mengemudikan sebuah ambulans, diperlukan suatu pengetahuan dan keterampilan khusus dalam mengemudi ambulans sehingga meskipun respon harus dilakukan secara cepat namun perlu dihindari kecerobohan yang mungkin akan membahayakan pasien, orang lain maupun kru ambulance itu sendiri. A. Syarat Pengemudi Ambulans 1. Untuk menjadi seorang pengemudi ambulans yang aman, Anda harus :Sehat secara fisik. 2. Anda tidak boleh memiliki kelainan yang dapat menghambat. Anda dalam mengoperasikan ambulans, tidak juga kondisi medis yang mengganggu Anda saat mengemudi. 3. Sehat secara mental. 4. Emosi terkontrol. 5. Mengemudikan ambulans bukanlah perkerjaan bagi seseorang yang gemar memainkan lampu dan sirine. 6. Bisa mengemudi di bawah tekanan 7. Memiliki keyakinan positif atas kemampuan diri sebagai seorang pengemudi tapi jangan terlalu percaya diri dengan menantang resiko. 8. Bersikap toleran dengan pengemudi lain. Selalu ingat bahwa orang akan bereaksi berbeda ketika melihat kendaraan emergensi. Terima dan toleransi kebiasaan buruk pengemudi lain tanpa harus marah. 9. Tidak dalam pengaruh obat-obat yang berbahaya. Alkohol, obat-obatan terlarang seperti marijuana dan kokain, obat-obatan seperti antihistamin dan obat penenang lainnya. 10.Mempunyai Surat Izin mengemudi yang masih berlaku. 11.Pakai selalu kaca mata atau lensa kontak jika dibutuhkan saat menyetir. 12.Evaluasi kemampuan diri dalam menyetir berdasarkan respon diri Anda terhadap tekanan perorangan, penyakit, kelelahan, dan mengantuk. B. Aturan ambulans gawat darurat di jalan raya Setiap negara memiliki undang-undang yang mengatur pengoperasian kendaraan emergensi.pengemudi ambulans umumnya dibebaskan dari aturan kecepatan, parkir, larangan menerobos lampu lalu lintas, dan arah jalan. Namun demikian, peraturan juga menggariskan bahwa jika seorang pengemudi ambulans mengemudikan kendaraannya tanpa memperdulikan keselamatan orang lain, maka harus siap membayar konsekuensinya - bisa berupa surat tilang, gugatan pengadilan, atau bahkan ditahan untuk beberapa waktu. Berikut adalah beberapa hal yang mencakup peraturan pengoperasian ambulans: Pengemudi ambulans harus memiliki lisensi mengemudi yang sah dan harus menyelesaikan program pelatihannya. Hak-hak khusus memperbolehkan pengemudi ambulans untuk tidak mematuhi peraturan ketika ambulans digunakan untuk respon emergency atau untuk transportasi pasien darurat.ketika ambulans tidak dalam respon emergency, maka peraturan yang berlaku bagi setiap pengemudi kendaraan nondarurat, juga berlaku untuk ambulans.

11 Walaupun memiliki hak istimewa dalam keadaan darurat, hal tersebut tidak menjadikan pengemudi ambulans kebal terhadap peraturan terutama jika mengemudikan ambulans dengan ceroboh atau tidak memperdulikan keselamatan orang lain. Hak istimewa selama situasi darurat hanya berlaku jika pengemudi menggunakan alat-alat peringatan (warning devices) dengan tata cara yang diatur oleh peraturan. Sebagian besar undang-undang memperbolehkan pengemudi kendaraan emergensi untuk : 1. Memarkir kendaraannya di manapun, selama tidak merusak hak milik atau membahayakan nyawa orang lain. 2.Melewati lampu merah dan tanda berhenti.beberapa negara mengharuskan pengemudi ambulans untuk berhenti terlebih dahulu saat lampu merah, lalu melintas dengan hati-hati. Negara lain hanya menginstruksikan pengemudi untuk memperlambat laju kendaraan dan melintas dengan hati-hati. Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkkan selama tidak membahayakan nyawa dan hak milik orang lain. Mendahului kendaraan lain di daerah larangan mendahului setelah memberi sinyal yang tepat, memastikan jalurnya aman, dan menghindari hal-hal yang membahayakan nyawa dan harta benda. Mengabaikan peraturan yang mengatur arah jalur dan aturan berbelok ke arah tertentu, setelah memberi sinyal dan peringatan yang tepat. Apabila terjadi kecelakaan/tabrakan ambulans, sebagian besar peraturan perundangan- undangan yang menyidangkan pengemudi di pengadilan akan mengemukakan dua hal penting. Apakah pengemudi telah memperdulikan keselamatan orang lain selama mengemudi? Dan apakah saat itu panggilan benar-benar dalam keadaan darurat? C. Menggunakan Alat-alat Peringatan Pengoperasian kendaraan emergensi yang aman dapat dicapai hanya jika alat-alat peringatan dan sirine emergensi digunakan dengan tepat dan dengan mengemudikan kendaraan secara difensif/hatihati. Penelitian menunjukkan bahwa supir kendaraan lain bisa saja tidak melihat atau mendengar suara ambulans hingga berada dalam jarak 50 sampai 100 kaki. Jadi jangan pernah beranggapan bahwa Anda berada dalam keadaan aman jika sudah menyalakan lampu peringatan dan sirine. Sirine adalah alat peringatan audio yang paling banyak digunakan dalam praktek ambulans dan juga paling sering disalahgunakan.saat menyalakan sirine, pertimbangkan efeknya yang bisa terjadi baik pada pengendara bermotor lainnya, pasien dalam ambulans, maupun pengemudi ambulans itu sendiri. Di bawah ini beberapa aturan penggunaan sirine ambulans gawat darurat. 1. Gunakan sirine secara bijak, dan gunakan hanya ketika perlu. Sirine hanya digunakan jika pengemudi dalam respon emergency, Suara sirine yang dinyalakan terus menerus dapat menambah rasa takut dan cemas pasien, dan kondisi pasien dapat memburuk jika mulai timbul stress. Pengemudi kendaraan bermotor 2. Cenderung untuk tidak memberikan jalan pada ambulans jika sirine terlalu sering dinyalakan.beberapa pengemudi menganggap bahwa ambulans seringkali menyalahgunakan sirine dalam keadaan non-emergensi. 3. Selalu waspada meski sudah membunyikan sirine. Jangan pernah beranggapan bahwa semua pengendara kendaraan bermotor akan mendengar sinyal Anda. Adanya bangunan, pepohonan, dan semak belukar, radiotape dalam mobil dapat menghalangi suara sirine. 4. Bersiaplah terhadap manuver aneh pengemudi lain, karena beberapa pengemudi menjadi panik jika mendengar bunyi sirine. 5. Jangan berada di dekat kendaraan lain lalu membunyikan sirine tiba-tiba. Hal ini dapat menyebabkan pengemudi lain menginjak rem mendadak dan Anda tidak bisa berhenti tepat pada waktunya. Gunakan klakson ketika Anda berada dekat dengan kendaraan di depan Anda. 6. Jangan menggunakan sirine sembarangan, dan jangan digunakan untuk menakuti orang lain. GUNAKAN LAMPU DAN SIRINE HANYA UNTUK KEADAAN DARURAT YANG MENGANCAM NYAWA ATAU BAGIAN TUBUH. D. Kecepatan dan Keselamatan

