BAB VII PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan latar belakang masalah dan jawaban-jawaban atas perumusan

Transkripsi

1 BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan latar belakang masalah dan jawaban-jawaban atas perumusan masalah serta pembahasan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Konsep pemikiran Mohandas Karamchand Gandhi telah ada pada dirinya sendiri, yang selaku pribadi hidup di dalam keluarga yang senantiasa mengetengahkan keutamaan. Pemikiran Mohandas Karamchand Gandhi yang berbasis pada Hinduisme, terutama Bhagavadgita dan Upanisad, dalam perjalanan hidupnya banyak memperoleh pengaruh dari luar yaitu Kristiani, Leo Tolstoy, John Ruskin, dan Henry David Thoreau. Pengaruh Kristiani terutama dari ajaran yang tercantum dalam Kitab Perjanjian Baru (New Testament), terutama isi Khotbah di atas Bukit (The Sermon on The Mount), terutama sekali yang menyangkut nasihat tentang pembalasan (Matius 5 ayat 38-42), nasihat mengasihi musuh (Matius 5 ayat 43-48), nasihat kasih terhadap musuh (Lucas 6 ayat 27-36). Dari Leo Tolstoy memperoleh pengaruh lewat buku The Kingdom of God Within You (Kerajaan Allah ada di Dalam Dirimu). Dari Leo Tolstoy inilah yang mampu mengembangkan pemikiran Mohandas Karamchand Gandhi tentang perlawanan tanpa kekerasan. Adapun pengaruh John Ruskin terhadap Mohandas Karamchand Gandhi lewat bukunya yang berjudul Unto This Last. Selanjutnya pengaruh John Ruskin inilah yang mempengaruhi gaya hidup Mohandas Karamchand 308

2 309 Gandhi yang semula glamor menjadi hidup dengan penuh kesederhanaan. Sementara pengaruh Henry David Thoreau terhadap Mohandas Karamchand Gandhi lewat bukunya yang berjudul The Duty of Civil Disobedience, yang menyebabkan Mohandas Karamchand Gandhi merasa lebih terhormat pada posisi yang benar daripada mentaati peraturan. Konsep ontologi Mohandas Karamchand Gandhi tentang ada didasarkan pada suatu keyakinan bahwa realitas bukanlah semata-mata merupakan ordo alam (tatanan alam=tertib alam), akan tetapi juga ordo moral (tatanan moral=tertib moral). Berkenaan dengan hal tersebut Mohandas Karamchand Gandhi menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara apa yang benar, apa yang berguna, dan apa yang menguntungkan. Menurut pendapatnya bahwa realitas itu bersifat spiritual. Hal tersebut mempunyai suatu konsekuensi logis bahwa Tuhan sebagai realitas merupakan suatu kebenaran secara ontologis. Adapun konsep epistemologi Mohandas Karamchand Gandhi sebagaimana dalam Hinduisme bersifat yaitu Soteriologis (sooteria artinya keselamatan). Hal tersebut terkandung maksud bahwa pengetahuan yang benar ialah pengetahuan yang menyelamatkan. Dalam filsafat Timur terkandung suatu upaya untuk mencapai keselamatan dengan melepaskan diri dari ikatan dunia ini. Pada kesempatan tersebut manusia selamat (moksa), yaitu melalui proses peralihan dari awidya (tidak tahu) ke widya (tahu) bersifat religius dan askese

3 310 Konsep aksiologi Mohandas Karamchand Gandhi dinyatakan bahwa dasar tata susila yaitu Ada satu Atman yang meresapi segalanya. Ia merupakan roh terdalam dari semua makhluk, yang merupakan kesadaran murni. Dalam tata susila tersebut terkandung suatu pengertian apabila kamu merugikan tetanggamu berarti merugikan dirimu sendiri. disamping itu juga terkandung suatu makna apabila kamu merugikan makhluk hidup lainnya, berarti bahwa merugikan dirimu sendiri, karena segala alam ini tidak lain adalah dirimu sendiri. Inilah tata susila Hinduisme yang merupakan dasar kebenaran metafisik, yang mendasari semua kode etiknya. Demikianlah makna Atman yang satu bersemayam di semua makhluknya. 2. Yang melandasi dan menjiwai konsep cinta menurut Mohandas Karamchand Gandhi yaitu bahwa dalam tradisi pemikiran Hinduisme ada satu keyakinan bahwa Ibu dari kemanusiaan adalah Tat Twam Asi. Istilah Tat Twan Asi (dalam Chandogya Upanisad) atau So Ham (dalam Isa Upanisad) atau Aham Brahmo Asmi (dalam Brhadaranyaka Upanisad). Ketiga istilah tersebut artinya Itu (Tat) sama dengan kamu; saya adalah jiwa; saya adalah Brahman. Kata-kata tersebut mengandung suatu makna yang bersifat internal dan eksternal. Apabila diri manusia dilihat secara internal, manusia adalah makhluk lain menyebut dirinya Aham Brahmo Asmi (saya adalah Brahman) atau So Ham (saya adalah jiwa). Sementara apabila diri manusia atau makhluk lain, manusia menyebut mereka Tat Twam Asi ialah Itu (Dia, Tuhan) adalah sama dengan kamu. Dari pengertian tersebut, dalam pemikiran Hinduisme ada suatu keyakinan bahwa alam, manusia, tumbuhan, binatang,

