BAB I PENDAHULUAN. Unsur organisasi terkecil dalam masyarakat adalah keluarga batih

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Unsur organisasi terkecil dalam masyarakat adalah keluarga batih"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Unsur organisasi terkecil dalam masyarakat adalah keluarga batih ( nuclear family ). Keluarga batih tersebut merupakan kelompok sosial kecil yang terdiri atas suami, isteri beserta anak-anaknya yang belum menikah. Keluarga batih tersebut lazimnya juga disebut rumah tangga, yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah dan proses pergaulan hidup (Soekanto, 2004 : 1). Keluarga batih memiliki beberapa unsur yang berfungsi sebagai pengembangan kepribadian anak, antara lain adalah kepercayaan, perasaan, tujuan, kaidah-kaidah, kedudukan dan peranan, tingkatan atau jenjang, sanksi, kekuasaan dan fasilitas. Berbagai macam unsur ini memiliki tujuan untuk membentuk jiwa sosial anak yang nantinya akan digunakan untuk kehidupannya mendatang. Hilderd Geertz dalam bukunya yang berjudul Keluarga Jawa berpendapat bahwa keluarga merupakan orang-orang terpenting di dunia ini. Keluargalah yang memberikan kesejahteraan emosional dan keseimbangan orientasi sosial. Keluarga membantu anak-anaknya dalam memberikan bimbingan moral dengan mempelajari nilai-nilai budaya Jawa. Proses sosialisasi merupakan suatu proses berkesinambungan di sepanjang hidup diri pribadi. Aspek ini merupakan hal penting dari keluarga agar anak-anak di kemudian hari dapat berada di tengah masyarakat sebagai suatu kesatuan. Anak-anak sebagai generasi penerus kelak 1

2 2 akan menghadapi berbagai macam situasi dan tekanan masyarakat seperti normanorma tersebut jauh berbeda dengan suasana di dalam keluarganya. Keluarga di dalam masyarakat Jawa mengembangkan nilai-nilai tata krama penghormatan yang mengarah pada penampilan sosial yang harmonis. Nilai-nilai tata krama ini akan dipelajari anak secara alamiah dalam keluarga (Geertz, 1985 : 151). Penanaman nilai-nilai moral tidak terlepas dari keharmonisan keluarga sebagai suasana pendukung jalannya penyemaian nilai-nilai pada anak. Keharmonisan menjadi dasar paling penting dalam hidup rumah tangga keluarga. Sikap-sikap dari pasangan suami-isteri dalam berumah tangga adalah salah satu faktor penting dalam menjaga keharmonisan keluarga dan sangat penting dijaga di depan anak-anaknya, karena konflik yang dilakukan orang tua dapat berdampak buruk pada mental anak. Masyarakat Jawa mengenal ungkapan banyu iku mili medhun, artinya bahwa budi pekerti orang tua dapat ditiru oleh anak keturunannya. Hubungan suami-isteri yang tidak dapat menunjukkan hak dan kewajibannya masing-masing secara berimbang, anak-anak pun dapat menirunya (Endraswara, 2003 : 113). Berdasarkan hal tersebut kiranya sangat penting bagi hubungan suami isteri yang sehat dan harmonis. Orang tua secara tidak langsung memberi contoh berupa tindakan-tindakannya sendiri kepada anak-anaknya, maka orang tua yang memiliki hubungan baik dalam keluarga telah memberikan contoh konkret yang baik dan benar untuk anak-anaknya sendiri. Perkembangan manusia setelah fase anak-anak adalah fase remaja. Fase remaja pada dasarnya bersifat transisional yang artinya, keremajaan merupakan gejala sosial yang bersifat sementara, oleh karena berada antara usia anak-anak

3 3 dengan usia dewasa. Sifat sementara dari kedudukannya mengakibatkan remaja masih mencari identitasnya, karena oleh anak-anak mereka sudah dianggap dewasa, sedangkan orang dewasa mereka masih dianggap kecil (Soekanto, 2004 : 51). Peran orang tua dalam fase remaja sangat penting dalam mengawasi polapola pergaulan anaknya. Orang tua harus memberikan perhatian yang cukup agar dapat memantau perkembangan anak-anaknya sehingga tidak terjerumus dalam pergaulan yang menyimpang pada norma-norma masyarakat. Nurtika Ulfah dalam berita Harianjogja.com tanggal 14 Desember 2016 mengemukakan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan tim P2TP2A, pelaku klitih didominasi masalah ketidakpuasan anak terhadap perlakuan orang tuanya. Orang tua di sisi lain merasa sudah memenuhi kewajiban dan memberikan hak-hak anaknya. Ketidakpuasan tersebut dapat muncul akibat tidak lancarnya komunikasi antara anak dengan orang tua. Ulfah juga berpendapat bahwa orang tua merasa sudah memberikan berbagai macam kebutuhan untuk anaknya namun anak merasa tidak sesuai dengan keinginannya dan menimbulkan ketidakpuasan anak terhadap fasilitas yang diberikan oleh orang tuanya. Orang tua harus mencari tahu sebenarnya yang diinginkan. Ulfah meyakini jika komunikasi antara anak dengan orang tua lancar, anak akan merasa nyaman berada di rumah bersama keluarganya. Anak dapat merasa tidak nyaman berada di rumah karena keinginannya tidak dapat disampaikan ke orang tuanya dan hanya bisa dipendam. Saat hal itu terjadi, anak cenderung mencari pelarian dan aktivitas lain di luar rumah. Di situlah anak bertemu dan bergaul dengan orang-orang atau pelaku

