BAB I PENDAHULUAN. tahun 2000, naik lagi menjadi 1: 250 kelahiran. Tahun 2006, jumlah anak autis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. tahun 2000, naik lagi menjadi 1: 250 kelahiran. Tahun 2006, jumlah anak autis"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penyandang autisme semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1987, jumlah penyandang autisme diperkirakan 1: 5000 kelahiran. Sedangkan pada tahun 1997, angka itu berubah menjadi 1: 500 kelahiran. Pada tahun 2000, naik lagi menjadi 1: 250 kelahiran. Tahun 2006, jumlah anak autis diperkirakan 1: 100 kelahiran. Pada tahun 2007 diperkirakan lebih dari anak di Indonesia menyandang autisme. 1 Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir terjadi peningkatan yang luar biasa dari jumlah penyandang autis. Hal ini ni terjadi hampir di seluruh dunia termasuk Indonesia. Bila sepuluh tahun yang lalu diperkirakan jumlah penyandang autisme 1:5000 anak, sekarang meningkat menjadi 1: 500 anak. Dengan melihat makin banyaknya kasus autistik, sepertinya hal ini akan terus berlangsung. 2 Data UNESCO pada 2011 mencatat, ada sekitar 35 juta orang penyandang autisme di dunia. Ini berarti rata-rata 6 dari 1000 orang di dunia mengidap autisme. Meski belum ada angka pasti berapa sebenarnya jumlah anak autis di Indonesia, namun pemerintah merilis data jumlah penyandang anak autisme bisa berada dikisaran 112 ribu jiwa Angka tersebut diasumsikan dengan prevalensi 1 Kelana & Larasati, 2007, Kromosom Abnormal Penyebab Autisme, para diakses tanggal 4 Juni

2 autisme pada anak yang ada di Hongkong, yaitu 1,68 per 1000 untuk anak di bawah usia 15 tahun. Jumlah anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) di Indonesia meningkat hingga lima kali lipat tiap tahunnya. Jumlah kasus autisme mengalami peningkatan yang signifikan. Jika pada tahun 2006 rasio anak autis 1 dari 100 anak, maka di 2012 terjadi peningkatan yang cukup memprihatinkan dengan jumlah rasio 1 dari 88 anak saat ini mengalami autisme. Di Indonesia, pada tahun 2010, jumlah penderita autisme diperkirakan mencapai 2,4 juta orang. Hal itu berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik. Pada tahun tersebut jumlah penduduk Indonesia mencapai 237,5 juta orang dengan laju pertumbuhan 1,14 persen. Jumlah penderita autisme di Indonesia diperkirakan mengalami penambahan sekitar 500 orang setiap tahun. 3 Melihat fenomena ini, tentu saja sangat meresahkan. Anak-anak dengan ASD yang tidak diintervensi sejak dini dan tertangani dengan tepat, kemungkinan jalan kesembuhan akan semakin jauh dan dikhawatirkan akan menjadi generasi yang hilang (loss generation). Akan tetapi, banyak orang tua anak autis bingung, pendidikan atau program seperti apa yang harus diajarkan kepada anaknya karena masih sedikitnya lembaga sosial atau sekolah yang didirikan dengan tujuan untuk menjembatani kebutuhan akan pendidikan bagi penyandang autis. Dengan semakin meningkatnya jumlah anak penyandang autisme dan kesadaran orang tua, maka muncul kebutuhan untuk meningkatkan layanan untuk mereka. Pentingnya pendidikan untuk anak autis, karena sebenarnya anak autis 3 2

3 juga memiliki potensi yang perlu digali. Meski mengalami kesulitan untuk berbicara, anak autis adalah individu yang mampu berpikir mengenai diri dan kehidupannya. Mereka juga memiliki potensi yang telah dimilikinya, yaitu dengan memberikan mereka pengajaran yang sesuai dan dapat mengembangkan kemampuan mereka. Tabel 1.1 Berbagai pendapat tentang meningkatnya kasus Autism di Indonesia Subjek Berita Berita Media Dr. Melly Budhiman (Praktisi Autism) Siti Fadhilah Supari (Menteri Kesehatan RI) Dr. Widodo Judarwanto, SpA Sri Wahyuningsih (Direktorat Pembinaan Khusus Layanan Khusus, Dinas Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Perbandingan anak autis adalah 1:500 Jumlah anak penyandang autis adalah 475 ribu pada tahun 2004 Prediksi perbandingan anak autis adalah 1:250 di tahun 2015 Setiap tahunnya jumlah anak autis di Indonesia mengalami peningkatan Sumber: Diolah dari berbagai sumber media Kompas: 2000 Kompas: Jogja.tribunnews.com Pendidikan adalah hak semua warga negara sehingga semua warga negara harus mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan tanpa kecuali. Anak dengan ASD juga memiliki hak dan derajat yang sama dengan anak lainnya, mereka juga mempunyai bakat dan potensi. Potensi tersebut masih terpendam dan menunggu untuk dikeluarkan agar dapat diasah secara optimal sehingga mereka dapat mandiri melakukan kewajiban terhadap dirinya sendiri dan terhadap masyarakat luas. 3

