FORMASI JABATAN FUNGSIONAL FORMASI PENELITI JABATAN FUNGSIONAL PENELITI PEDOMAN PERHITUNGAN
|
|
- Hamdani Agusalim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 FORMASI JABATAN FUNGSIONAL FORMASI PENELITI JABATAN FUNGSIONAL PENELITI PEDOMAN PERHITUNGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA, 2017
2 PEDOMAN PERHITUNGAN Daftar isi I. PENDAHULUAN II. INDIKATOR KINERJA III. PERHITUNGAN FORMASI IV. APLIKASI FORMASI PENDAHULUAN Dalam suatu organisasi, terdapat berbagai sumber daya yang mendukung aktifitas dan/atau kegiatan organisasi tersebut dalam mencapai tujuan organisasi. Proporsi dan komposisi sumber daya (SDM, Dana, dan Sarpras) perlu diperhatikan agar komposisi beban kerja antara kebutuhan organisasi terhadap sumber daya menjadi efektif dan efisien. Output beserta jumlah targetnya merupakan ukuran kinerja yang accountable untuk melihat kapabilitas suatu organisasi. 1
3 Latar Belakang Sebagai instansi pembina jabatan fungsional peneliti, LIPI diamanahkan untuk menyusun aturan terkait dengan jabatan fungsional peneliti, termasuk menyusun kebutuhan/formasi jabatan. Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan formasi peneliti adalah pendekatan berbasis output. Pendekatan berbasis output merupakan pendekatan yang melihat secara spesifik capaian yang dituju dalam suatu organisasi serta terukur dengan jelas, dan dapat dievaluasi dalam jangka waktu tertentu. Mengapa menggunakan pendekatan berbasis output? karena dengan pendekatan ini mampu mengenaralisir perbedaan pola kerja masing-masing lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) terutama yang berbeda secara keilmuan dan jenis kegiatannya. Karakteristik pola kerja lembaga litbang berbeda satu dengan lainnya, misalkan, pola kerja yang menghabiskan waktu di laboratorium akan berbeda dengan pola kerja yang menghabiskan waktu di tengah-tengah masyarakat langsung atau pola kerja keteknikan. Pendekatan berbasis output melihat dan menentukan kesamaan dalam capaian lembaga litbang secara umum, meskipun pola kerja yang berbeda. Tujuan Tujuan dari disusunnya formula perhitungan untuk jabatan fungsional peneliti antara lain: 1. Memberikan pedoman bagi instansi terutama organisasi yang cakupan pekerjaannya terkait dengan kegiatan litbang dalam menentukan komposisi pegawai (peneliti) yang diperlukan sebagai acuan dasar dalam rekrutmen peneliti baru dan kenaikan jenjang jabatan. 2. Memetakan komposisi Sumber Daya Manusia (Peneliti) di lingkungan Litbang Pemerintah untuk melihat kebutuhan peneliti secara nasional. 3. Dalam jangka panjang, dapat digunakan sebagai informasi kelompok penelitian dan komposisi peneliti by name by expertise yang ada di lembaga litbang secara nasional serta dapat disinkronisasikan dengan kebutuhan program pemerintah nasional. 2 INDIKATOR KINERJA KEGIATAN () Indikator kinerja kegiatan merupakan alat ukur pencapaian output/kinerja kegiatan. Dalam pencapaian output lembaga litbang, diperlukan sumberdaya yang mumpuni dan tak lepas dari pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dan tanggung jawab bagi lembaga litbang dan termasuk peneliti dalam menentukan dan mencapai output, yaitu;
4 Science for Science, merupakan tanggungjawab lembaga litbang dalam hal ini seorang peneliti itu sendiri dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi demi keberlangsungan dunia penelitian, organisasi berperan dalam mendukung sumberdaya lainnya. Output lembaga litbang sebaiknya menintikberatkan pada hal ini, karena hal ini yang menjadi ukuran secara universal dalam menilai kapabilitas lembaga litbang. Science for Stakeholder, merupakan tanggung jawab seorang peneliti dan juga lembaga litbang dalam mendukung pembuatan kebijakan baik kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun pihak lainnya, agar kebijakan yang dikeluarkan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah yang merupakan hasil dari suatu kegiatan litbang. Science for Community, merupakan peran lembaga litbang dan peneliti dalam menghasilkan suatu produk yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Ketiga hal diatas merupakan output ideal yang harus ada secara keseluruhan disuatu lembaga litbang, namun tetap dapat disesuaikan dengan fokus dan tugas pokok serta fungsi masing-masing lembaga litbang tersebut. Terdapat beberapa lembaga litbang yang secara keseluruhan memfokuskan kepada tiga hal tersebut diatas, namun juga ada yang memfokuskan kegiatan pada beberapa poin saja. Hal ini tentunya dapat menjadi justifikasi suatu lembaga litbang dalam melakukan kegiatan, menghasilkan output dan menyebarluaskan hasil penelitian