BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak dan dewasa,
|
|
- Sudirman Salim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak dan dewasa, pada masa ini ada juga keraguan terhadap peran yang akan dilakukan. Remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Remaja mulai mencoba-coba bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa, misalnya merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks. Tindakan ini tidak sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku di masyarakat. Apabila tidak dikendalikan dapat menjurus kepada tindak kejahatan. Sebagai contoh: remaja dari keluarga tidak mampu kecanduan obat-obatan terlarang, orang tuanya tidak bisa memberikan uang sebagai alat untuk pemuas kebutuhan sehingga tidak ada jalan lain kecuali mencuri uang temannya. Pencurian ini tergolong kejahatan yang dilakukan oleh remaja atau yang lebih dikenal sebagai kenakalan remaja (juvenile delinquency). Minddendorff mengemukakan pendapatnya pada salah satu karangan Kartini Kartono menyatakan bahwa ada kenaikan jumlah juvenile delinquency (kejahatan anak remaja) dalam kualitas, dan peningkatan dalam kegarangan serta kebengisannya yang lebih banyak dilakukan dalam aksi-aksi kelompok daripada tindak kejahatan individual. 1 Fakta kemudian menunjukkan bahwa Persada, hal Kartini, Kartono, 2002, Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja, Jakarta: PT Raja Grafindo 1
2 2 semua tipe kejahatan remaja itu semakin bertambah jumlahnya dengan semakin lajunya perkembangan industrialisasi dan urbanisasi. Kartini Kartono menyatakan dalam pendapatnya sebagai berikut: Di kota-kota industri dan kota besar yang cepat berkembang secara fisik, terjadi kasus kejahatan yang jauh lebih banyak daripada dalam masyarakat primitif atau di desa-desa. Di Indonesia masalah kenakalan remaja telah mencapai tingkat yang cukup meresahkan masyarakat. Pengaruh sosial dan kultural memainkan peranan yang besar dalam pembentukan atau pengkondisian tingkah laku kriminal anak-anak remaja. Perilaku anak-anak ini menunjukkan tanda-tanda kurang atau tidak adanya korfomitas terhadap norma-norma sosial, mayoritas juvenile delinquency berusia di bawah 21 tahun. Anak tertinggi tindak kejahatan ada pada usia tahun dan sesudah umur 22 tahun, kasus kejahatan yang dilakukan oleh delinkuen menjadi menurun. 2 Hasil penelitian yang relevan dengan pendapat Kartini Kartono di atas adalah penelitian Hindelang dan McDermott (1981) yang meneliti usia pelaku yang berhasil dilaporkan oleh korban kepada National Crime Survey dan mereka itu dilihat (misalnya perkosaan, perampokan, penyerangan, dan penjambretan) selama Mereka menemukan bahwa tingkat tertinggi pelaku kejahatan berusia tahun, diikuti oleh mereka yang berusia tahun. Tingkat yang lebih rendah adalah mereka yang berusia di atas 20 tahun. Studi tentang pelanggaran hukum dan kejahatan orang dewasa juga menunjukkan pola menurunnya pelaku kejahatan, yang mencapai puncaknya di rentang usia remaja dan menjelang dewasa. Hal itu sejalan dengan distribusi yang digambarkan data UCR (Elliott et al. 1983; Rowe dan Tittle, 1977). 3 2 Kartini Kartono, Op. Cit, hal 4 3 Polda Metro Jaya. Usia dan Kejahatan. hal 2. diakses tanggal 14 Desember 2010 pukul WIB.
3 3 Pada saat mulai memasuki atau mengantisipasi usia dewasa, pemuda mulai merasa ikatan sosialnya menguat bersamaan dengan kian luasnya akses atas pekerjaan atau pendidikan lanjut, serta meningkatnya perhatian untuk menciptakan relasi permanen dan menetap. Sampson dan Laub (1990), dengan menggunakan data yang dikumpulkan Sheldon dan Eleanor Glueck, melaporkan bahwa stabilitas kerja dan ikatan perkawinan yang kuat memiliki dampak pada kontrol sosial yang besar dalam mengurangi perilaku kriminal orang dewasa, baik yang bersangkutan memiliki atau tidak memiliki catatan kriminal pada masa remaja. 4 Kejahatan seksual banyak dilakukan oleh anak-anak usia remaja sampai dengan umur menjelang dewasa, dan kemudian pada usia pertengahan. Tindak merampok, menyamun dan membegal, 70% dilakukan oleh orang-orang muda berusia tahun. Selanjutnya, mayoritas anak-anak muda yang terpidana dan dihukum disebabkan oleh nafsu serakah untuk memiliki, sehingga mereka banyak melakukan perbuatan mencopet, menjambret, menipu, merampok, menggarong, dan lain-lain. Dalam catatan kepolisian pada umumnya jumlah anak laki-laki yang melakukan kejahatan dalam kelompok geng-geng diperkirakan 50 kali lipat daripada geng anak perempuan, sebab anak perempuan pada umumnya lebih banyak jatuh ke limbah pelacuran, promiskuitas (bergaul bebas dan seks bebas dengan banyak pria) dan menderita gangguan mental, serta perbuatan minggat dari rumah. 5 4 Polda Metro Jaya, Op. Cit, hal 4 5 Kartini Kartono, Op. Cit, hal. 7.