4 Pendidikan merupakan salah satu hak asasi yang dimiliki oleh seseorang tidak terkecuali bagi anak autis. Sebagai sebuah hak yang hakiki, pengaturan mengenai hak atas pendidikan diatur dalam Alinea Keempat Pembukaan Undang- Undang Dasar (UUD) Dalam Pembukaan Alinea Keempat Pembukaan UUD 1945 ditegaskan bahwa tujuan negara Indonesia adalah: Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonedia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial... Berdasarkan hal tersebut, ditegaskan bahwa salah satu tujuan pembentukan negara Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Kecerdasan kehidupan berbangsa dan bernegara akan tercapai melalui pelayanan pendidikan yang terintegrasi dan disesuaikan dengan kebutuhan setiap warga negara. Selain itu, hak atas pendidikan juga diatur dalam pasal 31 UUD Dalam ayat (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. 4 Pasal ini bermakna bahwa negara berkewajiban memenuhi hak atas pendidikan bagi setiap warga negaranya tanpa terkecuali tanpa membedakan suku, ras, agama atau bahkan keadaan sosial dan ekonominya. Dengan demikian anak berkebutuhan khusus seperti tunanetra, tunagrahita, tunalaras dan anak-anak berkesulitan belajar juga memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa anak autis juga memiliki hak 4 https//:id.wikisource.org diakses pada 2 Juni

5 yang sama untuk memperoleh pendidikan yang layak dan berhak untuk mengembangkan potensi diri secara maksimal. Hal ini juga diatur dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 5: ayat 1 setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, ayat 2 warga negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/ atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Sehingga meskipun memiliki kebutuhan khusus yang menyebabkan mereka membutuhkan perhatian yang khusus, anakanak penyandang autisme juga membutuhkan dan berhak untuk mendapatkan pendidikan. Sebagian anak penyandang autisme sebenarnya mampu untuk bersekolah di sekolah umum, sementara sebagian lainnya memerlukan pendidikan di jalur khusus. Apabila anak mampu untuk duduk diam di kelas selama jangka waktu yang cukup lama, dapat mengikuti aturan, dapat memahami instruksi orang lain, dan dapat mengendalikan emosinya ketika ada sesuatu yang tak berkenan terjadi, maka anak tersebut dapat disekolahkan di sekolah umum. 5 Tidak jarang anak autis juga memiliki intelegensi tinggi yang sama dengan anak umum lainnya, bahkan tak sedikit mereka yang telah mengikuti terapi bisa berprestasi di sekolah umum. 6 Dengan pesatnya peningkatan jumlah penyandang autis, sayangnya jumlah profesional yang mendalami bidang ini tidak sebanding dengan jumlahnya. Sehingga anak-anak dengan ASD yang mendapatkan layanan terapi dan 5 (n.n., n.d., Menyekolahkan Si Anak spesial, para, 8) 6 (Widodo, 2006, Ketika Anak Autis Belajar Meronce, para 10) 5

6 pendidikan masih sedikit. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor: Pertama, kurangnya perhatian pemerintah. Kedua, stigma negatif masyarakat terhadap anak autis merupakan penyakit keturunan dan harus dihindari sehingga mengabaikan potensi anak autis tersebut. Ketiga, biaya pendidikan bagi anak autis banyak dikelola oleh pihak swasta, dengan biaya yang cukup tinggi, sehingga tidak semua orang tua mampu mendidik anaknya dilembaga pendidikan guna mengembangkan potensi yang ada. Kotak 1.1 Perlunya Penambahan Pelayanan Pendidikan bagi Anak ASD Sri Retno Yuliani, S.Psi dalam dialog interaktif membahas mengenai Upaya Meningkatkan Ketrampilan Komunikasi Penyandang Autisme di RRI Malang, Malang perlu ada tambahan sekolah untuk anak autisme, karena sekarang banyak orang tua yang mengeluh sulit mencari sekolah untuk anak mereka yang menyandang autis. Kalaupun ada harus antri atau jaraknya jauh. Ujarnya. Menurut Retno, di kota Malang sebenarnya sudah ada setidaknya tiga tempat pendidikan bagi siswa peserta didik dengan autisme. Pertama di SLB Autisme Rivers Kids yang dipimpinnya, kemudian di Sekolah Autisme milik Laboratorium Universitas Negeri Malang dan satu lagi yang dikelola Pemerintah Daerah. Namun menurutnya jumlah itu masih belum dapat menampung semua anak autis di Kota Malang yang memerlukan pendidikan. Terlebih yang berasal dari Kabupaten Malang ataupun Kota Batu. Sumber: Oleh karena itu pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama dalam rangka memenuhi hak-hak anak autis dengan terus meningkatkan dan memajukan program pelayanan pendidikan yang layak bagi anak-anak dengan ASD. Mengingat anak-anak sebagai aset dan generasi penerus bangsa. 6

