BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional, penyerapan tenaga kerja dan pendistribusian hasil

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional, penyerapan tenaga kerja dan pendistribusian hasil"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri Kecil dan Menengah (IKM) mempunyai peran strategis dalam pertumbuhan ekonomi nasional, penyerapan tenaga kerja dan pendistribusian hasil pembangunan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 menunjukkan bahwa proporsi masyarakat Indonesia yang berada pada aktivitas IKM sangat besar (sekitar 81%). Pada tahun yang sama, jumlah tenaga kerja yang terserap pada industri tersebut mencapai sekitar 76% dari total tenaga kerja, dan memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 54% - 57% atau menyumbang sekitar 60% terhadap output yang dihasilkan pada sektor nonmigas. Saat krisis ekonomi, IKM terbukti mampu menampung 99,45 persen dari total tenaga kerja atau 73,24 juta tenaga kerja. Kontribusi yang diberikan oleh IKM pada kondisi krisis ekonomi dapat dinilai sebagai pendukung dalam proses perbaikan perekonomian nasional dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi nasional dan peningkatan kesempatan kerja (Putra dan Saskara, 2013). Sum et al (2004) mengemukakan bahwa IKM memegang peranan penting dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara kawasan Asia. Pemberdayaan IKM menjadi sangat strategis karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi, sekaligus menjadi salah satu sumber pendapatan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 1

2 2 IKM memiliki keunggulan dapat bertahan dalam kondisi krisis ekonomi yang melanda industri dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan besar. IKM mampu bertahan dalam kondisi krisis karena tidak memiliki utang luar negeri, tidak banyak utang ke perbankan, lebih banyak menggunakan bahan baku lokal dan berorientasi ekspor. IKM juga memiliki potensi yang cukup besar dalam menciptakan kesempatan kerja bila dibandingkan dengan investasi yang sama pada skala usaha yang lebih besar. Segmen IKM dapat ditemukan di segala sektor industri mulai dari industri yang berteknologi sederhana hingga relatif canggih. IKM merupakan bagian dari usaha yang menopang kehidupan masyarakat di Provinsi Bali. IKM memberikan sumbangan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali atas dasar harga yang berlaku menurut lapangan pekerjaan untuk tahun 2011, sebesar 29%. (BPS Provinsi Bali, 2012). IKM di Provinsi Bali mengalami perkembangan yang sangat pesat selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. Data jumlah Industri Kecil Menengah (IKM) di Bali dilihat dari jumlah unit usaha yang ada di Bali yaitu sebanyak unit usaha (2008) meningkat menjadi unit usaha (2012) dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,22% setiap tahun. Dilihat dari jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak orang (2008) meningkat menjadi (2012) dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,14% setiap tahun. Nilai investasi atas IKM juga mengalami peningkatan yaitu Rp ,- (tahun 2008) menjadi Rp ,- (tahun 2012) dengan rata-rata peningkatan sebesar 2,08% setiap tahun. Dilihat dari nilai produksi IKM mengalami peningkatan yaitu

3 3 Rp ,- (tahun 2008) menjadi Rp ,- (tahun 2012) dengan peningkatan rata-rata sebesar 1,20% setiap tahun. Nilai bahan baku yang dipergunakan IKM juga mengalami peningkatan yaitu sebesar Rp ,- (tahun 2008) hingga mencapai Rp ,- (tahun 2012) atau mengalami rata-rata peningkatan sebesar 1,38% setiap tahun. (Disperindag Provinsi Bali, 2012). Peningkatan jumlah unit usaha, nilai investasi, nilai produksi dan nilai bahan baku mengindikasikan bahwa IKM di Provinsi Bali terus berkembang. Perkembangan IKM mencerminkan pemilik atau manajemen IKM pada dasarnya sudah memiliki jiwa kewirausahaan (entrepreneur). Apabila jiwa entrepreneur tidak ada, maka tidak akan ada yang berani memanfaatkan peluang dan melakukan pengembangan usaha. Bali sebagai daerah tujuan wisata yang didukung oleh keberadaan IKM. Kedatangan wisatawan ke Provinsi Bali mampu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan IKM sehingga memicu peningkatan ekspor Provinsi Bali. IKM yang memiliki komoditas ekspor Provinsi Bali dikategorikan sebagai IKM Unggulan yang terdiri Industri Kerajinan Kayu dan Industri Tekstil dan Produk Tekstil (Disperindag Provinsi Bali, 2012) Sektor IKM Unggulan memberikan kontribusi yang besar terhadap ekspor Provinsi Bali selama tahun 2013 yaitu sebesar 78,51 juta dolar AS (36,51 %), menghasilkan devisa sebesar 93,26 juta dolar AS (41,90 %). Tujuan ekspor IKM Unggulan Provinsi Bali diantaranya Amerika Serikat, Singapura, Jepang, Australia dan Thailand (Disperindag Provinsi Bali, 2013)