4 4 Kenakalan remaja dapat didefinisikan sebagai suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau masa transisi antara anak-anak dan dewasa. Dengan kata lain, kenakalan remaja merupakan tindakan oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar peraturan masyarakat maupun hukum yang ditetapkan pemerintah. Perbuatan remaja mencopet, menjambret, menipu, menggarong merupakan perbuatan yang tidak bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya, karena dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang melanggar hukum. Kenakalan remaja perlu diatasi dengan segera, berbagai pihak ikut bertanggung jawab mengenai masalah ini, seperti kelompok edukatif di lingkungan sekolah, pemerintah, hakim dan jaksa di bidang penyuluhan dan penegakan hukum, kepolisian, masyarakat serta peranan keluarga. Kepolisian dengan tugas memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat diharapkan andilnya dalam mengatasi kenakalan remaja. Polres Karanganyar sebagai lembaga institusi POLRI (Kepolisian Republik Indonesia) di Kabupaten Karanganyar ikut bertanggung jawab dalam penanganan kenakalan remaja sebab kasus-kasus kenakalan remaja sudah semakin merebak di Kabupaten Karanganyar, hal ini dapat dilihat dari keterlibatan remaja dalam masalah narkotik dan obat-obatan terlarang, tawuran antar pelajar, dan sebagainya. Atas dasar uraian tersebut, maka diadakan penelitian yang berkaitan masalah tersebut ke dalam skripsi dengan judul Peran Polres dalam
5 5 Penanganan Kenakalan Remaja di Kabupaten Karanganyar, dengan alasan sebagai berikut: 1. Kasus kenakalan remaja di Kabupaten Karanganyar semakin merebak Hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah kasus tawuran antar pelajar serta semakin maraknya penggunaan narkoba dari kalangan remaja. Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Kabupaten Karanganyar mengalami perkembangan yang pesat dalam pembangunan, tempat-tempat hiburanpun dibangun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terutama para remaja yang haus akan hiburan. Diskotik, cafe menjadi ajang bagi para remaja untuk berkumpul bersama teman-temannya. Tempat- tempat seperti ini rawan terhadap peredaran narkoba sebab remaja yang ingin melepaskan pikiran yang frustasi bisa menggunakan narkoba supaya fly dan melupakan masalah yang dihadapi dalam waktu sejenak. Tawuran antar pelajar juga merupakan kasus yang mendapat perhatian khusus Polres Karanganyar, khususnya tawuran antar siswa SMU yang sering terjadi di Kabupaten Karanganyar. Ironisnya para pelajar tersebut hanya ikut-ikutan teman tanpa tahu pasti penyebab mereka tawuran, seperti tawuran antar pelajar SMK Tunas Muda dan SMK Satya Karya yang bentrok di pertigaan Pasar Tiban, Bejen pada tanggal 21 Juni 2010 sekitar pukul WIB Faktor-faktor penyebab kenakalan remaja perlu ditelusuri untuk mengetahui cara penanganannya 6 Polres Karanganyar, 2010, Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kenakalan Remaja dan Penyakit Masyarakat, Karanganyar : Reskrim Polres Karanganyar.
6 6 Penyebab kenakalan remaja bisa berasal dari dalam diri remaja sendiri (internal) dan pengaruh dari luar (eksternal). Faktor int ernal misalnya kurangnya penyaluran emosi, kebutuhan penyaluran emosi yang kurang tersalurkan bisa mendorong remaja melakukan tindakan yang melanggar aturan atau norma yang berlaku. Penanganan terhadap hal tersebut dapat dilakukan dengan pemberian bekal agama untuk memberikan keseimbangan antara jasmani dan rohani sehingga remaja bisa mengontrol emosinya. Lain halnya dengan penyebab yang datang dari luar (eksternal), seperti lingkungan yang mayoritas berperilaku menyimpang (lingkungan pencuri, pembegal, pengompas) untuk menanganinya dilakukan dengan cara melibatkan aparat penegak hukum. Remaja yang melakukan tindakan pencurian bisa diamankan aparat penegak hukum, dalam hal ini Polres Karanganyar untuk selanjutnya diadakan penyidikan dan kalau terbukti bersalah dapat dijatuhi sanksi pidana Semua pihak ikut bertanggung jawab dalam kasus-kasus kenakalan remaja terutama Polres sebagai institusi pemerintah yang bertugas sebagai pelindung dan pengayom masyarakat Penanganan kenakalan remaja dapat memperoleh hasil yang maksimal apabila mendapat dukungan dari keluarga, sekolah, masyarakat tempat remaja berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Keluarga sebagai lingkungan terdekat remaja hendaknya mampu menanamkan nilai-nilai agama dan moral sebagai pegangan hidup. Orang tua tidak hanya 7 Polres Karanganyar, Op Cit, hal. 3.