7 Kotak 1.2 Peran Pemerintah untuk Penanganan Autism saat ini Menurut pimpinan Rumah Autis Bandung Hasanah, Juju Sukma, penelitian tentang autisme di Indonesia sangat minim. Disamping kurangnya perhatian dan kepedulian pemerintah, juga biaya yang cukup tinggi sehingga sampai saat ini tidak ada statistik yang valid mengenai jumlah maupun sebaran daerah di mana para penyandang autis berada. Penanganan anak Autis oleh pemerintah pun hanya menggunakan pendekatan charity (belas kasihan) berupa program santunan sosial yang kemudian menjadi akar ketergantungan. Retno mengatakan bahwa sebenarnya pemerintah sudah memberikan perhatian dan dukungan lewat Bantuan Operasional Sekolah Nasional (Bosnas) untuk SLB yang ada di bawah naungan Diknas. Namun dia berharap, upaya untuk meningkatkan perhatian bagi anak autisme tidak hanya sampai disitu. Penambahan fasilitas pendidikan dan edukasi kepada masyarakat tentang autisme juga diperlukan secara masif agar masyarakat tidak memberi stigma negatif pada anak autisme. Untuk melayani pendidikan bagi anak-anak autis, kami telah membangun 32 Pusat Layanan Autis (PLA) yang terdapat di 25 Provinsi. Dengan adanya PLA tersebut kami berharap anakanak autis dapat ditangani sedini mungkin ungkap Sri Wahyuningsih Sumber: www. Rmol.com jogja.tribunnews.com Peningkatan kasus autis dari tahun ke tahun menjadi permasalahan yang menuntut peran aktif pemerintah dan juga dukungan masyarakat. Karena saat ini masih minimnya lembaga pelayanan pendidikan/terapi milik pemerintah dan sangat diperlukan sosialisasi dan edukasi tentang pengertian autisme itu sendiri. Sehingga dapat mengurangi stigma negatif yang berkembang dimasyarakat. Disamping itu pengetahuan masyarakat atau secara khusus orang tua yang memiliki anak usia balita tentang deteksi awal terhadap autisme masih sangat minim, terutama di pedesaan bahkan banyak yang terlambat mengetahui ketika usia anak sudah melewati usia 5 tahun, sehingga intervensi dini tidak bisa segera dilaksanakan. 7

8 Lembaga-lembaga pelayanan pendidikan autis selama ini yang sudah tersedia di Indonesia banyak di dominasi oleh lembaga milik swasta/individu dengan biaya terapi yang cukup besar, sedangkan kasus autis tidak hanya terjadi pada masyarakat menengah ke atas saja tapi juga dari keluarga pra sejahtera. Gangguan autistik merupakan suatu spektrum yang luas. Setiap anak autistik adalah unik, masing-masing memiliki simtom-simtom dalam kuantitas dan kualitas yang ber-beda. Menurut Gilberg (2000), autisme bukanlah penyakit tetapi adalah varian dari spektrum autis. Karena itulah beberapa tahun terakhir ini muncul istilah ASD (Autistic Spectrum Disorder). Anak autisme perlu penanganan dini yang terpadu yang melibatkan orangtua dan profesional di bidang medis, psikologis, dan pendidikan. Pemberian penanganan secara terpadu, intensif, dan dimulai sejak usia dini akan memberikan hasil yang positif, yaitu membantu anak dengan autisme beradaptasi dengan lingkungannya dan belajar berbagai kemampuan kognitif. Namun sayangnya layanan terapi yang diberikan pun belum terpadu berada di satu tempat, sehingga orang tua harus berpindah dari satu tempat terapi ke tempat terapi yang lain untuk memenuhi kebutuhan terapi anaknya. Menurut Melly Budhiman Ketua Yayasan Autisme Indonesia (YAI), salah satu penghambat proses penyembuhan anak autis, karena faktor mahalnya biaya terapi, termasuk pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus ini. Senada dengan hal tersebut, menurut Data Autism Care Indonesia, peningkatan jumlah penderita autis di Indonesia tidak serta merta dibarengi dengan banyaknya tenaga terapis yang profesional dengan kualifikasi dan kompetensi yang baik dalam 8

