Universitas Sumatera Utara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Universitas Sumatera Utara"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Maramis (1980) dalam bukunya Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa mengatakan kecemasan sebagai hal yang mengganggu dan mengancam ketenangan setiap orang. Kecemasan juga dapat menghilangkan rasa aman dan merupakan suatu tanda bahaya seperti halnya timbul rasa was-was, khawatir akan terjadi sesuatu, tegang terus-menerus, dan tidak mampu berlaku santai. Freud (dalam Effendi & Praja, 1984) mendefinisikan kecemasan sebagai suatu perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu seperti perubahan detak jantung dan pernafasan. Menurut Freud, kecemasan melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan reaksi fisiologis, dengan kata lain kecemasan adalah reaksi atas situasi yang dianggap berbahaya. Bayle dan Leinster (1987) mengungkapkan bahwa kecemasan adalah fenomena fisiologis dan tidak dapat dipandang sebagai abnormal, kecuali kalau derajatnya lebih besar dari seharusnya, berlangsung lama atau jika terjadi tanpa sebab. Sementara, Atkinson (1996) menyatakan bahwa kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang dialami dalam tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan yang diungkapkan oleh Keable (1997) merupakan suatu rangsangan emosional yang berlebihan, kognitif dan perilaku. Mereka juga dikaitkan dengan distres subyektif yang signifikan dan ketakutan. Dari pendapat beberapa ahli tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan manifestasi emosi dan kognitif yang bercampur baur, berupa ketegangan, kegelisahan, gangguan perilaku dan kekhawatiran yang

2 dialami sebagai reaksi terhadap adanya ancaman, tekanan dan reaksi fisiologis yang mempengaruhi psikis individu tersebut. 2. Gejala-gejala Kecemasan Maramis (1980) memberikan gambaran gejala-gejala orang yang mengalami kecemasan yang terbagi menjadi dua bagian yaitu secara psikologik, dan somatik. Komponen dari gejala psikologiknya adalah sebagai berikut: a) khawatir, b) gugup, c) tegang, d) rasa tak aman, e) takut, f) lekas terkejut. Sedangkan komponen somatik dari gejala kecemasan adalah: a) palpitasi, b) keringat dingin pada telapak tangan, c) tekanan darah meningkat, d) respon kulit terhadap aliran listrik galvanik berkurang, e) peristaltik bertambah, f) dan lekositosit. Gejala-gejala kecemasan yang diungkapkan oleh Keable (1997) Dalam The Management of Anxiety adalah sebagai berikut: a) kelelahan yang berkepanjangan b) mulut kering c) keringat berlebih d) mengalami pusing e) sakit kepala f) pembengkakan di tenggorokan g) sulit bernapas h) jantung berdebar

3 i) masalah pada buang air kecil/ besar. Sementara itu Hawari (2001) mengemukakan gejala gejala orang yang mengalami kecemasan diantaranya: a) Cemas, merasa khawatir, firasat buruk, takut dengan pikirannya sendiri, mudah tersinggung; b) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut; c) Takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang; d) Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan; e) Gangguan konsentrasi dan daya ingat; f) Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot tulang, pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak napas, gangguan Dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah ketegangan yang menimbulkan rasa gelisah, tidak tenang, kekhawatiran, rasa tidak aman, serta timbulya reaksi seperti gugup, takut merasa sendirian, gangguan pola tidur dan juga terdapatnya keluhan-keluhan somatik tertentu. 3. Faktor-faktor Kecemasan Menurut Keable (1997), ada beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya kecemasan, yaitu: a. pengaruh keluarga (misalnya, faktor neurobiologis dan kepribadian); kecemasan disini diartikan sebagai kecemasan yang disebabkan oleh adanya turunan sifat pencemas, dan atau mencemaskan salah seorang atau sekelompok orang di dalam keluarga yang mengalami sesuatu sehingga menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan serta timbul kekhawatiran. b. trauma dari peristiwa-peristiwa psikologis tertentu; kecemasan timbul diakibatkan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan sehingga perasaan menjadi was-was dan terlalu protektif terhadap diri sendiri maupun orang lain. c. Stress; tekanan psikologis yang mampu membuat perasaan menjadi sangat gelisah, takut berkepanjangan, tidak tenang, gangguan pada

