BAB I PENDAHULUAN. peraturan pemerintah No. 72 tahun 1991 pemerintah telah mengatur khusus

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemajuan pembangunan yang dicapai bangsa Indonesia khususnya pembangunan di bidang pendidikan akan mendorong tercapainya tujuan pembangunan nasional, maka sangat penting adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama dicanangkan. Pendidikan diperuntukkan bagi setiap warga negara tanpa kecuali, tidak memandang kaya miskin, atau normal maupun anak berkelainan. Pada peraturan pemerintah No. 72 tahun 1991 pemerintah telah mengatur khusus tentang Pendidikan Luar Biasa. Dalam Pendidikan Luar Biasa pelayanan dan penanganannya disesuaikan dengan kelainan yang disandang peserta didik sehingga pelayanan dapat sesuai dengan kebutuhan anak. Tujuan Pendidikan Luar Biasa adalah membantu peserta didik yang memiliki hambatan fisik atau mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan sikap dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dasar dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan (Peraturan Pemerintah RI, 1997: ).

2 2 Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa anak-anak tunagrahita yang telah mengikuti pendidikan di sekolah luar biasa, pada umumnya belum menunjukkan kemajuan yang di inginkan. Sebagai contoh, anak yang telah mengikuti program pendidikan selama 12 tahun ternyata masih mengalami kesulitan dalam memelihara diri (self care), belum mempunyai keterampilan untuk melakukan pekerjaan sehari hari bagi kepentingan dirinya sendiri dan ketergantungan kepada orang lain masih cukup tinggi. Maka dari itu ada kesan bahwa pendidikan yang telah diikuti sekian lama itu sepertinya tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan anak, keadaan seperti ini tidak semata-mata karena siswa, tetapi juga karena perbedaan harapan orang tua dan lingkungan dengan program pendidikan di sekolah luar biasa. Masyarakat terutama orang tua menginginkan agar anak tunagrahita memiliki keterampilan yang sesuai dengan potensi yang di dimiliki. Tetapi di lapangan aspek pengajaran yang bersifat akademik lebih di utamakan di bandingkan melatih keterampilannya. Anak tunagrahita ringan masih bisa diberi arahan dan bimbingan dalam melakukan pekerjaan. Adapun karakteristik pekerjaan bagi anak tunagrahita ringan yaitu anak dapat melakukan pekerjaan yang sifatnya semiskilled dan pekerjaan itu sifatnya sederhana, bahkan sebagian besar dari mereka dapat mandiri dalam melakukan pekerjaan sebagai orang dewasa. Pernyataan di atas juga didukung dengan beberapa penelitian, antara lain :

3 3 1. Hasil penelitian A.Zaini (1995) menunjukkan bahwa penyandang tunagrahita ringan kelas III SMLB SPLB-C YPLB Bandung dapat melakukan pekerjaan kebersihan (cleaning service). 2. Beberapa hasil penelitian yang dihimpun oleh Robert P. Ingals (1967) dalam Astati (2001:2) menghimpun beberapa hasil penelitian, diantaranya :1) Hasil Penelitian Soenger membuktikan bahwa sebagian besar karyawan penyandang tunagrahita merasa bangga dan senang pada pekerjaannya, mereka bekerja dengan baik dan dalam pekerjaan yang sifatnya sederhana, 2) Hasil penelitian Coltman dan Newlyn menyatakan para majikan berpendapat bahwa faktor intelektual tidak mempengaruhi persepsi mereka terhadap pekerjaan, 3) Hasil penelitian O Connor menunjukkan bahwa: penyandang tunagrahita memiliki ketekunan kerja. Mereka menunjukkan hasil yang baik asalkan pekerjaan itu berulang- ulang, dan tidak terbukti bahwa mereka mendapat kecelakaan dalam menggunakan peralatan kerja. Berdasarkan penelitian di atas anak tunagrahita ringan dapat bekerja dengan baik dan benar asalkan pekerjaan tersebut sesuai dengan kemampuan yang di milikinya. Menumbuhkan kemampuan yang di miliki pada individu anak tunagrahita sejak usia dini sangatlah penting karena dengan melatih dari usia dini anak tunagrahita bisa terbiasa untuk mengerjakan keterampilan dan pekerjaan yang sudah anak tekuni.