7 7 mencukupi kebutuhan jasmani tetapi juga memberikan rasa aman, kasih sayang guna memenuhi kebutuhan rohani. Sekolah merupakan tempat remaja menuntut ilmu hendaknya bisa membimbing remaja yang nakal dengan bantuan guru BK (B imbingan dan Konseling) menyelesaikan masalah-masalah yang menjadi beban anak didiknya. Selain keluarga dan sekolah, masyarakat juga ikut berperan dalam penanganan kenakalan remaja dengan cara menciptakan lingkungan yang aman bebas dari segala pengaruh buruk yang bisa mengganggu perkembangan remaja mengingat masyarakat menjadi lingkungan yang paling menentukan remaja menjadi nakal atau tidak. 8 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Kenakalan remaja dapat menimbulkan kerugian pada diri pribadi remaja serta bisa merugikan orang lain. Oleh karena itu diperlukan upaya penanganan masalah kenakalan remaja baik berupa usaha preventif, tindakan represif, maupun tindakan kuratif dan rehabilitasi. Namun demikian, dalam penelitian ini hanya membatasi pada penanganan Polres (Kepolisian Resort) Karanganyar dalam hubungannya dengan kasus-kasus kenakalan remaja yang terjadi di Kabupaten Karanganyar. 8 Polres Karanganyar, 2010, Bahan Penyuluhan Penanggulangan Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkoba, Karanganyar : Reskrim Polres Karanganyar.
8 8 2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: a. Bagaimanakah bentuk-bentuk kenakalan remaja di Kabupaten Karanganyar? b. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja di Kabupaten Karanganyar? c. Bagaimanakah peran Polres dalam penanganan kenakalan remaja di Kabupaten Karanganyar? C. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan penelitian di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui gambaran atau deskripsi tentang bentuk-bentuk kenakalan remaja di Kabupaten Karanganyar. b. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja di Kabupaten Karanganyar. c. Untuk mengetahui peran Polres dalam penanganan kenakalan remaja di Kabupaten Karanganyar. 2. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dalam hal ini adalah: a. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi pihat-pihak yang menangani permasalahan kenakalan
9 9 remaja, seperti keluarga, sekolah, masyarakat serta pemerintah, sehingga permasalahan tersebut tidak semakin memprihatinkan. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai tambahan khasanah pengetahuan, atau sebagai bahan kajian ilmiah suatu gejala sosial kehidupan remaja, khususnya kenakalan remaja. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan pada mata kuliah yang berkaitan Sosiologi, Kriminologi, dan Hukum. b. Manfaat Praktis Penelitian ini secara tidak langsung bermanfaat untuk mengarahkan remaja, dan meminimalkan tingkat kenakalan remaja, dangan cara melakukan upaya-upaya preventif (pencegahan) dan represif (pe mberian hukuman) sehingga kualitas maupun kuantitas kenakalan remaja menjadi berkurang. Selain itu, data ini diharapkan mampu memberi masukan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan dalam permasalahan kenakalan remaja. D. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut : Gambar 1 Kerangka Teoritik Persiapan terhadap penanganan kenakalan remaja Pelaksanaan penanganan kenakalan remaja Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan penanganan kenakalan remaja Hasil dari penanganan kenakalan remaja
10 10 Bagan diatas menggambarkan mengenai peran Polres dalam penanganan kenakalan remaja di Kabupaten Karanganyar yang merupakan peran yang dimiliki oleh Polres dalam menangani perbuatan-perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak-anak atau orang di bawah umur. Kenakalan remaja menjadi masalah serius bangsa Indonesia sebab remaja adalah generasi penerus bangsa yang diharapkan peran sertanya di masa depan. Apabila perilaku remaja buruk tentunya tanggung jawab memikul beban untuk menjadi generasi penerus cita-cita bangsa sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu Polres Karanganyar sebagai salah satu lembaga pemerintah ikut serta melakukan beberapa langkah untuk mencapai hasil yang maksimal. Langkah pertama perlu dilakukan persiapan oleh Polres Karanganyar dengan membentuk suatu bagian di bawah Kapolres yang dinamakan bagian Binamitra. Bagian Binamitra ini bertugas mengatur penyelenggaraan dan mengawasi atau mengarahkan pelaksanaan penyuluhan masyarakat, pembinaan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa leh satuan-satuan fungsi yang berkompeten membina hubungan kerjasama dengan organisasi/ tokoh sosial/ kemasyarakatan dan instansi pemerintah khususnya polsus (polisi khusus), PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil), dan pemerintah daerah dalam rangka otonomi daerah, dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan warga masyarakat pada hukum dan peraturan perundang- undangan, pengembangan Pengamanan swakarsa dan pembinaan hubungan POLRI- masyarakat yang kondusif sebagai pelaksanaan tugas POLRI.