kepada publik. merupakan target tahunan yang diturunkan dari Indikator Kinerja Program yang acuan utamanya adalah Rencana Strategis Instansi. Oleh karenanya, sebelum lembaga litbang menganalisis kebutuhan jumlah formasi pejabat fungsional peneliti, perlu adanya penyelarasan yang ada dimasing-masing lembaga dengan butir kegiatan sebagai output/hasil kerja lembaga litbang yang menjadi tolak ukur kapabilitas suatu lembaga litbang pada umumnya. Butir kegiatan ini merupakan acuan dasar dalam menentukan formasi jabatan fungsional peneliti (tabel 1). Tabel 1. Butir Kegiatan Hasil Kerja Lembaga Litbang No. Butir Kegiatan Hasil Kerja Keterangan Pemakalah di pertemuan Ilmiah Terindeks Global Pemakalah di pertemuan ilmiah eksternal instansi Pemakalah di pertemuan ilmiah dengan prosiding yang diterbitkan oleh penerbit minimal terindeks Scopus Pemakalah di pertemuan ilmiah dengan peserta dari beberapa instansi 3
5 KTI diterbitkan di jurnal ilmiah terindeks global bereputasi KTI diterbitkan di jurnal ilmiah terakreditasi nasional KTI diterbitkan di prosiding ilmiah terindeks global KTI diterbitkan di prosiding ilmiah nasional Buku Ilmiah diterbitkan oleh penerbit eksternal Buku Ilmiah diterbitkan oleh penerbit internal Transaksi lisensi dengan mitra global Transaksi lisensi dengan mitra nasional Transaksi lisensi dengan mitra lokal Kekayaan intelektual bersertifikat yang telah dikabulkan Kekayaan intelektual bersertifikat terdaftar 14. Naskah Akademis (1) 15. Naskah Akademis (2) Jurnal ilmiah minimal terindeks Scopus Jurnal ilmiah terakreditasi oleh LIPI atau Dikti Prosiding pertemuan ilmiah diterbitkan oleh penerbit minimal terindeks Scopus Prosiding pertemuan ilmiah diterbitkan oleh penerbit yang tidak terindeks Penerbit nasional anggota IKAPI atau internasional atau berstatus Publishing Houses. Termasuk penerbit yang berdiri sendiri dalam suatu instansi.(contoh: LIPI Press, IAARD, dll) Penerbit yang tidak memenuhi salah satu kriteria nomor 7 Mitra berstatus PMA atau diluar Indonesia Mitra berstatus PMDN/PT Mitra berstatus UMKM, CV Paten Granted, Hak Cipta Perangkat Lunak, PVT, Desain Industri Paten, Hak Cipta Perangkat Lunak, PVT, Desain Industri Lampiran RUU, RPerpu, RPP, RPerpres, dan RPeraturan Lembaga Yudikatif Lampiran RPermen, RPerka, RPerdirjen, RPerda, dan RPeraturan Lembaga Struktural lainnya 4 PERHITUNGAN FORMASI Data Data yang diperlukan dalam perhitungan formasi adalah sebagai berikut. 1. Dokumen Penetapan Kinerja () unit kerja litbang. 2. Data kelompok kegiatan penelitian beserta jumlah dan jenjang peneliti bezzeting/existing dimasing-masing kelompok kegiatan (penelitian, pengembangan dan/atau pengkajian).
6 Formula Formula untuk menghitung formasi ditentukan dengan menggunakan persamaan/formula yang diperoleh melalui perhitungan jumlah peneliti dalam menghasilkan target output secara nasional. Rumusan formasi dikategorisasi menjadi 2 (dua) bagian, sesuai dengan bidang ilmu, jenis, dan hasil kerja setiap jenjangnya (tabel 2.). Dua kategori yang dimaksud tersebut, yaitu: 1. Kategori I : Hasil kerja untuk jenjang Peneliti Utama dan Madya, 2. Kategori II : Hasil kerja untuk jenjang Peneliti Muda dan Pertama. Selanjutnya, dalam pengkelompokkan bidang ilmu dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok kegiatan penelitian, yaitu: 1. Bidang Ilmu Teknik; 2. Bidang Ilmu Alam; 3. Bidang Ilmu Sosial. Tabel 2. Kategorisasi No. Butir Kegiatan Hasil Kerja Kategori 1. Pemakalah di pertemuan Ilmiah Terindeks Global I 2. Pemakalah di pertemuan ilmiah eksternal instansi II 3. KTI diterbitkan di jurnal ilmiah terindeks global bereputasi I 4. KTI diterbitkan di jurnal ilmiah terakreditasi nasional II 5. KTI diterbitkan di prosiding ilmiah terindeks global I 6. KTI diterbitkan di prosiding ilmiah nasional II 7. Buku Ilmiah diterbitkan oleh penerbit eksternal I 8. Buku Ilmiah diterbitkan oleh penerbit internal II 9. Transaksi lisensi dengan mitra global I 10. Transaksi lisensi dengan mitra nasional I 11. Transaksi lisensi dengan mitra lokal II 12. Kekayaan intelektual bersertifikat yang telah dikabulkan I 13. Kekayaan intelektual bersertifikat terdaftar II 14. Naskah Akademis (1) I 15. Naskah Akademis (2) II Jumlah formasi jabatan fungsional peneliti didasarkan pada jumlah/volume target dari setiap, artinya volume akan mempengaruhi jumlah formasi. Sehingga hubungan kedua variabel tersebut diformulakan sebagai berikut: Dimana: y = mx + c (1) y = jumlah formasi setiap jenis per bidang ilmu per kategori m = nilai koefisien dari x per bidang ilmu per kategori x = volume yang dihasilkan setiap 5