4 4 Berkembangnya IKM Ungulan di Provinsi Bali, disebabkan karena produknya merupakan produk inovatif dan kreatif yang digali dari kearifan lokal, yang membedakan produk ini dengan produk negara lain. Kondisi ini mencerminkan bahwa IKM unggulan di Provinsi Bali memiliki Orientasi Kewirausahaan yang mengakar pada budaya lokal, yang dapat diamati pada perkembangan design produk tekstil dan kerajinan. Produk tekstil mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam hal design produk hingga kain khas dengan motif unik. Produk kerajinan kayu yang dihasilkan di Provinsi Bali juga memiliki keunikan motif, ukiran, pahatan dengan ciri khas Bali yang terus berkembang. Indikasi perkembangan sebuah industri tercermin dari peningkatan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan adalah bentuk pencapaian atau prestasi kerja perusahaan. Kinerja Perusahaan salah satunya dapat diindikasikan dengan Kinerja Keuangan. Indikator penilaian kinerja sebuah IKM adalah kemampuan usaha tersebut menghasilkan laba (profit). Brigham and Houston (2011:107) menyebutkan bahwa profitabilitas (kemampulabaan perusahaan) digunakan untuk mengetahui kemampuan dan efektifitas manajemen dalam mengelola perusahaan. Horne and Wachowicz (2012 : 87) memberikan pengertian profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba selama periode tertentu terkait dengan penggunaan aktiva yang produktif atau modal (dana), secara keseluruhan, baik hutang (modal asing) maupun modal sendiri. Kinerja Keuangan akan menjadi tolak ukur bagi lembaga keuangan (sebagai alternatif sumber dana eksternal bagi IKM) terhadap keputusan

5 5 pembiayaan yang akan diberikan pada industri tersebut. Perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan dan memiliki prospek yang baik. Apabila perusahaan berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari kreditor maupun investasi dari pihak luar (Brigham and Houston, 2011 : 108). Permasalahan atau kendala yang dihadapi oleh IKM di Provinsi Bali antara lain terkait dengan upaya untuk meningkatkan kinerja keuangan yaitu permodalan. Permasalahan permodalan antara lain, terbatasnya jumlah modal, terbatasnya pengetahuan tentang sumber modal, nilai jaminan yang tidak sesuai dengan kebutuhan permodalan, kesulitan memenuhi persyaratan kredit (Disperindag Provinsi Bali, 2013). Scarborough and Zimmerer (2008 : 164) juga menguatkan bahwa kendala yang dihadapi oleh IKM adalah permodalan terutama kesulitan ketika harus memenuhi persyaratan kredit karena IKM adalah perusahaan kecil yang tidak memiliki laporan keuangan yang teraudit. Permasalahan yang dihadapi oleh IKM perlu diberikan pemecahan karena akan mempengaruhi kinerja dari industri tersebut. Riset yang dilakukan oleh Diperindag Provinsi Bali (2013) menemukan bahwa faktor-faktor penentu kinerja keuangan IKM di Bali adalah sebagai berikut, (1) alternatif modal usaha dan efektivitas penggunaan dana ; (2) dukungan promosi, pangsa pasar, harga produk, produktivitas, perlindungan hak cipta, kualitas produk, peralatan produksi, kualitas sumber daya manusia, produk inovatif dan kreatif, serta variasi produk ; (3) pola perilaku atau kebiasaan dan pengalaman yang mendorong anggota

6 6 organisasi atau perusahaan untuk bekerja dan berinteraksi mewujudkan tujuan perusahaan. Suharyadi dkk (2008 : 47) menyebutkan bahwa untuk mencapai tujuan perusahaan haruslah konsisten, disiplin, bekerja keras, melakukan peningkatan dan perbaikan secara terus menerus dan menjaga efektivitas penggunaan dana perusahaan. Dukungan promosi, pangsa pasar, harga produk, produktivitas, perlindungan hak cipta, kualitas produk, peralatan produksi, kualitas sumber daya manusia, produk inovatif dan kreatif, dan variasi produk merupakan penjabaran dari bentuk Orientasi Kewirausahaan yang juga mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan. Pola perilaku atau kebiasaan yang mendorong anggota organisasi (perusahaan) untuk bekerja dan berinteraksi untuk menciptakan sesuatu yang baru adalah bentuk inovasi. Inovasi yang dilakukan secara terus menerus akan membuat perusahaan mampu bertahan dan meningkatkan usaha (tujuan perusahaan) (Brown and Ulijn, 2004 : 6). Setiap upaya peningkatan usaha akan membutuhkan modal. Permodalan terkait dengan Keputusan Pendanaan akan mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Apabila terjadi kekurangan modal maka usaha menjadi tidak produktif sehingga pencapaian kinerja tidak maksimal. Hubungan antara Keputusan Pendanaan dan Kinerja Keuangan tidak dapat diabaikan karena peningkatan Kinerja Keuangan merupakan indikasi prestasi perusahaan dalam mencapai tujuan terkait dengan pengelolaan dana yang dimiliki (Gill et al, 2011). Keputusan Pendanaan salah satunya tercermin dari komposisi struktur modal perusahaan. Struktur modal mencerminkan proporsi penggunaan sumber

