BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SANKSI KEBIRI KIMIA, TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN, DAN ANAK
|
|
- Verawati Gunawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SANKSI KEBIRI KIMIA, TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN, DAN ANAK 2.1. Sanksi Kebiri Kimia Kebiri yang berarti dihilangkan. Kebiri atau yang dapat disebut dengan kastrasi, dalam hal ini kebiri kimia adalah tindakan bedah atau menggunakan kimia yang bertujuan untuk menghilangkan fungsi testis pada jantan dan ovarium pada betina, dilakukan pada hewan atau manusia 1 Kebiri kimia yang artinya menghilangkan hormon testosteron dengan menyuntikan bahan kimia atau pil ke dalam tubuh manusia. Asal muasal kebiri kimia dari kebiri fisik dengan fungsi yang berbeda-beda di setiap negara sampai perkembangan jaman yang akhirnya sampai kebiri dilakukan dengan cara kimiawi. Berawal dari sebuah simbol penghukuman berlandaskan keagaaman, yang dilakukan pada mayat prajurit yang dianggap bersalah. Berlanjut hingga zaman dinasti tiongkok menjadi salah satu syarat seorang kasim penjaga istana agar tidak melakukan pelecehan atau menghilangkan kehormatan kerajaan istana yang bertugas menjaga istri, selir dan anak-anak raja pada zaman itu. Di zaman modern kebiri kimia digunakan sebagai bedah medis secara kimia didalam prosedur menghilangkan kelamin pria yang ingin menjadi wanita (Transgander). Sanksi merupakan akibat dari suatu perbuatan yang mendapat reaksi dari pihak lain. Sanksi memiliki arti yang sangat luas, dalam hal ini sanksi adalah Maret Anom, 2016, Kebiri, URL: diakses pada tanggal 2 27
2 konsekuensi yang logis dari sebuah perbuatan yang dilakukan karena sebuah pelanggaran hukum. Sanksi hukum dapat dibedakan lagi berdasarkan lapangan hukumnya, misalnya sanksi perdata, sanksi administrasi, sanksi pidana. 2 Uraian tersebut di atas apabila di tarik dari kata Pemidanaan (Strafrecht) diartikan kembali yang sama pengertiannya dengan sebuah penghukuman, kemudian penghukuman tersebut merupakan sebuah sanksi, sanksi pidana yang mencakup semua jenis hukum pidana atau pengaturan hukum pidana yang diatur didalam KUHP maupun ketentuan di luar KUHP. 3 Pidana merupakan suatu pengertian khusus yang berkenaan dengan sanksi dalam hukum pidana. Adanya persamaannya dengan pengertian umum, yaitu sebagai suatu sanksi yang berupa tindakan yang menderitakan atau suatu nestapa. Di indonesia menggunakan dua jenis saknsi Pidana yaitu Pidana (straf) dan tindakan (maatregels) dalam menerapkan konsep individualisasi pemidanaan dibangun dalam rangka paradigma modern. Melalui dua jalur (double track system), sanksi pemidanaan akan lebih mencerminkan keadilan dari sudut pandang korban, pelaku, maupun masyarakat. Menurut Muljatno, sanksi pidana merupakan larangan yang disertai ancaman yang berupa pidana tertentu, yang masuk kedalam unsur formil dari unsur-unsur tidak pidana. 4 Sanksi pidana dijatuhkan kepada seseorang yang memang dinyatakan dan terbukti bersalah atas sebuah perbuatan yang melanggar hukum pidana, yang 2 Sri Sutatiek, 2013, Rekonstruksi Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana Anak Di Indonesia, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, hlm 1. 3 Tolib Setiady, Op.cit, hlm 6 4 Moeljatno, 2009, Asas-asas Hukum Pidana, Rineika Cipta, Jakarta, hlm 3 28
3 membutuhkan kehati-hatian didalam penjatuhannya agar tidak mengurangi hak asasi manusia Perwujudan suatu sanksi pidana dapat dilihat sebagai suatu proses, perwujudan kebijakan melalui tiga tahap yaitu: 5 1. Tahap penetapan pidana oleh pembuat undang-undang 2. Tahap pemberian atau penjatuhan pidana oleh pengadilan 3. Tahap pelaksanaan pidana oleh aparat eksekusi pidana Sesuai dengan tujuan pemidanaan melalui kebijakan pemidanaan yaitu menetapkan suatu pidana tidak terlepas dari tujuan politik kriminal. Dalam arti keseluruhannya yaitu Suatu usaha yang rasional dari masyarakat dalam menanggulangi kejahatan diambil dari definisi Marc Ancel yang merumuskan The rational organization of the control of crime by society. 6 Pemidanaan atau penjatuhan sanksi di Indonesia terhadap seorang pelaku kejahatan menimbulkan banyak pandangan dari berbagai sudut pandang, mengenai teori pemidanaan yaitu pemidanaan yang berdasarkan teori absolute teori pembalasan (vergeldings theorien) seseorang yang telah melanggar hukum pidana dijatuhi sanksi sebagai bentuk untuk pembalasan atas apa yang telah dilakukan. Dalam teori ini pemberian sanksi sebagai bentuk pembalasan yang dijatuhi oleh negara bertujuan menderitakan penjahat akibat perbuatannya. Teori relatif atau teori tujuan (doeltheorien) menjelaskan bahwa penjatuhan sebuah hukuman harus memiliki mafaat, berprinsip setiap pemberian sanksi berguna 5 Muliadi dan Barda Nawawi A, 1984, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Alumni (Kotak Pos 272), Bandung, hlm Barda Nawawi Arief I, Op.cit. hlm 3 29
