BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Ponorogo berada di provinsi Jawa Timur yang terletak sebelah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Ponorogo berada di provinsi Jawa Timur yang terletak sebelah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Ponorogo berada di provinsi Jawa Timur yang terletak sebelah barat dari Provinsi Jawa Timur dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah atau lebih tepatnya Kabupaten Ponorogo berjarak sekitar 200 km dari Surabaya atau apabila ditempuh dengan kendaraan pribadi sekitar 6-7 jam perjalanan. Kabupaten yang dikenal dengan julukan Kota Reog atau Bumi Reog karena daerah ini merupakan daerah asal seni budaya tari Reog Ponorogo. Pada setiap bulan Muharram (Suro), ada acara yang disebut Grebeg Suro yang menampilkan berbagai macam seni dan tradisi, diantaranya Festival Reog Nasional, Pawai Lintas Sejarah dan Kirab Pusaka dan Larungan Risalah Doa di Telaga Ngebel. Dibalik keanekaragaman budaya yang ada di Kabupaten Ponorogo, terdapat perkampungan yang sebagian warganya berada di bawah garis kemiskinan dan mengalami retardasi mental, kampung tersebut biasa dijuluki dengan kampung idiot atau desa idiot. Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang. 1

2 Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental 1. Tabel 1. Perbandingan jumlah orang dengan retardasi mental di 4 Desa di Kabupaten Ponorogo No Desa Jumlah Jumlah Orang Prosentase Penduduk dengan Kecacatan 1 Sidoarjo ,806% 2 Krebet ,293% 3 Pandak ,247% 4 Karangpatihan ,146% Sumber: diolah dari Profil Desa Sidoarjo, Krebet, Karangpatihan, dan Pandak Tahun 2013 Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon terdapat 301 orang yang menderita retardasi mental di Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong terdapat 69 orang yang menderita retardasi mental dan di Desa Pandak, Kecamatan Balong terdapat 50 orang. Daerah yang memiliki banyak warga retardasi mental bisa dikatakan satu tipikal, yaitu sama-sama berada di lereng gunung, tanah berkapur yang sulit ditanami, tiwul (makanan olahan dari singkong) sebagai menu makan utama, miskin, berpendidikan rendah, pekerjaan mayoritas buruh tani. Dikarenakan berada di lereng pegunungan dan terpencil, akses transportasi untuk menuju ke wilayah tersebut tidak mudah, dibutuhkan minimal satu hingga dua jam perjalanan dari pusat Kabupaten Ponorogo dengan menggunakan kendaraan roda empat. Desa Karangpatihan, daerah tersebut cukup sulit diakses oleh pendatang, hanya ada satu jalan utama setelah melewati sawah-sawah dan hutan dengan akses jalan yang sempit dengan tanjakan, turunan dan belokan yang membingungkan 1 W.F. Maramis, 2005, Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press, Surabaya, hlm

3 khas daerah pedesaan di pegunungan. Selain itu kondisi jalanan yang sepi, banyak pohon menjulang tinggi dan minim penerangan jalan melengkapi suasana mengerikan menuju Desa Karangpatihan. Tidak hanya itu, di saat hujan turun sudah dipastikan akses jalan lumpuh, karena akses jalan menuju perbukitan masih berupa tanah liat. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilaksanakan di Desa Karang Patihan terdapatkan 102 warga yang mengalami retardasi mental dan 87 menjadi tanggung jawab aparat desa karena keluarganya tidak mampu dalam keadaan miskin. Masyarakat di Karang Patihan memiliki anggapan kelompok penderita Retardasi Mental dapat membebani masyarakat. Penyandang retardasi mental beraktifitas secara bebas di dalam desa tanpa arah bahkan sampai keluar dari desa. Penyandang retardasi mental memiliki sikap apatis pada lingkungan sehingga mendapatkan perlakuan yang tidak layak. Masyarakat yang tinggal di wilayah kampung idiot keadaannya tidak jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya. Fenomena banyaknya penderita retardasi mental di ketiga desa tersebut sudah terjadi sejak puluhan tahun yang lalu dan mereka hidup dalam satu komunitas dengan masyarakat normal. Pola interaksi yang terjadi juga tidak jauh berbeda dengan kehidupan manusia normal, hanya saja penderita retardasi mental yang bisa bekerja diarahkan untuk membantu orang tua (apabila masih hidup) dan penderita retardasi mental yang tidak bisa bekerja dibiarkan begitu saja berkeliaran di perkampungan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, terdapat beberapa penyebab adanya fenomena Kampung Idiot di Desa Karangpatihan. Pertama, adanya perkawinan 3

4 sedarah yang kemudian menyebabkan keturunan mereka menderita retardasi mental. Pernikahan sedarah yang dimaksud disini adalah antar sepupu, satu marga atau yang garis keluarganya dekat, tapi bukan saudara kandung. Kedua, pada tahun 1960-an Desa Karangpatihan mengalami masa paceklik yang ekstrim dimana hama merajalela. Pada waktu itu masyarakat tidak dapat mengakses makan dengan gizi yang cukup, sehingga mereka yang lahir dan dibesarkan pada era itu dipastikan akan mengalami kekurangan gizi sehingga pertumbuhan tubuh dan kecerdasannya lamban. Dikarenakan banyak warganya yang menderita retardasi mental, maka tingkat perekonomian di desa tersebut jelas tidak bisa dibanggakan. Pada awalnya masyarakat berpersepsi bahwa kemiskinan yang ada di Desa Karngpatihan tidak bisa diselesaikan. Persepsi tersebut mengarah pada anggapan bahwa kemiskinan disebabkan oleh nasib, takdir atau sesuatu diluar kemampuan manusia 2. Berdasarkan informasi dari salah satu Kepala Desa, warganya hanya bisa menikmati nasi saat ada pembagian beras untuk keluarga miskin (raskin). Beras jatah pemerintah itu hanya bisa dikonsumsi beberapa hari saja, karena rata-rata warga desa dari ketiga desa tersebut mempunyai anak lebih dari dua. Setelah jatah beras raskin habis, maka mereka kembali mengkonsumsi tiwul tanpa lauk. Sekitar tahun 2010, tidak sedikit media yang meliput berita di desa yang warganya banyak menderita retardasi mental sehingga pada saat itu ramai masyarakat yang datang ke desa tersebut untuk mengetahui kebenaran kampung idiot dan ada sebagian masyarakat yang memberikan bantuan baik berupa uang 2 Baiquni, 1999, Refleksi Kritis Terhadap Program JPS(Jaring Pengaman Sosial) Studi Kasus Proyek PDM-DKE. JKAP Volume 3 no. 2, Hlm 15 4