4 proses berpikir, sukar konsentrasi dan gangguan fisik seperti jantung yang berdebar-debar. d. kegagalan dalam belajar; kecemasan yang disebabkan oleh kegagalan dalam belajar merupakan kecemasan yang disebabkan kurangnya daya atau kemampuan untuk menghadapi kejadian/peristiwa tertentu yang serupa (pernah terjadi) sehingga menimbulkan keresahan dan ketidakmampuan kontrol diri. Sementara faktor-faktor kecemasan yang diungkapkan Carpenito (1998) adalah sebagai berikut: a. Patofisiologis yaitu setiap faktor yang berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia akan makanan, air, kenyamanan, dan keamanan. b. Situasional berhubungan dengan ancaman konsep diri terhadap perubahan status, adanya kegagalan kehilangan benda yang dimiliki dan kurang penghargaan dari orang lain. b.1. Berhubungan dengan kehilangan orang terdekat karena perceraian kematian, tekanan budaya, perpindahan dan adanya perpisahan sementara; b.2. Berhubungan dengan ancaman integritas biologis, yaitu penyakit; b.3. Berhubungan dengan perubahan lingkungan misalnya pencemaran lingkungan misalnya pencemaran lingkungan, pensiun; b.4. Berhubungan dengan perubahan status sosial ekonomi, misalnya pengangguran, pekerjaan baru, dan promosi jabatan. b.5. Berhubungan dengan kecemasan orang lain terhadap individu. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada berbagai faktor kecemasan seperti pengaruh keluarga, adanya trauma dari peristiwa psikologis tertentu, stress, dan kegagalan dalam belajar yang menimbulkan

5 kecemasan, dipengaruhi oleh faktor patofisiologis dan situasional seperti 24epres yang berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia dan berhubungan dengan integritas biologis yaitu salah satunya adalah kehilangan orang terdekat. B. Peran Ayah 1. Pengertian Peran Ayah Setiap orangtua memiliki tugas masing-masing didalam rumah tangga, dimulai dengan memberikan pendidikan dan pengasuhannya sampai kepada menafkahi sudah merupakan peran yang masing-masing orangtua berikan pada semua anak-anaknya (Pasaribu & Pribadi, 1981). Sementara itu, Simanjuntak dan Pasaribu (1981) mengatakan bahwa didalam rumah tangga ayah juga memiliki peran dalam kepengurusan. Peran ayah disini diperlukan sebagai pengelola kerumahtanggaan. Maksudnya adalah ayah sebagai kepala keluarga ikut bersama-sama mengelola segala keperluan yang menyangkut banyak segi dan menjalankan keberfungsian manusia dalam lembaga sosial dalam hal ini adalah keluarga itu sendiri. Yunawan (1983) menyebutkan bahwa peran sebagai orangtua dimulai ketika anak hadir ditengah kehidupan pasangan suami-istri. Melalui bermain dan komunikasi orangtua membentuk pengalaman hidup anak dan sebaliknya juga anak mempengaruhi perilaku orangtua ketika berinteraksi dengan anak. Lazimnya sebagai seorang ayah adalah memiliki tugas dan tanggung jawab seperti bekerja untuk menafkahi keluarga, menjaga dan memastikan kondisi keluarga dalam keadaan yang baik dan siap dalam situasi apapun (Kompas, 2000). Selanjutnya, ayah sebagai pemimpin keluarga berperan sebagai pengendali jalannya rumah tangga dalam keluarga. Sebagai pemimpin keluarga orangtua wajib mempunyai pedoman hidup yang mantap, agar jalannya rumah tangga dapat berjalan dengan lancar menuju tujuan yang telah dicita-citakan. Selain ayah sebagai pemimpin keluarga, ayah memiliki peran sebagai pencari nafkah. Penghasilan yang cukup dalam keluarga mempunyai dampak yang baik sekali dalam keluarga. Kuat atau lemahnya ekonomi

6 keluarga tergantung pada pengahasilan ayah. Untuk itu seorang ayah harus mempunyai pekerjaan yang hasilnya dapat dipegunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Peran lainnya yang dimiliki dan seharusnya dijalankan oleh seorang ayah adalah sebagai pendidik dan tokoh atau modal identifikasi anak. Peran sebagai pendidik dan tokoh ini menyangkut pada perkembangan peran dan pertumbuhan pribadi anak. Ayah sebagai pendidik terutama menyangkut yang bersifat rasional. Sedangkan ayah berperan sebagai tokoh atau modal identifikasi anak adalah dalam rangka membentuk super ego yang ideal. Super ego merupakan fungsi kepribadian yang memberikan pegangan hidup yang benar, susila dan baik. Untuk itu diperlukan ayah yang memiliki pribadi yang kuat, karena pribadi yang kuat akan memberikan makna bagi pembentukan pribadi anak (Gunarsa, 1995). Menurut uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ayah pun memiliki banyak peran dalam kehidupan berkeluarga (rumah tangga), antara lain sebagai pengendali jalannya rumah tangga dalam keluarga, sebagai pencari nafkah, sebagai pendidik anak-anaknya, sebagai tokoh dan model identifikasi, serta pemberi pegangan hidup yang benar, pemberi pegangan susila dan baik. Agar dapat melaksanakan peran-peran ini maka seharusnya seorang ayah dituntut untuk bekerja keras dan berpengetahuan yang memadai. Pengetahuan ini diperlukan karena persoalan-persoalan dalam kehidupan semakin harisemakin kompleks. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Ayah Faktor-faktor yang mempengaruhi peran keayahan adalah adanya kewajiban dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarganya, seperti yang diungkapkan Gunarsa (1995), yaitu: a. Ayah sebagai pencari nafkah Tugas ayah sebagai pencari nafkah adalah tugas yang sangat penting dalam keluarga. Penghasilan yang cukup dalam keluarga

