BAB III TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP MAKANAN DAN MINUMAN YANG TELAH KEDALUWARSA. A. Pengertian Makanan dan Minuman yang Kedaluwarsa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP MAKANAN DAN MINUMAN YANG TELAH KEDALUWARSA. A. Pengertian Makanan dan Minuman yang Kedaluwarsa"

Transkripsi

1 BAB III TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP MAKANAN DAN MINUMAN YANG TELAH KEDALUWARSA A. Pengertian Makanan dan Minuman yang Kedaluwarsa Kedaluwarsa mempunyai arti sebagai sudah lewat ataupun habisnya jangka waktu sebagaimana yang telah ditetapkan dan apabila dikonsumsi, maka makanan tersebut dapat membahayakan bagi kesehatan yang mengkonsumsinya. 66 Dengan demikian, kedaluwarsa adalah penjualan barang ataupun peredaran produk kemasan dan makanan yang sudah tidak layak dijual kepada konsumen. Hal ini disebabkan karena produk tersebut telah kedaluwarsa sehingga dapat mengganggu kesehatan dan apabila dikonsumsi dalam jangka waktu yang cukup lama dapat menyebabkan kanker. 67 Menurut Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), pengertian makanan, yaitu: makanan adalah setiap barang yang dibuat, dijual atau dinyatakan sebagai makanan dan minuman untuk dikonsumsi manusia, termasuk gula-gula atau permen karet, serta semua bahan yang digunakan dalam produksi makanan. Sedangkan pengertian minuman adalah setiap cairan yang dapat diminum kecuali obat-obatan. Menurut Keputusan Dirjen POM Nomor 02591/B/SK/VIII/1991 tentang Perubahan Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 180/Men.Kes/Per/IV/1985 tentang Makanan Daluwarsa, menyatakan bahwa: 66 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Departemen Pendidikan, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007). 67 Dikutip dari: Maut dalam Makanan Kadaluwarsa, 03/maut-dalam-makanan-kadaluwarsa.html, [Diakses pada tanggal 22 Februari 2017, pukul WIB]. 59

2 60 a. Makanan adalah barang yang diwadahi dan diberikan label dan yang digunakan sebagai makanan atau minuman manusia akan tetapi bukan obat. b. Label adalah tanda berupa tulisan, gambar, atau bentuk pernyataan lain yang disertakan pada wadah atau pembungkus makanan sebagai keterangan atau penjelasan. c. Makanan daluwarsa adalah makanan yang telah lewat tanggal daluwarsa. d. Tanggal daluwarsa adalah batas akhir suatu makanan dijamin mutunya sepanjang penyimpanannya mengikuti petunjuk yang diberikan oleh produsen. Makanan Kedaluwarsa merupakan salah satu pangan yang dapat merugikan konsumen apabila dikonsumsi. Dalam hal ini maka akan memungkinkan berkembangnya bakteri atau kuman sehingga memberikan akibat tidak baik terhadap mutu dari makanan tersebut. Kedaluwarsa mempunyai arti masa simpan dari produk untuk dapat dikonsumsi oleh masyarakat atau konsumen. 68 Makanan kedaluwarsa selalu banyak kaitannya dengan daya simpan (shelf life)makanan tersebut. Daya simpan yang dimaksudkan disini adalah kisaran waktu sejak makanan selesai diolah atau diproduksi oleh pabrik sampai konsumen menerima produk tersebut dalam kondisi dengan mutu yang baik sesuai dengan harapan konsumen. Dalam hal ini persyaratan makanan yang masih memilki mutu yang baik merupakan faktor yang penting. Daya simpan inilah yang nanti menentukan waktu kedaluwarsa suatu produk. Batas kedaluwarsa merupakan batas dimana mutu makanan masih baik, lebih dari waktu tersebut makanan akan mengalami tingkat penurunan sedemikian rupa sehingga makanan tersebutdipandang tidak 68 Hasil wawancara dengan Bapak Abdurrahim, SH, M.Si selaku Kepala Bagian Promosi Bidang Bina Usaha, Ekonomi Kreatif dan Perdagangan Luar Negeri dari Dinas Perdagangan Kota Medan, [Pada tanggal 16 Maret 2017, pukul WIB].

3 61 lagi pantas dikonsumsi oleh masyarakat ataukonsumen. 69 Selain itu di dalam setiap produk makanan dan minuman yang dijual biasanya dicantumkan tanggal kedaluwarsa. Hal tersebut merupakan ciri produk yang baik dan aman dikonsumsi apabila dicantumkan pula tanggal kedaluwarsa nya, karena banyak produk yang ditemukan tidak mencantumkan tanggal kedaluwarsa. Tanggal kedaluwarsa sendiri merupakan batas jaminan produsen atau pelaku usaha terhadap konsumen ataupun pelaku usaha terhadap keamanan produk yang diproduksinya. Sebelum mencapai tanggal yang telah ditetapkan tersebut kualitas atas produk tersebut dapat dijamin oleh produsen atau pelaku usaha sepanjang kemasannya belum terbuka ataupun penyimpanannya sesuai dengan seharusnya.apabila makanan telah memasuki batas tanggal penggunaannya maka makanan tersebut sudah tidak layak untuk dikonsumsi karena dalam makanan tersebut sudah tercemar oleh bakteri maupun kuman sehingga kualitas mutu dari produk tersebut tidak dijamin lagi oleh produsen. Penentuan batas kedaluwarsa dapat dilakukan dengan metode tertentu. Penentuan batas kedaluwarsa dilakukan dengan menentukan umur simpanan produk. Penentuan ini didasarkan pada faktor-faktor mempengaruhi umur pangan. Faktor tersebut misalnya keadaan alamiah (sifat makanan), mekanisme berlangsungnya perubahan (misalnya kepekaan terhadap air dan oksigen), serta kemungkinan terjadinya perubahan kimia (internal dan eksternal). Faktor lain adalah ukuran kemasan (volume), kondisi atmosfer (terutama suhu dan F. G. Winarno, Penentuan Waktu Kadaluwarsa bagi Makanan dan Minuman, Seminar Kadaluwarsa Bahan Makan dan Olahan, (Jakarta: YLKI, 1985), hal Ibid.

4 62 kelembapan) serta daya tahan kemasan selama transit dan sebelum digunakan terhadap keluar masuknya air, gas dan bau.dunia perdagangan mengisyaratkan jangka waktu kedaluwarsa memilki beberapa istilah. Istilah-istilah lain yang sering digunakan adalah : 1. baik digunakan sebelum (best before),memilki arti bahwa suatu produk pangan sebaiknya dikonsumsi sebelum tanggal yang tercantum, karena tanggal tersebut merupakan batas optimal produsen dapat menjamin kelayakan produk untuk dikonsumsi. 2. gunakan sebelum (use by atau expired date), memiliki arti bahwa produk pangan harus dikonsumsi maksimal pada tanggal yang tercantum. 3. batas sebelum penarikan (pull date), merupakan cara lain untuk memberikan infomasi mengenai gunakan sebelum. Kalimat batas waktu sebelum penarikan menandakan tanggal akhir yang dianjurkan bagi konsumen untuk membeli produk tersebut sehingga masih mempunyai jangka waktu untuk mengkonsumsinya tanpa produk tersebut mulai mengalami kerusakan. 4. tanggal dikemas (pack date),merupakan informasi yang berupa tanggal pada saat produk dikemas, baik pengemasan oleh produsen maupun oleh pengecer. 5. tanggal masuk toko (sell by date), merupakan informasi yang berupa tanggal pada saat produk memasuki gudang penyimpanan di toko atau di tempat penjualan.

5 63 6. tanggal pemanjangan (display date), merupakan informasi yang berupa tanggal pada saat produk mulai dipajang di rak-rak atau display di toko atau tempat penjualan. 71 Pencantuman tanggal kedaluwarsa pada kemasan makanan amat penting dan wajib dilakukan oleh produsen maupun pelaku usaha, pencantuman tersebut harus jelas agar dapat dibaca oleh konsumen. Karena, jika hal tersebut terjadi maka akan menimbulkan kerugian bagi konsumen yang mengkonsumi makanan dan minuman tersebut. Kerugian tersebut menyangkut kepada diri konsumen misalnya saja sakit, cacat bahkan kematian serta juga kerugian materil. Setiap produk pangan khususnya produk makanan dan minuman wajib memenuhi standar keamanan dan mutu pangan, sebagaimana diatur dalam pasal 111 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa makanan dan minuman yang dipergunakan untuk masyarakat harus didasarkan pada standar dan/atau persyaratan kesehatan. Hal ini dilakukan untuk memenuhi hak konsumen yakni berhak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan/atau jasa. 72 B. Akibat yang Ditimbulkan Mengkonsumsi Makanan dan Minuman Kedaluwarsa Makanan maupun minuman yang hampir memasuki masa kedaluwarsa biasanya belum mempunyai tanda atau ciri-ciri yang menyatakan bahwa kondisi 71 Midian Sirait, Pengaturan tentang Makanan Kadaluwarsa, Makalah disampaikan oleh Wisnu Katim (Direktur Pengawasan Makanan) pada seminar Daluwarsa Bahan Makanan Olahan, (Jakarta: 27 November 1985), hal Ibid.