7 7 dana perusahaan. Sumber dana dapat berasal dari internal maupun eksternal perusahaan berupa hutang perusahaan. Peningkatan penggunaan hutang dapat meningkatkan nilai perusahaan, sebagai dampak adanya keuntungan dari pengurangan pajak yang disetorkan kepada pemerintah (Modigliani and Miller, 1963). Myers and Majluf (1984) mengemukakan bahwa perusahaan akan menentukan hierarki sumber dana dalam operasional perusahaan dengan menggunakan dana internal sebelum akhirnya menggunakan dana eksternal berupa pinjaman (hutang) dalam upaya untuk meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian terkait Keputusan Pendanaan terhadap Kinerja Keuangan telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya Abor (2005) di Ghana, Ahmad and Abdullah (2012) di Malaysia, Skopljak and Luo (2012) di Australia, Nirajini and Priya (2013) di Srilanka, yang menemukan hasil yang sejalan yaitu Keputusan Pendanaan berpengaruh positif signifikan terhadap Kinerja Keuangan. Semakin tinggi tingkat penggunaan hutang mengakibatkan semakin meningkatnya Kinerja Keuangan. Penggunaan hutang dapat meningkatkan Kinerja Keuangan apabila penggunaan hutang tersebut mampu meningkatkan keuntungan perusahaan lebih besar dari biaya hutang tersebut (Brigham and Daves, 2010 : 124). Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Ebaid (2009) di Mesir, Gatsi (2012) di Ghana dan Pratheepkanth (2011) menemukan hasil yang berbeda yaitu terdapat hubungan negatif signifikan antara Keputusan Pendanaan dan Kinerja Keuangan. Hal ini berarti bahwa peningkatan penggunaan hutang mengakibatkan penurunan Kinerja Keuangan. Peningkatan keuntungan perusahaan setelah menggunakan hutang lebih kecil dari biaya yang ditimbulkan dari hutang tersebut. Penggunaan

8 8 hutang hingga mencapai titik tertentu akan meningkatkan Kinerja Keuangan namun apabila melewati titik maksimum tersebut maka peningkatan penggunaan hutang akan menurunkan Kinerja Keuangan. Variabel yang mempengaruhi Kinerja Keuangan selain variabel keuangan (Keputusan Pendanaan) adalah variabel non keuangan yaitu Orientasi Kewirausahaan. Covin and Slevin (1991) menemukan bahwa perusahaan yang memiliki Orientasi Kewirausahaan akan membuat perusahaan menemukan peluang baru serta memperkuat posisi kompetitifnya dalam melakukan aktivitas bisnis di pasar. Miller and Friesen (1982), serta Wiklund (1999) menjelaskan bahwa Orientasi Kewirausahaan merupakan atribut-atribut personal dari pemilik yang membentuk dan mempunyai pengaruh kuat terhadap Kinerja Keuangan. Konsep Orientasi Kewirausahaan (entrepreneurship) menyangkut kemampuan perusahaan menciptakan sesuatu yang baru (Hisrich et al., 2007). Menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda sama dengan menciptakan nilai untuk dirinya dan lingkungannya (Venkataraman, 2001). Orientasi Kewirausahaan tidak hanya diperlukan dalam usaha yang berskala besar tetapi juga perusahaan kecil. Orientasi Kewirausahaan diperlukan untuk dapat melaksanakan aktivitas operasional dengan lebih baik dibandingkan dengan para pesaing (Lumpkin and Dess, 2001 ; dan Wiklund and Shepherd, 2005). Mengingat peran Orientasi Kewirausahaan bagi keberhasilan usaha dan lebih bersifat personal, maka penting bagi perusahaan kecil untuk lebih meningkatkan Orientasi Kewirausahaan (Zahra and Garvis, 2000).

9 9 Pengembangan riset terkait Orientasi Kewirausahaan dan kinerja perusahaan telah dilakukan oleh beberapa peneliti seperti Keh et al. (2007) yang melakukan penelitian pada Industri Kecil dan Menengah di Singapura, ditemukan hasil bahwa Orientasi Kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan. Riset terkait topik yang sama juga dilakukan oleh Zahra and Garvis (2000) pada 98 perusahaan di Amerika Serikat ; Lim (2002) pada Japanese Food Restaurants ; Lumpkin and Dess (2001) ; Vitale et al. (2002) ; Ireland et al. (2003) ; Wiklund and Shepherd (2005) menemukan hasil yang senada yaitu Orientasi Kewirausahaan berpengaruh positif signifikan terhadap Kinerja Keuangan. Orientasi Kewirausahaan selain berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan juga diduga berpengaruh terhadap Keputusan Pendanaan. Covin and Slevin (1991) mengungkapkan bahwa Orientasi Kewirausahaan (sifat inovatif, proaktif dan kemampuan mengelola risiko (risk taking)) yang dimiliki oleh manajemen atau pemilik perusahaan akan dapat menentukan perkembangan suatu usaha. Usaha yang semakin berkembang akan membutuhkan pendanaan yang relatif besar. Pendanaan akan diupayakan menggunakan sumber internal terlebih dahulu, baik dari setoran modal pemilik maupun laba ditahan. Apabila sumber pendanaan internal perusahaan tidak mencukupi kebutuhan pendanaan maka perusahaan akan mencari sumber pendanaan dari luar perusahaan yaitu hutang. Variabel non keuangan lain yang memengaruhi Kinerja Keuangan adalah Budaya Organisasi yang berlaku dan diterapkan dalam perusahaan. Budaya yang berkembang dan diterapkan pada sebuah organisasi atau perusahaan, akan