4 311 dan benda mati yang berada di alam merupakan emanasi (pengaliran) dari Tuhan (sesuatu yang dipertuhan yang merupakan Realitas Tertinggi). Dalam Hinduisme di India Realitas Tertinggi sebagai yang dipertuhan itu disebut dengan istilah Brahman. Unsur Brahman yang ada pada manusia disebut Atman. Brahman dalam hal ini menjadi prinsip universal, sedangkan Atman menjadi prinsip individual. Bertolak dari pengertian tersebut, maka Brahman=Atman. Atau dengan perkataan lain keberadaan Tuhan (yang dipertuhan) berada pula pada seluruh ciptaannnya. Atas dasar hal tersebut, sebagai manusia haruslah mencintai makhluk yang lain karena yang dipertuhan (Brahman) juga berada pada makhluk selain manusia. Itulah yang melandasi dan menjiwai konsep tentang cinta Mohandas Karamchand Gandhi. Bertolak dari landasan sebagaimana telah dikemukakan, maka sudah seharusnyalah apabila manusia mencintai seluruh makhluk. Atas dasar pengertian yang demikian merupakan suatu kewajiban setiap manusia untuk mencintai manusia yang lain. Faktor inilah yang menjadi penyebab adanya rasa solidaritas antara individu dengan individu, dan individu dengan masyarakat. Menurut Mohandas Karamchand Gandhi hakikat cinta yaitu sebagai ketiadaan mutlak dari keinginan atau ketiadaan mutlak dari kehendak untuk berbuat buruk terhadap semua makhluk. Atau dikatakan pula bahwa arti cinta itu sebagai ketulusan mutlak untuk berbuat baik terhadap semua makhluk. 3. Arti cinta tersebut telah diimplementasikan oleh Mohandas Karamchand Gandhi dalam bidang moral secara konsekuen, baik dalam pikiran, ucapan,

5 312 dan tindakan. Menurut pendapatnya, keutamaan yang senantiasa didambakan oleh semua orang, yaitu seperti kebaikan, kebenaran, keharmonisan, dan kedamaian, harus dilaksanakan dengan jalan menghormati dan tidak menyakiti orang lain. Menurut Mohandas Karamchand Gandhi moralitas merupakan sesuatu yang sangat penting karena keberadaan dan kemajuan individu seseorang dalam masyarakat dtentukan olah moralitas. Implementasi cinta yang dilaksanakan oleh Mohandas Karamchand Gandhi sebagai suatu cara atau metode untuk mencapai tujuan kebenaran atau berpegang teguh pada kebenaran. Atau dengan istilah lain Mohandas Karamchand Gandhi menyebut sebagai pencarian kebenaran dengan jalan mengabdikan dirinya kepada Tuhan. Di samping itu pencarian kebenaran yang didasarkan pada cinta, harus menolak cara kekerasan dalam pencapaian tujuan. Implementasi cinta oleh Mohandas Karamchand Gandhi dalam bidang sosial di Afrika Selatan yaitu bekerja sebagai penasihat hukum untuk membela orang-orang India di Afrika Selatan yang hidupnya sangat menderita dan tertindas. Di samping itu perjuangan Mohandas Karamchand Gandhi juga diarahkan untuk melawan politik perbedaan warna kulit. Kesemuanya itu dilaksanakan dengan damai, toleran, dan tanpa kekerasan. Perjuangan Mohandas Karamchand Gandhi di Afrika Selatan berhasil dengan baik dan hal itu merupakan pengalaman yang berharga untuk perjuangan selanjutnya di India. Perjuangan Mohandas Karamchand Gandhi di negaranya sendiri yaitu India, terutama sekali dalam bidang sosial yaitu menentang kasta karena hal itu menunjukkan adanya dominasi oleh suatu kelompok terhadap