6 64 makanan tersebut sudah tidak layak lagi dimakan. Kondisi makanan cenderung masih terlihat baik, namun sebenarnya makanan yang memasuki masa kedaluwarsa tersebut, nutrisi pada makanan telah mengalami penguapan sehingga makanan tidak lagi memiliki nilai gizi yang memadai. Suatu produk sebenarnya sudah memberikan masa tenggang untuk mengantisipasi timbulnya kerusakan maupun penurunan mutu yang terjadi lebih cepat dari kondisi normal, sebagai contoh suatu produk dalam kondisi normal dapat disimpan selama satu tahun mengalami kerusakan mutu yang nyata. Oleh produsen produk ini ditetapkan mempunyai masa simpan hanya 10 (sepuluh) bulan. Dengan kata lain, produk ini mempunyai tanggal kadaluwarsa 10 (sepuluh) bulan setelah diproduksi. Berikut adalah ciri-ciri makanan maupun minuman yang benar-benar sudah tidak layak konsumsi: 1. Adanya perubahan rasa; 2. Berbau tidak sedap; 3. Ditumbuhi jamur; 4. Berlendir dan lengket; 5. Mudah hancur; 6. Berulat dan berbelatung; 7. Tampilan bentuk dan warna berubah dari aslinya. 73 Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui makanan tersebut masih dalam keadaan sehat atau sudah tercemar dan cara agar makanan tersebut tetap terjaga kesegarannya, yaitu: 73 Dikutip dari: Bahaya Makanan Kadaluarsa untuk Kesehatan Tubuh [Diakses pada tanggal 27 Februari 2017, pukul WIB].

7 65 a. Susu dan keju Susu kemasan bisa dikonsumsi selama seminggu setelah kemasan dibuka begitu juga dengan keju. Setelah itu, akan tercium bau asam. Untuk menghindarinya, bungkus kembali keju dengan alumunium foil, masukkan ke dalam kotaknya, lalu simpan di lemari es. Jika keju sudah keburu asam, maka untuk menggunakannya kembali potong bagian yang sudah tercampur udara. b. Daging ayam, sapi, ikan serta tahu Cirinya : daging berubah warna, berlendir, dan berbau menyengat. Tak ada jalan lain untuk mempertahankannya. Anda harus segera membuangnya, agar daging lebih tahan lama, perhatikan cara menyimpannya. Daging yang kotor saat dibeli tidak perlu dicuci, tetapu potong saja bagian yang kotor. Jika tidak langsung dimasak, maka masukkan daging ke dalam freezer. Di dalam freezer, bahan makanan ini akan tahan hingga 1 bulan. c. Sayur dan buah-buahan Sayur atau buah-buahan yang mulai layu masih bisa dikonsumsi, namun vitaminnya sudah berkurang dan rasanya berbeda. Jika sayur atau buah menjadi berjamur dan berlendir, maka jangan dimakan. d. Makanan kering Seperti biskuit, roti kering dan kue kering bisa bertahan 3-6 bulan jika kemasannya belum dibuka. Namun ingat, roti tawar tidak bertahan lama meskipun kemasannya belum dibuka. Rata-rata roti tawar hanya bertahan selama 1 minggu. e. Makanan kaleng Makanan kaleng biasanya bertahan maksimal hingga 2 tahun. Namun jangan berpatokan pada label kedaluwarsa, jika anda melihat perbedaan dari yang biasa anda ketahui. Misalnya, buah kalengan berbau asam, airnya menjadi kental dan berlendir, saat kaleng dibuka mengeluarkan gas, atau terdapat bibit jamur (bulukan) f. Produk pasta dan saus Produk ini pada umumnya memiliki umur simpan yang tinggi. Sebab, walaupun memiliki kadar air tinggi, aktifitas airnya rendah. Hal ini yang menyebabkan sedikitnya jenis bakteri yang mampu menyerang produk-produk pasta dan saus. Meskipun, demikian, masih ada golongan mikroba yang dapat menyerang, seperti kepang dan kamir. 74 Bahaya makanan dan minuman kedaluwarsa terhadap tubuh manusia dapat terjadi secara bertahap dan tidak bisa langsung. Pada dasarnya, makanan dan 74 Dikutip dari: Tips Mengenali Makanan Kadaluwarsa, [Diakses pada tanggal 27 Februari pukul WIB].

8 66 minuman yang telah kedaluwarsa tidak disarankan untuk dikonsumsi lagi, karena dapat menyebabkan beberapa keluhan kesehatan,diantaranya: 1. Sakit perut atau diare Makanan maupun minuman yang telah kedaluwarsa atau menunjukkan tanda tidak layak konsumsi seperti berjamur sudah dipastikan mengandung bakteri yang muncul akibat enzim pada makanan telah mengalami pembusukan dan terkontaminasi radikal bebas sehingga terjadilah penguraian oleh bakteri yang jika masuk kedalam perut dapat menyebabkan sakit perut/diare. 2. Sembelit Makanan dan minuman yang telah mengalami perubahan bentuk, warna dan rasa seperti halnya bagi produk olahan susu yang sangat rentan terhadap perubahan tersebut dapat menyebabkan sembelit. Karena nutrisi maupun zat termasuk serat yang ada didalamnya sudah hilang. Keadaan makanan tersebut dapat menyebabkan proses pembuangan feses menjadi sulit. 3. Keracunan Makanan dan minuman kedaluwarsa jika dikonsumsi secara lanjut dapat menyebabkan suatu reaksi kimia yang ada di dalam makanan itu berubah menjadi racun dan mencederai organ pencernaan dan menyebabkan seseorang keracunan. Keracunan biasanya diawali dengan muntah-muntah,

9 67 mual, badan menjadi lemah sampai pada keadaan yang fatal yaitu kehilangan kesadaran. 4. Kematian Hal ini merupakan dampak yang sangat bahaya akibat dari mengkonsumsi makanan dan minuman yang sudah kedaluwarsa. Ini merupakan tingkatan yang tergolong serius bagi konsumen yang berakibat terancamnya jiwa seseorang. 75 Dengan dilihat dari efek samping dari mengkonsumsi makanan dan minuman kedaluwarsa diharapkan agar para produsen lebih peduli dan fokus pada produk yang dijual agar tidak menimbulkan kerugian di kemudian hari dan tentu saja bagi para konsumen untuk lebih teliti dalam membeli produk makanan dan minuman yang dijual di pasaran karena efek buruk dari makanan yang sudah kedaluwarsa sangat berbahaya dan juga selalu waspada terhadap apa yang dikonsumsi, untuk itu kesehatan tubuh kita adalah hal yang paling penting dijaga untuk seterusnya. C. Bentuk Perlindungan Hukum bagi Konsumen atas Produk yang Telah Kedaluwarsa Sebagaimana telah dibahas, tujuan perlindungan konsumen adalah untuk mengangkat harkat hidup dan martabat konsumen, yaitu dengan cara menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang/jasa. Oleh karena itu, segala perbuatan yang melanggar hak konsumen harus dihindari. Pelaku usaha 75 Dikutip dari: Tips Mengenali Makanan Kadaluwarsa, [Diakses pada tanggal 27 Februari pukul WIB].

10 68 perlu memerhatikan apa saja perbuatan-perbuatan usaha yang dilarang menurut UUPK. Upaya untuk melindungi kepentingan konsumen yang dilakukan melalui perangkat hukum (UUPK) diharapkan mampu menciptakan norma hukum perlindungan konsumen dan memberikan rasa tanggung jawab kepada dunia usaha, terutama pelaku usahanya. 76 Jual beli menurut Hasbi Ash-Shiddieqi menjelaskan bahwa jual beli adalah suatu akad yang tegak atas dasar tukaran harta dengan harta, maka jadilah penukaran harta dengan harta, maka jadilah penukaran hak milik secara tetap. 77 Jika suatu pelaku usaha menjual produk yang sudah kedaluwarsa dan konsumen menggunakannya akibat kelalaian dari pelaku usaha, berarti konsumen menggunakan produk yang mutunya sudah tidak berkualitas dan dapat mengancam kesehatan karena produk tersebut sudah tidak layak untuk dikonsumsi. Menyadari lemahnya posisi konsumen untuk memperoleh informasi yang benar dan jujur dari pelaku usaha, maka konsumen perlu mengetahui bagaimana kondisi setiap barang atau jasa yang akan dibelinya. Informasi terhadap bentuk barang atau jasa sangat diperlukan. Dengan mengetahui kondisi sesungguhnya suatu barang atau jasa, kita akan mengetahui resikonya. Oleh karena inilah maka konsumen perlu bersikap secara mandiri. 78 Berdasarkan pasal 8 UUPK yang mengatur tentang perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha, maka perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha jual beli barang kedaluwarsa adalah : 76 Happy Susanto, Op.Cit., hal Hasbi Ash-Shiddieq, Pengantar Fiqh Mu amalah, (Bandung: Al Ma rif, 1983), hal Happy Susanto, loc.cit.