4 untuk kesejahteraan masyarakat, dapat mencegah dengan tidak melakukan penyiksaan namun memberi efek jera sehingga setiap orang lebih berfikir ketika bertindak agar tidak melanggar peraturan yang berlaku. Pemidaan dengan teori gabungan (vereningingstheorien) yang artinya penggabungan dari teori absolute dan teori relatif dengan sudut pandang penghukuman dan sudut pertahanan tertib hukum masyarakat. 7 Sanksi pidana dalam kasus perkosaan, dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) sendiri telah diatur yang salah satunya terdapat dalam Pasal 285 KUHP yang berbunyi: Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar pernikahan, di ancam karena melakukan perkosaan, dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 ini memperberat sanksi bagi pelaku pemerkosaan terhadap anak, yakni hukuman mati, penjara seumur hidup, maksimal 20 tahun penjara dan minimal 10 tahun penjara, Perpu Nomor 1 Tahun 2016 mencantumkan tiga sanksi tambahan bagi pelaku pemerkosaan pada anak yakni, kebiri kimiawi, pengumuman identitas ke publik, serta pemasangan alat deteksi elektronik. Perpu Nomor 1 Tahun 2016 ini mengubah dua Pasal dari Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 yakni Pasal 81 dan 82, serta menambah satu Pasal 81A. Sanksi yang di buat diharapkan dapat mencegah dan menanggulangi perbuatan yang tidak dikehendaki yaitu perbuatan yang melanggar hukum pidana, 7 Landen Marpaung, Op.cit,
5 didalam pembuatan peraturan yang menegaskan efektifitas sebuah sanksi membutuhkan proses yang tentunya berlandaskan kemanusiaan dan perkembangan jaman. Melihat hal tersebut maka pemerintah sering melakukan sebuah kebijakan formulasi sanksi demi sanksi yang sesuai untuk sekarang maupun di masa yang akan datang. Sanksi yang dicantumkan didalam Peraturan Pengganti undang-undang No 1 Tahun 2016 merupakan sebuah kebijakan sanksi yang dibuat merupakan rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Kebijakan formulasi merupakan perencanaan atau program pembuat Undang-Undang mengenai apa yang dilakukan dalam menghadapi problem tertentu dan cara bagaimana melakukan atau melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan atau diprogramkan. 8 Didalam hukum pidana kebijakan formulasi sanksi merupakan sebuah upaya untuk menyeimbangkan antara perlindungan masyarakat, penanggulangan kejahatan dan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan sanksi pidana merupakan kebijakan penegakan hukum berawal dari menyusun atau merumuskan hukum pidana, kemudian menerapkannya dengan peraturan lebih lanjut mengenai pelaksanaan atau eksekusi hukum pidana. Kebijakan formulasi sanksi akan berguna mulai dari penyidikan sampai putusan hakim serta tahap eksekusi atau putusan hakim. Eksekusi adalah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum 8 Samsyul Fatoni, 2015, Pembaharuan Sistem Pemidanaan, Setara Press, Malang, hlm
6 tetap artinya tidak ada upaya hukum lagi untuk mengubah putusan tersebut. 9 Sanksi harus memperhatikan penggunaan hukum pidana agar bertujuan nasional yang mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang adil dan makmur, sesuai dengan Pancasila. Dimana hukum pidana memiliki tujuan untuk menanggulangi kejahatan dan pengayoman masyarakat. Perpu yang di buat diusahakan dapat mencegah dan menanggulangi perbuatan yang tidak dikehendaki yaitu perbuatan yang melanggar hukum pidana atau merugikan secara materiil dan spirituil. Upaya pemberian sanksibertujuan untuk pencegahan dan penanggulangan kejahatan, yang dalam arti lain kebijakan kriminal (criminal policy) ini pun tidak lepas dari kebijakan sosial (social policy), yang terdiri dari kebijakan/upaya-upaya untuk kesejahteraan sosial (social welfare policy). 10 Sanksi tersebut juga harus memperhatikan biaya dan hasilnya, kemudian kapasitas kemampuan daya kerja dan etika bagian-bagian penegak hukum sehingga tidak melampaui kemampuan atau beban tugas. Sanksi yang di pergunakan demi menegakan hukum pidana harus sesuai dengan hukum nasional Indonesia atau hukum yang berlaku sekarang, bahwa permasalahan yang melanggar hukum pidana atau sebuah tindakan kejahatan harus sesuai dengan kriminalisasi yang dianut bangsa Indonesia yaitu sejauh mana perbuatan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, kemudian bagaimana masyarakat tersebut patut atau tidak patut dihukum atau dihukum sesuai dengan pelanggaran yang di lakukan Leden Marpaung, 2010, Proses Penanganan Perkara Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, hlm 10 Barda Nawawi Arief II. Op.cit, hlm 77 32
