BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan Kerja Istilah Safety berasal dari bahasa Inggris yang artinya keselamatan dan biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident) ataun nyaris celaka (near miss). Pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya kecelakaan (Syaaf, 2007). Kata-kata safety sangat populer dan difahami oleh hampir semua kalangan. Bahkan sebagian besar perusahaan suka menggunakan kata safety daripada keselamatan. Secara luas safety dapat diartikan sebagai kondisi dimana tidak terjadinya atau terbebasnya manusia dari kecelakaan, penyakit akibat kerja, dan kerusakan lingkungan akibat polusi yang dihasilkan oleh suatu proses industri. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah promosi dan pemeliharaan terhadap faktor fisik, mental dan soisal pada semua pekerja yang terdapat disemua tempat kerja, mencegah gangguan kesehatan yang disebabkan kondisi kerja, melindungi pekerja dan semua orang dari hasil risiko dan dari faktor yang dapat mengganggu kesehatan, menempatkan dan menjaga pekerja pada lingkungan kerja yang adaftif terhadap fisiologis dan psikologis dan dapat menyesuaikan antara 9

2 10 pekerjaan dengan manusia dan manusia lain sesuai jenis pekerjaannya (ILO, 1980 dalam Kondarus, 2006). Keselamatan kerja mencakup dua istilah yaitu risiko keselamatan dan risiko kesehatan. Dalam kepegawaian, kedua istilah tersebut dibedakan, yaitu risiko keselamatan kerja menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja. Sedangkan risiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, kerusakan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan, dan pendengaran. Semua itu sering dihubungankan dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan (Mangkunegara, 2000). Keselamatan kerja atau Occupational Safety secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Di dalam UU RI No. 1 tahun 1970 dinyatakan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan dan perlu diadakan segala upaya untuk membina norma-norma perlindungan kerja. Berbagai upaya dilakukan oleh perusahaan sebagai tempat bekerja untuk melindungi pekerjanya dari bahaya kecelakaan kerja. upaya-upaya itu antara lain pengendalian

3 11 rekayasa (engineering control), pengendalian administratif, dan pengendalian perilaku. Suma mur (1996), merumuskan tujuan dari keselamatan kerja antara lain : a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. c. Sumber produksi terpelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien. 2.2 Kecelakaan Kerja Pengertian Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali (Suma mur, 2009). Menurut Freddin Warsto dan Loui Arthur Mamesah kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diinginkan yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat mengakibatkan cidera/kematian terhadap orang, kerusakan harta benda atau terhentinya proses produksi (Soehatman, 2009).

4 Penyebab Kecelakaan Kerja Menurut Matondang (2008) penyebab kecelakaan kerja di berbagai negara tidak sama, namun ada kesamaan umum yaitu kecelakaan kerja disebabkan oleh : 1. Kondisi berbahaya (unsafe condition) a. Mesin, peralatan, bahan, dan lain-lain b. Lingkungan kerja c. Proses kerja d. Sifat pekerjaan e. Cara kerja 2. Perbuatan berbahaya (unsafe action) dari manusia a. Sikap dan tingkah laku yang tidak baik b. Kurang pengetahuan dan keterampilan c. Cacat tubuh yang tidak terlihat d. Keletihan dan kelesuhan Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas (Depkes RI, 2008). Secara umum menurut Budiono (2003) ada dua penyabab terjadinya kecelakaan kerja yaitu penyebab langsung (immediate cause) dan penyebab dasar (basic causes):

5 13 1. Penyebab langsung Penyebab langsung atau kecelakaan adalah suatu keadaan yang biasanya bisa dilihat dan dirasakan langsung, yang dibagi dalam 2 kelompok, yaitu : tindakantindakan tidak aman (unsafe act) dan kondisi-kondisi yang tidak aman (unsafe condition). 2. Penyebab Dasar Terdiri dari dua faktor, yaitu faktor manusia/pribadi dan faktor kerja/lingkungan. a. Faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan meliputi aturan kerja, kemampuan pekerja (usia, masa kerja/pengalaman, kurangnya kecakapan dan lambatnya mengambil keputusan), disiplin kerja, perbuatanperbuatan yang mendatangkan kecelakaan ketidakcocokan fisik dan mental. Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pekerja dan karena sikap yang tidak wajar seperti terlalu berani, sembrono, tidak mengindahkan instruksi, kelalaian, melamun, tidak mau bekerja sama, dan kurang sabar. Kekurangan kecakapan untuk mengerjakan sesuatu karena tidak mendapat pelajaran mengenai pekerjaan. Kurang sehat fisik dan mental seperti adanya cacat, kelelahan dan penyakit. b. Faktor mekanik dan lingkungan, letak mesin, tidak dilengkapi dengan alat pelindung, alat pelindung tidak pakai, alat-alat kerja yang telah rusak. Faktor mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan menurut keperluan

6 14 dengan suatu maksud tertentu. Misalnya di perusahaan penyebab kecelakaan dapat disusun menurut kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak dan pengangkat, terjatuh di lantai dan tertimpa benda jatuh, pemakaian alat atau perkakas yang dipegang dengan manual (tangan), menginjak atau terbentur barang, luka bakar oleh benda pijar dan transportasi (Suma mur, 2009). 2.3 Perilaku Pengertian Perilaku Perilaku diartikan sebagai tingkah atau tindakan yang dapat diobservasi oleh orang lain. Tetapi apa yang dilakukan atau dikatakan seseorang tidaklah selalu sama dengan apa yan individu tersebut pikir, rasakan, dan yakini (Geller, 2001). Secara umum perilaku diartikan sebagai segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan makhluk hidup dan pada dasarnya perilaku dapat diamati melalui sikap dan tindakan namun tidak berarti bahwa bentuk perilaku hanya dapat dilihat dari sikap dan tindakannya. Perilaku juga bersifat potensial yakni dalam bentuk pengetahuan, motivasi, dan persepsi. Perilaku sebagai refleksi faktor-faktor kejiwaan seperti keinginan, minat, kehendak, pengetahuan, emosi, sikap, motivasi, reaksi, dan sebagainya, dan faktor lain seperti pengalaman, keyakinan, sarana, fisik, sosio, dan budaya (Notoadmodjo, 2003) Bentuk Perilaku Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dibedakan menjadi dua (Notoadmodjo, 2003).