11 69 1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan; 2. Tidak sesuai dengan berat isi bersih atau netto; 3. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran timbangan, dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya; 4. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan sebagaimana dinyatakan dalam label, etika atau keterangan barang dan jasa tersebut; 5. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label; 6. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal; 7. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat barang, ukuran berat isi, netto. 79 Berdasarkan perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha dalam jual beli barang kedaluwarsa, maka adanya tanggung jawab pelaku usaha yaitu memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran atau ganti kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang yang dihasilkan atau diperdagangkan, kerugian tersebut misalnya adalah timbulnya gangguan kesehatan atau kematian yang disebabkan oleh mengkonsumsi barang yang dijualnya. Untuk itu perlu adanya peraturan perundang-undangan yang khusus untuk mengatur hal tersebut, dan menjamin adanya kepastian hukum bagi konsumen sesuai dengan yang telah diatur di dalam UUPK. Setelah itu, maka dilakukanlah pengumpulan data peraturan perundang-undangan yang dilakukan, maka didapatkan beberapa peraturan, baik dalam undang-undang maupun peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yaitu sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan yang diganti dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan 79 Zaenab, Makanan Kadaluarsa, (Jakarta: Mikroba Pangan, 2000), hal. 34.

12 70 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. 6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 180/Men.Kes/Per/IV/1985 tentang Makanan Daluwarsa, tanggal 10 April Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK tentang Pencantuman Asal Bahan Tertentu, Kandungan Alkohol dan Batas Kadaluwarsa Pada Penandaan/Label Obat, Obat Tradisional, Suplemen Makanan, dan Pangan. 80 Berhubungan dengan kepentingan konsumen maka terdapat beberapa pengaturan mengenai makanan yang telah diatur di dalam beberapa pengaturan yang salah satunya adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan yang sudah diganti dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Undang-undang ini merupakan landasan hukum bagi penyelenggaraan, pelaksanaan, perencanaan dan ketersediaan pangan terhadap kegiatan proses produksi, peredaran serta perdagangan pangan. Berdasarkan pasal 21 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa setiap makanan dan minuman yang di kemas wajib diberi tanda atau label yang berisi: a) Bahan yang dipakai; b) Komposisi setiap bahan; c) Tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa; d) Ketentuan lainnya. 81 Pemberian tanda atau label dimaksudkan agar konsumen mendapat informasi yang benar tentang produk. Pilihan konsumen yang benar mengenai 80 John Pieris dan Wiwik Sri Widiarty, Negara Hukum dan Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Pangan Kedaluwarsa, (Jakarta: Pelangi Cendikia, 2007), hal Ibid.

13 71 barang atau jasa yang dibutuhkan sangat tergantung pada kebenaran dan bertanggung jawabnya informasi yang disediakan oleh pihak-pihak kalangan usaha bersangkutan. 82 Mengenai standar mutu makanan sesuai dengan Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan bahwa makanan yang sudah kedaluwarsa dianggap sebagai pangan yang tercemar. Dan setiap pelaku usaha yang dengan sengaja memperdagangkan makanan tidak memenuhi standar mutu dan keamanan pangan dipidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp ,00 (empat miliar rupiah). 83 Dan apabila perbuatan tersebut mengakibatkan luka berat atau membahayakan nyawa orang, pelaku pidana dengan penjara paling lama 7 (tujuh) tahun atau denda maksimal Rp ,00 (empat belas miliar rupiah). Dan jika menyebabkan kematian maka pelaku dipidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda maksimal Rp ,00 (dua puluh miliar rupiah). Pelaku usaha yang tidak boleh melakukan pengedaran bagi makanan dan minuman yang telah kedaluwarsa diatur di dalam pasal 23 huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun Bahwa pangan yang sudah kedaluwarsa dilarang dijual oleh pelaku usaha. Selanjutnya, di dalam pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 180/Men.Kes/Per/IV/1985 tentang Makanan Daluwarsa pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang: a. Pada label dari makanan tertentu yang diproduksi, diimpor dan diedarkan harus dicantumkan tanggal daluwarsa secara jelas. 82 Az. Nasution, Op. Cit., hal Lihat lebih lanjut pada Pasal 140 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

14 72 b. Makanan tertentu adalah : susu pasteurisasi, susu steril, susu fermentasi, susu bubuk, makanan dan atau minuman yang mengandung susu, makanan bayi, makanan kaleng yang steril komersial. 84 Pelaku usaha yang melanggar ketentuan memproduksi dan memperdagangkan barang yang tidak aman kepada konsumen sebagaimana yang telah diatur di dalam UUPK, selanjutnya akan mendapatkan sanksi akibat dari perbuatannya itu. Aturan mengenai sanksi-sanksi yang dapat dikenakan kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan dapat ditemukan dalam Bab XIII UUPK, yang dimulai dari pasal 60 sampai dengan pasal 63. Sanksi-sanksi yang dapat dikenakan terdiri dari: 1. Sanksi administratif Undang-Undang Perlindungan Konsumen menegaskan mengenai sanksi ini pada Bab XIII Bagian Pertama, hal tersebut dapat dilihat dan diatur mengenai sanksi administratif yang dikenakan kepada pelaku usaha, mengenai hal itu maka Sanksi Administratif dapat dilihat dalam pasal 60, yang berbunyi sebagai berikut: 1) Badan penyelesaian sengketa konsumen berwenang menjatuhkan sanksi administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar Pasal 19 ayat 2 dan 3, Pasal 20, Pasal 25, dan Pasal 26. 2) Sanksi Administratif berupa penetapan ganti rugi paling banyak Rp ,00 (dua ratus juta rupiah). 3) Tata cara penetapan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan. Mengenai sanksi administratif ini lebih tepat dikatakan sanksi perdata, buktinya ditunjukkan oleh angka Rp ,00 (dua ratus juta rupiah) yang 84 Lihat lebih lanjut pada Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 180/Men.Kes/Per/IV/1985 tentang Makanan Daluwarsa, tanggal 10 April 1985.

15 73 ditentukan di dalam pasal 60 ayat (1), selain itu adanya penunjukan pasal 19 ayat (2) dan ayat (3), pasal 20, pasal 25 dan pasal 26. Pasal-pasal ini menuntut tanggung jawab pembayaran ganti kerugian dari pelaku usaha kepada konsumen yang dirugikan akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan (pasal 19 ayat (1), (2) dan (3)). 2. Sanksi pidana pokok Berdasarkan pasal 61 dan pasal 62 UUPK diatur mengenai sanksi pidana pokok, yang dimaksud dengan sanksi pidana pokok adalah sanksi yang dapat dikenakan dan dijatuhkan oleh pengadilan atas tuntutan jaksa penuntut umum terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha. UUPK memungkinkan dilakukannya penuntutan pidana terhadap pelaku usaha dan/atau pengurusnya. Sebagaimana disebutkan di pasal 61 dan pasal 62 UUPK, pasal 61 UUPK berbunyi sebagai berikut: pengurusnya. Penuntutan pidana dapat dilakukan terhadap pelaku usaha dan/atau Kemudian mengenai sanksi pidana pokok diatur selanjutnya di dalam pasal 62 UUPK yang berbunyi sebagai berikut: 1) Pelaku Usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2) dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp ,00 (dua milyar rupiah); 2) Pelaku Usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal 16 dan Pasal 17 ayat (1) huruf d dan huruf f dipidana dengan penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak Rp ,00 (lima ratus juta rupiah);

16 74 3) Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap, atau kematian diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku. Sanksi pidana denda yang dipandang sekedar ongkos operasional produksi atau pemasaran, akan mengakibatkan perusahaan sebagai subyek hukum pidana tidak menjadi jera atau sanksi pidana denda yang dimaksud tidak mengubah perilaku perusahaan yang dimaksud. Akibat perbuatan pidana dapat selalu berulang. Jika hal ini terjadi berarti sanksi pidana denda saja, masih belum cukup apalagi sanksi denda yang diputuskan kecil jumlahnya sehingga harus ada pertimbangan terhadap kemungkinan memberikan sanksi tambahan Sanksi pidana tambahan. 86 Sanksi pidana tambahan adalah sanksi pidana yang hanya dapat dijatuhkan di samping pidana pokok. Penjatuhan sanksi pidana tambahan sifatnya fakultatif namun menjatuhkan sanksi pidana tambahan tidak bisa tanpa dengan menjatuhkan sanksi pidana pokok. 87 Mengenai sanksi pidana tambahan ini telah diatur di dalam pasal 63 UUPK yang berbunyi: Terhadap sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 62, dapat dijatuhkan hukuman tambahan, berupa: a. Perampasan barang tertentu; b. Perampasan keputusan hakim; c. Pembayaran ganti rugi; d. Perintah penghentian kerugian tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian konsumen; e. Pencabutan izin usaha. 85 Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Op. Cit., hal Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), hal Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 121.