5 atau bahan pokok. Akibat dari banyaknya bantuan dari masyarakat yang datang ke desa tersebut, masyarakat miskin dan penderita retardasi mental merasa ketagihan meminta uang atau imbalan kepada masyarakat yang datang ke desa tersebut. Uang dan bantuan pokok dari masyarakat yang datang ke desa tersebut membuat masyarakat miskin dan penderita retardasi mental di desa tersebut semakin malas dan seolah terbiasa meminta barang kepada masyarakat yang datang ke desa tersebut. Alih-alih memberdayakan diri dengan memanfaatkan bantuan, mereka lebih memilih menggantungkan diri pada pendapatan dari masyarakat yang datang ke desa tersebut. Sebenarnya tidak ada yang salah apabila masyarakat yang datang ke kampung idiot memberikan bantuan ke warga penderita retardasi mental, karena orang penderita retardasi mental merupakan masyarakat yang mendererita keterbelakangan mental yang tidak bisa menjalani kehidupan sehari-harinya dengan normal. Warga kampung idiot yang menderita retardasi mental tersebut memiliki permasalahan, diantaranya yaitu sebagian besar dari mereka tidak mampu bekerja, dan hidup di bawah garis kemiskinan atau sebagai Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan tidak mampu berbicara (berkomunikasi dengan masyarakat normal). Karena keterbatasan masyarakat penderita retardasi mental, maka dibutuhkan bantuan yang nantinya dapat mengurangi beban hidupnya. 5

6 Pada saat itu, bantuan yang diberikan tergolong instan. Bentuk bantuan tersebut berupa hibah, bantuan sosial dan sedekah 3. Pemberian bantuan ini pada jangka panjang cenderung akan merusak mental masyarakat. Warga menerima dan menikmati bantuan, lalu bantuan habis dan mereka menanti bantuan lagi. Salah satu desa yang banyak mendapatkan bantuan yaitu Desa Karangpatihan. Desa Karangpatihan juga merasakan berkah tersendiri memiliki warga yang menderita retardasi mental, karena dengan banyaknya warga yang menderita retardasi mental, maka desa tersebut mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, antara lain Gubernur Jatim Pak Soekarwo, mantan Pangdam V Brawijaya Mayjen Suwarno, Bank Indonesia Kediri, Babinsa dan lain-lain. Salah satu bantuan yang sampai saat ini (ketika melakukan penelitian) dapat dirasakan yaitu akses jalan yang terdapat di Desa Karangpatihan kurang lebih sepanjang 15 kilometer yang dulunya makadam dan tanah sekarang telah berubah menjadi aspal. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa dan data dari Kantor Desa Karangpatihan, Desa Karangpatihan telah memperoleh berbagai bantuan dari pemerintah maupun non pemerintah (swasta dan perorangan). Bantuan yang paling banyak diterima di Desa Karangpatihan yaitu kebutuhan dasar meliputi makanan pokok dalam bentuk sembako, air untuk MCK, pakaian pria/wanita fasilitas kesehatan dan pembenahan rumah. Namun dari berbagai macam bantuan tersebut, ada beberapa bantuan yang efektif dan kurang efektif untuk warga miskin dan penderita retardasi mental. Bantuan yang efektif diantaranya yaitu 3 Baiquni, 1999, Refleksi Kritis Terhadap Program JPS(Jaring Pengaman Sosial) Studi Kasus Proyek PDM-DKE. JKAP Volume 3 no. 2, Hlm 15 6

7 sembako, uang, pembenahan rumah, tikar/kasur, tanaman, dan bak/timba. Sedangkan bantuan yang kurang efektif adalah pakaian. Masalah penting yang dapat ditangkap secara kasat mata dari Desa Karangpatihan adalah masalah sosial ekonomi. Kondisi alam yang kurang menguntungkan dimana tanah sebagai media penyambung hidup merupakan tanah kapur dan tandus. Nasib hidup mereka bergantung dengan alam, jika musim kemarau tiba mereka tidak dapat menanami tanahnya otomatis mereka yang menjadi buruh tani akan menjadi pengangguran. Sumber daya alam yang kurang memadai, mayoritas sebagian besar penduduk memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta masalah retardasi mental akan memberikan dampak langsung terhadap sektor perekonomian masyarakat Desa Karangpatihan. Untuk menanggulangi menyelesaikan masalah tersebut dibutuhkan kerja keras dari perangkat terdekat (dalam hal ini Kepala Desa) serta dukungan lebih dari masyarakat. Kepala Desa sebagai pejabat pemerintah terdekat di masyarakat harus dapat memetakan sumber daya yang berpotensi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sumber-sumber daya yang berpotensi dalam mengembangkan perekonomian rakyat diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya sosial 4. Sumber daya yang tersedia disekitar lingkungan masyarakat akan dapat memberikan manfaat dalam peningkatan taraf ekonomi masyarakat apabila masyarakat mampu mengolahnya dengan baik. 4 Soetomo, 2012, Pembangunan Masyarakat, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Hlm.187 7