7 c = konstanta per bidang ilmu per kategori Dengan menggunakan tahun dasar 2017, diperoleh formula perhitungan formasi berdasarkan kelompok bidang ilmu dan kategorisasi yaitu: 1. Bidang Ilmu Teknik Kategori I : y = x (2) Kategori II : y = 0.598x (3) 2. Bidang Ilmu Alam Kategori I : y = x (4) Kategori II : y = x (5) 3. Bidang Ilmu Sosial Kategori I : y = x (6) Kategori II : y = x (7) Catatan: Nilai koefisien dan konstanta masing-masing formula dapat berubahn sesuai dengan data akhir dalam penyusunan pedoman. Contoh Perhitungan Bidang Ilmu Teknik: Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) memiliki 2 (dua) kelompok kegiatan penelitian yaitu: 1. Eksplorasi Bahan Galian Nuklir Data sebagai berikut: Vol. KTI diterbitkan di jurnal ilmiah terakreditasi nasional 6 KTI diterbitkan di prosiding ilmiah nasional 4 KTI tidak diterbitkan 7 KTI yang terbit dalam bentuk buku oleh penerbit nasional 1 Jumlah peneliti existing: Peneliti Utama Peneliti Madya Peneliti Muda Peneliti Pertama Teknologi Penambangan dan Pengolahan Data sebagai berikut: Vol. Menciptakan pilot project berbasis paten 1 KTI diterbitkan di jurnal ilmiah terakreditasi nasional 2 KTI diterbitkan di prosiding ilmiah nasional 2
8 KTI tidak diterbitkan 2 Jumlah peneliti existing: Peneliti Utama Peneliti Madya Peneliti Muda Peneliti Pertama Perhitungan: Langkah 1. Penentuan Kategorisasi Sesuaikan jenis dengan nomor pada tabel 2. Sehingga setelah disesuaikan, didapatkan dan kategorinya sebagai berikut: 1. Eksplorasi Bahan Galian Nuklir No. (Tabel 2) Kategori KTI diterbitkan di jurnal ilmiah terakreditasi nasional 4 II KTI diterbitkan di prosiding ilmiah nasional 6 II KTI tidak diterbitkan - - KTI yang terbit dalam bentuk buku oleh penerbit nasional 7 I 2. Teknologi Penambangan dan Pengolahan No. (Tabel 2) Kategori Menciptakan pilot project berbasis paten 13 II KTI diterbitkan di jurnal ilmiah terakreditasi nasional 4 II KTI diterbitkan di prosiding ilmiah nasional 6 II KTI tidak diterbitkan - - Langkah 2. Substitusi formula 1. Substitusikan formula (2), (3), (4), (5), (6), atau (7) ke masing - masing kelompok kegiatan penelitian berdasarkan bidang ilmu dan kategori. 2. Gunakan angka maksimal, hasil dari perhitungan masing-masing untuk mendapatkan formasi perkategori. 2.1 Eksplorasi Bahan Galian Nuklir KTI diterbitkan di jurnal ilmiah terakreditasi nasional No. (Tabel 2) Kategori Vol 4 II 6 7
9 KTI diterbitkan di prosiding ilmiah nasional 6 II 4 KTI tidak diterbitkan KTI yang terbit dalam bentuk buku oleh penerbit nasional 7 I 1 Oleh karena kegiatan Eksplorasi Galian Nuklir merupakan kegiatan dalam bidang Teknik, maka formula yang digunakan adalah formula untuk bidang teknik yaitu formula (2) untuk kategori I dan formula (3) untuk kategori II. Kategori I : y = x N0.7 y = (1) ; y = 3 Untuk itu, formasi peneliti utama dan madya pada kegiatan eksplorasi bahan dan galian nuklir adalah sebanyak 3 orang. Komposisi sebaran untuk peneliti utama dan madya ditentukan sesuai kebutuhan masingmasing instansi. Kategori II : y = 0.598x No.4 y = (6) ; y = 8 - No.6 y = (4) ; y = 6 Untuk itu, formasi peneliti muda dan pertama pada kegiatan eksplorasi bahan dan galian nuklir adalah sebanyak 8 orang. Komposisi sebaran untuk peneliti muda dan pertama, ditentukan sesuai kebutuhan masing-masing instansi. 2.2 Teknologi Penambangan dan Pengolahan No. Vol Kategori (Tabel 2) Menciptakan pilot project berbasis paten 13 II 1 KTI diterbitkan di jurnal ilmiah terakreditasi 4 2 II nasional KTI diterbitkan di prosiding ilmiah nasional 6 II 2 KTI tidak diterbitkan Oleh karena pada kegiatan Teknologi Penambangan dan Pengolahan merupakan kegiatan dalam bidang Teknik, maka formula yang digunakan adalah formula untuk bidang teknik dengan Kategori II, dan tidak ada yang merepresentasikan untuk kategori I : 8 Kategori II: y = 0.598x No.13 y = 0.598(1) ; y = 5 - No.4 y = 0.598(2) ; y = 5 - No.6 y = 0.598(2) ; y = 5
10 Untuk itu, formasi peneliti muda dan pertama pada kegiatan teknologi penambangan dan pengolahan adalah sebanyak 5 orang. Komposisi sebaran untuk peneliti muda dan pertama, ditentukan sesuai kebutuhan masing-masing instansi. Langkah 3. Menghitung Lowongan Formasi Menghitung formasi untuk masing-masing kategori adalah dengan menentukan formasi pada langkah 2, dikurangi dengan jumlah peneliti existing pada kategori tersebut, sehingga didapatkan jumlah lowongan formasi peneliti pada kategori tersebut. Dari jumlah tersebut, ditentukan sebaran ke masing-masing jenjang dalam 1 (satu) kategori. Catatan: sebaran masing-masing jenjang pada kategori ditentukan oleh masing - masing instansi sesuai dengan kebutuhan. 