7 mempunyai dampak yang baik dalam keluarga. Kuat-lemahnya ekonomi keluarga bergantung pada penghasilan ayah. b. Ayah sebagai suami yang penuh pengertian dan pemberi rasa aman Ayah sebagai suami yang memberikan keakraban dan kemesraan bagi sang istri. Terkadang hal ini sering tidak diperhatikan, padahal istri sebagai ibu, bila tidak mendapat dukungan serta perhatian dari suami istri dapat menjadi jemu, terhadap semua kegiatan rumah tangga, mengurus keluarga dan peran serta tugas seorang ibu lainnya. Karena itu patut menjadi perhatian dan agar suasana terpelihara dengan baik, maka perlu terciptanya suasana yang baik antara suami dan istri. c. Ayah yang berpartisipasi dalam pendidikan anak Dalam hal pendidikan peranan ayah sangat penting. Terutama pada anak laki-laki ayah menjadi model, teladan untuk perannya kelak sebagai seorang laki-laki. Bagi anak perempuan, fungsi ayah adalah sebagai pelindung kepada putrinya. Ayah yang memberi perlindungan kepada putrinya memberi peluang bagi anaknya kelak memilih serorang pria sebagai pendamping, pelindungnya. d. Ayah sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana, mengasihi keluarga Seorang ayah adalah pelindung dan tokoh otoritas dalam keluarga, dengan sikapnya yang tegas dan penuh wibawa, menanamkan pada anak sikap-sikap patuh terhadap otoritas dan disiplin. Ayah dengan sikap wibawanya sering menjadi wasit dalam memelihara suasana keluarga, sehingga mencegah timbulnya keributan akibat perselisihan dan pertengkaran dalam keluarga. C. Thalassaemia 1. Pengertian Thalassaemia

8 Thalassaemia berasal dari bahasa Yunani yaitu Talasa yang artinya Laut dan Emia yang artinya terkait dengan darah dan dalam sejarahnya banyak ditemukan di daerah Mediterania (Weatherall, 1977 & Yaish 2007). Menurut hukum Mendel (dalam Latief dkk, 1985) Thalassaemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan dari kedua orangtua kepada anak-anaknya. Rizkiani (2009) menyebutkan Thalassaemia merupakan penyakit dimana sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari), sehingga penderita akan mengalami anemia. Thalassaemia, khususnya Thalassaemia-beta merupakan suatu kelainan 27eprese yang paling sering ditemukan di dunia, termasuk di Indonesia. Jenis penyakit Thalassaemia adalah penyakit hemolitik yang diderita seumur hidup sejak umur kurang dari 1 tahun, penyakit ini menimbulkan baik masalah dari segi medis maupun sosial. Penderita Thalassaemia membutuhklan transfuse darah seumur hidup. Frekuensi gen Thalassaemia di Indonesia berkisar antara 3-10%, dan diperkirakan lebih dari 2000 kasus baru dilahirkan setiap tahun di Indonesia (IDAI, 2004). 2. Penyebab Thalassaemia Eleftheriou (2003) menjelaskan Thalassaemia adalah sekelompok heterogen gangguan genetik di mana produksi hemoglobin normal adalah sebagian atau seluruhnya ditekan karena cacat sintesis dari satu atau lebih rantai globin. Eleftheriou juga menjelaskan tidak ada diagnosis thalassaemia pada anak yang lahir dengan thalassaemia menunjukkan tanda-tanda adanya penyakit ini. Thalassaemia berkembang akibat adanya ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta yang diperlukan dalam pembentukan hemoglobin dalam darah, yang disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan. Selain itu, Thalassaemia disebabkan oleh sel-sel darah didalam tubuh yang yang tidak mengandung cukup Hemoglobin, kelainan hemoglobin ini disebabkan