7 15 1. Perilaku Tertutup (covert behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. 2. Perilaku Terbuka (overt behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. 2.4 Perilaku Aman (Safety Behaviour) Pada awal tahun 1980 muncul pandangan baru tentang kesehatan dan keselamatan kerja yaitu Safety Behavior. Perilaku aman menurut Heirinch (1980) adalah tindakan atau perbuatan sari seseorang atau beberapa orang karyawan yang memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap karyawan, sedangkan menurut Bird dan Germain (1990) perilaku aman adalah perilaku yang tidak dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan atau insiden. Perbedaan perilaku aman dan perilaku kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yaitu perilaku aman hanya berfokus pada keselamatannya saja sedangkan perilaku K3 tidak hanya pada keselamatan tetapi juga pada kesehatan kerjanya. Perilaku aman (safety behaviour) merupakan pendekatan yang didesain untuk meningkatkan performa keselamatan kerja secara langsung sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan (Wirth et al. 2008). Perilaku aman di pengaruhi oleh sikap

8 16 (attitutes) terhadap keselamatan seperti bekerja sesuai prosedur, memakai peralatan keselamatan dan mampu menangani dan mengendalikan resiko yang ditemukan. Perilaku aman (Safety behaviour) dalam APA dictionary of psychology (2007) didefenisikan sebagai suatu perilaku yang dilakukan dengan ketertarikan individu dalam usaha untuk memperkecil atau mencegah suatu bencana yang ditakutkan. Menurut Neal dan Griffin (2004) ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku aman yaitu : a. Faktor-faktor yang berasal dari dalam individu, seperti komitmen, perbedaan individu misalnya ketelitian, kepribadian misalnya karakter yang dimiliki bersifat permanen atau orang tersebut mempunyai kecenderungan celaka. b. Lingkungan kerja, seperti iklim keselamatan dan faktor organisasional misalnya supervisi dan desain pekerjaan. Berdasarkan tugas dan konteks dari kinerja ada dua tipe dari perilaku aman, yaitu compliance dan participation. Safety compilence merujuk pada aktivitasaktivitas inti yang seharusnya ditunjukkan oleh individu untuk memperbaiki keselamatan di tempat kerja. Perilaku-perilaku ini yaitu mengikuti prosedur standar kerja dan menggunakan APD (alat pelindung diri). Safety participation menjelaskan perilaku-perilaku yang secara langsung tidak berkontribusi pada perilaku keselamatan individu namun dapat membangun lingkungan yang mendukung keselamatan kerja. Perilaku-perilaku ini seperti berpartisipasi menjadi sukarelawan dalam kegiatan keselamatan kerja, membantu rekan kerja dalam isu-isu yang terkait keselamatan

9 17 kerja, dan menghadiri pertemuan-pertemuan tentang keselamatan kerja (Borman and Motowidlo, 1993 dalam Neal dan Griffin, 2006). Dalam menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di suatu industri diharapkan akan terwujud suatu perilaku aman pekerja dalam bekerja. Mengenai indikator secara jelas dalam melakukan perilaku aman mengacu kepada Undang- Undang No.1 Tahun 1970 mengenai Keselamatan Kerja pasal 12 tentang kewajiban dan atau hak tenaga kerja, untuk : 1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau ahli keselamatan kerja. 2. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan. 3. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. 4. Meminta pada pengawas agar dilaksanakan semua syarat-syarat K3 yang diwajibkan. 5. Menyatakan keberatan bekerja pada pekerjaan yang syarat K3 serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya, kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh peawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Frank E Bird dan Germain (1990) dalam teori Loss Causation Model menyatakan bahwa jenis-jenis perilaku aman, meliputi : a. Melakukan pekerjaan sesuai wewenang yang diberikan. b. Berhasil memberikan peringatan terhadap adanya bahaya.

10 18 c. Berhasil menggunakan area kerja dan orang-orang disekitarnya. d. Bekerja sesuai dengan kecepatan yang telah ditentukan. e. Menjaga alat pengaman agar tetap berfungsi. f. Tidak menghilangkan alat pengaman keselamatan. g. Menggunakan peralatan yang seharusnya. h. Menggunakan peralatan yang sesuai. i. Menggunakan APD dengan benar. j. Pengisian alat atau mesin yang sesuai dengan aturan yang berlaku. k. Penempatan material atau alat-alat sesuai dengan tempatnya dan cara. mengangkat yang benar. l. Memperbaiki peralatan dalam kondisi alat yang telah dimatikan. m. Tindak bersenda gurau atau bercanda ketika bekerja. Adapun jenis-jenis perilaku aman menurut Heirinch (1980) terdiri dari : a. Mengoperasikan peralatan dengan kecepatan yang sesuai. b. Mengoperasikan peralatan yang memang haknya. c. Menggunakan peralatan yang sesuai. d. Menggunakan peralatan yang benar. e. Menjaga peralatan keselamatan tetap berfungsi. f. Berhasil memperingatkan karyawan lain yang bekerja tidak aman. g. Menggunakan personal protective equipment (PPE) dengan benar. h. Mengangkat dengan beban yang seharusanya dan menempatkannya di tempat yang seharusanya.

11 19 i. Mengambil benda dengan posisi yang benar. j. Cara mengangkat material atau alat dengan benar. k. Displin dalam pekerjaan. l. Memperbaiki peralatan dalam keadaan mati. 2.5 Iklim Organisasi Iklim organisasi merupakan koleksi dan pola lingkungan yang menentukan munculnya motivasi serta berfokus pada persepsi-persepsi yang masuk akal atau dapat dinilai, sehingga mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja anggota organisasi (Stringer, 2002). Iklim organisasi adalah lingkungan internal atau psikologi organisasi. Iklim organisasi mempengaruhi praktek dan kebijakan sumber daya manusia yang diterima oleh anggota organisasi. Perlu diketahui bahwa setiap organisasi akan memiliki iklim organisasi yang berbeda. Keanekaragaman pekerjaan yang dirancang di dalam organisasi, atau sifat individu yang ada akan menggambarkan perbedaan tersebut. Semua organisasi tentu memiliki strategi dalam memanajemen sumber daya manusia. Iklim organisasi yang terbuka memacu karyawan untuk mengutarakan kepentingan dan ketidakpuasan tanpa adanya rasa takut akan tindakan balasan dan perhatian. Ketidakpuasan seperti itu dapat ditangani dengan cara yang positif dan bijaksana. Iklim keterbukaan, bagaimanapun juga hanya tercipta jika semua anggota memiliki tingkat keyakinan yang tinggi dan mempercayai keadilan tindakan (Luthans, 2006).

12 20 Karakteristik atau dimensi iklim organisasi dapat mempengaruhi motivasi anggota organisasi untuk berperilaku tertentu (Stringer, 2002). Ada enam dimensi yang diperlukan, yaitu: 1. Struktur Struktur merefleksikan perasaan bahwa karyawan diorganisasi dengan baik dan mempunyai definisi yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab mereka. Meliputi posisi karyawan dalam perusahaan. 2. Standar-standar Mengukur perasaan tekanan untuk memperbaiki kinerja dan derajat kebanggaan yang dimiliki karyawan dalam melakukan pekerjaannya dengan baik. Meliputi kondisi kerja yang dialami karyawan dalam perusahaan. 3. Tanggung jawab Merefleksikan perasaan karyawan bahwa mereka menjadi pimpinan diri sendiri dan tidak pernah meminta pendapat mengenai keputusannya dari orang lain. Meliputi kemandirian dalam menyelesaikan pekerjaan. 4. Pengakuan Perasaan karyawan diberi imbalan yang layak setelah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Meliputi imbalan atau upah yang terima karyawan setelah menyelesaikan pekerjaan. 5. Dukungan Merefleksikan perasaan karyawan mengenai kepercayaan dan saling mendukung yang berlaku dikelompok kerja. Meliputi hubungan dengan rekan kerja yang lain.