4 4 Menumbuhkan kemandirian pada individu sejak usia dini sangatlah penting dalam hal ini keterampilannya karena dengan memiliki keterampilan khusus sejak dini, anak akan terbiasa mengerjakan kebutuhannya sendiri dan bisa ikut serta dalam masyarakat karena sudah mempunyai keahlian. Menurut Yusuf (2002:124), secara naluriah, anak mempunyai dorongan untuk berkembang dari posisi dependent (ketergantungan) ke posisi independent (bersikat mandiri). Anak yang mandiri akan bertindak dengan penuh rasa percaya diri dan tidak selalu mengandalkan bantuan orang dewasa dalam bertindak. Ada banyak SLB yang mempunyai program khusus keterampilan untuk anak tunagrahita, salah satunya adalah SLB ABC YPLAB Lembang di sekolah ini di adakan program khusus salah satunya membuat minuman susu jahe kemasan. Dalam program ini anak tunagrahita di latih mengolah minuman susu jahe sampai pengemasan dan siap untuk di pasarkan. Minuman susu jahe adalah minuman yang berbahan dasar susu yang di campur dengan seruas jahe yang di bakar sehingga aroma jahe merata dalam susu tersebut. Minuman khas indonesia ini yang sangat banyak manfaatnya untuk kesehatan sekaligus untuk menghangatkan tubuh sangat popular di Indonesia dan juga kelebihan susu jahe adalah sangat gampang diracik jadi cocok sekali untuk anak tunagrahita karena mudah untuk di jadikan keterampilan anak di SLB ABC YPLAB Lembang merupakan tempat yang

5 5 bagus karena lingkungan yang sangat mendukung program keterampilan membuat susu jahe. Berdasarkan masalah yang ada di lapangan dan pemikiran-pemikiran diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana pelaksanaan program program keterampilan bagi anak tunagrahita khususnya bagi anak tunagrahita ringan, yang mana kemampuannya dalam bekerja dapat dioptimalkan, seperti dalam bidang keterampilan bisa dimulai dari hal-hal yang sifatnya sederhana, misalnya memperkenalkan tujuan, manfaat, bahanbahan, dan cara kerja. Perubahan paradigma mengenai Pendidikan Luar Biasa termasuk pendidikan anak tunagrahita dari penyelenggaraan yang berupa khusus (segregasi) ke penyelenggaraan saat ini menghendaki bahwa anak tunagrahita diberi kesempatan seluas-luasnya untuk belajar, bermain, berkerja dan bergaul di masyarakat pada umumnya yang sesuai dengan keadaannya. Hal ini tentu menuntut kemampuan anak tunagrahita agar dapat menyatakan dan menyesuaikan diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Sebagaimana diketahui bahwa anak tunagrahita mengalami hambatan dalam kercerdasan maka target keterampilannya tentu harus dirumuskan sesuai dengan potensi yang mereka miliki, sehingga dapat dikatakan bahwa mandiri bagi anak tunagrahita adanya kesesuain antara kemampuan yang aktual dengan potensi yang mereka miliki. Jadi pencapaian kemandirian bagi

6 6 anak tunagrahita tidak dapat diartikan sama dengan pencapaian kemandirian anak normal pada umumnya. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, peneliti mendapatkan data bahwa anak Tunagrahita mempunyai masalah penyesuaian diri yaitu kesulitan dalam hubungannya dengan kelompok maupun dengan individu di sekitarnya, mereka juga cenderung dijauhi oleh lingkungannya dan tidak diakui secara penuh sebagai individu. Hal ini berakibat pada pembentukan keperibadiannya. Karena itu mereka membutuhkan latihan pengembangan kemampuan adaptasi dengan lingkungan baik di keluarga, sekolah dan masyarakat. Berdasarkan permasalahan inilah diperlukan suatu upaya keterampilan anak tunagrahita dengan adanya program keterampilan membuat minuman susu jahe bagi anak tunagarahita ringan dikarenakan usaha minuman susu jahe sangat menguntungkan serta memiliki prospek yang bagus. Maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Membuat Minuman Susu Jahe Pada Anak Tunagrahita Ringan. B. FOKUS MASALAH Seperti yang telah di uraikan di latar belakang, masalah pokok dalam penelitian ini adalah Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Membuat Minuman Susu Jahe Pada Anak Tunagrahita Ringan?. Dari latar