7 Sanksi yang patut untuk dijatuhkan, maka harus diingat sanksi pidana untuk menanggulangi kejahatan harus dilaksanakan dengan hati-hati. Bukan tidak mungkin sanksi yang dijatuhkan menjadi semacam bumerang dalam arti justru sebaliknya menimbulkan bahaya dan berbalik meningkatkan jumlah kejahatan yang terjadi masyarakat atau lebih parahnya akan timbul kejahatan-kejahatan yang baru dengan motif yang beragam. Sejak lahirnya UUD 1945, sebagaimana diseutkan oleh tiga guru besar hukum pidana Van Hamel, Simons, dan Van Bammelen. Perubahan, penambahan, dan sebuah pembaharuan Undang-undang telah dilakukan dari sejak dulu sehingga lahirlah beberapa peraturan perundang-undangan hukum pidana. 11 sehingga peraturan-peraturan dibawahnya dapat disesuaikan seiring dengan tindak kejahatan yang semakin beragam yang membutuhkan hukum yang berisikan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Perpu ini merupakan wujud kebijakan dari Presiden Republik Indonesia yang di keluarkan oleh Presiden dalam rangka mengadili tindak kejahatan yang dianggap sebagai extraordinary crime atau kejahatan luar biasa yakni tindak pidana pemerkosaan terhadap anak Tolib Setiady, Op. Cit, hlm Resa, Begini Isi Lengkap Perpu Kebiri yang Resmi Diteken Oleh Bapak Presiden Jokowi, Indowarta.com, 26 Mei 2016, hlm 1 33
8 2.2. Tindak Pidana Pemerkosaan Tindak pidana pemerkosaan merupakan sebuah tindakan yang melanggar nilai kesusilaan, kejahatan terhadap kesusilaan yang didalam wetboek van strafrecht juga disebut misdrijven tegen de zeden. 13 Tindak pidana merupakan suatu perilaku yang memenuhi unsur pidana atau melanggar aturan pidana yang berlaku, kemudian tindakan pidana pemerkosaan sebagaimana diatur didalam Pasal 285 KUHP Barang siapa yang dengan kekerasan atau dengan ancaman memaksa yang bukan istrinya bersetubuh dengan dia, karena perkosaan, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua belas tahun. Kekerasan, pelecahan, dan eksploitasi seksual bukan hanya menimpa wanita dewasa tetapi juga anak-anak. Kejahatan seksual atau tindak pidana pemerkosaan tidak hanya dapat berangsung di lingkungan perusahaan, perkantoran atau tempat-tempat yang memberikan kesempatan manusia berlawanan jenis dapat saling berkomunikasi tetapi juga dapat terjadi di tempat yang tidak terduga bahkan di lingkungan keluarga. 14 Pemerkosaan berasal dari kata perkosa yang berarti paksa. Memperkosa yang berarti menundukan dengan kekerasan dan memaksa. Tindak pidana perkosaan atau yang disebut verckrachting. 15 Berdasarkan uraian tersebut tindak pidana pemerkosaan adalah suatu tindak kejahatan yang memaksakan suatu hubungan kelamin yang dilarang, dengan seorang perempuan yang tanpa 13 P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, 2009, Kejahatan melanggar norma kesusilaan dan norma kepatutan, Sinar Grafika Offset, Jakarta, hlm 1 14 Abdul wahid dan Muhamad Irfan, Op.cit, hlm 7 15 P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, Op.cit, hlm
9 persetujuannya, persetubuhan yang dilakukan secara tidak sah tanpa persetujuan dan kemauan dari seorang perempuan kemudian menimbulkan pemaksaan dengan kekerasan, dan oleh seorang laki-laki yang melakukan persetubuhan dengan yang bukan istrinya atau anak dibawah umur dilakukan ketika perempuan atau anak tersebut ketakutan dan di bawah ancaman. Delik ini adalah delik sengaja melakukan perbuatan tersebut dengan cara memaksa dengan hasrat yang disertai kekerasa dan ancaman. Pemerkosaan terjadi ketika seseorang terserang nafsu birahi, dan bersifat sangat subyektif. Beberapa ahli hukum memiliki pendapat mengenai arti dari pemerkosaan, yakni menurut Soetandyo Wignjosoebroto, Pemerkosaan adalah suatu usaha melampiaskan nafsu seksual oleh seorang laki-laki terhadap seorang perempuan dengan cara yang menurut moral dan hukum yang berlaku itu melanggar. Adapun unsur-unsur tentang pemerkosaan menurut Sugandhi adalah: a. Pemaksaan bersetubuh oleh laki-laki kepada wanita yang bukan istrinya b. Pemaksaan bersetubuh itu diikuti dengan tindakan atau ancaman kekerasan c. Kemaluan pria harus masuk pada lubang kemaluan wanita d. Mengeluarkan air mani. Pendapat ini memiliki arti, menunjuk pada perkosaan yang dilakukan secara tuntas, yang mengacu kepada pihak pelaku (laki-laki) pemerkosaan sampai mengeluarkan air mani sehingga dianggap selesai, namun apabila tidak maka tidak dikatagorikan sebagai perkosaan Abdul Wahid dan Muhamad Irfan, Op.cit, hlm