10 10 mempengaruhi keputusan yang diambil oleh manajemen atau pemilik perusahaan terkait dengan keberanian menggunakan sumber pendanaan eksternal yang pada akhirnya akan mempengaruhi Kinerja Keuangan (Wiagustini, 2011). Budaya Organisasi merupakan salah satu variabel non keuangan yang berperan dalam mewujudkan Kinerja Keuangan (Lee and Yu, 2004). Budaya Organisasi juga berpengaruh terhadap pengembangan serta keberhasilan perusahaan baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil (Armstrong and Chouke, 2000). Budaya diantaranya menunjukkan nilai, sikap, kepercayaan dan norma serta pandangan hidup yang berlaku di masyarakat dapat menciptakan nilai ekonomi yang dapat dipergunakan sebagai modal untuk melakukan kegiatan ekonomi (Yuliarmi dkk, 2012). Penelitian tentang Budaya Organisasi terkait dengan Kinerja Keuangan telah banyak dilakukan diantaranya Lee and Yu (2004) di Singapura, Kessapidou and Versakelis (2002) di Yunani, Uzkurt et al (2013) di Turki menemukan hasil positif signifikan, artinya semakin meningkat penerapan nilai-nilai budaya dalam sebuah organisasi maka Kinerja Keuangan akan semakin meningkat. Budaya Organisasi merupakan salah satu kunci pencapaian keunggulan perusahaan karena mampu membuat kelompok dalam organisasi mengambil tindakan cepat dan terkoordinasi terhadap pesaing, pelanggan dan berbagai proses dalam organisasi. Penelitian sejenis dengan hasil yang berbeda ditemukan oleh Farley et al (2008) di Afrika Selatan, yaitu Budaya Organisasi berpengaruh tidak signifikan terhadap Kinerja Keuangan. Budaya Organisasi yang diterapkan dalam perusahaan di Afrika Selatan tidak secara substansial meningkatkan Kinerja Keuangan.

11 11 Budaya Organisasi selain berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan juga berpengaruh terhadap Keputusan Pendanaan. Penelitian terkait Budaya Organisasi dengan Keputusan Pendanaan telah dilakukan diberbagai Negara diantaranya Chui et al., (2002) ; Cao and Mauer., (2010) ; Li et al., (2010) ; Zheng et al., (2012) dimana budaya organisasi diukur dengan konsep Budaya Organisasi yang berlaku secara umum yaitu konsep Hofstede yang pertama kali dikemukakan tahun Pola kebiasaan dalam sebuah perusahaan mempengaruhi pemilik perusahaan dalam penentuan komposisi penggunaan hutang. Budaya Organisasi dalam penelitian ini adalah menggali budaya berdasarkan konsep lokal Bali sebagai inspirasi inovatif yang dipertahankan untuk meningkatkan Kinerja Keuangan. Budaya Organisasi pada penelitian ini adalah budaya dari nilai-nilai lokal yang unik mengenai tujuan hidup masyarakat Bali yang disebut dengan Catur Purusa Artha. Konsep ini terdiri atas Dharma, Artha, Kama dan Moksa. Konsep lokal Catur Purusa Artha dalam penelitian ini digali melalui pendekatan kualitatif berupa wawancara mendalam (indepth interview) dengan informan kunci yaitu pakar Budaya, asosiasi terkait subyek penelitian dan pelaku (pemilik atau manajer) untuk mengeskplorasi aplikasi konsep pada Industri Kecil Menengah di Provinsi Bali. Konsep Catur Purusa Artha diaplikasi dalam aktivitas bisnis IKM di Bali. Dharma merupakan proses bisnis internal perusahaan yang diwujudkan dengan aktivitas operasi, manajemen pelanggan, dan regulasi pemerintah. Artha merupakan target financial yang dimiliki oleh perusahaan yang diwujudkan dengan berusaha untuk beroperasi yang efisien, meningkatkan volume penjualan dan usaha (bisnis). Kama merupakan upaya

12 12 untuk meningkatkan kepuasan pelanggan melalui harga yang bersaing, pelayanan yang cepat, produk yang berkualitas dan kemitraan dengan pelanggan. Moksa merupakan tujuan suatu usaha (bisnis) yaitu meningkatkan nilai (value) usaha yang diwujudkan dengan berupaya meningkatkan laba, reputasi dan kapabilitas usaha yang berkelanjutan (PHDI, 2013). Budaya organisasi yang digali dari kearifan lokal Bali (Catur Purusa Artha) merupakan sumber daya tidak berwujud (intangible asset) yang dapat mendorong meningkatkan Kinerja Keuangan IKM di Bali adalah sesuai dengan Resource Based View (RBV) Theory. Teori RBV mengungkapkan bahwa kemampuan internal perusahaan sebagai faktor penting dalam mengelola sumber daya unik yang dimiliki perusahaan agar perusahaan mampu meraih keunggulan bersaing (competitive advantage) (Barney : 1991) (Schienstock : 2009). Budaya organisasi yang digali dari kearifan lokal Bali (Catur Purusa Artha) merupakan sumber daya yang unik tidak tergantikan hanya ada di Bali, dapat mendorong meningkatkan Kinerja Keuangan IKM di Bali Keunikan penelitian ini selain mengangkat Budaya Organisaisi yang digali dari konsep budaya lokal Catur Purusa Artha yang membedakan dengan budaya lainnya, juga mengkaji tentang bagaimana peran variabel non keuangan (Budaya Organisasi dan Orientasi Kewirausahaan) terhadap Keputusan Pendanaan dan Kinerja Keuangan. Penelitian keuangan pada umumnya mengkaji keterkaitan antar variabel keuangan. Hal lain yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini dilakukan pada IKM yang tidak