9 karena adanya perubahan pada salah satu bagian gen hemoglobin (Kusumawardani, 2010). Kembali menurut Eleftheriou (2003), jika seseorang dilakukan tes laboratorium akan muncul adanya kemungkinan gagal tes untuk ditemukannya thalassaemia, terutama jika orang tua belum dilakukan tes yang sama, tidak ada tes prenatal dilakukan anak yang terkena dampak lain di dalam keluarga. Alasannya adalah sangat sulit untuk mendiagnosis pada tahap awal, kehadiran dalam jumlah yang cukup hemoglobin janin (HbF) memastikan keseimbangan dalam jumlah rantai globin dan yang membentuk HbF. Thalassemia dapat didiagnosis pada usia dini dengan menggunakan teknik molekuler yang mengidentifikasi mutasi bahwa anak telah mewarisi dari orang tua masingmasing. Namun, tes ini hanya mungkin dilakukan apabila timbul kecurigaan spesifik misalnya, di mana program skrining bayi baru lahir dengan baik pertimbangkan juga, tes diagnostik yang terlibat dalam identifikasi thalassemia utama incoclusive pada tahap awal. Namun, deteksi mungkin digunakan dalam mendiagnosis adanya varian HbE atau HbS. Dalam kebanyakan kasus, thalassaemia mayor dan dapat didiagnosis sebelum usia 2 tahun. Pada Thalassemia intermedia, dapat tetap terdiagnosis untuk waktu yang lebih lama dan dilakukan tes untuk mengetahuinya. 3. Jenis- jenis Thalassaemia Menurut Jurnal e-medicine (2006), Thalassaemia terbagi menjadi dua jenis besar yaitu Thalassaemia-alpha (α) dan Thalassaemia-beta (β). Dan Secara klinis Thalassaemia dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Thalassaemia Minor, biasanya tidak memberikan gejala klinis, dan 2. Thalassaemia Mayor, memberikan gejala klinis yang khas. Dalam thalassaemia minor diketahui bahwa anak atau orang yang menderita thalassaemia tersebut hanya memiliki 1 gen cacat dalam tubuhnya sedangkan thalassaemia mayor adalah orang yang memiliki 2 gen cacat. 1 gen cacat yang dimiliki penderita memungkinkan ia mengalami anemia yang lebih ringan daripada iorang yang memiliki 2 gen cacat. Orang yang memiliki hanya

10 1 gen cacat akan mengalami anemia lebih ringan dan tanpa disertai gejala, hal ini banyak ditemui pada orang yang berada di daerah Mediterania dan Asia Tenggara (Kusumawardani, 2010). a. Thalassaemia-alpha (α) Thalassaemia α terdapat empat genes (pembawa sifat) yang mengontrol produksi dari globin-alpha. Ada 5 hal yang menunjukkan tahapan Thalassaemia-alpha menuju tingkat yang parah, yaitu: 1. Silent Carrier 2. Alpha-Thalassaemia minor 3. Penyakit Hemoglobin H 4. Munculnya Hemoglobin H-Constant, dan 5. Alpha Thalassaemia major. b. Thalassaemia-beta (β) Thalassaemia β adalah jenis Thalassaemia yang paling sering ditemukan di Indonesia (Kusumawardhani, 2010). Ada 3 tahapan yang membentuk Thalassaemia-beta menjadi Thalassaemia-beta mayor, yaitu 1. Thalassaemia Minor 2. Thalassaemia Intermedia, dan 3. Thalassaemia Major. Bentuk dari thalassaemia ini lebih heterogen dibandingkan dengan thalassaemia alpha. Thalassaemia ini memberikan bentuk klinis yang khas seperti anemia berat, gangguan pertumbuhan, anoreksia, muka thalassaemia, serta hepar dan limpa yang membesar. Dalam buku kuliah kesehatan anak (1985) disebutkan bahwa pada keadaan yang lebih lanjut, dapat ditemukannya bentuk lain seperti kelainan tulang, fraktura dan warna kulit yang kelabu yang disebabkan karena penimbunan zat besi dalam tubuh. Anak dengan kelainan ini biasanya meninggal pada usia muda sebelum dewasa disebabkan oleh gagal jantung dan infeksi.

11 4. Kriteria Diagnostik Thalassaemia Mayor Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Gejala yang khas adalah anak-anak yang terlihat sehat ketika lahir. Walaupun demikian selama setahun hingga dua tahun pertama kehidupan, mereka terlihat pucat, sering pusing dan kurang nafsu makan. Pertumbuhan menjadi lambat dan sering terdapat warna kuning pada mata dan kulit (disebut dengan Jaundice) (Cooley s Anemia Foundation, 2006). 5. Dampak Thalassaemia Mayor bagi Perkembangan Anak Eleftheriou (2003) menjelaskan bahwa beberapa penderita Thalassaemia mengalami beberapa masalah baik secara psikis maupun fisik. Dampak psikis yang dialami bisa berupa depresi, kegelisahan, kecemasan, ketakutan baik ketakutan akan kematian, ketakutan akan rasa sakit, merasa terisolasi, mistrust, helplessness, grief, dan sebagainya. Sedangkan dampak fisik yang dapat dirasakan bisa berupa lemas, lesu, mudah lelah, memiliki pantangan makanan-makanan yang berlemak, sesak, dan sebagainya. Dampak Psikososial yang diderita anak adalah kemungkinan untuk putus sekolah lebih besar, karena kesulitan untuk berada di lingkungan yang aktifitas fisiknya lebih besar, tidak memiliki teman akrab, merasa terisolasi, dan sebagainya. D. Perkembangan Masa Kanak-kanak Secara umum diketahui bahwa dalam perkembangan anak perlu dipenuhi berbagai kebutuhan, yaitu kebutuhan primer, pangan, sandang dan perumahan serta kasih sayang, perhatian penghargaan terhadap dirinya dan peluang mengaktualisasikan dirinya. Semiawan (2002) mengungkapkan bahwa kebutuhan anak secara universal pada umumnya dilukiskan seperti berikut ini: 1. Kebutuhan Jasmaniah-Biologis,