13 21 6. Komitmen Merefleksikan perasaan kebanggaan dan komitmen sebagai anggota organisasi. Meliputi pemahaman karyawan mengenai tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. 2.6 Iklim Keselamatan Kerja (Safety Climate) Pengertian Iklim Keselamatan Kerja Konsep safety climate atau iklim keselamatan kerja pertama kali diperkenalkan oleh Zohar (1980) yang menekankan pentingnya proses sosial dan organisasi dalam mencegah kecelakaan. Iklim keselamatan kerja merupakan bentuk perluasan dari iklim organisasional yang menjadi salah satu karakteristik penting dari budaya organisasi, disamping karakteristik-karakteristik yang lain seperti perilaku reguler yang terjadi sehari-hari, norma, nilai yang dominan, falsafah dan aturan (Winarsunu, 2008). Menurut Vinodkumar et al. (2009) yang mengutip pendapat Zohar (1980), Iklim keselamatan kerja sebagai persepsi karyawan terhadap kebijakan keselamatan, prosedur, praktek, serta seluruh kepentingan dan prioritas keselamatan kerja. Persepsi karyawan terutama terkait dengan usaha keselamatan selama bekerja sebagai suatu gambaran yang dirasakan atau terkait dengan persepsi pekerja akan pentingnya keselamatan dan bagaimana hal tersebut bisa ditetapkan dalam organisasi. Persepsi ini akan mempengaruhi perilaku pekerja, misalnya ketika organisasi tidak memperhatikan perihal keselamatan kerja, maka akan demikian juga dengan pekerjanya (Wicaksono, 2005).

14 22 Pendapat tersebut didukung hasil penelitian Snyder et al. (2008) yang menjelaskan bahwa iklim keselamatan kerja adalah persepsi pekerja terhadap praktek keselamatan, peraturan, dan prosedur sehingga mereka bertindak aman dalam lingkungan kerja. Persepsi ini akan mempengaruhi perilaku pekerja. Dengan demikian perusahaan harus berusaha menciptakan suasana kerja atau iklim keselamatan melalui sistem manajemen yang baik agar nantinya menghasilkan perilaku kerja aman. Di dalam membahas iklim keselamatan kerja dapat diilustrasikan, bahwa seperti apapun canggihnya program keselamatan kerja yang ada akan menjadi tidak efektif kecuali di dalam organisasi sudah terbentuk persepsi dari pekerja bahwa iklim organisasi telah mendukung secara penuh usaha-usaha keselamatan kerja. Jika manajer menunjukkan melalui perilaku yang aman (safety behavior) bahwa mereka benar-benar mengerti dan menerapan konsep dan praktek-praktek keselamatan kerja, hal ini akan tergambarkan di dalam perilaku yang aman yang ditunjukkan pekerjanya. Bila mana manajemen hanya memberikan tidak lebih dari sekadar lip service untuk keselamatan kerja, gagal menggunakan perlengkapan keselamatan kerja tetapi mereka mengharapkan pekerja menggunakannya, atau membolehkan poor housekeeping dan praktek-praktek kerja yang tidak aman, maka pekerja akan memiliki sikap yang bertentangan dengan keselamatan kerja (Winarsunu, 2008) Dimensi Iklim Keselamatan Kerja (Safety Climate) Iklim keselamatan kerja terdiri atas 8 dimensi, yaitu : pelatihan keselamatan kerja, sikap manajemen, pertimbangan perilaku keselamatan kerja pada saat promosi,

15 23 level resiko di tempat kerja, status dari personil keselamatan kerja, tahapan pekerjaan, efek perilaku keselamatan kerja dalam status sosial dan status komite keselamatan kerja. Namun diimensi iklim keselamatan kerja ini semakin meluas seiring berkembangnya penelitian (Zohar, 1980 dalam Cheng-chia, Yi-Shun, Sue-Ting, Suher, Mei-Fei, 2009). Beberapa peneliti telah mencoba untuk mengidentifikasi fitur-fitur umum terutama mengenai dimensi. Clarke (1999) telah melakukan studi tentang iklim keselamatan kerja dan menemukan variasi dimensi iklim keselamatan kerja. Lima dimensi umum yang diidentifikasi yaitu ; 1. Manajemen keselamatan 2. Tanggung jawab dan keterlibatan pekerja 3. Tugas / lingkungan kerja 4. Sikap manajemen 5. Tindakan manajemen. Kemudian disusul oleh sebuah survei yang dilakukan oleh Flin et al. (2000), enam dimensi dipakai dalam kuesioner iklim keselamatan kerja. Enam dimensi tersebut yaitu : 1. Manajemen / pengawasan 2. Sistem keselamatan 3. Risiko 4. Pekerjaan 5. Kompetensi

16 24 6. Prosedur/peraturan. Dalam sebuah penelitian serupa, Guldenmund (2010) mengidentifikasi enam dimensi yang tercantum di bawah ini yaitu : 1. Manajemen 2. Risiko 3. Peraturan keselamatan 4. Prosedur 5. Pelatihan 6. Pekerjaan Adapun dimensi-dimensi iklim keselamatan, menurut Lu dan Tsai (2007) terbagi dalam enam dimensi, yaitu : 1. Praktek keselamatan kerja manajemen 2. Praktek keselamatan kerja atasan 3. Sikap keselamatan kerja 4. Pelatihan keselamatan kerja 5. Keselamatan kerja 6. Praktek keselamatan rekan kerja Menurut Lin et al, (2008) iklim keselamatan kerja dibagi menjadi tujuh dimensi, yakni : 1. Kesadaran dan kompetensi kselamatan kerja 2. Komunikasi keselamatan kerja 3. Lingkungan organisasi

17 25 4. Dukungan manajemen 5. Pertimbangan resiko 6. Peringatan keselamatan kerja 7. Pelatihan keselamatan keja Dalam dunia keselamatan kerja saat ini, iklim keselamatan kerja yang baik merupakan hal yang sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman karena 88% kecelakaan kerja berawal dari perilaku tidak aman, dan perilaku tidak aman berawal dari persepsi pekerja, namun sangatlah sulit untuk dapat mengukur iklim keselamatan kerja karena penelitian yang mendalaminya masih minim. Berawal dari hal tersebut, peneliti keselamatan kerja dari wilayah Nordik (Swedia,Finlandia, Denmark, Norwegia dan Islandia), melakukan sebuah penelitian untuk dapat membuat sebuah alat pengukur iklim keselamatan kerja. Mereka kemudian merumuskan sebuah kuesioner yang bernama The Nordic Safety Climate Questionnaire (NOSACQ-50). NOSACQ-50 terdiri dari 7 dimensi pertanyaan di mana setiap bagiannya mewakili unsur dari iklim keselamaan kerja: 1. Prioritas keselamatan kerja manajemen, komitmen dan kompetensi 2. Kewenangan keselamatan kerja dari manajemen 3. Keadilan terhadap keselamatan kerja dari manajemen 4. Komitmen keselamatan kerja dari para karyawan 5. Prioritas keselamatan kerja dari karyawan dan sikap tidak mau ambil risiko keselamatan kerja