13 13 memiliki laporan keuangan yang teraudit, sehingga menggunakan data persepsi. Penelitian keuangan pada umumnya menggunakan data rasio. Penelitian ini merupakan aplikasi dari teori struktur modal Modigliani and Miller (1958) ; Modigliani and Miller (1963) ; Myers and Majluf (1984) dimana teori tersebut mengungkapkan hubungan antara struktur modal dan nilai perusahaan yang hanya bisa diterapkan pada perusahaan yang go public. IKM sebagai perusahaan yang tidak go public, dan merupakan private company Keputusan Pendanaan (struktur modal) tidak dapat dilihat pengaruhnya terhadap nilai perusahaan melainkan hanya pada peningkatan Kinerja Keuangan yaitu peningkatan laba dan peningkatan jumlah asset (Cassar and Holmes, 2003) Berdasarkan pada uraian tersebut maka Industri Kecil Menengah (IKM) Unggulan di Bali layak untuk diteliti terkait dengan Pengaruh Variabel Non Keuangan terhadap Keputusan Pendanaan dan Kinerja Keuangan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1) Bagaimana pengaruh Budaya Organisasi terhadap Keputusan Pendanaan Industri Kecil Menengah Unggulan di Provinsi Bali? 2) Bagaimana pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Keuangan Industri Kecil Menengah Unggulan di Provinsi Bali? 3) Bagaimana pengaruh Keputusan Pendanaan terhadap Kinerja Keuangan Industri Kecil Menengah Unggulan di Provinsi Bali?

14 14 4) Bagaimana pengaruh Orientasi Kewirausahaan terhadap Keputusan Pendanaan Industri Kecil Menengah Unggulan di Provinsi Bali? 5) Bagaimana pengaruh Orientasi Kewirausahaan terhadap Kinerja Keuangan Industri Kecil Menengah Unggulan di Provinsi Bali? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Menjelaskan pengaruh Budaya Organisasi terhadap Keputusan Pendanaan Industri Kecil Menengah Unggulan di Provinsi Bali. 2) Menjelaskan pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Keuangan Industri Kecil Menengah Unggulan di Provinsi Bali. 3) Menjelaskan pengaruh Keputusan Pendanaan terhadap Kinerja Keuangan Industri Kecil Menengah Unggulan di Provinsi Bali. 4) Menjelaskan pengaruh Orientasi Kewirausahaan terhadap Keputusan Pendanaan Industri Kecil Menengah Unggulan di Provinsi Bali. 5) Menjelaskan pengaruh Orientasi Kewirausahaan terhadap Kinerja Keuangan Industri Kecil Menengah Unggulan di Provinsi Bali. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu manajemen keuangan berkaitan dengan :

15 15 1) Pengembangan konsep Budaya Organisasi berdasarkan atas nilai-nilai budaya lokal, dengan mendasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam konsep Catur Purusa Artha (Dharma, Artha, Kama dan Moksa). 2) Memberikan kontribusi empiris tentang Keputusan Pendanaan (struktur modal) pada Industri Kecil Menengah (IKM) dimana variabel non keuangan (Budaya Organisasi dan Orientasi Kewirausahaan) mempengaruhi Keputusan Pendanaan (struktur modal) IKM dalam meningkatkan Kinerja Keuangan. 3) Memberikan kontribusi empiris terhadap Resource Based View (RBV) Theory, dimana Budaya organisasi yang digali dari kearifan lokal (Catur Purusa Artha) merupakan sumber daya tidak berwujud (intangible asset) dan unik yang dapat mendorong meningkatkan Kinerja Keuangan sehingga mampu meraih keunggulan bersaing (competitive advantage). 4) Pengembangan model penelitian yang terintegrasi tentang variabel non keuangan (Budaya Organisasi dan Orientasi Kewirausahaan) terhadap Keputusan Pendanaan dan Kinerja Keuangan Manfaat Untuk Praktisi Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada : 1) Pemilik Industri Kecil Menengah (IKM) di Provinsi Bali, sebagai dasar dalam mengambil keputusan untuk meningkatkan Kinerja Keuangannya. 2) Pemerintah Provinsi Bali, sebagai dasar untuk mengambil keputusan dalam mengembangkan IKM di Provinsi Bali

BUDAYA CATUR PURUSA ARTHA DAN ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN SEBAGAI BASIS KEPUTUSAN PENDANAAN DAN KINERJA KEUANGAN

BUDAYA CATUR PURUSA ARTHA DAN ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN SEBAGAI BASIS KEPUTUSAN PENDANAAN DAN KINERJA KEUANGAN BUDAYA CATUR PURUSA ARTHA DAN ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN SEBAGAI BASIS KEPUTUSAN PENDANAAN DAN KINERJA KEUANGAN Ni Luh Putu Wiagustini; Ni Luh Anik Puspa Ningsih; Luh Gede Sri Artini Program Studi Ilmu Manajemen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dipergunakan sebagai dasar dalam menganalisis fenomena terkait dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dipergunakan sebagai dasar dalam menganalisis fenomena terkait dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada kajian pustaka ini diuraikan tentang berbagai teori yang dipergunakan sebagai dasar dalam menganalisis fenomena terkait dalam penelitian ini. Kajian tersebut mencakup teori dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia adalah salah satu sektor yang memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan lokal (Soelistianingsih, 2013). Fakta yang terjadi di lapangan justru menunjukkan sebaliknya. Tidak