11 11 Penanganan kenakalan remaja menjadi salah satu tugas Binamitra sebagai bagian dalam Polres Karanganyar. Binamitra khusus menangani kenakalan remaja yang tidak terkait dengan tindak pidana, sedangkan untuk kenakalan remaja yang mengandung unsur pidana menjadi tanggung jawab bagian Sat Reskim (Satuan Reserse Kri minal). Perlu digaris bawahi disini, tugas Polres hanya terbatas pada tindakan penyidikan saja. Langkah persiapan dilanjutkan dengan pelaksanaan penanganan kenakalan remaja di lapangan dengan melakukan pengamanan terhadap remaja yang terbukti telah melanggar aturan norma, atau hukum di masyarakat. Dalam hal ini Polres dapat melakukan penangkapan serta pengamanan terhadap remaja yang melanggar aturan untuk selanjutnya dilakukan penyidikan guna membuktikan bersalah atau tidak. Sebagai contoh, tindakan Polres menangkap dan mengamankan para pelajar yang terlibat tawuran antar sekolah di Kabupaten Karanganyar. Polres dalam melaksanakan perannya menangani kenakalan remaja tentunya ada faktor-faktor yang mendukung dan menghambat. Faktor pendukung dapat mempermudah Polres Karanganyar dalam menjalan perannya, misalnya keprofesionalan aparat Polres. Dengan penanganan secara profesional kenakalan remaja di Kabupaten Karanganyar otomatis dapat ditekan jumlahnya baik secara kualitas maupun kuantitas. Sedangkan faktor penghambat bisa mempersulit kerja dari Polres, sebagai contoh sulit untuk menyadarkan remaja yang terlibat masalah kenakalan remaja sebab pada masa ini remaja bertindak lebih berdasarkan emosi daripada rasio. Tanpa berfikir lebih dahulu remaja bisa melakukan tindakan-tindakan pelanggaran hanya
12 12 untuk pelampiasan emosi saja tanpa memikirkan dampak dari perbuatan yang dilakukan. Sedangkan langkah berikutnya yakni untuk mengetahui berhasil tidaknya pelaksanaan penanganan kenakalan remaja oleh Polres dapat dilihat dari hasil baik secara kualitatif maupun kuantutatif dalam jangka waktu tertentu mengalami penurunan/ peningkatan. Terhadap hasil tersebut dapat dilakukan koreksi agar dalam waktu ke depan kekurangan kekurangan dapat diperbaiki untuk mencapai keberhasilan penanganan kenakalan remaja pada masa yang akan datang. Dengan demikian dapat digaris bawahi bahwa dalam pelaksanan peran Polres menangani kenakalan remaja di Kabupaten Karanganyar, meliputi tiga hal penting, antara lain: 1. Persiapan terhadap penanganan kenakalan remaja sebagai langkah yang paling menentukan dalam keberhasilan menurunkan kenakalan remaja dari segi kualitas maupun kuantitas 2. Pelaksanaan penanganan kenakalan remaja yang mendapat dukungandukungan serta hambatan-hambatan di lapangan 3. Hasil dari pelaksanaan penanganan dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui berhasil tidaknya penanganan kenakalan remaja dalam kurun waktu tertentu. E. Metode Penelitian Penelitian dalam karya ilmiah, merupakan bagian yang sangat penting, karena bertujuan untuk mencari, menemukan, mengembangkan, meningkatkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Untuk memperoleh
13 13 penelitian yang bermutu, baik, sistematis sekaligus dapat dipertanggungjawabkan, maka diperlukan metode penelitian tertentu. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian diskriptifanalistis yaitu menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan di atas. 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metode pendekatan yuridis sosiologis yaitu pada tahap awal yang diteliti adalah data sekunder, untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian pada data primer di lapangan, atau terhadap masyarakat. 9 Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara rinci, sistematis dan menyeluruh mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan peran Polres dalam penanganan kenakalan remaja di Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini menekankan pada bentuk kenakalan remaja, faktor penyebab serta peran Polres dalam penanganan kenakalan remaja dengan cara studi kasus di Polres Karanganyar. 2. Jenis Penelitian Penelitian yang penulis susun adalah penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dimaksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala- gejala lainnya. Maksudnya adalah mempertegas hipotesa- 9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, hal. 52
14 14 hipotesa agar dapat membantu memperkuat teori-teori lama, atau di dalam kerangka penyusunan teori baru Lokasi Penelitian Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, maka penulis melakukan penelitian di Polres Karanganyar karena dengan pertimbangan pihak Polres mengemban tugas dalam penanganan kenakalan remaja khususnya yang menjurus pada tindak kriminal di wilayah hukum Polres Karanganyar baik tindakan secara preventif, represif maupun kuratif. 4. Jenis Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis data sebagai berikut: a. Data Primer Adapun data primer ini akan diperoleh melalui keterangan atau fakta yang secara langsung diperoleh melalui penelitian dilapangan yang dilakukan di Polres Karanganyar, dalam hal ini dengan pihak-pihak yang terkait langsung dengan permasalahan yang diteliti. b. Data Sekunder Keterangan ini tidak diperoleh secara langsung tetapi diperoleh dari arsip dokumen, literatur, dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian ini. 10 Soerjono Soekanto, Op. Cit, hal 10.