9 membimbing dan mengajar anak-anak autis itu. Kenyataan tersebut yang lantas membuat mahalnya biaya pengobatan dan terapi bagi anak-anak berkebutuhan khusus di Indonesia. Untuk 90 menit hingga 120 menit pertemuan dengan tenaga terapis, masyarakat harus merogoh kocek antara 100 ribu hingga 150 ribu rupiah. Hal tersebut tentu saja sangat mahal dikarenakan dalam satu hari, idealnya mereka bertemu terapis tiga sampai empat kali pertemuan. Jika dihitung 100 ribu rupiah misalnya, maka dalam satu hari, dibutuhkan 300 sampai 400 ribu rupiah. Dan jika dihitung satu bulan dengan frekuensi pertemuan hampir tiap hari, maka orang tua yang anaknya mengidap autis harus membayar sekitar 9 juta rupiah tiap bulan. Sedangkan realitasnya anak-anak autis ini berasal dari semua kalangan, bukan hanya dari keluarga mampu namun juga dengan latar belakang ekonomi menengah ke bawah. Bisa kita bayangkan bagi anak-anak autis dari keluarga kurang mampu, akan sangat sulit mendapat penanganan intervensi sedini mungkin, dengan kisaran biaya yang cukup besar. Berdasarkan data dan fakta tentang meningkatnya penyandang autis serta perundangan tentang kesetaraan dalam pendidikan, untuk memberikan hak-hak dan fasilitas pelayanan pendidikan pada anak berkebutuhan khusus. Pemerintah melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar dimulai pada tahun 2012 telah membangun Pusat Layanan Autis (PLA) di 28 Provinsi seluruh Indonesia, salah satunya PLA Kota Malang. Pusat Layanan Autis (PLA) Kota Malang merupakan lembaga milik pemerintah pertama yang memberikan layanan kepada anak autis. Lembaga ini 9

10 adalah milik Pemerintah Kota Malang berkat bantuan APBN melalui direktorat PK&LK Dirjen Dikdas Kemendikbud. Kehadiran PLA Kota Malang ini, merupakan salah satu bentuk kepedulian Pemerintah terhadap peningkatan kasus ASD (Autism Spectrum Disorder) yang terus bertambah. Sekaligus menambah jumlah pusat layanan-layanan terapi untuk anak autis dengan biaya yang cukup terjangkau dibandingkan dengan lembaga swasta. Sehingga diharapkan makin banyak anak-anak autis dapat diintervensi dan ditangani dengan tepat dan benar agar anak autis mampu hidup dan berbaur secara normal dalam masyarakat luas. Salah satu penanggung jawab, Kunti Nursanti menyebut Pusat Layanan Autis tersebut merupakan salah satu pusat layanan yang pertama kali berhasil didirikan di Indonesia. Sebab empat kota lainnya (Padang, Makasar, Mataram, Bandung) yang ditunjuk Direktorat Pendidikan Khusus (PKLK) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI belum selesai penggarapannya. PLA Kota Malang berdiri di kawasan pendidikan Internasional Tlogowaru di jl. Raya Tlogowaru Kec. Kedung kandang Kota Malang. Secara resmi PLA memulai operasional sejak Mei 2012 diresmikan oleh Sekretaris Kota Malang Dr. H. Shofwan SH, M.Si. PLA memberikan layanan bagi putra-putri warga Kota Malang dan sekitarnya yang memiliki putra/ putri penyandang Autis yang berusia 2-12 tahun (atau bersekolah di SD reguler). Keberadaan PLA menjadi sangat strategis dan sangat diperlukan karena anak penyandang Autis semakin lama semakin bertambah. 7 7 Brosur PLA Kota Malang 10

11 Selain itu, adapun penelitian terdahulu yang dapat menjadi rujukan untuk mengkaji manajemen pelayanan pendidikan khusus bagi anak autis. Penelitian Fauziah (2009) menjelaskan bahwa penanganan dan pembelajaran pada anak autis memerlukan team yang cukup kuat dan lengkap agar proses pembelajaran yang diharapkan bisa berhasil. Demikian pula penelitian Estitika Rochmatul, dkk dalam Jurnal Administrasi Publik (JAP) dalam penelitiannya pengembangan kapasitas masih sering diabaikan khususnya oleh sekolah luar biasa. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya masalah yang terjadi seperti masalah sumberdaya manusia, tatalaksana, dan sistem pelayanan pendidikannya. Oleh karena itu, dibutuhkan pengembangan kapasitas untuk meningkatkan pelayanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus. Penelitian lainnya oleh Purwati Ayu, dkk (2013) menjelaskan bahwa yayasan swadaya yang didirikan untuk pendidikan anak autis bernama Bina Autis Mandiri (BAM) bertujuan mengakomodir kebutuhan anakanak yang termarginalkan (anak autis dan anak normal dari golongan yang tidak mampu secara ekonomi agar mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas). Prasyarat keberhasilan program mampu di capai dengan cara melakukan persiapan akademik, administrasi,perbaikan pelayanan ke anak, SDM (Sumber Daya Manusia) yang mendukung, perbaikan struktur organisasi serta kurikulum. Kehadiran PLA pada 28 provinsi di Indonesia, sebagai salah satu lembaga pelayanan publik sesuai tugas dan fungsinya diharapkann memiliki kinerja dan dapat memberikan manfaat secara optimal bagi masyarakat. Terlebih di era modernisasi dan globalisasi saat ini berimplikasi terhadap kemampuan berpikir 11