8 Masyarakat tidak bisa secara terus menerus bergantung kepada bantuan instan yang datang dari luar. Dibutuhkan pengelolaan yang baik menyangkut efektivitas bantuan tersebut dalam jangka panjang. Bantuan sosial yang datang pada dasarnya hanya bersifat membantu pada akhirnya masyarakat harus dapat hidup secara mandiri dalam kondisi keterbatasan yang ada. Pengembangan masyarakat atau community development sangat penting sekali sebagai cara mensejahterakan kehidupan masyarakat. Pada intinya community development mengandung dua konsep penting, yakni community yang bermakna kualitas hubungan sosial dan development yang bermakna perubahan kearah kemajuan yang terencana dan bersifat gradual 5. Permasalahan inilah yang kemudian dicoba untuk diselesaikan oleh Kepala Desa Karangaptihan. Saat ini Desa Karangpatihan dipimpin oleh Kepala Desa yang bernama Eko Mulyadi. Eko Mulyadi memimpin Desa Karangpatihan dari Tahun 2013 sampai dengan Tahun Selama dua tahun memimpin Desa Karangpatihan Eko Mulyadi telah membuat beberapa gebrakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dan orang dengan retardasi mental di Desa Karangpatihan. Gebrakan tersebut tertuang dalam kebijakan-kebijakan dalam bidang ekonomi, kesehatan, pembangunan infrastruktur, dan pendidikan. Kepemimpinan seseorang sangat besar perananya dalam setiap pengambulilan keputusuan. Disinilah kemudian muncul hubungan antara kebijakan dan kepemimpinan. Sorang pemipin dituntut untuk mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi permasalahan. Tindakan pemimpin untuk 5 Fredian Tony Nasdian, 2014, Pengembangan Masyarakat, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, Hlm

9 mengatasi permsalahan merupakan sebuah kebijakan. Definisi yang diungkapkan oleh Dye dalam Howlett dan Ramesh (2005:2) yang mengungkapakan bahwa kebijaan adalah semua yang dilakukan oleh pemerintah, mengapa mereka melakukan dan perbedaan yang dihasilkannya (what government did, why they do it and what differences it makes). Definisi tersebut menegaskan bahwa kebijakan merupakan diam atau bergeraknya pemerintah, memutuskan atau tidak memutuskan ketika dihadapkan pada permasalahan. Upaya yang dilaksanakan oleh Kepala Desa Karangpatihan adalah kebijakan. Kepala Desa Karangatihan dihadapkan pada permasalahan tentang kemiskinan yang dihadapi oleh sebagian besar masyarakatnya. Anderson dalam Subarsono (2005:2) mengungkapkan bawa kebijakan merupakan kebijakan yang ditetpakan oleh badan-badan dan aparat pemerintah. Dalam hal ini Kepala Desa Karangpatihan adalah seornag aparat pemerintah. Mengacu pada definisi tersebut apapun yang dilaksanakan oleh Kepala Desa Karangpatihan ketika dihadapkan pada suatau permsalahan adalah kebijakan. Kepemimpinan Eko Mulyadi merupakan jawaban atas permasalahanpermasalahan yang sebelumnya belum dapat dapat diselesaikan oleh Kepemimpinan Kepala Desa periode sebelumnya. Pada periode sebelumnya peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan orang dengan retardasi mental belum menjadi prioritas. Hal tersebut menyebabkan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Kepala Desa periode sebelumnya tidak memiliki dampak signifikan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan orang dengan retardasi mental di Desa Karangpatihan. 9

10 Tabel 2 Jumlah KK Desa Karangpatihan Berdasarkan Kriteria Kemiskinan Persentase No Kriteria Jumlah (%) 1 KK Miskin ,89 2 KK Miskin Idiot 42 2,39 3 KK Rentan Miskin ,81 4 KK Rata-rata ,91 Jumlah Sumber: Desa Karangpatihan, 2014 Tabel 1 menunjukkan bahwa hampir sebagaian masyarakat Desa Karangpatihan hidup dibawah garis kemiskinan. Hal tersebut menunjukkan bahwa permasalahan kemiskinan menjadi permasalahan prioritas yang harus segera diselesaikan oleh Kepala Desa Karangpatihan. Secara umum terdapat tiga kategori kemiskinan yang ada di Desa Karangpatihan. Kategori pertama adalah kategori rentan miskin, jumlahnya mendominasi sebagian besar dari penduduk msikin di Desa Karangpatihan, kategori ini dapat berubah statusnya menjadi miskin apabila Desa Karangpatihan mengalami ondisi tertentu misalnya musim paceklik. Kategori kedua adalah keluarga miskin, jumlahnya sebanyak 261 kepala keluarga. Kategori ketiga adalah miskin idiot. Kemikinan dan disabilitas (Retardasi mental merupakan salah satu jenis dari disabilitas) adalah suatu hal yang identik. Hal tersebut disebabkan karena penyandang disabilitas sering disebut sebagai kelompok yang lemah yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Anggapan tersebut kemudian berdampak pada masyarakat umum yang cenderung mengucilkannya dan tidak memberikan hak yang sama untuk mengakses berbagai 10