15 15 5. Sumber Data Sesuai dengan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan sumber data sebagai berikut: a. Sumber Data Primer Sumber data primer yakni Polres Karanganyar yang memiliki tugas dalam penanganan kenakalan remaja. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder merupakan sumber data yang dapat menunjang sumber data primer dan mempunyai kaitan erat dengan sumber data primer. Yang menjadi sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah peraturan perundang-undangan, buku-buku literatur dan putusan pengadilan yang berkaitan dengan penelitian ini. 6. Teknik Pengumpulan Data Guna memperoleh data yang sesuai dan yang mencakup permasalahn yang diteliti, maka dalam penulisan ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Studi Lapangan Yaitu pengumpulan data dengan cara terjun langsung kepada tempat obyek penelitian untuk memperoleh apa yang dikehendaki. Dalam hal ini melalui wawancara dengan melakukan tanya jawab secara langsung baik lisan maupun tertulis dengan sumber data yang berhubungan dengan objek penelitian.
16 16 b. Studi Kepustakaan Yaitu dengan mempelajari, mengkaji literatur, peraturan perundangundangan, serta sumber tertulis lainnya untuk mendapatkan data yang berhubungan dan berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan. 7. Teknik Analisis Data Penelitian ini dalam menganalisa data menggunkan metode analisis kualitatif. Menurut Soerjono Soekanto, analisis kualitatif adalah suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis serta lisan dan juga perilaku yang nyata diteliti sebagai suatu yang utuh. 11 Analisis data kualitatif sebagai cara penjabaran data berdasarkan hasil temuan di lapangan dan studi kepustakaan, kemudian disusun dan dilakukan reduksi dan pengolahan data sehingga menghasilkan suatu sajian data yang kemudian dari data tersebut ditarik suatu kesimpulan. G. Sistematika Skripsi Sistematika skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi dan bagian penutup. Bagian Awal, terdiri dari bagian judul luar maupun dalam, halaman persetujuan, halaman pengesahan, surat pernyataan keaslian skripsi, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, halaman daftar tabel (kalau ada) dan abstraksi. 11 Soerjono Soekanto, Op. Cit., hal 250.
17 17 Bagian Isi (Pokok) skripsi terdiri dari : Bab I Pendahuluan, dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tinjauan pustaka, tujuan dan manfaat hasil penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika skripsi. Bab II Landasan Teoritis, dalam bab ini diuraikan tentang syarat syarat pemidanaan, strategi penanggulangan kejahatan, kenakalan remaja sebagai suatu kejahatan dalam perspektif hukum pidana dan kriminologi. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, memuat hasil penelitian beserta pembahasannya yang menjelaskan peran Polres terhadap penanganan kenakalan remaja di Kabupaten Karanganyar. Bab IV Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan serta saran yang berkaitan dengan aspek operasional maupun konseptual. Bagian Akhir Skripsi, terdiri dari Daftar Pustaka dan Lampiran.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam teknologi informasi dengan penyebaran norma-norma dan nilai-nilai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan lajunya perkembangan zaman di segala bidang, perubahan ke arah kemajuan bangsa semakin berkembang. Salah satu kemajuan itu tampak dalam teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prilaku remaja pada hakekatnya adalah suatu aktivitas pada remaja itu sendiri, prilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Remaja merupakan fase perubahan baik itu dalam bentuk fisik, sifat, sikap, perilaku maupun emosi. Seiring dengan tingkat pertumbuhan fisik yang semakin berkembang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk di bahas. Perilaku pelajar yang anarkis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati perkembangan tindak pidana yang dilakukan anak selama ini, baik dari kualitas maupun modus operandi, pelanggaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung dan pengayom masyarakat. Hal ini terbukti dari banyaknya jenis tindak pidana dan modus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hasil pembagunan baik fisik maupun mental sosial. tanggungjawab dan bermanfaat sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja sebagai bagian dari generasi muda merupakan suatu kekuatan sosial yang sangat berperan dalam pembangunan bangsa dan negara. Remaja merupakan modal pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pangan, dan papan tercukupi. Akan tetapi pada kenyataannya, masih ada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah sebuah negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Dengan kekayaan yang melimpah tersebut, seharusnya semua kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan dalam kehidupan manusia merupakan gejala sosial yang akan selalu dihadapi oleh setiap manusia, masyarakat, dan bahkan negara. Kenyataan telah membuktikan,
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI PERANAN POLISI DALAM MENANGANI KASUS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR DI POLRES WONOGIRI PADA TAHUN
NASKAH PUBLIKASI PERANAN POLISI DALAM MENANGANI KASUS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR DI POLRES WONOGIRI PADA TAHUN 2012 (Studi Kasus di Polres Wonogiri) Oleh: DELY SETYAWAN A220080019
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara perlu adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan rakyat. Peran dan partisipasi rakyat sangat besar peranannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada zaman modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan manusia seakan tidak mengenal batas ruang dan waktu karena didukung oleh derasnya arus informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fisik maupun pembangunan mental spiritual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi pemerintah yang bertugas sebagai ujung tombak penegakan hukum di Indonesia. Tugas yang diemban ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (2004: 206) menyatakan bahwa Secara psikologis masa remaja adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kejahatan bukanlah hal yang baru, meskipun tempat dan waktunya berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu kota dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompetensi adalah kemampuan untuk melaksanakan satu tugas, peran atau tugas, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Kejahatan merupakan salah satu masalah kehidupan masyarakat