12 masyarakat dan kuatnya pemenuhan tuntunan kebutuhan hidup, tentunya berimbas pula pada tuntutan masyarakat terhadap lembaga-lembaga pelayanan publik semakin kuat. Hal ini pula yang melahirkan kuatnya tuntutan terhadap manajemen pelayanan yang berkualitas. Disisi lain kehadiran PLA sebagai bentuk perhatian pemerintah terhadap kasus autisme yang menjadi harapan baru bagi orang tua yang memiliki anak autis diharapkan benar-benar dapat memberikan pelayanan yang memberikan kepuasan kepada pengguna jasa dan diwujudkan dalam eksistensi dan kemampuan bersaing dengan lembaga pelayanan autis lainnya di masa datang, maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul Manajemen Pelayanan Pendidikan Khusus bagi anak autis (Autism Spectrum Disorder) (Studi Kasus di Pusat Layanan Autis Kota Malang). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan di atas, adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pelayanan pendidikan khusus bagi anak autis di Pusat Layanan Autis (PLA) Kota Malang? 2. Bagaimanakah pengukuran kinerja tenaga pendidik dan faktor yang mempengaruhi pada manajemen pelayanan pendidikan khusus di PLA Kota Malang? 12

13 1.3. Tujuan Penelitian Mengacu pada uraian latar belakang serta perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Pelayanan pelayanan pendidikan khusus bagi anak autis di PLA Kota Malang. 2. Pengukuran kinerja tenaga pendidik dan faktor yang mempengaruhi pada manajemen pelayanan pendidikan khusus di PLA Kota Malang Manfaat Penelitian Dengan terlaksananya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik kepada akademisi, pemerintah maupun masyarakat meliputi manfaat teoritis, praktis dan kebijakan. 1. Manfaat Teoritis Sebagai referensi ilmiah atau rujukan tentang manajemen pelayanan pendidikan di suatu lembaga yang memberikan layanan kepada anak autis untuk mengembangkan metode atau konsep yang terintegrasi dalam memberikan pelayanan optimal bagi anak autis. 2 Manfaat Praktis a. Sebagai masukan bagi PLA Kota Malang dalam memberikan pelayanan optimal kepada anak-anak penyandang autis, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan bagi anak autis. b. Diharapkan dapat berguna bagi lembaga-lembaga lain, khususnya lembaga yang memberikan layanan kepada anak autis tentang konsep dan pelaksanaan manajemen pelayanan bagi anak autis. 13

14 3. Manfaat Kebijakan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan masukan bagi para pemangku kepentingan dalam menetapkan kebijakan pelayanan terkait hak-hak anak autis dalam mendapatkan layanan pendidikan. 14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan luar biasa bukan merupakan pendidikan yang secara keseluruhan berbeda dengan pendidikan pada umumnya. Jika kadang-kadang diperlukan pelayanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Autisme merupakan suatu kumpulan gejala (sindrom) yang diakibatkan oleh kerusakan saraf. Gejalanya sudah tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Penyandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan diperkenalkan tahun 1943 oleh seorang psikolog anak di Amerika Serikat bernama Leo Kanner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat 400% menjadi 1 banding 625 (Mash & Wolfe, 2005). Tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. meningkat 400% menjadi 1 banding 625 (Mash & Wolfe, 2005). Tahun 2006, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka pertumbuhan anak autis di dunia dalam dekade terakhir sungguh mengkhawatirkan, lihat saja pada awal tahun 2000 prevalensi penyandang autis masih 1:2.500 (Tanguay,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian Pusat Pendidikan dan Terapi Anak Autis di Sukoharjo dengan Pendekatan Behaviour Architecture, perlu diketahui tentang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak hanya dibutuhkan oleh anak-anak normal (siswa reguler), akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak hanya dibutuhkan oleh anak-anak normal (siswa reguler), akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi hak setiap anak. Pendidikan menjadi salah satu aspek penting dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan tidak hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Autisme merupakan fenomena yang masih menyimpan banyak rahasia walaupun telah diteliti lebih dari 60 tahun yang lalu. Sampai saat ini belum dapat ditemukan penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986, pemerintah telah merintis