12 Sebagai pengemudi ambulans, Anda pasti sering sekali diingatkan untuk mengemudi dengan pelan dan hati-hati. Mungkin Anda akan berkelit dengan mengatakan seperti, Bagaimana aku dapat membawa pasien dengan cedera serius tepat waktu ke rumah sakit bila aku mengulur waktu? Kami tidak meminta Anda untuk mengulur waktu. Tetapi kemudikanlah ambulans dengan mengingat hal-hal yang tertera di bawah ini: Kecepatan yang berlebihan dapat menigkatkan kemungkinan terjadinya tabrakan. Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang lebih panjang untuk berhenti, sehingga dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diharapkan. Ingatlah bahwa peraturan di beberapa negara mungkin memperbolehkan Anda untuk tidak mematuhi peraturan lalu lintas dalam keadaan emergensi yang sebenarnya dan dengan memperdulikan keselamatan orang lain. Pengecualian dalam hal ini, mencakup aturan batas kecepatan, lampu merah dan tanda berhenti, dan peraturan lain serta sejumlah batasan larangan. Namun jangan lupa untuk selalu melintasi persimpangan dengan lampu peringatanperingatan, hindari menikung tiba-tiba, dan selalu menyalakan lampu penunjuk arah.pastikan bahwa pengemudi ambulans dan semua penumpang menggunakan sabuk pengaman saat ambulans sedang berjalan. E. Menempatkan Ambulans di Lokasi Kejadian Kecelakaan/Tabrakan Ketika mengirimkan ambulans ke lokasi kejadian kecelakaan/tabrakan kendaraan, pastikan untuk mengambil segala tindakan guna melokalisir tempat kejadian. Lakukan penilaian keamanan lokasi dan tentukan area-area berbahaya di sekitar lokasi kejadian. Parkirlah ambulans sekurang-kurangnya 100 kaki dari rongsokan kendaraan, jika terlihat ada nyala api, atau kebocoran cairan dan asap yang berbahaya. Jika tidak tampak nyala api atau kebocoran cairan dan asap, parkir sekurang-kurangnya 50 kaki dari rongsokan, set rem parkirnya dan letakkan baji pengganjal roda di bawah ban sedemikian rupa sehingga pergerakan maju akan tertahan bila ambulans terdorng. Parkirlah ambulans Anda di belakang rongsokan kendaraan (dari arah keadatangan Anda) jika anda adalah kendaraan emergensi pertama yang ada di lokasi kejadian sehingga lampu peringatan anda dapat memperingatkan kendaraan bermotor lain yang mendekat sebelum nyala api atau tanda lain diletakkan. Jika lokasi kejadian telah diamankan oleh polisi atau pihak lainparkirlah di depan rongsokan kendaraan untuk mencegah ambulans Anda tertabrak arus lalu lintas yang datang dari belakang. Minta seseorang berada di belakang ambulans untuk bertindak sebagai pengarah dan pemandu anda ketika memundurkan ambulans untuk mengambil pasien, anda memiliki keterbatasan pandangan jika sekedar mengandalkan spion dan kemungkinan resiko menabrak pejalan kaki, benda, atau kendaran lain. Syarat penderita Seorang penderita gawat darurat dapat ditransportasikan bila penderita tersebut siap (memenuhi syarat) untuk ditransportasikan, yaitu: Gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi resusitasi : bila diperlukan, perdarahan dihentikan, luka ditutup, patah tulang di fiksasi dan selama transportasi (perjalanan) harus di monitor : a. Kesadaran b. Pernafasan c. Tekanan darah dan denyut nadi d. Daerah perlukaan Prinsip transportasi Pre Hospital Untuk mengangkat penderita gawat darurat dengan cepat & aman ke RS / sarana kesehatan yang memadai, tercepat & terdekat. a. Panduan mengangkat penderita Kenali kemampuan diri dan kemampuan team work Nilai beban yang diangkat,jika tidak mampu jangan dipaksa Selalu komunikasi, depan komando Ke-dua kaki berjarak sebahu, satu kaki sedikit kedepan Berjongkok, jangan membungkuk saat mengangkat Tangan yang memegang menghadap ke depan (jarak +30 cm) Tubuh sedekat mungkin ke beban (+ 50 cm) Jangan memutar tubuh saat mengangkat

13 Panduan tersebut juga berlaku saat menarik/mendorong b. Pemindahan emergency : Tarikan baju Tarikan selimut Tarikan lengan Ekstrikasi cepat (perhatikan kemungkinan terdapat fraktur servical) Panduan memindahkan penderita (secara emergency, non emergency) a. Contoh pemindahan emergency adalah : Ada api, bahaya api atau ledakan Ketidakmampuan menjaga penderita terhadap bahaya lain Usaha mencapai penderita lain yang lebih urgen Rjp penderita tidak mungkin dilakukan di TKP tersebut Catatan : apapun cara pemindahan penderita selalu ingat kemungkinan patah tulang leher (servical) jika penderita trauma b. Pemindahan non emergency : Pengangkatan dan pemindahan secara langsung Pengangkatan dan pemindahan memakai sperei (tidak boleh dilakukan jika terdapat dugaan fraktur servical) c. Mengangkat dan mengangkut korban dengan satu atau dua penolong : Penderita sadar dengan cara : human crutch satu / dua penolong, yaitu dengan cara dipapah dengan dirangkul dari samping Penderita sadar tidak mampu berjalan Untuk satu penolong dengan cara : piggy back yaitu di gendong, dan cradel yaitu di bopong, serta drag yaitu diseret Untuk dua penolong dengan cara : two hended seat yaitu ditandu dengan kedua lengan penolong, atau fore and aft carry yaitu berjongkok di belakang penderita. Penderita tidak sadar Untuk satu penolong dengan cara: cradel atau drag Untuk dua penolong dengan cara : fore and aft carry d. Lingkaran tugas paramedik Pada dasarnya tugas di ambulance adalah lingkaran tugas yang terdiri atas : 1. Persiapan Fase persiapan dimulai saat mulai bertugas atau kembali ke markas setelah menolong penderita 2.Respons Pengemudi harus dapat mengemudi dalam berbagai cuaca. Cara mengemudi harus dengan cara defensif (defensive driving). Rotator selalu dinyalakan, sirene hanya dalam keadaan terpaksa. Mengemudi tanpa mengikuti protokol, akan mengakibatkan cedera lebih lanjut, baik pada diri sendiri, lingkungan maupun penderita. 3. Kontrol TKP Diperlukan pengetahuan mengenai daerah bahaya, harus diketahui cara parkir, serta kontrol lingkungan. 4. Akses ke penderita