7 7 belakang permasalahan yang telah diungkapkan di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Bagaimana persiapan pelaksanaan pembelajaran keterampilan membuat minuman susu jahe pada anak tunagrahita ringan kelas 9 SMPLB di SLB ABC YPLAB Lembang? b. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran keterampilan membuat minuman susu jahe pada anak tunagrahita ringan kelas 9 SMPLB di SLB ABC YPLAB Lembang? c. Bagaimana kemampuan anak dalam proses pelaksanaan praktek pembelajaran keterampilan membuat minuman susu jahe pada anak tunagrahita ringan kelas 9 SMPLB di SLB ABC YPLAB Lembang? d. Apa sajakah hambatan yang di alami selama proses pembelajaran keterampilan membuat minuman susu jahe pada anak tunagrahita ringan kelas 9 SMPLB di SLB ABC YPLAB Lembang? e. Upaya apa yang di lakukan dalam mengatasi hambatan yang di alami selama proses pembelajaran keterampilan membuat minuman susu jahe pada anak tunagrahita ringan kelas 9 SMPLB di SLB ABC YPLAB Lembang? C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

8 8 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pembuatan program pelaksanaan pembelajaran keterampilan membuat minuman susu jahe pada anak tunagrahita ringan tingkat SMPLB di SLB ABC YPLAB Lembang, Pembuatan program pembelajaran keterampilan membuat minuman susu jahe pada anak tunagrahita ringan tingkat SMPLB di SLB ABC YPLAB Lembang sebagai berikut: a. Persiapan pelaksanaan pembelajaran keterampilan membuat minuman susu jahe pada anak tunagrahita ringan kelas 9 SMPLB di SLB ABC YPLAB Lembang b. Proses pelaksanaan pembelajaran keterampilan membuat minuman susu jahe pada anak tunagrahita ringan kelas 9 SMPLB di SLB ABC YPLAB Lembang c. Kemampuan anak dalam proses pelaksanaan praktek pembelajaran keterampilan membuat minuman susu jahe pada anak tunagrahita ringan kelas 9 SMPLB di SLB ABC YPLAB Lembang d. Apa sajakah hambatan yang dialami selama proses pembelajaran keterampilan membuat minuman susu jahe pada anak tunagrahita ringan kelas 9 SMPLB di SLB ABC YPLAB Lembang e. Upaya apa yang di lakukan dalam mengatasi hambatan yang di alami selama proses pembelajaran keterampilan membuat

9 9 minuman susu jahe pada anak tunagrahita ringan kelas 9 SMPLB di SLB ABC YPLAB Lembang 2. Kegunaan penelitian ini adalah secara teoritis dan praktis a. Manfaat teoritis 1) Sebagai sumbangan karya ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan lembaga pendidikan luar biasa pada khususnya. 2) Untuk menambah wawasan ilmu bagi guru dalam menangani permasalahan yang berkaitan dengan kemandirian anak tunagrahita khususnya dalam keterampilan anak tunagrahita. b. Manfaat Praktis 1) Bagi guru : hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai pembelajaran keterampilan yang di sesuaikan dengan kemampuan anak sehingga kemampuan anak bisa di optimalkan. 2) Bagi lembaga terkait : hasil penelitian ini di harapkan sebagai sumbangan pemikiran bahwa keterampilan yang di latih pada anak sangatlah penting dan bermanfaat bagi kehidupannya.

10 10 3) Bagi peneliti : hasil penelitian ini di harapkan bisa menambah pengetahuan peneliti akan arti pentingnya pembekalan keterampilan pada anak tunagrahita ringan.