18 26 6. Komunikasi dan pelatihan keselamatan kerja termasuk percaya terhadap komptensi keselamatan kerja dari rekan kerja 7. Kepercayaan pekerja terhadap sistem keselamatan kerja 2.7 Operasi Rig (Rig Operation) Rig Rig adalah suatu instalasi peralatan untuk melakukan pengeboran ke dalam reservoir bawah tanah untuk memperoleh air, minyak, atau gas bumi, atau deposit mineral bawah tanah. Rig pengeboran bisa berada di atas tanah (on shore) atau di atas laut/lepas pantai (off shore) tergantung kebutuhan pemakaianya (Hartati, 2014) System Operasional Rig Pada setiap rig pengeboran terdapat beberapa unit/sistem yang memiliki fungsi yang berbeda dan bekerja saling berkaitan membentuk sebuah proses yang kompleks. Berikut adalah pekerjaan yang dilakukan pada setiap sistem operasional pengeboran. 1. Sistem Angkat (Hoisting System) Sistem angkat (hoisting system) adalah perangkat utama dalam sistem dan perlengkapan pengeboran. Fungsi dari sistem angkat adalah untuk menyediakan fasilitas untuk mengangkat, menahan dan menurunkan perlengkapan rotary ke dalam atau keluar sumur. Sistem ini terdiri dari dua komponen utama, yaitu :

19 27 a. Struktur pendukung (rig) yang terbuat dari kerangka baja, yang terletak tepat diatas lubang pengeboran. Struktur ini terdiri dari drilling tower (derrick atau mast, a frame), substructure, rig floor. b. Hoisting Equipment, peralatan pengangkat ini berfungsi untuk mengangkut dan menurunkan peralatan ke dan dari dasar sumur, yang terdiri dari draw works, crown block, traveling block, deadline anchor, hook, elevator, drilling line. Sistem angkat yang dilakukan selama operasi pengeboran dilakukan secara mekanik dan manual, sebagian besar dilakukan secara mekanik, karena alat-alat yang dilakukan pengangkatan adalah alat-alat berat, seperti bit, pipa pengeboran, HWDP (Heavy Weight Drill Pipe), drill collar, dan casing. Satu pipa pengeboran (drill pipe) dengan diameter 5 inci dan panjang 30 kaki, memiliki berat sekitar 19,5 lb/ft sehingga ± beratnya mencapai 265 kg, sedangkan drill collar memiliki berat antara pon atau sekitar kg, tergantung dari diameternya. Sebelum dilakukan proses pengangkatan dengan hoisting system, pipa-pipa pengeboran diangkat terlebih dahulu dari tempat penyimpanan dengan menggunakan truk ke area pengeboran. Setelah itu dilakukan proses pengangkatan dengan menggunakan forklift atau crane untuk diletakkan di pipe rack. Setelah itu dilakukan kegiatan manual yaitu mendorong pipa ke catwalk untuk kemudian diangkat ke lantai pengeboran dengan menggunakan air hoist atau crane melalui V-door. Kegiatan pengangkatan pipa yang paling awal adalah penyambungan pipa untuk dibuat di stand di lantai pengeboran. Satu buah pipa disebut sabagai satu joint, dan untuk

20 28 mempercepat proses pengeboran maka dilakukan penyusunan 3 buah joint, yang kemudian disebut sebagai satu stand (Ratnasari, 2009). 2. Sistem Pemutar (Rotary System) Sistem pemutar berfungsi untuk memutar drill string dan bit selama proses pengeboran. Sistem rotary terdiri dari : a. Rotary assembly, yaitu alat yang terkait dengan proses penyambungan dan pelepasan pipa, terdiri dari rotary table, tongs, master bushing, dan rotary slips. b. Drill stem, menghubungkan rangkaian dari swivel sampai bit, terdiri dari swivel, drill collar, drill pipe, bottom hole assembly (BHA), dan top drive. Sebelum dilakukan proses pemutaran untuk mengantarkan bit masuk ke dalam tanah, dilakukan proses pemasangan dan pelepasan pipa terlebih dahulu. Kegiatan tersebut dilakukan dengan alat yang digerakkan secara mekanik oleh driller dan secara manual oleh floorman di lantai pengeboran, ditambah seorang derrickman yang bekerja di monkey board. Proses pemasangan dan pelepasan pipa menggunakan alat manual yaitu tong, chains tongs, dan hawk jaw. Pekerjaan ini berlangsung terus menerus, terdapat waktu istirahat bagi floorman dan derrickman saat proses pemutaran pipa ke dalam atau keluar lubang sumur yang biasa disebut sebagai proses trip in dan trip out (Ratnasari, 2009).

21 29 3. Sistem Sirkulasi (Circulating System) Fungsi dari sistem sirkulasi adalah menyediakan fasilitas untuk mensirkulasikan lumpur pengeboran (drilling fluid) dari mud tanks menggunakan mud pump masuk ke drill stem, kemudian keluar dari bit dan kembali melalui annulus ke mud tanks. Fungsi utama dari sirkulasi lumpur pengeboran tersebut antara lain : a. membawa cutting (pecahan batuan hasil pengeboran) b. membersihkan dasar lubang sumur c. mendinginkan dan melumasi bit dan drill stem d. menahan dinding lubang sumur e. mencegah masuknya cairan formasi ke sumur Peralatan yang digunakan dalam sistem sirkulasi terdiri dari, mud tank, mixing hopper, pupm, stand pipe, mud hose, shale shaker, desander, desilter, degasser (Ratnasari, 2009). Alur sirkulasi lumpur pengeboran berawal dari hasil cutting yang dikeluarkan oleh sumur pengeboran melalui annulus yang kemudian dialirkan menuju shale shaker, melalui pipa penyalur yang tersambung dengan BOP. Saat di shale shaker dilakukan proses pemisahan lumpur pengeboran dengan cutting, setelah lumpur pengeboran akan disalurkan menuju desander, dalam desander dilakukan proses hydrocyclone yaitu proses perputaran sentrifugal yang memisahkan pasir dengan cairan pengeboran. Lumpur pengeboran yang keluar dari desander kemudian masuk ke desilter, prinsipnya sama seperti desander, namun untuk melakukan pemisahan dengan

22 30 partikel yang lebih halus, sehingga jumlah padatan dalam lumpur pengeboran berada pada level terendah. Setelah itu lumpur dialirkan ke mud tank, yang kemudian dilakukan pencampuran bahan kimia agar kualitas lumpur sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan melalui mixing hopper. Setelah itu lumpur siap dipompakan ke proses operasi pengeboran dengan mud pump melalui stand pipe. Lumpur pengeboran umumnya merupakan campuran dari air, tanah liat, material pemberat (Barite), dan bahan kimia. Proses pencampuran dan pengolahan lumpur dilakukan di mud tank. Bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan lumpur umumnya adalah jenis bahan kimia yang dapat menimbulkan efek akut pada kesehatan yaitu luka bakar, dan iritasi jika terjadi kontak langsung, serta gangguan pernafasan akibat menghirup serbuk. Beberapa bahan kimia yang digunakan antara lain betonite, caustic soda, calcium carbonate, dan citric acid (Ratnasari, 2009). 4. Sistem Pencegahan Semburan Liar (Blow Out Prevention) Digunakan untuk menutup lobang sumur secara cepat bila terjadi kick (fluida formasi masuk ke dalam sumur karena tekanan formasi lebih besar dari tekanan hidrostatik fluida dalam lubang sumur) atau blow out (semburan formasi fluid yang tidak terkontrol ke permukaan). Untuk mengoperasikan, membuka atau menutup BOP diperlukan tenaga hydraulic yang biasanya datang dari accumulator unit. Accumulator unit adalah kumpulan beberapa bejana atau tabung yang berisi cairan hydraulic dan tekanan gas nitrogen.