14 Masuk ke dalam rumah atau ke dalam mobil yang hancur, tetap harus memakai prosedur yang baku 5. Penilaian awal keadaan penderita dan pertolongan darurat Hal ini sedapatnya dilakukan sebelum melakukan ekstrikasi ataupun evakuasi. 6. Ekstrikasi Mengeluarkan penderita dari jepitan memerlukan keahlian tersendiri. Penderita mungkin berada di jalan raya, dalam mobil, dalam sumur, dalam air ataupun dalam medan sulit lainnya. Setiap jenis ekstrikasi memerlukan pengetahuan tersendiri, agar tidak menimbulkan cedera lebih lanjut. 7.Evakuasi dan transportasi penderita Cara transportasi Sebagian besar penderita gawat darurat di bawa ke rumah sakit dengan menggunakan kendaraan darat yaitu ambulance.tujuan dari transportasi ini adalah memindahkan penderita dengan cepat tetapi aman, sehingga tidak menimbulkan perlukaan tambahan ataupun syock pada penderita.jadi semua kendaraan yang membawa penderita gawat darurat harus berjalan perlahan-lahan dan mentaati semua peraturan lalu lintas. Bagi petugas ambulance berlaku : Waktu berangkat mengambil penderita, ambulance jalan paling cepat 60 km/jam. Lampu merah (rorator) dinyalakan, sirine kalau perlu di bunyikan. Waktu kembali kecepatan maksimum 40 km/jam, lampu merah (rorator) dinyalakan dan sirine tidak boleh dibunyikan. Semua peraturan lalu lintas tidak boleh dilanggar. Transportasi ke rumah sakit yang sesuai, lalu kembali ke persiapan. Fasilitas pelayanan ambulance Rumah Sakit Pupuk Kaltim Bontang memberikan pelayanan : 1. Penjemputan dan pengantaran pasien Emergency 2. Pengiriman pasien keluar kota. 3. Pengantaran jenazah. 4. Pengiriman jenazah keluar kota. 5. Melayani permintaan P3K. 6. Melayani Latihan Ecakuasi Bencana Industri dengan Tim yang sudah teruji dan handal. Cara Pemesanan Kendaraan Ambulance : 1. Anda bisa menghubungi petugas jaga ruangan, dimana anda dirawat. 2. Berikan keterangan kepada petugas jaga, waktu dan kemana tujuan. 3. Petugas jaga akan menghubungi Unit Gawat Darurat untuk memesan ambulance yang anda inginkan. 4. Biaya ambulance akan dikenakan kepada anda sesuai tarif yang berlaku Ambulance Ambulan Gawat Darurat Rumah Sakit PUPUK KALTIM adalah Ambulan yang secara operasional pengelolaannya diserahkan kepada Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit PUPUK KALTIM, menjadi sarana untuk rujukan pasien dari dan keluar RS PUPUK KALTIM Armada Ambulance Jumlah kendaraan ambulance Rumah Sakit Pupuk Kaltim Bontang berjumlah 5(lima)unit dengan rincian 1(satu)unit ambulance Unit Gawat Darurat lengkap dengan DC Syock+ Face Maker, 1(satu) unit Ambulance Infeksius, 1(satu) unit Ambulance Non Infeksius dan 2(dua) unit ambulance Jenasah Informasi Direct : (0548) 41118, Telp : (0548)41118 Ext.222/118 Koordinator Shif : (0548)

15 BAB IV DOKUMENTASI Pelayanan Ambulans merupakan pelayanan transportasi pasien rujukan dengan kondisi tertentu untuk fasilitas kesehatan disertai dengan upaya atau kegiatan menjaga kestabilan kondisi pasien untuk kepentingan kesehatan pasien. Pelayanan Ambulans hanya dijamin bila rujukan dilakukan pada fasilitas kesehatan kasus gawat darurat dengan tujuan penyelamatan nyawa pasien. Pelayanan Ambulans dilakukan juga untuk penjemputan dari rumah pasien untuk dibawa ke Rumah Sakit. Pelayanan Ambulans 118, yang dilengkapi dengan radio komunikasi dan alat bantu pertolongan terbaru di dalam ambulans serta tim yang terlatih. Pengelolaan mobil Ambulance memuat pedoman secara rinci tentang persiapan, pelaksanaan, pemantauan, dan pelaporan administrasi. Akses untuk mendapatkan ambulance Semua usaha membantu penderita akan sia-sia bila waktu yang diperlukan untuk mendapatkan bantuan gawat darurat terlalu lama. Di beberapa kota, maka menelpon nomor 118 sudah akan tersambung ke pusat komunikasi gawat darurat medik. Rumah Sakit PKT Bontang untuk layanan ambulance dapat menghubungi ke nomor telpon Kami akan melayani kerumah/ ketempat kejadian. PERSIAPAN AMBULANS PEMERIKSAAN AMBULANS MESIN MATI 1. Periksa seluruh badan ambulans. 2. Periksa roda dan ban. Gunakan alat pengukur tekanan untuk memastikan tekanan ban yang tepat. 3. Periksa spion dan jendela. Pastikan spion bersih dan berada di posisi yang tepat. 4. Periksa fungsi setiap pintu dan kunci. 5. Periksa bagian-bagian sistem pendingin. 6. Periksa jumlah cairan kendaraan. Termasuk minyak mesin, pelumas rem, air aki dan pelumas setir. 7. Periksa portal indikator aki dan tanda-tanda korosi. 8. Periksa kebersihan kabin, termasuk dashboard. 9. Periksa fungsi jendela. 10. Tes fungsi klakson. 11. Tes fungsi sirene. 12. Periksa sabuk pengaman. Tarik setiap sabuk dari gulungannya untuk memastikan mekanisme retraktor bekerja. 13. Posisikan kursi pengemudi senyaman mungkin. 14. Periksa jumlah bahan bakar. Isi bahan bakar setelah setiap kali tugas dimanapun lokasinya. MESIN HIDUP Nyalakan mesin dan keluarkan ambulans dari ruang penyimpanan, dan lakukan pemeriksaan berikut: 1. Tes fungsi indikator di dashboard. 2. Periksa meteran yang terletak di dashboard. 3. Tes fungsi rem. 4. Tes fungsi rem tangan. 5. Tes fungsi setir. 6. Periksa fungsi wiper. 7. Tes fungsi lampu. 8. Periksa fungsi pemanas dan pendingin baik di kompartemen kemudi maupun kompartemen pasien. 9. Periksa perlengkapan komunikasi. PEMERIKSAAN PERSEDIAAN DAN PERLENGKAPAN KOMPARTEMEN PASIEN 1. Periksa tekanan tabung oksigen.

16 2. Pompa bidai udara dan periksa tanda-tanda kebocoran. 3. Periksa semua perlengkapan oksigen dan ventilasi berfungsi dengan baik. 4. Bersihkan debu dan cari tanda-tanda karat pada alat rescue. 5. Nyalakan semua peralatan bertenaga aki untuk memastikan kinerjanya. 6. Lakukan pemeriksaan tambahan pada alat khusus seperti AED (Automatted external defibrillation). 7. Lengkapi laporan pemeriksaan. Perbaiki kerusakan.ganti barang-barang yang hilang. 8. Bersihkan kompartemen untuk menghindari risiko infeksi. MENGOPERASIKAN AMBULANS SYARAT PENGEMUDI AMBULANS 1. Sehat secara fisik. 2. Sehat secara mental. 3. Bisa mengemudi di bawah tekanan. 4. Memiliki keyakinan positif atas kemampuan dirinya. 5. Bersikap toleran. Selalu ingat bahwa pengemudi lain akan bereaksi berbeda ketika mengetahui kendaraan gawat darurat. 6. Tidak dalam pengaruh obat-obat berbahaya, terlarang dan obat penenang. 7. Mempunyai SIM yang masih berlaku. 8. Jika dibutuhkan, kacamata dan lensa kontak harus selalu dipakai. 9. Evaluasi keadaan diri sendiri berdasarkan respon terhadap tekanan, kelelahan dan rasa kantuk. ATURAN DI JALAN 1. Ambulans memiliki hak-hak khusus saat menggunakan jalan jika digunakan untuk respon gawat darurat. Hak-hak khusus tidak berlaku jika tidak dalam respon gawat darurat. Menurut UU No 22 Tahun 2009 Pasal 134, Pengguna Jalan yang memperoleh hak utama untuk didahulukan sesuai dengan urutan berikut: a. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas; b. ambulans yang mengangkut orang sakit; c. Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada Kecelakaan Lalu Lintas; d. Kendaraan pimpinan Lembaga Negara Republik Indonesia; e. Kendaraan pimpinan dan pejabat negara asing serta lembaga internasional yang menjadi tamu negara; f. iring-iringan pengantar jenazah; dan g. konvoi dan/atau Kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2. Respon gawat darurat ini harus ditunjukkan dengan menghidupkan alat peringatan (warning device) berupa sirene dan lampu rotator. Sebagaimana bunyi UU No 22 Tahun 2009 Pasal 135: Kendaraan yang mendapat hak utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 134 harus dikawal oleh petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia dan/atau menggunakan isyarat lampu merah atau biru dan bunyi sirene. 3. Risiko kecelakaan tetap ada, sehingga pengemudi tetap harus memiliki kewaspadaan tinggi, mempedulikan keselamatan pengemudi lain dan tidak ceroboh. 4. Hak-hak khusus ini meliputi: a. Memarkir kendaraan dimanapun selama tidak membahayakan orang lain dan tidak merusak hak milik orang lain. b. Melewati lampu merah dan tanda berhenti lain. c. Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkan selama tidak membahayakan nyawa orang lain. d. Mendahului kendaraan lain di daerah larangan mendahului setelah memberi sinyal yang tepat, memastikan jalur aman dan menghindari hal-hal yang dapat membahayakan nyawa dan harta benda. e. Mengabaikan arah jalur dan aturan belok, setelah memberi sinyal yang tepat. PENGGUNAAN ALAT PERINGATAN (WARNING DEVICE)