4 4 kekerasan, kalau anak tersebut tidak melakukan hal sama anak akan dikucilkan oleh kelompoknya. Siklus nilai-nilai yang ada dalam masyarakat merupakan sebuah rantai antara masyarakat, keluarga dan anak sebagai generasi penerus. Lingkaran ini saling berhubungan, jika dalam salah satu posisi mengalami perubahan akan membawa perubahan pula pada posisi dan siklus berikutnya. Franz Magnis Suseno sebagai seorang yang mengkaji bidang etika mencoba unuk memaparkan dan menjelaskan tentang etika Jawa melalui metode konstruksi teoritisnya. Suseno berhasil menggabungkan berbagai macam data tentang etika, budaya Jawa dan masyarakat Jawa hingga mendefinisikan etika Jawa adalah keseluruhan norma dan penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat yang bersangkutan untuk mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya (Suseno, 2003 : 6). Suseno juga berpendapat etika Jawa bukanlah hasil dari penggambaran nilai-nilai moral yang muncul dari kehidupan sehari-hari dalam masyarakat Jawa. Etika Jawa adalah kesatuan antara manusia, alam dan kodrati sebagai satu kesatuan yang selaras. Keselarasan ini dianggap bertujuan untuk menciptakan ketentraman dan kedamaian. Manusia harus menggunakan unsur rukun dan hormat dalam kehidupan sehari-harinya (Suseno, 2003 : 227). Berdasarkan pengamatan di atas peneliti akan meneliti tentang nilai-nilai keluarga menurut etika Jawa Franz Magnis Suseno. Franz Magnis Suseno adalah seorang Pastur yang berasal dari Jerman dan telah banyak membahas tentang etika dan berhasil membangun Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyakara Jakarta. Magnis Suseno sebagai orang Jerman telah berhasil memaparkan tentang etika

5 5 Jawa. Franz Magnis Suseno mulai mengamati sikap dan nilai-nilai orang Jawa sejak masuk ke Institut Filsafat Teologi Yogyakarta. Masa studi itu memberi kesempatan besar dan secara leluasa dapat berhubungan dengan orang Jawa terlebih ketika Franz Magnis Suseno mendapatkan tugas pelayanan di desa Boro, kabupaten Kulon Progo. Kesempatan tersebut sangat potensial untuk mempunyai komunikasi masyarakat awam, tidak ada hubungan seperti antara Pastur dengan umatnya atau antara orang luar negeri dengan orang Indonesia asli (sumber diunduh tanggal 18 Februari 2017 pukul WIB). Berdasarkan permasalahan yang ada penulis menyimpulkan bahwa situasi dalam keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan pribadi anak. Kenakalan remaja dilakukan anak sebagai usaha untuk memperlihatkan eksistensinya pada orang lain, hal ini dikarenakan orang tua tidak dapat lagi dijadikan sumber perhatian yang cukup sehingga anak mencari perhatian di luar keluarganya. Penelitian tentang keluarga kiranya masih sangat menarik untuk dibahas. Klitih sebagai salah satu contoh kasus yang sedang marak dilakukan oleh remaja perlu mendapat kajian-kajian lebih mendalam. Salah satu faktor penyebab kenakalan remaja adalah kurang harmonisnya keluarga. Kurang harmonisnya keluarga berdampak pada kurangnya penanaman moral pada anak, sedangkan lembagalembaga formal seperti sekolah tidak menjamin pendidikan moral yang mencukupi untuk setiap anak. Berdasar hal tersebut peneliti akan mencoba mengungkapkan dan memaparkan bahwa nilai-nilai moral keluarga, terutama dalam budaya Jawa mampu mengurangi dan mengantisipasi kenakalan remaja.

6 6 1. Rumusan Masalah Berdasar uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian adalah: a. Apa yang dimaksud dengan nilai-nilai moral keluarga? b. Apa yang dimaksud dengan etika Jawa menurut Franz Magnis Suseno? c. Apa relevansi nilai-nilai moral keluarga menurut etika Jawa Franz Magnis Suseno sebagai alternatif pemecah masalah kasus klitih? 2. Keaslian Penelitian Fokus dari penelitian ini adalah melihat nilai-nilai moral keluarga menurut etika Jawa Franz Magnis Suseno sebagai alternatif pemecah masalah kasus klitih. Sejauh penelusuran peneliti belum banyak penelitian yang secara spesifik membahas tentang nilai-nilai moral keluarga sebagai alternatif pemecah masalah kasus klitih yang sedang marak terjadi di kalangan remaja. Penelitian tentang nilai-nilai moral keluarga, etika Jawa serta kenakalan remaja sudah banyak, namun belum ada penlitian yang secara spesifik membahasnya dalam satu kesatuan penelitian. Berdasarkan data yang dihimpun peneliti, terdapat beberapa skripsi yang berkaitan dengan objek formal dan objek material penelitian: a. Hakikat Perkawinan Dalam Pembinaan Keluarga Yang Bahagia. Skripsi. Fakultas Filsafat UGM. J.B Soetarjo Rososaputro, Tahun Skripsi ini membahas bahwa perkawinan merupakan hal yang sakral, salah satu tujuannya adalah untuk menciptakan keluarga yang bahagia baik rohani maupun jasmani. Perbedaan dengan penelitian ini

7 7 adalah tidak ada kajian khusus terhadap kasus klitih dan nilai-nilai moral keluarga dalam etika Jawa. b. Kenakalan Remaja dan Pembinaannya menurut Etika Ibnu Miskawaih. Skripsi. Fakultas Filsafat UGM. Sudarsono, Tahun Skripsi ini membahas tentang kenakalan remaja beserta pembinaannya berdasarkan pada teori Etika Ibnu Miskawaih. Teori akhlaq Ibnu Miskawaih dapat dijadikan salah satu alternatif untuk mencerdaskan dan menyehatkan mental remaja. Perbedaan dalam penelitian ini adalah nilai-nilai moral keluarga menurut etika Jawa. c. Keselarasan Masyarakat dalam Perspektif Etika Jawa. Skripsi. Fakultas Filsafat UGM. Noviatri Widaryanti, Tahun Skripsi ini membahas tentang keselarasan masyarakat secara umum yang kemudian dibandingan dengan konsep etika Jawa dari Franz Magnis Suseno. Penelitian ini mengkaji prinsip keselarasan dalam etika Jawa namun tidak bersinggungan dengan nilai-nilai moral terlebih kasus klitih. d. Peranan Etika dalam Pelaksanaan Keluarga Berencana. Skripsi. Fakultas Filsafat UGM. Ani Sisminingsih, Tahun Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan program Keluarga Berencana ditinjau melalui sudut pandang etika. Program ini tidak hanya sebagai formalitas program pemerintah, melainkan berusaha memberikan ruang yang optimal untuk setiap keluarga dalam mendidik moral anak-anaknya.