23 31 5. Sistem penggerak (Power System) Pada umumnya peralatan rig digerakkan dengan menggunakan beberapa sistem tenaga (power system) yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, yaitu: a. Tenaga Mekanis (Mechanical Power) Tenaga putaran yang keluar dari engine memutar torque convertier, putaran ini menggerakkan transmission dengan sistem tekanan. b. Tenaga Hydraulic Tenaga Hydraulic berasal dari pompa hidrolik berfungsi untuk merubah sebagian energi mekanik dari engine menjadi energi hidrolik. c. Tenaga Angin (Pneumatic Power) Sumber tenaga angin yang ada di rig adalah air compressor. Tenaga angin digunakan untuk menggerakkan alat-alat dengan tekanan yang lebih kecil dibandingkan dengan hydraulic system yaitu antara 60 sampai 120 psi. d. Tenaga Listrik (Electric power) Untuk menghidupkan lampu-lampu dan radio diperlukan arus bolak balik (AC = Alternative Current) yang diambil dari generator. e. Tenaga Manusia (Man Power) 1. Well Site Manager Perwakilan PT. Chevron Pasific Indonesia yang bertanggung jawab sebagai pengawas operasi di lapangan.

24 32 2. Tool Pusher Pengawas dan bertanggung jawab kepada Well Site Manager. 3. Head Driller Adalah orang yang bertanggungjawab terhadap operasi rig dan mengepalai crew dalam bekerja. Ia langsung mengawasi operasi well service dan workover dari control panel dekat mast rig. Melalui control panel dapat memonitor proses pekerjaan yang sedang dilakukan dan mengoperasikan rig component system. 4. Derrickman Menghabiskan sebahagian waktunya bekerja diatas monkey board pada mast, diwaktu mencabut atau memasukkan sucker rod string atau tubing kedalam lobang sumur. Ia menyusun sucker rod atau tubing yang dicabut pada masingmasing raknya, diwaktu ada perbaikan pada pompa, mencabut packer, atau melakukan pekerjaan lainnya. Kadang-kadang Derrickman bertugas sebagai pembantu head driller diwaktu operasi well service dan workover. Disamping itu bila ada pekerjaan pengeboran seperti memperdalam well, maka derrickman juga bertanggungjawab untuk memonitor kondisi workover fluid yang sedang digunakan, memelihara dan memperbaiki sirculating system equipment. 5. Floorman Mereka bertugas untuk membantu head driller dan derrickman diwaktu operasi pengeboran dilakukan. Floorhand biasanya terdiri dari tiga orang dalam satu kru. Tanggung jawab mereka adalah membantu head driller dalam proses

25 33 rig-up dan rig-down, untuk menangani, menyusun, memelihara, peralatan, perkakas yang diperlukan sewaktu operasi well service dan workover. Pada umumnya setiap orang baru bekerja di rig, selalu dimulai dari posisi floorman. (Buku Panduan I Wellwork and Complition PT. Chevron Pasific Indonesia, 2016). 2.8 Kerangka Konsep Kerangka konsep menggambarkan hubungan-hubungan yang lebih terbatas dan spesifik antara variabel-variabel yang akan diteliti saja. Adapun kerangka konsep dari penelitian ini adalah dijelaskan melalui diagram berikut : Iklim Keselamatan Kerja 1. Prioritas keselamatan kerja manajemen, komitmen dan kompetensi 2. Kewenangan keselamatan kerja dari manajemen 3. Keadilan terhadap keselamatan kerja dari manajemen 4. Komitmen keselamatan kerja dari para karyawan 5. Prioritas keselamatan kerja dari karyawan dan sikap tidak mau ambil risiko keselamatan kerja 6. Komunikasi dan pelatihan keselamatan kerja termasuk percaya terhadap komptensi keselamatan kerja dari rekan kerja 7. Kepercayaan pekerja terhadap sistem keselamatan kerja Perilaku Aman Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Teknik Pemboran. Instruktur : Ir. Aris Buntoro, MSc.

Teknik Pemboran. Instruktur : Ir. Aris Buntoro, MSc. Teknik Pemboran Instruktur : Ir. Aris Buntoro, MSc. TEKNIK PEMBORAN Mengenal operasi pemboran dalam dunia minyak dan gas bumi Mengenal 5 komponen peralatan pemboran dunia minyak dan gas bumi, yaitu : Power

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENGANTAR TEKNIK PERMINYAKAN 1 MATERI : PENGENALAN PERALATAN DI OPERASI PEMBORAN. 07 Desember 2012

MATA KULIAH PENGANTAR TEKNIK PERMINYAKAN 1 MATERI : PENGENALAN PERALATAN DI OPERASI PEMBORAN. 07 Desember 2012 MATA KULIAH PENGANTAR TEKNIK PERMINYAKAN 1 MATERI : PENGENALAN PERALATAN DI OPERASI PEMBORAN 07 Desember 2012 12/9/2012 PTP 1 1 Tujuan utama dari operasi pemboran adalah membuat lubang secara cepat, murah

Lebih terperinci

Oleh Fortries Aurelia Samahi

Oleh Fortries Aurelia Samahi Oleh Fortries Aurelia Samahi 6506 040 016 BAB I PENDAHULUAN Adanya potensi bahaya terjadinya kecelakaan blowout pada drilling proses dan efeknya dapat berujung bencana Kemungkinan terjadinya kegagalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Husni (2006 : 138) ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat

Lebih terperinci

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK PENGEBORAN MINYAK DAN GAS

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK PENGEBORAN MINYAK DAN GAS KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK PENGEBORAN MINYAK DAN GAS No Standar Guru (SKG) Inti Guru Guru Mata Indikator Pencapaian (IPK) 1 Pedagogik Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,

Lebih terperinci

PENGARUH IKLIM KESELAMATAN KERJA TERHADAP PERILAKU AMAN KARYAWAN RIG OPERATION PT. ASIA PETROCOM SERVICES DURI TAHUN 2016 SKRIPSI OLEH

PENGARUH IKLIM KESELAMATAN KERJA TERHADAP PERILAKU AMAN KARYAWAN RIG OPERATION PT. ASIA PETROCOM SERVICES DURI TAHUN 2016 SKRIPSI OLEH PENGARUH IKLIM KESELAMATAN KERJA TERHADAP PERILAKU AMAN KARYAWAN RIG OPERATION PT. ASIA PETROCOM SERVICES DURI TAHUN 2016 SKRIPSI OLEH ARTIKASARI NIM : 121000062 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dunia industri erat kaitannya dengan proses produksi yang memerlukan penggunaan teknologi yang sangat maju. Adanya teknologi bisa memudahkan proses produksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Keselamatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Keselamatan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Keselamatan 1. Pengertian Perilaku Keselamatan Menurut Heinrich (1980) perilaku keselamatan atau yang disebutnya perilaku aman adalah tindakan atau perbuatan dari seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka melaksanakan pembangunan masyarakat dan menyumbang pemasukan bagi negara peranan Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi diharapkan masih tetap memberikan

Lebih terperinci

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Tujuan Pembelajaran Setelah melalui penjelasan dan diskusi 1. Mahasiswa dapat menyebutkan tujuan Penerapan K3 sekurang-kurangnya 3 buah 2. Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL... i. KATA PENGANTAR... iv. RINGKASAN... vi. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR TABEL... xii BAB I PENDAHULUAN...