12 Organisme memerlukan makanan, minuman dan pakaian yang cukup. Bila kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka akan terjadi rasa frustasi. 2. Rasa aman terjamin (security and safety), Manusia hidup dengan berusaha. Usaha merupakan sebuah bentuk dari eksplorasi dunia sekitarnya. Hal ini membuktikan bahwa ia ingin memberikan arti yang mengundangnya untuk bergerak. Ia menyelidiki, memilih, mencipta, mengubah, dan menemukan. Dunia yang terkesan terbuka untuk dirinya dan diperlukan menjelajahi daerah yang tidak dikenal, sehingga ia harus merasa dirinya aman dan terjamin dalam melakukan eksplorasi tersebut. 3. Rasa kasih sayang dan dihargai (love and esteem), Kasih sayang merupakan komunikasi seseorang yang ditandai oleh adanya suasana, sehinga antara orang tua dan anak terjadi pertemua batin. Demikian juga dengan kasih sayang akan menunjukkan penghargaan-penghargaan terhadap prestasi yang telah dicapai, sehingga dapat membentuk dan membentuk harga diri anak tersebut. 4. Penjelmaan diri (self actualization), Seorang anak akan memilih pengaruh yang sesuai dengan kebutuhannya, menolak yang tidak dikehendaki, dan hasilnya adalah anak tersebut akan berkembang memenuhi kemampuan, sifat dan sikap sendiri. Tumbuh kembang seorang anak harus selalu diamati berdasarkan dimensi perkembangannya, dapat juga diteropong melalui fase-fase tertentu (Semiawan, 2002). Tiga fase dalam kehidupan yaitu masa progresif (usia 0 20 tahun), masa stabil (usia tahun) dan masa regresif (usia >70 tahun). Anak-anak yang memiliki kedua orangtua yang carier Thalassaemia akan besar kemungkinannya terinfeksi penyakit Thalassaemia mayor. Thalassaemia

13 mayor selanjutnya juga dapat diturunkan kepada keturunan selanjutnya pada salah seorang anaknya meskipun pasangannya tidak atau bukan carier (pembawa sifat) penyakit tersebut. Gandhi (dalam Aceh Forum, 2009) menyebutkan bahwa seorang anak yang Thalassaemia biasanya memiliki tubuh yang lemah, mudah lelah, pucat, tidak bersemangat, dan bisa diketahui sejak usia yang sangat muda (biasanya masa tumbuh usia 2 tahun atau kurang). Selain itu konsumsinya terhadap makanan-makanan tertentu juga harus dibatasi, tidak dapat beraktivitas seperti anak-anak lainnya, dan sebagainya. E. Gambaran Kecemasan Ayah dalam Menghadapi Anak Penderita Thalassaemia Thalassaemia merupakan penyakit menahun atau kronis yaitu penyakit yang diderita dalam jangka waktu lama dan atau sering kali kambuh. Penyakit menahun dapat menimbulkan kecemasan, stress, pada keluarga dalam jangka waktu yang lama pula, bahkan seumur hidup. Akibat dari situasi ini kadang tidak terlalu jelas, bahkan kadang juga tidak terlihat terutama pada orang tua dalam hal ini ayah (Tamam, 2009). Penyakit akut maupun penyakit kronis 32epr mengakibatkan ketidakmampuan fisik maupun mental yang mempengaruhi kehidupan anak yang mengalami sakit atau seluruh anggota keluarga (Coloroso, 2010). Ayah memiliki peran besar didalam keluarga terutama ketika ada anggota keluarga yang sedang sakit. Selain sebagai pencari nafkah, ayah juga berperan sebagai pemberi dukungan dan juga motivasi kepada anggota keluarganya (Sutedja, 2009). Herbert (1995) menemukan bahwa ada perbedaan penggunaan strategi antara ayah dan ibu dalam berespon terhadap anak yang mengalami suatu penyakit. Ayah dengan anak yang memiliki suatu penyakit memiliki lebih banyak masalah dalam beradapatasi dengan keadaan anak dibandingkan dengan kaum ibu.

