KOMISI I KESIAPAN IMPLEMENTASI PMK 106 TAHUN 2016 DAN PERMENRISTEKDIKTI NOMOR 69 TAHUN 2016 (38 Orang)

Transkripsi

1 REKOMENDASI RAPAT KOORDINASI LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HOTEL MILLENIUM, JAKARTA 6-7 DESEMBER 2016 KOMISI I KESIAPAN IMPLEMENTASI PMK 106 TAHUN 2016 DAN PERMENRISTEKDIKTI NOMOR 69 TAHUN 2016 (38 Orang) 1. Latar Belakang merubah mindset: Penyederhanaan administrasi dan penekanan pada hasil/ output penelitian; 2. PMK 106/2016 digunakan untuk semua instansi yang menggunakan anggaran APBN; 3. Implementasi PMK 106/2016 : 1. Mempedomani regulasi terkait; 2. Penerapan dokumen Perencanaan (RKAKL) sesuai standar yang berlaku; 3. Ketentuan revisi perpres Pengadaaan untuk melaksanakan penelitian; 4. Juknis, dan pelaksanaan tugas komite penilaian/reviewer; 4. Penyamaan persepsi antara regulator, penyelenggara penelitian dan auditor sangat penting. Adanya juknis atau guide line dari penyelenggara penelitian sangat penting dan seharusnya tidak menyimpang dari ketentuan terkait yang lebih tinggi (yaitu PMK 106, Permenristekdikti 69 dan Revisi Perpres Pengadaan Barang dan Jasa); 5. Revisi Perpres 54 dirubah secara drastis, dan hanya ada norma yang diatur, sedangkan penjelasan akan di atur pada peraturan turunannya dimana pelaksanaan penelitian diatur pada bab VIII Pengadaan tertentu pada pasal 67-68;

2 6. Dalam pasal 67 memuat : Pelaksanaan Penelitian terdiri dari Penyelenggara dan Pelaksana Penelitian (Individu/Kelompok Penelitian-K/L/SKPD-Perti- Organisasi Kemasyarakatan-Badan Usaha); kewenangan Penyelenggara penelitian; Kontrak Lumsum; Multi source dan Multi Years; 7. Dalam Pasal 68 memuat: pemilihan Pelaksana Penelitian; Pedoman penelitian, komite penilai dan ketentuan lebih lanjut yang diatur dalam Peraturan turunan. Sehingga perlu segera setelah ditetapkan perpres baru pengadaan barang dan jasa, untuk penyiapan peraturan menteri Ristekdikti turunannya; 8. Pengaturan tatacara penilaian dan pembentukan tim penilai sebagai aturan turunan dari PMK 106/2016 sudah ditetapkan melalui Permenristekdikti 69/2016 terdiri norma dan lampiran; 9. Usulan untuk penambahan output penelitian bisa dilakukan ketika evaluasi untuk penyusunan SBK Perlu adanya Lembaga Penyelesaian Sengketa Kontrak Penelitian Ad Hoc.

3 KOMISI II KESIAPAN IMPLEMENTASI PERMENRISTEKDIKTI NOMOR 42 TAHUN 2016 (21 ORANG) 1. Untuk dapat melakukan proses formal dalam penerapan pengukuran Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TKT), para penerima insentif penelitian diwajibkan untuk mengisi Tingkat Kesiapterapan Teknologi online yang sudah dikembangkan; 2. Dalam penerapan TKT online, perlu dilakukan Pelatihan bagi para Pelatih (Training of Trainer) mengenai tata cara pengisian TKT online; 3. Jika penilai TKT instansi internal belum memadai, dapat diambil dari instansi luar, dan akan segera dibantuk tim verifikator TKT online; 4. Untuk indikator yang belum terwadahi, maka perlu ditambahkan indikator bagi bidang fokus yang belum ada; 5. Untuk melengkapi penilaian TKT, perlu adanya reviewer dari kalangan industri/praktisi, tidak hanya dari kalangan peneliti; 6. TKT online dapat digunakan/diisi meskipun hasil penelitian dan pengembangan yang tidak menggunakan anggaran dari apbn, sehingga TKT online dapat di sebarluaskan di kalangan akademisi dan juga di institusi swasta; 7. Penerapan pengukuran TKT online, perlu dilakukan percepatan pengenalan dan implementasi TKT online khususnya melalui kopertis; 8. Untuk sistem dan mekanisme pengamanan data TKT, perlu dipersiapkan lebih serius agar data yang masuk melalui TKT online dapat di akses.

4 KOMISI III MEMAKSIMALKAN SINERGI ANTAR LEMLITBANG BERBASIS RIRN (18 ORANG) 1. Menguatkan kembali dukungan terhadap Kemenristekdikti untuk percepatan proses penyelesaian legislasi Rancangan Peraturan Presiden tentang Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) dan Rancangan Permenristekdikti tentang Prioritas Riset Nasional (PRN) Periode I paling lambat Maret Menjadikan agenda riset dalam Rencana Induk Penelitian (RIP) atau Renstra Pengamdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi mengacu pada RIRN/PRN sebagai backbone dengan tetap memberi ruang riset yang menjadi ciri khas masing-masing. 3. Memastikan bahwa penguatan riset dasar diperlukan untuk pembangunan riset jangka panjang; 4. Mendorong komitmen pemerintah daerah dalam pembangunan berbasis riset harus tergambar dalam RPJMD yang mengacu pada RIRN/PRN; 5. Meningkatkan peluang pendanaan riset dalam negeri terutama sektor swasta serta luar negeri untuk mendukung skenario penganggaran riset; 6. Menyediakan sarana untuk memutakhirkan topik-topik riset strategis yang belum masuk dalam rancangan matriks RIRN yang sudah ada, melalui website dan akan dilakukan secara mandiri oleh masing-masing aktor (Perguruan Tinggi, Lemlitbang, dll.); 7. Memastikan jadwal penyusunan RIP, RPJMD agar diselaraskan dengan jadwal penyusunan PRN.

5 KOMISI IV UPAYA SINERGIK MENINGKATKAN PUBLIKASI ILMIAH DAN KEKAYAAN INTELEKTUAL (15 ORANG) 1. Meningkatkan kualitas mutu langanan e-jurnal (Mengusulkan untuk berlanganan Science Direct atau Emerald); 2. Membina Asossiasi Profesi terutama yang mengelola jurnal ilmiah; 3. Lebih menekankan kembali kepada perguruan tinggi untuk meningkatkan dan menyiapkan SDM pengelola jurnal dan memfasilitasi dosen yang akan publikasi; 4. Meningkatkan jumlah dan mutu pelatihan/klinik penulisan artikel terutama yang berpotensi internasional; 5. Mengusulkan besaran satuan biaya masukan (SBM) untuk pengelola jurnal dan diusulkan ke Kementerian Keuangan; 6. Meningkatkan penghargaan terhadap penulis kedua dan seterusnya pada angka kredit terutama kepada corresponding author; 7. Memberikan penghargaan penilaian karya ilmiah yang dihasilkan pada saat tugas belajar; 8. Untuk mempublikasikan hasil penelitian perlu mempertimbangkan ethical clearance; 9. Membina sentra KI pada perguruan tinggi dengan memberikan insentif penguatan sentra KI, bantuan konsultan KI dan program klinik penyusunan draft paten; 10. Meningkatkan besaran insentif KI khususnya penghargaan terhadap inventor (paten)untuk tiap-tiap tahapsejak pendaftaran KI, granted sampai dengan tahap komersialisasi.