17 Alat peringatan bukanlah segalanya. Penelitian membuktikan bahwa pengemudi lain tidak melihat rotator atau mendengar sirene sampai jarak antara meter. SIRENE 1. Sirene adalah alat peringatan audio. 2. Gunakan sirene dengan bijak dan hanya ketika perlu. Sirene hanya digunakan saat respon gawat darurat.suara sirene dapat menambah rasa takut dan cemas pasien. Jika terlalu sering digunakan, pengemudi lain cenderung tidak memberikan jalan karena dianggap sebagai penyalahgunaan. 3. Selalu waspada meski sudah membunyikan sirene. Adanya bangunan, pepohonan, semak belukar dan radio tape dapat menghalangi bunyi sirene. 4. Selalu waspada terhadap manuver aneh pengemudi lain yang menjadi panik karena suara sirene. 5. Jangan mengemudikan sirene secara tiba-tiba di dekat kendaraan lain. Gunakan klakson. 6. Jangan gunakan sirene untuk menakut-nakuti orang. LAMPU DAN ROTATOR 1. Berdasarkan UU No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 59 Ayat 5, lampu isyarat- isyarat yang digunakan oleh ambulans adalah berwarna merah. 2. Lampu depan harus selalu dinyalakan dimanapun dan kapanpun berada. 3. Rotator, lampu peringatan dan semua lampu lain harus dinyalakan pada respon gawat darurat. KECEPATAN DAN KESELAMATAN 1. Kecepatan yang berlebihan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya tabrakan. 2. Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang lebih panjang untuk berhenti. 3. Pastikan pengemudi dan semua penumpang menggunakan sabuk pengaman saat ambulans berjalan. POSISI PARKIR DI LOKASI KEJADIAN 1. Lakukan penilaian lokasi kejadian dengan cepat, termasuk menentukan area bahaya dan jalur evakuasi. 2. Ambulans diparkir sekurangnya 30 m dari lokasi kejadian jika ada tanda bahaya seperti nyala api atau kebocoran cairan dan asap. Jika tidak ada tanda bahaya, ambulans diparkir sekurangnya 15 meter. 3. Rem tangan harus ditarik dan sebaiknya ditambah pengganjal roda. 4. Jika Anda adalah kendaraan penolong yang pertama datang, parkir di belakang lokasi kejadian (dari arah datang), sehingga lampu peringatan kita dapat memperingatkan kendaraan lain yang mendekat sebelum tanda lain diletakkan. 5. Jika lokasi kejadian telah diamankan, parkirlah di depan lokasi kejadian untuk mencegah ambulans Anda tertabrak arus lalu lintas dari belakang. 6. Ambulans sebaiknya tidak berjalan mundur, tetapi jika terpaksa, harus ada orang lain yang memandu, karena pengemudi ambulans memiliki keterbatasan pandangan ke arah belakang. MEMINDAHKAN PASIEN KE AMBULANS 1. Pasien harus sudah diperiksa kondisinya, dilakukan prosedur penanganan gawat darurat jika dibutuhkan, distabilisasi dan kemudian baru dipindahkan ke ambulans. 2. Pada kasus tertentu yang tidak memungkinkan intervensi di tempat, seperti lokasi yang berbahaya atau pasien memerlukan prioritas tinggi, maka pemindahan dapat dilakukan terlebih dahulu. 3. Jika curiga cidera spinal, stabilisasi harus segera dilakukan. Cervical collar harus terpasang dan pasien diimobilisasi dengan spinal board. STABILISASI 1. Stabilisasi adalah urutan tindakan untuk mempersiapkan pasien sebelum dipindahkan. 2. Stabilisasi meliputi: a. Perawatan luka dan cidera lain. b. Fiksasi benda yang menusuk. c. Pemasangan balut dan bidai. d. Pemakaian selimut untuk menjaga suhu tubuh. e. Alat pengangkut harus terfiksir kepada pasien dengan baik. Tali pengikat diletakkan minimal di tiga tempat: i. Setinggi dada. ii. Setinggi pinggang atau panggul.

18 iii. Setinggi tungkai. iv. Jika ada tali tambahan, diikatkan secara menyilang di dada. 3. Pada prinsipnya pemindahan harus dilakukan secepat mungkin mengingat kondisi pasien, sehingga perhitungkan waktu yang dibutuhkan. TRANSPORTASI PENENTUAN TUJUAN 1. Pasien kritis atau tidak stabil harus dipindahkan ke RS dengan fasilitas gawat darurat terdekat 2. Termasuk dalam kategori di atas adalah: a. Henti nafas atau henti jantung b. Sumbatan jalan nafas yang tidak dapat diatasi c. Kejang berulang atau sedang terjadi d. Trauma mayor e. Amputasi f. Pasien luka bakar g. Persalinan iminen h. Suspek infark miokard pada pasien lebih dari 40 tahun dengan nyeri dada hebat 3. Pasien yang stabil dapat dipindahkan ke RS yang menjadi pilihannya atau berdasarkan keputusan chief ambulans SEBELUM BERANGKAT 1. Sebelum transportasi, pastikan hal-hal berikut: a. Kondisi vital meliputi jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi. Pastikan ikatan pada alat pengangkut tidak menyebabkan pasien kesulitan bernafas. Jika pasien tidak sadar, pastikan pasien mendapatkan pertukaran udara yang cukup. b. Keamanan posisi alat pengangkut di dalam ambulans. 2. Persiapkan jika timbul perburukan kondisi pernafasan dan sirkulasi dengan meletakkan spinal board pendek atau papan RJP di bawah matras. 3. Longgarkan pakaian yang ketat. 4. Periksa perban, balut dan bidai. 5. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien. Mereka harus ditempatkan di kabin pengemudi dan memakai sabuk pengaman dengan baik agar tidak mempengaruhi proses perawatan pasien. 6. Naikkan barang pribadi seperti dompet, koper dan tas serta pastikan barang tersebut aman di ambulans. Jika memungkinkan, beritahu petugas keamanan tentang hal ini. 7. Tenangkan pasien. Ucapkan kata-kata yang menenangkan.berikan senyuman. SELAMA PERJALANAN 1. Beritahu EMD bahwa Anda meninggalkan lokasi. 2. Lanjutkan perawatan kegawat-daruratan yang dibutuhkan. 3. Gabungkan informasi tambahan pasien. 4. Monitoring terus vital sign dan catat. 5. Beritahu fasilitas medis yang menjadi tujuan Anda. a. Kriteria kasus di bawah ini memerlukan pemberitahuan i. Henti jantung ii. Henti nafas iii. Trauma mayor iv. Suspek CVA/stroke v. Amputasi vi. Suspek MI pada pasien lebih dari 40 tahun vii. Kejang yang sedang berlangsung atau berulang viii. Persalinan iminen ix. Luka bakar berat x. Kriteria lain sebagaimana diputuskan oleh kru ambulans b. Informasi yang harus diberikan meliputi i. Identitas pasien ii. Hasil pemeriksaan iii. Tindakan yang telah dilakukan iv. Perkiraan waktu kedatangan (ETA)