8 8 Penelitian ini tidak menyinggung masalah kasus klitih dan berbeda sudut pandang pada objek formalnya. e. Telaah Konsep Rasa, Toleransi dan Keselarasan Sosial dalam Etika Jawa Menurut Franz Magnis Suseno.Skripsi. Fakultas Filsafat UGM, Dianing Azizah, Tahun Skripsi ini membahas tentang gambaran konstruksi pemikiran dan penjelasan tentang rasa, toleransi, dan keselarasan dalam etika Jawa menurut Franz Magnis Suseno, namun tidak ada pembahasan tentang nilai moral keluarga dan kasus klitih. 3. Manfaat Penelitian Penelitian yang berjudul Nilai-Nilai Moral Keluarga Menurut Etika Jawa Franz Magnis Suseno sebagai Alternatif Pemecah Masalah Kasus Klitih diharapkan bermanfaat untuk: a. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih terhadap ilmu-ilmu lain seperti sosiologi, hukum, psikologi dan filsafat agar menciptakan kajian-kajian baru tentang nilai-nilai moral keluarga. Keterlibatan ilmu-ilmu lain seperti sosiologi, hokum, atau psikologi diharapkan dapat mendukung kajian tentang nilai-nilai moral keluarga yang lebih baru sehingga mampu memberikan alternatif pemecah masalah baru seiring dengan perkembangan zaman.

9 9 b. Bagi Ilmu Filsafat Manfaat penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan nilai-nilai kefilsafatan dalam praktik berkeluarga sebagai penyemaian nilai-nilai moral untuk proses perkembangan anak. Penelitian ini juga diharapkan memberi kontribusi terhadap perkembangan ilmu filsafat dalam menelaah peristiwa yang sering terjadi dewasa ini. Artinya ilmu filsafat mampu untuk dijadikan kacamata dalam mengatasi permasalahan melalui penelitian nilai-nilai moral keluarga ini. c. Bagi Masyarakat dan Bangsa Indonesia Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan baru pada masyarakat dan Bangsa Indonesia berupa hasil penelitian tentang pentingnya nilai-nilai moral keluarga. Nilai moral keluarga seharusnya dapat menjadi pelindung bagi tiap keluarga dalam penyemaian nilainilai moral pada anak. Kenakalan remaja yang terjadi pada dasarnya mampu ditekan dengan nilai-nilai moral keluarga, dengan menjadikan keluarga yang harmonis akan berdampak pada tingkah laku anak yang harmonis pada orang lain. B. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan nilai-nilai moral keluarga menurut etika Jawa Franz Magnis Suseno.

10 10 2. Mendeskripsikan prinsip-prinsip etika Jawa menurut Franz Magnis Suseno. 3. Menganalisis secara reflektif makna nilai-nilai moral keluarga menurut etika Jawa Franz Magnis Suseno sebagai alternatif pemecah masalah kasus klitih. C. Tinjauan Pustaka Keluarga adalah tempat ideal penyemaian budi pekerti. Anak di dalam keluarga dapat banyak belajar secara praktis melalui berlatih dan meniru budi pekerti orang di sekitarnya, lebih-lebih meneladani orang tuanya (Endraswara, 2003 : 104). Keluarga dalam masyarakat Jawa mengembangkan nilai-nilai tata krama penghormatan yang mengarah pada penampilan sosial yang harmonis. Nilai-nilai tata krama ini akan dipelajari anak secara alamiah dalam keluarga (Geertz, 1985 : 151). Keluarga bagi orang Jawa merupakan sumber keamanan dan perlindungan yang utama. Pertama-tama berlaku kepada orang tua, mereka adalah sumber pertama kesejahteraan jasmani dan rohani bagi anak mereka, anak menerima segala macam kebaikan, dan berkat mereka anak memperoleh kedudukan dalam masyarakat (Suseno, 2003 : 169). Y. B. Soetarjo Rososaputro dalam skripsinya yang berjudul Hakikat Perkawinan Dalam Pembinaan Keluarga Yang Bahagia berpendapat bahwa keluarga yang bahagia adalah keluarga yang bersuasana aman, tenteram, damai dan tenang, sehingga menimbulkan rasa kepuasan pada anggota keluarga. Kebahagiaan tidak dapat ditentukan oleh kekayaan, kemewahan, kedudukan

11 11 tinggi atau kecantikan rupa. Kebahagiaan adalah suatu yang timbul dalam hati, menggetarkan rasa dan membangkitkan kepuasan. Unsur pokok yang dapat mencetuskan api sebagai kebahagiaan adalah cinta, yang hanya dapat diperoleh dengan cinta semata-mata (Rososaputro, 1982 : 4). Keluarga tetap memiliki arti penting dalam kehidupan setiap anak, terutama dalam perkembangan pribadi dan kesejahteraan masyarakat seluruhnya. Keluarga sebagai unsur paling dasar bertugas untuk mendidik dan mengembangkan kepribadian anak. Pendidikan yang baik dalam keluarga akan berdampak baik pada pendidikan anak berikutnya. Keluarga sebagai organisasi terkecil dan terpenting dalam masyarakat memberikan dampak yang besar pada masyarakat sekitarnya, semakin baik pendidikan dalam suatu keluarga akan baik juga keadaan masyarakat tersebut. Soetarjo Rososaputro juga berpendapat bahwa penghormatan terhadap orang tua bukan hanya sekedar melengkapi hubungan sosial interaksi antara orang tua dan anak. Hubungan ini memiliki makna lebih penting untuk hubungan anak selanjutnya dengan orang lain. Sikap-sikap penghormatan ini dimulai sejak masa kanak-kanak dan harus dipertahankan hingga dewasa. Seorang anak yang biasa menentang, menertawai atau mengolok-olok otoritas orang tuanya dapat berdampak pada sifat anak yang suka merendahkan orang lain (Rososaputro, 1982 : 169). Berdasarkan nilai-nilai keutamaan di atas tentunya didasarkan pada sikapsikap dan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Masyarakat yang memiliki prinsip hidup yang rukun dan menghormati akan diturunkan pada generasi berikutnya lewat masing-masing keluarga. Noviarti Widaryanti dalam skripsinya