17 75 Salah satu jenis hukuman tambahan dalam ketentuan pasal 63 UUPK ini adalah pembayaran ganti rugi. Pembayaran ganti kerugian sebagaimana dimaksudkan dalam pasal ini, adalah kurang tepat, karena ganti kerugian merupakan kajian dari hukum perdatadan bukan hukum pidana. Sedangkan sanksi pidana yang berupa pembayaran sejumlah uang bukan merupakan ganti kerugian, melainkan denda. Demikian pula, dengan hukuman tambahan yang berupa pencabutan izin usaha, yang hal ini merupakan sanksi administratif. 88 Pengaturan yang mengatur mengenai produk pangan pada dasarnya sudah cukup memadai untuk dijadikan dasar pelaksanaan peredaran makanan yang sesuai dengan standar. Pemberian sanksi hukum kepada pelaku usaha yang melanggar hak-hak konsumen adalah upaya negara untuk menciptakan suatu konsep negara kesejahteraan, dimana negara dituntut untuk bertanggung jawab terhadap masalah ekonomi sosial yang dihadapi oleh masyarakat sehingga negara berkewajiban melakukan intervensi terhadap masalah ekonomi sosial yang berkaitan dengan perlindungan hukum bagi konsumen. Bagi konsumen akhir yang selanjutnya disebut sebagai konsumen, mereka memerlukan produk konsumen yang merupakan barang dan jasa yang aman bagi kesehatan tubuh dan jiwa, serta pada umumnya untuk kesejahteraan keluarga atau rumah tangganya. Karena itu diperlukan adanya kaidah-kaidah hukum yang menjamin syarat-syarat aman setiap produk konsumen untuk dikonsumsi, dilengkapi dengan informasi yang benar, jujur, dan bertanggung jawab Ibid. 89 Dedi Harianto, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Iklan Yang Menyesatkan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hal. 10.

18 76 D. Pertanggungjawaban Produsen atau Pelaku Usaha Terhadap Makanan dan Minuman Kedaluwarsa Tanggung jawab produk adalah suatu konsepsi hukum yang intinya dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Di dalam praktik yang dapat kita temukan beberapa penyebab timbulnya kerusakan pada suatu produk, misalnya produk makanan dan minuman dikarenakan lewat tanggal kedaluwarsa, tidak sempurnanya tahap pensterilan, terkontaminasinya bahan dengan zat atau bahan berbahaya lainnya; masuknya bakteri, mikroba maupun jamur ke dalam produk; pecah, penyok atau lubang pada kemasan sehingga mengotori, mencampuri atau mencemari isi pada kemasan kaleng; digunakan zat pewarna, zat pengawet, pemanis sintetis, atau bahan-bahan kimia lainnya yang dilarang digunakan untuk dimakan. Pada pokoknya pihak produsen makanan dan minuman bertanggung jawab penuh atas kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh mutu dan kualitas kemanan dari produk-produk yang dihasilkan. Dalam hal ini kualitas dan keamanan produk yang dihasilkan harus dalam keadaan baik pula. 90 Pertanggungjawaban yang diberikan oleh pelaku usaha terhadap produk yang dihasilkan harus sesuai dengan prinsip pertanggungjawaban produk yang dikenal dalam dunia hukum, khususnya bisnis, yaitu sebagai berikut : 1. Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (liability based on fault); 2. Prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab (presumption of nonliability); 90 Adrian Sutedi, S.H, M.H, Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), hal. 32.

19 77 3. Prinsip paraduga untuk selalu tidak tanggung jawab (strict liability); 4. Prinsip tanggung jawab mutlak (limitation of liability). 91 Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan hukum perdata. Dalam KUHPerdata khususnya pada pasal 1365, 1366, 1367, prinsip ini dipegang secara teguh.prinsip ini menyatakan, seseorang baru dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara hukum jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya. Pasal 1365 KUHPerdata, yang lazim dikenal sebagai pasal tentang perbuatan melawan hukum, mengharuskan terpenuhinya empat unsur pokok, yaitu: a) Adanya perbuatan; b) Adanya unsur kesalahan; c) Adanya kerugian yang diderita; d) Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian. 92 Teori tanggung jawab berdasarkan kelalaian merupakan yang paling merugikan konsumen, karena gugatan konsumen dapat diajukan kalau telah memenuhi dua syarat tersebut, yaitu adanya unsur kesalahan atau kelalaian dan hubungan kontrak antara produsen dan konsumen. Pembentukan teori tanggung jawab dengan dasar adanya unsur kesalahan dan hubungan kontrak pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa pemikiran yairu paham individualisme dalam prinsip 91 Ibid. hal Ibid., hal

20 78 laissez faire, kuatnya kepentingan produsen yang dianggap sebagai pelaku pembangunan industri/ekonomi. Perkara yang perlu diperjelas dalam prinsip iniyang sebenarnya juga berlaku umum untuk prinsip-prinsip lainnya adalah definisi tentang subjek pelaku kesalahan. 93 Mengenai prinsip tanggung jawab mutlak atau yang diidentikkan dengan tanggung jawab absolutmerupakan hal yang patut diperhatikan. Kendati demikian ada pula para ahli yang membedakan kedua terminologi diatas. Ada pendapat yang mengatakan, tanggung jawab mutlak adalah prinsip tanggung jawab yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan. Namun ada pengecualian yang memungkinkan untuk dibebaskan dari tanggung jawab misalnya dalam keadaan darurat. Sebaliknya tanggung jawab mutlak adalah prinsip tanggung jawab tanpa ada kesalahan dan tidak ada pengecualiannya. Prinsip tanggung jawab mutlak dalam hukum perlindungan konsumen secara umum digunakan untuk menjerat pelaku usaha, khususnya produsen barang, yang memasarkan produknya yang merugikan konsumen. Asas tanggung jawab itu dikenal dengan nama product liability. Menurut asas ini produsen wajib bertanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen atas penggunaan produk yang dipasarkannya. Istilah product liability secara historis lahir karena adanya ketidakseimbangan tanggung jawab antara produsen dan konsumen dimana produsen yang pada awalnya menerapkan strategi produk oriented dalam pemasaran produknya, harus mengubah strateginya menjadi consumer oriented. Lebih jelasnya lagi bahwa product liabilty adalah suatu tanggung jawab secara 93 Lihat lebih lanjut pada Pasal 1367 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

21 79 hukum dari orang atau badan yang menghasilkan suatu produk atau dari orang atau badan yang bergerak dalam suatu proses untuk menghasilkan suatu produk atau dari orang atau badan yang menjual atau mendistribusikan produk tersebut. 94 Adapun Agnes M. Toar memberikan pengertian product liability yaitu tanggung jawab para produsen untuk produk yang telah dibawanya ke dalam peredaran yang menimbulkan/menyebabkan kerugian karena cacat yang melekat pada produk tersebut. 95 Mengenai ciri-ciri dari product liability dengan mengambil pengalaman dari masyarakat Eropa dan terutama negeri Belanda, dapat dikemukakan secara singkat sebagai berikut: 1) Yang dapat dikualifikasikan sebagai produsen adalah : a. Pembuat produk jadi; b. Penghasil bahan baku; c. Pembuat suku cadang; d. Setiap orang yang menampakkan dirinya sebagai produsen dengan jalan mencantumkan namanya, tanda pengenal tertentu, atau tanda lain yang membedakan dengan produk asli, pada produk tertentu; e. Importer suatu produk dengan maksud untuk diperjualbelikan, disewakan, disewagunakan, atau bentuk distribusi lain dalam transaksi perdagangan; f. Pemasok, dalam hal ini dari produsen atau importir yang tidak dapat ditentukan. 2) Yang dapat dikualifikasikan sebagai konsumen adalah konsumen akhir; 3) Yang dapat dikualifikasi sebagai produk adalah benda bergerak, sekalipun benda bergerak tersebut telah menjadi komponen/bagian dari benda bergerak atau benda tetap lain, listrik dengan pengecualian produk-produk pertanian dan perburuhan; 4) Yang dapat dikualifikasi sebagai kerugian adalah kerugian pada manusia dan kerugian pada harta benda, selain dari produk yang bersangkutan; 94 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op. Cit., hal Agnes M. Toar, Penyalahgunaan Keadaan (Pada Umumnya) dan Tanggung Jawab Produk atas Produk di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), hal. 7.

22 80 5) Produk diskualifikasi sebagai mengandung kerusakan apabila produk itu tidak memenuhi keamanan yang dapat diharapkan oleh seseorang dengan mempertimbangkan semua aspek, antara lain : a. Penampilan produk (the presentation of the product); b. Maksud penggunaan produk (intended use of the product); c. Saat ketika produk ditempatkan di pasaran (the time when the product was put into circulation). 96 Tanggung jawab tersebut sehubungan dengan produk yang cacat/rusak sehingga menyebabkan atau turut menyebabkan kerugian bagi pihak lain (konsumen), baik kerugian badaniah, kematian atau harta benda. Perlindungan kesehatan dan harta konsumen yang dimaksud adalah perlindungan terhadap manusia agar kesehatannya tidak menurun/hartanya tidak berkurang sebagai akibat penggunaan produk. Perlindungan ini penting bagi konsumen, sehingga perlu bagi setiap konsumen. Ketentuan tentang tindakan perlindungan kesehatan manusia tidak hanya berlaku terhadap produk impor, namun juga terhadap produk pangan lokal, sehingga setiap orang dilarang mengadakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan dan/atau peredaran pangan dalam keadaan yang tidak memenuhi persyaratan sanitasi. 97 Dengan diterapkannya tanggung jawab mutlak ini, produsen telah dianggap bersalah atas terjadinya kerugian kepada konsumen akibat produk cacat bersangkutan, kecuali apabila ia dapat membuktikan sebaliknya bahwa kerugian itu bukan disebabkan oleh produsen. Pada umumnya, ganti rugi karena adanya cacat barang itu sendiri adalah tanggung jawab penjual. Dengan adanya product liability maka terhadap kerugian pada 96 Johannes Gunawan, Product Liability dalam Hukum Bisnis Indonesia, (Bandung: Universitas Parahyangan, 1994), hal Pasal 8 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan.