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986, pemerintah telah merintis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah dalam upaya pemerataan layanan pendidikan untuk menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang berkualitas bagi semua anak di Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan untuk membangun Negara yang merdeka adalah dengan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut telah diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua orangtua menginginkan anaknya sehat, mampu bersekolah, berteman dan akhirnya terjun pada masyarakat saat mereka sudah cukup dewasa. Namun bagi orang tua yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan

I. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan kemanusiaan adalah dua entitas yang saling berkaitan, pendidikan selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam usaha menciptakan masyarakat yang beriman, berakhlak mulia, berilmu serta demokratis dan bertanggungjawab. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, seperti yang tercantum dalam Undang Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu negara memiliki kewajiban untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan mutlak manusia untuk berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Pendidikan diberikan kepada seorang anak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. JOGJA.AUTISM.CARE Pusat Terapi Anak Autis di Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. JOGJA.AUTISM.CARE Pusat Terapi Anak Autis di Yogyakarta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Saat ini Autistic Spectrum Disorder (ASD) yang lebih dikenal dengan nama autisme, telah merebak menjadi permasalahan yang menakutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap anak yang dilahirkan di dunia ini tidak selalu tumbuh dan berkembang secara normal. Ada diantara anak-anak tersebut yang mengalami hambatan, kelambatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu pun dari semua ini ada karena hak manusia memutuskan untuk. kebesaran dan kekuasaan Allah di alam semesta ciptaan-nya.

BAB I PENDAHULUAN. satu pun dari semua ini ada karena hak manusia memutuskan untuk. kebesaran dan kekuasaan Allah di alam semesta ciptaan-nya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Pemilik seluruh jagat raya adalah Allah yang Maha Perkasa, penguasa seluruh alam. Jasad fisik berada dalam genggaman Allah yang menciptakan, dan Dia tidak bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu, setiap manusia memiliki hak untuk memperoleh pendidikan yang layak dan bermutu sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua orang tua pasti mengharapkan memiliki anak yang sehat baik fisik maupun mental dan menjadi anak yang baik dan menjadi kebanggaan keluarga. Namun pada kenyataannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sekolah Luar Biasa : Autisme Boyolali Alam Taman Terapi :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sekolah Luar Biasa : Autisme Boyolali Alam Taman Terapi : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sekolah Luar Biasa :Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah khusus bagi anak usia sekolah yang memiliki kebutuhan khusus. (http://repository.usu.ac.id, diakses 27

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MONITORING PERKEMBANGAN TERAPI AUTISME PADA SEKOLAH INKLUSI

SISTEM INFORMASI MONITORING PERKEMBANGAN TERAPI AUTISME PADA SEKOLAH INKLUSI SISTEM INFORMASI MONITORING PERKEMBANGAN TERAPI AUTISME PADA SEKOLAH INKLUSI Tan Amelia 1, M.J. Dewiyani Sunarto 2, Tony Soebijono 3 1 Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya, Jl. Raya Kedung Baruk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gangguan autistik muncul sekitar tahun 1990-an. Autistik mulai dikenal secara luas sekitar tahun 2000-an (Yuwono, 2009: 1). Berbicara adalah salah satu aspek yang sangat

Lebih terperinci

tahun belakangan ini, ditemukan bahwa jumlah individu yang mempunyai California, Amerika Serikat pada tahun 2012, jumlah individu yang

tahun belakangan ini, ditemukan bahwa jumlah individu yang mempunyai California, Amerika Serikat pada tahun 2012, jumlah individu yang BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 INDIVIDU BERKEBUTUHAN KHUSUS Seiring dengan perkembangan kesadaran masyarakat akan kesehatan, diagnosa kebutuhan khusus pada individu juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam lini kehidupan. Semua orang membutuhkan pendidikan untuk memberikan gambaran dan bimbingan dalam

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, dihadapkan pada banyak tantangan baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, budaya juga pendidikan. Semakin hari persaingan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autisme merupakan suatu kumpulan gejala yang diakibatkan oleh kerusakan saraf. Gejalanya sudah tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Penyandang autisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa awal adalah individu yang berada pada rentang usia antara 20 hingga 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Autisme adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis gangguan perkembangan pervasif anak yang mengakibatkan gangguan keterlambatan pada bidang kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugrah yang Tuhan berikan untuk dijaga dan dirawat. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam masa tumbuh kembang. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan. Bahkan di dalam Undang-Undang Dasar Negara di sebutkan bahwa setiap warga Negara berhak dan wajib mendapat pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara yang telah ditunjuk untuk menyelenggarakan Sekolah Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi yang paling mendasar bagi setiap manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam UUD 1945 dijelaskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan bersama dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa pendidikan tidak