14 Emosi negatif dan positif yang dialami oleh orang tua juga dapat merasa bertanggung jawab atau bersalah bagi kesehatan anak-anak mereka, kebanyakan mereka terkejut ketika anak pertama kali didiagnosis. Di negara -negara dengan sedikit atau tanpa pengetahuan tentang penyakit dan pengobatannya, orang tua juga tidak siap untuk perawatan intensif terhadap anak-anak mereka di rumah merupakan elemen penting dari prognosis jangka panjang dari anak mereka. Diagnosis thalassaemia juga dapat menempatkan sebuah regangan besar pada hubungan pasangan, kadang-kadang mengarah ke perpisahan atau perceraian. Di sisi lain, penyakit ini juga dapat mengumpulkan kerabat, bertekad untuk melindungi dan mendukung anak mereka. Namun, jika hal ini terjadi pada ayah, banyak ayah yang dapat memfokuskan perhatian mereka pada perawatan anak yang didiagnosis dengan thalassaemia, 33epr menekan anggota keluarga lainnya, terutama anak-anak lain (Eleftheriou, 2003). Ayah memiliki sedikit kesempatan menolong anak dalam perawatan anak, dan ayah juga kurang mendapatkan banyak dukungan dalam hal pengasuhan anak yang sedang sakit (Shonkoff, dalam Cunningham, 1996). Pada anak-anak yang melakukan perawatan kesehatan, kehadiran seorang ayah diperlukan untuk anak-anak tersebut menjadi tabah dan kuat (Sutedja, 2009). Sementara itu, masih menurut Sutedja (2009) ketika seorang ayah dihadapkan dengan situasi anak yang gawat secara tiba-tiba, mereka (ayah) akan mengalami kebingungan dan semakin bingung ketika pasangan atau istri mereka tidak berada didekatnya. Ayah yang mempunyai anak dalam kondisi yang sakit akan merasa cemas ketika sakit tersebut membuat anaknya trauma pada hal-hal tertentu. Dalam keadaan tersebut mereka juga harus berusaha untuk memompa semangat anakanaknya untuk melawan ketakutan, dan menenangkan anak-anaknya (Sutedja, 2009). Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat kecemasan pada ayah dalam menghadapi anak Thalassaemia bila dilihat dari

15 kesempatan dan dukungan serta adaptasi yang dirasakan oleh ayah dalam pengasuhan dan pemeliharaan anaknya yang sedang sakit.

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010 THALASEMIA A. DEFINISI Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Akibatnya penderita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan merupakan pengalaman manusia yang universal, suatu respon emosional yang tidak baik dan penuh kekhawatiran. Suatu rasa yang tidak terekspresikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kecemasan 1. Defenisi Kecemasan adalah keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori 1. Kecemasan Situasi yang mengancam atau yang dapat menimbulkan stres dapat menimbulkan kecemasan pada diri individu. Atkinson, dkk (1999, p.212) menjelaskan kecemasan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Angka kejadian penyakit talasemia di dunia berdasarkan data dari Badan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dirawat di Rumah Sakit minimal selama 1 bulan dalam setahun. Seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dirawat di Rumah Sakit minimal selama 1 bulan dalam setahun. Seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kronis merupakan suatu kondisi yang menyebabkan seseorang dirawat di Rumah Sakit minimal selama 1 bulan dalam setahun. Seseorang yang menderita penyakit

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Kehamilan 2.1.1.1 Definisi Kehamilan adalah suatu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh, setelah bertemunya sel telur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan bukan merupakan suatu keadaan penyakit atau kondisi ibu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan bukan merupakan suatu keadaan penyakit atau kondisi ibu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan bukan merupakan suatu keadaan penyakit atau kondisi ibu yang perlu kita perlakukan seperti orang sakit. Membantunya beradaptasi terhadap perubahan fisiologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi dalam konteks kesehatan adalah suatu proses penyampaian pesan kesehatan oleh komunikator melalui saluran/media tertentu pada komunikan dengan tujuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak dengan penyakit kronis lebih rentan mengalami gangguan psikososial dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit neurologi seperti

Lebih terperinci

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : Amila Millatina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penduduk Usia Lanjut merupakan bagian dari anggota keluarga dananggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Pada

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. serta diwariskan melalui cara autosomal resesif (Cappillini, 2012).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. serta diwariskan melalui cara autosomal resesif (Cappillini, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Thalassemia atau sindrom thalassemia merupakan sekelompok heterogen dari anemia hemolitik bawaan yang ditandai dengan kurang atau tidak adanya produksi salah

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN: 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) Silakan anda memberi tanda di kolom isi sesuai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Wanita 1. Defenisi Wanita Murad (dalam Purwoastuti dan Walyani, 2005) mengatakan bahwa wanita adalah seorang manusia yang memiliki dorongan keibuan yang merupakan dorongan instinktif

Lebih terperinci

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik. Pengertian Kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik. Menurut Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Kecemasan 2.1.1. Definisi Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fausiah&Widury, 2007), kecemasan adalah respons terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional 2.1.1 Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian Kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai

Lebih terperinci

1. Bab II Landasan Teori

1. Bab II Landasan Teori 1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR

HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR HUBUNGAN ANTARA SIKAP PENYELESAIAN MASALAH DAN KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN SOMATISASI PADA WANITA KARIR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : TRI

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Harapan Pada..., Agita Pramita, F.PSI UI, 2008