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan merupakan salah satu masalah kehidupan masyarakat Indonesia.Berkaitan dengan masalah kejahatan, maka kekerasan sering menjadi pelengkap dari bentuk kejahatan itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam negara hukum, hukum merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelajar SMP dan SMA dalam ilmu psikologi perkembangan disebut. laku remaja sehari-hari, baik di rumah, di sekolah maupun di dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelajar SMP dan SMA dalam ilmu psikologi perkembangan disebut remaja danmereka beranggapan bahwa mereka bukan kanak-kanak lagi, akan tetapi belum mampu memegang tanggung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, sehingga pembangunan tersebut harus mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia termasuk membangun generasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan sebagai makhluk yang bersifat individual dan juga bersifat sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing yang tentu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Publik Jakarta tersentak tatkala geng motor mengamuk. Mereka menebar teror pada dini hari tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah pelik yang dihadapi bangsa Indonesia dari tahun ke tahun. Lalu apa sebenarnya penyebab kenakalan remaja? Harapan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap norma kesusilaan dan norma hukum. Salah satu dari pelanggaran hukum yang terjadi di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penegakan hukum merupakan salah satu usaha untuk menciptakan tata tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan usaha pencegahan maupun
Lebih terperinciPENGGUNAAN METODE SKETSA WAJAH DALAM MENEMUKAN PELAKU TINDAK PIDANA
PENGGUNAAN METODE SKETSA WAJAH DALAM MENEMUKAN PELAKU TINDAK PIDANA SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam Ilmu Hukum Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat modern yang serba kompleks sebagai produk kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi, dan urbanisasi memunculkan banyak masalah
Lebih terperinciTinjauan tentang disparitas putusan hakim pada tindak pidana perkosaan (studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)
Tinjauan tentang disparitas putusan hakim pada tindak pidana perkosaan (studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) Oleh: Putrie Tiaraningtyas NIM: E 0001199 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk didapat, melainkan barang yang amat mudah didapat karena kebutuhan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Narkoba sendiri merupakan barang yang tidak lagi dikatakan barang haram yang susah untuk didapat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi dan kemajuan teknologi yang terjadi dewasa ini telah menimbulkan dampak yang luas terhadap berbagai bidang kehidupan, khususnya di bidang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan peralihan transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja erat kaitannya dan sering sekali dihubung-hubungkan dengan yang namanya kenakalan remaja. Masa remaja secara umum merupakan peralihan transisi dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Segala bentuk kekerasan yang dapat mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang harus dapat ditegakkan hukumnya. Penghilangan nyawa dengan tujuan kejahatan, baik yang disengaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada tahap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada tahap ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi
Lebih terperinciPERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)
PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA (Studi Kasus di Polres Sukoharjo) SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi permasalahan, banyaknya kasus yang ditemukan oleh aparat penegak hukum merupakan suatu bukti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang tidak dapat terelakkan akibat meningkatnya laju pertumbuhan kendaraan bermotor yang cukup tinggi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak pada kehidupan sosial ekonomi individu, masyarakat, bahkan negara. Gagal dalam studi,gagal dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu, sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa
Lebih terperincimelaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah
A. Latar Belakang Keamanan dan ketertiban di dalam suatu masyarakat merupakan masalah yang penting, dikarenakan keamanan dan ketertiban merupakan cerminan keamanan di dalam masyarakat melaksanakan kehidupan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi ketentraman dan rasa aman merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang tertuang dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana adalah suatu pelanggaran norma-norma yang oleh pembentuk undang-undang ditanggapi dengan suatu hukuman pidana. Maka, sifat-sifat yang ada di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Usia remaja merupakan masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan tingkah laku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khusus untuk melaporkan aneka kriminalitas. di berbagai daerah menunjukkan peningkatan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang kejahatan seakan tidak ada habis-habisnya, setiap hari selalu saja terjadi dan setiap media massa di tanah air bahkan mempunyai ruang khusus untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang adil dan makmur, sejahtera, tertib dan