19 6. Persiapkan peralatan tambahan a. Baskom atau kantung muntah jika pasien muntah. b. Suction jika terjadi aspirasi c. Papan RJP jika terjadi gagal nafas atau gagal jantung 7. Tenangkan emosi anda dan emosi pasien 8. Koordinasikan dengan pengemudi tentang kondisi pasien dan cara mengemudinya. Pengemudi perlu menyesuaikan kecepatan dan cara mengemudinya sesuai kebutuhan pasien. 9. Jika terjadi henti jantung, RJP harus dilakukan dalam kondisi ambulans berhenti. Pastikan fasilitas rujukan mengetahui kejadian ini. SAMPAI DI TEMPAT RUJUKAN 1. Jika kondisi tempat rujukan cukup ramai, jangan terburu-buru menurunkan pasien, lanjutkan penanganan pasien di atas ambulans sampai ada petugas yang siap mengambil alih. 2. Dampingi petugas yang akan mengambil alih a. Berikan laporan anda secara lisan b. Serahkan barang pribadi pasien c. Minta diri untuk meninggalkan tempat rujukan 3. Kembalikan peralatan ambulans ke tempat semula 4. Segera setelah tidak menangani pasien, buat laporan tertulis. Sebaiknya cari tempat yang tenang untuk melakukan ini. MENGAKHIRI PANGGILAN SAAT DI RUMAH SAKIT 1. Bersihkan dengan cepat kompartemen pasien menggunakan sarung tangan industri a. Bersihkan darah, muntahan dan cairan tubuh lain yang mengering di lantai b. Seka perlengkapan yang terkena percikan c. Masukkan kain yang digunakan untuk membersihkan tadi ke kantung merah d. Buang sampah medis, termasuk perban dan pembalut yang sudah terbuka tapi belum digunakan e. Bersihkan kotoran non medis lain, seperti remah-remah roti, air, lumpur atau debu. f. Gunakan pengharum ruangan untuk menetralkan bau yang ada 2. Siapkan perlengkapan pernafasan a. Bersihkan dan lakukan prosedur disinfeksi pada barang non disposible b. Ganti barang-barang sekali pakai (disposible) dengan cadangan c. Tutup aliran tabung oksigen 3. Tukar barang-barang yang melekat pada pasien dengan milik Rumah Sakit jika memungkinkan. a. Prinsipnya adalah satu untuk satu. b. Termasuk dalam hal ini: balut steril, perban, handuk, masker oksigen, sarung tangan, air steril, dan alat bantu nafas oral c. Jika ada program pertukaran yang baik dengan Rumah Sakit, bidai, spinal board juga dapat langsung ditukar dengan logistik Rumah Sakit. d. Keuntungannya, i. Tidak ada risiko perburukan cidera pasien akibat proses tukar-menukar ini. ii. Kru ambulans tidak perlu berlama-lama di RS e. Segera periksa kelengkapan dan fungsi barang yang ditukar, dan laporkan jika ada kerusakan 4. Memperbaiki usungan ambulans DALAM PERJALANAN KEMBALI 1. Kabarkan lewat radio bahwa ambulans dalam perjalanan kembali dan bahwa Anda siap (atau tidak siap) untuk pengiriman selanjutnya 2. Selalu isi ulang bahan bakar hingga penuh TIBA DI TEMPAT Lakukan prosedur pemeriksaan ambulans seperti di atas. PERAWATAN ATAU TRANSPORTASI MINOR 1. Minor adalah orang yang berusia kurang dari 18 tahun dan atau belum menikah 2. Inform consent harus dilakukan oleh orang tua atau wali 3. Jika orang tua atau wali menolak sedangkan kondisi cidera bersifat mengancam jiwa, maka perawatan dan transportasi dapat dilakukan tanpa persetujuan mereka. Tujuan transportasi harus diberitahu. Situasi ini harus dicatat dengan baik

20 4. Jika orang tua atau wali menolak tindakan dan kondisinya tidak mengancam jiwa, mereka harus dijelaskan dan diyakinkan tentang kemungkinan yang akan terjadi. Jika tetap menolak, bantuan perawatan dan transportasi harus dihentikan. Kejadian ini harus didokumentasikan 5. Jika orang tua atau wali tidak ada di tempat kejadian, perawatan dan transportasi dapat dilakukan dengan pemberitahuan kepada pihak keamanan (Polisi). PASIEN DENGAN GANGGUAN EMOSIONAL 1. Chief ambulans bertanggung jawab untuk menentukan keamanan tindakan 2. Chief dapat memutuskan untuk menunda tindakan sampai ada jaminan keamanan dari Polisi atau petugas lain. 3. Jika pasien dengan gangguan jiwa itu cukup sadar dan memutuskan untuk meminta pertolongan serta chief melihat bahwa tindakan cukup aman dilakukan, transportasi dapat dilakukan ke RSJ tanpa jaminan keamanan 4. Jika pasien menolak tindakan, perlu dilakukan MHA (mental hygiene arrest). Yang berhak melakukan MHA adalah pihak keamanan 5. Jika pasien menunjukkan tendensi tindak kekerasan terhadap kru ambulans, tindakan harus dihentikan jika memungkinkan, hingga keadaan dinilai aman KEMATIAN YANG BELUM DIPASTIKAN 1. Jika timbul kondisi DOA (death on arrival) atau kematian yang belum ditetapkan, tindakan resusitasi harus terus dilakukan 2. Jika kematian sudah ditetapkan, kejadian harus dicatat dengan baik, termasuk waktu, tempat dan nama kru yang ada 3. Petugas DVI, medis dan atau polisi harus diberitahu secepatnya 4. Penanganan selanjutnya diserahkan kepada pihak yang berwenang PASIEN ATAU LOKASI TIDAK DITEMUKAN/TIDAK DAPAT DICAPAI 1. Kondisi ini harus segera dilaporkan kepada pihak keamanan untuk dilakukan pencarian atau dicarikan jalur lain yang dapat diaksses TINDAK KEJAHATAN/KRIMINAL 1. Petugas keamanan harus diberitahu jika belum ada di tempat kejadian 2. Kru ambulans harus melakukan tindakan dengan bantuan dan jaminan keamanan BENCANA MASSAL 1. Kejadian bencana massal ditetapkan jika sumber daya yang ada tidak mampu mengatasi kebutuhan 2. Jika belum ditetapkan, kru ambulans yang pertama kali tiba melakukan RHA, melaporkannya dan mendirikan lokasi triase awal 3. Sistem komando sementara dipegang hingga ada pihak yang lebih berwenang

21

CRITICAL CARE UNIT. Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat

CRITICAL CARE UNIT. Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat CRITICAL CARE UNIT Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat Rabu, 16 Februari 2011 PROSEDUR TETAP MENGOPERASIKAN AMBULANS GAWAT

Lebih terperinci

DRAFT STANDING OPERATION PROCEDURE PENGOPERASIAN AMBULANS DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA

DRAFT STANDING OPERATION PROCEDURE PENGOPERASIAN AMBULANS DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA DRAFT STANDING OPERATION PROCEDURE PENGOPERASIAN AMBULANS DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA 1 DAFTAR ISI PERSIAPAN AMBULANS... 3 PEMERIKSAAN AMBULANS... 3 MESIN MATI... 3 MESIN HIDUP... 3 PEMERIKSAAN

Lebih terperinci

Tujuan penggunaan ambulance

Tujuan penggunaan ambulance pengertian Ambulance adalah kendaraan yang dirancang khusus untuk mengevakuasi/mengangkut orang sakit atau terluka untuk mendapatkan fasilitas medis. Biasanya ambulance adalah kendaraan bermotor. Tujuan

