PERGESERAN DARI ISLAM KULTURAL KE ISLAM POLITIK Asep Saeful Mimbar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERGESERAN DARI ISLAM KULTURAL KE ISLAM POLITIK Asep Saeful Mimbar"

Transkripsi

1 Membaca Islam Indonesia PERGESERAN DARI ISLAM KULTURAL KE ISLAM POLITIK Asep Saeful Mimbar Muqaddimah Membaca Islam Indonesia selalu menarik minat banyak pengamat dan penikmat. Tentu saja banyak sudut pandang pembacaan dan pendekataan. Termasuk ketika Kuntowijoyo membagi pengalaman Islam Indonesia ke dalam tiga fase: fase mitos, fase politik/deologis, dan fase ilmu/kultural. 1 Fase-fase tersebut jika dipotretkan pada konteks Islam Indonesia mutakhir terutama dari masa Orde Baru ke orde reformasi ternyata telah memunculkan berbagai dinamika Islam Indonesia yang khas dan unik. Saya menyebutnya sebagai pergeseran dari Islam Kultural ke Islam politik. Ketika rezim orde lama runtuh di bawah pimpinan Soekarno dan diganti oleh Jenderal Soeharto sebagai pemimpin baru, ternyata telah melahirkan dampak psikologis bagi umat Islam Indonesia. Menurut Fachry Ali dan Bachtiar Effendi, "Secara sederhana dampak psikologis ini ditandai oleh timbulnya optimisme yang meluap-luap akan kebebasan dan demokrasi, yang di masa Demokrasi Terpimpin ditekan oleh mitos revolusi". 2 Dampak psikologis ini juga telah melahirkan harapanharapan baru umat Islam bagi kemunculan politik Islam pada rezim baru. Namun, rasa optimisme itu nampaknya tidak memperoleh respon yang memadai dari pihak penguasa, karena beberapa kebijakan politik rezim Orde Baru secara politis tidak memanjakan umat Islam. Hal ini terbukti oleh penolakan pemerintah Jenderal Soeharto ketika para pemimpin partai politik Islam Masyumi 3 menuntut rehabilitasi partai yang dulu dibubarkan oleh pemerintahan Soekarno. Menurut Dawam Rahardjo, "Tuntutan itu secara historis sah adanya, tapi karena pertimbangan ingin 1 Kuntowijoyo, Dinamika Sejarah Islam Indonesia, Yogyakarta: Salahuddin Press, Fachry Ali dan Bachtiar Effendi, Merambah Jalan Baru Islam, Bandung: Mizan, 1986, hal Alasan pembubaran Masyumi oleh Soekarno melalui Keppres no. 200 tahun 1960 dengan alasan, para pemimpin Masyumi dianggap terlibat dalam pemberontakan-pemberontakan seperti PRRI atau juga Permesta, lihat Soelastomo, Hari-hari yang Panjang , Jakarta: CV. Haji Masagung, 1989, Cetakan kedua, hal

2 menyusun pengelompokan politik baru, maka tuntutan rehabilitasi itu tidak dapat dikabulkan". 4 Kekuatan Orde Baru terletak pada eratnya hubungan militer dan teknokrat -- dalam rangka melaksanakan pembangunan dan mewujudkan pemerintahan yang kuat dan stabil, ia juga menjadi mesin politik yang kuat guna menata kehidupan sosialpolitik-masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah Orde Baru merasa perlu untuk melakukan modernisasi politik -- yang dipandang bisa mendukung suksesnya pembangunan ekonomi. Pilihan kepada modernisasi juga diharapkan bisa mendapatkan dukungan dari negara-negara Barat atau investor asing. 5 Kemunnculan Islam Kultural Modernisasi yang diusung oleh Orde Baru bukan tanpa masalah bagi umat Islam, karena modernisasi masih merupakan persoalan yang relatif baru. Umat Islam dalam posisi dilematis, antara mendukung atau menolak. Mendukung artinya ikut serta berpartisipasi dalam kebijakan rezim baru yang berarti jelas-jelas mendukung modernisasi dengan preferensi ideologis Barat. Atau menolak dengan konsekuensi kehilangan kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dalam program pembangunan yang sudah mendapat dukungan luas dari berbagai pihak -- termasuk pihak luar Islam. Dilema tersebut menimbulkan perbedaan di kalangan kaum muslimin dalam merespon modernisasi yang diusung Orde Baru 6 -- sekurangkurangnya terdapat tiga tipologi. Pertama, tipologi apologi yang kemudian diikuti dengan usaha penyesuaian diri dan adaptasi terhadap proses modernisasi. Tipologi kedua, juga melakukan apologi terhadap ajaran Islam -- tapi menolak modernisasi yang dinilai sebagai westernisasi dan sekularisasi. Tipologi itu melakukan resistensi secara formal, dalam praktik pemikirannya sangat kaku (rigid) dan cenderung tunggal. Tipologi ketiga, adalah mengambil pola tanggapan yang 4 Lihat Dawam Rahardjo, Islam dan Modernisasi: Catatan atas Paham Sekularisasi Noercholis Madjid, sebagai kata pengantar buku Noercholish Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung: Mizan, 1987, hal Lihat M. Syafi'i Anwar, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia, Jakarta: Paramadina, 1995, hal.6. 6 Lihat Dawam Rahardjo, Intlektual, Inteligensia, dan Perilaku Politik Bangsa: Risalah Cendekiawan Muslim Bandung: Mizan, 1993, hal