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Anak merupakan harapan bagi setiap orang tua agar kelak menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Setiap orang tua berharap

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan manusia dan menjadi kebutuhan bagi semua manusia. Pemerintah juga memberikan kewajiban setiap

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS 1 BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban memenuhi dan melindungi hak asasi tersebut dengan memberikan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan setiap orang tua. Namun kebahagiaan dan harapan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal (1) dinyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

MENGATASI PERMASALAHAN PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTISME DENGAN METODE APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS (ABA) DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA

MENGATASI PERMASALAHAN PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTISME DENGAN METODE APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS (ABA) DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA i MENGATASI PERMASALAHAN PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTISME DENGAN METODE APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS (ABA) DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan dalam pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan dalam pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan pra syarat untuk mencapai tujuan dalam pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER

Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER I.1. Latar Belakang Anak-anak adalah anugerah dan titipan Tuhan Yang Maha Esa yang paling berharga. Anak yang sehat jasmani rohani merupakan idaman setiap keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah anak-anak normal yang tidak mengalami kebutuhan khusus dalam pendidikannya. Hal ini sudah berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Autis merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis

BAB I PENDAHULUAN. Autis merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis gangguan perkembangan pervasif anak yang mengakibatkan gangguan keterlambatan pada bidang kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang tua. Anak bisa menjadi pengikat cinta kasih yang kuat bagi kedua orang

BAB I PENDAHULUAN. orang tua. Anak bisa menjadi pengikat cinta kasih yang kuat bagi kedua orang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua pasti sangat mendambakan hadirnya seorang anak dalam pernikahannya karena anak merupakan anugerah yang sangat berarti bagi kedua orang tua. Anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia serta untuk menyiapkan generasi masa kini sekaligus yang akan datang. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deteksi dini untuk mengetahui masalah atau keterlambatan tumbuh kembang sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu unsur sosial yang paling awal mendapat dampak dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu unsur sosial yang paling awal mendapat dampak dari setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencapaian tujuan pendidikan nasional tidak terlepas dari peran serta orang tua atau keluarga. Keluarga sebagai bagian dari struktur sosial setiap masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Salah satu keterampilan yang penting dan harus dikuasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada setiap budaya dan lingkungan masyarakat, keluarga memiliki struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada setiap budaya dan lingkungan masyarakat, keluarga memiliki struktur yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada setiap budaya dan lingkungan masyarakat, keluarga memiliki struktur yang mungkin saja berbeda dan terbentuk dengan cara-cara yang juga beragam. Namun sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang menyangkut masalah komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi. Istilah autis hingga kini masih

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa dalam upaya memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Definisi Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Definisi Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi 1.1.1 Definisi Judul Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian AUTISM SCHOOL DI BATANG DENGAN PRINSIP UNIVERSAL DESIGN, maka perlu diketahui tentang pengertian judul

Lebih terperinci

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK Oleh Augustina K. Priyanto, S.Psi. Konsultan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dan Orang Tua Anak Autistik Berbagai pendapat berkembang mengenai ide sekolah reguler bagi anak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks pada anak, mulai tampak sebelum usia 3 tahun. Gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks pada anak, mulai tampak sebelum usia 3 tahun. Gangguan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Autisme dipandang sebagai kelainan perkembangan sosial dan mental yang disebabkan oleh gangguan perkembangan otak akibat kerusakan selama pertumbuhan fetus, atau saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar anak berkembang dengan kondisi fisik atau mental yang normal. Akan tetapi, sebagian kecil anak mengalami hambatan dalam perkembangannya atau memiliki

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Negeri (SMPN) inklusif di Kota Yogyakarta, tema ini penting

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Negeri (SMPN) inklusif di Kota Yogyakarta, tema ini penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tesis ini bertujuan untuk menganalisis pelayanan pendidikan inklusif bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) 1. Dengan mengambil lokus pada Sekolah Menengah Pertama Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga Negara dengan negaranya begitu juga sebaliknya. Hak dan kewajiban ini diatur dalam undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara. Pendidikan di Indonesia telah memasuki tahap pembaruan dimana pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan individu secara optimal sehingga dapat hidup mandiri. Pendidikan di Indonesia telah memiliki