Lebih terperinciKajian yuridis terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh anak-anak geng nero (studi kasus di Pengadilan Negeri Pati)
Kajian yuridis terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh anak-anak geng nero (studi kasus di Pengadilan Negeri Pati) Oleh : Devy Muria Puspita NIM : E 1104029 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penegakan hukum di lapangan oleh Kepolisian Republik Indonesia senantiasa menjadi sorotan dan tidak pernah berhenti dibicarakan masyarakat, selama masyarakat selalu mengharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penegakan hukum pidana merupakan sebagian dari penegakan hukum di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penegakan hukum pidana merupakan sebagian dari penegakan hukum di dalam sistem hukum. Penegakan hukum pidana dilakukan melalui sistem peradilan pidana. Melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kongkrit. Adanya peradilan tersebut akan terjadi proses-proses hukum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia berdasarkan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 adalah negara hukum. Sebagai negara hukum, peradilan mutlak diperlukan sebab dengan peradilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya kecenderungan yang terus meningkat. Hal ini merupakan ancaman yang serius bukan saja terhadap kelangsungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika pada hakekatnya sangat bermanfaat untuk keperluan medis dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada umumnya mengatur secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya kekerasan yang dilakukan oleh massa sebagai kejahatan kekerasan, sewaktu-waktu berubah sejalan dengan keadaan yang terdapat dalam masyarakat, sehingga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. apabila tingkat perekonomian menengah keatas dan kondisi keamanan yang harmonis,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu negara berkembang yang sedang melakukan pembangunan di segala bidang, dengan tujuan pokok untuk memberikan kemakmuran dan kesejahteraan lahir dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 menegaskan bahwa cita-cita Negara Indonesia ialah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur, materil spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembicaraan tentang anak dan perlindungannya tidak akan pernah berhenti sepanjang sejarah kehidupan karena anak adalah generasi penerus pembangunan, yaitu generasi yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini bangsa Indonesia sedang giat melaksanakan pembangunan nasional. Adanya pertumbuhan dan kemajuan perkembangan kehidupan pembangunan di segala bidang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan internasional, regional dan nasional. Sampai dengan saat ini, penyalahgunaan narkotika di seluruh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dimasa yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dimasa yang akan datang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dan perkembangan penduduk di Indonesia berkembang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan penduduk di Indonesia berkembang sangat pesat seperti pertumbuhan dan perkembangan tindak pidana juga semakin meningkat pula, salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum. Indonesia memiliki banyak keanekaragaman budaya dan kemajemukan masyarakatnya. Melihat dari keberagaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat timbul disebabkan oleh faktor- faktor penyebab, baik faktor intern
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan merupakan suatu gejala sosial yang berada di dalam suatu masyarakat yang dapat dilihat dari berbagai aspek yang berbeda. Kejahatan dapat timbul disebabkan
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan NAPZA merupakan salah satu ancaman yang cepat atau lambat dapat menghancurkan generasi muda. Negara Indonesia merupakan negara yang tidak lepas dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kriminalitas berasal dari kata crimen yang berarti kejahatan. Berbagai sarjana
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kriminalitas berasal dari kata crimen yang berarti kejahatan. Berbagai sarjana telah berusaha memberikan pengertian kejahatan secara yuridis berarti segala tingkah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari segi hukum ada perilaku yang sesuai dengan norma dan ada pula perilaku yang tidak sesuai dengan norma. Terhadap perilaku yang sesuai dengan norma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab besar demi tercapainya cita-cita bangsa. Anak. dalam kandungan. Penjelasan selanjutnya dalam Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan tumpuan sekaligus harapan dari semua orang tua. Anak merupakan satu-satunya penerus bangsa yang mempunyai tanggung jawab besar demi tercapainya cita-cita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah ciptaan Tuhan yang Maha Kuasa perlu dilindungi harga diri dan martabatnya serta dijamin hak hidupnya untuk tumbuh dan berkembang sesuai fitrah dan
Lebih terperinciPERAN UNITBINMAS (UNIT PEMBINAAN MASYARAKAT) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA PELAJAR. (Studi Kasus Pada Polsek Kerjo Kabupaten Karanganyar)
PERAN UNITBINMAS (UNIT PEMBINAAN MASYARAKAT) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA PELAJAR (Studi Kasus Pada Polsek Kerjo Kabupaten Karanganyar) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,
1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkotika dapat mengakibatkan sindroma ketergantungan apabila penggunaannya tidak di bawah pengawasan dan petunjuk tenaga kesehatan yang mempunyai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan merupakan suatu masalah yang ada di dalam kehidupan masyarakat, baik dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang berbudaya modern