12 12 yang berjudul Keselarasan Masyarakat dalam Perspektif Etika Jawa berpendapat bahwa budaya Jawa memiliki nilai-nilai yang bermuara pada kehidupan masyarakat yang selaras. Etika Jawa sebagai suatu pandangan hidup masyarakat Jawa bertujuan untuk menjauhkan kehidupan manusia dari konflik dan mengembalikan arah bagi individu yang kehilangan tujuan hidupnya. Tujuan utama etika Jawa adalah keselarasan, keselarasan untuk menciptakan keseimbangan antara seluruh penghuni alam semesta. Masyarakat harus memegang prinsip-prinsip keselarasan, salah satu prinsip-prinsip keselarasan itu melarang terjadinya konflik-konflik dan harus menghormati susunan hirarkis masyarakat. Keselarasan dalam etika Jawa berpegang pada hukum alam yang memiliki siklus yang tertib, jika terjadi kekacauan itu merupakan akibat dari tindakan manusia yang kurang menghargai hidup dan alam (Widaryanti, 2006 : 100). Keselarasan antara manusia dan alam menjadi hal pokok dalam kehidupan masyarakat Jawa. Keselarasan dipercaya dapat menciptakan kedamaian dan keselamatan bagi setiap orang yang menjalankan prinsip-prinsip keselarasan etika Jawa. Dianing Azizah dalam skripsinya yang berjudul Telaah Konsep Rasa, Toleransi dan Keselarasan Sosial dalam Etika Jawa Menurut Franz Magnis Suseno berpendapat bahwa keselarasan sosial adalah tujuan dari prinsip hormat dan prinsip kerukunan. Keselarasan sosial memiliki kedudukan istimewa dalam masyarakat Jawa dan menjadi kecenderungan tetap di masyarakat. Azizah juga berpendapat bahwa toleransi adalah bentuk sikap yang menonjol dari orang Jawa. Toleransi adalah sarana untuk mempertahankan diri, terdapat kehendak tetap

13 13 cenderung ke arah penghargaan mendalam orang Jawa terhadap kemungkinan setiap orang untuk menuruti jalannya sendiri. Keutamaan itu selalu mewajibkan atau mengandaikan suatu kehendak tertentu. (Azizah, 2007 : 69). Soedarsono dalam skripsinya yang berjudul Kenakalan Remaja dan Pembinaannya menurut Etika Ibnu Miskawaih berpendapat bahwa keluarga merupakan faktor utama dalam pendidikan anak karena keluarga merupakan kelompok sosial yang paling kecil dan lingkungan paling dekat dengan anak. Kenakalan remaja dapat terjadi karena kelahiran anak di luar perkawinan yang sah menurut hukum atau agama dan kondisi keluarga yang tidak harmonis. Situasi ekonomi keluarga yang lemah dan kurangnya pendidikan agama yang orang tua berikan pada anak dapat menyebabkan anak kurang mendapatkan pendidikan moral baik secara ekonomi dan rohani. Soedarsono juga berpendapat bahwa kenakalan remaja bukanlah sesuatu fase yang muncul dengan sendirinya, akan tetapi erat kaitannya dengan ketidakstabilan keadaan jiwa anak, kehidupan keluarga, proses pendidikan, dan kondisi lingkungan sosial. Ketidakharmonisan keluarga, pergaulan anak yang tidak sehat dengan teman-teman sebaya di sekolah maupun di luar sekolah serta interaksi sosial yang tidak wajar antara anak dengan anggota masyarakat pada hakikatnya akan mempengaruhi timbulnya kenakalan remaja (juvenile deliquency). Secara garis besar penelitian tentang keluarga sudah banyak dibahas. Nilai-nilai moral keluarga sebagai dasar perkembangan mental anak seharusnya mampu menjadi pendidikan mental anak untuk kehidupan pribadinya dengan

14 14 orang lain. Harmonisasi dalam keluarga menjadi sangat penting sebagai syarat penyemaian nilai-nilai pada anak, orang tua mampu memberikan pendidikan sebaik-baiknya yang didukung dengan kondisi keluarga yang harmonis. Keluarga yang baik akan menciptakan anak yang baik, generasi penerus yang baik akan menciptakan masyarakat yang baik juga. Penelitian ini akan fokus pada pembahasan nilai-nilai moral keluarga menurut etika Jawa Franz Magnis Suseno sebagai alternatif pemecah masalah kasus klitih, sehingga perbedaan penelitian sebelumnya dan penelitian ini akan berbeda dalam objek kajiannya. D. Landasan Teori Etika membahas tentang sesuatu yang dilakukan manusia dalam hidup yaitu bersikap dan bertindak dalam situasi konkret, mengkaji secara kritis persoalan baik atau buruk perbuatan manusia. Etika adalah ilmu yang membahas dan menyelidiki tingkah laku moral (Bertens, 2005: 15). Etika dapat didefinisikan sebagai refleksi kritis, metodis, dan sistematis tentang tingkah laku manusia, sejauh berkaitan dengan norma (Bertens, 2005: 24). Etika adalah refleksi ilmiah tentang tingkah laku manusia dari sudut norma-norma atau dari sudut baik dan buruk. Segi normatif itu merupakan sudut pandang yang khas bagi etika, dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain yang juga membahas tingkah laku manusia (Bertens, 2005: 25). Secara umum etika dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika umum berbicara nilai norma dan moral, kondisi-kondisi dasar bagi manusia untuk bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori

15 15 etika, lembaga-lembaga normatif (di antaranya suara hati), dan semacamnya. Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip atau norma-norma moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Norma dan prinsip moral dalam hal ini dilihat melalui konteks kekhususan bidang kehidupan manusia yang khusus tertentu (Keraf, 1998: 32). Nilai-nilai moral pada seorang dimulai dari kehidupan dalam lingkup keluarga, terutama yang paling menentukan adalah peranan seorang ibu. Seorang ibu dalam masyarakat Jawa biasanya memiliki otoritas yang paling menentukan, namun biasanya kehormatan yang tinggi diberikan kepada seorang ayah, karena pengorbanan diri seorang ibu dalam memberikan dan memelihara kehidupan anak-anaknya, maka seorang wanita yang mengabdikan dirinya menjadi seorang ibu layak mendapat penghormatan yang amat tinggi (Mulder, 1999:7). Etika menurut Franz Magnis Suseno adalah keseluruhan norma dan penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat yang bersangkutan untuk mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya (Suseno, 2003 : 6). Etika Jawa mengemukakan tuntutan-tuntutannya berdasarkan dua anggapan dasar tentang struktur realitas seluruhnya yang erat hubungannya satu sama lain: pertama, bahwa kedudukan dan kegiatan setiap manusia dalam dunia telah ditentukan oleh takdir. Kedua, bahwa manusia dalam segala kehendak dan tindakannya pada hakikatnya tidak dapat mengubah perjalanan dunia yang telah ditakdirkan karena setiap unsur di alam semesta telah memiliki tanggung jawab dan perannya masing-masing. Etika Jawa menuntut agar individu menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan keselarasan masyarakat; atas dasar suara hati atau

16 16 atas nama tanggung jawab moral ia jangan membangkang, karena ia akan memasukkan masyarakat ke dalam bahaya (Suseno, 2003 : 227). Hilderd Geertz sebagaimana dikutip Franz Magnis Suseno yang berjudul Etika Jawa Sebuah Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa beranggapan bahwa ada dua kaidah yang paling menentukan pola pergaulan dalam masyarakat Jawa. Kaidah pertama mengatakan, bahwa dalam setiap situasi manusia hendaknya bersikap sedemikian rupa hingga tidak sampai menimbulkan konflik. Kaidah kedua menuntut, agar manusia dalam cara berbicara dan membawa diri selalu menunjukkan sikap penghormatan terhadap orang lain, sesuai dengan derajat dan kedudukannya. Kaidah pertama akan disebut prinsip kerukunan, kaidah kedua disebut prinsip hormat (Suseno, 2003: 38) E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif, dengan kajian masalah-masalah yang aktual dari fenomena manusia yang semakin kompleks, dengan adanya perkembangan serta kebijaksanaan dalam berbagai kehidupan manusia (Kaelan, 2005: 292).Permasalahan aktual pada penelitian ini adalah tentang tinjauan nilai-nilai moral keluarga menurut etika Jawa Frans Magnis Suseno relevansinya dalam mengurangi tingkat kenakalan remaja.

17 17 2. Bahan Penelitian Bahan dan materi kepustakaan berbagai sumber kepustakaan yang berhubungan dengan objek material dan objek formal. Bahan kepustakaan tersebut dikumpulkan dari berbagai sumber yang relevan sehingga kajiannya sesuai dengan tema. Penelitian ini dapat dikategorikan dalam dua kategori, yakni bahan yang bersumber dari data primer dan bahan yang bersumber dari data sekunder: a. Data Primer 1. Suseno, Franz Magnis Etika Jawa Sebuah Analisa falsafati Tentang KebijaksanaanHidup Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. b. Data Sekunder 1. Bertens, K Etika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka 2. Endraswara, Suwardi Budi Pekerti dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT Hanindita Graha Widya 3. Geertz, Hilder Keluarga Jawa. Jakarta: Grafiti Pers 4. Hadi, Saikhul Kiat Membangun Keluarga Bahagia. Yogyakarta : Penerbit Cinta Pena 5. Ihromi, T.O Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 6. Khairuddin, H Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty 7. Saleh, Imam Anshori Tawuran Pelajar; Fakta Sosial yang Tak Berkesudahan di Jakarta. Yogyakarta: Penerbit IRCiSoD

18 18 8. Soekanto, Soerjono Sosiologi Keluarga: Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan Anak. Jakarta: PT Rineka Cipta. 3. Langkah Penelitian Langkah-langkah yang diambil dalam penelitian ini berjalan berdasarkan tahap demi tahap sebagai berikut : a. Persiapan pengumpulan data Tahap penyelesaian meliputi pengumpulan data baik berupa studi buku kepustakaan dan literatur ilmiah lainnya yang berhubungan dengan nilai-nilai moral keluarga dan kenakalan remaja serta etika Jawa sebagai refleksinya. Tahapan ini meliputi penyusunan dan pengklasifikasian data berupa objek material dan objek formal. b. Klasifikasi dan penelitian Data yang telah dikumpulkan kemudian dikategorisasikan ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan pembahasan penelitian. c. Deskripsi Tahap ini memaparkan data yang telah diperoleh tentang nilai-nilai moral keluarga dan kasus-kasus kenakalan yang terjadi di kalangan remaja. Hal ini yang akan menjadi acuan dalam analisis penelitian yang ditinjau dari teori etika Jawa.