11 pelayanan publik. Anggapan tersebut kemudian membuat penyandang disabilitas seringkali hidup dibawah garis kemiskinan. Permasalahan kemiskinan kemudian diatasi oleh Eko Mulyadi melalui kebijakan-kebijakan yang inovatif. Kebijakan yang inovatif tersebut disajikan dalam tabel berikut: Tabel 3 Kebijakan Kepala Desa Karangpatihan untuk meyelesaiakan permasalahan kemiskinan No Kebijakan Kegiatan 1 Ekonomi Ternak lele, ternak ayam kampung, ternak kambing, adanya pelatihan keterampilan dari BLK dan adanya BUMDes 2 Pendidikan Beasiswa bagi masyarakat miskin dan PAUD Karangpatihan Smart 3 Infrastruktur Optimaliasi PPIP dan PNPM melalui kegiatan kerja bakti 4 Kesehatan Susu bagi balita, posyandu dan bidan masuk desa. Sumber: Diolah Peneliti dari berbagai sumber, 2015 Kebijakan diatas selain inovatif juga tepat sasaran. Pembuatan kebijakan tidak hanya didasarkan pada kemenarikan program namun juga pemikiran mendalam bahwa setiap program tersebut merupaka jawaban atas permasalahanpermasalahan di Desa Karangpatihan. Kebijakan diatas dianggap tepat mengatasi permasalahan kemiskinan di Desa Karangpatihan. Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka judul penelitian ini adalah KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DALAM MENINGKATKAN SUMBER DAYA MANUSIA DI DESA KARANGPATIHAN (Studi Kasus Pada Masyarakat Miskin dan Penderita Retardasi Mental di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo). Penelitian ini akan memfokuskan pada kepemimpinan Eko Mulyadi sebagai Kepala Desa yang telah berusaha untuk meningkatkan sumber daya 11

12 manusia di Desa Karangpatihan. Peningkatan sumber daya manusia ini dilakukan supaya taraf hidup orang miskin dan penderita retardasi mental yang ada di Desa Karangpatihan dapat berubah menjadi lebih baik. 1.2 Rumusan Masalah Studi pendahuluan yang diksanakan oleh peneliti menghasilkan beberapa temuan permasalahan. Pertama adalah kemiskinan yang menjadi permasalahan utama. Kemiskinan tersebut disebabkan karena desa ini terisolir dan sumberdaya alam di desa ini tidak dapat dimanfaatkan dengan baik. Kedua adalah persepsi tentang retardasi mental. Kebanyakan orang menganggap retardasi mental adalah penyakit yang kemudian tidak bisa ditangani. Kebanyakan orang berpersepsi bahwa orang dengan retardasi mental adalah orang yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketiga, keterampilan masyarakat miskin dan orang dengan retardasi mental. Keterampilan menjadi permsalahan yang menjadi akibat dari tidak terjangkaunya akses pendidikan bagi mereka. Ketidakterjangkauan tersebut kemudian menyebabkan masyarakat miskin dan orang dengan retardasi mental tidak memiliki keterampilan yang bisa digunakan untuk mendapatkan pekerjaan. Permasalahan-permasalahan tersebut diatas kemudian menjadi permasalahan yang mendapatkan prioritas Kepala Desa Karangpatihan untuk segera diselesaikan. Permasalahn tersebut dilaksanakan dengan dengan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di Desa Karangpatihan. Peningkatan sumberdaya manusia tersebut dilaksanakan melalui serangkaian kebijakan, pemberdayaan masyarakat dan merubah image Desa Idiot menjadi Desa Mandiri. 12

13 Kepemimpinan Kepala Desa Karangpatihan dilaksanakan melalui kepemimpinan dalam membuat kebijakan. Membuat kebijakan untuk mengatasi permasalahan yang ada di desanya merupakan salah satu tugas dari Kepala Desa. Kebijakan merupakan Kebijakan atau policy berkaitan dengan perencanaan, pengambilan dan perumusan keputusan, pelaksanaan keputusan, danevaluasi terhadap dampak dari pelaksanaan keputusan tersebut terhadap orang-orang banyak yang menjadi sasaran kebijakan (kelompok target) (Tilar dan Nugroho 2008:189). Penelitian ini akan mengkahi tentang kebijakan-kebijakan apasaja yang menjadi instrumen dari Kepaka Desa Karangpatihan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dan orang dengan retardasi mental. Langkah yang dilakukan oleh Kepada Desa Karangpatihan selain membuat kebijakan adalah dengan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Adapun pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan (Sumodiningrat, 1999). Pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan di Desa Karangpatihan merupakan seranglaian kegiatan untuk memandirikan masyarakat. Ketergantungan masyarakat yang tinggi terhadap bantuan yang diberikan kepadanya membuat Kepala Desa Karangpatihan harus merumuskan langkah-langkah untuk membeaskan masyarakat dari ketergantungan bantuan tersebut. 13

14 Selain itu Kepala Desa Karangpatihan juga melaksanakan kegiatan untuk merubah citra Desa Karangpatihan yang semula dijuluki dengan sebutan Desa Idiot menjadi Desa Mandiri. Perubahan image/citra tersbut menjadi prioritas Kepala Desa selain membuat kebijakan dan pemberdayaan masyarakat. Citra Desa Idiot memang mampu menarik simpati dan empati orang-orang untuk kemudian datang di Desa Karangpatihan dan memberikan bantuan. Namun, citra tersebut haruslah segera diubah seiring dengan kebangkitan Desa Karangpatihan menuju Desa Mandiri. Permasalahan peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan orang dengan retardasi mental di Desa Karangpatihan menjadi topik yang menarik untuk dikaji. Salah satu faktor yang menjadi penyebab adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat tersebut adalah kepemimpinan Kepala Desa Karangpatihan. Pada periode sebelum Eko Mulyadi, peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan orang dengan retardasi mental tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Hal tersebut disebabkan karena peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan orang dengan retardasi mental bukanlah menjadi prioritas. Sedikit menengok kebelakang meilihat Kepemimpinan beberapa Kepala Desa sebelumnya kegiatan untuk meningkatakn kesejahteraan masyarakat miskin dan orang dengan retardasi mental bukan menjadi prioritas. Hal tersebut disebabkan karena persepsi tentang kemiskinan dan retardasi mental. Persepsi tersebut adalah persepsi yang menunjukkan bahwa kemiskinan dan retardasi mental adalah nasib yang tidak bisa diubah melalui kegiatan apapun. Persepsi 14