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan lokal (Soelistianingsih, 2013). Fakta yang terjadi di lapangan justru menunjukkan sebaliknya. Tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi krisis ekonomi yang melanda dunia membuat banyak perusahaan besar di beberapa negara mengalami kerugian. Di satu sisi, kondisi ini menjadikan banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Perkembangan ekonomi selalu dijadikan faktor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Perkembangan ekonomi selalu dijadikan faktor yang paling penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap negara di dunia menjadikan perkembangan ekonomi sebagai target ekonomi. Perkembangan ekonomi selalu dijadikan faktor yang paling penting dalam keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kondisi global

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kondisi global BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kondisi ekonomi Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kondisi global yang masih diwarnai krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan Kawasan Eropa.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi global merujuk kepada ekonomi yang berdasarkan ekonomi nasional masing-masing negara yang ada di belahan dunia. Saat ini, fenomena krisis global menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan kemakmuran pemilik atau pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan. Maksimalisasi kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan setiap perusahaan akan berusaha menghasilkan nilai perusahaannya.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan setiap perusahaan akan berusaha menghasilkan nilai perusahaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kondisi perekonomian yang baik dapat menyebabkan timbulnya persaingan di dunia bisnis, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang sudah go public dapat menjual sahamnya kepada para investor.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang sudah go public dapat menjual sahamnya kepada para investor. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam upaya menambah dana untuk melakukan kegiatan operasionalnya, perusahaan yang sudah go public dapat menjual sahamnya kepada para investor. Saham tersebut

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru merupakan ancaman bagi pengusaha apotek. Meskipun layanan

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru merupakan ancaman bagi pengusaha apotek. Meskipun layanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Apotek merupakan tempat untuk pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Kepmenkes No.1332/MENKES/SK/X/2002).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Amerika pada beberapa tahun terakhir telah membawa dampak runtuhnya

BAB I PENDAHULUAN. dan Amerika pada beberapa tahun terakhir telah membawa dampak runtuhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan yang melanda sebagian besar negara di kawasan Eropa dan Amerika pada beberapa tahun terakhir telah membawa dampak runtuhnya sendi-sendi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai kegiatan investasi serta memberikan fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai kegiatan investasi serta memberikan fasilitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Bank mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Peranan bank yang utama yaitu memobilisasi dana dari masyarakat yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan pendanaan merupakan sebuah keputusan yang penting untuk. kelangsungan perusahaan. Perusahaan memerlukan pendanaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan pendanaan merupakan sebuah keputusan yang penting untuk. kelangsungan perusahaan. Perusahaan memerlukan pendanaan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan pendanaan merupakan sebuah keputusan yang penting untuk kelangsungan perusahaan. Perusahaan memerlukan pendanaan untuk menjalankan dan mengembangkan bisnisnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian sebagai penyedia dan pemenuh kebutuhan pangan di Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan perekonomian nasional. Sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha untuk meningkatkan pembangunan ekonomi adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha untuk meningkatkan pembangunan ekonomi adalah pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara berkembang adalah untuk memperkuat perekonomian nasional, memperluas lapangan kerja, meningkatkan kesempatan kerja, pemerataan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 wbab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang terus berupaya untuk mencapai pembangunan ekonomi ke arah yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor rill dan sektor keuangan. Salah satu sektor yang cukup baik untuk dicermati

BAB I PENDAHULUAN. sektor rill dan sektor keuangan. Salah satu sektor yang cukup baik untuk dicermati BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perekonomian dalam negeri mengalami perbaikan pada tahun 2010 ini. Fenomena pertumbuhan ekonomi negara yang terus bergerak naik serta dukungan pemerintah terhadap iklim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global dan kawasan serta berbagai kemajuan dalam perbaikan, iklim investasi, infrastruktur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi global yang melanda dunia. Krisis ekonomi global telah membuat

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi global yang melanda dunia. Krisis ekonomi global telah membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian dunia saat ini masih berada pada tahap pemulihan krisis ekonomi global yang melanda dunia. Krisis ekonomi global telah membuat ratusan perusahaan mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. struktur modal perusahaan yang akhirnya akan mempengaruhi suatu kinerja

BAB I PENDAHULUAN. struktur modal perusahaan yang akhirnya akan mempengaruhi suatu kinerja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam setiap perusahaan, keputusan dalam pemilihan sumber dana merupakan hal yang penting karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan. Dalam era

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan masyarakat semakin hari semakin bertambah. Hal ini sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Manusia sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak mengenal bank dan tidak berhubungan dengan bank. Perbankan sendiri memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Filipina, Malaysia dan lainnya yang mengalami distorsi ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Filipina, Malaysia dan lainnya yang mengalami distorsi ekonomi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat terjadinya krisis ekonomi yang melanda Asia pada tahun 1997-1998, banyak negara-negara di Asia seperti Thailand, Singapura, Filipina, Malaysia dan lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tekstil merupakan salah satu industri yang berkembang cukup pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia mencapai 2.581