3 kreatif dengan menempuh jalan dialogis dengan mengutamakan pendekatan intelektual. 7 Dari ketiga tipologi tersebut, tipologi ketiga lah yang dipandang cukup paling berpengaruh -- yakni munculnya gerakan pembaharuan Pemikiran Islam kontemporer yang diusung oleh sejumlah kalangan intelektual muda Islam, yang kemudian dikenal sebagai gerakan Islam Kultural, yang salah satu pelopornya adalah Nurcholish Madjid. Secara kritis Islam Kultural memandang bahwa orientasi kebijakan politik Orde Baru sejak sepuluh tahun berkuasa telah menempatkan Islam pada posisi yang kurang menguntungkan. Kesan bahwa Islam itu tradisionalis, anti modernisasi, anti pembangunan bahkan anti Pancasila telah menempatkan umat Islam pada posisi marjinal. Dari sinilah munculnya gerakan baru pemikiran Islam. 8 Gagasan pemikiran baru Islam mendapat bentuknya yang paling awal ketika Nurcholish mengungkapkan gagasan-gagasannya dalam sebuah makalah Keharusan Pembaharuan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat. Dalam makalah tersebut Nurcholish mengkritisi persoalan umat Islam yang menurutnya: "Umat Islam Indonesia telah jatuh kembali dalam situasi stagnasi dan telah kehilangan daya gerak psikologis. Untuk menjaga keberlangsungan umat, umat Islam dihadapkan pada dua pilihan antara keharusan pembaharuan dan mempertahankan sikap tradisionalisme. 9 Kedua pilihan ini memang mengandung resiko. Namun demikian, kemungkinan resiko pecahnya umat Islam tidak menghalanginya untuk melakukan perumusan tentang pemahaman keislaman yang lebih segar dan bertenaga, Alasan lainnya adalah secara kuantitas posisi umat Islam yang makin bertambah, dan diduga bahwa mayoritas Muslim ingin mengetahui berbagai persoalan keislaman. Dari realitas itulah Islam Kultural lebih concern dan terikat pada Islam dan umatnya, 7 Syafi'i Anwar, Pemikiran dan Aksi..., hal Pemikiran baru Islam yang merupakan produk Islam kultural pada masa Orde Baru misalnya, Modernisme dan Neomodernisme Islam dengan Cak Nur dan Gus Dur pelopornya; Internasionalisme dan Universalisme Islam model Endang Saefuddin Anshari, Imaduddin Abdurrahiem, dkk; Sosialisme Demokrasi Islam dengan figur Adi Sasono dan Dawam Rahrdjo; dan Modernisme Islam model AM. Saefuddin, dkk., lihat Fachri Ali dan Bahtiar Effendi, Merambah Jalan Baru Islam, hal Lihat Nurcholish Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandimg: Mizan, 1993, cetakan ketujuh. Dalam pandangannya tersebut Nurcholish mengingatkan dua pilihan yang kcsemuanya beresiko, pilihan pada keharusan pembaruan akan beresiko pada perpecahan umat, sedangkan pilihan mempertahankan tradisionalisme hanya akan memperpanjang pada kejumudan intelektual umat Islam 3

4 bukan pada kelembagaannya seperti partai politik Islam maupun wadah persatuan bagi umat Islam. 10 Pemikiran Nucholish dan Islam Kultural tersebut lebih pada semangat substansinya ketimbang pada simbol-simbol distingtif. Bagi Islam Kultural, sebutan negara Islam atau Islam sebagai dasar negara bukanlah faktor yang paling utama. Tapi yang lebih penting adalah men-transformasi-kan prinsip-prinsip dan nilai-nilai universal Islam ke dalam praktik penyelenggaraan negara. Karenanya Nurcholish menjadi optimis, bahwa nilai-nilai Islam di Indonesia yang akan membentuk wawasan kemodernan Indonesia - jikalau umat Islam mau menengok sejarahnya sendiri di mana Islam pernah menjadi suri tauladan sebagai sebuah sistem politik yang modern pada masa itu, 11 Realitas bangsa Indonesia dan umat Islam yang plural, benar-benar merupakan tantangan sekaligus sebuah kenyataan. Maka dalam kemajemukan tadi, dimungkinkan beberapa terobosan pemikiran umat Islam Indonesia yang merasa bertanggungjawab untuk merespon tantangan tersebut. Tidak bisa dipungkiri untuk membangun Indonesia ke depan tidak cukup dengan model pendekatan yang tunggal. Ketika sebagian umat Islam masih terobsesi tentang pentingnya pembangunan Islam politik secara formal dalam kekuasaan. Maka cara pandang keagamaan kaum muslimin terjebak pada cara pandang politis-idiologis. Cara pandang politis-ideologis tersebut sering dipahami sebegai respon atas kekuasaan Orde Baru yang sekular dan cenderung korup. Cara pandang tersebut, dalam kegelisahan Nurcholish dipandang sebagai a historis. Maka dengan gerakan Islam Kultural -nya Nurcholish melakukan pembaharuan dan pencerahan pemikiran -- include di dalamnya pemikiran politik Islam, mulai dari pemikirannya tentang 'Islam, Yes, Partai Islam, No' dan pemikiran politik Islam lainnya yang sangat substantif. Islam sebagai sebuah diktum yang tetap, maka ia bersifat eternal dan essensial, tapi ketika Islam menjadi sebagai produk penafsiran sejarah dan budaya, maka la akan mengalami desakralisasi. Di sini Nurcholish berupaya menginduksikan nilai-nilai Islam pada tataran sosio-historis. 10 Noercholish, Islam Kemodernan dan..., hal Lihat Nurcholish Madjid, Cita-cita Politik Islam Era Reformasi, Jakarta, Paramadina,