HALAMAN JUDUL... i. KATA PENGANTAR... iv. RINGKASAN... vi. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR TABEL... xii BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN SURAT KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v RINGKASAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional sedang memasuki era industrialisasi dan globalisasi yang ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan teknologi tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan latar belakang masalah berkaitan dengan kondisi sistem pengeboran yang telah berkembang di dunia, khususnya penggunaan fluida dalam industri minyak

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN SOAL PILIHAN GANDA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS MATA UJI KEDIKLATAN DAN MATA UJI KOMPETENSI

TEKNIK PENYUSUNAN SOAL PILIHAN GANDA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS MATA UJI KEDIKLATAN DAN MATA UJI KOMPETENSI TEKNIK PENYUSUNAN SOAL PILIHAN GANDA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS MATA UJI KEDIKLATAN DAN MATA UJI KOMPETENSI Oleh : Joko Susilo Abstrak Pengukuran hasil kediklatan maupun kompetensi peserta bisa dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch

Lebih terperinci

Evaluasi Penggunaan Rig 550 HP Untuk Program Hidrolika Pada Sumur X Lapangan Y

Evaluasi Penggunaan Rig 550 HP Untuk Program Hidrolika Pada Sumur X Lapangan Y Evaluasi Penggunaan Rig 550 HP Untuk Program Hidrolika Pada Sumur X Lapangan Y Ryan Raharja, Faisal E.Yazid, Abdul Hamid Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak Pada operasi pemboran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang undang RI No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 86 menyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan

Lebih terperinci

PENILAIAN SAFETY CLIMATE PEKERJA TERHADAP STATUS KARYAWAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN. (Studi Kasus pada Pekerja Workshop Di PT PAL Indonesia)

PENILAIAN SAFETY CLIMATE PEKERJA TERHADAP STATUS KARYAWAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN. (Studi Kasus pada Pekerja Workshop Di PT PAL Indonesia) PENILAIAN SAFETY CLIMATE PEKERJA TERHADAP STATUS KARYAWAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN (Studi Kasus pada Pekerja Workshop Di PT PAL Indonesia) Putri Hartaningrum *, Binti Mualifatul, Haidar Natsir Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan peranan penting bagi keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan, karena manusia merupakan aset hidup yang perlu dipelihara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013). PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya perlindungan kerja agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan ditempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan tulang punggung suksesnya pembangunan bangsa dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi keselamatan dan kesehatannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. benda. Ada tiga jenis tingkat kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. benda. Ada tiga jenis tingkat kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecelakaan Kerja Pengertian kecelakaan kerja berdasarkan Frank Bird Jr adalah kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi dan menyebabkan kerugian pada manusia dan harta benda.

Lebih terperinci

MAKALAH TEKNIK PENGEBORAN DAN PENGGALIAN JENIS-JENIS PEMBORAN

MAKALAH TEKNIK PENGEBORAN DAN PENGGALIAN JENIS-JENIS PEMBORAN MAKALAH TEKNIK PENGEBORAN DAN PENGGALIAN JENIS-JENIS PEMBORAN Oleh: EDI SETIAWAN NIM. 1102405 Dosen Mata Kuliah: Mulya Gusman, S.T, M.T PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGELOLAAN AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN HULU MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI DENGAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...iv. KATA PENGANTAR...v. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...iv. KATA PENGANTAR...v. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...iv KATA PENGANTAR...v HALAMAN PERSEMBAHAN...vii RINGKASAN...viii DAFTAR ISI...ix DAFTAR GAMBAR...xiii DAFTAR TABEL...xv

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan Kerja Tarwaka (2008: 4) mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana kesehatan untuk menangani masalah kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, rumah sakit mempunyai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. KATA PENGANTAR...iii. HALAMAN PERSEMBAHAN...iv. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. KATA PENGANTAR...iii. HALAMAN PERSEMBAHAN...iv. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii HALAMAN PERSEMBAHAN...iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...v RINGKASAN...vi DAFTAR ISI...vii DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR TABEL...xiii

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI METODE CASING DRILLING PADA TRAYEK CASING 13-3/8 DI SUMUR SP-23

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI METODE CASING DRILLING PADA TRAYEK CASING 13-3/8 DI SUMUR SP-23 EVALUASI METODE CASING DRILLING PADA TRAYEK CASING 13-3/8 DI SUMUR SP-23 Syandi Putra, Widradjat Aboekasan Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak Dalam upaya meningkatkan perolehan

Lebih terperinci

MATA PELAJARAN : TEKNIK PEMBORAN MINYAK JENJANG PENDIDIKAN : SMK

MATA PELAJARAN : TEKNIK PEMBORAN MINYAK JENJANG PENDIDIKAN : SMK MATA PELAJARAN : TEKNIK PEMBORAN MINYAK JENJANG PENDIDIKAN : SMK Kompetensi Pedagogik Menguasai karakteristik pesertadidik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Menguasai

Lebih terperinci

LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP-170/PJ/2002 TANGGAL : 28 Maret 2002

LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP-170/PJ/2002 TANGGAL : 28 Maret 2002 LAMPIRAN I ATAS BERUPA SEWA DAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA KECUALI SEWA DAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PERSEWAAN TANAH DAN ATAU BANGUNAN YANG TELAH DIKENAKAN PAJAK YANG BERSIFAT FINAL BERDASARKAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN 92 LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN No : (Disisi peneliti) Responden yang terhormat, Dalam rangka penelitian skripsi mengenai pengaruh iklim keselamatan kerja terhadap perilaku aman dari para karyawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya pencegahan dari kecelakaan dan melindungi pekerja dari mesin dan peralatan kerja yang akan dapat menyebabkan traumatic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tekanan balik dari sumur yang biasa disebut kick. Kick merupakan tekanan balik

BAB I PENDAHULUAN. tekanan balik dari sumur yang biasa disebut kick. Kick merupakan tekanan balik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia perminyakan, saat explorasi dan exploitasi minyak dan gas bumi dikenal lima sistem utama saat operasi di lapangan berlangsung. Lima sistem utama tersebut

Lebih terperinci

Kelas TentangActivity Kelas BantuanActivity BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran...