23 81 barang yang dibeli, konsumen dapat mengajukan tuntutan berdasarkan adanya kewajiban produsen untuk menjamin kualitas suatu produk. Tuntutan itu dapat berupa pengembalian barang sambil menuntut kembali harga pembelian atau penukaran barang dengan yang baik mutunya. Tuntutan ganti rugi ini dapat ditujukan kepada produsen dan juga kepada penjual sebagai pihak yang menyediakan jasa untuk menyalurkan barang/produk dari produsen kepada pihak penjual (penyalur) yang berkewajiban menjamin kualitas produk yang mereka pasarkan. Yang dimaksud dengan jaminan atas kualitas produk ini adalah suatu jaminan atau garansi bahwa barang-barang yang dibeli akan sesuai dengan standar kualitas produk tertentu. Jika standar ini tidak terpenuhi maka pembeli atau konsumen dapat memperoleh ganti rugi dari pihak produsen/pelaku usaha. Pelaku usaha selalu dituntut untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkannya. Mereka juga harus mempertanggungjawabkan atas apa yang terjadi pada setiap produknya. 98 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen terdapat 3 (tiga) pasal yang menggambarkan sistem tanggung jawab produk dalam hukum perlindungan konsumen di Indonesia, yaitu ketentuan pasal 19, pasal 23 dan pasal 28. Pasal 19 telah mengatur tanggung jawab produk secara tegas yang dinyatakan sebagai berikut : 1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. 2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian 98 Happy Susanto, Op.Cit., hal. 40.

24 82 santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. 3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal transaksi. 4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan. 5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen. 99 Ketentuan pasal 19 kemudian dikembangkan pada pasal 23 UUPK yang menyatakan Pelaku Usaha yang menolak dan/atau memberi tanggapan dan/atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), dapat digugat melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen atau mengajukan gugatan ke badan peradilan di tempat kedudukan konsumen. Berdasarkan pasal 23 UUPK bahwa produsen tidak membayar ganti kerugian dalam batas waktu yang telah ditentukan. Sikap produsen ini membuka peluang bagi konsumen untuk mengajukan gugatan ke pengadilan atau penyelesaian sengketa melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Ketentuan lanjutan yang relevan dan signifikan dengan pasal 23 UUPK adalah rumusan dalam pasal 28 UUPK yang berbunyi sebagai berikut: Pembuktian terhadap ada tidaknya unsur kesalahan dalam gugatan ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam pasal 19, pasal 22 dan pasal 23 merupakan beban dan tanggung 99 Dr. Abdul Halim Barakatulah, Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandung: Nusa Media, 2008), hal. 71.

25 83 jawab pelaku usaha. Rumusan inilah yang kemudian dikenal dengan sistem pembuktian terbalik. 100 Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menganut prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan dengan dua modifikasi, yaitu pertama prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga bersalah/lalai atau produsen sudah dianggap bersalah, sehingga tidak perlu dibuktikan kesalahannya (presumption of negligence) dan kedua adalah prinsip untuk selalu bertanggung jawab dengan beban pembuktian terbalik (presumption of liability principle). Jelas bahwa, konstruksi hukum yang demikian menggambarkan adanya kemajuan dari sistem tanggung jawab sebelumnya, namun belum sepenuhnya menganut prinsip tanggung jawab mutlak sebagaimana yang secara tegas dirumuskan dalam beberapa hukum positif di negara lain. Hal ini tergambar pula dalam pendapat akhir ketika memberikan persetujuan terhadap Rancangan tentang Perlindungan Konsumen yang menyatakan: Dalam undang-undang ini, dimasukkan pasal yang memungkinkan adanya pembuktian terbalik baik dalam hal pidana maupun perdata. Hal ini merupakan suatu terobosan baru di dunia hukum negara kita di era reformasi Ibid. hal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Proses Pembahasan Rancangan tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Sekretariat Jendral DPR RI, 2001), hal

26 84

27 BAB IV PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN KEDALUWARSA DI UD. DIAMOND SWALAYAN MEDAN A. Jenis-Jenis Makanan dan Minuman yang Dijual dan Bentuk Pengawasan UD. Diamond Swalayan Medan 1. Profil tentang UD. Diamond Swalayan Medan UD. Diamond Swalayan Medan adalah usaha dagang yang didirikan sejak tahun 2002 dengan nama pemiliknya yaitu Sanditurangan. Awal mula berdirinya swalayan ini terdapat di Jalan Karya Wisata Medan Johor yang berlokasi di Komplek Perumahan Citra Wisata Medan Johor. Usaha dagang ini berbentuk swalayan atau supermarket yang menjual berbagai macam produk makanan, minuman, perlengkapan alat tulis, perlengkapan rumah tangga hingga barang pecah belah. UD. Diamond Swalayan Medan sendiri mempunyai 2 cabang di Medan yaitu yang terletak di Perumahan Bumi Asri Helvetia dan Perumahan Menteng Raya. UD. Diamond Swalayan Medan berdiri seluas m 2 dengan areal parkir, ATM Center dan Stand Snack and Food. 102 UD. Diamond Swalayan Medan tersebut berdiri diatas areal yang di sebelah utara UD. Diamond Swalayan Medan ini berhadapan dengan Jalan Karya Kasih Medan Johor, sebelah timur berhadapan dengan Komplek Citra Wisata, sebelah selatan berhadapan dengan Komplek J. City dan sebelah barat berhadapan 102 Hasil wawancara dengan Bapak Ilham Ashari selaku Kepala Pengawas Penjualan (Head Supervisor Sales) dari UD. Diamond Swalayan, [Pada tanggal 23 Februari 2017, pukul WIB]. 85

28 86 dengan Jalan Karya Wisata. UD. Diamond Swalayan Medan berdiri di areal tersebut karena di area tersebut merupakan kawasan strategis di Medan Johor yang dihubungkan langsung dengan Komplek Perumahan Citra Wisata dan tempat berlalu lalang kendaraan bermotor. Adapun motto dari UD. Diamond Swalayan Medan sendiri adalah Karena Anda Kami Ada. 103 Masyarakat merupakan tujuan utama berdirinya usaha dagang ini. Dengan menyediakan berbagai macam bentuk kebutuhan masyarakat baik dari segi pangan dan sandang. Setiap pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya pastilah mempunyai visi dan misi yang menjadi inti dari berdirinya atau berjalannya kegiatan usaha tersebut. Untuk itu terdapat 3 (tiga) visi dan misi dari UD. Diamond Swalayan Medan yaitu : 1. Memberikan pelayanan terbaik agar masyarakat dapat merasakan kenyamanan pada saat berbelanja 2. Menjual produk yang bermutu dan berkualitas agar tercapainya kepuasan pelanggan 3. Meningkatkan hubungan yang baik dengan pelanggan dan profesional kerja para karyawan. 104 Tujuan berdirinya usaha dagang ini, yaitu untuk mengembangkan kegiatan jual-beli yang menguntungkan bagi masyarakat yaitu dapat memperoleh barang dalam bentuk eceran dengan harga grosir. Bangunan utama dibuat luas dan 103 Hasil wawancara dengan Bapak Ilham Ashari selaku Kepala Pengawas Penjualan (Head Supervisor Sales) dari UD. Diamond Swalayan, [Pada tanggal 23 Februari 2017, pukul WIB]. 104 Hasil wawancara dengan Bapak Ilham Ashari selaku Kepala Pengawas Penjualan (Head Supervisor Sales) dari UD. Diamond Swalayan, [Pada tanggal 23 Februari 2017, pukul WIB].