5 Dalam realitas historisnya, memang gerakan Islam kultural dipandang turut memberikan warna bagi realitas politik Orde Baru yang kemudian lebih berpihak pada aspirasi Islam. Meskipun kesuksesan Islam Kultural dikritik secara tajam oleh Muchtar Lubis sebagai keberhasilan Islam di wilayah permukaan, bukan pada keberhasilan Islam substantif 12. Maka ketika Orde Baru makin kuat dan makin menunjukkan keberpihakannya pada umat Islam sehingga pernah muncul apa yang dsebut sebagai trend santrinisasi pada berbagai kebijakan pemerintah. Tapi watak dasar Orde Baru yang cenderung tiran dan korup ternyata tidak bisa dihilangkan. Kelak diakhir masa kejatuhannya tahun 1998, banyak kalangan yang mengkhawatirkan bahwa posisi Islam kultural juga akan ikut habis bersama runtuhnya rezim Orba. Pergeseran Ke Islam Politik Ketika Orde Baru tumbang, ada fenomena yang menarik bahwa dari kalangan tokoh Islam kultural mereka banting setir untuk memperjuangkan agama dalam arus reformasi sebagai berkah dari perjuangan melawan dan menumbangkan Orde Baru. Dalam perspektif penulis, saya menyebutnya sebagai pergeseran dari Islam Kultural ke Islam Politik. 13 Namun apa yang terjadi dengan Islam politik, alih-alih membangun bangsa dan negara makin baik, makin bersih dan berkeadilan -- yang terjadi justru adalah proses penjungkirbalikkan moralitas bangsa dalam berbagai segi kehidupan di negara ini. Sebuah realitas yang kian compang camping tentu saja bukan melalu dilakukan oleh kelompok Islam Politik. Tapi dalam pandangan penulis, Islam politik telah menemukan kegagalannya dalam mengakomodasikan dirinya dalam konsep negarabangsa (nation-state). Kegagalan Islam politik terletak pada ketidakmampuan aktor politiknya untuk mengartikulasikan politik Islam dalam realitas empiris secara istqamah. 12 Keberhasilan Islam Kultural yang digelindingkan Cak Nur baru menyentuh wilayah-wilayah Islam formal, bukan pada kebangkitan Islam kulltural pada wilayah tegaknya keadilan dan kesejahteraan bagi umat dan rakyat, Muchtar Lubis, Kebangkitan Islam Kultural sebuah embrional?, dalam Panjimas Islam politik yang dimaksud disini, perjuangan Islam tidak lagi menggunakan pendekatan kultural yang lebih akomodatif, terbuka, dan santun. Tapi Islam politik diartikulasikan dalam bentuk politik formal di panggung politik nasional. 5

6 Gerakan Islam politik dalam perspektif penulis, nyaris tanpa memiliki konsep dan agenda besar untuk membangun bangsa Indonesia ke depan. Alih-alih ikut memperbaiki dan memperbaharui kondisi bangsa, gerakan Islam politik malah menjadi bagian dari problem politik yang makin crowded. 14 Era reformasi saat ini yang nyaris tanpa menemukan ujungnya, telah melahirkan apa yang disebut Buya Syafii Maarif sebagai kehancuran bangsa yang makin sempurna! 15. Perlu Daya Imajinasi Kreatif Dalam konteks pemikiran Islam kontemporer, apa yang terjadi saat ini -- di Indonesia misalnya adalah produktivitas pemikiran keagamaan cukup memprihatinkan, karena dalam beberapa dekade terakhir, kita tidak menemukan lahirnya pemikiran keagamaan yang brilliant, bahkan bisa dikatakan berjalan di tempat. Ini bisa dilihat dengan beberapa indikator. Pertama, miskinnya gagasan. Perdebatan antara kelompok liberal dan fundamentalis hanya sebatas isu-isu yang amat simbolik, seperti busana (jilbab, jubah, cadar). Termasuk juga isu formalisasi syari at yang terkesan simbolik. Karenanya, isu yang diangkat ke permukaan bersifat individual dan komunal. Ini menyebabkan pandangan keagamaan tidak menyentuh hajat kebanyakan masyarakat, terutama kalangan lemah yang sedang dilanda krisis. Agama hanya didorong untuk membicarakan doktrin keagamaan, bukan untuk mematangkan visi kemanusiaan yang bersifat universal. Kedua, krisis ketokohan. Apa yang disebut pemikiran sering kali harus mengikutsertakan pemikir-pemikir terdahulu. Merujuk pemikir-pemikir terdahulu penting, tapi akibatnya kita kehilangan independensi. Pemikiran selalu merujuk kepada salaf al-shalih. Kita selalu beranggapan bahwa yang dikatakan ulama salaf adalah yang paling benar. Ini sebenarnya dampak negatif dari tradisi kodifikasi yang telah memandekkan tradisi berpikir. Padahal, ulama besar seperti Imam Abu Hanifah memberikan pesan yang sangat berharga untuk senantlasa keluar dari kungkungan salaf. 14 Beberapa elit Islam politik terlibat korupsi yang mustinya bisa memberikan keteladanan politik. 15 Lihat Ahmad Syafii Maarif, Tuhan Menyapa Kita, Jakarta, Grafindo,