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Harapan Pada..., Agita Pramita, F.PSI UI, 2008 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana individu dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian baru yang bertujuan untuk menghadapi kehidupan di masa depan. Remaja

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI Pedoman Wawancara 1. Latar belakang berkaitan dengan timbulnya kecemasan - Kapan anda mulai mendaftar skripsi? - Bagaimana perasaan anda ketika pertama kali mendaftar skripsi?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan sangat penting maka pemerintah Indonesia memberikan perhatian berupa subsidi dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu penyakit dapat menyerang siapa saja, baik laki-laki, perempuan, tua,

BAB I PENDAHULUAN. Suatu penyakit dapat menyerang siapa saja, baik laki-laki, perempuan, tua, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan kesehatan di zaman modern semakin hari semakin beragam. Berbagai jenis faktor seperti lingkungan, situasi dan kondisi saat ini sangat berpengaruh bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kecemasan Kecemasan merupakan reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak pasti dan tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Dimana pada usia lanjut tubuh akan mencapai titik perkembangan yang maksimal, setelah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy berasal dari teori Bandura (1997) yaitu teori kognisi belajar sosial. Teori kognisi belajar sosial mengacu pada kemampuan

Lebih terperinci

Thalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N

Thalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N Thalassemia Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N Maiyanti Wahidatunisa Nur Fatkhaturrohmah Nurul Syifa Nurul Fitria Aina

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak merniliki objek yang spesifik. Kecemasan adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman yang membahagiakan. Kehamilan merupakan pengalaman yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman yang membahagiakan. Kehamilan merupakan pengalaman yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya wanita mengatakan bahwa menjadi hamil adalah suatu pengalaman yang membahagiakan. Kehamilan merupakan pengalaman yang luar biasa untuk wanita, dengan hadirnya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Nomor Responden : Nama Responden : Tanggal Pemeriksaan : Skor : 0 = tidak ada 1 = ringan 2 = sedang 3 = berat

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak ditemukan berbagai penyakit kelainan darah, salah

BABI PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak ditemukan berbagai penyakit kelainan darah, salah BAB I PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak ditemukan berbagai penyakit kelainan darah, salah satunya yaitu thalassemia. Thalassemia adalah penyakit darah bawaan yang

Lebih terperinci

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari BERDUKA DAN KEHILANGAN Niken Andalasari DEFENISI KEHILANGAN adalah kenyataan/situasi yang mungkin terjadi dimana sesuatu yang dihadapi, dinilai terjadi perubahan, tidak lagi memungkinkan ada atau pergi/hilang.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 12 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Suatu keadaan yang mengancam keberadaan kehidupan seseorang, akan menimbulkan suatu perasaan yang tidak menyenangkan pada diri orang tersebut.

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN )

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN ) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN ) A. PENGERTIAN Keputusasaan adalah keadaan emosional subjektif yang terus-menerus dimana seorang individu tidak melihat ada alternative

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang

BAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pada umumnya memiliki harapan dengan memiliki tubuh yang selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia 2.1.1. Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian Kecemasan menghadapi kematian (Thanatophobia) mengacu pada rasa takut dan kekhawatiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada masa ini anak belum memiliki kemampuan berpikir yang baik. Hal ini membuat mereka

Lebih terperinci

BABI. kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap

BABI. kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu melewati tahap-tahap perkembangan di sepanjang rentang kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan masuk ke dalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia (lansia) disamping usia yang semakin bertambah tua terjadi pula penurunan kondisi

Lebih terperinci

Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM

Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM Istilah kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT ) dalam tulisan ini merujuk pada segala bentuk kekerasan berbasis gender yang terjadi dalam konteks kehidupan berkeluarga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan merupakan suatu keadaan tegang dimana kita termotivasi untuk melakukan sesuatu dan memperingatkan individu bahwa adanya ancaman yang membahayakan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu masalah besar di negeri

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu masalah besar di negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu masalah besar di negeri ini. Pasalnya, angka kematian ini menunjukkan gambaran derajat kesehatan di suatu wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. xiv

BAB I PENDAHULUAN. xiv xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi atau pembedahan walaupun minor/mayor merupakan pengalaman yang sulit dan bisa menimbulkan kecemasan bagi hampir semua pasien dan keluarganya. Kecemasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, manusia dan pekerjaan merupakan dua sisi yang saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan; keduanya saling mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah anugrah, kehadirannya mengubah hidup menjadi lebih berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena kehadirannya juga orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diajarkan di universitas khususnya Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diajarkan di universitas khususnya Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penguasaan Bahasa Inggris sangat penting bagi seorang mahasiswa, namun sayang masih banyak juga yang belum menyadari perlunya penguasaan Bahasa Inggris yang baik bagi

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja sama dengan ikatan saling berbagi dan kedekatan emosi dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja sama dengan ikatan saling berbagi dan kedekatan emosi dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Peran Keluarga 1.1 Pengertian Keluarga Friedman (1992) mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih individu yang bekerja sama dengan ikatan saling berbagi dan kedekatan