6 313 kelompok yang lain. Menurut Mohandas Karamchand Gandhi hendaknya keberadaan kasta merupakan pembagian tugas pekerjaan, dan bukan merupakan perbedaan derajat atau martabat. Selain itu Mohandas Karamchand Gandhi juga mentang adanya golongan atau kaum yang tidak termasuk dalam kasta, yang disebut kaum candhala. Oleh Mohandas Karamchand Gandhi golongan candhala tersebut diberi nama Harijan (anakanak Tuhan). Ketidakpedulian terhadap golongan tersebut pada dasarnya tidak ada bedanya dengan politik perbedaan warna kulit. Anggapan yang demikian justru menunjukkan bahwa konsep moral Mohandas Karamchand Gandhi bersifat nasional dan internasional. Adapun konsep strata Mohandas Karamchand Gandhi tidak menunjukkan adanya dominasi golongan yang satu terhadap yang lain. Konsep strata yang dikemukakan oleh Mohandas Karamchand Gandhi, dinyatakan bahwa dalam strata itu, selain tidak adanya dominasi satu golongan terhadap golongan yang lain, juga perlu adanya hubungan antar strata, diatur dalam kelembagaan, jelas hak dan kekuasaannya, dan konsekuensinya, serta jelas aturannya. Menurut Mohandas Karamchand Gandhi ada tujuh dosa sosial yang harus dihindari oleh setiap manusia yaitu kekayaan tanpa kerja, politik tanpa prinsip, kegiatan ekonomi atau bisnis tanpa moralitas, pendidikan tanpa karakter, kenikmatan tanpa hati nurani, ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan, dan agama tanpa pengorbanan. Penjajahan Inggris di India menghadirkan dua hal yang bertentangan. Hal tersebut karena di satu pihak penindasan yang dilakukan oleh Inggris mempunyai implikasi yang bersifat destruktif, dan di lain pihak perlawanan

7 314 itu sendiri juga berimplikasi destruktif. Atas dasar itulah Mohandas Karamchand Gandhi melancarkan perlawanan dengan cinta yaitu tanpa kekerasan. Salah satu bentuk perlawanan politik yang dilakukan Mohandas Karamchand Gandhi terhadap penjajah Inggris yaitu berupa perlawanan tanpa kekerasan terhadap monopoli garam. Pada tahun 1930 Mohandas Karamchand Gandhi diikuti oleh murid-muridnya mengadakan perjalanan mulai dari Ashram Sabarmati menuju ke pantai Dandi di Pantai India bagain barat. Di sepanjang perjalanan Mohandas Karamchand Gandhi berdoa, pergi ke laut untuk membuat dan mengambil garam. Mohandas Karamchand Gandhi dalam gerakannya melawan penjajah di bidang ekonomi menggunakan suatu tatanan yang didasarkan pada keadilan dan kesamaan, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Filsafat pembangunan Mohandas Karamchand Gandhi diarahkan pada rakyat miskin dengan prinsip swadesi, yaitu bebas mengatur ekonominya sendiri. Bagi Mohandas Karamchand Gandhi, makna swadesi juga terkandung dalam bidang sosial dan politik. Pengembangan ekonomi yang akan dilaksanakan oleh Mohandas Karamchand Gandhi disebut program konstruktif yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan daerah pedesaan dan rakyatnya. Gagasan-gagasan ekonominya berbasis pada kesejahteraan yang berupa tanpa kekerasan, pelestarian nilai-nilai kemanusiaan, bekerja untuk mencari nafkah, kesederhanaan dalam kebutuhan dan keinginan, serta pemberian upah yang adil.

8 Mengenai bagaimana manfaat dari makna cinta menurut Mohandas Karamchand Gandhi bagi pengembangan solidaritas sosial di Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut. Masyarakat Indonesia diwarnai oleh keanekaragaman, yang sering disebut dengan istilah masyarakat majemuk. Kemajemukan tersebut ditandai dengan adanya berbagai macam etnis, bahasa, kebudayaan, adat-istiadat dan agama. Kondisi yang semacam ini telah disadari oleh para pendiri negara pada saat merumuskan Pancasila. Walaupun Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila, memiliki bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia, dan bersemboyankan bhinneka tunggal ika, akan tetapi di dalam struktur masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk tersebut, selain dalam suasana yang bersatu, akan tetapi masih terdapat konflik, baik yang kecil maupun besar. Sebagai contoh yaitu konflik antara etnis di Maluku dan Maluku Utara tahun , Konflik Dayak dengan Madura tahun 2001, kerusuhan bulan Mei 1998 di Jakarta, kasus Ahmadiyah atau Transito Mataram 1998 dan 2006, serta konflik Lampung pada tahun Kelima konflik tersebut menelan korban jiwa dan harta benda yang tidak sedikit. Apabila ditinjau menurut teori fungsionalisme struktural dan teori konflik (non Marxis) apa yang terjadi di Indonesia itu merupakan sesuatu yang wajar, karena menurut kedua teori tersebut, pada dasarnya suatu masyarakat berdinamika kearah integrasi dan konflik. Melihat kenyataan yang demikian, menunjukkan bahwa kondisi solidaritas sosial di Indonesia telah mengendor. Hal tersebut menunjukkan ikatan cinta, baik antar individu dengan individu maupun individu dengan masyarakat mulai tererosi.