3.1 umlah peneliti existing untuk Kegiatan Eksplorasi Bahan Galian Nuklir: Peneliti Utama Peneliti Madya Peneliti Muda Peneliti Pertama Jumlah peneliti kategori I = 2 Jumlah peneliti kategori II = 6 Formasi = 3 Formasi = 8 Lowongan: 3 2 = 1 Lowongan: 8 6 = 2 Jumlah Formasi untuk kategori I = 3, sedangkan jumlah existing = 2. Sehingga lowongan formasi untuk kategori I sebanyak 3 2 = 1 (satu) peneliti yang komposisi sebarannya ditentukan oleh masing-masing instansi dengan mempertimbangkan kebutuhan. Jumlah Formasi untuk kategori II = 8, sedangkan jumlah existing = 6. Sehingga lowongan formasi untuk kategori II sebanyak 8 6 = 2 (dua) peneliti yang komposisi sebarannya ditentukan oleh masing-masing instansi dengan mempertimbangkan kebutuhan. 3.2 Jumlah peneliti existing untuk Teknologi Penambangan dan Pengolahan; Peneliti Utama Peneliti Madya Peneliti Muda Peneliti Pertama Jumlah peneliti kategori I = 0 Jumlah peneliti kategori II = 3 0 Formasi = 5 Lowongan : 0 Lowongan: 5 3 = 2 Jumlah Formasi untuk kategori II = 5, sedangkan jumlah existing = 3. Sehingga lowongan formasi untuk kategori II sebanyak 5 3 = 2 (dua) peneliti yang 9
11 komposisi sebarannya ditentukan oleh masing-masing instansi dengan mempertimbangkan kebutuhan. Secara umum, dapat diketahui bahwa: Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) jumlah formasi untuk kategori I adalah sebanyak 3 orang dan sudah terisi sebanyak 2 orang, sehingga lowongan formasi sebanyak 1 orang. Sedangkan untuk kategori II jumlah formasi sebanyak 8 orang dan sudah terisi sebanyak 6 orang, sehingga lowongan formasi sebanyak 2 orang. Pusat Teknologi Penambangan dan Pengolahan, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) jumlah formasi untuk kategori I adalah sebanyak 0 orang. Sedangkan untuk kategori II jumlah formasi sebanyak 8 orang dan sudah terisi sebanyak 6 orang, sehingga lowongan formasi sebanyak 2 orang. APLIKASI FORMASI Saat ini aplikasi terkait formasi sedang dikembangkan oleh Pusbindiklat Peneliti LIPI, formasi ini akan terhubung dengan aplikasi e-peneliti, dan menjadi basis dalam pengajuan kenaikan jenjang. Untuk itu masing-masing peneliti diharapkan dapat mengisi data diri dalam e-formasi agar terindentifikasi kedalam sistem formasi. Data terkait formasi akan selalu diupdate melalui: formasi.pusbindiklat.lipi.go.id 10
FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENELITI PEDOMAN PERHITUNGAN
FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENELITI PEDOMAN PERHITUNGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA, 2017 FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENELITI PEDOMAN PERHITUNGAN Daftar isi I. PENDAHULUAN II. INDIKATOR KINERJA
Lebih terperinciPERHITUNGAN FORMASI JF PENELITI
JAKARTA, 16 MEI 2017 PERHITUNGAN FORMASI JF PENELITI FORMASI JF PENELITI KEMENTERIAN A PENELITI PERTAMA PENELITI MUDA PENELITI MADYA PENELITI UTAMA PUSLIT X PUSLIT Y PUSLIT Z BALAI X 1 DATA YANG DIPERLUKAN
Lebih terperinciPERHITUNGAN FORMASI JF PENELITI
PERHITUNGAN FORMASI JF PENELITI FORMASI JF PENELITI KEMENTERIAN A PENELITI PERTAMA PENELITI MUDA PENELITI MADYA PENELITI UTAMA PUSLIT X PUSLIT Y PUSLIT Z BALAI X 1 DATA YANG DIPERLUKAN 1. Dokumen Penetapan
Lebih terperinciPenyusunan Formasi Jabatan Fungsional Peneliti
Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Peneliti DATA YANG DIPERLUKAN 1. Dokumen Penetapan Kinerja (IKK) unit kerja. 2. Data kelompok kegiatan penelitian beserta jumlah dan jenjang peneliti existing. 2 Butir
Lebih terperinciPEMETAAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENELITI
PEMETAAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENELITI ISI: Formulir 1. Penetapan Kinerja Unit Kerja Tahun 2017 Formulir 2. Pemetaan Formasi Jabatan Fungsional CONTOH F1 CONTOH F2 F.1 Formulir 1. Penetapan Kinerja
Lebih terperinciPEMETAAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENELITI
PEMETAAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENELITI ISI: Formulir 1. Penetapan Kinerja Unit Kerja Tahun 2017 Formulir 2. Pemetaan Formasi Jabatan Fungsional CONTOH F1 CONTOH F2 F.1 Nama Satuan Kerja: Instansi:
Lebih terperinciDRAF PERKA LIPI INPASSING DALAM JABATAN FUNGSIONAL PENELITI. Kepala Pusbindiklat Peneliti LIPI Prof. Dr. Dwi Eny Djoko S., M.Sc.
DRAF PERKA LIPI INPASSING DALAM JABATAN FUNGSIONAL PENELITI Kepala Pusbindiklat Peneliti LIPI Prof. Dr. Dwi Eny Djoko S., M.Sc. Public Hearing Jakarta, 16 Mei 2017 INPASSING DALAM JF PENELITI PERMENPAN
Lebih terperinciSOSIALISASI. PERKA LIPI No 05 tahun Kepala Pusbindiklat Peneliti LIPI Prof. Dr. Dwi Eny Djoko S., M.Sc.
