BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pegunungan Selatan memiliki sejarah geologi yang kompleks dan unik sehingga selalu menarik untuk diteliti. Fenomena geologi pada masa lampau dapat direkonstruksi dari pengamatan langsung di lapangan. Batuan gunung api Tersier banyak dijumpai di Pegunungan Selatan, baik berupa batuan beku luar (ekstrusi/lava) dan intrusi maupun batuan klastika gunung api fraksi kasar hingga halus. Secara litostratigrafis, batuan gunung api tersebut dibagi menjadi beberapa satuan batuan, mulai dari Formasi Kebo-Butak, Formasi Semilir, Formasi Nglanggeran, dan Formasi Sambipitu (Surono dan Sudarno, 1992). Struktur dari singkapan batuan yang unik mencerminkan sejarah panjang dari aktivitas tektonik dan sedimentasi yang pernah terjadi di suatu lokasi. Di daerah Pegunungan Selatan, batuan yang dapat dilihat dari singkapan sangat bervariasi dari jenisnya, usianya, dan dari proses pembentukannya. Daerah Berbah merupakan wilayah perbatasan bentang alam antara Pegunungan Selatan di bagian Timur dengan Dataran Yogyakarta di sebelah Barat. Bentang alam di daerah ini berupa bukit-bukit terisolir (isolated hills) di antara dataran endapan aluvium Gunung api Merapi. Peneliti terdahulu menyebutnya sebagai bukit-bukit inlier karena tersusun atas batuan tua yang dikelilingi oleh endapan muda dan berpendapat bahwa bukit-bukit terisolir tersebut disebabkan oleh kegiatan tektonika berupa pensesaran (Astuti dkk, 2009). Bukit bukit terisolir tersebut tersusun oleh lava dan breksi piroklastika/aglomerat yang merupakan gunung api purba monogenesis atau mengarah ke komposit dengan sesar mempengaruhi migrasi magma menuju ke permukaan bumi (Hartono dan Bronto, 2009). Salah satu bukti yang mengindikasikan tentang keberadaan gunung api purba adalah singkapan lava basalt berstruktur bantal yang terdapat di tepi Barat Kali Opak yang ditindih langsung oleh batuan klastika gunung api yang merupakan bagian Formasi Semilir seperti yang diunjukkan pada Gambar 1.1 1

2 2 Gambar 1.1. Aliran lava basal berstruktur bantal (kanan) dan batupasir tuf Formasi Semilir (kiri), yang di tengahnya dialiri Kali Opak. Gambar difoto dari atas jembatan, lensa menghadap ke selatan (Bronto, 2008). Secara fisiografis, daerah penelitian merupakan perbukitan kecil dengan ketinggian kurang dari 100 meter dan tersusun oleh batuan gunung api Tersier yang merupakan penyusun sebagian Pegunungan Selatan. Daerah sekitarnya berupa dataran persawahan yang terdiri dari endapan aluvium sebagai produk gunung api Merapi yang terletak sekitar 30 km di sebelah Utara (Bronto, dkk., 2008). Sebelah Timur Dusun Watuadeg tepatnya di tepi Barat Kali Opak terdapat singkapan batuan beku basalt berstruktur lava bantal yang tersebar di sepanjang Kali Opak arah Utara Selatan dengan lebar 2-5 meter dan panjang sekitar 50 meter. Di sebelah Timur singkapan terdapat sebuah bukit kecil dengan ketinggian meter yang disebut

3 3 sebagai sumber ekstrusi lava basalt berstruktur bantal Watuadeg berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bronto, dkk. (2008). Hasil penelitian ini hanya menjelaskan tentang sumber erupsi aliran lava basalt tanpa disertai dengan informasi penyebarannya baik secara lateral maupun secara vertikal dalam area yang lebih luas. Salah satu metode geofisika yang dapat digunakan untuk mengetahui penyebaran aliran lava basalt adalah metode elektromagnetik Very Low Frequency (VLF). Metode Very Low Frequency kemudian dipadukan dengan metode Resistivitas untuk mengidentifikasi lapisan bawah permukaan secara vertikal. Metode Very Low Frequency merupakan metode elektromagnetik yang memanfaatkan sumber dari pemancar radio frekuensi yang sangat rendah (15 30 khz). Pada prinsipnya metode ini mengukur medan primer sumber dan medan sekunder yang ditimbulkan oleh batuan konduktif di bawah permukaan. Perbedaan resistivitas batuan dapat diketahui dengan melakukan pengukuran medan total (primer dan sekunder). Hasil pengukurannya memberikan informasi perubahan resistivitas secara lateral di sepanjang lintasan dan sekitar titik-titik yang diukur dan dapat langsung ditransform dalam bentuk peta resistivitas dalam areal yang luas (Becken, 2000). Untuk mendukung hasil penelitian maka metode Very Low Frequency (VLF) dipadukan dengan metode Resistivitas yang digunakan untuk mengetahui lapisan bawah permukaan secara vertikal. Prinsip dari metode Resistivitas adalah mengukur perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik searah (Direct Current) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Metode resistivitas sangat baik digunakan untuk mengetahui kondisi atau struktur geologi bawah permukaan berdasarkan variasi tahanan jenis batuannya. Terutama untuk daerah daerah yang mempunyai kontras tahanan jenis yang cukup jelas terhadap daerah sekitarnya. Beberapa pertimbangan latar belakang tersebut yang mendasari penelitian tentang sebaran lava basalt berstruktur bantal di daerah Watuadeg, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta dengan menggunakan metode Very Low Frequency (VLF) dan metode Resistivitas.

4 4 1.2.Rumusan Masalah Fokus penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana variasi nilai resistivitas dan variasi nilai rapat arus ekivalen batuan di daerah Watuadeg? 2. Bagaimana sebaran lava basalt berdasarkan nilai resistivitas dan nilai rapat arus ekuivalen di daerah Watuadeg? 1.3.Batasan Masalah: Agar penelitian yang dilakukan lebih terfokus pada tujuan yang akan dicapai, maka diberikan beberapa batasan, antara lain: 1. Secara spasial, penelitian ini dikhususkan di daerah Watuadeg, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta dengan luas area pengukuran 2 x 2 km Penelitian ini menggunakan data Very Low Frequency (VLF) meliputi data tilt, ellipsitas, medan magnet horizontal, medan magnet vertikal serta data resistivitas meliputi data kuat arus, beda potensial dan resistivitas semu. 3. Penelitian ini juga menggunakan data sekunder berupa peta geologi dan informasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya di daerah tersebut. 4. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak antara lain: Microsoft Excel 2013, Matlab 2013b, Arcgis 10, KH Filter 1.1a, IP2win 2.3b, dan Surfer Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah: 1. Mengetahui variasi nilai resistivitas dan variasi nilai rapat arus ekivalen batuan di daerah Watuadeg. 2. Mengetahui sebaran aliran lava basalt berstruktur bantal di Daerah Watuadeg berdasarkan nilai resistivitas dan nilai rapat arus ekuivalen.

5 5 1.5.Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai informasi ilmiah mengenai sebaran lava basalt berstruktur bantal di Daerah Watuadeg, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta. 2. Sebagai informasi tambahan dan kelengkapan data geologi di Daerah Watuadeg, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta. 3. Memberikan kontribusi terhadap penelitian lanjutan khususnya informasi tentang lava basalt.