9 316 Selanjutnya yang menjadi pertanyaan ialah dapatkan makna cinta menurut Mohandas Karamchand Gandhi dimanfaatkan dalam rangka pengembangan solidaritas sosial masyarakat di Indonesia. Apabila ditinjau dari aspek kesejarahannya, hal itu menunjukkan adanya bukti historis bahwa Indonesia pernah menerima pengaruh dari negara India, yaitu negara tempat Mohandas Karamchand Gandhi lahir, hidup, dan membaktikan dirinya. Dalam hal ini bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila, tidak serta merta menolak terhadap semua pengaruh filsafat yang berasal dari luar (asing), artinya bahwa bangsa dapat menerima pengaruh dari luar (asing), sejauh tidak bertentangan dengan Pancasila, dan tidak merusak kepribadian bangsa Indonesia. Selanjutnya mengingat sampai saat ini di Indonesia pada khususnya, dan di dunia pada umumnya masih sering dilanda konflik, maka mungkinkah adanya etika global yang mengatur hubungan antar suku bangsa dalam suatu negara dan hubungan suatu bangsa dengan suatu bangsa di negara yang lain. Penulis menyadari bahwa hal itu tidak mudah, mengingat suatu etnis ataupun suatu bangsa mempunyai asumsi dasar pemikiran yang berbeda. Untuk maksud tersebut mungkin diperlukan dialog antar bangsa atau kelompok suatu bangsa untuk mengkaji kemungkinan perlu adanya norma etik yang bersifat global. Di samping untuk itu perlu adanya Dewan Etik Internasional yang bertugas menangani pelanggaran-pelanggaran yang bernuansa moralitas. Semoga pemikiran ini ada manfaatnya, amin.

10 317 B. Saran Perkenankanlah dengan ini penulis menyampaikan saran, baik yang berkaitan dengan penelitian tentang Mohandas Karamchand Gandhi maupun dengan proses pengembangan solidaritas sosial di Indonesia sebagai berikut : 1. Penelitian tentang Mohandas Karamchand Gandhi perlu diteruskan, baik secara filosofis, historis, sosiologis, psikologis, agama, maupun tinjauan yang bersifat gabungan antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lain. Hal tersebut mengingat pemikiran-pemikiran Mohandas Karamchand Gandhi tidak hanya terdapat di dalam buku-buku saja, akan tetapi juga terdapat dalam majalah-majalah miliknya, ceramah-ceramah, pikiran, ucapan, tindakan, pesan-pesan, tulisan para pengikut-pengikutnya, dan tulisan musuhmusuhnya. 2. Pemerintah hendaknya memasukkan filsafat India, di Perguruan Tinggi paling tidak sebagai matakuliah pilihan mengingat di Indonesia sangat banyak peninggalan kebudayaan India yang di dalamnya syarat dengan nilai-nilai kefilsafatan. 3. Pemerintah hendaknya selekif dalam menerima pengaruh asing, dan untuk maksud tersebut hendaknya nilai-nilai dan moral Pancasila digunakan sebagai pertimbangan, terutama pada aspek moralnya. 4. Pemerintah seyogyanya membentuk Dewan Etik Nasional yang bertugas menangani pelanggaran etik, sebab bentuk pelanggaran yang ada dewasa ini tidak saja bersifat kriminal, akan tetapi juga bersifat etik. Untuk maksud tersebut hendaklah diadakan studi kelayakan untuk menjaring perlu tidaknya

11 318 suatu badan yang menangani pelanggaran etik yang bersifat nasional, dan apabila memungkinkan juga bersifat internasional 5. Penulis mengajak kepada segenap masyarakat Indonesia agar senantiasa meningkatkan solidaritas sosial di Indonesia, tanpa memandang ras, suku, agama, jenis kelamin, status, agar persatuan Indonesia senatiasa bersifat lestari.