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namanya persaingan, walaupun perusahaan telah mengantisipasinya dengan

BAB I PENDAHULUAN. namanya persaingan, walaupun perusahaan telah mengantisipasinya dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di dalam dunia bisnis, semua kegiatan perusahaan tidak bisa lepas dari yang namanya persaingan, walaupun perusahaan telah mengantisipasinya dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang kian membaik, menurut Zuraya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang kian membaik, menurut Zuraya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang kian membaik, menurut Zuraya (2014) berdasarkan hasil survei Bank Indonesia (BI) terhadap kegiatan dunia usaha mengindikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masalah pendanaan menjadi tombak dalam dunia usaha dan perekonomian. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Strategi Resources Based View (RBV) 2.1.1.1 Pengertian Strategi Resources Based View (RBV) Menurut Grant (2001) dalam Raduan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kepemilikan aktiva berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi,

BAB I PENDAHULUAN. pada kepemilikan aktiva berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam bidang ekonomi membawa dampak perubahan yang cukup signifikan terhadap pengelolaan suatu bisnis dan penentuan strategi bersaing. Para pelaku bisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bidang yang sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran UMKM dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community

BAB I PENDAHULUAN. dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah membuka gerbang pasar bebas di Indonesia, salah satunya adalah dengan keikutsertaan Indonesia sebagai negara yang turut andil dalam Masyarakat Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Pada tahun 2012 industri manufaktur menyumbang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Pada tahun 2012 industri manufaktur menyumbang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan sektor industri manufaktur memiliki peran penting dalam perekonomian di Indonesia. Pada tahun 2012 industri manufaktur menyumbang 20,8% atau sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan bertujuan untuk menghasilkan laba yang maksimal serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan bertujuan untuk menghasilkan laba yang maksimal serta dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan bertujuan untuk menghasilkan laba yang maksimal serta dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.untuk itulah perusahaan membutuhkan dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perekonomian indonesia, terutama pada era akhir 1990-an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) pernah berperan sebagai penyelamat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya perubahan dalam aliran-aliran baru yang menyangkut arus pendapatan dan manfaat (benefit) kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil seperti Usaha Kecil dan Menengah (UKM), hampir semua bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. kecil seperti Usaha Kecil dan Menengah (UKM), hampir semua bentuk-bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Utang merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari sebuah usaha, baik perusahaan berskala besar seperti perusahaan multinasional maupun berskala kecil seperti Usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen keuangan merupakan manajemen yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen keuangan merupakan manajemen yang berhubungan dengan 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manajemen keuangan merupakan manajemen yang berhubungan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 22,7 juta perusahaan di Indonesia usaha mikro dan kecil mendominasi dari sisi

BAB I PENDAHULUAN. 22,7 juta perusahaan di Indonesia usaha mikro dan kecil mendominasi dari sisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sensus Ekonomi 2006 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, dari total 22,7 juta perusahaan di Indonesia usaha mikro dan kecil mendominasi dari sisi unit usaha (persentase

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Aktivitas perusahaan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Aktivitas perusahaan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas perusahaan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari fungsi keuangan. Dalam mengelola fungsi keuangan salah satu unsur yang perlu diperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen terutama kebutuhan mengenai fashion, baik di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen terutama kebutuhan mengenai fashion, baik di bidang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia saat ini banyak perusahaan yang bermunculan untuk memenuhi kebutuhan konsumen terutama kebutuhan mengenai fashion, baik di bidang manufaktur atau non

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan industri penting sebagai penyedia kebutuhan sandang manusia. Kebutuhan sandang di dunia akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi karena harga saham menunjukkan prestasi emiten, pergerakan harga

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi karena harga saham menunjukkan prestasi emiten, pergerakan harga 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan alternatif investasi yang semakin memasyarakat, namun banyak hal yang harus diketahui oleh investor sebelum memutuskan untuk berinvestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh laba atau keuntungan. Laba (profit) adalah selisih antara. menghasilkan barang atau jasa tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh laba atau keuntungan. Laba (profit) adalah selisih antara. menghasilkan barang atau jasa tersebut. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis dan ekonomi menyebabkan perusahaan dalam berbagai sektor di Indonesia ingin meningkatkan laba perusahaan. Perusahaan adalah suatu organisasi dimana

Lebih terperinci

, 2015 PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG MENGIKUTI SURVEI IICG PERIODE

, 2015 PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG MENGIKUTI SURVEI IICG PERIODE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia saat ini yang disebut dengan era globalisasi membawa perubahan khususnya di bidang ekonomi, dimana negara-negara di seluruh dunia baik itu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh transaksi saham yang berlaku dalam lantai bursa pasar modal. Hal ini dimungkinkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang jasa maupun produksi pasti menginginkan agar perusahaannya dapat

BAB I PENDAHULUAN. bidang jasa maupun produksi pasti menginginkan agar perusahaannya dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan yang semakin kompetitif menjadikan tugas manajer keuangan semakin berat yaitu mencari alternatif pendanaan yang dapat meminimkan biaya modal. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. berdampak terhadap nilai perusahaan (Fama dan French, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. berdampak terhadap nilai perusahaan (Fama dan French, 1998). 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Banyaknya perusahaan dalam industri, serta kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan yang ketat antar perusahaan manufaktur. Persaingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, sehingga merupakan harapan bangsa dan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh positif sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyaknya perusahaan dalam industri, serta kondisi perekonomian saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyaknya perusahaan dalam industri, serta kondisi perekonomian saat ini 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyaknya perusahaan dalam industri, serta kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan yang ketat antar perusahaan otomotif. Persaingan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil dan Menengah (IKM) memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia, karena sektor ini dapat mengatasi permasalahan pemerataan dalam distribusi pendapatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Fenomena yang berkembang pada saat ini menggambarkan bahwa sektor properti dan real estate merupakan sektor bisnis yang sedang berkembang pesat di Indonesia. Hal tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berkembang. Untuk mencapai hal tersebut tentu diperlukan biaya.