19 19 d. Penyelesaian akhir Tahap terakhir ini menyusun secara sistematis dan lugas data yang diklasifikasi baik data primer dan sekunder, kemudian data disusun secara kritis disertai argumen penulis berupa refleksi melalui analisis penelitian. 4. Analisis Data Penelitian ini menggunakan sistematika penelitian filsafat dengan unsur metodis sebagai berikut: a. Inventarisasi, mengumpulkan data sebagai bahan pertimbangan yang dapat dihubungkan dengan nilai-nilai moral keluarga dan kenakalan remaja serta etika Jawa. b. Deskripsi, yakni memaparkan data yang telah diperoleh berkaitan dengan nilai-nilai moral keluarga dan kasus-kasus kenakalan yang terjadi dikalangan remaja. c. Hermeneutika, peneliti memeriksa secara konsepsional mencari makna yang terdapat pada objek material dan objek formal, kemudian direlevansikan terhadap kasus-kasus faktual yang terjadi di dalam masyarakat. d. Refleksi, yakni tahap terakhir yang mencakup analisis-analisis sebelumnya. Refleksi ini merupakan aplikasi tinjauan etika, yakni etika Jawa sebagai cara pandang dalam melihat fenomena sosial

20 20 dan aktual serta penanggulangannya sesuai kaidah moral yang berlaku di masyarkat. F. Hasil yang Dicapai Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh penjelasan tentang nilai-nilai moral keluarga. 2. Memperoleh deskripsi dan penjelasan tentang etika Jawa. 3. Memahami refleksi aplikatif terkait nilai-nilai moral keluarga menurut sebagai alternatif pemecah masalah kasus klitih. G. Sistematika Penelitian Penelitian skripsi ini akan disistemasikan secara garis besar dalam lima bab sebagai berikut: BAB I : berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil yang akan dicapai, dan sistematika penelitian. BAB II : berisi pembahasan objek formal penelitian yang meliputi biografi Franz Magnis Suseno, pengertian etika, prinsip-prinsip etika Jawa menurut Franz Magnis Suseno, etika Jawa sebagai kebijaksanaan hidup serta nilai-nilai moral keluarga dalam masyarakat Jawa

21 21 BAB III : berisi tentang objek material penelitian, meliputi pengertian; fungsi; dan ciri keluarga secara umum, keluarga sebagai sumber kebahagiaan, serta klitih sebagai gaya kenakalan remaja BAB IV : berisi tentang analisis nilai-nilai moral keluarga dalam etika Jawa Franz Magnis Suseno sebagai alternatif pemecah masalah kasus klitih. BAB V : penutup berisi kesimpulan dan saran serta dilanjutkan dengan daftar pustaka.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unsur penentu pertama dan utama keberhasilan pembinaan anak sebagai generasi penerus. Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Semakin baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa, itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu bangsa. Pendidikan menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tinjauan sosiologis mengenai lingkungan berarti sorotan yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tinjauan sosiologis mengenai lingkungan berarti sorotan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan tinjauan sosiologis mengenai lingkungan berarti sorotan yang didasarkan pada hubungan antar manusia, hubungan antar kelompok serta hubungan antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB 1 TUJUAN UMUM ETIKA

BAB 1 TUJUAN UMUM ETIKA BAB 1 TUJUAN UMUM ETIKA Perilaku etis lah yang medasari munculnya etika sebagai sebuah ilmu yang mempelajari nilai-nilai baik dan buruk. Etika juga berkembang sebagai studi tentang kehendak manusia. 1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Remaja merupakan fase perubahan baik itu dalam bentuk fisik, sifat, sikap, perilaku maupun emosi. Seiring dengan tingkat pertumbuhan fisik yang semakin berkembang,

Lebih terperinci

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL 1. Bentuk dan Fungsi Lembaga Sosial Pada dasarnya, fungsi lembaga sosial dalam masyarakat beraneka macam berdasarkan jenis-jenis lembaganya. Oleh karena itu, kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan kebutuhan fitri setiap manusia yang memberikan banyak hasil yang penting, diantaranya adalah pembentukan sebuah keluarga yang didalamnya

Lebih terperinci

Delapan Fungsi Keluarga dalam Membentuk Generasi Penerus Bangsa

Delapan Fungsi Keluarga dalam Membentuk Generasi Penerus Bangsa Delapan Fungsi Keluarga dalam Membentuk Generasi Penerus Bangsa Disusun oleh Saifulloh el Faruq dan Rouhdy Rangga, untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kependudukan. Di era globalisasi saat ini, realita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia. Keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak, masing-masing memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia. Keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak, masing-masing memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan satuan yang terkecil dalam masyarakat. Keluarga mempunyai peran yang besar dalam membentuk sebuah bangsa yang besar seperti Indonesia. Keluarga

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh : NITALIA CIPUK SULISTIARI F 100 040

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu, sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika di mulai pada abad ke lima sebelum masehi. Berbagai mazhab di yunani yang ditandai dengan kehadiran Socrates, yang mengatakan bahwa kebaikan itu adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak (baik yang dilahirkan ataupun diadopsi). Menurut

Lebih terperinci

Pembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi

Pembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi Pertemuan 1 Pembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi 1.1. Norma Norma (dalam sosiologi) adalah seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat muslim semakin kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang dihadapi ataupun ditanggung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuhan Yang Maha Esa menciptakan alam semesta beserta isinya yang meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh : FAJAR TRI UTAMI F 100 040 114 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun

I. PENDAHULUAN. seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Jawa adalah salah satu suku di Indonesia yang banyak memiliki keunikan seperti halnya suku-suku lain. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun perhubungan-perhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk sosial karena merupakan bagian dari masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami kecelakaan lalu lintaspun pasti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah salah satu mahluk ciptaan Allah yang paling sempurna, manusia sendiri diciptakan berpasang-pasangan. Setiap manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, sebagai kehendak Sang pencipta yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, sebagai kehendak Sang pencipta yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, sebagai kehendak Sang pencipta yang telah menciptakan dengan sempurna sehingga realitas ini dicetuskan oleh Aristoteles pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja merupakan salah satu masa dalam rentang perjalanan kehidupan dan menjadi bagian yang dilalui dalam siklus perkembangan manusia. Dewasa ini disebut