Lebih terperinci

Pedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Pedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Pedologi Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Kecemasan : Kecemasan (anxiety) dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penderitanya semakin mengalami peningkatan. Data statistik kanker dunia tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penderitanya semakin mengalami peningkatan. Data statistik kanker dunia tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kanker merupakan penyakit yang mematikan dan jumlah penderitanya semakin mengalami peningkatan. Data statistik kanker dunia tahun 2012 yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang diturunkan secara herediter. Centre of Disease Control (CDC) melaporkan bahwa thalassemia sering dijumpai pada populasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Merupakan Rumah Sakit Umum (RSU) terbesar yang ada di Wilayah Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Diet Pada Mahasiswi 1. Pengertian perilaku diet pada mahasiswi Gunarsa (1993, h. 19) mengatakan bahwa rentangan usia remaja berlangsung antara 12-21 tahun, yang dibagi

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH GAMBARAN POLA ASUH PENDERITA SKIZOFRENIA Disusun Oleh: Indriani Putri A F 100 040 233 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan, keadaan emosional yang dimiliki oleh seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau kejadian dalam hidupnya.

Lebih terperinci

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari 1. Definisi Kecemasan mengandung arti sesuatu yang tidak jelas dan berhubungan dengna perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya (stuart & sundeeen,1995). Kecemasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang berjalan terus menerus dimulai dari bayi baru lahir, masa anak-anak, masa dewasa dan masa tua. Dalam pertumbuhannya

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Responden

Lembar Persetujuan Responden Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden Saya yang bernama Sri Lestari Mei Donna Siregar/ 1102334 adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular adalah sistem organ pertama yang berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka.

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka. LAMPIRAN Kata Pengantar Melalui kuesioner ini, kami dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai Derajat kecemasan pada siswa kelas XI SMA Santa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. negara-negara maju penyebab kematian karena kanker menduduki urutan kedua

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. negara-negara maju penyebab kematian karena kanker menduduki urutan kedua 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kanker kini telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang kompleks di Indonesia, yang perlu ditanggulangi secara menyeluruh, terpadu, efisien, ekonomis

Lebih terperinci

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE 1. Psikologis, ditunjukkan dengan adanya gejala: gelisah atau resah, was-was atau berpikiran negatif, khawatir atau takut, merasa akan tertimpa bahaya atau terancam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu maupun Ayah memiliki hak yang sama dalam merawat dan membesarkan anak. Membesarkan anak bukanlah

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE DI WILAYAH KERJA RUMAH SAKIT RAJAWALI CITRA BANGUNTAPAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : AYU PUTRI UTAMI NIM

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138) digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi setiap wanita. Sepanjang daur kehidupan wanita, sudah menjadi kodratnya akan mengalami proses kehamilan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab intrakorpuskuler (Abdoerrachman et al., 2007). dibutuhkan untuk fungsi hemoglobin yang normal. Pada Thalassemia α terjadi

BAB I PENDAHULUAN. penyebab intrakorpuskuler (Abdoerrachman et al., 2007). dibutuhkan untuk fungsi hemoglobin yang normal. Pada Thalassemia α terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Thalassemia adalah suatu penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan dari kedua orangtua kepada anak-anaknya secara resesif yang disebabkan karena kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecemasan merupakan istilah yang menggambarkan keadaan khawatir dalam kehidupan sehari-hari (Dalami, 2005). Kecemasan dapat ditimbulkan dari peristiwa sehari-hari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).

BAB II LANDASAN TEORITIS. reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss). BAB II LANDASAN TEORITIS A. GRIEF 1. Definisi Grief Menurut Rando (1984), grief merupakan proses psikologis, sosial, dan reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Definisi Kecemasan Kecemasan (anxiety) adalah variabel penting dari hampir semua teori kepribadian.kecemasan sebagai dampak

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis adalah kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan medis dan keperawatan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap wanita.

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap wanita. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap wanita. Kehamilan terjadi karena adanya proses pembuahan yaitu bertemunya sel telur wanita dengan sel spermatozoa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga kesehatan yang sangat vital dan secara terus-menerus selama 24 jam berinteraksi dan berhubungan

Lebih terperinci

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Artikel PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Mardiya Depresi merupakan penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. Saat ini diperkirakan ratusan juta jiwa penduduk di dunia menderita depresi. Depresi dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit dan menjalani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan pemenuhan kebutuhan dasar yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pengatasan Masalah Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut Lazarus dan Folkman (1984) pengatasan masalah merupakan suatu proses usaha individu

Lebih terperinci

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA PENDERITA PASCA STROKE DI RSUD UNDATA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia? Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala

Lebih terperinci

PROSES TERJADINYA MASALAH

PROSES TERJADINYA MASALAH PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan

Lebih terperinci