29 87 bertingkat tiga, akan tetapi untuk penjualan barang hanya ada 2 tingkat saja sedangkan untuk di lantai tiga bagian kantor dan gudang. Display lantai pertama makanan dan minuman, sembako, dan perlengkapan kebersihan seperti:deterjen, sabun, pembersih pakaian dan lain-lain. Kemudian di lantai dua berisikan displaynon food seperti misalnya: peralatan tulis, barang pecah belah, peralatan rumah tangga, peralatan memasak, produk kecantikan, perlengkapan bayi, dan lain-lain. Terdapat 3(tiga) kasir pada UD.Diamond Swalayan Medan. Disetiap rak display produk dijaga dan diawasi oleh karyawan atau yang disebut dengan pramuniaga. Kemudian, bagian pihak penanggung jawab pramuniaga atau yang disebut dengan koordinator tersebut melakukan pengawasan dengan melihat kinerja dari para pramuniaga dalam melaksanakan tugasnya. Koordinator tersebut berjumlah 3 (tiga) orang, yaitu di bagian depan sebagai koordinator kasir, lalu koordinator lantai 1 (satu) dan koordinator lantai 2 (dua). Pramuniaga tersebut berkoordinasi dengan setiap koordinator yang ada di setiap lantai. Terkhusus pada kasir maka berkoordinasi dengan koordinator kasir. Karyawan UD. Diamond Swalayan Medan yang berlokasi di Medan Johor terdiri dari 60 karyawan dengan bagian-bagian tertentu. Gudang penyimpanan terletak di lantai tiga dimana di dalamnya ditempatkan untuk barang-barang yang akan di display dan dijaga oleh setiap pramuniaga. Setiap pramuniaga mempunyai tugas yang cukup penting dalam menjaga dan mengawasi setiap produk yang dijual oleh UD. Diamond Swalayan Medan. Pembelian produk dapat dilakukan dengan pembayaran uang cash maupun dengan kartu kredit atau kartu ATM.

30 88 2. Struktur Organisasi UD. Diamond Swalayan Medan Berikut adalah bagan struktur organisasi UD. Diamond Swalayan Medan : OWNER HRD/ KEPALA PENJUALAN/ KEUANGAN KEPALA PEMBELIAN HEAD SUPERVISOR HEAD SUPERVISOR SHIFT A HEAD SUPERVISOR SHIFT B KEPALA BAGIAN UMUM / SECURITY ASISTEN SUPERVISOR ASISTEN SUPERVISOR ANGGOTA ANGGOTA KOORDINATOR PRAMUNIAGA PRAMUNIAGA 3. Jenis-Jenis Makanan dan Minuman yang Dijual UD. Diamond Swalayan Medan Makanan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan setelah dicerna serta diserap tubuh akan berguna bagi kesehatan dan kelangsungan hidup. 105 Makanan biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan yang dimakan oleh makhluk 105 Dikutip dari: [Diakses pada tanggal 1 Maret 2017, pukul WIB].

31 89 hidup mendapatkan tenaga dan nutrisi. UD. Diamond Swalayan Medan menjual berbagai macam pangan olahan Non Perishable (Stable Food) contoh: gula, beras, mie kering, tepung, susu bubuk, dan sebagainya, dan Semi Perishable Food, contoh: roti kering, makanan beku (sosis dan nugget), roti basah dan sebagainya. Tetapi, tidak menjual makanan maupun minuman Perishable Food seperti: ikan, daging, sayur dan sebagainya. 106 Jenis-jenis pangan dibedakan atas pangan segar dan pangan olahan. Pengertian pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan, yang dapat dikonsumsi langsung atau dijadikan bahan baku pengolahan pangan, misalnya beras, gandum, segala macam buah, ikan, air segar, dan sebagainya. Sedangkan, pengertian pangan olahan adalah pangan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. Pangan olahan dibedakan lagi menjadi dua jenis, yaitu: 1. Pangan olahan adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu, dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan kelompok tersebut. 2. Pangan siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah diolah dan bisa langsung disajikan ditempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan Hasil wawancara dengan Bapak Ilham Ashari selaku Kepala Pengawas Penjualan (Head Supervisor Sales) dari UD. Diamond Swalayan, [Pada tanggal 23 Februari 2017, pukul WIB]. 107 Dikutip dari: [Diakses pada tanggal 1 Maret 2017, pukul WIB].

32 90 Pengertian makanan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 329 Tahun 1976 adalah barang yang digunakan sebagai makanan atau minuman manusia, termasuk permen karet dan sejenisnya tetapi bukan obat. Makanan penting untuk pertumbuhan karena sebagai bahan yang diperlukan untuk membangun dan mengganti jaringan tubuh, untuk memelihara pertahanan tubuh terhadap penyakit dan memberikan energi untuk bekerja. 108 Bahan makanan perlu dipilih yang sebaikbaiknya dilihat dari segi kebersihan, penampilan dan kesehatan. Diharapkan kepada konsumen dalam memilih bahan yang akan diolah harus mengetahui sumber-sumber makanan yang baik serta memperhatikan ciri-ciri bahan yang baik. Berdasarkan stabilisasinya makanan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : a) Non Perishable (Stable Food) Yaitu makanan yang stabil, tidak mudah rusak, kecuali jika diperlukan secara tidak baik, seperti gula, mie dan tepung. b) Semi Perishable Food Yaitu makanan yang semi stabil dan agak mudah membusuk atau rusak. Makanan ini tahan terhadap pembusukan dalam waktu yang relatif agak lama, seperti roti kering dan makanan beku yang dapat disimpan pada suhu 0 C. c) Perishable Food Yaitu makanan yang tidak stabil dan mudah membusuk, seperti ikan, susu, daging, telur, buah dan sayur Anwar S., Sanitasi Makanan dan Minuman pada Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi, Pusat Pendidikan Tenaga Sanitasi, (Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes RI, 1997), hal Ibid.

33 91 Pengawasan terhadap berbagai produk makanan dan minuman yang dijual adalah kewajiban yang harus dilaksanakan UD. Diamond Swalayan Medan setiap saat selaku pelaku usaha. Untuk itu diperlukan adanya kerjasama antar pramuniaga dan koordinator serta adanya sikap hati-hati dalam menjaga setiap mutu dan kualitas makanan dan minuman yang dijual. Jika terjadi kelalaian maka hal tersebut menjadi kesalahan yang harus ditanggung bersama bagi seluruh karyawan UD. Diamond Swalayan Medan.Berikut adalah bentuk pengawasan yang dilakukan oleh UD. Diamond Swalayan Medan yaitu: Pengadaan Pergudangan Pengecekan Display Produk Bentuk pengawasan produk di UD. Diamond Swalayan Medan dimulai dari pengadaan produk-produk yang akan dijual kemudian melalui proses pergudangan yang dilanjutkan dengan pemajangan produk, yang akhirnya akan sampai ke tangan konsumen. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing proses : 1. Pengadaan Produk Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, UD. Diamond Swalayan Medan menjalin kerjasama dengan beberapa supplier yang tersebar diberbagai daerah di Kota Medan. Pihak supplier tersebut akan memasarkan produkproduk perusahaan kepada konsumen atau toko-toko yang berada di daerah pemasarannya. UD. Diamond Swalayan Medan memiliki lebih dari 1000 merek untuk produk-produknya, dimana merek tersebut merupakan merek perusahaan lain UD. Diamond Swalayan Medan sendiri bukanlah perusahaan manufaktur, karena perusahaan ini tidak memproduksi sendiri

TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB PRODUK TERHADAP UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB PRODUK TERHADAP UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB PRODUK TERHADAP UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Dwi Afni Maileni Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hukum UNRIKA Batam Abstrak Perlindungan konsumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN KADALUWARSA. Menurut Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN KADALUWARSA. Menurut Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN KADALUWARSA 2.1 Konsumen 2.1.1 Pengertian konsumen Menurut Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, konsumen adalah setiap

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK 43 BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK WETBOEK JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB DAN PERJANJIAN JUAL BELI. konsumen. Kebanyakan dari kasus-kasus yang ada saat ini, konsumen merupakan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB DAN PERJANJIAN JUAL BELI. konsumen. Kebanyakan dari kasus-kasus yang ada saat ini, konsumen merupakan BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB DAN PERJANJIAN JUAL BELI 2.1 Tanggung Jawab Tanggung jawab pelaku usaha atas produk barang yang merugikan konsumen merupakan perihal yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA

AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA Oleh Gek Ega Prabandini I Made Udiana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This study, entitled "Effects Against

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656] UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656] BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 55 Barangsiapa dengan sengaja: a. menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah. Mayoritas konsumen Indonesia sendiri adalah konsumen makanan, jadi

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah. Mayoritas konsumen Indonesia sendiri adalah konsumen makanan, jadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan dan perkembangan perekonomian umumnya dan khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen

BAB III TINJAUAN TEORITIS. A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen 1. Pengertian Konsumen Pengertian konsumen menurut Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen sebelum berlakunya

Lebih terperinci

KEAMANAN PANGAN (UNDANG-UNDANG NO 12 TENTANG PANGAN TAHUN 2012

KEAMANAN PANGAN (UNDANG-UNDANG NO 12 TENTANG PANGAN TAHUN 2012 KEAMANAN PANGAN (UNDANG-UNDANG NO 12 TENTANG PANGAN TAHUN 2012 Pasal 69 Penyelenggaraan Keamanan Pangan dilakukan melalui: a. Sanitasi Pangan; b. pengaturan terhadap bahan tambahan Pangan; c. pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia merupakan cerminan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia merupakan cerminan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di Indonesia merupakan cerminan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia secara adil dan merata, yang menyangkut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA 2.1 Perlindungan Hukum Perlindungan hukum adalah segala bentuk upaya pengayoman terhadap harkat dan martabat manusia serta pengakuan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak bermunculan berbagai macam

BAB III TINJAUAN UMUM. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak bermunculan berbagai macam 21 BAB III TINJAUAN UMUM A. Tinjuan Umum Terhadap Hukum Perlindungan Konsumen 1. Latar belakang Perlindungan Konsumen Hak konsumen yang diabaikan oleh pelaku usaha perlu dicermati secara seksama. Pada

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN [LN 1999/42, TLN 3821]

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN [LN 1999/42, TLN 3821] UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN [LN 1999/42, TLN 3821] Bagian Kedua Sanksi Pidana Pasal 61 Penuntutan pidana dapat dilakukan terhadap pelaku usaha dan/atau pengurusnya. Pasal

Lebih terperinci

BAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN BAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Pengedaran Makanan Berbahaya yang Dilarang oleh Undang-Undang

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017

Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KOMSUMEN MENGKONSUMSI MAKANAN KADALUARSA MENURUT UU NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN 1 Oleh: Bella Rawung 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN KONSUMEN ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM.