15 tersebut menunjukkan kurangnya kepekaan sosial. Persepsi tersebut kemudian berdampak pada kebijakan-kebijakan yang dibuat tidak berdampak signifikan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan orang dengan retardasi mental di Desa Karangpatihan. Kepemimpinan Kepala Desa Karangpatihan diwujudkan dengan mempengaruhi masyarakat dan aktor-aktor lain untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Desa Karangpatihan. Thoha (2010:9) kepemimpinan adalah kegiatan untuk memengaruhi perilaku orang lain,atau seni memengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Kegiatan Kepala Desa Karangpatihan diwujudkan melalui langkah-langkah menyadarkan masyarakat tentang arti penting untuk memberikan hak yang sama bagi masyarakat miskin dan orang dengan retardasi mental di Desa Karangpatihan. Hal tersebut adalah hak-hak dari masyarakat miskin dan orang dengan retardasi mental yang selama ini diabaikan. Sebagaimana langkah-langkah baik lainnya. Langkah yang ditempuh oleh Kepala Desa Karangpatihan untuk meningkatkan sumberdaya manusianya menemukan dukungan maupun hambatan. Dukungan dan hambatan tersebut dapat dijadikan pelajaran berharga untuk menjadi bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan selanjutnya. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kepeminpinan Kepala Desa dalam meningkatkan sumberdaya manusia di Desa Karangpatihan? 15

16 2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung yang dialami oleh Kepala Desa dalam upaya peningkatan sumber daya manusia di Desa Karangpatihan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis cara yang dilakukan Kepala Desa dalam meningkatkan sumber daya manusia di Desa Karangpatihan 2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor penghambat dan pendukung Kepala Desa dalam upaya peningkatan sumber daya manusia. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari hasil penelitian: 1. Kontribusi Akademis: Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: a. Secara Teoritis Secara teoritis, pembahasan terhadap masalah-masalah yang telah dirumuskan akan memberi kontribusi pemikiran serta pemahaman mengenai kepemimpinan Kepala Desa dalam meningkatkan sumber daya manusia di Desa Karangpatihan. b. Secara Praktis Pembahasan terhadap masalah ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembaca, khususnya masalah sosial dan ekonomi yang berhubungan dengan Kepemimpinan Kepala Desa (institusi) kepada masyarakat, terutama masyarakat miskin dan penderita retardasi mental. 16

BAB I PENDAHULUAN. retardasi mental atau keterbelakangan mental. Sekitar 48 kepala keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. retardasi mental atau keterbelakangan mental. Sekitar 48 kepala keluarga, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Desa Karangpatihan yang terletak pada sebelah barat Kecamatan Balong yang masyarakatnya berjumlah sekitar 5841 jiwa 1848 kepala keluarga tersebut ternyata

Lebih terperinci

INTERVENSI PSIKOSOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KESEHATAN JIWA WARGA DESA KREBET PONOROGO

INTERVENSI PSIKOSOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KESEHATAN JIWA WARGA DESA KREBET PONOROGO INTERVENSI PSIKOSOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KESEHATAN JIWA WARGA DESA KREBET PONOROGO Dahlia Novarianing Asri1), Dian Ratnaningtyas Afifah2) 1,2 FKIP, Universitas PGRI Madiun Email: 1novarianing@gmail.com

Lebih terperinci

e-journal Boga, Volume 04, Nomor 09, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal 71-75

e-journal Boga, Volume 04, Nomor 09, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal 71-75 71 PENDAHULUAN Pada saat ini dan masa yang akan datang pembangunan di Indonesia memerlukan sumberdaya manusia yang berkualitas, yaitu sumberdaya manusia yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijamin oleh Negara untuk setiap individu didalamnya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dijamin oleh Negara untuk setiap individu didalamnya. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era reformasi dituntut adanya keterbukaan bagi siapapun dan telah dijamin oleh Negara untuk setiap individu didalamnya. Dalam perkembangannya informasi saat ini menuntut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Terdapat perkembangan mental yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Terdapat perkembangan mental yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Retardasi mental suatu keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Terdapat perkembangan

Lebih terperinci

IbM PETERNAK LELE DESA KARANGPATIHAN KECAMATAN BALONG KABUPATEN PONOROGO

IbM PETERNAK LELE DESA KARANGPATIHAN KECAMATAN BALONG KABUPATEN PONOROGO IbM PETERNAK LELE DESA KARANGPATIHAN KECAMATAN BALONG KABUPATEN PONOROGO Munaji,Arif Hartono,Didik Riyanto Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Ponorogo Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA WARGA BERKEBUTUHAN KHUSUS. tanggal 11 September 2007 sesuai dengan keputusan Bupati Ponorogo Nomor 1449

BAB IV PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA WARGA BERKEBUTUHAN KHUSUS. tanggal 11 September 2007 sesuai dengan keputusan Bupati Ponorogo Nomor 1449 BAB IV PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA WARGA BERKEBUTUHAN KHUSUS A. Latar Belakang Obyek 1. Sejarah Desa Sidoharjo Desa Sidoharjo merupakan sebuah desa berdiri secara definitif sejak Selasa Legi

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT RETARDASI MENTAL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KESEHATAN JIWA MELALUI METODE PROVERASI

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT RETARDASI MENTAL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KESEHATAN JIWA MELALUI METODE PROVERASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT RETARDASI MENTAL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KESEHATAN JIWA MELALUI METODE PROVERASI Dahlia Novarianing Asri 1), Dian Ratnaningtyas Afifah 2) 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. kategori tersebut dapat digolongkan menjadi pekerja informal. Berdasarkan data BPS