Lebih terperinciKajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )
Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ) OLEH : Aswin Yuki Helmiarto E 0003104 BAB I PENDAHULUAN A.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum adalah Negara Republik Indonesia. Negara Indonesia adalah negara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara yang berdasarkan hukum, atau sering disebut sebagai negara hukum adalah Negara Republik Indonesia. Negara Indonesia adalah negara hukum yang selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan berusaha mencari sesuatu dengan segala upaya memenuhi kepuasannya, baik dari segi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dampak yang buruk terhadap manusia jika semuanya itu tidak ditempatkan tepat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin tingginya nilai sebuah peradaban dari masa ke masa tentunya mampu memberikan kemajuan bagi kehidupan manusia, namun tidak dapat dilupakan juga bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diwajibkan kepada setiap anggota masyarakat yang terkait dengan. penipuan, dan lain sebagainya yang ditengah masyarakat dipandang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadirnya hukum pidana dalam masyarakat digunakan sebagai sarana masyarakat membasmi kejahatan. Oleh karena itu, pengaturan hukum pidana berkisar pada perbuatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di segala bidang, dalam rangka membangun Indonesia seutuhnya dan mewujudkan suatu masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipersiapkan sebagai subjek pelaksana cita-cita perjuangan bangsa. Berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembicaraan tentang anak dan perlindungannya tidak akan pernah berhenti sepanjang sejarah kehidupan, karena anak adalah generasi penerus bangsa yang dipersiapkan sebagai
Lebih terperinciBAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan
BAB II KEBIJAKAN HUKUM PIDANA YANG MENGATUR TENTANG SISTEM PEMIDANAAN TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA DI INDONESIA A. Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Kejahatan yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan semakin meningkat. Dapat kita amati dari pemberitaan-pemberitaan baik di media cetak maupun elektronika
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak sedikit membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia dalam meningkatkan sumber daya manusia, sebagai modal dasar pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah bagian generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terjadinya pelanggaran lalu lintas merupakan salah satu bentuk problematika yang sering menimbulkan permasalahan di jalan raya. Hal tersebut dapat dilihat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mempunyai ciri dan sifat khusus, karena anak merupakan titipan dari Tuhan yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan bagian dari generasi muda yang memiliki peranan strategis yang mempunyai ciri dan sifat khusus, karena anak merupakan titipan dari Tuhan yang diberikan kepada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara hukum, menyebabkan kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pergaulan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara hukum, menyebabkan kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pergaulan hidup manusia dimasyarakat yang diwujudkan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan pembinaan,sehingga anak tersebut bisa tumbuh menjadi anak yang cerdas dan tanpa beban pikiran
Lebih terperinciSikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat. Oleh : Suzanalisa
Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat Oleh : Suzanalisa ABSTRAK Tindak pidana kekerasan premanisme yang sangat lekat dengan pelanggaran hukum
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perubahan kehidupan manusia pada era globalisasi sekarang ini terjadi dengan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan kehidupan manusia pada era globalisasi sekarang ini terjadi dengan cepat, karena perkembangan teknologi dalam berbagai bidang kian canggihnya dan kian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak termasuk golongan dewasa dan juga bukan golongan anak-anak, tetapi remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu periode dalam perkembangan individu yang mengalami perubahan dari masa anak-anak menuju dewasa. Remaja memiliki arti yang khusus, karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar di Indonesia termasuk di Kota Medan. Sejak berbagai pemberitaan tentang geng motor menjadi sajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus diselesaikan atas hukum yang berlaku. Hukum diartikan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum, sehingga segala sesuatu permasalahan yang melanggar kepentingan warga negara indonesia (WNI) harus diselesaikan atas hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum dan merugikan masyarakat (Bambang Waluyo, 2008: 1). dengan judi togel, yang saat ini masih marak di Kabupaten Banyumas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), perilaku manusia di dalam hidup bermasyarakat dan bernegara justru semakin kompleks dan
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN DAN PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DOMESTIK
1 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN DAN PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DOMESTIK ABSTRAKSI SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perkembangan era globalisasi ini, yang semuanya serba modern dengan keterbukaan di semua lini, masalah-masalah cenderung meningkat pesat, mulai dari kurang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi hal itu dilakukan dalam bingkai perkawinan. Usaha pembaharuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perzinahan akan dipandang tercela atau dilarang dalam KUHP jika terjadi hal itu dilakukan dalam bingkai perkawinan. Usaha pembaharuan hukum pidana Indonesia
Lebih terperinci