7 Konteks Indonesia hari ini memang memerlukan imajinasi kreatif, bahwa pendekatan untuk membumikan Islam agar compatible dengan realitas kekinian tidak boleh bersifat monolitik dan tunggal, ia amat membutuhkan daya imajinasi kreatif tanpa batas. Dalam konteks pemikiran Islam kontemporer, meminjam Fachry Ali, umat Islam mesti memiliki daya tonjok psikologis yang kuat. Penutup Agar memiliki daya tonjok psikologis dimaksud, maka agama dan kebebasan berpikir merupakan dua mata uang logam yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan Alquran dalam puluhan ayatnya menyebutkan pentingnya berpikir (QS 51:20-21, 7:185, 29:20). Demiklan pula dengan tradisi kebebasan berpikir mutlak diperlukan untuk melahirkan pandangan keagamaan yang baru, segar, dan jernih yang ditujukan bagi pembaharuan pemikiran Islam. Kita berharap perkembangan Islam di masa mendatang berada dalam suatu iklim kondusif dalam nuansa kebebasan berpikir, sehingga akan mendorong lahirnya pemikiran keagamaan yang kritis, transformatif, inovatif, dan konstruktif. Pada akhirnya, kita meyakini sepenuhnya, bahwa pemikiran Islam mesti menjadi kekuatan pembebas agar mampu menembus dinding-dinding intelektualisme yang stagnan. Tanpa itu semua, boleh jadi kita kehilangan perspektif.[] 7

8 DAFTAR PUSTAKA Ali, Fachry dan Bachtiar Effendi, Merambah Jalan Baru Islam, Bandung, Mizan, Anwar, M. Syafi'i, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia, Jakarta, Paramadina, Kuntowijoyo, Dinamika Sejarah Islam Indonesia, Yogyakarta, Salahuddin Press, Lubis, Muchtar, Kebangkitan Islam Kultural sebuah embrional? dalam Panjimas Maarif, Ahmad Syafii Tuhan Menyapa Kita, Jakarta, Grafindo Madjid, Nurcholish, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung, Mizan, , Cita-cita Politik Islam Era Reformasi, Jakarta, Paramadina, Rahardjo, Dawam, Islam dan Modernisasi: Catatan atas Paham Sekularisasi Noercholis Madjid, sebagai kata pengantar buku Noercholish Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung, Mizan, , Intlektual, Inteligensia, dan Perilaku Politik Bangsa: Risalah Cendekiawan Muslim Bandung, Mizan, Soelastomo, Hari-hari yang Panjang , Jakarta, CV. Haji Masagung, 1989, Cetakan kedua. 8

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010. BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Islam kultural dalam konsep Nurcholish Madjid tercermin dalam tiga tema pokok, yaitu sekularisasi, Islam Yes, Partai Islam No, dan tidak ada konsep Negara Islam atau apologi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus 195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah

Lebih terperinci

Sosialisme Indonesia

Sosialisme Indonesia Sosialisme Indonesia http://sinarharapan.co/news/read/140819049/sosialisme-indonesia 19 Agustus 2014 12:50 Ivan Hadar* OPINI Sosialisme-kerakyatan bisa diterapkan di Indonesia. Terpilihnya Jokowi sebagai

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan organisasi politik namun sepanjang

Lebih terperinci

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERAN PERSATUAN MAHASISWA DALAM PEMBANGUNAN INDONESIA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERAN PERSATUAN MAHASISWA DALAM PEMBANGUNAN INDONESIA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERAN PERSATUAN MAHASISWA DALAM PEMBANGUNAN INDONESIA Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan pada Talk Show dan Kompetisi Debat UNTIRTA 2010 Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

Apa reaksi Anda ketika tahun 1971 Cak Nur melontarkan gagasan Islam, yes! Partai Islam, No!?

Apa reaksi Anda ketika tahun 1971 Cak Nur melontarkan gagasan Islam, yes! Partai Islam, No!? Proses pembaruan pemahaman keislaman di Indonesia pada era 1970 dan 1980-an tidak pernah lepas dari peran Cak Nur (sapaan akrab Prof. Dr. Nurcholish Madjid). Gagasan-gagasan segar Cak Nur tentang keislaman,

Lebih terperinci

Wassalam. Page 5. Cpt 19/12/2012

Wassalam. Page 5. Cpt 19/12/2012 satu cara yang perlu ditempuh adalah mengembangkan model home schooling (yang antara lain berbentuk pembelajaran personal ) seperti yang pernah diterapkan pada masa kejayaan Islam abad pertengahan. - Membangun

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1 PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME A. Pengantar Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1 Tulisan pada artikel ini akan menyajikan persoalan peran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Dampak Nasakom Terhadap Keadaan Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1966, penulis menarik kesimpulan bahwa Sukarno sebagi

Lebih terperinci

Tentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia

Tentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia State Islam: Tentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia 13 September 2017 https://indoprogress.com/2017/09/state-islam-tentang-islam-yang-direstui-oleh-negara-di-indonesia/ Dendy Raditya Atmosuwito

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas Tunggal Pancasila oleh Nahdlatul Ulama : Latar Belakang dan Proses 1983-1985 yang menjadi bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan salah satu partai politik dengan basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 mengalami

Lebih terperinci

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan c Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan d Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan Oleh Tarmidzi Taher Tema Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan di Indonesia yang diberikan kepada saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Maraknya pemakaian jilbab di Indonesia pada tahun 1980-an tidak terlepas dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal atau dalam negeri yang ikut mempengaruhi

Lebih terperinci

RADIKALISME AGAMA DALAM KAJIAN SOSIOLOGI

RADIKALISME AGAMA DALAM KAJIAN SOSIOLOGI Radikalisme Agama Dalam Kkajian Sosiologi RADIKALISME AGAMA DALAM KAJIAN SOSIOLOGI Ibnu Hibban Judul Buku : Radikalisme Agama di Indonesia Penulis : Dr. Zuly Qodir Penerbit : Pustaka Pelajar Tahun Terbit