Bab I. Pendahuluan. kategori tersebut dapat digolongkan menjadi pekerja informal. Berdasarkan data BPS Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pekerja formal dapat digolongkan berdasarkan penduduk yang berusaha dengan dibantu buruh tetap dan juga karyawan atau buruh, tidak termasuk dalam kategori tersebut

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER 4.1. Keadaan Umum Lokasi Desa Cibaregbeg masuk wilayah Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur, yang merupakan tipologi desa dataran rendah dengan luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian bangsa-bangsa di dunia. Hal ini terwujud seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) tetap menjadi ancaman global utama untuk kesehatan dan pembangunan. Defisiensi yodium memiliki beberapa efek buruk pada pertumbuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis ekonomi dan politik yang terjadi sejak akhir tahun 1997 telah menghancurkan struktur bangunan ekonomi dan pencapaian hasil pembangunan di bidang kesejahteraan sosial selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua. menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua. menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya banyak anak dengan disabilitas atau penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia mendapat julukan sebagai Macan Asia dan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia mendapat julukan sebagai Macan Asia dan keberhasilan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan Indonesia periode Orde baru menunjukkan hasil yang signifikan dalam beberapa bidang, mulai dari pengentasan kemiskinan, pembangunan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN

BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN 42 BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Titik Lokasi penelitian ini berada di wilayah Kabupaten Lamongan, dengan luas wilayah kurang lebih 1.812,8 km2 atau

Lebih terperinci

LUARAN 1. NASKAH PUBLIKASI JURNAL NASIONAL ISSN: (PKn Progresif ISSN: )

LUARAN 1. NASKAH PUBLIKASI JURNAL NASIONAL ISSN: (PKn Progresif ISSN: ) LUARAN 1. NASKAH PUBLIKASI JURNAL NASIONAL ISSN: (PKn Progresif ISSN: 1907-5332) STRATEGI PEMENUHAN HAK WARGA MISKIN MELALUI PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN LOKAL DALAM RANGKA KETAHANAN SOSIAL (Studi di Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat perkembangan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat perkembangan pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat perkembangan pembangunan yang telah dilakukan bangsa itu sendiri. Pembangunan merupakan proses perubahan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rendahnya kemampuan anak disebabkan oleh kurangnya kegiatan yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam deteksi dini gangguan perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 35 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis Desa Tegal merupakan salah satu desa dari 8 desa lainnya yang terletak di Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. Secara wilayah, Desa Tegal memiliki luas sekitar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial.

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial. BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA A. Keadaan Geografi Wanayasa merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, terletak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan infrastruktur merupakan bagian dari pembangunan nasional.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan infrastruktur merupakan bagian dari pembangunan nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan infrastruktur merupakan bagian dari pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan usaha yang dilakukan sebagai langkah untuk membangun manusia Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat bisa terpenuhi dari hasil peningkatan kualitas hidup mereka melalui pemenuhan

I. PENDAHULUAN. masyarakat bisa terpenuhi dari hasil peningkatan kualitas hidup mereka melalui pemenuhan I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang yang sangat penting dan krusial. Dikatakan demikian, sebab majunya suatu bangsa atau negara dapat diukur dari, bagaimana kesejahteraan

Lebih terperinci

KONDISI KEHIDUPAN KELUARGA MISKIN DI KOTA CIMAHI Tukino, LPPM STKS Bandung

KONDISI KEHIDUPAN KELUARGA MISKIN DI KOTA CIMAHI Tukino, LPPM STKS Bandung KONDISI KEHIDUPAN KELUARGA MISKIN DI KOTA CIMAHI Tukino, LPPM STKS Bandung Ringkasan Eksekutif Masalah kemiskinan akan sangat berkaitan dengan ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah dan memiliki jumlah penduduk nomor empat di dunia. Saat ini penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Banyak permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Banyak permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial budaya, politik, ekonomi serta pertumbuhan penduduk yang cukup cepat telah mempengaruhi tatanan nilai dan budaya suatu bangsa. Banyak permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda 31 BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR A. Sejarah Desa Sempor Pada jaman dahulu kala ada dua orang putra Eyang Kebrok, namanya belum diketahui mendapat perintah untuk membuat sungai. Putra yang tua membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan dalam dua tahun terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun menjadi 5,2%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan. Kemiskinan telah ada sejak lama pada hampir semua peradaban manusia. Pada setiap belahan dunia dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada

I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan kegiatan perekonomian yang telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan kegiatan perekonomian yang telah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan kegiatan perekonomian yang telah menjadi andalan dan prioritas pengembangan bagi beberapa Negara, terlebih lagi bagi Negara berkembang seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Republik Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan luas sekitar 2/3 bagian (5,8 juta Km 2 ) adalah lautan, dan sekitar 1/3 bagian (2,8 juta km 2 ) adalah daratan,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh :

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI DI KELURAHAN PETEMON KECAMATAN SAWAHAN KOTA SURABAYA (studi mengenai Pengelola Lingkungan) SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu isu penting dalam pelaksanaan pembangunan, bukan hanya di Indonesia melainkan hampir di semua negara di dunia. Dalam Deklarasi Millenium Perserikatan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN II. 1 Deskripsi Desa Muliorejo Desa Muliorejo merupakan salah satu desa / kelurahan yang berada di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sebuah Negara dibangun diatas dan dari desa, desa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sebuah Negara dibangun diatas dan dari desa, desa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai sebuah Negara dibangun diatas dan dari desa, desa merupakan pelopor sistem demokrasi yang otonom dan berdaulat penuh. Sejak lama, desa telah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran. 1. Kondisi Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran. 1. Kondisi Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran 50 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran 1. Kondisi Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran Dinamika pembangunan masyarakat Desa Negara Saka Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM LOKASI 23 GAMBARAN UMUM LOKASI Bab ini menjelaskan keadaan lokasi penelitian yang terdiri dari kondisi geografis, demografi, pendidikan dan mata pencaharian, agama, lingkungan dan kesehatan, potensi wisata, pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 32 BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Wilayah Desa Sumberejo terletak di Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah. Secara astronomis, terletak pada 7 32 8 15