10 Pendapat yang berbeda muncul dari P.A.F Lumintang dan Djisman Samosir mendefinisikan bahwa pemerkosaan tidak mengacu kepada sebuah tindakan seksual yang memperhitungkan perlu atau tidaknya unsur air mani, namun pada intinya tindakan yang memaksa seseorang melakukan persetubuhan, adanya kekerasan disertai ancaman, hal tersebut sudah merupakan tindak pidana pemerkosaan. 17 Faktor sehingga dapat terjadinya tindak pidana pemerkosaan tersebut dapat terjadi karena berbagai macam sebab, seperti rasa dendam kepada seorang perempuan yang menyakiti pelaku, sehingga pelaku penyalurkan emosinya kepada perempuan lain bahkan anak-anak. Terjadinya pemerkosaan juga didukung oleh peran pelaku, posisi korban, dan lingkungan Anak Undang-Undang No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak didalam hukum adat merupakan seseorang yang belum menikah dan dan belum berdiri sendiri masih di bawah tanggung jawab orang tua. 19 Anak merupakan seorang laki-laki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Didalam ilmu Psikologis, anak adalah periode perkembangan yang merentang dari bayi hingga usia lima atau enam tahun. Berdasarkan pemaparan diatas walaupun merujuk pada P.A.F Lumintang, 1997, Dasar-dasar Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 18 Abdul Wahid dan Muhamad Irfan, Op.cit, hlm Maidin Gultom, Op.cit, hlm 31 36
11 usianya secara biologis dan kronologis didalam ilmu psikologis seseorang termasuk dewasa namun perkembangan mentalnya atau urutan umurnya maka seseorang bisa saja didiagnosa dengan istilah anak. Secara umum anak adalah seseorang yang dilahirkan dari sebuah perkawinan antara seorang perempuan dan laki-laki, dan meskipun seseorang yang dilahirkan oleh seorang wanita tidak dengan perkawinan tetap disebut dengan anak. Peraturan perundang-undangan di Indonesia telah mengatur tentang usia anak yang dikategorikan sebagai anak yang antara lain sebagai berikut: a. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Di dalam kitab undang-undang hukum pidana yang dikategorikan sebagai anak terdapat dalam pasal 287 ayat (1) KUHP yang intinya usia yang dikategorikan sebagai anak adalah seseorang yang belum mencapai 15 tahun. b. Kitab Undang-undang hukum Perdata (KUHPer) Hukum perdata memiliki pengertian mengenai anak sebagai subyek hukum yang dianggap tidak mampu. Pasal 330 KUHPerdata, anak adalah orang yang belum dewasa dan seseorang yang belum mencapai usia batas legitimasi hukum sebagai subyek hukum atau layak subjek hukum nasional yang ditentukan oleh perundang-undangan perdata. c. Undang-undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan anak. Didalam pasal 1 ayat (2) menyatakan anak adalah seseorang yang belum mencapai batas usia 21 (Dua Puluh Satu) tahun dan belum pernah kawin. d. Undang-undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia 37
12 Pasal 1 ayat (5) yang menyatakan bahwa anak sebagai manusia yang berusia dibawah 18 tahun (Delapan Belas) Tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan. UNICEF menyatakan anak merupakan penduduk yang berusia 0 sampai 18 tahun, sama halnya konvensi hak anak yang menyatakan anak adalah seseorang yang berumur dibawah 18 tahun. Dari pengertian tersebut berbeda dengan isi dari The Minimum Age ConvenantNomor 138, anak adalah seseorang yang berumur 15 tahun kebawah. Adanya perbedaan lagi dari undang-undang kesejahteraan anak yang menyatakan anak adalah seseorang yang berumur 21 tahun ke bawah dan belum menikah. 20 Beberapa penjesalan diatas mengenai katagori usia yang mendefinisikan anak, maka terdapat didalam pasal 1 angka 1 Undang-undang no 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Undangundang tersebut mengandung makna bahwa anak-anak diatur khusus dibedakan dengan katagori orang yang bukan termasuk anak. Pasal 1 angka 12 mengenai hak anak, yakni hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh Orang Tua, Keluarga, masyarakat, negara, pemerintah, dan pemerintah daerah. Yang artinya anak-anak merupakan subyek hukum yang patut dlindungi oleh hukum, pemerintah, dan negara. 20 Abu Huraerah, 2007, Kekerasan Terhadap Anak, Nuansa, Bandung, hlm 47 38