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai dinamika Partai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai dinamika Partai 148 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai dinamika Partai Masyumi di Jawa Barat periode tahun 1950-1960. Maka penulis dapat menyimpulkan. Pertama,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian tentang Peranan Ali Moertopo Dalam Mewujudkan Stabilitas Politik Pada Masa Pemerintahan Soeharto (1966-1984). Kesimpulan tersebut

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER 145 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER DAN POLITIK DI INDONESIA (Studi Tentang Kebijakan Dwifungsi ABRI Terhadap Peran-peran Militer di Bidang Sosial-Politik

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan 201 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan historis antara Turki Utsmani dan Hindia Belanda sejatinya telah terjalin lama sebagaimana yang telah dikaji oleh banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa atau yang disebut dangan nama lainnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah suatu kesatuan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan memiliki peran yang penting dalam suatu negara yakni sebagai saran untuk menciptakan manusia yang unggul. Pendidikan tidak bisa terlepas dari kondisi

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanpa pretensi untuk mengecilkan peran kelompok lain dari masyarakat yang turut bergerak dalam panggung perubahan sosial, peran mahasiswa merupakan unsur yang seolah

Lebih terperinci

Hubungan Islam Dan Orde Baru. Written by Wednesday, 08 September :03

Hubungan Islam Dan Orde Baru. Written by Wednesday, 08 September :03 Mohammad Natsir, salah seorang tokoh Islam terkemuka pada tahun 1972 pernah mengatakan, mereka (penguasa) memperlakukan kita (Islam) seperti kucing kurap. Pada saat Natsir melontarkan kalimat seperti ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras,

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerukunan antar umat beragama merupakan satu unsur penting yang harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras, aliran dan agama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di seluruh dunia. Saking derasnya arus wacana mengenai demokrasi, hanya sedikit saja negara yang

Lebih terperinci

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN Oleh Nurcholish Madjid Seorang Muslim di mana saja mengatakan bahwa agama sering mendapatkan dukungan yang paling

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. telah mendapatkan legitimasi sebagai karya grafis bersifat internasional dan

BAB V KESIMPULAN. telah mendapatkan legitimasi sebagai karya grafis bersifat internasional dan BAB V KESIMPULAN Persepolis karya Marjane Satrapi merupakan karya francophone yang telah mendapatkan legitimasi sebagai karya grafis bersifat internasional dan dimasukkan ke dalam ranah studi literatur.

Lebih terperinci

dengan mencermati bahwa praktik dan gagasan seni rupa Islam di nusantara ternyata bisa dimaknai lebih terbuka sekaligus egaliter. Kesimpulan ini terba

dengan mencermati bahwa praktik dan gagasan seni rupa Islam di nusantara ternyata bisa dimaknai lebih terbuka sekaligus egaliter. Kesimpulan ini terba BAB V KESIMPULAN Seni rupa modern Islam Indonesia adalah kenyataan pertumbuhan dan praktik seni rupa modern dan kontemporer Indonesia. Pada dasarnya semangatnya merangkul prinsip-prinsip baik pada nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui kegiatan pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui kegiatan pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mayoritas masyarakat memiliki keinginan untuk maju berkembang menjadi lebih baik. Keinginan tersebut diupayakan berbagai cara, salah satunya adalah melalui kegiatan

Lebih terperinci

POTRET PEMIKIRAN ISLAM DI ERA TRANSISI (Sebuah Fenomena Menurunnya Gairah Pemikiran Islam di Indonesia) Faisal Attamimi

POTRET PEMIKIRAN ISLAM DI ERA TRANSISI (Sebuah Fenomena Menurunnya Gairah Pemikiran Islam di Indonesia) Faisal Attamimi POTRET PEMIKIRAN ISLAM DI ERA TRANSISI (Sebuah Fenomena Menurunnya Gairah Pemikiran Islam di Indonesia) Faisal Attamimi Dosen Jurusan Ushuluddin STAIN Datokarama Palu Abstract New Order Government is perceived

Lebih terperinci

DEMOKRASI & POLITIK DESENTRALISASI

DEMOKRASI & POLITIK DESENTRALISASI Daftar Isi i ii Demokrasi & Politik Desentralisasi Daftar Isi iii DEMOKRASI & POLITIK DESENTRALISASI Oleh : Dede Mariana Caroline Paskarina Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis,

Lebih terperinci

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) Apakah Sistem Demokrasi Pancasila Itu? Tatkala konsep

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel. BAB VIII KESIMPULAN Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah tindakan yang fundamental, yaitu perbuatan yang menyentuh akar-akar kehidupan bangsa sehingga mengubah dan menentukan hidup manusia.