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERIAN PERMAKANAN BAGI PENYANDANG CACAT MISKIN DAN TERLANTAR DI KELURAHAN PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA SKRIPSI

IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERIAN PERMAKANAN BAGI PENYANDANG CACAT MISKIN DAN TERLANTAR DI KELURAHAN PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA SKRIPSI IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERIAN PERMAKANAN BAGI PENYANDANG CACAT MISKIN DAN TERLANTAR DI KELURAHAN PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan merupakan proses. untuk mencapai kondisi yang lebih baik dari sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan merupakan proses. untuk mencapai kondisi yang lebih baik dari sekarang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia saat ini merupakan upaya mencapai tujuan nasional seperti yang dicita-citakan dalam pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Medan yang menyandang status sebagai Pusat Pemerintahan, pusat pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang menuntut kota

Lebih terperinci

BAB VI REFLEKSI HASIL PENDAMPINGAN BERSAMA KELOMPOK TANI

BAB VI REFLEKSI HASIL PENDAMPINGAN BERSAMA KELOMPOK TANI BAB VI REFLEKSI HASIL PENDAMPINGAN BERSAMA KELOMPOK TANI Masyarakat serta kehidupan sosial di Desa Raci Kulon hampir sama dengan kehidupan pada masyarakat lainnya. Desa Raci Kulon merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Sejarah Desa Perawang Barat adalah salah satu Desa hasil dari pemekaran dari Desa Induk yaitu Desa Tualang berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG

BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG 4.1 Kondisi Geografis dan Luas Wilayah Desa Kemang merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana yang tertuang dalam alinea ke empat Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan desa merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, dengan demikian pembangunan desa mempunyai peranan yang penting dan bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pokok merupakan kebutuhan minimal manusia yang mutlak harus dipenuhi untuk menjamin kelangsungan hidup. Kebutuhan pokok manusia terdiri atas, kebutuhan pangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada musim hujan di Indonesia sering terjadi tanah longsor. Pada umumnya terjadi pada daerah perbukitan. Tanah longsor tersebut seringkali membawa kerugian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori dan Konsep 2.1.1. Konsep Kemiskinan Pada umumnya masalah kemiskinan hingga saat ini masih menjadi masalah klasik dan mendapat perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup. Upaya pemenuhan kebutuhan ini, pada dasarnya tak pernah berakhir, karena sifat kebutuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 16 II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Definisi pembangunan masyarakat yang telah diterima secara luas adalah definisi yang telah ditetapkan oleh Peserikatan

Lebih terperinci

PETA SOSIAL DESA CURUG

PETA SOSIAL DESA CURUG PETA SOSIAL DESA CURUG Lokasi Desa Curug merupakan salah satu dari 10 desa yang berada dibawah wilayah administratif Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Letak fisik desa sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 mengamanatkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan guna meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidupnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN 45 ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN Karakteristik Petani Miskin Ditinjau dari kepemilikan lahan dan usaha taninya, petani yang ada di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur dapat dikategorikan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL LOKASI PENDAMPINGAN. Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan. Letak Desa Kalisat sedikit terpencil

BAB IV PROFIL LOKASI PENDAMPINGAN. Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan. Letak Desa Kalisat sedikit terpencil BAB IV PROFIL LOKASI PENDAMPINGAN A. Aspek Geografis Desa Kalisat merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan. Letak Desa Kalisat sedikit terpencil dan lumayan

Lebih terperinci

2014 PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT.

2014 PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemiskinan merupakan masalah sosial yang saling berkaitan dengan faktor lainnya seperti ekonomi, sosial dan budaya. Kemiskinan bukan hanya menjadi masalah

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PROFIL WILAYAH

BAB I PROFIL WILAYAH BAB I PROFIL WILAYAH A. Deskripsi Wilayah 1. Dusun a. Data Geografis 1) Lokasi, Nama dan Luas Padukuhan Padukuhan Pudak terletak di perbukitan yang terletak pada 324 meter di atas permukaan laut. Terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyandang cacat fisik dan mental. lalu. Data jumlah penyandang cacat yang tertera sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. penyandang cacat fisik dan mental. lalu. Data jumlah penyandang cacat yang tertera sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 4 tahun 1997 pasal 1 tentang penyandang cacat, penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental,

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DAMPINGAN. (Kemampuan Tangan, Kepala dan Hati. sayuran secara mandiri dengan metode hidroponik.

BAB IV PROFIL DAMPINGAN. (Kemampuan Tangan, Kepala dan Hati. sayuran secara mandiri dengan metode hidroponik. 70 BAB IV PROFIL DAMPINGAN A. Aset Yang Diunggulkan 1. Personal Aset Personal aset adalah aset aset yang berada di diri masyarakat perorangan seperti keterampilan, bakat, kemampuan, apa yang bisa anda

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ternyata tidak pilih kasih. Artinya, ia tidak saja melanda daerah-daerah yang

BAB V PENUTUP. ternyata tidak pilih kasih. Artinya, ia tidak saja melanda daerah-daerah yang BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kondisi sosial ekonomi masyarakat Gunungkidul dapat dilihat dari tata guna tanah atau penggunaan tanah oleh petani. Penggunaan tanah oleh petani tidak hanya terbatas pada satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyamuk yang terjadi pada suatu daerah tertentu. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2010), Kabupaten Sikka