Lebih terperinci

METODE TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI AMBULANCE

METODE TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI AMBULANCE «ASPEK LEGAL DALAM TRIAGE TEKNIK PENGHENTIAN PERDARAHAN» METODE TRANSPORTASI DAN KOMUNIKASI AMBULANCE 22 Desember 2008 oleh Ramadhan Transportasi penderita gawat darurat dari tempat kejadian ke rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI BAB II RUANG LINGKUP

BAB I DEFINISI BAB II RUANG LINGKUP BAB I DEFINISI Pelayanan ambulance adalah pelayanan transportasi dengan mobil ambulance Rumah Sakit Awal Bros Batam untuk merujuk, memindahkan atau memulangkan pasien Penilaian kebutuhan transportasi dilakukan

Lebih terperinci

PANDUAN TRANSPORTASI PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOSARI

PANDUAN TRANSPORTASI PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOSARI PANDUAN TRANSPORTASI PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOSARI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hampir setiap hari di Rumah Sakit banyak terjadi pemindahan / pengangkatan pasien yang darurat atau kiritis,

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) 1. Fungsi Marka jalan adalah : a. Untuk memberi batas jalan agar jalan terlihat jelas oleh pemakai jalan Yang sedang berlalu lintas dijalan. b. Untuk menambah dan mengurangi

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT Pengertian Keperawatan Gawat Darurat (Emergency Nursing) merupakan pelayanan keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut atau sakit yang

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 162 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM KESIAPSIAGAAN TRIASE DAN KEGAWATDARURATAN PADA KORBAN BENCANA MASSAL DI PUSKESMAS LANGSA BARO TAHUN 2013 NO. RESPONDEN : I. PETUNJUK

Lebih terperinci

Medical Emergency Response Plan (MERP) / Tanggap Darurat Medis (TDM)

Medical Emergency Response Plan (MERP) / Tanggap Darurat Medis (TDM) Medical Emergency Response Plan (MERP) / Tanggap Darurat Medis (TDM) Medical Emergency Response Plan merupakan bagian integral dari tanggap darurat keseluruhan, bertujuan mengurangi dampak penyakit mendadak

Lebih terperinci

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT 1. TUJUAN Untuk memastikan semua personil PT XXXXXXX bertindak dalam kapasitas masing-masing selama aspek-aspek kritis dari suatu keadaan darurat. 2. RUANG LINGKUP Prosedur

Lebih terperinci

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.187, 2012 TRANSPORTASI. Kendaraan Bermotor. Pelanggaran. Pemeriksaan. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346) PERATURAN

Lebih terperinci

Nokia Speakerphone HF-200. Edisi 2

Nokia Speakerphone HF-200. Edisi 2 Nokia Speakerphone HF-200 1 2 3 4 5 6 7 Edisi 2 8 10 9 15 13 14 12 11 16 PERNYATAAN KESESUAIAN Dengan ini, NOKIA CORPORATION menyatakan bahwa produk HF-36W telah memenuhi persyaratan utama dan ketentuan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Daftar Isi

Kata Pengantar. Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Oiltanking berkomitmen untuk menjalankan semua kegiatan usaha dengan cara yang aman dan efisien. Tujuan kami adalah untuk mencegah semua kecelakaan, cidera dan penyakit akibat

Lebih terperinci

13. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pesawat Udara SUBSTANSI MATERI

13. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pesawat Udara SUBSTANSI MATERI 13. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pesawat Udara Modul Diklat Basic PKP-PK 13.1 Kecelakaan pesawat udara 13.1.1 Terjadinya kecelakaan pesawat udara a. Kecelakaan pesawat udara diketahui sebelumnya;

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Dasar Pengemudi

Tanggung Jawab Dasar Pengemudi Tanggung Jawab Dasar Pengemudi Panduan ini menerangkan kondisi utama yang harus dipenuhi oleh pengemudi yang akan mengoperasikan kendaraan PMI (baik pengemudi yang merupakan karyawan PMI atau pun pegawai

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA Latar belakang: Sumber bahaya di tempat kerja Disadari tapi tidak dimengerti Dapat mengakibatkan cedera terhadap pekerja (manusianya) Adanya kecelakaan

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan

Lebih terperinci

Prosedur Pemberian Oksigen

Prosedur Pemberian Oksigen SOP PEMBERIAN OKSIGEN Prosedur Pemberian Oksigen Pengertian : Merupakan prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada klien dapat melalui tiga cara,

Lebih terperinci

PEMINDAHAN PASIEN. Halaman. Nomor Dokumen Revisi RS ASTRINI KABUPATEN WONOGIRI 1/1. Ditetapkan, DIREKTUR RS ASTRINI WONOGIRI.

PEMINDAHAN PASIEN. Halaman. Nomor Dokumen Revisi RS ASTRINI KABUPATEN WONOGIRI 1/1. Ditetapkan, DIREKTUR RS ASTRINI WONOGIRI. PEMINDAHAN PASIEN Adalah pemindahan pasien dari IGD ke ruang rawat inap yang dilaksanakan atas perintah dokter jaga di IGD, yang ditulis dalam surat perintah mondok/ dirawat, setelah mendapatkan persetujuan

Lebih terperinci

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI Halaman 1 dari 1 KRONOLOGI DOKUMEN Tanggal Revisi Ke Keterangan (Tuliskan sub-bab & perihal yang diubah serta alasan perubahan) 14-10-2011 0 Penentuan baru 25-11-2013 1 Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun

Lebih terperinci

PANDUAN MENGHADAPI BENCANA

PANDUAN MENGHADAPI BENCANA PANDUAN MENGHADAPI BENCANA Tujuan manajemen bencana pada dasarnya adalah berupaya untuk menghindarkan masyarakat dari bencana baik dengan cara mengurangi kemungkinan munculnya hazard maupun mengatasi kerentanan.

Lebih terperinci

(1) Sebelum jalan, 2 hal yang benar cara memastikan aman melalui kaca spion adalah?

(1) Sebelum jalan, 2 hal yang benar cara memastikan aman melalui kaca spion adalah? () Sebelum jalan, hal yang benar cara memastikan aman melalui kaca spion adalah? Fokus hanya kepada satu saja diantara kaca spion dalam dan kaca spion luar serta pastikan aman. Semua pemastian aman dapat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

Digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi dan lain-lain

Digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi dan lain-lain BEBERAPA PERALATAN DI RUANG ICU 1. Termometer 2. Stethoscope Digunakan untuk mengukur suhu tubuh 3. Tensimeter Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas

Lebih terperinci

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II Ada banyak hal yang termasuk kategori pelanggaran lalu lintas yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Dan sudah seharusnya masyarakat mengetahui jenis

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

Nokia Wireless Plug-in Car Handsfree (HF-33W) Edisi 1

Nokia Wireless Plug-in Car Handsfree (HF-33W) Edisi 1 Nokia Wireless Plug-in Car Handsfree (HF-33W) 1 2 3 4 5 6 7 Edisi 1 PERNYATAAN KESESUAIAN Dengan ini, NOKIA CORPORATION menyatakan bahwa produk HF-33W ini mematuhi persyaratan penting dan ketetapan lain

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Nokia Wireless Plug-in Car Handsfree (HF-6W) Edisi 1 ID

Buku Petunjuk Nokia Wireless Plug-in Car Handsfree (HF-6W) Edisi 1 ID 9239331_HF6W_2_id.fm Page 1 Thursday, April 28, 2005 9:41 AM Buku Petunjuk Nokia Wireless Plug-in Car Handsfree (HF-6W) Edisi 1 ID 9239331_HF6W_2_id.fm Page 2 Thursday, April 28, 2005 9:41 AM PERNYATAAN