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga rekomendasi bagi PKS. Di bagian temuan, akan dibahas tentang penelitian terhadap iklan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Adanya penyelewengan terhadap pelaksanaan khittah Tarbiyah yang lebih

BAB VI PENUTUP. Adanya penyelewengan terhadap pelaksanaan khittah Tarbiyah yang lebih BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Adanya penyelewengan terhadap pelaksanaan khittah Tarbiyah yang lebih cenderung melakukan ijtihad politik praktis ketimbang menjalankan perjuangan triologi khtitah Tarbiyah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah tiga institusi pilar Globalisasi.(Amin Rais, 2008: i)

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah tiga institusi pilar Globalisasi.(Amin Rais, 2008: i) 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam 30 tahun terakhir, dunia menyaksikan bangkitnya Imperialisme ekonomi yang dilancarkan Negara-negara Barat, Negara-negara eks kolonialis, lewat apa yang disebut

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari

BAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari 113 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari bermacam-macam suku, agama, ras dan antar golongan. Berdasar atas pluralitas keislaman di

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis mencoba melihat konstruksi Naṣr Ḥâmid Abû Zayd terhadap munâsabah antar ayat dan surat, kemudian menerapkan dan mengkritisi dapat disimpulkan sebagai berikut:

Lebih terperinci

ABDURRAHMAN WAHID : PEMIKIRAN TENTANG KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI INDONESIA TESIS

ABDURRAHMAN WAHID : PEMIKIRAN TENTANG KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI INDONESIA TESIS ABDURRAHMAN WAHID : PEMIKIRAN TENTANG KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI INDONESIA TESIS Oleh SYAMSUL HADI NIM : O.000.030.020 Program Studi : Magister Studi Islam Konsentrasi : Sosial Budaya Islam PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbicara dalam konteks pendidikan formal. Mahasiswa dalam peraturan

BAB I PENDAHULUAN. berbicara dalam konteks pendidikan formal. Mahasiswa dalam peraturan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebuah status yang disandang seseorang ketika ia menjalani pendidikan formal pada sebuah perguruan tinggi. Seseorang dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya 177 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya tentang Kebijakan Pemerintah Orde Baru dalam Privatisasi BUMN Ditinjau dari Peranan IMF Antara Tahun 1967-1998.

Lebih terperinci

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER l Edisi 001, Oktober 2011 Edisi 001, Oktober 2011 P r o j e c t i t a i g D k a a n MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER Ihsan Ali Fauzi 1 Edisi 001, Oktober 2011 Informasi Buku: Abdullahi Ahmed An- Na`im,

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010 Assalamu alaikum Warahmatullahiwabarakatuh.

Lebih terperinci

Bab V. Penutup. yang menunjukkan adanya fenomena pembentukan gerakan sosial dengan basis

Bab V. Penutup. yang menunjukkan adanya fenomena pembentukan gerakan sosial dengan basis Bab V Penutup A. Kesimpulan Dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa kemunculan gerakan Indonesia Tanpa JIL dalam dunia pergeakan sosial kontemporer adalah sebuah bukti yang menunjukkan adanya fenomena

Lebih terperinci

Jalan Tengah Sosialisme

Jalan Tengah Sosialisme Jalan Tengah Sosialisme Paling tidak, terdapat empat penyebab krisis ideologi pembangunan. http://sinarharapan.co/news/read/150409102/-i-jalan-tengah-sosialisme-i- 09 April 2015 19:48 Ivan Hadar OPINI

Lebih terperinci

Oleh: Abdi Kurnia Djohan, SH.MH, Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan Ketua Lembaga Dakwah Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta

Oleh: Abdi Kurnia Djohan, SH.MH, Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan Ketua Lembaga Dakwah Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Oleh: Abdi Kurnia Djohan, SH.MH, Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan Ketua Lembaga Dakwah Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Pembicaraan tentang rezim-rezim politik di negara-negara Muslim tidak

Lebih terperinci

PEMIKIRAN POLITIK DAN GERAKAN SOSIOKULTURAL KEWARGANEGARAAN KAUM INTELEKTUAL MUSLIM NEO-MODERNIS DALAM PENGUATAN DEMOKRASI DAN CIVIL SOCIETY

PEMIKIRAN POLITIK DAN GERAKAN SOSIOKULTURAL KEWARGANEGARAAN KAUM INTELEKTUAL MUSLIM NEO-MODERNIS DALAM PENGUATAN DEMOKRASI DAN CIVIL SOCIETY DAFTAR ISI Halaman Lembar Persetujuan... ii Lembar Pernyataan.... iii Abstrak... iv Abstract... v Kata Pengantar... vi UcapanTerima Kasih... viii Daftar Isi... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

2015 STRATEGI PARTAI ISLAM D ALAM PANGGUNG PEMILIHAN PRESID EN DI INDONESIA TAHUN

2015 STRATEGI PARTAI ISLAM D ALAM PANGGUNG PEMILIHAN PRESID EN DI INDONESIA TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Partai politik sebagai kekuatan politik mempunyai hak dan bagian dalam setiap pemilihan umum. Pada setiap partai politik menganut ideologinya masing-masing

Lebih terperinci

Prayudi POSISI BIROKRASI DALAM PERSAINGAN POLITIK PEMILUKADA

Prayudi POSISI BIROKRASI DALAM PERSAINGAN POLITIK PEMILUKADA Prayudi POSISI BIROKRASI DALAM PERSAINGAN POLITIK PEMILUKADA Diterbitkan oleh: P3DI Setjen DPR Republik Indonesia dan Azza Grafika 2013 Judul: Posisi Birokrasi dalam Persaingan Politik Pemilukada Perpustakaan

Lebih terperinci

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pada Modul ini kita akan mempelajari tentang arti penting serta manfaat pendidikan kewarganegaraan sebagai mata kuliah

Lebih terperinci

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH l Edisi 048, Februari 2012 P r o j e c t SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH i t a i g k a a n D Sulfikar Amir Edisi 048, Februari 2012 1 Edisi 048, Februari 2012 Sains, Islam, dan Revolusi Ilmiah Tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam konteks transisi politik di Indonesia, gerakan mahasiswa memainkan peranan yang penting sebagai kekuatan yang secara nyata mampu mendobrak rezim otoritarian.