SOSIALISASI PERKA LIPI No 05 tahun 2017 Kepala Pusbindiklat Peneliti LIPI Prof. Dr. Dwi Eny Djoko S., M.Sc. Sosialisasi Inpassing Jakarta, 3 Agustus 2017 DASAR INPASSING PERMENPAN NO 26 TAHUN 2016 Pengangkatan
Lebih terperinciJabatan Fungsional Peneliti pada era ASN
Jabatan Fungsional Peneliti pada era ASN REGULASI 1. UU no 5/2014 tentang ASN 2. Permen PAN RB no. 26/2016 tentang Penyesuaian ke JF 3. PP no 11/2017 tentang Manajemen PNS 4. Perka LIPI no 5/2017 tentang
Lebih terperinciAPARATUR SIPIL NEGARA
JAbAtAN FuNgSioNAl peneliti pada era ASN REGULASI 1. UU no 5/2014 tentang ASN 2. RPP Tentang Gaji, Tunjangan dan Fasilitas PNS 3. PP no 11/2017 -tentang Manajemen PNS 4. RPP tentang Manajemen P3K 5. Permen
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN
Lebih terperinci-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA REPUBLIK INDONESIA,
-1- RANCANGAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA
Lebih terperinci-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REPUBLIK INDONESIA,
-1- SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN FUNGSIONAL PENELITI MELALUI PENYESUAIAN/INPASSING
Lebih terperinciTantangan dan Peluang JFP pasca PP no. 11/2017 tentang Manajemen PNS. Tim LIPI
Tantangan dan Peluang JFP pasca PP no. 11/2017 tentang Manajemen PNS Tim LIPI MANAJEMEN ASN UU no. 5/2014 Aparatur Sipil Negara PP no. 70/2015 Jaminan Kecelakaan dan Jaminan Kematan bagi Pegawai ASN PP
Lebih terperinci-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA REPUBLIK INDONESIA,
-1- SALINAN PERATURAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENGANGKATAN
Lebih terperinciSosialisasi Regulasi JFP dalam kerangka UU ASN
Sosialisasi Regulasi JFP dalam kerangka UU ASN Tim Kajian KepmenPAN 128/2004 POLA MANAJEMEN ASN UU no 5/2014 tentang ASN R-PP Manajemen PNS APARATUR SIPIL NEGARA # Aparatur Sipil Negara - PNS (Pegawai
Lebih terperinciDiskusi Publik Regulasi JFP dalam kerangka UU ASN. Tim LIPI
Diskusi Publik Regulasi JFP dalam kerangka UU ASN Tim LIPI MANAJEMEN ASN UU no. 5/2014 Aparatur Sipil Negara PP no. 70/2015 Jaminan Kecelakaan dan Jaminan Kematian bagi Pegawai ASN PP no. 11/2017 Manajemen
Lebih terperinciSosialisasi Regulasi JFP dalam kerangka UU ASN
Sosialisasi Regulasi JFP dalam kerangka UU ASN Tim Kajian KepmenPAN 128/2004 POLA MANAJEMEN ASN UU no 5/2014 tentang ASN R-PP Manajemen PNS APARATUR SIPIL NEGARA # Aparatur Sipil Negara - PNS (Pegawai
Lebih terperinciWILL I SURVIVE??? Team Perumus JABFUNG
WILL I SURVIVE??? Team Perumus JABFUNG Pusbindiklat Peneliti -LIPI 2 Pusbindiklat Peneliti -LIPI 3 Pusbindiklat Peneliti -LIPI 7 Pusbindiklat Peneliti -LIPI 8 142 JF Pusbindiklat Peneliti -LIPI 9 CONTOH
Lebih terperinciTantangan dan Peluang JFP pasca PP no. 11/2017 tentang Manajemen PNS. Tim LIPI
Tantangan dan Peluang JFP pasca PP no. 11/2017 tentang Manajemen PNS Tim LIPI MANAJEMEN ASN UU no. 5/2014 Aparatur Sipil Negara PP no. 70/2015 Jaminan Kecelakaan dan Jaminan Kematian bagi Pegawai ASN PP
Lebih terperinciSOSIALISASI PERATURAN KEPALA LIPI NO. 02 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PENELITI. Bogor, 11 September 2014
SOSIALISASI PERATURAN KEPALA LIPI NO. 02 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PENELITI Bogor, 11 September 2014 PENDAHULUAN Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/128/M.PAN/9/2004:
Lebih terperinciWILL I SURVIVE??? Team Perumus JABFUNG
WILL I SURVIVE??? Team Perumus JABFUNG Pusbindiklat Peneliti -LIPI 2 Pusbindiklat Peneliti -LIPI 3 Pusbindiklat Peneliti -LIPI 7 Pusbindiklat Peneliti -LIPI 8 142 JF Pusbindiklat Peneliti -LIPI 9 CONTOH
Lebih terperinciPENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI
Lampiran I 1. Jumlah pusat unggulan Iptek Mengukur kinerja kelembagaan Iptek 2. Jumlah peneliti per 1 juta penduduk Mengukur kualitas SDM Iptek 3. Jumlah kekayaan intelektual hasil litbangyasa Iptek Mengukur
Lebih terperinciB. KRITERIA DAN INDIKATOR PENILAIAN SATKER LINGKUP BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
B. KRITERIA DAN INDIKATOR SATKER LINGKUP BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN STANDAR ALAT PANDUAN I. SUBSTANSI PENELITIAN 1.1. Progress capaian RPI 1.2. Progress pelaksanaan PIU Merupakan tolok
Lebih terperinciMenghadapai era ASN Jabatan Fungsional Peneliti
Menghadapai era ASN 208 Jabatan Fungsional Peneliti Tim Kajian KepmenPAN 28/2004 POLA MANAJEMEN ASN UU no 5/204 tentang ASN https://intra.lipi.go.id/direktori/regulasi/lipi39044648.pdf APARATUR SIPIL NEGARA
Lebih terperinciLEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA TAHUN 2010
PERATURAN KEPALA LIPI NOMOR 04/E/2009 TENTANG STANDAR JABATAN FUNGSIONAL PENELITI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA TAHUN 2010 1 STANDAR JABATAN FUNGSIONAL PENELITI MENJAMIN OBJEKTIVITAS, KEADILAN DAN
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA LIPI NOMOR 05/E/2009 TENTANG PEDOMAN FORMASI PENELITI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA 2010
PERATURAN KEPALA LIPI NOMOR 05/E/2009 TENTANG PEDOMAN FORMASI PENELITI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA 2010 1 PENGERTIAN : Formasi adalah jumlah dan susunan Pangkat PNS yang diperlukan oleh satuan organisasi
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI. Revisi 1
RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI Revisi 1 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2016 RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL
Lebih terperinciDibuat dalam rangka Workshop Simlitabmas bagi Operator Perguruan Tinggi Swasta di lingkungan Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII
Simlitabmas dan Strategi Pengembangan Tata Kelola Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Swasta dalam penerimaan hibah dari Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
Lebih terperinciTUNTUTAN KOMPETENSI PENELITI / PENGKAJI TERKAIT DENGAN JENJANG FUNGSIONAL. Elna Karmawati. Lembang, 02 November 2014
TUNTUTAN KOMPETENSI PENELITI / PENGKAJI TERKAIT DENGAN JENJANG FUNGSIONAL Elna Karmawati Lembang, 02 November 2014 KOMPETENSI 1. Kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh PNS yang diperlukan dalam
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi
LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung, 2016 CATATAN/REVIEW PEJABAT ESELON 1 Bagian ini diisi catatan/review
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi
LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung, 2016 CATATAN/REVIEW PEJABAT ESELON 1 Bagian ini diisi catatan/review pejabat
Lebih terperinciLaporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Badan Litbang Pertanian Tahun 2014 BAB V. PENUTUP
BAB V. PENUTUP Sekretariat Badan Litbang Pertanian sesuai tugas pokok dan fungsinya untuk memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur Badan Litbang Pertanian, pada tahun 2014 mengimplementasikan
Lebih terperinciWALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT
WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang : a.
Lebih terperinciAKREDITASI PENERBIT BUKU ILMIAH. Rahmi Lestari Helmy, M.Si
AKREDITASI PENERBIT BUKU ILMIAH Rahmi Lestari Helmy, M.Si Disampaikan pada Forum Himpenindo tanggal 10 Januari 2017 Ruang Seminar/Auditorium Gedung A lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto no 10 Jakarta UPT Balai
Lebih terperinciDISAMPAIKAN OLEH; Dr. Ir. Haryatno Dwi Prabowo, M.Sc. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta
DISAMPAIKAN OLEH; Dr. Ir. Haryatno Dwi Prabowo, M.Sc. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta Yogyakarta, 25 Mei 2015 Unsur Penunjang 20% Unsur Utama 80% 80% Unsur Utama:
Lebih terperinciPANDUAN ANUGERAH IPTEK PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN (PRAYOGASALA)
PANDUAN ANUGERAH IPTEK PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN (PRAYOGASALA) Dalam Rangka Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Ke-18 Tahun 2013 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2013 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 47 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DI DAERAH DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 05/E/2009 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENELITI
Menimbang PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 05/E/2009 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENELITI KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA, : a. bahwa untuk mendapatkan
Lebih terperinciKonferensi. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
Konferensi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan 1 2017 Makna konferensi = Pertemuan formal sekelompok individu atau perwakilan dari beberapa
Lebih terperinciOutline. 2. Portal Publikasi Badan Litbang Kehutanan. Soft Launching. 1. Pengantar
DEPARTEMEN KEHUTANAN REPUBLIK Portal Publikasi Badan Litbang Kehutanan Soft Launching Bogor, 9 Oktober 2014 Retisa Mutiaradevi www.forda-mof.org Outline 1. Pengantar 2. Portal Publikasi Badan Litbang Kehutanan
Lebih terperinciSURAT EDARAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUN INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG
Yth. Para Kepala/Pimpinan yang membidangi Unit Penelitian dan/atau Pengembangan (Litbang) di lingkungan Kementerian/Lembaga Pemerintah Non-Kementerian/Pemerintah Daerah di Tempat SURAT EDARAN KEPALA LEMBAGA
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PENELITI PERKA LIPI NO. 2 TAHUN 2014
PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PENELITI PERKA LIPI NO. 2 TAHUN 2014 UNSUR UTAMA I. PENDIDIKAN A. FORMAL + MEMPEROLEH IJAZAH/GELAR 1. S3 = 200 S2 = 150 2. S1 /D.4 = 100 PENGUSULAN : - IJAZAH - TRANSKRIP
Lebih terperinciUNIVERSITAS NGUDI WALUYO. [Type the company name]
2016-2017 RENCANA [Type the KERJA document BIDANG title] II UNIVERSITAS NGUDI WALUYO [Type the company name] 1 KATA PENGANTAR Pelaksanaan pengembangan Universitas Ngudi Waluyo perlu ditata dan diatur secara
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PENELITI
SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA,
Lebih terperinciPENYUSUNAN RENCANA KERJA
PENYUSUNAN RENCANA KERJA PUSAT UNGGULAN IPTEK Panduan Teknis Nomor 01/PUI/P-Teknis/Litbang/2017 DIREKTORAT JENDERAL KELEMBAGAAN IPTEK DAN DIKTI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2017
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PERMENPAN NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN
IMPLEMENTASI PERMENPAN NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN Oleh: Kepala Bagian Organisasi, Biro Organisasi dan Kepegawaian UU NO.5 TAHUN 2014 TENTANG ASN FUNGSI DAN TUGAS
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PERMENPAN NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN
IMPLEMENTASI PERMENPAN NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN Oleh : Kepala Bagian Organisasi, Biro Organisasi dan Kepegawaian UU NO.5 TAHUN 2014 TENTANG ASN FUNGSI DAN
Lebih terperinciSURAT KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL No. 024/ITDel/Rek/SK/III/18. Tentang PEDOMAN KESESUAIAN BIDANG KEILMUAN DOSEN INSTITUT TEKNOLOGI DEL
SURAT KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL No. 024/ITDel/Rek/SK/III/18 Tentang PEDOMAN KESESUAIAN BIDANG KEILMUAN DOSEN INSTITUT TEKNOLOGI DEL REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI DEL Menimbang : a. bahwa dosen
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN
RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETRIAT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2014 SEKRETARIAT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Mei Kepala Badan, Dr. Ir. R. Iman Santoso, M.Sc. NIP
KATA PENGANTAR Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan mengemban tanggung jawab melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang kehutanan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, dibutuhkan dukungan
Lebih terperinciPEDOMAN PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT
PEDOMAN PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT PENGURUS PUSAT IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA 2017 0 PASAL 1 PENDAHULUAN Tenaga kesehatan masyarakat
Lebih terperinciDirektorat PPM Universitas Telkom Penelitian, Publikasi Ilmiah dan HKI
Direktorat PPM Universitas Telkom Penelitian, Publikasi Ilmiah dan HKI STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT PPM Direktur PPM (Dr. Drs. Palti MT Sitorus, M.M.) Manajer Penelitian (Eka Widhi Yunarso, S.T., M.MT.)