Lebih terperinci

FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN

FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN Area Renovasi : Tanggal pemantauan : KELAS III N O KEGIATAN YA TIDAK NA KETERANGAN 1 Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk mencegah kontaminasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MUDIK BERLEBARAN MERUPAKAN FENOMENA TERBESAR MASYARAKAT MUSLIM DIDUNIA DAN ADA DI INDONESIA

MUDIK BERLEBARAN MERUPAKAN FENOMENA TERBESAR MASYARAKAT MUSLIM DIDUNIA DAN ADA DI INDONESIA MUDIK BERLEBARAN MERUPAKAN FENOMENA TERBESAR MASYARAKAT MUSLIM DIDUNIA DAN ADA DI INDONESIA TAHUN 2009 PEMERINTAH MEMPREDIKSI ADA SEKITAR 16,25 JUTA PEMUDIK ATAU NAIK 15% DIBANDINGKAN 2008 SEBANYAK 15,3

Lebih terperinci

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3 #7 PENGELOLAAN OPERASI K3 Dalam pengelolaan operasi manajemen K3, terdapat beberapa persyaratan yang dapat dijadikan suatu rujukan, yaitu: 1. OHSAS 18001 2. Permenaker 05/MEN/1996 Persyaratan OHSAS 18001

Lebih terperinci

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas Mengenal Undang Undang Lalu Lintas JAKARTA, Telusurnews Sejak Januari 2010 Undang Undang Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 sudah efektif diberlakukan, menggantikan Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992. Namun

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT UPAYA PENCEGAHAN KEDARURATAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 DAN PENGATURAN LALU LINTAS SAAT TERJADI KEADAAN DARURAT Jl. Medan Merdeka Barat 8 Jakarta

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas

Lebih terperinci

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Transportasi Menurut Nasution (1996) transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Dalam hubungan ini terlihat tiga

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Fasilitas Fisik saat ini yang ada pada ruangan motion capture adalah: Meja komputer Kursi komputer Pintu ruangan Kondisi fasilitas fisik yang tidak ergonomis

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025]

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025] UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025] BAB XX KETENTUAN PIDANA Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki

Lebih terperinci

Analisis Mitigasi Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di PT. X

Analisis Mitigasi Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di PT. X Analisis Mitigasi Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di PT. X Syifa Chairunnisa, Baju Widjasena, Suroto Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email:

Lebih terperinci

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK) PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK) KEADAAN DARURAT Keadaan darutat adalah situasi atau kondisi atau kejadian yang tidak normal o Terjadi tiba tiba o Menggangu kegiatan

Lebih terperinci

MANAJEMEN P3K DI TEMPAT KERJA. Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Keluarga PSPD Unja

MANAJEMEN P3K DI TEMPAT KERJA. Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Keluarga PSPD Unja MANAJEMEN P3K DI TEMPAT KERJA Armaidi Darmawan, dr, M.Epid Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Keluarga PSPD Unja Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi kecelakaan yang menimpa Kecelakaan

Lebih terperinci

(1) Sebelum jalan, 2 hal yang benar cara memastikan aman melalui kaca spion adalah?

(1) Sebelum jalan, 2 hal yang benar cara memastikan aman melalui kaca spion adalah? () Sebelum jalan, hal yang benar cara memastikan aman melalui kaca spion adalah? Fokus hanya kepada satu saja diantara kaca spion dalam dan kaca spion luar serta pastikan aman. Semua pemastian aman dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan utama yang sering terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas

Lebih terperinci

Detail denda lalu lintas berserta pasal ( tilang ),

Detail denda lalu lintas berserta pasal ( tilang ), Detail denda lalu lintas berserta pasal ( tilang ), UULLAJ No 22 Thn 2009 16-05-2010 01:30:47 1. Setiap Orang Mengakibatkan gangguan pada : fungsi rambu lalu lintas, Marka Jalan, Alat pemberi isyarat lalu

Lebih terperinci

Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien

Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien BERKENDARA YANG BAIK Sustainability Engineering Design Biogas Power Compressed Renewable Methane Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien 1. Pengecekan Bagian Luar Mobil Sebelum menggunakan mobil

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN I. UMUM Bencana dapat terjadi kepada siapa saja, dimana saja, dan kapan saja, serta datangnya tak dapat diduga/diterka dan

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Nokia Bluetooth Mono Headset BH-310

Buku Petunjuk Nokia Bluetooth Mono Headset BH-310 Buku Petunjuk Nokia Bluetooth Mono Headset BH-310 Edisi 1.1 2 Pendahuluan Tentang headset Dengan Nokia Bluetooth Mono Headset BH 310, Anda dapat menangani panggilan secara handsfree, meskipun menggunakan

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif NBID42 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan benar.

Lebih terperinci

PERATURAN DASAR TENTANG MEDIK. (Lampiran A Peraturan Dasar Olahraga Sepeda Motor)

PERATURAN DASAR TENTANG MEDIK. (Lampiran A Peraturan Dasar Olahraga Sepeda Motor) A PERATURAN DASAR TENTANG MEDIK (Lampiran A Peraturan Dasar Olahraga Sepeda Motor) IKATAN MOTOR INDONESIA Edisi : 2016 Peraturan Dasar Olahraga Sepeda Motor 29 TENTANG MEDIK DAFTAR ISI 1. Pemeriksaan

Lebih terperinci

CODE BLUE SYSTEM No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/4 Disusun oleh Tim Code Blue Rumah Sakit Wakil Direktur Pelayanan dan Pendidikan

CODE BLUE SYSTEM No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/4 Disusun oleh Tim Code Blue Rumah Sakit Wakil Direktur Pelayanan dan Pendidikan Standar Prosedur Operasional (SPO) PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR CODE BLUE SYSTEM No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/4 Disusun oleh Diperiksa Oleh Tim Code Blue Rumah Sakit Wakil Direktur Pelayanan

Lebih terperinci

Panduan Identifikasi Pasien

Panduan Identifikasi Pasien Panduan Identifikasi Pasien IDENTIFIKASI PASIEN 1. Tujuan Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tidak terjadinya kesalahan dalam identifikasi pasien selama perawatan di rumah sakit. Mengurangi kejadian

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-801

Buku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-801 Buku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-801 Edisi 1 PERNYATAAN KESESUAIAN Dengan ini, NOKIA CORPORATION menyatakan bahwa produk HS-64W ini telah memenuhi persyaratan utama dan ketentuan terkait lainnya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1157, 2014 KEMENHAN. Penanggulangan Bencana. Evakuasi Medik. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG EVAKUASI MEDIK DALAM PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Nokia Bluetooth GPS Module LD-4W

Buku Petunjuk Nokia Bluetooth GPS Module LD-4W Buku Petunjuk Nokia Bluetooth GPS Module LD-4W Edisi 1 PERNYATAAN KESESUAIAN Dengan ini, NOKIA CORPORATION menyatakan bahwa produk LD- 4W ini telah memenuhi persyaratan utama dan ketentuan terkait lainnya

Lebih terperinci

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang, dan hewan di jalan;

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN http://images.hukumonline.com/ I. PENDAHULUAN Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB II TINJAUAN OBJEK 18 BAB II TINJAUAN OBJEK 2.1. Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 dan 43 Tahun 2011, perkeretaapian terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya manusia, norma,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Disaster Management. Transkrip Minggu 4: Tindakan Pertolongan Pertama dan Penyelamatan Korban Bencana

Disaster Management. Transkrip Minggu 4: Tindakan Pertolongan Pertama dan Penyelamatan Korban Bencana Disaster Management Transkrip Minggu 4: Tindakan Pertolongan Pertama dan Penyelamatan Korban Bencana Video 1: Pertolongan Pertama Pada Korban Bencana Video 2: Bantuan Hidup Dasar Video 3: Penyelamatan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH 1. Pengertian Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA Menimbang : DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA 1. Bahwa penanggulangan kebakaran

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.15/MEN/VIII/2008 TAHUN 2008 TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

PROTAP DAN SOP TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT/UGD RUMAH SAKIT

PROTAP DAN SOP TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT/UGD RUMAH SAKIT PROTAP DAN SOP TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT/UGD RUMAH SAKIT I. PENGERTIAN Triase (Triage) adalah tindakan untuk memilah/mengelompokkan korban berdasar beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN BENAR NO. KODE : INA.5230.223.23.01.07

Lebih terperinci

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana 126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 Tentang : Kendaraan Dan Pengemudi

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 Tentang : Kendaraan Dan Pengemudi Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1993 Tentang : Kendaraan Dan Pengemudi Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 44 TAHUN 1993 (44/1993) Tanggal : 14 JULI 1993 (JAKARTA) Sumber : LN 1993/64; TLN NO.