Lebih terperinci

Islam dan Sekularisme

Islam dan Sekularisme Islam dan Sekularisme Mukaddimah Mengikut Kamus Dewan:- sekular bermakna yang berkaitan dengan keduniaan dan tidak berkaitan dengan keagamaan. Dan sekularisme pula bermakna faham, doktrin atau pendirian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Pendidikan sosial yang dimaksud adalah pendidikan bagi berbagai komponen dalam pesantren

I. PENDAHULUAN. 1 Pendidikan sosial yang dimaksud adalah pendidikan bagi berbagai komponen dalam pesantren I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pondok pesantren merupakan sebuah institusi pendidikan yang menjadi model khas yang dimiliki oleh Indonesia. Kekhasan yang dimiliki ini menjadi salah satu nilai sosial

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Acara Temu Muka dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat (anggota) yang menjadi cikal bakal dari partisipasi politik. Dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia 101 BAB 5 KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. Fokus utama dari bab ini adalah menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini berisi jawaban yang dapat ditarik dari pembahasan dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan ciri utama sistem pemerintahan yang demokratis. Sedangkan salah satu fungsi dari partai politik adalah pendidikan politik, ini merupakan

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita

Lebih terperinci

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Survei syariah terbaru yang diselenggarakan SEM Institute menunjukkan mayoritas rakyat Indonesia (72 persen) menginginkan tegaknya syariah hingga level negara. Ini mengkonfirmasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari pembahasan skripsi yang berjudul Gejolak Politik di Akhir Kekuasaan Presiden: Kasus Presiden Soeharto (1965-1967) dan Soeharto

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sekaligus (Abdullah, 2006: 77). Globalisasi telah membawa Indonesia ke dalam

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sekaligus (Abdullah, 2006: 77). Globalisasi telah membawa Indonesia ke dalam BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perubahan yang terjadi di Indonesia selama setengah abad ini sesungguhnya telah membawa masyarakat ke arah yang penuh dengan fragmentasi dan kohesi sekaligus (Abdullah,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN KONSEP CIVIL SOCIETY

BAB II KAJIAN KONSEP CIVIL SOCIETY BAB II KAJIAN KONSEP CIVIL SOCIETY A. Pengertian tentang konsep civil society Konsep civil society memiliki pengertian yang beragam sesuai dengan sudut pandang masing-masing tokoh yang memberikan penekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era Reformasi yang lahir pasca runtuhnya Orde Baru mengemban. tugas yang tidak mudah, salah satunya untuk mencari solusi alternatif

BAB I PENDAHULUAN. Era Reformasi yang lahir pasca runtuhnya Orde Baru mengemban. tugas yang tidak mudah, salah satunya untuk mencari solusi alternatif BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era Reformasi yang lahir pasca runtuhnya Orde Baru mengemban tugas yang tidak mudah, salah satunya untuk mencari solusi alternatif dalam menyelesaikan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andriyana, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andriyana, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah negara demokrasi, dengan kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat memiliki peranan penting dalam aspek kehidupan bernegara. Oleh karena

Lebih terperinci

Oleh : Izza Akbarani*

Oleh : Izza Akbarani* Oleh : Izza Akbarani* Kita sebagai bangsa yang baru lahir kembali, kita harus dengan cepat sekali cepat check up mengejar keterbelakangan kita ini! Mengejar di segala lapangan. Lapangan politik kita kejar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan. BAB I PENDAHULUAN I. 1.Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan tulang punggung dalam demokrasi karena hanya melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan. Kenyataan ini

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA

BAB IV KARAKTERISTIK PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA BAB IV KARAKTERISTIK PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA Nurcholish Madjid merupakan seorang tokoh intelektual Islam yang selalu memunculkan ide-ide cemerlang terhadap perjalanan

Lebih terperinci

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI Skripsi Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Oleh : NANANG FEBRIANTO F. 100 020 160 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pengaruh pembaharuan Islam yang dilakukan oleh umat Islam di Saudi Arabia, Mesir, dan India

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik BAB 1 PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah institusi yang mutlak diperlukan dalam dunia demokrasi, apabila sudah memilih sistem demokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENJADI TUAN DI NEGERI SENDIRI: PERSPEKTIF POLITIK. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENJADI TUAN DI NEGERI SENDIRI: PERSPEKTIF POLITIK. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENJADI TUAN DI NEGERI SENDIRI: PERSPEKTIF POLITIK Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Acara Konvensi Kampus VII dan Temu Tahunan XIII Forum Rektor

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya Orde

I.PENDAHULUAN. telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya Orde I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurang lebih 32 tahun Orde Baru berdiri, dan selama pemerintahan itu berlangsung telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya

Lebih terperinci

Gerakan Sosial. -fitri dwi lestari-

Gerakan Sosial. -fitri dwi lestari- Gerakan Sosial -fitri dwi lestari- (Bruce J. Cohen - 1992) Gerakan yang dilakukan sekelompok individu yang terorganisir untuk merubah (properubahan) ataupun mempertahankan (konservatif) unsur tertentu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bila masa depan adalah kenyataan, apakah masa depan akan dialami oleh setiap orang? Jawabannya bisa iya bisa tidak. Tetapi yang paling terpenting adalah masa depan itu

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam

Lebih terperinci

KONFERENSI CABANG KE IX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)

KONFERENSI CABANG KE IX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) A. DASAR PEMIKIRAN Kontrak sosial politik Negara berdaulat terhadap rakyat adalah melindungi warga Negara dan mensejahterakan secara lahir batin. Namun cita-cita tersebut belum menunjukan titik terang