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.984, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LIPI. Jabatan Fungsional. Peneliti. Petunjuk Teknis. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJAMINAN MUTU PERGURUAN TINGGI BIDANG SUMBERDAYA MANUSIA
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJAMINAN MUTU PERGURUAN TINGGI BIDANG SUMBERDAYA MANUSIA Yeni Nuraeni Program Studi Teknik Informatika, Universitas Paramadina Email : yeninur@hotmail.com Abstrak Pendidikan
Lebih terperinciJABATAN AKADEMIK DOSEN dan ANGKA KREDITNYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA JULI 2017
JABATAN AKADEMIK DOSEN dan ANGKA KREDITNYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA JULI 2017 1 DASAR 1. UU RI Nomor 14 Tahun 2005 2. UU RI Nomor 12 Tahun 2012 3. UU RI Nomor 5 Tahun 2014 4. PP RI Nomor 37 Tahun 2009 5.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG KLASIFIKASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.418, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKN. Formasi. Jabatan Fungsional. Assessor SDM Aparatur. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciPENINGKATAN KOMPETENSI AUDITOR
www.bpkp.go.id PENINGKATAN KOMPETENSI AUDITOR Shin Wan Auditor Madya Pusat Pembinaan JFA BPKP KEMANA APIP??? PERAN APIP AUDITOR PROFESIONAL DAN KOMPETEN MEMILIKI KOMPETENSI KEAHLIAN AUDITOR YANG TERSERTIFIKASI
Lebih terperinciSTANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
STANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO SPMI-UNW SM 01 04 UNGARAN Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan Sistem Penjaminan Mutu Internal Universitas
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENELITIAN KEMITRAAN
PETUNJUK TEKNIS PENELITIAN KEMITRAAN A. Latarbelakang Minat penelitian di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dari tahun ke tahun mengalami peningkatan secara kuantitas. Ini bisa dilihat dengan banyaknya
Lebih terperinciREV 20 FEBRUARI 2015 RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa penguasaan, pemanfaatan,
Lebih terperinciUSULAN PENELITIAN DOSEN MADYA JUDUL PENELITIAN. TIM PENGUSUL (Nama ketua dan anggota tim, lengkap dengan gelar dan NIDN)
Kode/Nama Rumpun Ilmu :.../... Bidang Fokus :... Format Halaman Sampul Usulan Penelitian Dosen Madya USULAN PENELITIAN DOSEN MADYA JUDUL PENELITIAN TIM PENGUSUL (Nama ketua dan anggota tim, lengkap dengan
Lebih terperinciSTANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI-UNDIP SM 04 08 SEMARANG 2O16 Standar Kompetensi Lulusan Sistem Penjaminan Mutu Internal Fakultas
Lebih terperinciPANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN SUPERVISI PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN Nomor : 06/PUI/P-Teknis/Litbang/2016
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN SUPERVISI PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN 2016 Nomor : 06/PUI/P-Teknis/Litbang/2016 DIREKTORAT JENDERAL KELEMBAGAAN IPTEK DAN DIKTI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciKINERJA PUSAT UNGGULAN IPTEK
PANDUAN TEKNIS INDIKATOR KINERJA PUSAT UNGGULAN IPTEK Nomor : 15/PUI/P-Teknis/Litbang/2016 DIREKTORAT JENDERAL KELEMBAGAAN IPTEK DAN DIKTI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2016
Lebih terperinciBagian PJKSE Litbang Kemendagri
Bagian PJKSE Litbang Kemendagri Kedudukan Strategis Litbang dalam Menunjang Urusan Pemerintahan UU NO 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL LITBANG DAN PENERAPAN IPTEK Pasal 8 Ayat 1 Pasal 8 Ayat 2 Litbang
Lebih terperinciOrganisasi Sumber Daya Manusia
Organisasi Sumber Daya Manusia Badan Litbang Pertanian saat ini didukung oleh sumber daya manusia dalam jumlah relatif besar yaitu 7.780 orang. Dari jumlah tersebut, sekitar 3.344 orang (42,%) adalah tenaga
Lebih terperinci[NAMA LEMBAGA] RENCANA KERJA PEMBINAAN KELEMBAGAAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN 2017 FOKUS UNGGULAN : [ NAMA LEMBAGA ] [ Alamat Lembaga ]
CONTOH COVER (WARNA Hijau Muda) LOGO RISTEKDIKTI LOGO LEMBAGA RENCANA KERJA PEMBINAAN KELEMBAGAAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN 2017 [NAMA LEMBAGA] FOKUS UNGGULAN :. [ NAMA LEMBAGA ] [ Alamat Lembaga ] FEBRUARI,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1340, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI. Pemeriksa Desain Industri. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN
Lebih terperinciBADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PEDOMAN PENATAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PEDOMAN PENATAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 37 TAHUN 2011 TANGGAL : 28 SEPTEMBER 2011 BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAKAN DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN
Lebih terperinciPANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN LAPORAN KEMAJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN 2016
PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN LAPORAN KEMAJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN 2016 Nomor : 05/PUI/P-Teknis/Litbang/2016 DIREKTORAT JENDERAL KELEMBAGAAN IPTEK DAN DIKTI
Lebih terperinciHAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. Direktorat Kemitraan dan Inkubator Bisnis Universitas Indonesia
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL Direktorat Kemitraan dan Inkubator Bisnis Universitas Indonesia TOPIK PEMBAHASAN HKI dan Kategori-nya Alur Proses Permohonan HKI melalui DKIB UI Komersialisasi HKI Data Permohononan
Lebih terperinciBADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER 1274/K/JF/2010 TENTANG