Lebih terperinci

SEGI TIGA KESEIMBANGAN: TUHAN, MANUSIA DAN ALAM RAYA

SEGI TIGA KESEIMBANGAN: TUHAN, MANUSIA DAN ALAM RAYA SEGI TIGA KESEIMBANGAN: TUHAN, MANUSIA DAN ALAM RAYA MANUSIA MAKHLUK BUDAYA: HAKEKAT MANUSIA Manusia Makhluk ciptaan Tuhan, terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai kesatuan utuh. Manusia merupakan makhluk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membangun rumah tangga adalah hakikat suci yang ingin dicapai oleh setiap pasangan. Kebahagiaan dalam rumah tangga merupakan impian yang selalu berusaha diwujudkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang ada pada dirinya. Tuhan telah memberikan kekurangan dan

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang ada pada dirinya. Tuhan telah memberikan kekurangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna dengan segala sesuatu yang ada pada dirinya. Tuhan telah memberikan kekurangan dan kelebihan. Berdasarkan fitrahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya dalam suatu pergaulan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab dalam

BAB I P E N D A H U L U A N. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab dalam BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab dalam mengembangkan kemampuan anak secara optimal. Kemampuan yang harus dikembangkan bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus bangsa. Di pundaknya teremban amanat guna melangsungkan cita-cita luhur bangsa. Oleh karena itu, penyiapan kader bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir semua manusia hidup terikat dalam sebuah jaringan dimana seorang manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak ketika dilahirkan di dunia dalam keadaan lemah tanpa pertolongan orang lain, terutama orang tuanya mereka tidak bisa berbuat banyak. Di balik keadaan yang lemah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Khususnya bagi kehidupan remaja yang

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN NILAI ETIKA

PENGERTIAN DAN NILAI ETIKA ETIKA PROFESI (di-copy-paste bulat-bulat dari: http://marno.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/ ETIKA-PROFESI-PENGERTIAN-ETIKA-PROFESI.ppt Copyright 2011-2015 marnotanahfpub Theme by NeoEase, modified by DataQ.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses tiada henti sejak manusia dilahirkan hingga akhir hayat. Bahkan banyak pendapat mengatakan bahwa pendidikan sudah dimulai sejak

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang yang merencanakan untuk berkeluarga biasanya telah memiliki impian-impian akan gambaran masa depan perkawinannya kelak bersama pasangannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang yang berada dalam lingkungan kehidupan tertentu. 1 Tingkah laku seseorang yang menggambarkan baik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan berusaha mencari sesuatu dengan segala upaya memenuhi kepuasannya, baik dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Dengan di undangakannya Undang-Undang No. 3 tahun Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Dengan di undangakannya Undang-Undang No. 3 tahun Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari generasi muda yang memiliki peran strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus. Oleh karena itu anak memerlukan perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Algensindo, 2005, hlm Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung, Sinar Baru

BAB I PENDAHULUAN. Algensindo, 2005, hlm Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung, Sinar Baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya manusia untuk memanusiakan manusia. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain-nya.

Lebih terperinci

BAB II IBU DAN ANAK. Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah,

BAB II IBU DAN ANAK. Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, BAB II IBU DAN ANAK 2.1 Arti Ibu Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah dan ibu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai orang tua kadang merasa jengkel dan kesal dengan sebuah kenakalan anak. Tetapi sebenarnya kenakalan anak itu suatu proses menuju pendewasaan dimana anak

Lebih terperinci

BAB 1 TINJUAN UMUM ETIKA. Henry Anggoro Djohan

BAB 1 TINJUAN UMUM ETIKA. Henry Anggoro Djohan BAB 1 TINJUAN UMUM ETIKA Henry Anggoro Djohan Pengertian Etika Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk tentang hak dan kewajiban moral Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak Nilai mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan akhlak sangat penting ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan 1.1 Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN Manusia dengan memiliki akal menjadikannya mahluk yang sempurna, sehingga dapat berkehendak melebihi potensi yang dimiliki oleh mahluk lainnya, hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. sangat membutuhkan pendidikan melalui proses penyadaran yang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. sangat membutuhkan pendidikan melalui proses penyadaran yang berusaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati perkembangan tindak pidana yang dilakukan anak selama ini, baik dari kualitas maupun modus operandi, pelanggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan sangat besar terhadap perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi kehidupan seseorang dikarenakan intensitas dan frekuensinya yang

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi kehidupan seseorang dikarenakan intensitas dan frekuensinya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya manusia sudah melakukan komunikasi sejak ia dilahirkan. Manusia melakukan proses komunikasi dengan lawan bicaranya baik dilingkungan masyarakat,

Lebih terperinci

PENTINGNYA ETIKA PROFESI

PENTINGNYA ETIKA PROFESI Apakah etika, dan apakah etika profesi itu PENTINGNYA ETIKA PROFESI Muhammad Sholeh Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil, yang terdiri dari seorang

Lebih terperinci

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo BAB I 1. LATAR BELAKANG Salah satu kebutuhan hidup manusia selaku makhluk sosial adalah melakukan interaksi dengan lingkungannya. Interaksi sosial akan terjadi apabila terpenuhinya dua syarat, yaitu adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keunikan dan istimewa. Anak-anak sangat membutuhkan orang tua

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keunikan dan istimewa. Anak-anak sangat membutuhkan orang tua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Semua anak dilahirkan baik dan tidak berdosa. Setiap anak masing-masing memiliki keunikan dan istimewa. Anak-anak sangat membutuhkan orang tua untuk membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi masa depan bangsa yang harus dijaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi masa depan bangsa yang harus dijaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi masa depan bangsa yang harus dijaga karena sebagian besar anak pada generasi saat ini terjerumus pada pergaulan yang bebas dan menyimpang.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga dan dipelihara karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak

Lebih terperinci

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright 2000 BPHN PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA *33776 Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 21 TAHUN 1994 (21/1994) Tanggal: 1 JUNI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dengan demikian, istilah ilmu jiwa merupakan terjemahan harfiah dari