PERLINDUNGAN KONSUMEN ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM. PERLINDUNGAN KONSUMEN ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM. 1 PERLINDUNGAN KONSUMEN setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen 18 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA 2.1 Hukum Perlindungan Konsumen 2.1.1 Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen Ada dua istilah mengenai hukum yang mempersoalkan konsumen,

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh kemajuan teknologi komunikasi dan informatika sekiranya

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh kemajuan teknologi komunikasi dan informatika sekiranya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah mengenai perlindungan konsumen merupakan hal yang selalu menarik untuk diperbincangkan. Perkembangan perekonomian dibidang perindustrian dan perdagangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan mengandung sifat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan mengandung sifat 16 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN 2.1. Pengertian Perlindungan Konsumen Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan, tanpa makanan, makhluk hidup akan sulit mengerjakan aktivitas sehari-harinya. Makanan dapat membantu manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan

Lebih terperinci

RechtsVinding Online

RechtsVinding Online PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM KASUS VAKSIN PALSU DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG Oleh: Ophi Khopiatuziadah * Naskah diterima: 8 Agustus 2016; disetujui: 14 Oktober 2016 Kejahatan yang dilakukan para tersangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak makanan import yang telah masuk ke Indonesia tanpa disertai

BAB I PENDAHULUAN. Banyak makanan import yang telah masuk ke Indonesia tanpa disertai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak makanan import yang telah masuk ke Indonesia tanpa disertai informasi yang jelas pada kemasan produknya. Pada kemasan produk makanan import biasanya

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN DAN PEREDARAN BAHAN BERBAHAYA YANG DISALAHGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan pertumbuhan dan perekonomian dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan pertumbuhan dan perekonomian dunia usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu perkembangan dunia dewasa ini ditandai arus globalisasi disegala bidang yang membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan pertumbuhan dan perekonomian dunia usaha

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB HUKUM PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN Oleh : Sri Murtini Dosen Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta.

TANGGUNG JAWAB HUKUM PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN Oleh : Sri Murtini Dosen Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta. TANGGUNG JAWAB HUKUM PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN Oleh : Sri Murtini Dosen Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta. Perdagangan bebas berakibat meluasnya peredaran barang dan/ jasa yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud makanan adalah segala sesuatu. pembuatan makanan atau minuman. 1

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud makanan adalah segala sesuatu. pembuatan makanan atau minuman. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan adalah kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki. Oleh karena itu pemenuhan akan kebutuhannya merupakan hak asasi setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melindungi kepentingan konsumen 1. Adapun hukum konsumen diartikan

BAB I PENDAHULUAN. yang melindungi kepentingan konsumen 1. Adapun hukum konsumen diartikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan konsumen adalah bagian dari hukum yang memuat asasasas atau kaidah kaidah yang bersifat mengatur dan juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan

Lebih terperinci

BAB III PENGAWASAN TERHADAP PELAKU USAHA ROKOK ATAU PRODUSEN ROKOK YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN PELABELAN ROKOK MENURUT PP NO.

BAB III PENGAWASAN TERHADAP PELAKU USAHA ROKOK ATAU PRODUSEN ROKOK YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN PELABELAN ROKOK MENURUT PP NO. BAB III PENGAWASAN TERHADAP PELAKU USAHA ROKOK ATAU PRODUSEN ROKOK YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN PELABELAN ROKOK MENURUT PP NO. 109 TAHUN 2012 3.1 Kewenangan Pengawasan Terhadap Label Produk Rokok Kewenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan perkembangan perekonomian khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang dan/atau jasa yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru dari rokok yang disebut rokok elektrik atau nama lainnya adalah vapor yang

BAB I PENDAHULUAN. baru dari rokok yang disebut rokok elektrik atau nama lainnya adalah vapor yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, terutama di Kota Yogyakarta rokok bukan lagi berupa benda asing untuk dikonsumsi, melainkan telah menjadi suatu kebiasaan masyarakat untuk mengkonsumsinya.

Lebih terperinci

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH, WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT \ PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 1 TAHUN 2014 T... TENTANG PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUBUNGAN PELAKU USAHA DENGAN KONSUMEN

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUBUNGAN PELAKU USAHA DENGAN KONSUMEN BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUBUNGAN PELAKU USAHA DENGAN KONSUMEN A. Pengertian Pelaku Usaha Kegiatan usaha sudah banyak di dapatkan melalui berbagai media online dengan mudah, karena pada saat ini berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaku usaha dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pelaku usaha dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaku usaha dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen memiliki kewajiban untuk beritikad baik di dalam melakukan atau menjalankan usahanya sebagaimana diatur dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: 1. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

Regulasi Pangan di Indonesia

Regulasi Pangan di Indonesia Regulasi Pangan di Indonesia TPPHP Mas ud Effendi Pendahuluan (1) Pangan adalah hak asasi setiap rakyat Indonesia karena pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB II PERLINDUNGAN KONSUMEN MELALUI KONTEN LABEL PRODUK ROKOK MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NO. 109 TAHUN 2012

BAB II PERLINDUNGAN KONSUMEN MELALUI KONTEN LABEL PRODUK ROKOK MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NO. 109 TAHUN 2012 BAB II PERLINDUNGAN KONSUMEN MELALUI KONTEN LABEL PRODUK ROKOK MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NO. 109 TAHUN 2012 2.1 Arti Penting Pelabelan Pada Produk Rokok Pencantuman label dalam suatu produk sangatlah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. mengenai produk pangan. Namun hal tersebut telah diatur dalam Peraturan

BAB IV PEMBAHASAN. mengenai produk pangan. Namun hal tersebut telah diatur dalam Peraturan BAB IV PEMBAHASAN A. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Restoran Terhadap Makanan yang Sudah Melewati Masa Kedaluwarsa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen memang tidak mengatur secara

Lebih terperinci

yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya, khususnya makanan basah dibutuhkan oleh manusia. Namun, ketika isu formalin dan bahan-bahan kimia

yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya, khususnya makanan basah dibutuhkan oleh manusia. Namun, ketika isu formalin dan bahan-bahan kimia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari sekarang ini tidak jarang kita khawatir untuk mengkonsumsi makanan, hal ini akibat banyaknya pangan (makanan) yang mengandung bahan-bahan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.5.12.11.09955 TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN DAN PEREDARAN BAHAN BERBAHAYA YANG DISALAHGUNAKAN DALAM PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LAYANAN PURNA JUAL PRODUK ELEKTRONIK DENGAN GARANSI. Oleh Dian Pertiwi Ketut Sudiarta Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

LAYANAN PURNA JUAL PRODUK ELEKTRONIK DENGAN GARANSI. Oleh Dian Pertiwi Ketut Sudiarta Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana LAYANAN PURNA JUAL PRODUK ELEKTRONIK DENGAN GARANSI Oleh Dian Pertiwi Ketut Sudiarta Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract The title of this research is after sales service of electronic

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL PENGATURAN IRTP DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEAMANAN PANGAN

KEBIJAKAN NASIONAL PENGATURAN IRTP DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEAMANAN PANGAN KEBIJAKAN NASIONAL PENGATURAN IRTP DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEAMANAN PANGAN BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah gerakan perluasan pasar, dan di semua pasar yang

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah gerakan perluasan pasar, dan di semua pasar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi adalah gerakan perluasan pasar, dan di semua pasar yang berdasarkan persaingan, selalu ada yang menang dan kalah. Perdagangan bebas juga menambah kesenjangan

Lebih terperinci

Menimbang : Mengingat :

Menimbang : Mengingat : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.5.1.2569 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA PENILAIAN PRODUK PANGAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS CACAT TERSEMBUNYI PADA OBJEK PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL YANG MEMBERIKAN FASILITAS GARANSI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK WETBOEK JUNCTO

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN UMUM Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab merupakan salah satu tujuan penting

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Peran Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Yogyakarta

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Peran Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Yogyakarta BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Peran Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Yogyakarta dalam rangka melindungi hak konsumen dalam mengkonsumsi makanan yang menggunakan perwarna tekstil adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN PELAKU USAHA DALAM KONTEKS PERLINDUNGAN KONSUMEN. iklan, dan pemakai jasa (pelanggan dsb).