Lebih terperinci

Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Pancasila STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Pancasila STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Pancasila STMIK AMIKOM YOGYAKARTA : Nama : DEWI ARIANI NIM : 11.12.6120 Kelompok : J Jurusan Dosen : S1 SISTEM INFORMASI : BP. DJUNAIDI IDRUS, M.HUM 1 KATA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemuda merupakan suatu generasi bangsa yang akan menentukan perubahan- perubahan dimasa akan datang. Hal ini dapat di pahami, mengingat pemuda berperan sebagai

Lebih terperinci

Diberikan oleh Rusia sehingga hubungan antar negara dengan subjek utama masyarakat di dalamnya menjadi jauh lebih baik dan efektif. 2. Di Era Orde Bar

Diberikan oleh Rusia sehingga hubungan antar negara dengan subjek utama masyarakat di dalamnya menjadi jauh lebih baik dan efektif. 2. Di Era Orde Bar BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan sepanjang penulisan skripsi, dapat ditarik beberapa kesimpulan yang terdiri dari berbagai macam aspek yang terkait dalam pembahasan yang

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Al Banna, G. (2006). Pluralisme Agama. Jakarta: Mata air.. (2006). Doktrin Pluralisme dalam Al Quran. Jakarta: Menara.

DAFTAR PUSTAKA. Al Banna, G. (2006). Pluralisme Agama. Jakarta: Mata air.. (2006). Doktrin Pluralisme dalam Al Quran. Jakarta: Menara. DAFTAR PUSTAKA Al Banna, G. (2006). Pluralisme Agama. Jakarta: Mata air.. (2006). Doktrin Pluralisme dalam Al Quran. Jakarta: Menara. Ali, F. (2001). Diaspora Cak Nur, dalam dalam Pustaka Pelajar. (2001),

Lebih terperinci

BAB II NURCHOLISH MADJID TOKOH PEMBAHARU DALAM ISLAM ( ) pembaharu pemikiran di dalam Islam. Cak Nur lahir dan dibesarkan di lingkungan

BAB II NURCHOLISH MADJID TOKOH PEMBAHARU DALAM ISLAM ( ) pembaharu pemikiran di dalam Islam. Cak Nur lahir dan dibesarkan di lingkungan BAB II NURCHOLISH MADJID TOKOH PEMBAHARU DALAM ISLAM (1939-2005) A. Latar Belakang Sosial dan Pendidikan Nurcholis Madjid, yang populer dipanggil Cak Nur, merupakan sosok pembaharu pemikiran di dalam Islam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi lebih dari sekedar seperangkat aturan dan prosedur konstitusional yang menentukan suatu fungsi pemerintah. Dalam demokrasi, pemerintah hanyalah salah

Lebih terperinci

SYARIAT ISLAM DAN KETERBATASAN DEMOKRASI

SYARIAT ISLAM DAN KETERBATASAN DEMOKRASI l Edisi 003, Agustus 2011 SYARIAT ISLAM DAN KETERBATASAN DEMOKRASI P r o j e c t i t a i g k a a n D Saiful Mujani Edisi 003, Agustus 2011 1 Edisi 003, Agustus 2011 Syariat Islam dan Keterbatasan Demokrasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REMORMASI

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REMORMASI EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REMORMASI Tessal Dwi Nugraha 11.12.6173 Kelompok J S1 Sistem Informasi Junaidi Idrus,S.ag,M.Hum STMIK AMIKOM YOGYAKARTA A. Latar Belakang Perjalanan

Lebih terperinci

MASYARAKAT MADANI. Hatiningrum, SH.M Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

MASYARAKAT MADANI. Hatiningrum, SH.M Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen MASYARAKAT MADANI Modul ke: 13 Fakultas Udjiani EKONOMI DAN BISNIS 1. Pengertian dan Latar Belakang 2. Sejarah Masyarakat Madani 3. Karakteristik dan Ciri-ciri Masyarakat Madani 4. Institusi Penegak Masyarakat

Lebih terperinci

Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan mele

Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan mele Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan melemahkannya. Birokrasi, misalnya dapat menjadi sarana

Lebih terperinci

Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut

Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut Leif STENBERG Direktur, AKU- Dalam makalah berikut ini, saya akan mengambil perspektif yang sebagiannya dibangun

Lebih terperinci

Pemerintah Baru, Masalah Lama Kamis, 04 September :12 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 04 September :49

Pemerintah Baru, Masalah Lama Kamis, 04 September :12 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 04 September :49 Pada 21 Agustus 2014 Mahkamah Konstitusi memutuskan menolak seluruh permohonan dan gugatan pihak Prabowo-Hatta, baik gugatan mengenai rekapitulasi suara oleh KPU maupun gugatan menyangkut pelanggaran pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia umumnya, atau pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan, cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sejak perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan, cita-cita bangsa Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan, cita-cita bangsa Indonesia ialah membangun sebuah Negara hukum. Cita-cita Negara hukum itu dicantumkan dalam tiap-tiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH PERGANTIAN REZIM PEMERINTAHAN TERHADAP PENGAMALAN PANCASILA MASYARAKAT INDONESIA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PENGARUH PERGANTIAN REZIM PEMERINTAHAN TERHADAP PENGAMALAN PANCASILA MASYARAKAT INDONESIA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA PENGARUH PERGANTIAN REZIM PEMERINTAHAN TERHADAP PENGAMALAN PANCASILA MASYARAKAT INDONESIA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA OLEH: DAVID MAYSHIOGIE 11.11.5705 KELOMPOK F PROGRAM STUDI STRATA 1 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

Lebih terperinci