BAB II LANDASAN TEORI. Dengan demikian, istilah ilmu jiwa merupakan terjemahan harfiah dari BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Psikologi Sosial Kata psikologi mengandung kata psyche yang dalam bahasa Yunani berarti jiwa dan kata logos yang dapat diterjemahkan dengan kata ilmu. Dengan demikian, istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Muhammad Idris Ramulya, Hukum Pernikahan Islam, Suatu Analisis dari Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. hlm Muhammad Idris Ramulya, Hukum Pernikahan Islam, Suatu Analisis dari Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang terjadi pada masa remaja mulai dari perubahan fisik, peningkatan intelegensi maupun pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dijadikan sebagai perhatian utama disetiap negara, tidak terkecuali Indonesia. Upaya meningkatkan mutu pendidikan membutuhkan proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk melaporkan aneka kriminalitas. di berbagai daerah menunjukkan peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk melaporkan aneka kriminalitas. di berbagai daerah menunjukkan peningkatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang kejahatan seakan tidak ada habis-habisnya, setiap hari selalu saja terjadi dan setiap media massa di tanah air bahkan mempunyai ruang khusus untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga Sejahtera dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup dan memiliki hubungan yang sama, selaras dan seimbang antar anggota

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG A. Analisis relevansi kurikulum dengan perkembangan sosial Perkembangan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini menghadapi berbagai masalah yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap BAB I PENDAHULUIAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seksual yang tidak sehat khususnya dikalangan remaja cenderung meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan menempati posisi yang sangat penting. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan menempati posisi yang sangat penting. Seiring dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan masalah yang selalu mendapat perhatian yang mutlak bagi pelaksanaan pembangunan masyarakat suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka biaya ekonomi semakin tinggi yang tidak diikuti lapangan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. maka biaya ekonomi semakin tinggi yang tidak diikuti lapangan kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah maka biaya ekonomi semakin tinggi yang tidak diikuti lapangan kerja yang memadai mendorong para pekerja

Lebih terperinci

Pendahuluan Manusia adalah Makhluk Individu Memiliki akal pikiran, perasaan, dan kehendak. Makhluk Sosial Memiliki perilaku etis

Pendahuluan Manusia adalah Makhluk Individu Memiliki akal pikiran, perasaan, dan kehendak. Makhluk Sosial Memiliki perilaku etis Pendahuluan Manusia adalah Makhluk Individu Memiliki akal pikiran, perasaan, dan kehendak. Makhluk Sosial Memiliki perilaku etis Pembahasan mengenai: Pengertian etika Hubungan etika dengan moral Hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala

Lebih terperinci

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Fakultas Hukum Oleh: MONA

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN SDM BERKUALITAS MELALUI KELUARGA

MEWUJUDKAN SDM BERKUALITAS MELALUI KELUARGA Artikel: MEWUJUDKAN SDM BERKUALITAS MELALUI KELUARGA Tjondrorini dan Mardiya Dalam era global ini, bangsa Indonesia masih menghadapi masalah dan tantangan yang sangat kompleks. Di satu sisi, secara internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting yang dialami dua insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari karunia Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

OBJEK ILMU KOMUNIKASI. Rachmat K, Ph.D -Dosen Ilmu Komunikasi UB Malang, Peneliti & Penulis Buku Komunikasi

OBJEK ILMU KOMUNIKASI. Rachmat K, Ph.D -Dosen Ilmu Komunikasi UB Malang, Peneliti & Penulis Buku Komunikasi OBJEK ILMU KOMUNIKASI Rachmat K, Ph.D -Dosen Ilmu 1 OBJEK MATERIAL * Objek material atau pokok bahasan filsafat ilmu adalah pokok soal atau bidang kajian (subject-matter) suatu ilmu. Pokok soal ini disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menemukan beberapa jawaban atas persoalan yang ditulis dalam rumusan masalah. Jawaban tersebut dapat disimpulkan dalam kalimat-kalimat sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki pasangan akan selalu saling melengkapi satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki pasangan akan selalu saling melengkapi satu sama lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan selalu berpasangan, pria dengan wanita. Dengan tujuan bahwa dengan berpasangan, mereka dapat belajar berbagi mengenai kehidupan secara bersama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, hal ini. tidak lepas dari dua komponen yaitu siswa dan guru.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, hal ini. tidak lepas dari dua komponen yaitu siswa dan guru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam era modern semakin tergantung pada Sumber Daya Manusia (SDM), kualitas pendidikan perlu ditingkatkan untuk mengantisipasi guru agar mampu dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat adalah berkisar pada permasalahan Juvenile (remaja), pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat adalah berkisar pada permasalahan Juvenile (remaja), pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu dan teknologi terus berkembang sejalan dengan kehidupan manusia. Pola kehidupan pun semakin universal. Suatu permasalahan yang sering muncul di masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan pria. Istilah lain waria adalah wadam atau wanita adam. Ini bermakna pria atau adam yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha pembinaan dan pengembangan generasi muda terus ditingkatkan sejalan dengan proses pembangunan nasional yang terus berlangsung baik didalam pendidikan formal sekolah

Lebih terperinci

BAB I Tinjauan Umum Etika

BAB I Tinjauan Umum Etika BAB I Tinjauan Umum Etika Pendahuluan Manusia adalah Makhluk Individu Memiliki akal pikiran, perasaan, dan kehendak. Makhluk Sosial Memiliki perilaku etis Pembahasan mengenai: Pengertian etika Hubungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, saling membutuhkan dan saling tergantung terhadap manusia lainnya, dengan sifat dan hakekat

Lebih terperinci

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga memberikan pengaruh dan sekaligus menentukan pada pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga memberikan pengaruh dan sekaligus menentukan pada pembentukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dalam melaksanakan proses sosialisasi pribadi seorang anak. Ditengah keluarga anak berusaha mengenal makna cinta kasih,

Lebih terperinci