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN PELAKU USAHA DALAM KONTEKS PERLINDUNGAN KONSUMEN. iklan, dan pemakai jasa (pelanggan dsb). BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN PELAKU USAHA DALAM KONTEKS PERLINDUNGAN KONSUMEN 2.1. Konsumen 2.1.1. Pengertian Konsumen Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan konsumen adalah pemakai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN (PELAKU USAHA) DALAM UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN (PELAKU USAHA) DALAM UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN (PELAKU USAHA) DALAM UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Pengaturan Perlindungan Konsumen di Indonesia Perlindungan konsumen merupakan bagian tak terpisahkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI KOTA

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI KOTA LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 178 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGANN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanggung jawab dalam bahasa Inggris diterjemahkan dari kata responsibility

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanggung jawab dalam bahasa Inggris diterjemahkan dari kata responsibility II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tanggung Jawab Tanggung jawab dalam bahasa Inggris diterjemahkan dari kata responsibility atau liability, sedangkan dalam bahasa Belanda, yaitu vereentwoodelijk atau

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.708, 2013 BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA LANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. terus bertambah dari tahun ke tahunnya. Berdasarkan apa yang diamati oleh penulis, maka penulis menyimpulkan

BAB III PENUTUP. terus bertambah dari tahun ke tahunnya. Berdasarkan apa yang diamati oleh penulis, maka penulis menyimpulkan 62 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maupun pembahasan, serta analisis yang telah penulis lakukan pada bab-bab sebelumnya, berikut disajikan kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minuman memberikan asupan gizi yang berguna untuk kelangsungan hidup. bidang produksi pengolahan bahan makanan dan minuman bagi

BAB I PENDAHULUAN. minuman memberikan asupan gizi yang berguna untuk kelangsungan hidup. bidang produksi pengolahan bahan makanan dan minuman bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Manusia merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mempunyai keinginan dan kebutahan yang beraneka ragam diantaranya kebutuhan sandang dan pangan. Dari kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 8

BAB IV PERBANDINGAN PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 8 BAB IV PERBANDINGAN PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 DAN KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH A. Persamaan Perlindungan Hukum Konsumen Dalam

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA TERHADAP MIRAS TIDAK BERLABEL DI LIHAT DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA TERHADAP MIRAS TIDAK BERLABEL DI LIHAT DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA TERHADAP MIRAS TIDAK BERLABEL DI LIHAT DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Oleh Anak Agung Gede Adinanta Anak Agung Istri Ari Atu Dewi Bagian Hukum Bisnis Fakultas

Lebih terperinci

BAB XX KETENTUAN PIDANA

BAB XX KETENTUAN PIDANA Undang-undang Kesehatan ini disyahkan dalam sidang Paripurna DPR RI tanggal 14 September 2009 1 PASAL-PASAL PENYIDIKAN DAN HUKUMAN PIDANA KURUNGAN SERTA PIDANA DENDA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN DAN PEREDARAN BAHAN BERBAHAYA YANG DISALAHGUNAKAN DALAM PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen

BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Pengertian Konsumen Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen adalah, pemakai terakhir dari benda dan jasa yang diserahkan kepada mereka

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI 20 BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI A. Undang-Undang Dasar 1945 Adapun terkait hal keuangan, diatur di dalam Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, sebagaimana

Lebih terperinci

Mengingat: Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 27 ayat (2), dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945;

Mengingat: Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 27 ayat (2), dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945; UU 7/1996, PANGAN Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 7 TAHUN 1996 (7/1996) Tanggal: 4 NOPEMBER 1996 (JAKARTA) Tentang: PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UU PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

UU PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan Teknologi Pangan Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.227, 2012 KESEJAHTERAAN. Pangan. Ketahanan. Ketersediaan. Keamanan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menekankan tentang tantangan dan peluang terkait Keamanan Pangan. Keamanan pangan sangat penting karena keterkaitannya

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. IV/No. 5/Juni/2016

Lex Privatum, Vol. IV/No. 5/Juni/2016 PEMBUKTIAN UNSUR KESALAHAN DALAM GUGATAN GANTI RUGI OLEH KONSUMEN TERHADAP PELAKU USAHA 1 Oleh: Rudolf Sam Mamengko 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tanggung

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2016 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUKU SEDERHANA MEMAHAMI PRINSIP-PRINSIP PERLINDUNGAN KONSUMEN

BUKU SEDERHANA MEMAHAMI PRINSIP-PRINSIP PERLINDUNGAN KONSUMEN BUKU SEDERHANA MEMAHAMI PRINSIP-PRINSIP PERLINDUNGAN KONSUMEN Disusun oleh: Subagyo Surabaya, Oktober 2010 Diperbolehkan memperbanyak buku panduan ini tanpa seizin penulis hanya untuk kepentingan nonkomersiil

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA MEMBERIKAN GANTI RUGI ATAS KERUSAKAN BARANG YANG MERUGIKAN KONSUMEN 1 OLEH : Yowanda P. Lumentut 2

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA MEMBERIKAN GANTI RUGI ATAS KERUSAKAN BARANG YANG MERUGIKAN KONSUMEN 1 OLEH : Yowanda P. Lumentut 2 TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA MEMBERIKAN GANTI RUGI ATAS KERUSAKAN BARANG YANG MERUGIKAN KONSUMEN 1 OLEH : Yowanda P. Lumentut 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. Bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN WARALABA, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. - Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Daging ayam memiliki nilai gizi

BAB I PENDAHULUAN. - Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Daging ayam memiliki nilai gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ayam potong (broiler) merupakan sumber hayati produk peternakan yang diperuntukkan sebagai makanan manusia, menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang - Undang Nomor

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA

HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA A. Hak Dan Kewajiban Konsumen 1. Hak-Hak Konsumen Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen, Hak-hak Konsumen adalah : 1. Hak atas kenyamanan,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG C U K A I [LN 1995/76, TLN 3613]

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG C U K A I [LN 1995/76, TLN 3613] UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG C U K A I [LN 1995/76, TLN 3613] BAB XII KETENTUAN PIDANA Pasal 50 Barangsiapa tanpa memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 1, menjalankan usaha Pabrik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum antara konsumen dengan produsen. 1 Hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum antara konsumen dengan produsen. 1 Hal ini dapat dilihat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan konsumen merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan bisnis yang sehat, dalam kegiatan bisnis yang sehat terdapat keseimbangan perlindungan hukum antara

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN, PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA ATAS INFORMASI SUATU PRODUK MELALUI IKLAN YANG MENGELABUI KONSUMEN

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA ATAS INFORMASI SUATU PRODUK MELALUI IKLAN YANG MENGELABUI KONSUMEN TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA ATAS INFORMASI SUATU PRODUK MELALUI IKLAN YANG MENGELABUI KONSUMEN Oleh: Ni Putu Shinta Kurnia Dewi I Nyoman Gatrawan Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT:

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2016 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Menimbang : Mengingat :

Menimbang : Mengingat : MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 220/Men.Kes/Per/IX/76 tentang PRODUKSI DAN PEREDARAN KOSMETIKA DAN ALAT KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 515 TAHUN : 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN LIMBAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 515 TAHUN : 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN LIMBAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 515 TAHUN : 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN KESEHATAN DALAM HAL TERJADI MALPRAKTEK. Oleh: Elyani Staf Pengajar Fakultas Hukum UNPAB Medan ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN KESEHATAN DALAM HAL TERJADI MALPRAKTEK. Oleh: Elyani Staf Pengajar Fakultas Hukum UNPAB Medan ABSTRAK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN KESEHATAN DALAM HAL TERJADI MALPRAKTEK Oleh: Elyani Staf Pengajar Fakultas Hukum UNPAB Medan ABSTRAK Kesehatan merupakan hal yang harus dijaga oleh setiap manusia, karena

Lebih terperinci

PENYIDIKAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PRODUSEN TERHADAP PRODUK MAKANAN MENGANDUNG KIMIA BERBAHAYA NUR RACHMAT / D

PENYIDIKAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PRODUSEN TERHADAP PRODUK MAKANAN MENGANDUNG KIMIA BERBAHAYA NUR RACHMAT / D PENYIDIKAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PRODUSEN TERHADAP PRODUK MAKANAN MENGANDUNG KIMIA BERBAHAYA NUR RACHMAT / D 101 08 619 ABSTRAK Tulisan ini membahas tentang penegakan hukum pidana terhadap penggunaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya tingkat kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya tingkat kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat, saat ini hampir setiap orang dalam satu ruang lingkup keluarga memiliki

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

GUBERNUR SULAWESI TENGAH GUBERNUR SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN SEGAR TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kaidah kaidah yang bersifat mengatur dan juga mengandung sifat yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kaidah kaidah yang bersifat mengatur dan juga mengandung sifat yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perlindungan konsumen adalah bagian dari hukum yang memuat asas-asas atau kaidah kaidah yang bersifat mengatur dan juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan

Lebih terperinci

2016, No Undang Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Neg

2016, No Undang Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Neg No. 738, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Periklanan Pangan Olahan. Pengawasan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.709, 2013 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Formula Pertumbuhan. Pengawasan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

Lebih terperinci