II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana Menurut Moeljatno (2000: 1), hukum pidana adalah bagian dari pada keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan sanksi pidana terhadap pelaku kejahatan merupakan cara terbaik dalam menegakan keadilan. Kejahatan yang menimbulkan penderitaan terhadap korban, yang berakibat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal yang dalam kepustakaan asing sering dikenal dengan berbagai istilah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berada disekitar kita. Pemerkosaan merupakan suatu perbuatan yang dinilai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat perkembangan kasus perkosaan yang terjadi di masyarakat pada saat ini dapat dikatakan bahwa kejahatan pemerkosaan telah berkembang dalam kuantitas maupun kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap tindak pidana kriminal di samping ada pelaku juga akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tindak pidana kriminal di samping ada pelaku juga akan menimbulkan korban. Korban/saksi dapat berupa pelaku tindak pidana yaitu: seorang Korban/saksi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Pengaturan Tindak Pidana Perzinahan atau Kumpul Kebo
17 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Pengaturan Tindak Pidana Perzinahan atau Kumpul Kebo 1. Pengertian Tindak Pidana Kumpul Kebo Tindak Pidana kumpul kebo adalah perbuatan berhubungan antara laki-laki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kebijakan sosial baik oleh lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif maupun
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana pemerkosaan adalah salah satu bentuk kekerasan terhadap perempuan yang merupakan contoh kerentanan posisi perempuan, utamanya terhadap kepentingan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan
18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana Kekuasaan kehakiman merupakan badan yang menentukan dan kekuatan kaidahkaidah hukum positif dalam konkretisasi oleh hakim melalui
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. peraturan perundangan undangan yang berlaku dan pelakunya dapat dikenai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Tindak pidana merupakan suatu perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundangan undangan yang berlaku dan pelakunya dapat dikenai dengan hukuman pidana.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan
18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana. Tindak pidana merupakan suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung dan pengayom masyarakat. Hal ini terbukti dari banyaknya jenis tindak pidana dan modus
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Perbuatan cabul yang dilakukan orang dewasa kepada anak yang masih dibawah umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan 1. Pengertian Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap
Lebih terperinciTindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Jenis-Jenis Tindak Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan hukum, yang patut dipidana
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uraian Teori 2.1.1.Diversi Diversi adalah pengalihan penanganan kasus-kasus anak yang diduga telah melakukan tindak pidana dari proses formal dengan atau tanpa syarat. Pendekatan
Lebih terperinciKata kunci : Kebijakan Hukum Pidana, perlindungan, korban perkosaan
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERKOSAAN DALAM PERADILAN PIDANA DI KOTA KOLAKA SULAWESI TENGGARA Arwin Prima Hilumallo, AM. Endah Sri Astuti *, DR. R.B Sularto Hukum Pidana ABSTRAK Di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. seseorang (pihak lain) kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberantasan tindak pidana korupsi saat ini telah berjalan dalam suatu koridor kebijakan yang komprehensif dan preventif. Upaya pencegahan tindak pidana korupsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kejahatan bukanlah hal yang baru, meskipun tempat dan waktunya berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu kota dan
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. 1. Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
32 BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK A. Pengaturan Hukum Tindak Pidana Pencabulan Terhadap Anak 1. Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Tindak pidana
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002
SKRIPSI PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 Oleh ALDINO PUTRA 04 140 021 Program Kekhususan: SISTEM PERADILAN PIDANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana 1. Kekuasaan Kehakiman Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Pembaharuan dan pembangunan sistem hukum nasional, termasuk dibidang hukum pidana,
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembaharuan dan pembangunan sistem hukum nasional, termasuk dibidang hukum pidana, merupakan salah satu masalah besar dalam agenda kebijakan /politik hukum Indonesia.Khususnya
Lebih terperinciPENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum.
PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR Suwarjo, SH., M.Hum. Abstrak Pemberantasan dollar AS palsu di Indonesia terbilang cukup sulit karena tidak terjangkau oleh hukum di Indonesia.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan (immoril), merugikan masyarakat, asosial sifatnya dan melanggar hukum serta Undang-Undang
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Kejahatan merupakan salah satu masalah kehidupan masyarakat
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan merupakan salah satu masalah kehidupan masyarakat Indonesia.Berkaitan dengan masalah kejahatan, maka kekerasan sering menjadi pelengkap dari bentuk kejahatan itu
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Pembaharuan dan pembangunan sistem hukum nasional, termasuk dibidang hukum pidana,
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembaharuan dan pembangunan sistem hukum nasional, termasuk dibidang hukum pidana, merupakan salah satu masalah besar dalam agenda kebijakan /politik hukum Indonesia.Khususnya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pembedaan antara bidang ilmu yang satu dengan yang lain adalah kedudukan
14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Kriminologi Kriminologi sebagai suatu bidang ilmu, memiliki objek tersendiri. Suatu bidang ilmu harus memiliki objek kajiannya sendiri, baik objek materiil maupun formil.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana (kepada barangsiapa yang melanggar larangan tersebut), untuk singkatnya dinamakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pidana denda merupakan salah satu jenis pidana yang telah lama diterima dan diterapkan dalam sistem hukum di berbagai negara dan bangsa di dunia. Akan tetapi, pengaturan
Lebih terperinciKEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN BARANG DAN JASA. Nisa Yulianingsih 1, R.B. Sularto 2. Abstrak
KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN BARANG DAN JASA Nisa Yulianingsih 1, R.B. Sularto 2 Abstrak Penelitian ini mengkaji mengenai kebijakan hukum pidana terutama kebijakan formulasi
Lebih terperinciPERLINDUNGAN KORBAN TINDAK PIDANA PERKOSAAN SELAMA PROSES PERADILAN PIDANA
PERLINDUNGAN KORBAN TINDAK PIDANA PERKOSAAN SELAMA PROSES PERADILAN PIDANA Oleh Ni Putu Ari Manik Wedani Pembimbing Akademik Nyoman Satyayudha Dananjaya Program Kekhususan Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan merupakan suatu masalah yang ada di dalam kehidupan masyarakat, baik dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang berbudaya modern
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dibawah Umur Pengertian anak menurut Kamus Bahasa Indonesia yang dapat disimpulkan ialah keturunan yang kedua yang berarti dari seorang pria dan seorang wanita yang
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pidana yang bersifat khusus ini akan menunjukan ciri-ciri dan sifatnya yang khas
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Dan Unsur-Unsur Tindak Pidana Pidana pada umumnya sering diartikan sebagai hukuman, tetapi dalam penulisan skripsi ini perlu dibedakan pengertiannya. Hukuman adalah pengertian
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana. Tindak pidana merupakan suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tindak Pidana. 1. Pengertian Tindak Pidana. Pengertian tindak pidana yang dimuat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana Pengertian tindak pidana yang dimuat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) oleh pembentuk undang- undang sering disebut dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah Tindak Pidana atau strafbaarfeit atau perbuatan pidana merupakan suatu
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana Istilah Tindak Pidana atau strafbaarfeit atau perbuatan pidana merupakan suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan
Lebih terperinciPERAN POLRI DALAM MENANGANI TINDAK PIDANA CABUL PADA ANAK DI POLSEK KECAMATAN LOLAK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA
PERAN POLRI DALAM MENANGANI TINDAK PIDANA CABUL PADA ANAK DI POLSEK KECAMATAN LOLAK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA IDUN MOKODOMPIT Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan Abstrak Tujuan
Lebih terperinciBAB III HUKUMAN PENCURIAN DI KALANGAN KELUARGA DALAM. HUKUM PIDANA INDONESIA PASAL 367 ayat (2) KUHP
BAB III HUKUMAN PENCURIAN DI KALANGAN KELUARGA DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA PASAL 367 ayat (2) KUHP A. Pengertian Pencurian Dikalangan Keluarga Dalam KUHP Pengertian pencurian di kalangan keluarga menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan suatu bangsa. Selain itu, anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan negara yang akan melanjutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup)
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup) merupakan bagian dari pidana pokok dalam jenis-jenis pidana sebagaimana diatur pada Pasal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan
Lebih terperinciKebijakan Kriminal, Penyalahgunaan BBM Bersubsidi 36
Kebijakan Kriminal, Penyalahgunaan BBM Bersubsidi 36 KEBIJAKAN KRIMINAL PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) BERSUBSIDI Oleh : Aprillani Arsyad, SH,MH 1 Abstrak Penyalahgunaan Bahan Bakar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang yang melangsungkan perkawinan pasti berharap bahwa perkawinan yang mereka lakukan hanyalah satu kali untuk selamanya dengan ridho Tuhan, langgeng
Lebih terperinciFAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN Diajukan Oleh : Nama : Yohanes Pandu Asa Nugraha NPM : 8813 Prodi : Ilmu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang sekarang diberlakukan di
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang sekarang diberlakukan di Indonesia adalah KUHP yang bersumber dari hukum kolonial Belanda (Wetboek van Strafrecht) yang pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. KUHP tidak ada ketentuan tentang arti kemampuan bertanggung jawab. Yang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana 1. Kemampuan Bertanggung Jawab Adanya pertanggungjawaban pidana diperlukan syarat bahwa pembuat mampu bertanggung jawab. Tidaklah mungkin seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia sebagai negara yang berdasarkan Pancasila dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia sebagai negara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 berusaha untuk benar-benar menjunjung tinggi hak asasi manusia, negara akan menjamin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi dan kemajuan teknologi yang terjadi dewasa ini telah menimbulkan dampak yang luas terhadap berbagai bidang kehidupan, khususnya di bidang