Kelas TentangActivity Kelas BantuanActivity BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran... ABSTRAK Well Kick adalah peristiwa masuknya fluida formasi (air, minyak, atau gas) menuju lubang bor. Apabila kick ini tidak bisa dikontrol atau tidak bisa ditanggulangi, akan mengakibatkan fluida formasi

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN SDM. Program keselamatan, kesehatan kerja Hubungan industrial Organisasi serikat pekerja

PEMELIHARAAN SDM. Program keselamatan, kesehatan kerja Hubungan industrial Organisasi serikat pekerja PEMELIHARAAN SDM Fungsi Pemeliharaan (maintenance) berkaitan dengan upaya mempertahankan kemauan dan kemampuan kerja karyawan melalui penerapan beberapa program yang dapat meningkatkan loyalitas dan kebanggaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian yang hanya satu kali yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain itu, proyek

Lebih terperinci

SERTIFIKASI MIGAS BIDANGPERAWATAN SUMUR

SERTIFIKASI MIGAS BIDANGPERAWATAN SUMUR SERTIFIKASI MIGAS BIDANGPERAWATAN SUMUR I. LATAR BELAKANG Dasar Hukum STTK Bidang Perawatan Sumur adalah Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia No.20 Tahun 2008, Tentang : Pemberlakuan Standar

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional adalah bidang ekonomi khususnya pada sektor industri. Pada sektor ini telah terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada industri minyak dan gas di sektor hulu terdapat beberapa tahap yang dilakukan dalam proses eksplorasi hingga produksi sumber minyak dan gas. Berawal dari pencarian

Lebih terperinci

APMI ASOSIASI PERUSAHAAN PEMBORAN MINYAK, GAS DAN PANAS BUMI INDONESIA INDONESIAN OIL, GAS & GEOTHERMAL DRILLING CONTRACTORS ASSOCIATION

APMI ASOSIASI PERUSAHAAN PEMBORAN MINYAK, GAS DAN PANAS BUMI INDONESIA INDONESIAN OIL, GAS & GEOTHERMAL DRILLING CONTRACTORS ASSOCIATION APMI ASOSIASI PERUSAHAAN PEMBORAN MINYAK, GAS DAN PANAS BUMI INDONESIA INDONESIAN OIL, GAS & GEOTHERMAL DRILLING CONTRACTORS ASSOCIATION Jl. Gandaria Ill No. 5, Kebayoran Baru, Jakara 12130, Indonesia

Lebih terperinci

LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP-176/PJ/2000 TANGGAL : 26 JUNI 2000

LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP-176/PJ/2000 TANGGAL : 26 JUNI 2000 LAMPIRAN I PERKIRAAN PENGHASILAN NETO ATAS PENGHASILAN BERUPA SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA KECUALI SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor penting adalah sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor penting adalah sumber daya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dunia bisnis sekarang dituntut menciptakan kinerja karyawan yang tinggi untuk pengembangan perusahaan. Perusahaan harus mampu membangun dan meningkatkan kinerja di

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia industri, mengakibatkan munculnya masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Masalah

Lebih terperinci

NO. JENIS PENGHASILAN PERKIRAAN PENGHASILAN NETO

NO. JENIS PENGHASILAN PERKIRAAN PENGHASILAN NETO LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP- 305/PJ/2001 TANGGAL : 18 April 2001 PERKIRAAN PENGHASILAN NETO ATAS PENGHASILAN BERUPA SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA

Lebih terperinci

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan Jurnal Teknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia 4(2) Juli 2005 : 1 5 ISSN 1412-7814 Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan Harrys Siregar Program

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PENYEBAB KERUSAKAN VALVE PADA MUD PUMP TYPE TRIPLEX PUMP MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS DI PT. X

IDENTIFIKASI PENYEBAB KERUSAKAN VALVE PADA MUD PUMP TYPE TRIPLEX PUMP MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS DI PT. X IDENTIFIKASI PENYEBAB KERUSAKAN VALVE PADA MUD PUMP TYPE TRIPLEX PUMP MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS DI PT. X Ambri 1, Yohanes 2, Yuhelson 2 Laboratorium Teknologi Produksi, Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan yang dipandang sangat diperhatikan berbagai organisasi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan yang dipandang sangat diperhatikan berbagai organisasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan yang dipandang sangat diperhatikan berbagai organisasi pada saat ini dikarenakan mencakup permasalahan kemanusiaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik yaitu bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik yaitu bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2004), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1 : Peta Area Terdampak

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1 : Peta Area Terdampak DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Peta Area Terdampak Peta tersebut menjelaskan bahwa daerah yang masuk area wilayah sebagaimana yang ada dalam Peta diatas penanganan masalah sosial ditanggung oleh PT. Lapindo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja telah berkembang menjadi isu global saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya menjamin kualitas barang dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kepuasan Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang pengetahuan memiliki pengertian yang berlainan tentang kepuasan, adapun berbagai macam pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 Definisi Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian kecelakaan Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan,

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan di sektor industri dewasa ini berlangsung dengan cepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan di sektor industri dewasa ini berlangsung dengan cepat digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan di sektor industri dewasa ini berlangsung dengan cepat dan membawa perubahan-perubahan dalam skala besar terhadap tata kehidupan negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi biasanya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.selain itu,

Lebih terperinci

PERANCANGAN POMPA TORAK 3 SILINDER UNTUK INJEKSI LUMPUR KEDALAMAN FT DENGAN DEBIT 500 GPM

PERANCANGAN POMPA TORAK 3 SILINDER UNTUK INJEKSI LUMPUR KEDALAMAN FT DENGAN DEBIT 500 GPM PERANCANGAN POMPA TORAK 3 SILINDER UNTUK INJEKSI LUMPUR KEDALAMAN 10000 FT DENGAN DEBIT 500 GPM Setiadi 2110106002 Tugas Akhir Pembimbing Prof. Dr. Ir. I Made Arya Djoni, M.Sc Latar Belakang Duplex double

Lebih terperinci

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2017

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2017 BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Operasi pemboran merupakan proses kelanjutan dari eksplorasi untuk menginformasikan ada tidaknya kandungan minyak atau gas bumi di dalam suatu lapisan di bawah permukaan.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016 Luthfil Hadi Anshari 1, Nizwardi Azkha 2 1,2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) telah menjadi isu global yang berpengaruh terhadap perdagangan dan arus barang antar Negara. Isu kesehatan dan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA MAKALAH KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Oleh : Viviany Angela Kandari NIM : 16202111018 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2017 1 DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indon

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indon BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.425, 2017 KEMEN-ESDM. Pengeboran Panas Bumi. Pengelolaan Limbah Lumpur Bor dan Serbuk Bor. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BLOW OUT PREVENTER TEST SEBAGAI BAGIAN DARI PEMERIKSAAN RUTIN

BLOW OUT PREVENTER TEST SEBAGAI BAGIAN DARI PEMERIKSAAN RUTIN BLOW OUT PREVENTER TEST SEBAGAI BAGIAN DARI PEMERIKSAAN RUTIN OLEH : AGUS ALEXANDRI (PUSDIKLAT MIGAS) SITI NURBAYANAH (DITJEND MIGAS) JUNIARTO MATASAK PALILU (DITJEND MIGAS) ABSTRAK Salah satu resiko yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN LAMPIRAN 1 84 Universitas Kristen Maranatha 85 Universitas Kristen Maranatha 86 Universitas Kristen Maranatha 87 Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN 2 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan dikembangkan.oleh karena itu karyawan harus mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan dikembangkan.oleh karena itu karyawan harus mendapatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan peranan penting bagi keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan, karena manusia merupakan aset hidup yang perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Proses pembangunan proyek konstruksi pada umumnya merupakan kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan industri konstruksi mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1. Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Proyek Penerapan Program K3 di proyek ini di anggap penting karena pada dasarnya keselamatan dan kesehatan kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sistem yang berhubungan semua unsur yang berada dalam

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian K3 Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

Lebih terperinci

DEFINISI PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA (K3)