Lebih terperinci

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan yang menjadi acuan dari penulisan laporan ini. Dari latar belakang permasalahan tersebut maka dapat diuraikan pokok-pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang khusus agar memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan inklusif merupakan paradigma baru pendidikan kita dan merupakan strategi untuk mempromosikan pendidikan universal yang efektif karena dapat menciptakan sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan inklusi, yaitu Peraturan Gubernur No. 116 tahun 2007 saja, masih belum

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan inklusi, yaitu Peraturan Gubernur No. 116 tahun 2007 saja, masih belum BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kesempatan untuk mendapatkan akses pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah umum, masih rendah bahkan boleh dikatakan memprihatinkan. Salah satu indikatornya

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Bab I Pendahuluan 1.1. Latar belakang 1.1.1 Judul Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Karakteristik Pengguna 1.1.2 Definisi dan Pemahaman Judul Perancangan : Berasal

Lebih terperinci

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010 AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010 SIAPAKAH? ANAK LUAR BIASA ANAK PENYANDANG CACAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PENDIDIKAN INKLUSIF Pendidikan inklusif

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5494 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI ADMINISTRASI. Kepegawaian. Aparatur Sipil Negara. Manajemen. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman mulai banyak keluarga yang melahirkan anak-anak dengan berkebutuhan khusus karena mereka terlahir dengan gangguan fisik atau psikis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Pendidikan tidak hanya bertindak sebagai alat yang dapat meningkatkan kapasitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu alat merubah suatu pola pikir ataupun tingkah laku manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Istilah autisme sudah cukup familiar di kalangan masyarakat saat ini, karena media baik media elektronik maupun media massa memberikan informasi secara lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. Pendidikan sangat dibutuhkan dalam rangka peningkatan sumber daya manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD) yaitu konvensi tentang hak-hak penyandang difabilitas, telah diratifikasi oleh Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi semakin maju dan perkembang pesat karena adanya Globalisasi. Begitu pula dengan dunia pendidikan yang harus mengikuti adanya perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia

Lebih terperinci

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM SALINAN QANUN KOTA LANGSA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam upaya mewujudkan tujuan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia sudah merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang apalagi diera globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan faktor yang paling menentukan dalam setiap organisasi, karena di samping sumber daya manusia sebagai salah satu unsur kekuatan daya saing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang telah mengalami banyak perkembangan, majunya ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut juga dipengaruhi

Lebih terperinci

2 sumber daya manusia, peran masyarakat, dan dukungan pendanaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan adanya upaya terarah, terpadu, dan

2 sumber daya manusia, peran masyarakat, dan dukungan pendanaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan adanya upaya terarah, terpadu, dan TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Saat ini permasalahan pendidikan di Indonesia sangatlah penting dan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Saat ini permasalahan pendidikan di Indonesia sangatlah penting dan ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini permasalahan pendidikan di Indonesia sangatlah penting dan ini merupakan sebuah kewajiban negara dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PROGRAM SON-RISE PADA KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU OFF-TASK PADA ANAK AUTIS

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PROGRAM SON-RISE PADA KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU OFF-TASK PADA ANAK AUTIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis bukan sesuatu hal yang baru lagi bagi dunia, pun di Indonesia, melainkan suatu permasalahan gangguan perkembangan yang mendalam di seluruh dunia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial, tidak bisa mengamati dan mengolah informasi. Orang

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial, tidak bisa mengamati dan mengolah informasi. Orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autisme merupakan gangguan dalam perkembangan komunikasi, interaksi sosial, tidak bisa mengamati dan mengolah informasi. Orang dengan Autisme Spectrum Disorder (ASD)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menerima bahwa anaknya didiagnosa mengalami autisme.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menerima bahwa anaknya didiagnosa mengalami autisme. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap keluarga yang amat mendambakannya. Berbagai harapan hadir ketika anak mulai ada di dalam perut Ibu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis multidimensi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 telah membawa dampak yang luar biasa pada mutu Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia dan juga pada

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA I. UMUM Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian.

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Di perjalanan kehidupan suatu Bangsa selalu terjadi proses regenerasi yang pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian. Dengan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945, setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Oleh karenanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini para penderita anak berkebutuhan khusus semakin meningkat di dunia dan juga di Indonesia, UNESCO (2010) melaporkan, tercatat 35 juta orang penyandang autisma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk sosial. Dalam perkembangannya yang normal, seorang bayi mulai bisa berinteraksi dengan ibunya pada usia 3-4 bulan. Bila ibu merangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agar keberlangsungan hidup setiap manusia terjamin maka kebutuhan dasar akan pendidikan harus terpenuhi sehingga lebih bermartabat dan percaya diri. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah program. Program melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses untuk mencapai tujuan yang diprogramkan. Sebagai

Lebih terperinci