Lebih terperinci

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA TUJUAN Memelihara lingkungan kerja yang sehat. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu bekerja. Mencegah dan mengobati

Lebih terperinci

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil.

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil. BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus pengemudi kendaraan yang mengakibatkan kematian dalam kecelakaan lalu lintas yaitu berkaitan dengan dasar hukum dan pengaturan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OPERASI K3

PENGELOLAAN OPERASI K3 PENGELOLAAN OPERASI K3 Bahan Kuliah Fakultas : Teknik Program Studi : Teknik Industri Tahun Akademik : Genap 2012/2013 Kode Mata Kuliah : TIN 211 Nama Mata Kuliah : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri

Lebih terperinci

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Rahmawati Minhajat Dimas Bayu Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN SANITASI

Lebih terperinci

Page 1 of 5 KODE ETIK AKSES JIS

Page 1 of 5 KODE ETIK AKSES JIS Page 1 of 5 KODE ETIK AKSES JIS Kode etik akses JIS sudah sesuai untuk semua orang yang mendapat hak istimewa untuk memasuki kampus. Jika tidak bisa memenuhi kriteria yang ada dapat mengakibatkan dibatasi

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API I. UMUM Perkeretaapian merupakan salah satu moda transportasi yang memiliki

Lebih terperinci

1. Melakukan kajian situasi

1. Melakukan kajian situasi Kode Unit Judul Unit : O.842340.052.01 : Melakukan PertolonganPertama Deskripsi Unit : Unit ini menjelaskan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan untuk memberikan tindakan pertolongan pertama,

Lebih terperinci

Standar Pelayanan Kesehatan Dasar di Lingkungan Sekretariat Negara STANDAR PELAYANAN KESEHATAN DASAR DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT NEGARA

Standar Pelayanan Kesehatan Dasar di Lingkungan Sekretariat Negara STANDAR PELAYANAN KESEHATAN DASAR DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT NEGARA - 584-5. Standar Pelayanan Kesehatan Dasar di Lingkungan Sekretariat Negara STANDAR PELAYANAN KESEHATAN DASAR DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT NEGARA BAGIAN KESATU PENDAHULUAN A. Dasar Hukum 1. Peraturan Menteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lalu lintas menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB I KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

TRANSFER PASIEN KE RUMAH SAKIT LAIN UNTUK PINDAH PERAWATAN

TRANSFER PASIEN KE RUMAH SAKIT LAIN UNTUK PINDAH PERAWATAN Pengertian Tujuan Kebijakan Transfer pasien pindah perawatan ke rumah sakit lain adalah memindahkan pasien dari RSIA NUN ke RS lain untuk pindah perawatan karena tidak tersedianya fasilitas pelayanan yang

Lebih terperinci

LUKA BAKAR Halaman 1

LUKA BAKAR Halaman 1 LUKA BAKAR Halaman 1 1. LEPASKAN: Lepaskan pakaian/ perhiasan dari daerah yang terbakar. Pakaian yang masih panas dapat memperburuk luka bakar 2. BASUH: Letakkan daerah yang terbakar di bawah aliran air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. York pada tanggal 30 Mei Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama,

BAB I PENDAHULUAN. York pada tanggal 30 Mei Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecelakaan sepeda motor yang tercatat pertama kali terjadi di New York pada tanggal 30 Mei 1896. Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama, tercatat terjadi

Lebih terperinci

PANDUANTRIASE RUMAH SAKIT

PANDUANTRIASE RUMAH SAKIT PANDUANTRIASE RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN... Definisi Triase adalah cara pemilahan penderita untuk menentukan prioritas penanganan pasien berdasarkan tingkat kegawatanya dan masalah yang terjadi pada

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA Jika anda orang yang pertama menemukan kejadian kecelakaan yang serius, jangan menjadikan diri anda sebagai korban. Tetap tenang Ikuti prosedur gawat darurat Pertolongan pertama harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna

Lebih terperinci

Gambar Lampu kepala

Gambar Lampu kepala BAB 10 SISTEM PENERANGAN (LIGHTING SYSTEM) 10.1. Pendahuluan Penerangan yang digunakan di kendaraan diklasifikasikan berdasarkan tujuannya: untuk penerangan, untuk tanda atau informasi. Contoh, lampu depan

Lebih terperinci

PEMINDAHAN PENDERITA

PEMINDAHAN PENDERITA Materi 11 PEMINDAHAN PENDERITA Oleh : Agus Triyono, M.Kes td&penc.kebakaran/agust.doc 1 PENGERTIAN Penanganan penderita yang salah akan menimbulkan cedera atau cedera baru. Mekanika Tubuh : Pemindahan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan ini adalah : 1. Variabel-variabel bebas yang memiliki hubungan signifikan dengan variabel terikat perilaku safety

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion NACC10 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan

Lebih terperinci

Penggunaan APAR dan Kedaruratan

Penggunaan APAR dan Kedaruratan Penggunaan APAR dan Kedaruratan II. 7 Kode Darurat per 2012 Code Blue (Kegawatdaruratan Medis) Code Red (Kebakaran) Code Grey (Gangguan Keamanan) Code Pink (Penculikan Bayi) Code Purple (Evakuasi) Code

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I 1. PENDAHULUAN Puskesmas rawat inap merupakan organisasi fungsional dalam upaya kesehatan yang memberikan pelayanan

Lebih terperinci

Nokia Bluetooth Stereo Headset BH-111

Nokia Bluetooth Stereo Headset BH-111 Nokia Bluetooth Stereo Headset BH-111 Edisi 1.0 2 Pendahuluan Tentang headset Dengan Nokia Bluetooth Stereo Headset BH-111, Anda dapat menangani panggilan secara handsfree serta menikmati musik favorit

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER- 5 /MEN/VIII/008 TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah perkotaan telah membawa sejumlah persoalan penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun berkembangnya berbagai

Lebih terperinci

Nokia Bluetooth Headset BH-300. Edisi 1

Nokia Bluetooth Headset BH-300. Edisi 1 Nokia Bluetooth Headset BH-300 5 6 1 7 4 3 2 9 10 8 Edisi 1 PERNYATAAN KESESUAIAN Dengan ini, NOKIA CORPORATION menyatakan bahwa produk HS-50W ini memenuhi persyaratan penting dan ketetapan lain yang sesuai

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-218

Buku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-218 Buku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-218 Edisi 1.0 2 Tentang headset Dengan Nokia Bluetooth Mono Headset BH 218, Anda dapat menangani panggilan secara jauh lebih mudah. Untuk menjawab panggilan, angkat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lamongan, Penyusun

KATA PENGANTAR. Lamongan, Penyusun KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat yang telah dikaruniakan kepada penyusun, sehingga Pedoman Unit Hemodialisis RSUD Dr. Soegiri Lamongan ini dapat selesai disusun.

Lebih terperinci