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. Perlindungan Anak Daerah Istimewa Yogyakarta adalah: b. Pencabulan, meskipun kadang-kadang pencabulan masuk dalam
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Bentuk-bentuk kekerasan seksual terhadap anak yang diberitakan melalui media televisi, berdasarkan
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA ANAK TURUT SERTA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK
BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA ANAK TURUT SERTA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK C. Tindak Pidana Persetubuhan dalam KUHPidana Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA PELAKU PEMBAKARAN LAHAN
BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA PELAKU PEMBAKARAN LAHAN Hukum merupakan sebuah instrumen yang dibentuk oleh pemerintah yang berwenang, yang berisikan aturan, larangan, dan sanksi yang bertujuan untuk mengatur
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya
14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Efektivitas Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 13 Disebut efektif
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus cita-cita bangsa, oleh karena itu komitmen dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus cita-cita bangsa, oleh karena itu komitmen dan perlakuan yang memperhatikan perkembangan dan peranan anak sebagai generasi penerus
Lebih terperinciBAB I PENDAHUULUAN. terjadi tindak pidana perkosaan. Jika mempelajari sejarah, sebenarnya jenis tindak
BAB I PENDAHUULUAN A. Latar Belakang Saat ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat perhatian di kalangan masyarakat. Sering di koran atau majalah diberitakan terjadi tindak pidana
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. diancam dengan pidana. Pembentuk undang-undang menggunakan perkataan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Jenis Tindak Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.99, 2016 SOSIAL. Perlindungan Anak. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5882). PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipertegas dalam Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen ke-3 Pasal 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah salah satu negara yang berdasarkan pada hukum yang mana sistem yang dianut adalah sistem konstitusionalisme. Pemerintahaan Indonesia berdasar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN. 1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN A. Pengertian Anak 1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 10 2.
Lebih terperinci2016, No c. bahwa Presiden telah menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang
No.237, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SOSIAL. Perlindungan Anak. Perpu Nomor 1 Tahun 2016. Penetapan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5946) UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN 2.1. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Dasar dari adanya perbuatan pidana adalah asas legalitas, sedangkan dasar dari dapat dipidananya
Lebih terperinciBAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan
BAB II KEBIJAKAN HUKUM PIDANA YANG MENGATUR TENTANG SISTEM PEMIDANAAN TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA DI INDONESIA A. Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Kejahatan yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dimaksud dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, susunan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hakim Mahkamah Agung adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, susunan Mahkamah Agung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Banyak orang, terutama orang awam tidak paham apa arti Penipuan yang sesungguhnya, yang diatur oleh Kitab Undang-undang Hukum Pidana, khususnya Pasal 378, orang
Lebih terperinciFAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SKRIPSI TINDAK PIDANA PERKOSAAN YANG DILAKUKAN OLEH AYAH KANDUNG TERHADAP ANAKNYA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat guna Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, baik di lingkup domestik (rumah tangga) maupun publik.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan berbasis gender merupakan fenomena sosial yang ada sejak jaman dahulu dan semakin marak akhir-akhir ini. Bahkan kekerasan berbasis gender, semakin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan perundang-undangan. Sebagai suatu kenyataan sosial,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana memiliki pengertian perbuatan yang dilakukan setiap orang atau subjek hukum yang berupa kesalahan dan bersifat melanggar hukum ataupun tidak sesuai dengan
Lebih terperinciRUU Penghapusan Kekerasan Seksual Sebagai UU yang Mengatur Tindak Pidana Khusus
1 RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Sebagai UU yang Mengatur Tindak Pidana Khusus Mengapa RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Merupakan Aturan Khusus (Lex Specialist) dari KUHP? RUU Penghapusan Kekerasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai subsistem sosial menempati posisi penting dalam eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha membangun sistem hukum
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. dengan meyusun Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya untuk melakukan pembaharuan Hukum Pidana Nasional adalah dengan meyusun Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RUU KUHP) yang sesuai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan masyarakat, sehingga berbagai dimensi hukum
Lebih terperinci2016, No c. bahwa Presiden telah menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang
No.237, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SOSIAL. Perlindungan Anak. Perpu Nomor 1 Tahun 2016. Penetapan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5946) UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana pencabulan adalah suatu tindak pidana yang bertentangan dan melanggar kesopanan dan kesusilaan seseorang mengenai dan yang berhubungan dengan alat kelamin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak sedikit membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia dalam meningkatkan sumber daya manusia, sebagai modal dasar pembangunan
Lebih terperinciBAB III ANALISA HASIL PENELITIAN
BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN A. Analisa Yuridis Malpraktik Profesi Medis Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 merumuskan banyak tindak pidana
Lebih terperinciBAB III PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF
38 BAB III PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF A. Konsep Perkawinan Dalam Hukum Positif 1. Pengertian Perkawinan Undang-undang perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 1 merumuskan pengertian
Lebih terperinciBAB III PERANAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK SABAGAI DASAR HUKUM DALAM PENANGGULANGAN KEKERASAN ANAK
BAB III PERANAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK SABAGAI DASAR HUKUM DALAM PENANGGULANGAN KEKERASAN ANAK 1.1 Peranan Undang-Undang Perlindungan Anak Dalam Memberikan Perlindungan Terhadap Anak Yang Menjadi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban pidana didasarkan pada asas kesalahan (culpabilitas), yang
20 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanggungjawaban Pidana Pertanggungjawaban pidana didasarkan pada asas kesalahan (culpabilitas), yang didasarkan pada keseimbangan monodualistik bahwa asas kesalahan yang didasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perkembangan era globalisasi ini, yang semuanya serba modern dengan keterbukaan di semua lini, masalah-masalah cenderung meningkat pesat, mulai dari kurang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindak pidana dan pemidanaan merupakan bagian hukum yang selalu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana dan pemidanaan merupakan bagian hukum yang selalu hangat untuk diperbincangkan dari masa ke masa, hal ini disebabkan karakteristik dan formulasinya terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungannyalah yang akan membentuk karakter anak. Dalam bukunya yang berjudul Children Are From Heaven, John Gray
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia Tuhan dari sebuah ikatan perkawinan. Setiap anak yang dilahirkan adalah suci, oleh karena itu janganlah sia-siakan anak demi penerus generasi
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh dalam Penulisan
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Setelah dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh dalam Penulisan Hukum / Skripsi ini, maka dapat dirumuskan suatu kesimpulan sebagai jawaban mengenai permasalahan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum berdasarkan Pancasila
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945 yang menjujung tingi hak dan kewajiban bagi
Lebih terperinciBAB II TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN OLEH ANAK. Menurut Moeljatno istilah perbuatan pidana menunjuk kepada makna
BAB II TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN OLEH ANAK A. Tindak Pidana Menurut Moeljatno istilah perbuatan pidana menunjuk kepada makna adanya suatu kelakuan manusia yang menimbulkan akibat tertentu yang dilarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perdagangan terhadap orang di Indonesia dari tahun ke tahun jumlahnya semakin meningkat dan sudah mencapai taraf memprihatinkan. Bertambah maraknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala perbuatan melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang keji,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dari ruang lingkup kekerasan seksual, mengenal adanya pencabulan, yaitu segala perbuatan melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang keji, semuanya
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI PASAL 44 AYAT 4 UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SUAMI KEPADA ISTERI DALAM RUMAH TANGGA
1 BAB III DESKRIPSI PASAL 44 AYAT 4 UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SUAMI KEPADA ISTERI DALAM RUMAH TANGGA A. Sejarah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian Tindak Pidana Korupsi Tindak pidana korupsi meskipun telah diatur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan izin tinggal merupakan suatu peristiwa hukum yang sudah sering
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan izin tinggal merupakan suatu peristiwa hukum yang sudah sering terjadi di dalam tindak pidana keimigrasian. Izin tinggal yang diberikan kepada
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1 angka 11 Bab 1 tentang Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Putusan Pengadilan Pasal 1 angka 11 Bab 1 tentang Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) menyebutkan bahwa : Putusan Pengadilan adalah
Lebih terperinciBAB III PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT HUKUM POSITIF. Menyimpang itu sendiri menurut Robert M.Z. Lawang penyimpangan perilaku
BAB III PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT HUKUM POSITIF A. Pencurian Dengan Kekerasan Dalam KUHP 1. Pengertian Pencurian Dengan Kekerasan Pencurian dengan kekerasan adalah suatu tindakan yang menyimpang.
Lebih terperinci[
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPenerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)
Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis) 1. Dany Try Hutama Hutabarat, S.H.,M.H, 2. Suriani, S.H.,M.H Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan kejahatan yang semakin marak terjadi di kalangan masyarakat, dimana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlindungan terhadap Anak yang dilakukan selama ini belum memberikan jaminan bagi Anak untuk mendapatkan perlakuan dan kesempatan yang sesuai dengan kebutuhannya
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]
UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ] BAB II TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG Pasal 2 (1) Setiap orang yang melakukan perekrutan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak adalah bagian dari penerus generasi muda yang merupakan faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita perjuangan bangsa
Lebih terperinciBAB II. PENGATURAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA A. Tindak Pidana Kekerasan Dalam Hukum Pidana
BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA A. Tindak Pidana Kekerasan Dalam Hukum Pidana 1. Jenis-jenis Tindak Pidana Kekerasan di dalam KUHP Kekerasan adalah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van
138 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kewenangan untuk menentukan telah terjadinya tindak pidana pemerkosaan adalah berada ditangan lembaga pengadilan berdasarkan putusan hakim yang telah berkekuatan hukum
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan
Lebih terperinci