BAB I PENDAHULUAN. dapat berkembang. Untuk mencapai hal tersebut tentu diperlukan biaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pasti menginginkan usahanya berjalan lancar bahkan dapat berkembang. Untuk mencapai hal tersebut tentu diperlukan biaya. Modal adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Di era globalisasi ini, industri menjadi penopang dan tolak ukur kesejahteraan suatu negara. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan penting dalam perekonomian di Indonesia, ini bisa dilihat dari proporsi UMKM sebesar 99,99% dari total keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia bisnis dirasa semakin ketat. Terlebih lagi pesatnya kemajuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan (Wahyudi dan Hartini, 2006). Perusahaan yang telah go public

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan (Wahyudi dan Hartini, 2006). Perusahaan yang telah go public 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan perusahaan dalam jangka panjang yaitu mengoptimalkan nilai perusahaan (Wahyudi dan Hartini, 2006). Perusahaan yang telah go public bertujuan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor

I. PENDAHULUAN. Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tekstil bukanlah merupakan sebuah hal baru dalam sektor perdagangan di Indonesia. Istilah tekstil yang dikenal saat ini berasal dari bahasa latin, yaitu texere

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai. Adapun beberapa tujuan perusahaan antara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal 1. Modal Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu memerlukan modal, tersedianya modal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang berorientasi pada profit selalu memiliki tujuan jangka

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang berorientasi pada profit selalu memiliki tujuan jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan yang berorientasi pada profit selalu memiliki tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek pada umumnya adalah untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu membaca situasi yang terjadi agar dapat mengelola fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. mampu membaca situasi yang terjadi agar dapat mengelola fungsi-fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin meningkatnya persaingan bisnis di era globalisasi saat ini tidak terlepas dari pengaruh berkembangnya lingkungan ekonomi, social politik, serta kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami penurunan karena berbagai dampak terutama faktor eksternal atau luar negeri antara lain: meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. obligasi untuk mendapatkan dana yang dapat digunakan untuk bebrbagai tujuan,

BAB I PENDAHULUAN. obligasi untuk mendapatkan dana yang dapat digunakan untuk bebrbagai tujuan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan sarana bagi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan. Pasar modal memfasilitasi kebutuhan masyarakat untuk berinvestasi pada beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia usaha saat ini membuat persaingan antar perusahaan sejenis semakin ketat. Untuk menjaga kelangsungan perusahaan dalam menghadapi persaingan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi

BAB I PENDAHULUAN. cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keadaan perekonomian Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan kinerja yang cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja. BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di kawasan ASEAN, dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sejak 1980 sampai dengan 2012 (dihitung dengan persentase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah dalam kebijaksanaan keuangan dalam perusahaan adalah masalah struktur modal. Masalah struktur modal merupakan masalah penting bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis sekarang ini sangatlah pesat.hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya muncul perusahaan pesaing yang memiliki keunggulan kompetitif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. yang seara langsung telah mempengaruhi cara pengusaha menciptakan dan

BAB I. Pendahuluan. yang seara langsung telah mempengaruhi cara pengusaha menciptakan dan 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menciptakan lingkungan bisnis yang lebih kompetitif, yang seara langsung telah mempengaruhi cara pengusaha menciptakan dan mempertahankan operasi

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan besar terjadi secara global seiring dengan perlambatan ekonomi dunia. Resiko ketidakpastian di pasar keuangan dunia memberikan tekanan tambahan bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen dibanding tahun 2012, dimana semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran pemegang saham (Sartono, 2002). pemilik atau pemegang saham dapat tercapai (Linda, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran pemegang saham (Sartono, 2002). pemilik atau pemegang saham dapat tercapai (Linda, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Dalam tujuan tersebut terdapat dua tujuan yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi suatu negara dalam membantu laju pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ketika krisis moneter

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan dan untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan. harus memiliki strategi yaitu melalui pemegang saham.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan dan untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan. harus memiliki strategi yaitu melalui pemegang saham. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian Indonesia saat ini yang semakin berkembang, banyak minat dari seseorang untuk mendirikan usaha. Hal ini mengakibatkan semakin ketatnya persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian di Indonesia pada saat ini telah menciptakan suatu persaingan yang ketat antar perusahaan dalam industri manufaktur. Persaingan membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Industri pariwisata juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Industri pariwisata juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menjadi motor penggerak dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Industri pariwisata juga merupakan sektor yang prospektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika perekonomian global masih diliputi oleh nuansa ketidakpastian yang tinggi yang tercermin dari perubahan yang berlangsung sangat cepat dan sulit diprediksi

Lebih terperinci