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER 1274/K/JF/2010 TENTANG PENDIDIKAN, PELATIHAN DAN SERTIFIKASI AUDITOR APARAT PENGAWASAN INTERN
Lebih terperinciKRITERIA COMMUNITY DEVELOPMENT
KRITERIA COMMUNITY DEVELOPMENT COMMUNITY DEVELOPMENT Kebijakan Community Development 1. Terdapat kebijakan tertulis mengenai pengembangan masyarakat di unit yang dinilai (2) 2. Terdapat sistem tata kelola
Lebih terperinciFakultas Teknik Geologi. Unpad
Fakultas Teknik Geologi P E N G A N T A R Sejalan dengan visi dan misi Universitas Padjadjaran, disusun rencana strategis Fakultas Teknik Geologi. Selain berisi tentang visi, misi, dan tujuan fakultas
Lebih terperinci2015, No Fungsional Pengantar Kerja didasarkan pada analisis beban kerja; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.838, 2015 KEMENAKER. Pengantas Kerja. Jabatan Fungsional. Formasi. Pedoman. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciJABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA
MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/10/M.PAN/2007 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Sasaran Program Program/Kegiatan (Outcome )/Sasaran Kegiatan Indikator Target 2017 (Output ) SEKRETARIAT KEMENTERIAN
Lebih terperinciPanduan Pengajuan Proposal. Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Institut Teknologi Bandung 2016
Panduan Pengajuan Proposal Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Institut Teknologi Bandung 2016 Institut Teknologi Bandung Mei 2016 Daftar Isi Daftar Isi... 2 I. Latar Belakang... 3 II. Deskripsi Penelitian
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.27/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI DAMPAK LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG JABATAN
Lebih terperinciPERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PELAKSANA LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciAmandemen UU no. 18/2002
Amandemen UU no. 18/2002 RUU PPIP & Perpres Peneliti Kedeputian Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI PP Himpenindo Tim (awal) Penyusun NA RUU PPIP L.T. Handoko laksana.tri.handoko@lipi.go.id L.T. Handoko Amandemen
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : KEP/128/M.PAN/9/2004 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DAN ANGKA KREDITNYA
KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : KEP/128/M.PAN/9/2004 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya
Lebih terperinciPENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN TINGGI (PDUPT) PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN TINGGI (PDUPT) 3/11/17. Sistematika Penilaian
PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN TINGGI (PDUPT) PENELITIAN DASAR UNGGULAN PERGURUAN TINGGI (PDUPT) Pendahuluan Tujuan dan Luaran Kriteria dan Pengusulan Sistematika Usulan Penelitian Sistematika Penilaian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN PEDOMAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT EDISI X 1
BAB 1 PENDAHULUAN Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat disamping melaksanakan pendidikan sebagaimana diamanahkan oleh Undangundang Nomor 20 Tahun 2003
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, Menimbang : a.
Lebih terperinciVERIFIKASI BORANG. B. Research & Development Capacity
VERIFIKASI BORANG B. Research & Development Capacity 1. Apakah Lembaga telah memiliki Roadmap Riset yang dipergunakan sebagai acuan pelaksanaan riset selama ini? YA atau TIDAK, dan Bagaimana pemanfaatan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :
BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 04/E/2009 TENTANG STANDAR KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL PENELITI
PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 04/E/2009 TENTANG STANDAR KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL PENELITI KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menentukan
Lebih terperinci2017, No masing-masing Kementerian/Lembaga mempunyai kewajiban untuk menyusun peraturan perundang-undangan yang mengatur pedoman penyusunan for
No.644, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Jabatan Fungsional. Pengawas LH. Pedoman. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.28/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2017
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.27/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI DAMPAK LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbaikan tata kelola pemerintahan merupakan agenda penting dalam reformasi pemerintahan yang sedang dijalankan oleh pemerintah. Sistem manajemen pemerintahan yang
Lebih terperinciPANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN KUNJUNGAN SUPERVISI PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN Nomor : 07/PUI/P-Teknis/Litbang/2016
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN KUNJUNGAN SUPERVISI PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN 2016 Nomor : 07/PUI/P-Teknis/Litbang/2016 DIREKTORAT JENDERAL KELEMBAGAAN IPTEK DAN DIKTI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian Peraturan Penelitian dan Publikasi Ilmiah
KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian Peraturan Penelitian dan Publikasi Ilmiah (1) Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: a. Peraturan Penelitian dan Publikasi Ilmiah adalah seperangkat aturan mengenai
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.844, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BATAN. Unit Kerja. Rinvian Tugas. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN
Lebih terperinci