DEFINISI PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA (K3) DEFINISI PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA (K3) Nama : Deni Hartono NPM : 21412829 Kelas : 3ic07 UNIVERSITAS GUNADARMA 2015 Definisi Keselamatan Kerja pengertian dari Keselamatan kerja Keselamatan dan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Dalam penelitian terdahulu, ada dua penelitian yang meneliti tentang analisis keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Pabrikan Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri seperti manusia, alat, material, energi uang (modal/capital), informasi dan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa

BAB I PENDAHULUAN. maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini dunia industri berkembang dan tumbuh secara cepat, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa pengaruh yang besar

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PROSES PENGEBORAN PANAS BUMI RIG DARAT #4 PT APEXINDO PRATAMA DUTA TBK TAHUN 2009 SKRIPSI

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PROSES PENGEBORAN PANAS BUMI RIG DARAT #4 PT APEXINDO PRATAMA DUTA TBK TAHUN 2009 SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PROSES PENGEBORAN PANAS BUMI RIG DARAT #4 PT APEXINDO PRATAMA DUTA TBK TAHUN 2009 SKRIPSI SEPTA TRI RATNASARI 1005001595 FAKULTAS KESEHATAN

Lebih terperinci

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING)

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING) PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING) Kimia Industri (TIN 4206) PERALATAN INDUSTRI KIMIA YANG DIBAHAS : I Material Handling II Size Reduction III Storage IV Reaktor V Crystallization VI Heat treatment

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diikuti dengan resiko pekerjaan yang tinggi. Resiko kerja yang tinggi disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. diikuti dengan resiko pekerjaan yang tinggi. Resiko kerja yang tinggi disebabkan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, masalah keselamatan kerja merupakan faktor penting yang harus menjadi perhatian semua pihak. Keberhasilan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi atau perusahaan, karena manusia merupakan aset hidup yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. organisasi atau perusahaan, karena manusia merupakan aset hidup yang perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan peranan penting bagi keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan, karena manusia merupakan aset hidup yang perlu dipelihara dan dikembangkan.

Lebih terperinci

MODIFIKASI PENGESETAN LINER DAN PEMBERSIHAN LATERAL SECTION DALAM PENYELESAIAN SUMUR HORIZONTAL PRP-CC5

MODIFIKASI PENGESETAN LINER DAN PEMBERSIHAN LATERAL SECTION DALAM PENYELESAIAN SUMUR HORIZONTAL PRP-CC5 PROCEEDING SIMPOSIUM NASIONAL IATMI 2001 Yogyakarta, 3-5 Oktober 2001 MODIFIKASI PENGESETAN DAN PEMBERSIHAN LATERAL SECTION DALAM PENYELESAIAN SUMUR HORIZONTAL PRP-CC5 PERTAMINA DOH Rantau Kata Kunci :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja. 3 K3 di tempat kerja harus dikelola dengan aspek lainnya seperti

BAB I PENDAHULUAN. kerja. 3 K3 di tempat kerja harus dikelola dengan aspek lainnya seperti kerja. 3 K3 di tempat kerja harus dikelola dengan aspek lainnya seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan program untuk mengurangi kejadian yang tidak diinginkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif. Sebuah perusahaan dapat terus bertahan jika memiliki sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif. Sebuah perusahaan dapat terus bertahan jika memiliki sumber daya manusia 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam dunia kerja, perubahan dan tantangan terus berganti seiring dengan perkembangan industri. Keadaan ini menuntut sebuah perusahaan untuk selalu produktif. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu asset penting bagi perusahaan, serta faktor pendukung utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. satu asset penting bagi perusahaan, serta faktor pendukung utama dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, setiap perusahaan besar ingin menghasilkan output yang terbaik demi tercapainya tujuan perusahaan, di mana tujuan tersebut pada umumnya adalah

Lebih terperinci

PERKIRAAN PENGHASILAN NETO ATAS SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA

PERKIRAAN PENGHASILAN NETO ATAS SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA Lampiran I PERKIRAAN PENGHASILAN NETO ATAS SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA No JENIS PENGHASILAN PERKIRAAN PENGHASILAN NETO (1) (2) (3) 1. Sewa dan penghasilan lain sehubungan

Lebih terperinci

KECELAKAAN TAMBANG. Oleh : Rochsyid Anggara

KECELAKAAN TAMBANG. Oleh : Rochsyid Anggara KECELAKAAN TAMBANG Oleh : Rochsyid Anggara 1. Penjelasan Umum Kecelakaan (Accident) adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan, tidak dikendalikan dan tidak diinginkan yang mengakibatkan cideranya seseorang,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag BAB V PEMBAHASAN Dari hasil penelitian PT. Bina Guna Kimia telah melaksanakan programprogram keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking merupakan program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pompa merupakan suatu mesin yang mengubah energi mekanik menjadi energi hydrodinamik. Suatu fluida akan menerima energi mekanis dari pompa sehingga dapat mengalir dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian serta lingkungan. Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe act)

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian serta lingkungan. Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe act) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disiplin kerja adalah suatu sikap, perbuatan untuk selalu mentaati tata tertib (Anoraga, 2006). Bahwa sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas,

BAB I PENDAHULUAN. contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaaan manusia telah dibantu oleh alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya mesin. Bantuan mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, terbuka atau tertutup, bergerak

Lebih terperinci

MATERI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (HSE)

MATERI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (HSE) MATERI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (HSE) 1. TEORI DAN KONSEP K3 2. PROSEDUR KERJA AMAN 3. ALAT PELINDUNG DIRI 4. PERMIT SYSTEM 5. JOB SAFETY ANALYSES 6. ERGONOMIC SAFETY 7. INDUSTRIAL HYGIENE 8. MSDS

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN

KUISIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PERILAKU KESELAMATAN KARYAWAN PT PDSI RANTAU ACEH TAMIANG TAHUN 2014 I.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian. Pekerjaan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Implementasi Kartu observasi bahaya atau HOC (Hazard Observation Card) Implementasi merupakan aspek yang sangat penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Implementasi Kartu observasi bahaya atau HOC (Hazard Observation Card) Implementasi merupakan aspek yang sangat penting BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Implementasi Kartu observasi bahaya atau HOC (Hazard Observation Card) Implementasi merupakan aspek yang sangat penting dalam keseluruhan proses pembuatan kebijakan. Pelaksanaan

Lebih terperinci

eksplorasi sebesar US$ 3,84 miliar, administrasi US$ 1,6 miliar, pengembangan US$

eksplorasi sebesar US$ 3,84 miliar, administrasi US$ 1,6 miliar, pengembangan US$ 2 eksplorasi sebesar US$ 3,84 miliar, administrasi US$ 1,6 miliar, pengembangan US$ 5,3 miliar, dan produksi sebanyak US$ 14,9 miliar. Investasi di sektor hulu migas menunjukkan tren meningkat beberapa

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Teknik Pemboran

Dasar-Dasar Teknik Pemboran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2015 HALAMAN JUDUL Dasar-Dasar Teknik Pemboran SMK / MAK Kelas X Semester II Dasar Dasar Teknik Pemboran - i DISKLAIMER (DISCLAIMER) Penulis : Editor

Lebih terperinci

BAB 5 DASAR POMPA. pompa

BAB 5 DASAR POMPA. pompa BAB 5 DASAR POMPA Pompa merupakan salah satu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya adalah air, oli atau minyak pelumas,

Lebih terperinci