BAB I PENDAHULUAN. nyamuk yang terjadi pada suatu daerah tertentu. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2010), Kabupaten Sikka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah merambah ke berbagai bidang kehidupan manusia, tak terkecuali bidang kesehatan yang senantiasa mengadaptasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah disabilitas mungkin kurang akrab di dengar masyarakat Indonesia, namun jika istilah penyandang cacat banyak yang mengetahui atau sering digunakan di tengah

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia hingga saat ini belum mampu mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat masih belum merasakan

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Lokasi KKN

A. Gambaran Umum Lokasi KKN BAB I PENDAHULUAN Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu cara meningkatkan kesadaran masyarakat akan suatu hal, pemberdayaan juga dapat didefinisikan memanfaatkan sumberdaya yang terdapat pada suatu wilayah

Lebih terperinci

Model Pemberdayaan Masyarakat Tunagrahita di Kampung Idiot Kabupaten Ponorogo

Model Pemberdayaan Masyarakat Tunagrahita di Kampung Idiot Kabupaten Ponorogo Otoritas : Jurnal Ilmu Pemerintahan, 6 (1), April 2016, 21-27 Model Pemberdayaan Masyarakat Tunagrahita di Kampung Idiot Kabupaten Ponorogo Dian Suluh Kusuma Dewi*) Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retardasi mental adalah keadaan dengan intelegensi yang kurang (subnormal) sejak awal masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya juga terdapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perolehan pangan yang cukup baik dalam jumlah maupun mutu merupakan sesuatu yang penting bagi setiap manusia agar dapat hidup secara berkualitas. Oleh karena itu hak atas kecukupan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi pada anak pra sekolah akan menimbulkan. perbaikan status gizi (Santoso dan Lies, 2004: 88).

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi pada anak pra sekolah akan menimbulkan. perbaikan status gizi (Santoso dan Lies, 2004: 88). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini masalah pangan di Indonesia masih menjadi masalah besar. Gizi merupakan salah satu faktor penentu pertama kualitas sumber daya manusia. Kekurangan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH 60 5.1. Latar Belakang Program BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH Pembangunan Sosial berbasiskan komunitas merupakan pembangunan yang menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS NAIKNYA KEMISKINAN DI KABUPATEN PONOROGO DARI TAHUN TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI

ANALISIS NAIKNYA KEMISKINAN DI KABUPATEN PONOROGO DARI TAHUN TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI ANALISIS NAIKNYA KEMISKINAN DI KABUPATEN PONOROGO DARI TAHUN 2012-1013 TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI Disusun Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Pembangunan Oleh : Nama: NURUL

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pedesaan sebagai bagian dari pembangunan nasional memfokuskan diri pada masalah kemiskinan di pedesaan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2006

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal ekonomi. Salah

Lebih terperinci

1.3. BIDANG KEGIATAN KKN-PPM

1.3. BIDANG KEGIATAN KKN-PPM BAB I PENDAHULUAN 1.1. JUDUL TEMA Pemberdayaan dan Peningkatan Potensi Bidang Pertanian dan Perkebunan dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa Tiga. 1.2. LOKASI Desa Tiga, Kecamatan Susut,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR 33 BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR A. Letak Geografis Berdirinya desa pujud pada tahun ± 1901, dimana desa ini di sebelah barat berbatasan dengan desa kasangbangsawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan proses yang harus dilalui setiap negara dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan proses yang harus dilalui setiap negara dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses yang harus dilalui setiap negara dari masa ke masa. Pembangunan merupakan perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi

Lebih terperinci

PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR. Kondisi Geografis. Struktur Kependudukan. ]. k

PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR. Kondisi Geografis. Struktur Kependudukan. ]. k 13 PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR Profil Desa Cihideung Ilir memuat informasi mengenai desa yang dijadikan tempat penelitian. Adapun informasi yang tersaji dalam bab ini adalah mengenai kondisi geografis Desa

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas penyatuan minat dari negara anggota ASEAN untuk

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas penyatuan minat dari negara anggota ASEAN untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah realisasi atas tujuan akhir dari integrasi ekonomi sebagaimana telah disertakan dalam visi 2020 yang berdasarkan atas

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS)

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) BUKU 4b SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Ranking Kemiskinan dan Transek Lingkungan Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Dataran Tinggi Dieng kurang lebih berada di ketinggian 2093 meter dari permukaan laut dan dikelilingi oleh perbukitan. Wilayah Dieng masuk ke

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam 1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Mereka bersih seperti kertas putih ketika

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan 29 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Teluk Mesjid Desa Teluk Mesjid adalah suatu wilayah di kecamatan Sungai Apit kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

BAB. II GAMBARAN TENTANG DESA PAYUNG SEKAKI KECAMATAN TAMBUSAI UTARA ROHUL

BAB. II GAMBARAN TENTANG DESA PAYUNG SEKAKI KECAMATAN TAMBUSAI UTARA ROHUL 1 BAB. II GAMBARAN TENTANG DESA PAYUNG SEKAKI KECAMATAN TAMBUSAI UTARA ROHUL A. Sejarah Desa Pada masa Orde Baru tepatnya pada masa kepimimpinan Presiden SUHARTO pada tahun 1982. Warga Masyarakat umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan daerah di kawasan timur Indonesia yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan daerah di kawasan timur Indonesia yang mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Papua merupakan daerah di kawasan timur Indonesia yang mengalami ketertinggalan pembangunan selama beberapa dekade. Pada era otonomi daerah, kebijakan Otonomi Khusus

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghendaki berbagai penyelenggaraan pendidikan dengan program-program

BAB I PENDAHULUAN. menghendaki berbagai penyelenggaraan pendidikan dengan program-program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan

Lebih terperinci